Retinopati diabetik

30
Tutorial Klinik RETINOPATI DIABETIKUM Disusun Oleh : Arianto Adi Wibowo G99131021 Siti Fatimah Risa G99131080 Charismatika Syintia Dewi G99131027 Faiz Yunanto G99131039 Pembimbing dr. Retno Widiati, sp.M

description

laporan kasus

Transcript of Retinopati diabetik

Page 1: Retinopati diabetik

Tutorial Klinik

RETINOPATI DIABETIKUM

Disusun Oleh :

Arianto Adi Wibowo G99131021

Siti Fatimah Risa G99131080

Charismatika Syintia Dewi G99131027

Faiz Yunanto G99131039

Pembimbing

dr. Retno Widiati, sp.M

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDI

SURAKARTA

2014

Page 2: Retinopati diabetik

BAB I

PENDAHULUAN

Diabetik retinopati merupakan penyulit diabetes melitus yang paling ditakuti1

karena insidensinya yang tinggi dan buruknya prognosis bagi penglihatan4. Retinopati

adalah salah satu komplikasi mikrovaskular DM yang merupakan penyebab utama

kebutaan pada orang dewasa.2, 3

Penelitian epidemiologis di Amerika, Australia, Eropa, dan Asia melaporkan

bahwa jumlah penderita retinopati DM akan meningkat dari 100,8 juta pada tahun

2010 menjadi 154,9 juta pada tahun 2030 dengan 30% di antaranya terancam

mengalami kebutaan.5 The DiabCare Asia 2008 Study melibatkan 1 785 penderita

DM pada 18 pusat kesehatan primer dan sekunder di Indonesia dan melaporkan

bahwa 42% penderita DM mengalami komplikasi retinopati, dan 6,4% di antaranya

merupakan retinopati DM proliferatif.6

Risiko menderita retinopati DM meningkat sebanding dengan semakin

lamanya seseorang menyandang DM. Faktor risiko lain untuk retinopati DM adalah

ketergantungan insulin pada penyandang DM tipe II, nefropati, dan hipertensi.6,7

Sementara itu, pubertas dan kehamilan dapat mempercepat progresivitas retinopati

DM.8,9 Kebutaan akibat retinopati DM menjadi masalah kesehatan yang diwaspadai di

dunia karena kebutaan akan menurunkan kualitas hidup dan produktivitas penderita

yang akhirnya menimbulkan beban sosial masyarakat. Masalah utama dalam

penanganan retinopati DM adalah keterlambatan diagnosis karena sebagian besar

penderita pada tahap awal tidak mengalami gangguan penglihatan.7,10

1

Page 3: Retinopati diabetik

BAB II

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS

Nama : Ny. HS

Umur : 32 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Linmas

Alamat : Kandangdoro, Kestalan

Tanggal periksa : 22 Desember 2014

No. RM : 01-28-41-52

Cara Pembayaran : BPJS Kesehatan

II. ANAMNESIS

A. Keluhan utama : Pandangan kedua mata kabur

B. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dengan keluhan pandangan kedua mata kabur. Pandangan

kabur dirasakan pertama pada mata kiri 8 bulan SMRS, kemuadian pada mata

kanan 3 bulan SMRS. Pasien seperti melihat bintik gelap pada pangangannya.

Pasien merasakan pandangannya menurun secara tiba – tiba dan akhirnya pasien

mengeluh tidak bisa melihat sama sekali.

Pasien tidak ada keluhkan pada mata seperti mata merah, nyrocos, blobokan,

pandangan kabur, pandangan dobel, silau, cekot-cekot, nyeri ataupun pusing.

Pasien mengeluhkan sering BAK pada malam hari lebih dari ±3 kali, pasien

juga merasakan sering haus dan lapar. Pasien mengaku gula darah sewaktu tinggi

hingga 500 mg/dl

2

Page 4: Retinopati diabetik

C. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat sakit serupa : disangkal

Riwayat kencing manis : (+) sejak 5 tahun, Gula darah tidak

terkontrol

Riwayat hipertensi : disangkal

Riwayat trauma di mata : disangkal

Riwayat mata merah : disangkal

Riwayat infeksi / iritasi mata : disangkal

Riwayat alergi : disangkal

D. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat Hipertensi : disangkal

Rriwayat Kencing manis : (+) Ibu pasien

Riwayat benjolan di mata : disangkal

Riwayat infeksi / iritasi mata : disangkal

Riwayat alergi : disangkal

E. Kesimpulan

Anamnesis

OD OS

Proses Retinopati Retinopati

Lokalisasi Retina Retina

Sebab Hiperglikemi kronis Hiperglikemi kronis

Perjalanan Kronis Kronis

Komplikasi Buta Buta

III. PEMERIKSAAN FISIK

A. Kesan umum

Keadaan umum baik E4V5M6, gizi kesan cukup

3

Page 5: Retinopati diabetik

T = 120/80 mmHg N = 82x/menit RR = 20x/menit S= 36,50C VAS=7

B. Pemeriksaan subyektif OD OS

Visus sentralis jauh 1/~ 1/~

Pinhole tidak dilakukan tidak dilakukan

Refraksi non refraksi non refraksi

Visus Perifer

Konfrontasi test tidak dilakukan tidak dilakukan

C. Pemeriksaan Obyektif

1. Sekitar mata

Tanda radang tidak ada tidak ada

Luka tidak ada tidak ada

Parut tidak ada tidak ada

Kelainan warna tidak ada tidak ada

Kelainan bentuk tidak ada tidak ada

2. Supercilium

Warna hitam hitam

Tumbuhnya normal normal

Kulit sawo matang sawo matang

Geraknya dalam batas normal dalam batas normal

3. Pasangan Bola Mata dalam Orbita

Heteroforia tidak ada tidak ada

Strabismus tidak ada tidak ada

Pseudostrabismus tidak ada tidak ada

Exophtalmus tidak ada tidak ada

Enophtalmus tidak ada tidak ada

Anopthalmus tidak ada tidak ada

4

Page 6: Retinopati diabetik

4. Ukuran bola mata

Mikrophtalmus tidak ada tidak ada

Makrophtalmus tidak ada tidak ada

Ptisis bulbi tidak ada tidak ada

Atrofi bulbi tidak ada tidak ada

Buftalmus tidak ada tidak ada

Megalokornea tidak ada tidak ada

5. Gerakan Bola Mata

Temporal superior dalam batas normal dalam batas normal

Temporal inferior dalam batas normal dalam batas normal

Temporal dalam batas normal dalam batas normal

Nasal dalam batas normal dalam batas normal

Nasal superior dalam batas normal dalam batas normal

Nasal inferior dalam batas normal dalam batas normal

6. Kelopak Mata

Gerakannya dalam batas normal dalam batas normal

Lebar rima 10 mm 10 mm

Blefarokalasis tidak ada tidak ada

Tepi kelopak mata

Oedem tidak ada tidak ada

Margo intermarginalis tidak ada tidak ada

Hiperemis tidak ada tidak ada

Entropion tidak ada tidak ada

Ekstropion tidak ada tidak ada

7. Sekitar saccus lakrimalis

Oedem tidak ada tidak ada

Hiperemis tidak ada tidak ada

8. Sekitar Glandula lakrimalis

Odem tidak ada tidak ada

5

Page 7: Retinopati diabetik

Hiperemis tidak ada tidak ada

9. Tekanan Intra Okuler

Palpasi kesan normal kesan normal

Tonometer Schiotz tidak dilakukan tidak dilakukan

10. Konjungtiva

Konjungtiva palpebra

Oedem tidak ada tidak ada

Hiperemis tidak ada tidak ada

Sikatrik tidak ada tidak ada

Papil tidak ada tidak ada

Konjungtiva Fornix

Oedem tidak ada tidak ada

Hiperemis tidak ada tidak ada

Sikatrik tidak ada tidak ada

Konjungtiva Bulbi

Pterigium tidak ada tidak ada

Oedem tidak ada tidak ada

Hiperemis tidak ada tidak ada

Sikatrik tidak ada tidak ada

Injeksi konjungtiva tidak ada tidak ada

Caruncula dan Plika Semilunaris

Oedem tidak ada tidak ada

Hiperemis tidak ada tidak ada

Sikatrik tidak ada tidak ada

11. Sklera

Warna putih putih

Penonjolan tidak ada tidak ada

12. Kornea

Ukuran 12 mm 12 mm

6

Page 8: Retinopati diabetik

Limbus jernih jernih

Permukaan rata, mengkilat rata, mengkilat

Sensibilitas normal normal

Keratoskop (Placido) tidak dilakukan tidak dilakukan

Fluoresin Test tidak dilakukan tidak dilakukan

Arcus senilis (-) (-)

13. Kamera Okuli Anterior

Isi jernih jernih

Kedalaman dalam dalam

14. Iris

Warna coklat coklat

Gambaran spongious spongious

Bentuk bulat bulat

Sinekia Anterior tidak ada tidak ada

15. Pupil

Ukuran 3 mm 3 mm

Bentuk bulat bulat

Tempat sentral sentral

Reflek direk (+) (+)

Reflek indirek (+) (+)

Reflek konvergensi baik baik

16. Lensa

Ada/tidak ada ada

Kejernihan jernih jernih

Letak sentral sentral

Shadow test tidak dilakukan tidak dilakukan

17. Corpus vitreum

Kejernihan tidak dilakukan tidak dilakukan

7

Page 9: Retinopati diabetik

IV. KESIMPULAN PEMERIKSAAN

OD OS

Visus Sentralis Jauh 1/~ 1/~

Pinhole tidak dilakukan tidak dilakukan

Sekitar mata dalam batas normal dalam batas normal

Supercilium dalam batas normal dalam batas normal

Pasangan bola mata dalam

orbita

dalam batas normal dalam batas normal

Ukuran bola mata dalam batas normal dalam batas normal

Gerakan bola mata dalam batas normal dalam batas normal

Kelopak mata dalam batas normal dalam batas normal

Sekitar saccus lakrimalis dalam batas normal dalam batas normal

Sekitar glandula lakrimalis dalam batas normal dalam batas normal

Tekanan Intra Okuler kesan normal kesan normal

Konjungtiva palpebra dalam batas normal dalam batas normal

Konjungtiva fornix dalam batas normal dalam batas normal

Konjunctiva bulbi dalam batas normal dalam batas normal

Caruncula dan Plika

Semilunaris

dalam batas normal dalam batas normal

Sklera dalam batas normal dalam batas normal

Kornea dalam batas normal dalam batas normal

Camera oculi anterior dalam batas normal dalam batas normal

Iris dalam batas normal dalam batas normal

Pupil dalam batas normal dalam batas normal

Lensa dalam batas normal dalam batas normal

Corpus vitreum tidak dilakukan tidak dilakukan

8

Page 10: Retinopati diabetik

VII. GAMBAR

Gambar 1

Gambar 2

9

Page 11: Retinopati diabetik

Gambar 3

VIII. DIAGNOSIS BANDING

1. Retinopati diabetikum

2. Vaskular retinal disease

X. PLANNING

1. Funduskopi

2. Angiografi fluoresens (rujuk)

3. Kontrol gula darah

XI. PROGNOSIS

OD OS

Ad vitam bonam bonam

Ad sanam malam malam

Ad fungsionam malam malam

10

Page 12: Retinopati diabetik

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi

Retinopati diabetic adalah suatu mikroangiopati progresif yang ditandai oleh

kerusakan dan sumbatan pembuluh-pembuluh halus11, seperti arteriol prekapiler

retina.

2. Anatomi Konjungtiva

Konjungtiva merupakan membran mukosa tipis yang membatasi permukaan

dalam dari kelopak mata dan melipat ke belakang membungkus permukaan depan

dari bola mata, kecuali bagian jernih di tengah-tengah mata (kornea). Membran ini

berisi banyak pembuluh darah dan berubah merah saat terjadi inflamasi.

Konjungtiva terdiri dari tiga bagian:

1. Konjungtiva palpebralis (menutupi permukaan posterior dari palpebra).

2. Konjungtiva bulbaris (menutupi sebagian permukaan anterior bola mata).

11

Page 13: Retinopati diabetik

3. Forniks (bagian transisi yang membentuk hubungan antara bagian posterior

palpebra dan bola mata).

Meskipun konjungtiva agak tebal, konjungtiva bulbar sangat tipis.

Konjungtiva bulbar juga bersifat dapat digerakkan, mudah melipat ke belakang

dan ke depan. Pembuluh darah dengan mudah dapat dilihat di bawahnya. Di dalam

konjungtiva bulbar terdapat sel goblet yang mensekresi musin, suatu komponen

penting lapisan air mata pre-kornea yang memproteksi dan memberi nutrisi bagi

kornea.

3. Tanda Konjungtivitis3,4

Gejala penting konjungtivitis adalah sensasi benda asing, yaitu tergores atau

panas, sensasi penuh di sekitar mata, gatal dan fotofobia. Tanda penting

konjungtivitis adalah hiperemia, epifora, eksudasi, pseudoptosis, hipertrofi

papiler, kemosis (oedem stroma konjungtiva), folikel (hipertrofi lapis limfoid

12

Page 14: Retinopati diabetik

stroma), pseudomembranosa dan membran, granuloma, dan adenopati

preaurikuler.

4. Klasifikasi konjungtivitis

A. Konjungtivitis bakteri

Konjungtivitis bakteri akut disebabkan oleh streptococcus,

Corynebacterium diphtherica, pseudomonas, neisseria dan haemophilus.

Gambaran klinis berupa konjungtivitis mukopurulen dan purulen. Pada

kasus akut dapat juga menjadi kronis. Konjungtivitis bakteri ditandai

hiperemi konjungtiva, edema kelopak, papil dan kornea yang jernih.

Pada konjungtivitis yang disebabkan gonorrea, infeksi yang terjadi lebih

berat, radang konjungtiva lebih berat dan disertai sekret purulen. Pada

neonatus infeksi terjadi saat berada pada jalan lahir, ditularkan oleh ibu yang

menderita penyakit GO. Pada orang dewasa penularan melalui hubungan

seksual.

Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bakteri tergantung dari temuan

agen mikrobiologisnya. Sambil menunggu hasil laboratorium, dapat

diberikan antibiotik topikal. Setelah hasil laboratorium diperoleh, dapat

diberikan terapi sistemik3.

B. Konjungtivitis virus

1. Demam faringokonjungtival

Demam faringokonjungtival ditandai oleh demam 38,3-400C, sakit

tenggorokan dan konjungtivitis folikuler pada satu atau dua mata.

Folikuler sering pada kedua konjungtiva dan mukosa faring. Mata merah

dan berair sering terjadi. Limfadenopati preaurikuler yang tidak nyeri

tekan khas ditemukan pada demam faringokonjungtival4.

Penyakit ini berjalan akut dengan gejala hiperemi konjungtiva,

folikel konjungtiva, sekret serous, fotofobia, kelopak bengkak dengan

pseudomembran5,6.

13

Page 15: Retinopati diabetik

Pengobatan spesifik tidak diperlukan karena dapat sembuh sendiri.

Biasanya hanya diberi antibiotik dan terapi simtomatik3.

2. Keratokonjungtivitis epidemi

Penyakit ini disebabkan oleh adenovirus 8 dan 19. Menyerang pada

kedua mata. Tahap awal infeksi pasien merasa nyeri sedang dan

mengeluarkan air mata diikuti 5-14 hari kemudian merasa fotofobia,

keratitis epitel dan kekeruhan sub epitel. Pada penyakit ini khas ditemukan

nodus preaurikuler yang nyeri tekan. Fase akut ditandai edema palpebra,

kemosis dan hiperemi konjungtiva. Dapat juga terbentuk pseudomembran

dan diikuti simblefaron2,3.

Konjungtivitis epidemi berlangsung paling lama 3-4 minggu.

Kekeruhan kornea ditemukan ditengah kornea dan menetap berbulan-

bulan namun dapat sembuh sempurna. Pada orang dewasa terbatas di luar

mata. Namun pada anak-anak dapat ditemukan gejala infeksi seperti

demam, diare, otitis media7.

Terapi spesifik belum ada, namun dapat dikompres untuk

mengurangi gejala. Kortikosteroid sebaiknya dihindari. Antibiotik

diberikan hanya bila terjadi infeksi sekunder8,9.

3. Konjungtivitis virus herpes simpleks

Biasanya dijumpai pada anak-anak. Ditandai hiperemi, iritasi, sekret

mukoid, nyeri dan fotofobia ringan. Pada kornea tampak lesi epitelial yang

membentuk ulkus yang bercabang banyak (dendritik). Vesikel herpes

muncul pada palpebra dan disertai oedema yang berat. Nodus preaurikuler

nyeri bila ditekan. Diagnosis pasti dengan ditemukannya sel raksasa pada

pengecatan Giemsa, kultur virus dan sel inklusi intranuklear10.

Pengobatan yang sesuai dengan kompres dingin. Pengobatan saat ini

yang biasa diberikan adalah asiklovir 400 mg/hari selama 5 hari. Steroid

sebaiknya dihindari karena memperburuk infeksi herpes1,2.

14

Page 16: Retinopati diabetik

C. Konjungtivitis Chlamydia3

Konjungtivitis chlamydia juga disebut trakoma, disebabkan oleh

Chlamydia trakomatis. Dapat menyerang segala umur tapi biasanya pada anak

muda dan anak-anak. Cara penularan melalui kontak langsung dengan

penderita. Inkubasinya berkisar selama 5-14 hari.

Pada pewarnaan giemsa terlihat sel polimorfonukleat, tetapi juga dapat

ditemukan sel plasma, sel leber dan sel folikel (limfoblas). Sel leber dapat

menyokong diagnosa trakoma, tetapi sel limfoblas adalah tanda diagnosa yang

penting bagi trakoma.

Pasien biasanya mengeluhkan fotofobia, mata gatal dan berair. Penyakit

ini mempunyai 4 stadium4,5:

1. Stadium insipien

Terdapat hipertrofi dengan folikel kecil-kecil pada konjungtiva palpebra

superior, yang memperlihatkan penebalan dan kongesti pembuluh darah

konjungtiva. Sekret jernih dan sedikit bila tidak ada infeksi sekunder.

Kelainan kornea jarang didapatkan.

2. Stadium established

Terdapat hipertrofi papiler dan folikel yang matang dan besar pada

konjungtiva palpebra superior. Dapat ditemukan pannus konjungtiva

(pembuluh darah yang terletak di daerah limbus atas dengan infiltrat)

yang jelas. Terdapat hipertrofi papil yang berat seolah-olah mengalahkan

gambaran folikel pada konjungtiva superior.

3. Stadium parut

Terdapat parut pada konjungtiva palpebra superior yang terlihat sebagai

garis putih halus sejajar margo palpebra. Parut pada limbus kornea

disebut lengkungan herbert. Gambaran papil mulai berkurang.

4. Stadium sembuh

15

Page 17: Retinopati diabetik

Pembentukan parut sempurna pada konjungtiva palpebra superior

sehingga menyebabkan perubahan bentuk tarsus yang dapat

mengakibatkan enteropion dan trikiasis.

Pengobatan trakoma adalah dengan tetrasiklin salep mata, 2-4 kali sehari

selama 3-4 minggu. Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi dan menjaga

higienie3.

D. Konjungtivitis Alergi

1. Konjungtivitis vernalis

Disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas tipe I yang mengenai kedua

mata dan bersifat rekuren. Pada kedua mata ditemukan papil besar dengan

permukaan rata pada konjungtiva palpebra, rasa gatal yang berat, sekret

gelatin berisi eosinofil, pada kornea terdapat keratitis, neovaskularisasi

dan tukak indolen. Pada tipe limbal terdapat benjolan pada daerah limbus

dan bercak Horner Trantas berwarna keputihan yang terdapat di dalam

benjolan6.

Penyakit ini ditemukan terbanyaj pada usia 5-25 tahun, insidensi pada

laki-laki sama dengan perempuan. Dua bentuk utama berupa:

Bentuk Palpebra

Terutama mengenai konjungtiva palpebra superior. Terdapat

pertumbuhan papil yang besar (Cobble stone) yang diliputi sekret mukoid.

Konjungtiva palpebra inferior edema dan hiperemi, kelainan kornea lebih

berat dari bentuk limbal. Papil tampak sebagai tonjolan bersegi banyak

dengan permukaan yang rata dengan kapiler ditengahnya7,8.

Bentuk Limbal

Hipertrofi papil pada limbus superior dapat membentuk jaringan

hiperplastik gelatin, dengan Trantas dot yang merupakan degenerasi epitel

kornea atau oesinofil pada bagian epitel limbus kornea, terbentuk pannus

dengan sedikit eosinofil9.

16

Page 18: Retinopati diabetik

Penyakit ini biasanya sembuh sendiri tanpa diobati. Dapat diberi

kompres dingin, natrium bikarbonat dan vasokonstriktor. Pengobatan

dengan kortikosteroid tetes atau salep mata dianjurkan. Bila terdapat tukak

kornea dapat diberi antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder namun

menjadi kontraindikasi pemberian kortikosteroid3,10.

2. Konjungtivitis flikten1

Merupakan konjungtivitis nodular yang disebabkan reaksi alergi tipe

IV terhadap tuberkuloprotein, stafilokokus, limfogranuloma venerea,

leismaniasis, infeksi parasit. Terdapat kumpulan sel leukosit netrofil

dikelilingi sel limfosit, makrofag, dan kadang sel datia berinti banyak.

Flikten merupakan infiltrasi seluler subepitel yang terutama terdiri atas sel

limfosit.

Biasanya terlihat unilateral dan kadang mengenai kedua mata. Di

konjungtiva terlihat sebagai bintik putih dikelilingi daerah hiperemi.

Gejalanya adalah mata berair, iritasi dengan rasa sakit, fotofobia ringan

hingga berat. Bila kornea ikut terkena akan terjadi silau dan

blefarospasme.

Penyakit ini dapat sembuh dalam 2 minggu dan dapat kambuh, dan

bila terkena kornea keadaan akan lebih berat. Pengobatannya adalah

steroid topikal dan midriatik bila ada penyulit.

E. Konjungtivitis kimia atau iritan

Asap, asam, alkali, angin dan hampir semua substansi iritan yang

masuk ke saccus konjungtiva dapat menimbulkan konjungtivitis. Beberapa

iritan umum adalah pupuk, sabun, deodoran, spray rambut, berbagai asam dan

alkali. Di daerah tertentu, asap dan kabut dapat menyebabkan konjungtivitis

ringan2,3.

Pada luka karena asam, asam mengubah sifat protein jaringan dan

berefek langsung. Alkali tidak mengubah sifat protein dan cenderung cepat

menyusup dan menetap dalam jaringan konjungtiva, merusak selama berjam-

17

Page 19: Retinopati diabetik

jam atau berhari-hari. Perlekatan konjungtiva bulbi dan palpebra dan leukoma

kornea lebih besar terjadi bila penyebabnya alkali. Gejala utamanya adalah

rasa sakit, pelebaran pembuluh darah, fotofobia dan blefarospasme4.

Pembilasan segera dan menyeluruh pada saccus konjungtiva dengan air atau

larutan fisiologis. Dapat juga diberi kompres dingin selama 20 menit setiap

jam, atropin 2 kali sehari,bila perlu beri analgetik sistemik. Parut kornea

mungkin memerlukan transpalantasi kornea, simblefaron memerlukan bedah

plastik. Luka bakar berat pada konjungtiva dan kornea prognosis buruk

meskipun di bedah. Namun bila ditangani segera prognosisnya lebih baik5-7.

18

Page 20: Retinopati diabetik

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan oftalmologi, pasien didiagnosa

dengan konjungtivitis vernalis. Pada kasus konjungtivitis vernalis biasanya

sembuh sendiri tanpa diobati, tidak terdapat penatalaksanaan medikamentosa

spesifik, namun dianjurkan untuk pemberian tetes mata antibiotik untuk

mencegah infeksi sekunder.

B. Saran

Hendaknya pasien menghapus air mata dengan bahan yang bersih dari

kontaminasi.

Menghindari memegang mata yang sakit dengan tangan atau bahan yang tidak

bersih.

Hendaknya mata yang sakit ditutup sementara waktu untuk menghindari

kontaminasi dari lingkungan luar.

Pasien diminta membatasi mobilitas/bepergian jauh sampai dengan mata

kembali normal.

19

Page 21: Retinopati diabetik

DAFTAR PUSTAKA

1. Diabetik Retinopathy. http://www.eyemdlink.com/condition.asp?conditionID

2. Noble J, Chaudhary V. Diabetic retinopathy. CMAJ. 2010; 182(15):1646.

3. Fong DS, Aiello L, Gardner TW, King GL, Blankenship G, Cavallerano JD.

Diabetic retinopathy. Diabetes Care. 2003; 26(Suppl1):S99-102.

4. Nema HV, Textbook of Opthalmology, Edition 4. Medical Publisher, New

Delhi: 2002, page 249-251

5. Wong TY, Yau J, Rogers S, Kawasaki R, Lamoureux EL, Kowalski J. Global

prevalence of diabetic retinopathy: Pooled data from population studies from

the United States, Australia, Europe and Asia. Prosiding The Association for

Research in Vision and Opthalmology Annual Meeting; 2011.

6. Soewondo P, Soegondo S, Suastika K, Pranoto A, Soeatmadji DW,

Tjokroprawiro A. The DiabCare Asia 2008 study - Outcomes on control and

complications of type 2 diabetic patients in Indonesia. Med J Indones.

2010;19(4):235-43.

7. Paulus YM, Gariano RF. Diabetic retinopathy: A growing concern in an aging

population. Geriatrics. 2009;64(2):16-26.

8. American Diabetes Association. Standards of medical care in diabetes - 2010.

Diabetes Care. 2010;33(Suppl1):S11-61.

9. Fong DS, Aiello L, King GL, Blankenship G, Cavallerano JD, Ferris FL.

Retinopathy in diabetes. Diabetes Care. 2004;27 (Suppl1):S84-7.

10. Garg S, Davis RM. Diabetic retinopathy screening update. Clinical Diabetes.

2009;27(4):140-5.

20

Page 22: Retinopati diabetik

11. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR, Optalmologi Umum, Edisi 14, Widya Medika:

Jakarta, 2000, hal: 211-214

21