DREMATOTERAPI refreshing
-
Upload
raysharamadhani -
Category
Documents
-
view
228 -
download
0
description
Transcript of DREMATOTERAPI refreshing
KATA PENGANTAR
Assalammualaikum Wr. Wb.
Puji syukur saya panjatkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya kepada kita semua. Tidak lupa salawat serta salam kepada junjungan besar
Rasulullah SAW beserta para sahabatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Refreshing
”Dermatoterapi dan Mikrobiologi Kulit”.
Selain itu saya ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. Chadijah Rifai Sp. KK, selaku
pembimbing yang telah membimbing penulis dalam penyusunan laporan Refreshing ini. Saya
menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan laporan ini masih jauh dari sempurna. Semoga
dengan adanya kritik dan saran yang diberikan pembimbing dan pembaca, saya bisa mengoreksi
laporan kasus di lain kesempatan.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, April 2015
Penulis
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
DERMATO – TERAPI
A. PENDAHULUAN
Penyakit kulit dapat diobati dengan bermacam – macam cara, ialah :
a. Topical
b. Sistemik
c. Intralesi
Kalau cara pengobatan di atas belum memadai, maka masih dapat dipergunakan cara –
cara lain, yaitu :
- Radioterapi
- Sinarultraviolet
- Pengobatan Laser
- Krioterapi
- Bedah listrik
- Bedah scalpel
Dengan adanya kemajuan – kemajuan yang pesat dalam bidang farmasi, maka
pengobatan penyakit kulit juga ikut berkembang pesat. Yang menarik perhatian ialah kemajuan
dalam bidang pengobatan topical yang berupa perubahan dari cara pengobatan non spesifik dan
empiric menjadi pengobatan spesifik dengan dasar yang rasional.
Maksud uraian ini ialah memperkenalkan banetuk dan cara pengobatan topical yang
disesuaikan dengan keadaan penyakit kulit.
B. PENGOBATAN TOPIKAL
Kegunaan dan khasiat pengobatan topical didapat dari pengaruh fisik dan kimiawi obat –
obat yang diaplikasi di atas kulit yang sakit. Pengaruh fisik antara lain ialah mengeringkan,
membasahi ( hidrasi ), melembutkan, lubrikasi, mendinginkan, memanaskan, dan melindungi
( proteksi ) dari pengaruh buruk dari luar. Semua hal itu bermaksud untuk mengadakan
hpmeostasis, yaitu mengembalikan kulit yang sakit dan jaringan di sekitarnya ke keadaan
fisiologik stabil secepat – cepatnya. Di samping itu untuk menghilangkan gejala – gejala yang
mengganggu, misalnya rasa gatal dan panas.
Cara pengobatan pada jaman dulu terutama ditujukan kepada efek fisik terhadap kulit
yang sakit.
Dalam jangka waktu 20 tahun terakhir ini telah dikembangkan preparat – preparat topical
yang mempunyai khasiat kimiawi yang spesifik terhadap organism di kulit atau terhadap kulit itu
sendiri. Secara ideal maka pemberian obat topical harus berkhasiat fisis maupun kimiawi. Kalau
obat topical di gunakan secara rasional, maka hasilnya juga optimal, sebaliknya kalau digunakan
secara salah obat topical menjadi tidak afekktif dapat menyebabkan penyakit iatrogenic.
Prinsip obat topical secara umum terdiri atas 2 bagian :
- Bahan dasar ( vehikulum )
- Bahan aktif
C. BAHAN DASAR ( VEHIKULUM )
Memilih bahan dasar ( vehikulum ) obat topical merupakan langkah awal dan terpenting
yang harus diambil dalam pengobatan penyakit kulit. Pada umumnya sebagai pegangan ialah
pada keadaan dermatosis yang membasah dipakai bahan dasar yang membasah dipakai bahan
dasar yang cair/basah, misalnya kompres : dan pada keadaan kering dipakai bahan dasar
padat/kering, misalnya salep. Secara sederhana bahan dasar dibagi menjadi :
1. Cairan
2. Bedak
3. Salap
Di samping itu ada 2 campuran atau lebih bahan dasar, yaitu :
4. Bedak kocok ( lotion ), yaitu campuran cairan dan bedak.
5. Krim, yaitu campuran cairan dan salap
6. Pasta, yaitu campuran salap dan bedak
7. Linimen ( pasta pendingin ), yaitu campuran, cairan, bedak, dan salap.
1. Cairan
Cairan terdiri atas :
a. Solusio artinya larutan dalam air
b. Tingtura artinya larutan dalam alcohol
Solusio dibagi dalam :
1. Kompres
2. Rendam ( bath ), misalnya rendam kaki, rendam tangan
3. Mandi ( fullbath )
Prinsip pengobatan cairan ialah membersihkan kulit yang sakit dari debris ( pus, krusta
dan sebagainya ) dan sisa – sisa obat topical yang pernah dipakai. Disamping itu terjadi
perlunakan dan pecahnya vesikel, bula, dan pustule. Hasil akhir pengobatan ialah keadaan yang
membasah menjadi kering, permukaan menjadi bersih sehingga mikroorganisme tidak dapat
tumbuh dan mulai terjadi proses epitelisasi. Pengobatan cairan berguna juga untuk
menghilangkan gejala, misalnya rasa gatal, rasa terbakar, parastesi oleh bermacam – macam
dermatosis.
Harus diingat bahwapengobatan dengan cairan dapat menyebabkan kulit menjadi terlalu
kering. Jadi pengobatan cairan harus di pantau secara teliti, kalau keadaan sudah mulai kering
pemakainnya di kurangi dan kalau perlu di hentikan untuk diganti dengan bentuk pengobatan
lainya. Cara kompres lebih di sukai dari pada cara rendam dan mandi, karena pada kompres
terdapat pendingin dengan adanya penguapan, sedangkan pada rendam dan mandi terjadi proses
maserasi.
Bahan aktif yang dipakai dalam kompres ialah biasanya bersifat astringen dan
antimicrobial. Astringen mengurangi eksudat akibat presipitasi protein.
Dikenal dua macam cara kompres, yaitu :
a. Kompres terbuka
Dasar
Penguapan cairan kompres disusul oleh absorbs eksudat atau pus.
Indikasi
- Dermatosis madidans
- Infeksi kulit dengan eritema yang mencolok, misalnya erisepelas
- Ulkus kotor yang mengandung pus dan krusta.
Efek pada kulit
- Kulit yang semula eksudative menjadi kering
- Permukaan kulit mnejadi dingin
- Vasokontriksi
- Eritema berkurang
Cara
Digunakan kain kasa yang bersifat absorben dan non-iritasi serta tidak terlalu
tebal ( 3 lapis ). Balutan jangan terlalu ketat, tidak perlu steril dan jangan menggunakan
kapas karena lekat dan menghambat penguapan.
Kasa dicelup ke dalam cairan kompres, diperas, lalu di balutkan dan didiamkan,
biasanya sehari dua kali selama 3 jam. Hendaknya jangan sampai terjadi maserasi. Bila
kering dibasahkan lagi. Daerah yang di kompres luasnya 1/3 bagian tubuh agar tidak terjadi
pendinginan.
b. Kompres tertutup
Sinonim
Kompres impermeable
Dasar
Vasodilatasi, bukan untuk penguapan.
Indikasi
Kelainan yang dalam, misalnya limfogranuloma venerium.
Cara
Digunakan pembalut tebal dan di tutup dengan bahan impermeable, misalnya selofan atau
plastic.
2. Bedak
Bedak yang dioleskan di atas kulit membuat lapisan tipis di kulit yang tidak melekat erat
sehingga penetrasinya sedikit sekali.
Efek bedak ialah :
- Mendinginkan
- Antiinflamasi ringan karena ada sedikit efek vasokontriksi
- Antipruritus lemah
- Mengurangi pergeseran pada kulit yang berlipat ( intertrigo )
- Proteksi mekanis
Yang diharapkan dari bedak terutama ialah efek fisis. Bahan dasarnya ialah talcum
venetum. Biasanya bedak dicampur dengan seng oksida, sebab zat ini bersifat mengabsorbsi air
dan sebum, astringen, antiseptic lemah dan antipruritus lemah.
Indikasi pemberian bedak ialah :
- Dermatosis yang kering dan superficial
- Mempertahankan vesikel/bula agar tidak pecah, misalnya pada varicela dan herpes zoster.
Kontraindikasi
Dermatitis yang basah, terutama bila disertai dengan infeksi sekunder.
3. Salap
Salap ialah bahan berlemak atau seperti lemak, yang pada suhu kamar berkonsistensi
seperti mentega. Bahan dasar biasanya vaselin, tetapi dapat pula lanolin atau minyak.
Indikasi pemberian salap ialah :
- Dermatosis yang kering dan kronik
- Dermatosis yang dalam dan kronik, karena daya penetrasi salap paling kuat jika
dibandingkan dengan bahan dasar lainya.
- Dermatosis yang bersisik dan berkrusta
Kontraindikasi ialah : dermatitis madidans, jika kelainan kulit terdapat pada bagian badan yang
berambut, penggunaan salaptidak dianjurkan dan salap jangan dipakai di seluruh tubuh.
4. Bedak kocok
Bedak kocok terdiri atas campuran air dan bedak, yang biasanya di tambah dengan
glliserin sebagai bahan perekat. Supaya bedak tidak terlalu kental dan cepat emnjadi kering,
maka jumlah zat padat maksimal 40% dan jumlah gliserin 10 – 15%. Hal ini berarti bila
beberapa zat aktif padat ditambahkan, maka persentase tersebut jangan dilampaui.
Indikasi bedak kocok ialah :
- Dermatosis yang kering, superficial dan agak luas, yang diinginkan ialah sedikit penetrasi.
- Pada keadaan subakut
Kontraindikasi :
- Dermatitis madidans
- Daerah badan yang berambut
5. Krim
Krim krim ialah campuran W ( water, air ), O ( oil, minyak ) dan emulgator.
Krim ada dua jenis :
Krim W/O : air merupakan fase dalam dan minyak fase luar.
Krim O/W : minyak merupakan fase dalam dan air fase luar.
Selain itu dipakai emulgator, dan biasanya ditambah bahan pengawet, misalnya parabean
dan juga dicampur dengan parfum. Berbagai bahan aktif dapat di masukan di dalam krim.
Indikasi penggunaan krim ialah :
- Indikasi kosmetik
- Dermatosis yang subakut dan luas, yang dikehendaki ialah penetrasi yang lebih besar
daripada bedak kocok.
- Krim boleh digunakan di daerah yang berambut.
- Kontraindikasi ialah dermatitis madidans.
6. Pasta
Pasta ialah campuran homogen bedak dan vaselin. Pasta bersifat protektif dan
mengeringakan.
Indikasi pengguanaan pasta ialah dermatosis yang agak basah.
Kontraindikasi : dermatosis yang eksudatif dan daerah yang berambut. Untuk daerah genital
eksterna dan lipatan – lipatan badan pasta tidak dianjurkan karena terlalu melekat.
7. Linimen
Linimen atau pasta pendingin ialah campuran cairan, bedak dan salap.
Indikasi : dermatosis yang subakut
Kontraindikasi : dermatosis madidans
8. Gel
Ada vehikkulum lain yang tidak termasuk dalam “ bagan vehikulum “ ialah gel. Gel ialah
sediaan hidrokoloid atau hidrofilik berupa suspense yang dibuat dari senyawa organic. Zat untuk
membuat gel diantaranya ialah karbomer, metilselulosa dan tragakan. Bila zat – zat tersebut
dicampur dengan air dengan perbandingan tertentu akan terbentuk gel. Karbomer akan emmbuat
gel menjadi sangat jernih dan halus.
Gel segera mencair, jika berkontak dengan kulit dan membentuk satu lapisan. Absorbs per kutan
lebih baik daripada krim.
D. BAHAN AKTIF
Memilih obat topical selain faktor vehikulum, juga faktor bahan aktif yang dimaksudkan
ke dalam vehikulum yang mempunyai khasiat tertentu yang sesuai untuk pengobatan topical.
Khasiat bahan aktif topical dipengaruhi oleh keadaan fisiko – kimia permukaan kulit, disamping
komposisi formulasi zat yang dipakai.
Di dalam resep harus ada bahan aktif dan vehikulum. Bahan aktif dapat berinteraksi satu
sama lain. Yang penting ialah, apakah bahan yang kita campurkan itu dapat tercampurkan atau
tidak, sebab ada obat/zat yang sifatnya O.T.T ( obat tidak tercampurkan )
Asam salisilat misalnya dapat dicampur dengan asam lainya, contohnya asam benzoate
atau denga ter, resorsinol tidak tercampur dengan yodium, garam, besi atau bahan yang bersifat
oksidator.
Penetrasi bahan aktif melalui kulit dipengaruhi oelh beberapa faktor, termasuk
konsentrasi obat, kelarutanya dalam vehikulum, besar partikel, viskositas dan efek vehikulum
terhadap kulit.
Bahan aktif yang digunakan di antaranya ialah :
- Aluminium asetat
Contohnya ialah larutan Burowi yang mengandung alumunium asetat 5%. Efeknya ialah
astrinen dan antiseptic ringan.
- Asam asetat
Diapkai sebagai larutan 5% untuk kompres, bersifat antiseptic untuk infeksi
pseudomonas.
- Asam benzoate
Mempunyai sifat antiseptic terutama fungisidal.
- Asam borat
Konsentrasinya 3% tidak dianjurkan untuk dipakai sebagai bedak, kompres atau dalam
salap berhubung untuk antiseptiknya sangat sedikit dan dapat bersifat toksik, terutama
pada kelalinan yang luas dan erosive terlebih – lebih pada bayi.
- Asam salisilat
Merupakan zat keratolitik yang tertua yang dikenal dalam pengobatan topical.
Efeknya ialah mengurangi proliferasi epitel dan menormalisasi keratinisasi yang
terganggu. Pada konsentrasi yang rendah ( 1-2% ) mempunyai efek keratoplastik, yaitu
menunjang pembentukan keratin yang baru. Pada konsentrasi yang tinggi ( 3-20% )
bersifat keratolitik dan dipakai untuk keadaan dermatosis yang hiperkeratolitik. Pada
konsentrasi yang sangat tinggi ( 40% ) dipakai untuk kelainan – kelainan yang dalam,
misalnya kalus dan veruka plantaris. Asam salisil dalam konsentrasi 1 % dipakai sebagai
kompres, bersifat antiseptic. Penggunaanya, misalnya untuk dermatitis eksudatif, asam
salisilat 3% - 5% juga bersifat mempertinggi absorbsi per kutan zat – zat aktif.
- Asam undersilenat
Bersifat antimitotik dengan knsentrasi 5% salap atau krim. Dicampur dengan garam seng
20%.
- Asam vit.A ( tretonin,asam retinoat )
Efek : memeperbaiki keratinisasi menjadi normal jika terjadi gangguan, meningkatkan
sintesis D.N.A dalam epithelium germinatif, meningkatkan laju mitosis, menebalkan
staratum granulosum, menormalkan parakeratosis.
Indikasi : penyakit dengan sumbatan folikular, penyakit dengan hiperkertaosis, pada
proses menua kulit akibat sinar matahari
- Benzokain
Bersifat anastesia
- Benzyl benzoate
Cairan berkhasiat sebagai skabisid dan pedikulosid. Digunakan sebagai emulsi dengan
konsentrasi 20% dan 25%.
- Camphor
Konsentrasinya 1-2%. Bersifat anti pruritus berdasarkan penguapan zat tersebut sehingga
terjadi pendinginan. Dapat dimasukan ke dalam bedak atau bedak kocok yang
mengandung alcohol agar dapat larut. Juga dapat di pakai dalam salap dank rim.
- Kortikosteroid topical
Mempunyai khasiat yang sangat luas, yaitu : anti inflamasi, anti alergi, anti pruritus, anti
mitotic, dan vasokontriksi.
Zat – zat ini pada konsentrasi 0.025% sampai 0.1% memberikan pengaruh anti inflamasi
yang kuat, yang termasuk dalam golongan ini ialah : betametason valerat, betametason
benzoate, fluinolon, setonid dan triamnisolon asetonid.
Penggolongan
Kortikosteroid topical dibagi menjadi 7 golongan besat, diantaranya berdasarkan anti-
inflamasi dan anti mitotic. Golongan 1 yang paling kuat daya anti – inflamasinya dan
anti mitotiknya ( superpoten ). Sebaliknya golongan VII yang terlemah ( potensi lemah ).
Indikasi
K.T. dengan potensi kuat belum tentu merupakan obat pilihan untuk suatu
penyakit kulit ( MARKS,1985 ). Harus selalu diingat bahwa K.T bersifat paliatif dan
supresif terhadap penyakit kulit dan bukan merupakan pengobatan kausal.
Dermatosis yang responsive dengan K.T, ialah : psoriasis, dermatitis atopic,
neurodermatitis sirkumkripta, dermatitis numularis, dermatitis stasis, dermatitis venenata,
dermatitis interginosa dan dermatitis solaris ( fotodermatitis ).
Dermatosis yang kurang responsive ialah lupus eritematous discoid, psoriasis di
telapak tangan dan kaki, nekrobiosis lipoidika, sarkoidosis, liken planus, pemfigoid,
eksantem fikstum.
Dermatosis yang responsive dengan kortikosteroid intralesi ialah keloid, jaringan
parut hipertrofik, alopesia areata, akne berkrista, prurigo nodularis, morfea, dermatitis
dengan likenifikasi, liken amiloidosis dan vitiligo
Di samping K.T tersebet ada pula kortikosteroid yang di suntikan intralesi, misalnya
triamnisolon asetonid.
Pemilihan jenis K.T
Dipilih K.T yang sesuai, aman, efek samping sedikit dan harga murah : disamping
itu ada beberapa faktor yang perlu di pertimbangkan, yaitu jenis penyakit kulit, jenis
vehikulum, kondisi penyakit, luas/tidaknya lesi, dalam/dakangkalnya lesi, dan lokallisasi
lesi. Perlu juga di pertimbangkan umur penderita.
Aplikasi klinis
a. Cara aplikasi
Pada umumnya dianjurkan pemakaian salap 2-3x/hari sampai penyakit tersebut
sembuh. Perlu dipertimbangkan adanya gejala takifilaksis, ialah menurunya respon
kulit terhadap glukokortikoid karena pemberian obat yang berulang – ulang. : berupa
toleransi akut yang berarti efek vasokontriksinya akan menghilang, setelah
diistirahatkan beberapa hari efek vasokontriksi akan timbul lagi bila pengolesan obat
tetap dilanjutkan.
b. Lama pemakaian steroid topical
Lama pemakain steroid topical sebaiknya tidak lebih dari 4 – 6 minggu untuk
steroid potensi lemah dan tidak lebih dari 2 minggu untuk potensi kuat.
Efek samping
Efek samping terjadi bila :
Penggunaaan K.T yang lama dan berlebihan, penggunaan K.T dengan potensi kuat
atau sangat kuat atau penggunaan secara oksklusif.
Harus diingat bahwa makin tinggi potensi K.T, makin cepat terjadinya efek samping.
Gejala efek samping
o Atrofi
o Striae atrofise
o Telangiketasis
o Purpura
o Dermatosis akneformis.
o Hyperkeratosis setempat
o Hipopigmentasi
o Dermatitis perioral
o Menghambat penyembuhan ulkus
o Infeksi mudah terjadi dan meluas
o Gambaran klinis penyakit infeksi menjadi kabur
Pencegahan efek samping
Efek samping jarang sekali terjadi, agar aman dosis yang dianjurkan ialah, jangan
melebihi 30 gram sehari tanpa oklusi.
Pada bayi kulit masih tipis, hendaknya di pakai K.T yang lemah. Pada kelainan
sub akut digunakan K.T sedang. Jika kelainan kronis dan tebal dipakai K.T kuat. Bila telah
membaik pengolasan dikurangi, yang semula dua kali sehari menjadi sehari sekali untuk
mencegah efek samping.
Jika hendak menggunakan cara oklusi jangan melebihi 12 jam sehari dan
pemakainan terbatas pada lesi yang resisiten.
Pada daerah lipatan ( inguinal , ketiak ) dan wajah digunakan K.T lemah/sedang.
K.T jangan digunakan untuk infeksi bacterial, infeksi mikotik, infeksi virus dan scabies.
Disekitar mata hendaknya berhati – hati untuk menghindari timbulnya glaukoma
dan katarak
Terapi intralesi dibatasi 1 mg pada satu tempat, sedangkan dosis maksimum
perkali 10 mg.
- Mentol
Bersifat antipruritik seperti campora. Pemakainanya seperti pada campora,
konsentrasinya ¼ - 2%
- Pedofilin
Dammar pedofilin digunakan dengan konsentrasi 25% sebagai tingtur untuk kondiloma
akuminata. Setelah 4-6 jam hendaknya di cuci.
- Selenium disulfide
Digunakan sebagai sampo 1% untuk dermatitis seboroik pada kepala dan tinea versikolor.
Kemungkinan terjadinya efek toksik rendah.
- Sulfur
Merupakan unsur yang telah digunakan selama berabad – abad dalam dermatologi.
Bersifat antiseboroik, anti-akne, anti scabies, antibakteri positif, gram dan anti jamur.
- T e r
Preparat golongan ini di dapat sebagai hasil destilasi kering dari batubara kayu dan fosil.
Preparat ter yang kami gunakan ialah likuor karbonis detergens karena tidak berwarna hitam
seperti yang lain dan tidak begitu berbau. Konsentrasinya 2-5%. Efeknya antipruritus, anti
radang, anti ekzem, anti kantosis keratoplastik, dapat digunakan untuk psoriasis dan dermatitis
kronik dan salap. Cara pengolesan digilir, tubuh dibagi 3, hari 1 : kepala dan ekstremitas atas,
hari II : batang tubuh dan hari III ekstremitas bawah.
Efek sampingnya pada pemakaian ter perlu diperhatikan adanya reaksi fototoksik, pada
ter yang berasal dari batubara dapat juga terjadi folikulitis dan ter akne. Eek karsinogen ter
batubara dapat terjadi pada pemakain yang lama. Pada pemakain dalam waktu yang singkat efek
samping ini tidak pernah terjadi.
- Tiosulfas natrikus
Kristal mudah larut dalam air. Bersifat antimikotik untuk tinea versikolor dengan larutan
25%
- Urea
Dengan konsentrasi 10% dalam krim mempunyai efek sebagai emolien, dapat dipakai
untuk iktiosis atau xerosis kutis. Pada konsentrasi 40% melarutkan protein.
- Zat antiseptic
Zat ini bersifat atau/dan bakteriostatik.
Golongan :
- Alcohol
- Fenol
- Halogen
- Zat – zat pengoksidasi
- Senyawa logam berat
- Zat warna
a. Golongan alcohol
Etanol 70% mempunyai potensi antiseptic yang optimal. Efek sampingya menyebabkan
kulit menjadi kering.
b. Golongan fenol
- Fenol : pada konsentrasi tinggi, misalnya fenol likuifaktum yang berkonsentrasi jenuh
mempunyai efek kaustik, sedangkan pada konsentrasi rendah bersifat bakteriostatik dan
anti pruritik ( ½-1% )
- Timol : bersifat desinfektan pada konsentrasi 0.5% dalam bentuk tingtur.
- Resorsinol : efek ialah antibacterial, antimikotik, keratolitik, antiseboroik, konsentrasi 2-
3%
- Heksaklorofen : senyawa ini mengandung klor. Bersifat bakteriostatik.
c. Golongan halogen
Yodium. Bersifat bakteriostatik.
d. Zat pengoksidasi
Zat oengoksidasi dioakai sebagai desinfektan pada dermatoterapi topical.
- Permangasnas kallkus
Zat ini mempunyai efek antiseptic lemah dalam larutan encer dalam air.
- Benzoll-peroksid
Zat ini merupakan zat pengoksidasi kuat pada konsentrasi 2.5% - 10%. Bersifat
antiseptic, merangsang jaringan dranulasi dan bersifat keratoplastik.
e. Senyawa logam berat
1. Merkuri
2. Perak
- Larutan perak nitrat
- Sulfadiazine perak
f. Zat warna
Zat warna masih sering dipakai dalam pengobatan topical. Efeknya ialah astringen dan
antiseptic. Misalnya :
- Zat warna akridin, umpamanya ekridin laktat ( rivanol ) di pakai untuk kompres dengan
konsentrasi 1 %.
Obat imunomodulator topikal
- Telah banyak kemajuan yang dicapai dalam riset obat yang bersifat imunomodulator yaitu
yang tercakup dalam terapi imun. Salah satu obat imunomodulator adalah takrolimus
(TKL) suatu calcinerin inhibitors (CnLs) yaitu suatu makrolactam yang pertama-tama
diisolasi dari streptomyces.
- TKL dapat diberikan secara oral, topikal, dan intravena. TKL di metabolisasi di hati dan
mempunyai bioavailabilitas lebih tinggi. Formulasi topikal mempunyai konsentrasi 0,03%
dan 0,1% dalam bentuk salap.
- TKL terutama diindikasikan untuk dermatitis atopik dan mencegah sel T, dengan
demikian mencegah sintesis IL2-
- IL3-IL4, IL5 dan sitokin yang lain misalnya CSF, TNFa dan TFNy. TKL tidak
menyebabkan atrofi kulit dan tidak berpengaruh pada sintesis kolagen kulit.
- Pimekrolimus juga dikenal sebagai ASM981 adalah derivat gugusan asli ascomycin yang
semula diisolasi dari hasil fermentasi S.Higroscopicus ascomyticus. Pimekrolimus
mempunyai mekanisme kerja yang sama dengan CnLs yang lain. Pimekrolimus
diformulasi dalam bentuk krim 0,1%, 0,6%, dan 1,0%.
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Editor. 2013. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi
keenam. Jakarta : FKUI.
Harahap, Marwali. 2000. Ilmu penyakit kulit. Jakarta : Perpustakaan Nasional.
Price, Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi
6. EGC : Jakarta.