Refreshing THT
-
Upload
vidia-amrina-rasyada -
Category
Documents
-
view
218 -
download
1
description
Transcript of Refreshing THT
BAB I
PENDAHULUAN
A. ANATOMI TELINGA (1)
Gambar 1.1
Telinga terdiri dari telinga luar, telinga tengah atau cavitas tympani, dan
telinga dalam atau labyrinthus. Telinga dalam berisi organ pendengaran dan
keseimbangan.
1. Telinga Luar 2
Telinga luar terdiri dari auricula dan meatus acusticus exsternus.
Auricula mempunyai bentuk yang khas dan berfungsi mengumpulkan
getaran udara. Terdiri atas lempeng tulang rawan elastis tipis yang
ditutupi kulit. Auricula mempunyai otot intrinsic dan ekstrinsik,
keduanya disarafi oleh nervus facialis.
1 Richard S. Sneel, MD, PhD. 2011. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta : EGC2 Bab 18 – Mata dan Telinga, Halaman 626
1
Gambar 1. 2
Meatus acusticus exsternus adalah saluran berkelok yang
menghubungkan auricular dengan membrane tympanica. Meatus
acusticus exsternus berfungsi menghantarkan gelombang suara dari
auricular ke membrane tympanica.
Rangka sepertiga bagian luar meatus adalah cartilage elastis, dan dua
perrtiga bagian dalam adalah tulang, yang dibentuk oleh lempeng
tympani. Meatus dilapisi oleh kulit, dan sepertiga bagian luarnya
mempunyai rambut, glandula sebacea, dan glandula ceriminosa.
Glandula ceruminosa merupakan modifikasi kelenjar keringat yang
menghasilkan secret lilin bewarna coklat kekuningan. Rambut dan lilin
ini merupakan barrier yang lengket, untuk mencegah masuknya benda
asing.
Saraf sensorik yang menyarafi kulit yang melapisi meatus berasal dari
nervus auriculotemporalis dan ramus auricularis nervi vagi.
Aliran limfe menuju ke nodi parotidei superficiales, mastoidei, dan
cervicales superficiales.
2
2. Telinga Tengah (Cavitas Tympani) 3
Gambar 1. 3
Telinga tengah adalah ruang berisi udara di dalam pars petrosa ossis
temporalis. Cavitas tympani berbentuk celah sempit yang dilapisi oleh
membrane mucosa. Ruang ini berisi tulang-tulang pendengaran yang
berfungsi meneruskan getaran membrane tympanica (gendang telinga) ke
perilympha telinga dalam. Di depan ruang ini berhubungan dengan
nasopharynx melalui tuba auditiva dan di belakang dengan antrum
mastoideum.
Telinga tengah mempunyai atap, lantai, dinding anterior, dinding
posterior, dinding lateral, dan dinding medial.
a. Atap dibentuk oleh lempeng tipis tulang, disebut tegmen tympani, yang
merupakan bagian dari pars petrosa ossis temporalis. Lempeng ini
memisahkan cavitas tympani dari meningen dan lobus temporalis cerebri
di dalam fossa cranii media.
b. Lantai dibentuk di bawah oleh lempeng tipis tulang, yang mungkin
sebagian diganti oleh jaringan fibrosa. Lempeng ini memisahkan cavitas
tympani dari bulbus superior vena jugularis interna.
3 Bab 18 – Mata dan Telinga, Halaman 627
3
c. Dinding anterior dibentuk di bawah oleh lempeng tipis tulang yang
memisahkan cavitas tympani dari arteria carotis interna. Pada bagian atas
dinding anterior terdapat muara dari dua buah saluran. Saluran yang lebih
besar dan terletak lebih bawah menuju ke tuba auditiva, dan yang terletak
lebih atas dan lebih kecil menuju ke saluran untuk musculus tensor
tympani. Septum tulang tipis, yang memisahkan saluran-saluran ini
diperpanjang ke belakang pada dinding medial, yang akan membentuk
tonjolan mirip kerang.
d. Di bagian atas dinding posterior terdapat sebuah lubang besar yang
tidak beraturan, yaitu aditus ad antrum. Di bawah ini terdapat
penonjolan yang berbentuk kerucut, sempit, dan kecil disebut pyramis.
Dari puncak pyramis ini keluar tendo musculus stapedius.
e. Dinding lateral sebagian besar dibentuk oleh membrane tympanica.
f. Dinding medial dibentuk oleh dinding lateral telinga dalam. Bagian
terbesar dari dinding memperlihatkan penonjolan bulat, disebut
promontorium yang disebabkan oleh lengkung pertama cochlea yang
ada di bawahnya. Diatas dan belakang promontorium terdapat fenestra
vestibuli, yang berbentuk lonjong dan ditutupi oleh basis stapedis. Pada
sisi medial fenestra terdapat perilympha scale vestibule telinga dalam. Di
bawah ujung posterior promontorium terdapat fenestra cochleae, yang
berbentuk bulat dan ditutupi oleh membrane tympanica secundaria.
Medial dari fenestra ini terdapat perilympha pada ujung buntu scala
tympani.
Gambar 1. 4
4
Kerang tulang yang berkembang dari dinding anterior meluas ke
belakang pada dinding medial di atas promontorium dan di atas fenestra
vestibule. Kerang ini menyokong musculus tensor tympani. Ujung
posteriornya melengkung ke atas dan membentuk takik. Disebut processus
cochleariformis. Di sekeliling takik ini tendo musculus tensor tympani
membelok ke lateral untuk sampai ke tempat insersinya yaitu manubrium
mallei.
Sebuah rigi bulat berjalan secara horizontal ke belakang, di atas
promontorium dan fenestra vestibule dan dikenal sebagai prominentia
canalis nervi facialis (berisi nervus facialis). Sesampainya di dinding
posterior prominentia ini melengkung ke bawah di belakang pyramis.
Membrana Tympanica
Gambar 1. 5
Membrane tympanica adalah membrane fibrosa tipis yang berwarna
kelabu mutiara. Membrane ini terletak miring, menghadap ke bawah, dan
lateral. Permukaannya cekung ke lateral, dan pada cekungan yang paling
dalam terdapat lekukan kecil, umbo, yang dibentuk oleh ujung manubrium
mallei. Jika membrane terkena cahaya otoskop, bagian cekung ini
menghasilkan kerucut cahaya, yang memancar ke anterior dan inferior dari
umbo.
Membrane tympanica berbentuk bulat dengan diameter lebih kurang
1 cm. Pinggirnya tebal dan melekat di dalam alur pada tulang. Alur itu,
sulcus tympanica, di bagian atasnya berbentuk incisura. Dari sisi incisura
5
ini berjalan dua plica, plica mallearis anterior dan posterior, yang menuju
ke processus lateralis mallei. Daerah segitiga kecil pada membrane
tympanica yang dibatasi oleh plica-plica tersebut lemas dan disebut pars
placcida. Bagian lainnya tegang disebut pars tensa. Manubrium mallei
dilekatkan di bawah pada permukaan dalam membrane tympanica oleh
membrane mucosa.
Membrane tympanica sangat peka terhadap nyeri dan permukaan
luarnya disarafi oleh nervus auriculotemporalis dan ramus auricularis nervi
vagi.
Ossicula Auditus (Tulang-Tulang Pendengaran)
Ossicula Auditus adalah malleus, incus, dan stapes.
a. Malleus adalah tulang pendengaran terbesar, dan mempunyai caput,
collum, crus longum atau manubrium, sebuah processus anterior dan
processus lateralis. Caput berbentuk bulat dan bersendi di posterior
dengan incus. Collum adalah bagian sempit di bawah caput.
Manubrium berjalan ke bawah dan belakang dan melekat dengan erat
pada permukaan medial membrane tympanica. Manubrium ini dapat
dilihat melalui membrane tympanica pada pemeriksaan dengan otoskop.
Processus anterior adalah tonjolan tulang kecil yang dihubungkan
dengan dinding anterior cavitas tympani oleh sebuah ligament. Processus
lateralis menonjol ke lateral dan melekat pada plica mallearis anterior
dan posterior membrane tympanica.
b. Incus mempunyai corpus yang besar dan dua crus. Corpus berbentuk
bulat dan bersendi di anterior dengan caput mallei. Crus longum
berjalan ke bawah belakang dan sejajar dengan manubrium mallei. Ujung
bawahnya melengkung ke medial dan bersendi dengan caput stapedis.
Bayangannya pada membrane tympanica kadang-kadang dapat dilihat
pada pemeriksaan dengan otoskop. Crus breve menonjol ke belakang
dan dilekatkan pada dinding posterior cavitas tympani oleh sebuah
ligament.
6
c. Stapes mempunyai caput, collum, dua lengan, dan sebuah basis. Caput
kecil dan bersendi dengan crus longum incudis. Collum sempit dan
merupakan tempat insersi musculus stapedius. Kedua lengan berjalan
divergen dari collum dan melekat pada basis yang lonjong. Pinggir basis
dilekatkan pada pinggir fenestra vestibule oleh sebuah cincin fibrosa,
yang disebut ligamentum annulare.
Otot-Otot Ossicula
Otot-otot ossicula adalah musculus tensor tympani dan musculus
stapedius.
Otot-otot ossicula, persarafannya, dan fungsinya diringkas dalam
tabel 1.
Tabel 1. Otot-otot Telinga Tengah
Nama otot Origo Insersi Persarafan Fungsi
M. tensor
tympani
M.
Stapedius
Dinding tuba
auditiva dan
dinding
salurannya sendiri
Pyramis
(penonjolan
tulang pada
dinding posterior
cavitas tympani)
Manubriu
m mallei
Collum
stapedis
Divisi
mandibularis
N. trigeminus
N. facialis
Meredam
getaran
membrane
tympanica
Meredam
getaran
stapes
Dari snell RS: Clinical Anatomy. 7th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2004, p. 839.
Tuba Auditiva
Tuba auditiva menghubungkan dinding anterior cavitas tympani ke
nasopharynx. Sepertiga bagian posteriornya adalah tulang dan dua pertiga
bagian anteriornya adalah kartilago. Pada saat turun, tuba berjalan di pinggir
atas musculus constrictor pharynges superior. Tuba berfungsi
7
menyeimbangkan tekanan udara di dalam cavitas tympani dengan
nasopharynx.
Antrum Mastoideum
Antrum mastoideum terletak di belakang cavitas tympani di dalam
pars petrosa ossis temporalis. Berhubungan dengan cavitas tympani melalui
aditus.
Cellulae Mastoideae
Processus mastoideus mulai berkembang dalam tahun kedua kehidupan.
Cellulae mastoideae adalah suatu seri rongga yang saling berhubungan di
dalam processus mastoideus, yang di atas berhubungan dengan antrum dan
cavitas tympani. Rongga-rongga ini dilapisi oleh membrane mucosa.
3. Telinga Dalam atau Labyrinthus 4
Gambar 1. 6
4 Bab 18 – Mata dan Telinga, Halaman 635
8
Labyrinthus terletak di dalam pars petrosa ossis temporalis, medial
terhadap telinga tengah. Terdiri dari labyrinthus osseus, tersusun dari
sejumlah rongga di dalam tulang; dan labyrinthus mambranaceus, tersusun
dari sejumlah saccus dan ductus mambranosa di dalam labyrinthus osseus.
Labyrinthus Osseus
Labyrinthus Osseus terdiri atas tiga bagian: vestibulum, canalis
semicircularis, dan cochlea. Ketiganya merupakan rongga-rongga yang
terletak di dalam substansia compacta tulang. Mereka dilapisi oleh
endosteum dan berisi cairan bening, perilympha, yang di dalamnya terdapat
labyrinthus membranaceus.
Vestibulum, merupakan bagian tengah labyrinthus osseus, terletak
posterior terhadap cochlea dan anterior terhadap canalis semicircularis. Pada
dinding lateralnya terdapat fenestra vestibule yang ditutupi oleh basis
stapedis dan ligamentum annularenya, dan fenestra cochlea yang ditutupi
oleh membrane tympanica secundaria. Di dalam vestibulum terdapat
sacculus dan utriculus labyrinthus membranosa.
Ketiga canalis semicircularis, yaitu canalis semicircularis superior,
posterior, dan lateral. Bermuara ke bagian posterior vestibulum. Setiap
canalis mempunyai sebuah pelebaran diujungnya disebut ampulla. Canalis
bermuara ke dalam vestibulum melalui lima lubang, salah satunya
dipergunakan bersama oleh dua canalis. Di dalam canalis terdapat ductus
semicircularis.
Canalis semicircularis superior terletak vertical dan tegak lurus
terhadap sumbu panjang os petrosum. Canalis semicircularis posterior juga
vertical, tetapi terletak sejajar dengan sumbu panjang os petrosum. Canalis
semicircularis lateralis terletak horizontal pada dinding medial aditus ad
antrum, di atas canalis nervi facilis.
Cochlea berbentuk seperti rumah siput. Cochlea bermuara ke dalam
bagian anterior vestibulum.umumnya terdiri atas satu pilar sentral, modiolus
9
cochleae, dan modiolus ini dikelilingi tabung tulang yang sempit sebanyak
dua setengah putaran.
Gambar 1. 7
Labyrinthus Membranaceus
Labyrinthus membranaceus terletak di dalam labyrinthus osseus.
Labyrinthus ini berisi endolympha dan dikelilingi oleh perilympha.
Gambar 1. 8
10
B. FISIOLOGI PENDENGARAN 5
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun
telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke
koklea. Getaran tersebut menggetarkan membrane tympani diteruskan ke telinga
tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi
getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas
membrane timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini
akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga
perilimfa pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membrane
Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relative
antara membrane basilaris dan membrane tektoria. Proses ini merupakan
rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel
rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik
dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut,
sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan
menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus
auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.
5 Soepardi, Efiaty Arsyad dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala & Leher, Ed. 6. Jakarta : EGC
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. GANGGUAN PENDENGARAN (2)
Gangguan telinga luar dan telinga tengah dapat menyebabkan tuli
konduktif, sedangkan gangguan telinga dalam menyebabkan tuli sensorineural,
yang terbagi atas tuli koklea dan tuli retrokoklea.
Sumbatan tuba eustachius menyebabkan gangguan telinga tengah dan
akan terdapat tuli konduktif. Di dalam telinga terdapat alat keseimbangan dan
alat pendengaran. Obat-obat dapat merusak stria vaskularis, sehingga saraf
pendengaran rusak, dan terjadi tuli sensorineural.
Ada tiga jenis gangguan pendengaran (Tuli):
1. Tuli konduktif
2. Tuli sensorineural (sensorineural deafness)
3. Gabungan keduanya atau Tuli campur (mixed deafness)
Pada tuli konduktif terdapat gangguan hantaran tulang, disebabkan oleh
kelainan atau penyakit di telinga luar atau di telinga tengah. Pada tuli
sensorineural (perseptif) kelainan terdapat pada koklea (telinga dalam), nervus
VIII atau di pusat pendengaran, sedangkan tuli campur, disebabkan oleh
kombinasi tuli konduktif dan tuli sensorineural. Tuli campur dapat merupakan
suatu penyakit, misalnya radang telinga tengah dengan komplikasi ke telinga
dalam atau merupakan dua penyakit yang berlainan, misalnya tumor nervus VIII
(tuli saraf) dengan radang telinga tengah (tuli konduktif).
Kelainan / Penyakit Yang Menyebabkan Tuli
Tuli Konduktif, disebabkan oleh kelainan yang terdapat di telinga luar atau
telinga tengah. Telinga luar yang menyebabkan tuli konduktif ialah atresia liang
telinga, sumbatan oleh serumen, otitis eksterna sirkumakripta, osteoma liang
telinga. Kelainan di telinga tengah yang menyebabkan tuli konduktif ialah tuba
12
kotor / sumbatan tuba eustachius, otitis media, otosklerosis, timpanosklerosis,
hemotimpanum dan dislokasi tulang pendengaran.
Tuli Sensorineural, dibagi dalam tuli koklea disebabkan oleh kelainan
kongenital (aplasia koklea), Labirintitis (oleh bakteri/virus), intoktikasi obat
ototoksik, Sudden deafness, trauma kepala, trauma akustik atau pahanan bising.
Tuli retrokoklea disebabkan oleh neuroma akustik, tumor serebelopontin angkle,
multiple mieloma, cedera otak, perdarahan otak dan kelainan otak lainnya.
Derajat ketulian ISO (International Organization for Standardization) :
0 – 25 dB : Normal
>25 – 40 dB : Tuli ringan
> 40 – 55 dB : Tuli sedang
> 55 – 70 dB : Tuli sedang berat
> 70 – 90 dB : Tuli berat
> 90 dB : Tuli sangat berat
Gangguan Pendengaran Pada Bayi dan Anak
Penyebab gangguan pendengaran pada bayi/anak
1. Masa Pranatal
a. Genetic
b. Non genetic seperti gangguan/kelainan pada masa kehamilan, kelainan
struktur anatomic dan kekurangan zat gizi (misalnya defisiensi Iodium).
2. Masa Perinatal
Beberapa keadaan yang dialami bayi pada saat lahir juga merupakan factor
risiko terjadinya gangguan pendengaran / ketulian seperti premature, BBLR
(< 2500 gram), hiperbilirubinemia, asfiksia (lahir tidak menangis).
3. Masa Postnatal
Adanya infeksi bakteri atau virus seperti rubella, campak, parotis, infeksi
otak (meningitis, ensefalitis), perdarahan pada telinga tengah, trauma
temporal juga dapat menyebabkan tuli saraf atau tuli konduktif.
Pemeriksaan pendengaran pada bayi dan anak
1. Behavioral Observation Audiometry (BOA)
2. Timpanometri
13
3. Audiometri bermain (play audiometry)
4. Oto Acoustic Emission (OEA)
5. Brainstem Evoked Response Audiometry (BERA)
Gangguan Pendengaran Pada Geriatri
1. Tuli Konduktif Pada Geriatri
Pada telinga luar dan telinga tengah proses degenerasi dapat menyebabkan
perubahan atau kelainan berupa: (1) berkurangnya elastisitas dan bertambah
besarnya ukuran pinna daun telinga, (2) atrofi dan bertambah kakunya liang
telinga, (3) penumpukan serumen, (4) membrane timpani bertambah tebal
dan kaku, (5) kekakuan sendi tulang-tulang pendengaran.
2. Tuli Saraf Pada Geriatri (Presbikusis)
Presbikusis adalah tuli sensorineural frekuensi tinggi, umumnya terjadi mulai
usia 65 tahun, simetris pada telinga kiri dan kanan. Keluhan utama berupa
berkurangnya pendengaran secara perlahan-lahan dan progresif. Keluhan
lainnya adalah telinga berdenging (tinnitus nada tinggi).
Tuli Mendadak
Tuli mendadak (sudden deafness) ialah tuli yang terjadi secara tiba-tiba. Jenis
ketuliannya adalah tuli sensorineural, penyababnya tidak dapat langsung
diketahui, biasanya terjadi pada satu telinga.
Gangguan Pendengaran Akibat Bising (Noise Induced Hearing Loss)
Merupakan gangguan pendengaran yang disebabkan akibat terpajan oleh bising
yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama dan biasanya
diakibatkan oleh bising lingkungan kerja. Gejala berupa kurang pendengaran
disertai tinnitus (berdenging ditelinga) atau tidak.
Gangguan Pendengaran Akibat Obat Ototoksik
Tinnitus, gangguan pendengaran dan vertigo merupakan gejala utama
ototoksisitas.
14
B. PENEGAKAN DIAGNOSIS PADA TELINGA 6
1. Riwayat Kesehatan
Tanyakan “Bagaimana
pendengaran Anda?”
Lihat Tabel 2, Pola Gangguan Pendengaran.
Apakah pasien mengalami
kesulitan khusus memahami
ungkapan orang lain?
Perbedaan apa yang
ditimbulkan lingkungan yang
bising?
Individu yang mengalami gangguan
pendengaran sensorineural mempunyai
kesulitan khususnya dalam memahami
pembicaraan orang lain, sering kali mengeluh
bahwa orang lain komat-kamit; lingkungan
yang bising memperburuk pendengaran. Pada
kasus tuli konduktif, lingkungan yang ramai
mungkin dapat membantu.
Untuk keluhan sakit telinga,
atau nyeri di dalam telinga,
tanyakan mengenai demam,
sakit tenggorok, batuk, dan
infeksi saluran napas bagian
atas yang timbul
bersamaan.
Untuk nyeri di struktur eksternal telinga,
pertimbangkan terjadinya otitis eksternal; untuk
nyeri yang dikaitkan dengan infeksi pernapasan
dan didalam telinga, pertimbangkan terjadinya
otitis media.
Tinnitus tanpa stimulus
eksternal – umumnya,
muncul karena dering
music, suara berisik, atau
suara gemuruh.
Jika dikaitkan dengan kehilangan pendengaran
dan vertigo, tinnitus mungkin karena penyakit
Meniere.
Tanyakan mengenai vertigo,
persepsi bahwa pasien atau
lingkungan berputar atau
berkeliling
Pasien dengan gangguan pendengaran yang perlu ditanyakan :
1. Apakah pada satu atau kedua telinga
6 Bickley, Lynn S. 2008. Buku Saku Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan Bates, Ed 5. Jakarta : EGC
15
2. Apakah timbul tiba-tiba atau bertambah secara bertahap dan sudah
berapa lama diderita.
3. Apakah ada riwayat trauma, trauma akustik, pemakaian obat ototoksik.
4. Apakah sebelumnya pernah menderita penyakit infeksi
5. Apakah diderita sejak bayi.
2. Teknik-Teknik Pemeriksaan 7
Periksa masing-masing telinga
a. Auricular
Inspeksi auricular : keloid, kista epidermoid
Jika anda mencurigai otitis:
Gerakan auricular ke atas dan tekan pada tragusnya.
Nyeri pada otitis eksterna (“uji tug”)
Tekan dengan kuat belakang telinga
Kemungkinan nyeri tekan pada kasus otitis media dan mastoiditis
b. Liang Telinga dan Gendang Telinga
Tarik auricular ke atas, ke belakang, dan sedikit keluar.
Inspeksi, melalui speculum otoskop:
Liang telinga
- Serumen, bengkak dan eritema pada otitis eksterna
Gendang telinga
- Gendang yang menonjol kemerahan terlihat pada otitis media
akut; otitis media serosa, timpanosklerosis, perforasi. Lihat Tabel
3, Abnormalitas Gendang Telinga
c. Pendengaran
Kaji ketajaman pendengaran terhadap bisikan atau suara bicara.
Jika pendengaran menghilang, gunakan garpu tala 512 Hz ; Tes tersebut
membantu membedakan antara gangguan pendengaran sensorineural dan
gangguan pendengaran konduksi.
Uji lateralisasi (uji Weber). Letakkan garpu tala pada vertex tulang
tengkorak dan periksa pendengaran.
- Lihat Tabel 2, Pola Gangguan Pendengaran
7 Bab 6 – Kepala dan Leher, Halaman 88
16
Bandingkan konduksi udara dan konduksi tulang (uji Rinne).
Letakkan garpu tala dan garpu getar pada os mastoideus, kemudian
angkat dan periksa pendengaran.
Tabel 2. Pola Gangguan Pendengaran
Tuli Konduktif Tuli Sensorineural
Gangguan
pemahaman kata-
kata
Minor Sering menyusahkan
Efek lingkungan
bising
Dapat membantu Meningkatkan
kesulitan pendengaran
Usia awitan yang
umum
Masa kanak-kanak,
dewasa muda
Usia baya dan lansia
Lubang telinga dan
gendang telinga
Sering merupakan
abnormalitas yang
dapat terlihat
Masalah pada bagian
ini tidak terlihat
Uji Weber (pada
kehilangan
pendengaran
unilateral)
Ke arah lateral pada
telinga yang rusak
Ke arah lateral pada
telinga yang masih
sehat
Uji Rinne KT > KU atau
KT = KU
KU > KT
Penyebab yang
teridentifikasi
mencakup
Lubang telinga
tersumbat, otitis
media, gendang
telinga imobil atau
mengalami perforasi,
osteosklerosis, benda
asing
Suara keras yang terus
menerus, obat, infeksi
telinga dalam, trauma,
gangguan hereditas,
penuaan
*KT, Konduksi tulang; KU, Konduksi Udara
17
Tabel 3. Abnormalitas Gendang Telinga
Perforasi Lubang pada gendang telinga yang mungkin
berada di tengah atau pada tepi
Biasanya merupakan akibat dari otitis media
atau trauma
Timpanoskelosis Bercak putih mengandung kapur
Jaringan parut dari otitis media lama;
disertai dengan sedikit atau tanpa dampak
klinis
Efusi Serosa Cairan berwarna kuning gading di belakang
gendang telinga, dengan atau tanpa
gelambung udara
Berkaitan dengan infeksi virus dari saluran
pernapasan atas atau perubahan mendadak
tekanan atmosfir (menyelam, terbang)
Otitis Media Akut Gendang telinga berwarna merah, menonjol,
kehilangan tandanya
Berkaitan dengan infeksi bakteri
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes Suara Bisik
Nada konsonan dan palatal bisa didengar dari jarak 5 – 10 m. Contoh:
b, p, t, m, n.
Nada tinggi / suara desis dapat didengar dari jarak 20 m. Contoh : s,
z, ch, sh, shel.
b. Tes Penala / Garpu Tala
Pemerikasaan ini merupakan tes kualitatif. Penala terdiri dari 1 set (5
buah ) dengan frekuensi: 128 Hz, 256 Hz, 512 Hz, 1024 Hz, dan 2048
Hz.
Tes Rinne, ialah tes untuk membandingkan hantaran melalui udara
dan hantaran melalui tulang pada telinga yang diperiksa.
18
Cara pemeriksaan :
Penala digetarkan, tangkainya diletakkan diprosesus mastoideus,
setelah tidak terdengar penala dipegang didepan telinga kira – kira
2,5 cm. Bila masih terdengar disebut tes Rinne (+), bila tidak
terdengar disebut tes Rinne (-).
Tes Weber, ialah tes pendengaran untuk membandingkan hantaran
tulang telinga kiri dan kanan.
Cara pemeriksaan :
Penala digetarkan dan tangkai penala diletakkan digaris
tengah kepala (diverteks, dahi, pangkal hidung, ditengah – tengah
gigi seri atau dagu).
Apabila bunyi penala terdengar lebih keras pada salah satu telinga
disebut Weber lateralisasi ke telinga tersebut. Bila tidak dapat
membedakan kearah telinga mana bunyi terdengar lebih keras disebut
Weber tidak ada lateralisasi.
Tes Schwabach, membandingkan hantaran tulang orang yang
diperiksa dengan pemeriksa.
Cara pemeriksaan :
Penala digetarkan, dan tangkai penala diletakkan pada
prosesus mastoideus sampai tidak terdengar bunyi. Kemudian tangkai
penala segera dipindahkan pada prosesus mastoideus pemeriksa. Bila
pemeriksa masih dapat mendengar disebut Schwabach memendek,
bila pemeriksa tidak dapat mendengar, pemeriksaan diulang dengan
cara sebaliknya.
c. Audiometri
19
DAFTAR PUSTAKA
(1) Richard S. Sneel, MD, PhD. 2011. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta :
EGC
(2) Soepardi, Efiaty Arsyad dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung,
Tenggorokan, Kepala & Leher, Ed. 6. Jakarta : EGC
(3) Bickley, Lynn S. 2008. Buku Saku Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan
Bates, Ed 5. Jakarta : EGC
20