BAB I PENDAHULUAN -...

21
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara dengan jumlah umat Muslim terbanyak dan latar belakang budaya yang beragam sehingga tidak mengherankan jika terdapat berbagai keanekaragaman mode Muslim didalamnya.Hal ini dapat berdampak positif terhadap perkembangan industri mode busana Muslim.Secara otomatis juga menumbuhkan ekonomi Indonesia dari sisi industri kreatifnya. Pusat perbelanjaan sampai bisnis online meraup untung besar dari perkembangan busana Muslim yang didorong dari munculnya fenomena hijabers pada tahun 2010. Istilah hijabers sendiri adalah sebutan untuk para perempuan yang memakai hijab yang dikreasikan dan berbusana Muslim modis. Lalu fenomena hijabers ini memaksa saya meredefinisi ulang apa itu hijab. Hijab?Sekedar kerudung kah?Atau hijab mengalami pergeseran makna, yang dipaksa oleh para pemegang komoditi pasar? Hijab dan mode khususnya di Indonesia masih seperti koin yang memiliki dua mata berbeda.Beberapa kelompok tidak menyukai hijab yang dipadukan dengan mode karena menjadikannya tidak terlihat syar’i dan tidak sederhana seperti yang seharusnya. Mode sendiri selalu dikaitkan dengan gayayang berkiblat ke Barat sehingga dirasa tidak cocok dengan aturan-aturan Hijabers Community dan Perubahan Gaya Busana Muslim di Indonesia DYRA FATIMA Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Transcript of BAB I PENDAHULUAN -...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara dengan jumlah umat Muslim terbanyak

dan latar belakang budaya yang beragam sehingga tidak mengherankan jika

terdapat berbagai keanekaragaman mode Muslim didalamnya.Hal ini dapat

berdampak positif terhadap perkembangan industri mode busana

Muslim.Secara otomatis juga menumbuhkan ekonomi Indonesia dari sisi

industri kreatifnya. Pusat perbelanjaan sampai bisnis online meraup untung

besar dari perkembangan busana Muslim yang didorong dari munculnya

fenomena hijabers pada tahun 2010. Istilah hijabers sendiri adalah sebutan

untuk para perempuan yang memakai hijab yang dikreasikan dan berbusana

Muslim modis. Lalu fenomena hijabers ini memaksa saya meredefinisi ulang

apa itu hijab. Hijab?Sekedar kerudung kah?Atau hijab mengalami pergeseran

makna, yang dipaksa oleh para pemegang komoditi pasar?

Hijab dan mode khususnya di Indonesia masih seperti koin yang

memiliki dua mata berbeda.Beberapa kelompok tidak menyukai hijab yang

dipadukan dengan mode karena menjadikannya tidak terlihat syar’i dan tidak

sederhana seperti yang seharusnya. Mode sendiri selalu dikaitkan dengan

gayayang berkiblat ke Barat sehingga dirasa tidak cocok dengan aturan-aturan

Hijabers Community dan Perubahan Gaya Busana Muslim di IndonesiaDYRA FATIMAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

2

di masyarakat kita. Dapat terlihat di internet atau media massa eletronik

ataupun cetak, jika gaya Barat atau mode yang berkiblat ke Barat selalu

terbuka pakaiannya dan menampakkan lekuk tubuh baik itu karena pakaian

mereka menerawang, terlalu ketat atau memang menonjolkan bagia-bagian

yang dalam Islam termasuk ke dalam aurat.Seperti yang dikatakan Zami

(2014:55) berkiblat ke Barat artinya menjadi hanya berpusat pada hal-hal yang

artifisial saja.

Dibalik meluasnya fenomena hijabers ini, mulai muncul kegalauan

atau kegelisahan sebab mendapatkan tekanandari pernyataan pihak-pihak yang

mainstreem yang melihat bahwa busana Muslim dengan sentuhan fashion dan

membuatnya menjadi modis cenderung menyebabkan penyimpangan dan

tidak sesuai dengan konsep syar’i.Sebab, jilbab kini diinterpretasikan

berdasarkan subjektifitas individu. Misalnya banyak yang memahami jilbab

sebagai perintah agama dan sebuah keharusan, sugesti, fashion dan ada pula

yang menganggap sebuah paksaan belaka (Hardiyanti, 2012:27).

Bagi beberapa dari mereka yang baru memutuskan memakai hijab saat

fenomena hijabers ini sedang booming berpendapat bahwa adalah hal yang

wajar jika mereka pada awalnya hanya mecoba dan akhirnya tertarik dengan

adanya variasi dalam berhijab dan berbusana Muslim. Sehingga persoalan lain

seperti jika memutuskan untuk berhijab maka perilaku pun harus ikut berubah

dan hijab yang dikenakan harus terlihat syar’i menjadi urusan belakangan

karena yang terpenting menurut mereka adalah setidaknya mereka sudah

Hijabers Community dan Perubahan Gaya Busana Muslim di IndonesiaDYRA FATIMAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

3

memulai menutup auratnya dengan menggunakan hijab meskipun atas

dorongan mode.

Pasca Islam pada abad ke 9-12 hijab atau hijab mengalami

perkembangan dan persebaran mengalami akulturasi dengan kebudayaan

lainya, misalnya di sebagaian Negara timur-tengah berkembang model hijab

dengan cadar, burqa, niqop, dan masker, kemudian berkembang pula di

Nusantara atau Melayu abad 19 hijab selendang yang tidak menutupi penuh

kepala, dan hanya di selampirkan. Di kawasan timur juga berkembang hijab

dengan motif hiasan tertentu sesuai dengan konteks lingkunganya, tidak

sebatas polos tanpa motif, dan lain sebagainya.Hal ini menggambarkan bahwa

ada sebuah perkembangan dalam berupaya untuk menafsirkan hijab.Faktornya

tentu banyak, hal ini terkait dengan kondisi sosial budaya, lingkungan, dan

pemahaman atas dalil agama.

Muslimah di Indonesia menggunakan pakaian panjang atau pakaian

Muslimah dan hijab sebagai salah satu alternatif untuk menutup aurat. Tahun

1970-an tercatat sebagai tahun munculnya gelombang kebangkitan pemeluk

Islam di dunia internasional yang gaungnya merambah ke segala penjuru,

termasuk ke Indonesia. Selama dalam kurun waktu tahun 80 sampai 90-an

jumlah pemakai hijab terus bertambah, utamanya di kalangan mahasiswa dan

pelajar. Jika dulu pengguna busana yang tertutup dan mereka yang memakai

hijab biasanya hanyalah orang-orang yang baru pulang dari berhaji atau

hanyalah pelajar di sekolah berbasis Islam seperti Muhammadiyah atau

pesantren tradisional.Itu pun bentuk kerudung hanya seperti selendang yang

Hijabers Community dan Perubahan Gaya Busana Muslim di IndonesiaDYRA FATIMAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

4

dijuntaikan di kepala kemudian ujungnya dililitkan di leher dan sifatnya tidak

permanen, kini para pengguna hijab datang dari berbagai kalangan termasuk

selebriti dan pejabat.Hal ini justru menandakan perempuan yang memakai

hijab adalah perempuan maju dan modern.

Berbeda dengan Malaysia yang sudah sejak lama para perempuan

Muslimah disana memakai busana menutup aurat yang kemudian kita kenal

dengan baju kurung dan itu menjadi identitas perempuan Malaysia.Di telusuri

melalu internet, blog, dan situs web seperti lookbook.nu sepanjang tahun 2008

sampai 2010 fashionMuslim di Malaysia bahkan maju selangkah. Indonesia

jauh tertinggal dari Malaysia yang sudah mulai membuat variasi dan

mengembangkan fashionMuslimnya terutama di kalangan para blogger muda.

Secara tidak sengaja ketika penulis membuka beberapa blog milik remaja

Malaysia yang berisi foto-foto yang menunjukkan fashion mereka dalam

berpakaian sehari-hari.Bahkan untuk beberapa aksesoris pendukung fashion

seperti inner warna-warni yang sudah lebih dulu popular dan dikenakan

banyak remaja Muslimah disana yang kemudian baru dicontoh oleh pasar

Indonesia.

Meskipun sempat tertinggal, kini fashion di Indonesia selangkah lebih

berkembang.Indonesia yang paling banyak memiliki variasi tutorial hijab.

Beberapa negara lain hanya memiliki satu gaya hijab saja misalnya yang

paling banyak kita lihat dan simple adalah Turki style. Dalam busana pun

Indonesia juga yang paling variatif baik dari segi warna ataupun modelnya

tidak seperti di Belanda yang lebih banyak dengan warna putihnya ataupun di

Hijabers Community dan Perubahan Gaya Busana Muslim di IndonesiaDYRA FATIMAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

5

Arab yang sudah terpatok dengan warna hitam. Walaupun kita didukung

dalam kebebasan memilih model dan warna dalam berbusana dan masyarakat

kita mayoritas adalah Muslim, sejak awal pengetahuan kita dalam berbusana

yang pantas masih sangat kurang.Jadi tidak heran jika masih banyak yang

belum mengetahui secara pasti pemakaian hijab syar’i dan batasan-batasamya

karena selain pola fikir sekuler yang berlaku di negara ini, juga belum kuatnya

pemahaman syar’i’at Islam itu sendiri pada pemeluknya.

Pada awal kemunculan Hijabers Community inilah mulai disebarkan

dan dicontohkan bagaimana berbusana Muslim yang pantas (tidak ketat)

namun tetap modis sehingga semua perempuan Muslim dari semua kalangan

diharapkan dapat tertarik dan tidak lagi melihat hijab dan busana Muslim

sesuatu yang kuno dan membosankan. Komunitas ini mencoba mengangkat

citra fashionMuslimah sesuai kaidah agama dengan selalu menggunakan hijab

atau hijab modern yang biasa dikenal sebagai hijab ala hijabers . Berawal dari

keinginan mensyiarkan busana Muslimah yang gaya sesuai kaidah, Hijabers

Community menjadi magnet bagi banyak perempuan muda. Melalui berbagai

kegiatan serta visi misinya Hijabers Community mencoba mensosisalisasikan

pada kalangan muda khususnya untuk mempelajari Islam dengan menyeluruh

tidak hanya memahaminya dengan setengah-setengah, salah satunya dengan

pengajian yang juga membahas langsung hadist yang terkait karena banyak

dari kita yang hanya terbiasa membaca Al-qur’an dengan berbagai hukum

bacaannya namun tidak mentelaah arti juga hadist lainnya sehingga sering kali

terjadi penyempitan makna.

Hijabers Community dan Perubahan Gaya Busana Muslim di IndonesiaDYRA FATIMAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

6

Indonesia merupakan negara yang paling bebas dalam hal berpakaian

busana Muslim. Tidak ada patokan khusus atau larangan harus berbusana dan

memakai hijab yang seperti apa. Hal ini dikarenakan pada masa lalu hijab

belum menjadi perhatian utama pemerintah meskipun masyarakat Indonesia

mayoritasnya adalah Muslim.Jadi jika terjadi banyak sekali perbedaan bahkan

penyimpangan dalam penggunaan hijab merupakan hal yang wajar

dikarenakan keterbatasan pemahaman dan pengetahuan masyarakat terhadap

nilai-nilai Islam khususnya tentang hukum hijab, maka yang berkembang di

masyarakat hijab yang tidak sesuai dengan tuntutan agama.

Setiap sisi kehidupan seseorang memiliki pengaruh atas perubahan

individu itu sendiri baik dari lingkungan tempat tinggal, pergaulannya atau

aktivitasnya yang tidak hanya di dunia nyata tapi juga di dunia maya.Bukan

sesuatu yang aneh lagi jika kita melihat banyak orang terutama kaum muda

yang senang dan terlihat sibuk terhubung dengan dunia maya lewat gadget

yang mereka miliki setiap hari mulai dari bangun tidur hingga kembali tidur.

Sisi positifnya semua orang khususnya kaum remaja dapat mengakses

pengetahuan ataupun informasi apapun dari sana. Kekuatan media sosial ini

digunakan oleh Hijabers Community dalam menyebarkan keberadaan mereka

dan mengumpulkan remaja perempuan untuk bergabung ke dalam komunitas

ini.

Saat informasi ini mudah menyebar dengan cepat dan dapat dilihat

oleh semua orang dimana pun mereka berada, hal ini membuat banyak orang

jadi terinspirasi untuk membentuk komunitas yang sama di daerahnya masing-

Hijabers Community dan Perubahan Gaya Busana Muslim di IndonesiaDYRA FATIMAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

7

masing. Fenomena hijabersini pun merambat cepat bersisian dengan

perkembangan fashion yang didukung oleh produsen pasar yang melihat

peluang dan keuntungan dalam fenomena ini.Tapi hal menarik yang penulis

lihat dari perkembanganfashion saat ini adalah muncul perancang-perancang

muda yang terbilang newbie berangkat dari kecintaannya pada fashion dan

kreatifitasyang ingin disalurkan serta memiliki keahlian mendesain.

Di dalam dunia industri fashion, ada perancang karbitan dan ada juga

perancang yang konsisten terus menghasilkan karya terbaru dan terjun ke

kancah fashion yang lebih luas. Beberapa pengurus Hijabers Community ini

muncul sebagai perancang baru tersebut dan sekali lagi menginspirasi kaum

muda lain untuk sama-sama menyalurkan kemampuan mereka baik itu dalam

menjahit atau mendesain model busana Muslim serta turut memproduksi dan

memasarkan karyanya. Sehingga dapat menyumbang keberagaman busana

Muslim di dunia industri, terbukti dengan munculnya label-label atau merek-

merek baru dengan model-model yang beragam baik itu pakaian ataupun

jilbab yang dipromosikan di facebook dan instagram.

B. PERMASALAHAN

Ada berbagai respon pro dan kontra terhadap transformasi sosial dan

kultural ini.Salah satunya mengenai padangan orang-orang terhadap pengguna

hijab saat ini setelah kemunculan Hijabers Community terutama bagi kaum

muda yang seringkali dipertanyakan apakah hijab yang mereka kenakan hanya

Hijabers Community dan Perubahan Gaya Busana Muslim di IndonesiaDYRA FATIMAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

8

sebagai gaya-gayaan saja atau kesungguhan niat untuk menutup aurat itu

sendiri. Ada pun yang mencoba membela dan menjawab pertanyaan-

pertanyaan tersebut dengan mengatakan bahwa hijab hanyalah sebuah atribut

berpakaian, yang tidak bisa dikaitkan dengan seberapa dalam pemahaman

seseorang akan agama dan nilai-nilai itu sendiri.

Kini hijab merupakan sesuatu yang modern yang tak lain sebagai salah

satu tanda kekuatan globalisasi. Munculnya beragam mode, motif, dan warna

menjadikan hijab dapat dikreasikan sesuai selera. Hal ini mampu membuat

banyak anak muda mulai tertarik untuk memilih hijab sebagai gaya busana

sehari-hari. Terbukti dengan mulai banyaknya kalangan mahasiswa yang kini

menggunakan hijab.Namun sekarang banyak wanita baik itu remaja ataupun

kalangan ibu-ibu yang sering kali memahami kewajiban ini secara salah

kaprah.Artinya mereka melihat hijab difungsikan hanya sebagai penutup

kepala saja tidak perduli bahwa sesungguhnya hijab digunakan untuk menutup

dada atau hijab sebagai sesuatu yang membatasi tingkah laku mereka. Dalam

konteks lain juga ada yang mengaku alasan pertama mereka akhirnya

memutuskan untuk memakai hijab karena ingin tampil lebih cantik apalagi

saat ini mode hijab semakin bervariasi mengikuti tren. Namun masih banyak

perempuan yang walaupun memakai hijab namun rambutnya masih terlihat,

menggunakan baju dan celana ketat.

Perubahan-perubahan ini kemudian membuat penulis ingin mengetahui

siapa saja orang-orang yang disebut hijabers ini serta ingin melihat seberapa

besar pengaruh hadirnya HijabersCommunityYogyakarta melalui cara

Hijabers Community dan Perubahan Gaya Busana Muslim di IndonesiaDYRA FATIMAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

9

berpakaian dan penggunaan hijab para anggotanya yang kemudian dapat

menginspirasi banyak remaja Muslim lainnya, serta sekaligus menjadi titik

perkembangan fashionMuslim dan pasar busana Muslim di Indonesia. Sebab

ketika kita membicarakan mengenai fashion tidak akan ada habisnya karena

mode selalu berubah dan berkembang mengikuti hasrat dan pemikiran

manusia. Berdasarkan permasalahan yang penulis paparkan, penulis

mengajukan pertanyaan dasar:

1. Bagaimana praktik berhijab di kalangan perempuan muda berhijab?

2. Apa strategiHijabers Community dalam menjaga eksistensinya?

3. Bagaimana kaumhijabers merespon perkembangan hijab dan

bagaimana peran Hijabers Community?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran praktik-praktik

konsumsi mode dalam balutan religiusitas yang berlangsung pada kelompok

generasi muda Islam dan melihat gambaran umum berbagai fenomena budaya

dalam kasus hijab sebagai gaya hidup Islami yang selalu berujung pada sikap

konsumtif. Secara lebih spesifik, hasil penelitian ini diharapkan mampu

mendeskripsikan bagaimana komunitas hijabers dapat menjaga eksistensinya

berdasarkan ciri khasnya yaitu tampil cantik dan stylish, ditengah-tengah

gempuran pihak lain tentang konsep syar’i.

Hijabers Community dan Perubahan Gaya Busana Muslim di IndonesiaDYRA FATIMAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

10

D. TINJAUAN PUSTAKA

Hijab yang kini merupakan bagian dari mode fashionMuslim selalu

mengalami perkembangan sehingga kemudian secara tidak disadari terjadi

pergeseran makna.Rubiyanti (2004) dalam skripsinya mencoba membahas

mengenai dorongan mahasiswa di Yogyakarta untuk mengikuti perkembangan

mode hijab dan berpenampilan modis dengan memaknai hijab dalam

kehidupan sehari-hari.Dia menjelaskan lebih dalam mengenai penyimpangan-

penyimpangan dalam penggunaan hijab.

Mengambil informan mahasiswi di salah satu perguruan tinggi

berlabelkan Islam, Rubiyanti mengamati bagaimana cara informannya tersebut

dan lingkungan di ssekitarnya dalam penggunaan hijab. Dari sana Rubiyanti

menemukan istilah baru pada pengguna hijab masa itu dimana mereka hanya

memakai hijab pada saat-saat tertentu alias masih sering melepas hijab dan

memakai baju ketat, fenomena ini dikatakan Rubiyanti sebagai hijab gaul. Dia

menegaskan:

“hijab mengalami pergeseran makna dan beralih fungsi dari sebagai simbol identitas religius berubah menjadi multi identitas karena pengaruh globalisasi”.

Pada tahun 2012 mulai banyak yang melirik fenomena hijabers untuk

dijadikan bahan penelitian, seperti yang ditulis Hardiyanti (2012) tentang

komunitas hijabers di Makassar.Hardiyanti juga menulis tentang gaya hidup

Muslimah yang tergabung dalam komunitas Hijabers Makassar yang meliputi

Hijabers Community dan Perubahan Gaya Busana Muslim di IndonesiaDYRA FATIMAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

11

gaya bahasa, cara berpakaian, dan kebiasaan menghabiskan waktu luang

mereka, sertaidentitas yang dimunculkan pada masyarakat berdasarkan

penuturanmereka sendiri.

“Jilbab kini diinterpretasikan berdasarkan subjektifitas individu. Misalnya banyak yang memahami jilbab sebagai perintah agama dan sebuah keharusan, sugesti, fashion dan ada pula yang menganggap sebuah paksaan belaka” (Hardiyanti, 2012:27)

Satu tahun setelah itu, Wulandari (2013) dalam skripsinya juga

membahas mengenai salah satu dampak dari mewabahnya komunitas

hijabers. Didalam tulisannya Wulandari lebih banyak membahas mengenai

hijab sebagai gaya hidup, dimana trend perburuan “penampilan”, tanpa sadar

tren ini telah menjadikan manusia modern terjerat dan terjebak pada budaya

konsumeris. Proses konsumsi simbolis sebagai tanda penting dari

pembentukan gaya hidup yang simbol konsumsi lebih ditekankan dari pada

fungsi dan utilitas komoditas yang dikonsumsi yang mana menurut agama

disebut komodifikasi. Menurutnya, didalam Hijabers CommunityYogyakarta,

konsumsi busana Muslim menunjukkan pembedaan sosial seseorang di

masyarakat. Wulandari menegaskan (2013: vii)

“Busana muslimah menjadi trend dan memakai jilbab mulai mencapai prestise tertentu yang mengkomunikasikan hasrat menjadi orang saleh dan sekaligus menjadi muslim modern, sehingga gaya berpakaian seseorang/komunitas menunjukkan adanya identifikasi seseorang (representasi) atas busana muslim untuk membedakan identitas dan nilai prestisius seseorang,dibentuk dan ditampilkan.” (Wulandari)

Hijabers Community dan Perubahan Gaya Busana Muslim di IndonesiaDYRA FATIMAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

12

Sementara yang dikaji oleh M.Quraish Shihab dalam bukunya

berjudul “Hijab: Pakaian Wanita Muslimah. Pandangan Ulama masa lalu

dan Cendikiawan Kontemporer” bahwa pada dasarnya memang sudah

terjadi perbedaan pemahaman dan penafsiran di kalangan ulama kita

terhadap ayat-ayat Al-Qur’an dan hadist-hadist yang menjelaskan

mengenai hijab. Sehingga tidak mengherankan jika pengetahuan yang

sampai pada kita juga berbeda dan terbatas lalu kemudian terjadi

perbedaan dalam hal memilih jibab dan busana serta cara pemakaiannya.

E. KERANGKA PEMIKIRAN

Agama dalam masyarakat modern tumbuh bersamaan dengan pola

pikir sekuler dimana seseorang tidak lagi menghadirkan atau menyadari

sepenuhnya keberadaan Tuhan didalam setiap aktivitas sosialnya.Sehingga

sangat mungkin mereka melakukan segala sesuatu tanpa memikirkan tujuan

dan makna sebenarnya bahkan tanpa mempertimbangkan benar atau tidaknya

keputusan yang telah mereka ambil.Seperti yang dikatakan oleh Taylor yang

menjadi rujukan Asad bahwa kondisi sekuler dalam dunia modern terkait

dengan agama ini setidaknya terbagi dalam tiga karakter.Karakter sekuralitas

yang pertama tampak dalam wujud institusi dan praktik sosial atau juga

dikenal dengan term ruang publik.Kondisi sekuler kedua dicirikan dengan

merosotnya keyakinan dan praktik agama.Karakter sekuler ketiga yaitu terkait

dengan kondisi keyakinan masyarakat modern.

Hijabers Community dan Perubahan Gaya Busana Muslim di IndonesiaDYRA FATIMAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

13

Berangkat dari ketiga karakter sekularitas diatas setidaknya telah

menggambarkan sebagian persoalan yang terjadi dalam masa-masa perubahan

gaya busana Muslim di Indonesia seperti saat ini setelah kemunculan

komunitas hijabers . Perempuan Muslim yang terjebak dan terbelenggu di

antara pemenuhan akan kebutuhan dan gaya hidup. Kemudian mereka lupa

makna sebenarnya dibalik keputusan memakai hijab dan terlena dalam

penyimpangan-penyimpangan yang tidak mereka sadari telah terseret

didalamnya.Secara tidak langsung sebenarnya manusia sendiri yang

memunculkan pergeseran-pergeseran sebagai bagian dari ketidaksiapan dalam

menerima sebuah perubahan.

Persoalan agama pun kini tidak lagi sepenuhnya menjadi urusan privat.

Manusia masa kini lebih berani membicarakan dan menilai kesalehan

seseorang meskipun hanya dari apa yang mereka lihat secara kasat mata saja.

Setiap tingkah laku atau tindakan seseorang selalu dikaitkan dengan tingkat

kesalehan mereka melalui penilaian orang lain. Ketika seorang Muslim selalu

menjalankan ibadah wajibnya, didunia modern sekarang ini tidak berarti

menjamin kedalaman iman mereka dan kesalehan mereka begitupun

sebaliknya dengan apa yang dikenakan seorang perempuan Muslim misalnya,

memakai busana Muslim, hijab dan segala atributnya tidak menjadi patokan

untuk saleh atau tidaknya mereka karena tidak serta merta membatasi cara

mereka bergaul atau bertingkah laku.

Di sinilah peran dari kehadiran komunitas hijabers dengan membuat

praktik-praktik diskursif sebagai upaya-upaya untuk mendorong sesama

Hijabers Community dan Perubahan Gaya Busana Muslim di IndonesiaDYRA FATIMAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

14

perempuan Muslim lainnya untuk hidup sesuai dengan syar’iat Islam, untuk

menjadi saleh.Seperti yang dikatakan oleh (Abdullah, 1994:11) bahwa melalui

kaum muda unsur-unsur baru dapat dengan mudah masuk kedalam suatu

masyarakat.Komunitas ini membawa perubahan dengan serentetan dampaknya

khususnya dalam kehidupan sehari-hari perempuan Muslim.Sebab sedikit

banyak fenomena ini membuka mata dan pikiran para perempuan dan laki-laki

untuk mewaspadai perubahan tersebut sekaligus mengingatkan pada setiap

pemakai hijab melalui penilaian-penilaian kasat mata mereka.

Masyarakat Indonesia adalah termasuk masyarakat dinamis. Artinya

bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang senantiasa terbuka pada

suatu perubahan, tidak ada satupun masyarakat yang tidak mengalami

perubahan, dan perubahan itu akan selalu ada dalam masyarakat. Perubahan

yang ada dalam masyarakat disebut juga sebagai perubahan sosial dan

budaya.Karena pada dasarnya masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal

yang tidak dapat dipisahkan.Tidak ada masyarakat tanpa kebudayaan,

begitupun sebaliknya budaya merupakan hasil dari masyarakat.

Perubahan yang terjadi dalam masyarakat meliputi hal-hal yang

sifatnya sangat kompleks. Ketika suatu perubahan terjadi maka akan

menimbulkan perubahan-perubahan lainnya. Dari perubahan yang sifatnya

sangat dasar yaitu perubahan pada kebudayaan material akan mempengaruhi

pada tingkah laku, kemudian dari perubahan pola prilaku tersebut akan

berpengaruh pada perubahan sistem ide atau sistem gagasan. Dalam hal ini

Hijabers Community dan Perubahan Gaya Busana Muslim di IndonesiaDYRA FATIMAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

15

adalah perkembangan dan perubahan esensi hijab akibat sentuhan fashion

yang juga menyebabkan meningkatnya perilaku konsumsi.

Fashion merupakan salah satu hasil dari tuntutan gaya hidup yang

diciptakan oleh manusia kemudian dikontruksikan sebagai salah satu bentuk

pemenuhan bagi orang-orang yang hidup di budaya modern seperti sekarang

ini. Tidak hanya pakaian, sepatu dan tas, kini hijab pun telah menjadi bagian

dari industri fashion di Indonesia. Meskipun awalnya berkembang lambat dan

mengambil inspirasinya dari pasar luar negeri namun sekarang banyak

desainer-desainer dari kalangan muda yang berani menciptakan sendiri mode

untuk tren fashionMuslim yang kini justru mendapat perhatian banyak

media.Kreatifitas yang digali dari jiwa muda ini tidak semata-mata muncul

dan dituangkan dengan asal-asalan karena mereka bahkan memiliki konsep

sendiri untuk membangun branding-nya.Mereka begitu memperhatikan nilai-

nilai dari karya-karyanya. Seperti yang dikatakan oleh Koentjaraningrat: rasa

seni yaitu manusia menyukai keindahan dan keserasian.

Pembentukan gaya konsumsi, dalam hal ini mengkonsumsi hijab dan

menampilkan pandangan bahwa penggayaan atau estetikasi mendefinisikan

budaya konsumen sebagai bentuk budaya materi kontemporer (Lury,

1998:109). Hijab menjadi salah satu budaya materi yang mengalami

perkembangan yang cukup signifikan dalam konteks cara pandang si pembuat

dan pemakainya, dan berakibat pada perubahan makna dan model hijab itu

sendiri. Sehingga menurut hemat penulis dengan hijab itu sendiri akan cukup

menjelaskan cara pandang masyarakat pendukung budaya hijab ini.

Hijabers Community dan Perubahan Gaya Busana Muslim di IndonesiaDYRA FATIMAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

16

Perubahan bentuk model hijab dari bentuk sederhana ke arah yang

lebih kompleks, terhambat oleh adanya nilai-nilai ajaran Islam yang ada di

masyarakat.Dimana model hijab baru menyebabkan permasalahan dalam

masyarakat, karena dianggap sudah menyimpang dari fungsinya sebagai

penutup aurat wanita.Namun karena fungsi hijab yang baru ternyata lebih

fungsional daripada hijab yang sebelumnya maka mode hijab yang bervariasi

tersebut dapat terintegrasi dalam masyarakat.

Kini tampaknya penggunaan hijab telah dipilih menjadi sebuah gaya

hidup terutama bagi anak muda dan kalangan menengah ke atas. Mereka bisa

membeli dan memadukan busana yang biasa dipakai baik itu untuk sehari-hari

ataupun untuk ke acara formal dengan atasan, bawahan, hijab, dress atau outer

seperti blazer dan jaket yang bermerek seperti Z***, H&*, M****, yang pada

dasarnya merek tersebut tidak mengeluarkan secara khusus busana bagi

perempuan Muslim. Seperti yang kita lihat bagaimana hijab yang semula

adalah pilihan iman menjadi sebuah gaya hidup Islami yang dibangun oleh

kapitalisme.

Gaya hidup merupakan sebuah penggambaran “keseluruhan diri

seseorang” yang berinterasi dengan lingkungannya (Kottler dalam Sakinah,

2002). Menurut Susanto (dalam Nugrahani, 2003) gaya hidup adalah

perpaduan antara kebutuhan ekspresi diri dan harapan kelompok terhadap

seseorang dalam bertindak berdasarkan pada norma yang berlaku. Oleh karena

itu banyak diketahui macam gaya hidup yang berkembang di masyarakat

Hijabers Community dan Perubahan Gaya Busana Muslim di IndonesiaDYRA FATIMAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

17

sekarang misalnya gaya hidup hedonis, gaya hidup metropolis, gaya hidup

global dan lain sebagainya.

Menurut Plummer (1983) gaya hidup adalah cara hidup individu yang

diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka

(aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya (ketertarikan)

dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya. Berawal dari

keinginan untuk terus memenuhi gaya hidup dan mengikuti tren menjadikan

manusia tidak dapat berhenti mengonsumsi barang-barang terbaru agar dapat

selalu mendukung penampilan mereka. Masyarakat Indonesia sendiri

merupakan masyarakat konsumtif yang selalu tertarik dengan barang-barang

baru serta barang-barang bermerek.Mereka tidak lagi terlalu memikirkan

barang-barang yang benar-benar dibutuhkan atau keinginan yang muncul

hanya karena ketertarikan pada pandangan pertama atau nafsu.

Saat seseorang berkeinginan untuk menggunakan hijab agar dapat

menutup auratnya hal pertama yang selalu dipermasalahkan adalah cara

pemakaian busana dan hijabnya serta mempertanyakan ke syar’iannya. Seperti

yang penulis lihat dan perhatikan akhir-akhir ini sangat gencar komentar pada

mereka yang berhijab di berbagai media sosial ketika mereka yang berhijab ini

mengunggah foto OOTD (istilah di media sosial dari kepanjangan Outfit Of

The Day). Hijab mengalami dilema dalam basis keagamaan ketika dihadapkan

dengan media dan gaya hidup. Ada persimpangan antara nilai-nilai spiritual

dan nila-nilai pergaulan (Rubiyanti, 2004).Mereka justru melupakan yang hal

utama dari tujuan berhijab itu sendiri yaitu selain untuk menutup aurat,

Hijabers Community dan Perubahan Gaya Busana Muslim di IndonesiaDYRA FATIMAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

18

hijabseharusnya juga dapat membatasi sikap seseorang agar tampil sederhana

supaya terhindar dari sikap pamer, agama Islam juga melarang bersikap

hedonis dan konsumtif.

Chaney juga mengatakan bahwa pada akhir modernitas semua yang

kita miliki akan menjadi budaya tontonan. Semua orang ingin menjadi

penonton sekaligus ditonton.Ada kepuasan psikologis tertentu jika menjadi

pusat perhatian. Dimana orang-orang mulai mementingkan penampakan luar,

contohnya saat mereka mengunggah foto OOTD di media

sosialnya.Terdeferensiasinya kehidupan manusia oleh material kontemporer

yang menyilaukan mata, sudah semestinya agama tetap menjadi pegangan

utama mereka dalam mendisplinkan diri untuk tetap berada di jalur yang

sesuai dengan prinsip-prinsip syar’iat Islam.

F. METODE PENELITIAN

F.1 Lokasi Penelitian

Yogyakarta selama ini dikenal sebagai kota pelajar. Merupakan hal

wajar jika muncul pula berbagai macam bentuk komunitas yang

beranggotakan anak-anak muda.Komunitas-komunitas ini hadir sebagai rumah

kedua bagi mereka yang memiliki kesamaan hobi, minat, atau kesamaan

kampung halaman.

Hijabers Community dan Perubahan Gaya Busana Muslim di IndonesiaDYRA FATIMAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

19

Begitu pula dengan Hijabers CommunityYogyakarta yang digerakkan

oleh anak muda dari berbagai latar belakang pendidikan yang berbeda namun

memiliki minat yang sama dalam berhijab. Pertama kali komunitas ini

mengadakan pertemuan dilaksanakan di lantai dua sebuah butik yang

pemiliknya adalah salah satu komite Hijabers CommunityYogyakarta. Acara

pertemuan yang diadakan setiap hari minggu itu biasa disebut “Sunday Fun”

yang diisi dengan berbagai tema setiap minggunya. Pada akhirnya

kesekretariatan Hijabers Community ini ditetapkan di sana yang berada di

Jalan Cendrawasih no 32, Demangan, Yogyakarta. Meskipun sekarang untuk

beberapa kegiatan ada yang dilaksanakan disini dan diluar.

F.2. Penentuan Informan

Berhasil-tidaknya suatu penelitian etnografi membutuhkan informan

yang baik. Menurut Spradley (1979: 46) merumuskan lima kriteria informan

yang baik: (1) Enkulturasi penuh, (2) Keterlibatan langsung, (3) Latar

belakang budaya yang berbeda dengan peneliti, (4) Waktu yang cukup, dan

yang terakhir (5) Non analitis.

Mengacu pada pandangan Spradley diatas maka penulis memilih

empat orang informan yang dibagi berdasarkan yang telah lama memakai

hijab dan yang baru saja memutuskan untuk memakai hijab karena penulis

ingin mengetahui bagaimana respon dari mereka yang telah lama

menggunakan hijab terhadap munculnya gaya-gaya hijab baru dan agar

Hijabers Community dan Perubahan Gaya Busana Muslim di IndonesiaDYRA FATIMAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

20

penulis dapat melihat bagaimana proses membuat keputusan untuk memakai

hijab bagi mereka yang baru saja mengenakan hijab. Pemilihan informan juga

dengan latar belakang, status sosial dan asal tempat tinggal yang berbeda

karena penulis ingin mengetahui sampai dimana pengetahuan agama

mengenai hijab dan aturan-aturannya dalam Islamdan pengetahuan mereka

tentang fashionMuslim. Mereka juga merupakan anggota Hijabers

CommunityYogyakarta. Sehingga kita dapat melihat motivasi dan tujuan

mereka tertarik untuk bergabung dengan komunitas hijabers tersebut dan

bagaimana pandangan mereka terhadap perubahan-perubahan dalam

fashionMuslim terutama karena faktor kemunculan komunitas hijabers ini.

F.3. Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode observasi

partisipasi yaitu penulis ikut terlibat langsung dalam beberapa kegiatan yang

diadakan oleh Hijabers CommunityYogyakarta, serta melakukan wawancara

mendalam. Penulis juga membuat beberapa daftar pertanyaan sebagai acuan

dalam wawancara agar menjadi lebih terarah dan dapat membantu penulis

untuk mengembangkan obrolan dengan informan sehingga mendapatkan data

yang diharapkan, seperti konsep-konsep hijab syar’i dan respon informan

terhadap perkembangan hijab saat ini.

Hijabers Community dan Perubahan Gaya Busana Muslim di IndonesiaDYRA FATIMAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

21

G. ANALISIS DATA

Berdasarkan Data primer yaitu data yang dikumpulkan melalui

wawancara dan dicatat secara langsung juga data dari hasil observasi

partisipasi.Data sekunder yaitu data-data yang dikumpulkan dari berbagai

buku, majalah ataupun website.Selanjutnya, penulis melakukan interpretasi

data tersebut menjadi sebuah tulisan.

Hijabers Community dan Perubahan Gaya Busana Muslim di IndonesiaDYRA FATIMAUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/