PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

72
PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK Studi Observasional Analitik terhadap Pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Islam Amal Sehat Sragen Karya Tulis Ilmiah untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar Sarjana Kedokteran Oleh: Ayu Setyaningrum Iswandari Safitri 01.210.6100 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG 2014

Transcript of PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

Page 1: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS

DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

Studi Observasional Analitik terhadap Pasien Diabetes Melitus

di Rumah Sakit Islam Amal Sehat Sragen

Karya Tulis Ilmiah

untuk memenuhi sebagian persyaratan

mencapai gelar Sarjana Kedokteran

Oleh:

Ayu Setyaningrum Iswandari Safitri

01.210.6100

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2014

Page 2: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

ii

KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS

DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

Studi Observasional Analitik terhadap Pasien Diabetes Melitus

di Rumah Sakit Islam Amal Sehat Sragen

Yang dipersiapkan dan disusun oleh

Ayu Setyaningrum Iswandari Safitri

01.210.6100

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

pada tanggal 25 Februari 2014

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Page 3: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

iii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ayu Setyaningrum Iswandari Safitri

NIM : 01.210.6100

Dengan ini menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang berjudul:

PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS

DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

Studi Observasional Analitik terhadap Pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit

Islam Amal Sehat Sragen

Adalah benar hasil karya saya dan penuh kesadaran bahwa saya tidak melakukan

tindakan plagiasi atu mengambil alih seluruh atau sebagian besar karya tulis orang

lain tanpa menyebutkan sumbernya. Jika saya terbukti melakukan tindakan

plagiasi, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Semarang, 25 Februari 2014

Ayu Setyaningrum Iswandari Safitri

Page 4: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

iv

PRAKATA

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,

sehingga Karya Tulis Ilmiah dengan judul: Perbedaan Onset Usia Menderita

Diabetes Melitus dengan Derajat Retinopati Diabetik ini dapat diselesaikan.

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana

Kedokteran di Universitas Islam Sultan Agung Semarang.

Karya Tulis Ilmiah ini tidak luput dari kekurangan dan keterbatasan

namun karena bantuan, bimbingan, motivasi serta doa dari semua pihak, maka

Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. dr. H. Iwang Yusuf, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Islam Sultan Agung Semarang.

2. dr. H. Harka Prasetya, Sp.M. danDr. Drs. H. Israhnanto Isradji, M.Si.,

selaku dosen pembimbing I dan II yang telah sabar meluangkan waktu dan

pikiran untuk mengarahkan dan membimbing penulis hingga Karya Tulis

Ilmiah ini diselesaikan.

3. dr. Hj. A.M. Sita Pritasari, Sp.M. dan Dra. Hj. Edijanti Goenarwo, Apt.,

selaku dosen penguji yang telah sabar meluangkan waktu dan pikiran

untuk mengarahkan dan membimbing penulis hingga Karya Tulis Ilmiah

ini diselesaikan.

Page 5: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

v

4. Kepada orang tua penulis dr. H. Dukut Sarwandi H.A., Sp.PD., FINASIM

dan Hj. Rini Mayawati, S.Pd., M.Si, adik-adik tercinta Denis Hati Hananti

Sakti dan Bagas Mulya Waskitho, Rifqi Nury serta seluruh keluarga besar

tercinta yang senantiasa memberikan doa, materi dan dukungan kepada

penulis untuk terus istiqomah dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

ini.

5. Pihak Dekanat Universitas Islam Sultan Agung Semarang yang telah

membantu penulis dalam proses penelitian.

6. Rekan-rekan Nigella sativa (angkatan 2010), kos J-48, dan PSFK Unissula

yang telah memberikan semangat dan berbagi ilmu dalam menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah Ini.

7. Pihak Rumah Sakit Islam Amal Sehat Sragen dan anggota PERSADIA

yang telah membantu penulis dalam proses penelitian.

8. Semua pihak yang telah ikut membantu dalam menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan

oleh penulis.

Page 6: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

vi

Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat dan memberi

wawasan bagi pembaca pada umumnya dan bagi mahasiswa kedokteran pada

khususnya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Semarang, 25 Februari 2014

Penulis

Page 7: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii

SURAT PERNYATAAN .............................................................................. iii

PRAKATA .................................................................................................... iv

DAFTAR ISI ............................................................................................... vii

DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... x

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii

INTISARI .................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 4

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 4

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 6

2.1 Anatomi Retina ..................................................................... 6

2.2 Retinopati Diabetik ............................................................... 8

2.2.1 Definisi ..................................................................... 8

2.2.2 Patofisiologi ............................................................. 8

2.2.3 Klasifikasi ................................................................. 10

2.2.4 Funduskopi Direk ..................................................... 13

Page 8: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

viii

2.3 Diabetes Melitus .................................................................... 15

2.3.1 Definisi ..................................................................... 15

2.3.2 Klasifikasi ................................................................. 15

2.3.3 Diagnosis .................................................................. 17

2.3.4 Pengelolaan .............................................................. 18

2.3.5 Komplikasi ............................................................... 20

2.3.5.1 Komplikasi Akut .......................................... 20

2.3.5.2 Komplikasi Kronis ....................................... 21

2.4 Perbedaan onset usia menderita diabetes melitus dengan

derajat retinopati diabetik ..................................................... 22

2.5 Faktor Risiko Retinopati Diabetik ........................................ 23

2.6 Kerangka Teori ..................................................................... 27

2.7 Kerangka Konsep ................................................................. 28

2.8 Hipotesis ............................................................................... 28

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 29

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ........................................... 29

3.2 Variabel dan Definisi Operasional ....................................... 29

3.2.1 Variabel .................................................................... 29

3.2.1.1 Variabel Bebas ............................................. 29

3.2.1.2 Variabel Tergantung ..................................... 29

3.2.2 Definisi Operasional ................................................. 29

3.2.2.1 Onset usia menderita diabetesmelitus ........... 29

3.2.2.2 Derajat retinopati diabetik ............................ 30

3.3 Populasi dan Sampel ............................................................ 30

3.3.1 Populasi .................................................................... 30

Page 9: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

ix

3.3.2 Sampel ...................................................................... 31

3.3.2.1 Besar Sampel ................................................ 31

3.3.2.2 Sampel Penelitian ......................................... 32

3.4 Instrumen dan Bahan Penelitian ........................................... 33

3.5 Cara Penelitian ..................................................................... 33

3.5.1 Studi Pendahuluan .................................................... 33

3.5.1.1 Penentuan Populasi dan Sampel ................... 33

3.5.1.2 Pengajuan Perijinan Penelitian ...................... 33

3.5.2 Pelaksanaan Penelitian .............................................. 34

3.5.3 Alur Penelitian ......................................................... 35

3.6 Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 35

3.6.1 Tempat Penelitian ..................................................... 35

3.6.2 Waktu Penelitian ...................................................... 35

3.7 Analisis Hasil ....................................................................... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 37

4.1 Hasil ................................................................................... 37

4.1.1 Distribusi Retinopati Diabetik ................................. 37

4.1.2 Perbedaan onset usia menderita diabetes melitus

dengan derajat retinopati diabetik ............................ 38

4.2 Pembahasan .......................................................................... 39

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 42

5.1 Simpulan .............................................................................. 42

5.2 Saran .................................................................................... 42

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 44

LAMPIRAN ................................................................................................... 47

Page 10: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

x

DAFTAR SINGKATAN

ADA :American Diabetes Association

AGEs : Advanced Glycation End-products

CMV : Citomegalovirus

DM : Diabetes Melitus

DR : Diabetic Retinopathy

FK : Fakultas Kedokteran

GDS : Gula Darah Sewaktu

IRMA : Intra Retinal Macrovascular Abnormalities

NPDR : Non proliferative Diabetic Retinopathy

OHO : Obat Hipoglikemik Oral

PDR : Proliferative Diabetic Retinopathy

PERKENI : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia

PERSADIA : Persatuan Diabetes Indonesia

UNISSULA : Universitas Islam Sultan Agung

Page 11: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi retinopati diabetik ......................................................... 37

Tabel 4.2 Data hasil tabulasi silang antara onset usia dan derajat retinopati

diabetik ......................................................................................... 38

Tabel 4.3 Data Hasil Uji Chi-square.............................................................. 38

Tabel 4.4 Hasil Analisis Uji Chi-square ....................................................... 39

Page 12: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Retinopati diabetik nonproliferatif dengan edema makula ...... 11

Gambar 2.2 : Retinopati diabetik proliferatif dengan edema makula

dan perdarahan pre-retina .......................................................... 13

Gambar 2.3 : Gambaran fundus normal ........................................................ 14

Gambar 6.1 : Kegiatan Senam PERSADIA ................................................... 57

Gambar 6.2 : Peserta mengisi kuesioner ........................................................ 57

Gambar 6.3 : Pemeriksaan Kadar GDS ......................................................... 57

Gambar 6.4 : Pemeriksaan Kadar GDS ......................................................... 57

Gambar 6.5 : Sampel ditetesi midriatikum .................................................... 58

Gambar 6.6 : Sampel ditetesi midriatikum .................................................... 58

Gambar 6.7 .. : Funduskopi ............................................................................... 58

Gambar 6.8 : Funduskopi .............................................................................. 58

Gambar 6.9 : Penyampaian Hasil Pemeriksaan dan Edukasi ......................... 58

Page 13: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data Penelitian

Lampiran 2 : Hasil Uji SPSS

Lampiran 3 : Surat Ijin Penelitian

Lampiran 4 : Ethical Clearance

Lampiran 5 : Lembar Persetujuan Responden dan Kuesioner

Lampiran 6 : Gambar Penelitian

Page 14: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

xiv

INTISARI

Retinopati diabetik/Diabetic Retinopathy (DR) adalah kelainan retina

penderita diabetes melitus (DM). Salah satu risiko DR adalah tipe DM, tetapi pada

kenyataannya tipe DM sulit untuk dibedakan sehingga dibedakan berdasarkan

onset usia menderita DM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan

onset usia menderita DM dengan derajat retinopati diabetik.

Penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional ini

menggunakan sampel penderita DM yang terkontrol, yaitu pada anggota

PERSADIA yang dibagi 2 kelompok. K-I merupakan responden menderita DM

saat berusia <40 tahun dan K-II merupakan responden menderita DM saat berusia

>40 tahun yang diperiksa kedua matanya dengan menggunakan oftalmoskop.

Hasil penelitian didapatkan bahwa penderita DM yang beronset <40 tahun

tidak terdapat DR sebanyak 15 orang (mata kanan) dan 17 orang (mata kiri),

NPDR sebanyak 6 orang (mata kanan) dan 4 orang (mata kiri), sedangkan

penderita DM yang beronset >40 tahun tidak terdapat DR sebanyak 18 orang

(mata kanan) dan 17 orang (mata kiri), NPDR sebanyak 3 orang (mata kanan) dan

4 orang (mata kiri). Data yang diperoleh dianalisis dengan uji Chi-square,

hasilnya tidak terdapat perbedaan antara onset usia menderita diabetes melitus

dengan derajat retinopati diabetik, yaitu 0,415 (p > 0,05).

Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah tidak terdapat perbedaan antara

onset usia menderita diabetes melitus dengan derajat retinopati diabetik.

Kata kunci: retinopati diabetik, onset usia menderita diabetes melitus

Page 15: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Retinopati diabetik adalah kelainan retina penderita diabetes

melitus yang sudah lama sehingga terdapat aneurisma, pelebaran vena,

perdarahan, dan eksudat lemak (Ilyas, 2006). Banyak faktor yang

mempengaruhi retinopati diabetik, antara lain: lama menderita, tipe

diabetes melitus, keadaan hiperglikemia, HbA1C, hipertensi, dislipidemia,

usia saat ini, genetik, kehamilan, dan merokok (Anugrah, 2013; Mehlsen

dkk., 2011; Pandelaki, 2006; PERKENI, 2008; Sanjaya, 2006). Diabetes

melitus dapat diklasifikasikan, antara lain diabetes melitus tipe 1, diabetes

tipe 2, diabetes melitus tipe lain, dan diabetes melitus karena kehamilan

(ADA, 2009). Diabetes melitus tipe 1 dan tipe 2 dapat dibedakan dari

terapi dan onsetnya. Pada penderita diabetes melitus tipe 1 tergantung

terhadap insulin eksogen dan paling sering diderita pada pasien berusia

muda atau kadang pada pasien dewasa non obesitas, sedangkan pada

penderita diabetes tipe 2 tidak tergantung insulin eksogen dan sering

ditemukan pada usia >40 tahun (ADA, 2009 ; Gustaviani, 2006; Mathur

dan Shiel, 2003; Mehlsen dkk, 2011). Tetapi pada kenyataannya, penderita

diabetes melitus tipe 2 sudah banyak yang menggunakan terapi insulin

eksogen, sehingga dalam praktek sulit untuk membedakan klasifikasinya,

sehingga banyak yang mengatakan bahwa penderita diabetes melitus yang

Page 16: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

2

berusia >40 tahun dikelompokkan sebagai diabetes melitus tipe 2 (ADA,

2009 ; Soegondo, 2007).

Penderita diabetes melitus lebih rentan terjadi kebutaan daripada

yang bukan penderita diabetes melitus (Pandelaki, 2006 ). Diabetes

melitus tidak dapat disembuhkan melainkan dapat dikelola melalui

pengaturan pola hidup untuk mempertahankan kondisi fisik dan metabolik

penderita diabetes melitus dengan program: penyuluhan kesehatan,

pengaturan makanan, olahraga, dan obat-obatan baik obat oral maupun

suntikan insulin (Darmono, 2007; Soegondo, 2007). Retinopati diabetik

merupakan penyulit terpenting pada diabetes melitus.Hal ini dapat

mengakibatkan prognosis yang kurang baik bagi penglihatan (Ilyas, 2006).

WHO memperkirakan bahwa penderita diabetes melitus yang berusia di

atas 20 tahun sekitar 150 juta orang di tahun 2000, kemungkinan pada

tahun 2025 akan berkembang menjadi 300 juta orang (Gustaviani, 2006).

Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya prevalensi retinopati diabetik.

Berdasarkan The Diabetes Care Asia 2008 Study, 42% penderita diabetes

melitus di Indonesia mengalami komplikasi retinopati (Nasution, 2011).

Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme yang ditandai

dengan hiperglikemia akibat hilangnya toleransi karbohidrat.Hal ini

disebabkan karena tidak berfungsinya pankreas secara optimal (Price dan

Wilson, 2006). Semakin muda usia didiagnosis menderita diabetes melitus

maka risiko terjadinya retinopati diabetik akan semakin cepat

dibandingkan ketika didiagnosis pada usia yang lebih tua (>40 tahun)

Page 17: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

3

(Anonim, 2008). Dengan jangka waktu yang sama , maka usia yang lebih

muda akan lebih cepat mengalami kondisi patologis pada retina seperti

membran basal endotel kapiler, berkurangnya jumlah perisit, kemudian

membentuk mikroaneurisma, perdarahan, dilatasi pembuluh darah, hard

exudate, soft exudate/cotton wool spots, neovaskularisasi, edema retina,

terbentuk parut akhirnya menyebabkan kebutaan (Ilyas, 2008; Sanjaya,

2006; Vaughan dkk., 2009).

Selama ini penelitian mengenai perbedaan tipe diabetes melitus

terhadap derajat retinopati diabetik belum banyak diteliti, tetapi secara

praktek tipe diabetes melitus sulit dibedakan sehingga dilakukan penelitian

berdasarkan onset usia penderita (Soegondo, 2007). Pada penelitian-

penelitian sebelumnya hanya membedakan usia dengan terjadinya

retinopati diabetik atau tidak. Berdasarkan masalah yang telah penulis

uraikan menunjukkan bahwa onset usia menderita diabetes melitus

merupakan faktor risiko dari retinopati diabetik. Penelitian ini akan

dilakukan di Rumah Sakit Islam Amal Sehat Sragen karena terdapat

kumpulan anggota PERSADIA yang dapat digunakan sebagai sampel pada

penelitian ini untuk mengetahui adanya retinopati diabetik dan belum

pernah dilakukan penelitian mengenai perbedaan onset usia menderita

diabetes melitus dengan derajat retinopati diabetik.

Page 18: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

4

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan maka, masalah yang diajukan

pada penelitian ini:

Apakah ada perbedaan onset usia menderita diabetes melitus dengan

derajat retinopati diabetik?

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbedaan onset usia menderita diabetes melitus

dengan derajat retinopati diabetik di Rumah Sakit Islam Amal

Sehat Sragen.

1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui karakteristik sampel penderita diabetes melitus

yang didiagnosis pertama kali pada usia<40 tahun dan >40 tahun

dengan derajat retinopati diabetik.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini digunakan untuk menambah pengetahuan dan

sebagai pustaka tentang perbedaan onset usia menderita diabetes

melitus dengan derajat retinopati diabetik dan sebagai data dasar

untuk penelitian selanjutnya.

Page 19: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

5

1.4.2 Manfaat Praktis

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat digunakan untuk

edukasi terhadap pasien dalam mencegah terjadinya komplikasi

retinopati diabetik maupun progresivitasnya.

Page 20: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Retina

2.1.1 Anatomi Retina

Retina merupakan struktur yang tipis dan semitransparan,

yang melapisi 2/3 bagian dalam posterior dinding bola mata. Retina

membentang ke anterior dari korpus siliaris dan berakhir pada ora

serata dengan tepi yang tidak rata (Vaughan dkk., 2009).

Retina memiliki lapisan-lapisan dari dalam ke luar, antara

lain (Liesegang dkk.,2005; Vaughan dkk., 2009):

1. Lapisan membran limitans interna

2. Lapisan serat saraf yang mengandung akson-akson sel

ganglion yang berjalan menuju nervus optikus

3. Lapisan sel ganglion

4. Lapisan pleksiformis dalam yang mengandung sambungan sel

ganglion dengan sel amakrin dan sel bipolar

5. Lapisan inti dalam yang mengandung badan-badan sel bipolar,

sel amakrin, dan sel horizontal

6. Lapisan pleksiformis luar yang mengandung sambungan sel

bipolar dan sel horizontal dengan sel-sel fotoreseptor

7. Lapisan inti luar yang mengandung akson sel fotoreseptor (sel

basilus dan sel konus)

8. Lapisan membran limitans eksterna

Page 21: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

7

9. Lapisan fotoreseptor yang mengandung badan-badan sel

basilus dan sel konus

10. Lapisan epitel pigmen retina

Lapisan fotoreseptor terletak di lapisan terluar retina

sensorik yang avaskular dan menjadi tempat yang mengawali

proses penglihatan. Sel konus mengandung rhodopsin yang

menyerap cahaya, diubah dalam bentuk 11-cis-retinal menjadi all-

trans-retinol lalu diteruskan menjadi impuls saraf. Impuls ini

dihantarkan oleh jaras-jaras penglihatan melalui nervus optikus

menuju korteks penglihatan oksipital.

Pada bagian tengah dari retina posterior terdapat makula

yang merupakan daerah yang dibatasi oleh cabang-cabang pem-

buluh darah retina temporal.

Bagian tengah makula terdapat fovea sentralis yang

merupakan bagian retina yang paling tipis dan hanya mengandung

sel konus. Fungsifovea sentralis yaitu sebagai penghasil ketajaman

penglihatan yang optimal.

Retina divaskularisasi oleh arteri sentralis retina dan arteri

koriokapilaris. Arteri sentralis retina memperdarahi 2/3 daerah

retina bagian dalam, sedangkan 1/3 daerah retina bagian luar

diperdarahi oleh arteri koriokapilaris. Fovea sentralis diperdarahi

oleh arteri koriokapilaris dan rentanmengalami kerusakan. Apabila

retina mengalami ablasi maka susah untuk diperbaiki. Pembuluh

Page 22: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

8

darah retina memiliki lapisan endotel yang membentuk sawar

darahretina (Vaughan dkk., 2009).

2.2 Retinopati Diabetik

2.2.1 Definisi

Retinopati diabetik merupakan kelainan pada retina yang

merupakan salah satu komplikasi dari diabetes melitus yang ditan-

dai dengan kerusakan dan sumbatan pada mikrovaskuler.(Ilyas,

2006). Perubahan patologis yang terjadi antara lain penebalan pada

membran basal endotel kapiler, berkurangnya jumlah perisit,

kemudian membentuk mikroaneurisma, perdarahan, dilatasi

pembuluh darah, hard exudate, soft exudate/cotton wool spots,

neovaskularisasi, edema retina, terbentuk parut akhirnya menye-

babkan kebutaan (Ilyas, 2008; Vaughan dkk., 2009).

2.2.2 Patofisiologi

Retinopati diabetik terjadi akibat hiperglikemia kronik dan

terjadi melalui berbagai jalur, antara lain:

a. Hiperglikemia memicu terbentuknya advanced glycation

end-products (AGEs). AGEs adalah produk glikasi non‐en-

zimatik dan oksidasi protein dan lipid yang bersifat irrever-

sibel. Protein yang dirusak oleh AGEs akan mengubah

struktur dan fungsi jaringan, serta terjadi penurunan elas-

tisitas dinding pembuluh darah. AGEs dapat mengganggu

Page 23: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

9

fungsi enzim pengatur pengeluaran zat yang memvasodi-

latasi dan adhesi sel di dalam pembuluh darah. Laju per-

kembangan aterosklerosis dengan akumulasi protein plas-

ma, lipoprotein, dan lipid pada dinding pembuluh darah

mempengaruhi kadar AGEs di jaringan berhubungan. Lesi

aterosklerotik dapat ruptur dan menimbulkan trombus yang

menyumbat kapiler fokal di mata (Sufriyana, 2010). Selain

itu, akumulasi AGEs dapat menimbulkan stress oksidatif

yang diperantarai oleh reactive oxygen intermediates

(ROIs). ROIs dan AGEs dapat merusak perisit, endotel

pembuluh darah dan merangsang pelepasan faktor vasoaktif

seperti nitric oxide (NO), prostasiklin, insulin-like growth

factor-1 (IGF-1), dan endotelin (Sitompul, 2011).

b. Hiperglikemia kronik mengaktivasi jalur poliol yang me-

nimbulkan peningkatkan glikosilasi dan peningkatan aldose

reduktase sehingga terjadi akumulasi sorbitol. Akibat ada-

nya akumulasi sorbitol dalam sel, mengakibatkan pening-

katan tekanan osmotik dan menurunkan kadar mioinositol

serta aktivitas Na/K‐ATPase, sehingga terjadi penyerapan

air yang mengakibatkan endotel membengkak dan akhirnya

merusak endotel melalui proses biokimia dan terjadi gang-

guan fungsi endotel seperti kebocoran dan agregasi trom-

bosit (Sitompul, 2011; Sufriyana, 2010).

Page 24: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

10

c. Hiperglikemia mengaktivasi transduksi sinyal intraseluler

protein kinase C (PKC). PKC akan mengaktivasi vascular

endothelial growth factor (VEGF) dan faktor pertumbuhan

lain. VEGF menstimulasi intracellular adhesion molecule-1

(ICAM-1) yang menyebabkan terbentuknya ikatan antara

leukosit dan endotel pembuluh darah sehingga dapat terjadi

kerusakan sawar darah retina, trombosis, dan oklusi kapiler

retina (Sitompul, 2011).

Jalur-jalur tersebut dapat menimbulkan gangguan sirkulasi,

hipoksia, dan inflamasi pada retina. Hipoksia akan merangsang

pembentukan pembuluh darah baru yang memiliki kelemahan pada

membran basalisnya dan kekurangan jumlah perisit yang dapat me-

nyebabkan terjadinya kebocoran protein plasma dan perdarahan di

dalam retina dan vitreous (Sitompul, 2011).

2.2.3 Klasifikasi

Early Treatment Diabetik Retinopathy Study Research

Group (ETDRS) membagi retinopati diabetik menjadi dua, yaitu

retinopati nonproliferatif dan retinopati proliferatif (Ranti, 2011).

a. Retinopati nonproliferatif

Retinopati nonproliferatif dapat dibagi berdasarkan

gambaran klinisnya, antara lain:

1) Retinopati nonproliferatif ringan: terdapat ≥ 1

tanda yaitu dilatasi vena, mikroaneurisma,

Page 25: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

11

perdarahan intraretina yang kecil atau hard

exudate.

2) Retinopati nonproliferatif sedang: terdapat ≥ 1

tanda yaitu dilatasi vena derajat ringan,

perdarahan, hard exudate, soft exudate atau

IRMA.

3) Retinopati nonproliferatif berat: terdapat ≥ 1

tanda yaitu perdarahan dan mikroaneurisma pada

4 kuadran retina, dilatasi vena pada 2 kuadran,

atau IRMA pada 1 kuadran.

4) Retinopati nonproliferatif sangat berat:

ditemukan ≥ 2 tanda pada retinopati nonpro-

liferatif berat.

Gambar 2.1 Retinopati diabetik nonproliferatif dengan edema makula

Page 26: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

12

b. Retinopati proliferatif

Retinopati proliferatif dapat dibagi berdasarkan

gambaran klinisnya, antara lain:

1) Retinopati proliferatif ringan (tanpa risiko

tinggi): minimal terdapat neovaskular pada

diskus yang mencakup <1/4 dari daerah diskus

tanpa disertai perdarahan preretina atau vitreus,

atau neovaskular pada retina tanpa disertai

perdarahan preretina atau vitreus.

2) Retinopati proliferatif risiko tinggi: bila dite-

mukan 3 atau 4 dari faktor risiko, antara lain:

ditemukan neovaskularisasi di retina, dite-

mukan neovaskularisasi pada atau dekat diskus

optikus, ditemukan neovaskularisasi yang

tergolong sedang atau berat yang mencakup > ¼

daerah diskus, dan/atau perdarahan vitreus.

Adanya neovaskularisasi yang jelas pada diskus

optikus atau setiap adanya neovaskularisasi

yang disertai perdarahan adalah dua gambaran

yang paling sering ditemukan pada retinopati

proliferatif dengan risiko tinggi.

Page 27: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

13

Gambar 2.2 Retinopati diabetik proliferatif dengan edema makula dan perdarahan

pre-retina

2.2.4 Funduskopi Direk

Funduskopi direk untuk menilai nervus optikus, retina,

makula dan pembuluh darah di kutub posterior mata. Sebelum

pemeriksaan, dilakukan informed concent kepada pasien dan

menyampaikan bahwa pemeriksaan ini kurang nyaman dan pasien

dapat mengalami silau setelah ditetesi midriatikum. Pasien diminta

untuk melepaskan lensa kontak atau kacamata, kemudian mata

yang akan diperiksa ditetesi midriatikum.

Funduskopi direk dilakukan di ruangan yang gelap. Pasien

duduk berhadapan sama tinggi dengan pemeriksa dan diminta

untuk memandang pada satu titik jauh. Oftalmoskop diatur pada 0

dioptri dan ukuran aperture yang sesuai.Mata kanan pasien

diperiksa dengan mata kanan pemeriksa dan oftalmoskop dipegang

dengan tangan kanan.Mula-mula pemeriksaan dilakukan pada jarak

Page 28: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

14

50 cm untuk menilai refleks retina yang berwarna merah jingga dan

koroid.Kemudian pemeriksaan dilakukan pada jarak 2-3 cm dengan

mengikuti pembuluh darah ke arah medial untuk melihat tepi dan

warna diskus optic, serta cup-disc ratio.Diskus optik yang normal

berbatas tegas, disc berwarna merah muda dengan cup berwarna

kuning, sedangkan cup-disc ratio <0,3. Lalu pasien diminta untuk

melihat ke delapan arah mata angin agar pemeriksa dapat menilai

retina.Selanjutnya, pasien diminta melihat langsung ke cahaya

oftalmoskop untuk menilai makula (Sitompul, 2011).

Gambar 2.3 Gambaran fundus normal

Page 29: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

15

2.3 Diabetes Melitus

2.3.1 Definisi

Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme yang

ditandai dengan hiperglikemia akibat hilangnya toleransi karbo-

hidrat, yang memiliki gejala timbul rasa haus cepat lelah, polifagia,

penurunan berat badan, pruritus, dan neuropati perifer (Price dan

Wilson, 2006).

2.3.2 Klasifikasi

Menurut American Diabetes Association (2009) diabetes

melitus dapat diklasifikasikan, antara lain: Insulin Dependent

Diabetes Melitus (IDDM) atau disebut sebagai diabetes melitus tipe

1 dan Non-Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) atau

diabetes melitus tipe 2, diabetes melitus tipe lain, dan diabetes

melitus karena kehamilan.

Diabetes melitus tipe 1 disebabkan karena adanya proses

autoimun yang merusak sel beta pankreas sehingga terjadi

defisiensi insulin sehingga memerlukan insulin. Kelainan autoimun

ini diduga berhubungan dengan agen infeksi yang menyerang

molekul sel beta pankreas karena menyerupai protein virus

sehingga terjadi destruksi sel beta. Diabetes melitus tipe 1 dapat

terjadi pada usia<40 tahun (ADA, 2009).

Page 30: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

16

Diabetes melitus Tipe 2 pada umumnya terjadi pada

usia>40 tahun. Pada tipe ini tidak memerlukan insulin eksogen

secara dependen.Hal ini terjadi karena adanya resistensi insulin

pada otot, lemak, hati, dan respon inadekuat pada sel beta pankreas

(ADA, 2009).

Kadang-kadang sukar untuk menetapkan klasifikasi

tersebut.Misalnya penderita diabetes melitus tipe 2 dengan non

obesitas dan menggunakan insulin eksogen sering dianggap sebagai

tipe 1 (Soegondo, 2007).

Diabetes melitus tipe lain dapat disebabkan oleh:

a. Defek genetik fungsi sel beta pankreas pada kromosom 7,

kromosom 12, kromosom 13, kromosom 17, dan kromosom 20.

b. Defek genetik kerja insulin seperti resistensi insulin tipe A,

sindrom Rabson Mendenhall.

c. Penyakit eksokrin pankreas seperti pankreatitis, neoplasma,

pankreatektomi, dan lain-lain.

d. Endokrinopati seperti akromegali, sindrom cushing,

aldosteronoma, dan lain-lain.

e. Obat/zat kimia seperti vacor, pentamidin, asam nikotinat,

interferon alfa, tiazid, dan lain-lain.

f. Infeksi seperti CMV, rubella kongenital, dan lain-lain.

g. Imunologi (jarang) seperti antibodi antireseptor insulin.

Page 31: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

17

h. Sindroma genetik lainnya seperi sindrom Down, sindrom

Klinefelter, sindrom Turner, dan lain-lain (ADA, 2009).

Diabetes melitus karena kehamilan atau biasa disebut

diabetes gestasional.Tolenransi glukosa pada saat hamil dapat

kembali normal pada trimester ketiga (ADA, 2009).

2.3.3 Diagnosis

Kriteria diagnosis diabetes melitus menurut American

Diabetes Association antara lain :

1. Nilai HbA1c > 6,5%, diagnosis DM harus dikonfirmasi

dengan pemeriksaan HbA1c ulangan, kecuali gejala klinis

dan nilai kadar gula darah > 200 mg/dl.

2. Adanya gejala hiperglikemia dan kadar gula darah sewaktu

>200 mg/dl. Gejala klasik hiperglikemia yaitu poliuri,

polidipsi, dan penurunan berat badan tanpa sebab yang

jelas, atau

3. Kadar gula darah puasa > 126 mg/dl. Puasa yang dimaksud

pasien tidak menerima asupan kalori selama 8 jam sebelum

pemeriksaan, atau

4. Kadar gula darah 2 jam setelah makan > 200 mg/dl setelah

tes toleransi glukosa menggunakan glukosa 75 gram

(Cavallerano, 2009).

Page 32: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

18

2.3.4 Pengelolaan

Diabetes melitus tidak dapat disembuhkan, maka perlu

pengaturan pola hidup untuk mempertahankan kondisi fisik dan

metabolik penderita diabetes melitus, serta mencegah terjadinya

komplikasi melalui program: penyuluhan kesehatan, pengaturan

makanan, olahraga, dan obat-obatan baik obat oral maupun

suntikan insulin (Darmono, 2007; Soegondo, 2007).

Kerangka utama pengelolaan diabetes melitus, yaitu

perencanaan makan, latihan jasmani, obat hipoglikemia dan

penyuluhan/edukasi.

1. Penyuluhan kesehatan/edukasi

2. Perencanaan makanan

Prinsip pengaturan makanan pada penderita diabetes

melitus adalah makan makanan yang seimbang dan sesuai

dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu.

Pada penderita diabetes melitus perlu ditekankan bahwa

makan secara teratur baik waktu dan jenisnya sangatlah

penting, terutama yang menggunakan OHO atau insulin

(Darmono, 2007).

3. Latihan jasmani

Dianjurkan latihan jasmani 3-4 kali tiap minggu selama

±30 menit yang bersifat Continuous, Rhythmical, Interval,

Progressive, Endurance training (CRIPE) secara teratur.

Page 33: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

19

Latihan tersebut dapat berupa jalan kaki, jogging, lari, renang,

bersepeda dan mendayung (Darmono, 2007).

4. Obat berkhasiat hipoglikemik

Obat Hipoglikemik Oral (OHO) :

a. Sulfonilurea

Sulfonilurea bekerja dengan cara meningkatkan

sekresi insulin. Obat ini memiliki efek hipoglikemia yang

dapat mengancam nyawa (Nathan dkk., 2008).

b. Biguanid

Preparat yang aman adalah metformin.Obat ini

jarang memberikan efek hipoglikemia daripada sulfo-

nilurea. Metformin bekerja dengan cara menekan resistensi

insulin di perifer, meningkatkan sensitivitas insulin di

jaringan lemak dan otot, serta menekan produksi gula pada

hati (Gotera, 2012).

c. Inhibitor α Glukosidase

Obat ini menghambat kerja enzim α glukosidase

pada saluran cerna, sehingga dapat menurunkan penyerapan

glukosa dan menurunkan hiperglikemia postprandial

(Nathan dkk., 2008).

d. Thiazolidinedione (TZD)

TZD bekerja dengan carameningkatkan sensitivitas

otot, lemak dan hepar terhadap insulin. Obat ini

Page 34: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

20

memberikan efek dalam penurunan HbA1C, tetapi memiliki

efek samping terjadinya retensi cairan (Nathan dkk., 2008).

e. Insulin

Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh sel

beta pulau Langerhans kelenjar pankreas. Insulin memiliki

efek lebih baik daripada OHO dalam menurunkan kadar

glukosa darah (Nathan dkk., 2008).

2.3.5 Komplikasi

2.3.5.1 Komplikasi akut

Komplikasi akut yang paling sering adalah reaksi

hipoglikemia dan koma diabetik.

a. Hipoglikemia

Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat

tubuh kekurangan glukosa akibat obat antidiabetes

yang diminum dengan dosis tinggi, atau penderita

terlambat makan atau latihan fisik yang

berlebihan.Gejala yang ditimbulkan antara lain

gemetar, berkeringat, takikardi, dan kecemasan akibat

pelepasan hormon epinefrin yang berusaha untuk

meningkatkan kadar glukosa darah (Prince dan

Wilson, 2006).

Page 35: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

21

b. Koma Diabetik

Koma diabetik terjadi karena kadar glukosa dalam

darah yang terlalu tinggi (Prince dan Wilson, 2006).

Gambaran klinis dari koma diabetik, antara lain: nafsu

makan menurun, poliuri, polidipsi, mual, muntah,

nafas kussmaul, dan nafas berbau aseton

(Tjokroprawiro dkk., 2007).

2.3.5.2 Komplikasi kronis

a. Mikrovaskular

Komplikasi ini terdiri dari retinopati diabetik,

glumeruloskerotik diabetik, nefropati diabetik, dan

neuropati perifer.

1. Retinopati diabetik

Retinopati diabetik adalah penyebab

utama kebutaan akibat diabetes. Manifestasi awal

adalah mikroaneurisma arteriol retina kemudian

terjadi perdarahan, neovaskularisasi, dan jaringan

parut, kemudian berlanjut menjadi kebutaan

(Prince dan Wilson, 2006).

2. Glumerulosklerotik diabetik

Glumerulosklerotik diabetik menjadi

penyebab utama penyakit ginjal stadium akhir

(Prince dan Wilson, 2006).

Page 36: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

22

3. Nefropati diabetik

Nefropati diabetik merupakan komplikasi

diabetes melitus pada ginjal yang dapat berakhir

menjadi gagal ginjal (Prince dan Wilson, 2006).

4. Neuropati perifer

Neuropati perifer menjadi penyebab

penting ulserasi yang sulit dikontrol pada kaki

penderita diabetes melitus. Manifestasinya yaitu

hilangnya rasa nyeri dengan kerusakan kulit

akibat trauma (Prince dan Wilson, 2006).

b. Makrovaskular

Komplikasi ini merupakan gangguan pada

pembuluh darah perifer. Gangguan pembuluh darah

perifer berkaitan dengan neuropati diabetik yang

menimbulkan gangren kaki sehingga harus dilakukan

amputasi. Selain itu, dapat juga terjadi aterosklerosis

yang menyebabkan kelainan jantung dan stroke

(Prince dan Wilson, 2006).

2.4 Perbedaan onset usia menderita diabetes melitus dengan derajat

retinopati diabetik

Penderita diabetes melitus perlu melakukan pengelolaan secara

baik yang terdiri dari empat pilar, yaitu memperhatikan edukasi yang

diberikan oleh dokter, pengaturan makanan sesuai kebutuhan kalori,

Page 37: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

23

olahraga secara teratur, dan minum OHO maupun menyuntikkan insulin

sesuai anjuran dokter agar tidak terjadi komplikasi, salah satunya adalah

retinopati diabetik.Terjadinya komplikasi retinopati diabetik pada

penderita diabetes melitus dipengaruhi oleh lama menderita, tipe diabetes

melitus, keadaan hiperglikemia, HbA1C, hipertensi, dislipidemia, usia saat

ini, genetic, kehamilan, dan merokok (Anugrah, 2013; Mehlsen dkk.,

2011; PERKENI, 2008; Sanjaya, 2006). Dalam hal ini, usia pertama kali

menderita diabetes melitus dihubungkan sebagai onset pada pembagian

klasifikasi/tipe dari diabetes melitus. Penderita diabetes melitus yang

didiagnosis di usia muda lebih rentan mengalami kebutaan karena

retinopati diabetik dibandingkan usia lebih tua (Anonim, 2008).

Sedangkan pada derajat retinopati proliferatif lebih banyak dijumpai pada

penderita diabetes melitus tipe 2 (onset usia >40 tahun), tetapi untuk

mencapai derajat retinopati proliferatif diperlukan waktu lebih lama

dibandingkan pada penderita diabetes melitus tipe 1 (onset usia <40 tahun)

(Anonim, 2008 ; Pandelaki, 2006 ; Sanjaya, 2006; Vaughan dkk, 2009).

2.5 Faktor Risiko Retinopati Diabetik

1. Lama menderita

Penderita diabetes melitus tipe 1 dapat terjadi retinopati proliferatif

setelah 15 tahun menderita dibetes melitus, sedangkan pada

penderita diabetes melitus tipe 2 akan terjadi retinopati proliferatif

Page 38: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

24

setelah lebih dari 25 tahun menderita diabetes melitus (Sanjaya,

2006).

2. Onset usia

Kelompok usia lebih muda (diabetes tipe 1) 86% mengalami

kebutaan karena retinopati diabetik, sedangkan pada usia tua

(diabetes tipe 2) hanya sepertiganya mengalami kebutaan karena

retinopati diabetik (Anonim, 2008).

3. Keadaan hiperglikemia

Pengontrolan glukosa darah secara intensif dapat menurunkan

kejadian retinopati proliferatif (Sanjaya, 2006).

4. HbA1C

Menurut penelitian Mehlsen, dkk (2011) menunjukkan bahwa

kadar HbA1C yang tinggi merupakan faktor risiko tidak langsung

pada tingkat progresivitas retinopati diabetik dan dengan

menurunkan kadar glukosa darah dapat mengurangi progresivitas

dari retinopati diabetik.

5. Hipertensi

Keadaan sistolik dan diastolik yang tinggi berkaitan dengan

progresivitas retinopati diabetik untuk kedua tipe diabetes. Dengan

menurunkan kadar tekanan darah pasien dapat mengurangi

perkembangan dari retinopati diabetik (Mehlsen dkk., 2011).

Page 39: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

25

6. Dislipidemia

Pada pasien dengan dislipidemia akan ditemukan hard exudate

pada funduskopi (Sanjaya, 2006).

7. Usia

Semakin bertambahnya usia dapat mempengaruhi terjadinya

kenaikan glukosa darah. Hal ini dipengaruhi oleh perubahan

anatomis, fisiologis, dan biokimia yang terjadi setelah usia 30

tahun (Rochmah, 2006). Hasil penelitian Anugrah (2013)

didapatkan sebesar 7,69% menderita retinopati diabetik pada

kelompok usia <40 tahun, pada kelompok usia 40-49 tahun sebesar

20,51%, pada kelompok usia 50-59 tahun sebesar 28,21%, pada

kelompok usia 60-69 tahun 33,33%, sedangkan pada kelompok

usia ≥70 tahun terjadi penurunan risiko terjadinya retinopati

diabetik yaitu sebesar 10,26%. Sedangkan pada penelitian lain

penderita diabetes melitus dengan usia 50-59 tahun mengalami

kejadian retinopati diabetik terbanyak dibandingkan usia >60 tahun

(Wardana, 2008).

Page 40: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

26

8. Genetik

Studi FinnDiane menyimpulkan bahwa dalam satu keluarga

didapatkan retinopati proliferatif pada pasien diabetes tipe 1.Hal ini

dimungkinkan terdapat komponen genetik yang terlibat pada

patogenesis retinopati proliferatif pada penderita diabetes melitus

tipe 1 (PERKENI, 2008).

9. Faktor risiko lainnya, seperti: kehamilan dan merokok (Sanjaya,

2006).

Page 41: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

27

2.6 Kerangka Teori

Onset Usia

Lama menderita

Keadaan

Hiperglikemia

HbA1c

Hipertensi

Dislipidemia

Usia

Kehamilan

Merokok

Genetik

Diabetes

Melitus

Retinopati

nonproliferatif

Retinopati

proliferatif

Pengelolaan

Diabetes Melitus

Page 42: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

28

2.7 Kerangka Konsep

2.8 Hipotesis

Terdapat perbedaan onset usia menderita diabetes melitus dengan

derajat retinopati diabetik pada pasien diabetes melitus di Rumah Sakit

Islam Amal Sehat Sragen.

Derajat retinopati

diabetik

Onset usia menderita

diabetes melitus

Page 43: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

29

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian observasional analitik dengan rancangan penelitian

cross sectional, yaitu menghubungkan variabel satu dengan variabel lain

pada waktu yang sama.

3.2 Variabel dan Definisi Operasional

3.2.1 Variabel

3.2.1.1 Variabel Bebas

Onset usia menderita diabetes melitus

3.2.1.2 Variabel Tergantung

Derajat retinopati diabetik

3.2.2. Definisi Operasional

3.2.2.1 Onset usia menderita diabetes melitus

Adalah pertama kali didiagnosis menderita diabetes

melitus. Onset usia tersebut dikelompokkan menjadi:

1. Menderita diabetes melitus saat berusia <40

tahun

2. Menderita diabetes melitus saat berusia >40

tahun

Skala: ordinal

Page 44: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

30

3.2.2.2 Derajat retinopati diabetik

Retinopati diabetik adalah kelainan pada retina yang

progresif dan ditandai dengan adanya penebalan pada

membran basal endotel kapiler, berkurangnya jumlah

perisit, kemudian membentuk mikroaneurisma,

perdarahan, dilatasi pembuluh darah, hard exudate, soft

exudate/cotton wool spots, neovaskularisasi, edema

retina, terbentuk parut pada penderita diabetes melitus

yang diperiksa oleh dokter spesialis mata di Rumah Sakit

Islam Amal Sehat Sragen dengan menggunakan

oftalmoskop.

Derajat retinopati diabetik yaitu:

1. Score 0 (tidak terdapat retinopati diabetik)

2. Score 1 (retinopati diabetik nonproliferatif)

3. Score 2 (retinopati diabetik proliferatif)

Skala: ordinal

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah anggota PERSADIA Rumah Sakit

Islam Amal Sehat Sragen yang berjumlah 75 orang.

Page 45: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

31

3.3.2 Sampel

3.3.2.1 Besar Sampel

Menurut Gay dalam Setijowati (2007) untuk

menentukan besar sampel pada penelitian dengan analisa

statistik nonparametrik dibutuhkan sampel minimal 30

subjek. Maka besar sampel pada penelitian ini

menggunakan rumus:

Di mana:

N = jumlah populasi

n = besar sampel

d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang di inginkan (10 %)

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan dengan

menggunakan rumus di atas, diperoleh sampel sebesar 42,

86 yang dibulatkan menjadi 42 responden (84 mata) dari 75

orang.

Page 46: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

32

Dalam penelitian ini terdapat 2 kelompok, antara lain:

1. Kelompok I

21 responden (42 mata) yang menderita diabetes

melitus saat berusia <40 tahun.

2. Kelompok II

21 responden (42 mata) yang menderita diabetes

melitus saat berusia >40 tahun.

3.3.2.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah populasi (anggota

PERSADIA) yang telah memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi. Adapun kriteria inklusi dan ekslusi dari penelitian

ini antara lain:

a) Kriteria inklusi

Anggota PERSADIA yang bersedia ikut dalam penelitian

dan menandatangani surat persetujuan kesediaan mengikuti

penelitian.

b) Kriteria eksklusi

1. Pasien yang hamil

2. Pasien perokok

3. Diabetes melitus yang tidak terkontrol

Page 47: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

33

3.4 Instrumen dan Bahan Penelitian

3.4.1 Surat persetujuan penelitian

3.4.3 Kuesioner penelitian digunakan untuk mengelompokkan kriteria

inklusi dan kriteria eksklusi

3.4.4 Oftalmoskop

3.5 Cara Penelitian

3.5.1 Studi Pendahuluan

3.5.1.1 Penentuan Populasi dan Sampel

Melakukan studi pendahuluan kepada anggota

PERSADIA Rumah Sakit Islam Amal Sehat Sragen untuk

menentukan populasi dan sampel penelitian dengan penda-

taan dan mengkategorikan sebagai populasi penelitian dan

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sampel.

3.5.1.2 Pengajuan Perijinan Penelitian

Mengajukan surat perijinan penelitian kepada

Dekanat FK UNISSULA.

Page 48: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

34

3.5.2 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian meliputi:

a. Pembagian kuesioner kepada sampel

Kuesioner dibagikan kepada sampel untuk

mendapatkan kriteria inklusi maupun kriteria

eksklusi.Pengisian kuesioner dilakukan bersamaan dalam satu

ruangan.

b. Pemeriksaan Kadar Gula Darah

Sampel diperiksa kadar gula darahnya oleh peneliti

yang dilakukan setelah pengisian kuesioner.

c. Pemeriksaan mata sampel

Sampel diperiksa kondisi kedua matanya terutama pada

bagian retina untuk mengetahui adanya retinopati diabetik atau

tidak. Pemeriksaan mata akan dilakukan oleh dokter spesialis

penyakit mata. Pemeriksaan dilakukan di Poliklinik Mata

Rumah Sakit Islam Amal Sehat Sragen.

Page 49: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

35

3.5.3 Alur Penelitian

3.6 Tempat dan Waktu Penelitian

3.6.1 Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Islam Amal Sehat

Sragen.

3.6.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2013.

Perijinan Tempat Penelitian

Menentukan Tempat dan Waktu

Pengisian Kuesioner oleh Sampel

Pemeriksaan Mata

Pemeriksaan Kadar GDS

Menentukan Populasi dan Sampel

Data

Analisis Data

Page 50: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

36

3.7 Analisis Hasil

Data yang diperoleh dianalisis dengan program komputer. Data

disajikan dalam bentuk deskriptif kuantitatif, kemudian perbedaan onset

usia menderita diabetes melitus dengan derajat retinopati diabetik

dianalisis menggunakan uji Chi-square.

Page 51: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

37

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2013 dengan sampel 42

orang (84 mata). Data yang dikumpulkan berupa onset usia menderita

diabetes melitus dari hasil pengisian kuesioner yang dibagi menjadi 2

kelompok, yaitu onset usia kurang dari 40 tahun dan lebih dari 40 tahun

yang masing-masing kelompok terdiri dari 21 orang (42 mata), kemudian

diobservasi menggunakan funduskopi untuk melihat derajat retinopati

diabetik.

4.1.1 Distribusi Retinopati Diabetik

Data diperoleh dari anggota PERSADIA di Rumah Sakit

Islam Amal Sehat Sragen sebanyak 84 mata. Pada penelitian

didapatkan hasil bahwa penderita diabetes melitus yang tidak

terdapat retinopati diabetik sebanyak 67 mata, retinopati diabetik

nonproliferatif sebanyak 17 mata, dan tidak ada yang terdapat

gambaran retinopati diabetik proliferatif.

Tabel 4.1 Distribusi retinopati diabetik

Derajat DR Frekuensi Persen

Mata Kanan Mata Kiri Mata Kanan Mata Kiri

Tidak terdapat DR

NPDR

PDR

33

9

0

34

8

0

78,6%

21,4%

0%

81%

19%

0%

Total 42 42 100% 100%

Page 52: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

38

4.1.2 Perbedaan onset usia menderita diabetes melitus dengan derajat

retinopati diabetik

Dari 42 orang (84 mata) anggota PERSADIA di Rumah Sakit

Islam Amal Sehat Sragen terdapat hasil sebagai berikut:

Tabel 4.2 Data hasil tabulasi silang antara onset usia dan derajat

retinopati diabetik.

Derajat DR Onset Usia Mata Kanan Mata Kiri

Tidak terdapat DR

NPDR

PDR

<40 tahun

15

6

0

17

4

0

Tidak terdapat DR

NPDR

PDR

>40 tahun

18

3

0

17

4

0

Total 42 42

Untuk mengetahui perbedaan onset usia menderita diabetes

melitus dengan derajat retinopati diabetik, maka dianalisis dengan

menggunakan uji Chi-square.

Tabel 4.3 Data Hasil Uji Chi-square

Derajat Retinopati

Total Tidak

terdapat DR NPDR

Onset Usia

<40 tahun Count 32 10 42

Expected Count 33.5 8.5 42.0

>40 tahun Count 35 7 42

Expected Count 35.5 8.5 42.0

Total Count 67 17 84

Expected Count 67.0 17.0 84.0

Pada tabel 4.3 tidak terdapat expected count kurang dari 5,

maka hasil penelitian ini layak untuk diuji dengan uji Chi-square,

sehingga analisis hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.4.

Page 53: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

39

Tabel 4.4 Analisis Hasil uji Chi-square

Value Asymp. Sig.

(2-sided)

Pearson Chi-square .664 .415

Berdasarkan uji Chi-squaredidapatkan nilai significancy

0,415 (p>0,05).

4.2 Pembahasan

Hasil uji Chi-square didapatkan nilai significancy 0,415 (p>0,05)

yang berarti tidak ada perbedaan antara onset usia menderita diabetes

melitus dengan derajat retinopati diabetik. Hal ini dikarenakan sampel

yang diteliti merupakan penderita diabetes melitus yang terkontrol.Sampel

yang diperiksa selalu kontrol ke dokter setiap 2-3 bulan sekali.Selain itu,

sampel mengonsumsi gula khusus untuk penderita diabetes bahkan ada

yang tidak mengonsumsi gula.Hal ini menunjukkan bahwa sampel

memiliki kesadaran untuk mencegah terjadinya komplikasi dari diabetes

melitus.Pada kegiatan PERSADIA juga dilakukan senam bersama selama

1 jam.Kegiatan tersebut dilakukan dua kali dalam seminggu.Selain itu, ada

beberapa sampel menambah latihan jasmani di luar kegiatan PERSADIA,

yaitu bersepeda santai setiap Minggu pagi. Sampel yang menderita

diabetes melitus pada usia<40 tahun rutin menyuntikkan insulin,

sedangkan sampel yang menderita diabetes pada usia >40 tahun rutin

mengonsumsi OHO bahkan sudah ada yang menggunakan insulin

eksogen. Kepatuhan dari sampel dalam mengontrol diabetes melitus yang

Page 54: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

40

dideritanya dapat dilihat dari kadar gula darahnya yang rata-rata di bawah

200 mg/dl. Tetapi pemeriksaan kadar gula darah bukanlah pemeriksaan

yang akurat karena dapat dimanipulasi dengan berpuasa sebelum

pemeriksaan, sehingga kadar gula darahnya turun hingga mencapai

normal. Pemeriksaan yang lebih akurat adalah pemeriksaan nilai HbA1C.

Apabila nilai HbA1c > 6,5%, harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan

HbA1c ulangan karena kadar gula darah sampel <200 mg/dl, tetapi jika

kadar gula darah sampel >200 mg/dl tidak perlu dilakukan pemeriksaan

HbA1c ulangan.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Anugrah (2013)

yang hasilnya bahwa penderita diabetes melitus lebih banyak terjadi

retinopati diabetik pada usia 50-69 tahun. Padahal penelitian ini digunakan

sampel yang berusia 50-69 tahun, namun hasil yang diperoleh

menunjukkan lebih banyak yang tidak menderita retinopati

diabetik.Namun penelitian Anugrah (2013) tidak menjelaskan bahwa

sampel yang diperiksa merupakan penderita diabetes melitus terkontrol

atau tidak.

Peneliti menyadari masih banyak kekurangan untuk

menyempurnakan penelitian ini, seperti jumlah sampel yang diperiksa

hanya 42 orang, padahal penelitian cross sectional memerlukan sampel

yang banyak, namun menurut Setijowati (2007) penelitian ini sudah

memenuhi syarat sampel minimal, yaitu 30 sampel.Selain itu peneliti

hanya mengendalikan atau menghomogenkan usia sampel dan lamanya

Page 55: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

41

menderita diabetes melitus, sehingga faktor risiko retinopati diabetik yang

lain seperti keadaan hiperglikemia, HbA1C, hipertensi, dan dislipidemia.

Hipertensi dan dislipidemia sulit untuk dikendalikan karena penderita

diabetes melitus tidak hanya mengalami gangguan metabolisme

karbohidrat, melainkan terdapat pula gangguan metabolisme lipid,

sehingga terjadidislipidemia kemudian terjadi aterosklerosis lalu terjadi

hipertensi.Dalam hal ini hipertensi dan dislipidemia merupakan faktor

risiko mayor terjadinya retinopati diabetik.Pada funduskopi hanya

beberapa yang menderita retinopati diabetik, yaitu derajat retinopati

nonprolifetatif walaupun menurut Sanjaya (2006) penderita diabetes

melitus tipe 1 dapat terjadi retinopati diabetik setelah 15 tahun menderita

diabetes melitus, sedangkan penderita diabetes melitus tipe 2 terjadi

retinopati diabetik setelah 25 tahun. Sehingga belum diketahui kapan

penderita diabetes melitus yang terkontrol dapat terjadi retinopati

diabetik.Namun ada kemungkinan bahwa sampel menderita retinopati

diabetik karena funduskopi bukan pemeriksaan yang akurat untuk menilai

gambaran retinopati diabetik. Pemeriksaan yang sebaiknya dilakukan

pemeriksaan fundus fluorescein angiography (FFA), sehingga gambaran

retinopati diabetik yang tidak dapat dilihat dengan funduskopi akan

tampak jika diperiksa dengan pemeriksaan fundus fluorescein angiography

(FFA).

Page 56: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

42

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa:

1. Dari 42 orang yang diperiksa didapatkan hasil bahwa penderita

diabetes melitus yang tidak terdapat retinopati diabetik sebanyak 67

mata, retinopati diabetik nonproliferatif sebanyak 17 mata, dan tidak

ada yang terdapat gambaran retinopati proliferatif.

2. Pada penderita diabetes melitus yang terkontrol didapatkan hasil

bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara onset usia

menderita diabetes melitus pada usia <40 tahun dan >40 tahun

dengan derajat retinopati diabetik.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelilitian adalah:

1. Perlu dilakukan penelitian dengan sampel yang lebih banyak untuk

mengetahui ada atau tidaknya perbedaan onset menderita diabetes

melitus dengan derajat retinopati diabetik.

2. Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui ada atau tidaknya

perbedaan onset menderita diabetes melitus dengan derajat

retinopati diabetik pada penderita diabetes melitus yang tidak

terkontrol.

Page 57: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

43

3. Perlu dilakukan penelitian dengan mengendalikan atau

menghomogenkan faktor risiko retinopati diabetik lainnya, seperti

keadaan hiperglikemia, HbA1C, hipertensi, dan dislipidemia untuk

mengetahui ada atau tidaknya perbedaan onset menderita diabetes

melitus dengan derajat retinopati diabetik.

4. Perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan pemeriksaan

fundus fluorescein angiography (FFA) untuk menentukan ada atau

tidaknya retinopati diabetik.

Page 58: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

44

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association (ADA), 2009, Diagnosis and Classification of

Diabetes Mellitus, Dalam http://care.diabetesjournals.org/content

/27/suppl_1/s5.full, Diakses 7 Desember 2013.

Anonim, 2008.Tinjauan Pustaka, Dalam http://repository.usu.ac.id, Diakses 16

Oktober 2013.

Anonim, 2013, Fundoscopic Exam, Dalam http://stanfordmedicine25.stanford

.edu, Diakses 16 Oktober 2013.

Anugrah, J., 2013, Hubungan Diabetes Melitus dan Retinopati di RSUD dr.

Soedarso Pontianak Periode Desember-Januari 2010, Dalam

http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jfk/article/view/3049/3027, Diakses 16

September 2013.

Cavallerano, J., 2009, Optometri Clinical Practice Guideline. Care of the Patient

with Diabetes MellitusEdisi 3, Lindbergh blvd, St.louis, 3‐4.

Darmono, 2007. Pola Hidup Sehat Penderita Diabetes Melitus, Naskah Lengkap

Diabteses Melitus, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 15-

29.

Gotera, W., 2012. The Role of Metformin from Diagnosis to Advance Stages of

The Disease, BEU IX, BAGUS VI, Universitas Udayana, Bali, 32-33.

Gustaviani, R., 2006. Diagnosa dan Klasifikasi Diabetes Melitus, Ilmu Penyakit

Dalam, FK UI Edisi IV, Jakarta, 1852-1859.

Ilyas, S., 2006, Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,

Jakarta, 222-225.

Ilyas, S., 2008, Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,

Jakarta.

Liesegang, T.J., Skuta, G.L., Cantor, L.C., 2005, Retina and Vitreous Edition

2005-2006. Section 12, The Foundation of The American Academy of

Ophthalmology, San Fransisco, 99-117.

Mathur, R., Shiel, W.C., 2003, Diabetes Mellitus.Dalam http://www.

medicinenet.com/diabetes mellitus/article.htm. Diakses 26 Juli 2013.

Mehlsen, J., Erlandsen, M., Poulsen, P. L., Bek, T., 2011,Identification of

Independent Risk Factors for The Development of Diabetic Retinopathy

Page 59: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

45

Requiring Treatment, Dalam http://web.ebscohost.com, Diakses 10

September 2013, Aarhus University Hospital, Denmark.

Nasution, K., 2011, Deteksi Dini Retinopati Diabetik di Pelayanan Primer

Indonesia,Mungkinkah, Dalam http://repository.usu.ac.id, Diakses 16

Oktober 2013.

Nathan, M.N., Buse, J.B., Mayer, B.D., Ferrannini, E., Holman, R.R., Sherwin,

R., 2008. Medical Management of Hyperglycemia in Type 2 Diabetes A

Consebsus Algorithm for The Initiation and Adjustment of Therapy. A

Consensus Statement of The American Diabetes Association and The

European Association for The Study of Diabete, Diabetes Care.

Pandelaki, K., 2006, Retinopati Diabetik, Ilmu Penyakit Dalam, FK UI Edisi IV,

Jakarta, 1890-1891.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), 2008, Pewarisan Retinopati

Diabetik Proliferatif dalam Keluarga, Dalam http://www.perkeni.

org/?page=jurnal.detail&id=52, Diakses 7 Desember 2013.

Price, S.A., Wilson, L.M., 2006, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit, EGC, Jakarta, 1259-1272.

Ranti, S., 2011, Retinopati Diabetik, Dalam http://skydrugz.blogspot.com/,

Diakses 10 Desember 2013.

Rochmah, W., 2006, Diabetes mellitus pada Usia Lanjut. Ilmu Penyakit Dalam,

FK UI Edisi IV, Jakarta, 1915-1918.

Sanjaya, O.A, 2006, Retinopati Diabetik, Universitas Diponegoro, Indonesia.

Setijowati, N., 2007, Penetapan Subjek/Objek Penelitian, Universitas Airlangga,

Indonesia.

Sitompul, R., 2011, Retinopati Diabetik.Dalam

indonesia.digitaljournals.org.Diakses 16 Agustus 2013.

Soegondo, S..2007,Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus Terkini,

Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu, Fakultas Kedokteran

Indonesia, Jakarta, 17-27.

Tjokroprawiro, A., Setiawan, P.B., Santoso, D., Soegiarto, G., 2007, Diabetes

Mellitus, Buku Ajar Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Airlangga

Rumah Sakit Pendidikan Dr. Soetomo Surabaya, Cetakan I, Airlangga

University Press, Surabaya, 32-38, 46-70.

Page 60: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

46

Sufriyana, 2010, Peranan Advanced Glycation End Products (AGEs) dalam

Komplikasi Diabetes Melitus.Indonesian Medical Student Journal.15-21.

Vaughan, D,G., Ashbury, T., Eva, P,R., 2009, Vaughan & Ashbury: Oftalmologi

Umum edisi 17, EGC, Jakarta, 190-193.

Wardana, D.A.T.A, 2008, Perbedaan Kadar HbA1c pada Penderita Diabetes

Mellitus Tipe II dengan Retinopati Diabetika Dan Tanpa Retinopati

Diabetika, Dalam http://eprints.undip.ac.id/24458/1/Dhira.pdf, Diakses 16

September 2013.

Page 61: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

47

Lampiran 1: Data Penelitian

No. Usia

(th)

Onset

Usia (th)

Lama

Menderita DM GDS

Funduskopi

Mata Kanan Mata Kiri

1 50 <40 15 tahun 104 Tidak terdapat DR Tidak terdapat DR

2 50 <40 13 tahun 123 Tidak terdapat DR Tidak terdapat DR

3 61 <40 23 tahun 140 NPDR ringan Tidak terdapat DR

4 58 <40 20 tahun 128 Tidak terdapat DR Tidak terdapat DR

5 51 <40 15 tahun 99 Tidak terdapat DR Tidak terdapat DR

6 53 <40 15 tahun 95 Tidak terdapat DR Tidak terdapat DR

7 58 <40 20 tahun 85 Tidak terdapat DR Tidak terdapat DR

8 61 <40 25 tahun 173 Tidak terdapat DR Tidak terdapat DR

9 58 <40 20 tahun 136 Tidak terdapat DR Tidak terdapat DR

10 56 <40 20 tahun 112 Tidak terdapat DR Tidak terdapat DR

11 61 <40 20 tahun 88 Tidak terdapat DR Tidak terdapat DR

12 55 <40 15 tahun 118 Tidak terdapat DR Tidak terdapat DR

13 62 <40 25 tahun 121 Tidak terdapat DR Tidak terdapat DR

14 64 <40 25 tahun 77 NPDR ringan NPDR berat

15 60 <40 20 tahun 88 Tidak terdapat DR Tidak terdapat DR

16 61 <40 23 tahun 78 NPDR ringan NPDR ringan

17 62 <40 25 tahun 183 NPDR ringan NPDR ringan

18 53 <40 14 tahun 137 Tidak terdapat DR Tidak terdapat DR

19 52 <40 15 tahun 120 NPDR ringan NPDR ringan

20 50 <40 12 tahun 178 Tidak terdapat DR Tidak terdapat DR

21 58 <40 20 tahun 85 Tidak terdapat DR Tidak terdapat DR

22 69 >40 15 tahun 142 Tidak terdapat DR Tidak terdapat DR

Page 62: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

48

23 67 >40 20 tahun 110 Tidak terdapat DR Tidak terdapat DR

24 68 >40 15 tahun 179 Tidak terdapat DR Tidak terdapat DR

25 68 >40 10 tahun 124 Tidak terdapat DR Tidak terdapat DR

26 65 >40 10 tahun 115 Tidak terdapat DR Tidak terdapat DR

27 56 >40 10 tahun 184 Tidak terdapat DR Tidak terdapat DR

28 54 >40 13 tahun 90 Tidak terdapat DR Tidak terdapat DR

29 64 >40 7 tahun 181 Tidak terdapat DR Tidak terdapat DR

30 63 >40 10 tahun 102 NPDR sedang NPDR sedang

31 62 >40 12 tahun 118 Tidak terdapat DR Tidak terdapat DR

32 62 >40 15 tahun 104 Tidak terdapat DR Tidak terdapat DR

33 62 >40 11 tahun 145 Tidak terdapat DR NPDR ringan

34 62 >40 16 tahun 143 Tidak terdapat DR Tidak terdapat DR

35 54 >40 13 tahun 135 Tidak terdapat DR Tidak terdapat DR

36 69 >40 19 tahun 104 Tidak terdapat DR Tidak terdapat DR

37 52 >40 10 tahun 112 Tidak terdapat DR Tidak terdapat DR

38 65 >40 25 tahun 114 NPDR ringan NPDR berat

39 65 >40 10 tahun 145 Tidak terdapat DR Tidak terdapat DR

40 62 >40 12 tahun 169 Tidak terdapat DR Tidak terdapat DR

41 65 >40 12 tahun 114 Tidak terdapat DR Tidak terdapat DR

42 68 >40 10 tahun 190 NPDR sedang NPDR sedang

Page 63: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

49

Lampiran 2: Hasil Uji SPSS

Frequency Table

Crosstabs

Page 64: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

50

OnsetUsia*PxFunduskopiMataKanan

OnsetUsia*PxFunduskopiMataKiri

Page 65: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

51

Page 66: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

52

Lampiran 3: Surat Ijin Penelitian

Page 67: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

53

Lampiran 4: Ethical Clearance

Page 68: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

54

Lampiran 5: Lembar Persetujuan Responden dan Kuesioner

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Usia :

Alamat :

Setelah mendapatkan penjelasan yang berhubungan dengan penelitian Perbedaan

Onset Usia Menderita Diabetes Melitus dengan Derajat Retinopati Diabetik,

menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden dalam penelitian ini dan

bersedia mengikuti pemeriksaan mata (funduskopi), serta tidak keberatan jika

penelitian ini dipublikasikan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan teknologi

kedokteran.

Dengan demikian, penelitian ini saya buat sejujur-jujurnya tanpa paksaan dari

pihak manapun.

Peneliti Responden

Ayu Setyaningrum Iswandari Safitri ________________________

Page 69: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

55

LEMBAR KUESIONER SAMPEL PENELITIAN

PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS

DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

Nama :

Alamat :

Pekerjaan :

Usia :

Jenis kelamin :

1. Sejak usia berapa Bapak/Ibu didiagnosis menderita kencing manis (diabetes

melitus)?

a. Sebelum usia 40 tahun

b. Setelah usia 40 tahun

2. Sudah berapa lama Bapak/Ibu menderita kencing manis (diabetes melitus)?

3. Apakah Ibu sedang hamil?

a. Ya b. Tidak

4. Apakah Bapak/Ibu merokok?

a. Ya b. Tidak

5. Apakah di keluarga Bapak/Ibu ada yang menderita kencing manis (diabetes

melitus)?

a. Ya b. Tidak

6. Apakah Bapak/Ibu kontrol secara teratur?

a. Ya b. Tidak

Jika ya, berapa bulan sekali Bapak/Ibu kontrol?

7. Berapa kadar gula darah terakhir Bapak/Ibu?

8. Apakah Bapak/Ibu mematuhi petunjuk dokter?

a. Ya b. Tidak

Jika ya, dokter memberikan saran apa?

9. Apakah Bapak/Ibu mengonsumsi gula?

a. Ya b. Tidak

Page 70: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

56

Jika ya, gula untuk penderita kencing manis (diabetes melitus) atau gula

biasa?

Berapa sendok Bapak/Ibu mengonsumsi gula per hari?

10. Apakah Bapak/Ibu melakukan olah raga?

a. Ya b. Tidak

Jika ya, berapa kali dalam seminggu?

Apa jenis olah raga yang Bapak/Ibu lakukan?

Berapa lama setiap kali berolah raga?

11. Apakah Bapak/Ibu minum obat/menyuntikkan insulin secara teratur?

a. Ya b. Tidak

Jika ya, apa yang Bapak Ibu gunakan?

a. Obat b. Insulin c. Obat dan insulin

12. Apakah Bapak/Ibu merasakan pandangan kabur?

a. Ya b. Tidak

13. Apakah Bapak/Ibu merasa kesulitan ketika membaca?

a. Ya b. Tidak

14. Apakah Bapak/Ibu merasakan tiba-tiba penglihatan menurun?

a. Ya b. Tidak

Jika ya, penglihatan menurun pada mata yang mana?

a. Mata kanan b. Mata kiri c. Mata kanan dan kiri

Hasil Pemeriksaan:

1. Pemeriksaan GDS :

2. Funduskopi :

a. Mata kanan :

b. Mata kiri :

Page 71: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

57

Lampiran 6: Gambar Penelitian

Gambar 6.1 Kegiatan Senam PERSADIA

Gambar 6.2 Peserta mengisi kuesioner

Gambar 6.3 dan 6.4 Pemeriksaan Kadar GDS

Page 72: PERBEDAAN ONSET USIA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DERAJAT RETINOPATI DIABETIK

58

Gambar 6.5 dan 6.6 Sampel ditetesi midriatikum

Gambar 6.7 dan 6.8 Funduskopi

Gambar 6.9 Penyampaian Hasil Pemeriksaan Dan Edukasi