refrat malnutrisi
-
Upload
ayu-rindwitia-indah-peanasari -
Category
Documents
-
view
65 -
download
0
description
Transcript of refrat malnutrisi
BAB I
PENDAHULUAN
I.I. Latar Belakang
Malnutrisi merupakan sebuah masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia yang
dikaitkan dengan peningkatan mortalitas dan morbiditas. Wanita dan anak anak memegang
peranan terbesar dengan kejadian malnutrisi. Di afrika dan Asia Selatan, 27-51 % wanita
produktif mengalami underweight, yang merupakan suatau malnutrisi.(WHO) United Nation
Foods and Agriculture Organization (FAO), menyatakan bahwa kekurangan gizi di dunia
mencapai 1,02 milyar ornag yaitu kira kira 15 % populasi dunia dan sebagian besar berasal
dari Negara berkembang dan sekitar setengah daripada 10,9 juta anak yaitu kira ira 5 juta
anak meninggal setiap tahun akibat kekurangan gizi.(FAO 2009)
Penelitian yang dilakukan, menyatakan bahwa sebanyak 19 provinsi mempunyai
prevalensi gizi buruk dan gizi kurang diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe, Aceh
Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan
Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku
Utara, Papua Barat dan Papua. Selain itu, hasil laporan riset kesehatan dasar nasional 2007
bagi status gizi provinsi Sumatera Utara menurut berat badan per umur (BB/U) mencatatkan
angka gizi buruk 8,4% dan angka gizi kurang 14,3% (Laporan R iset Kesehatan Dasar
Nasional, 2007).
Menurut data dari World Hunger Organization, terdapat empat jenis masalah kekurangan
gizi utama dan berpengaruh pada golongan berpendapatan rendah di negara berkembang.
Masalah gizi utama tersebut adalah Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi (AGB),
Kurang Vitamin A (KVA) dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) (World
Hunger Organization, 2009). Masalah malnutrisi pada anak usia bawah lima tahun dapat
mengganggu proses tumbuh kembang secara fisikal maupun mental dan ini dapat
memberikan dampak yang negatif pada sumber daya manusia pada masa mendatang.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (riskesdas) Nasional, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia tahun 2007 menunjukka n bahwa prevalensi gizi buruk nasional
berdasarkan presentase berat badan per umur (BB/U) pada anak balita mencapai 5,4% dan
gizi kurang sebesar 13% (Laporan Riset Kesehatan Dasar Nasional, 2007)
I.2. Rumusan Masalah
1. Definis Malnutrisi
2. Etiologi Malnutrisi
3. Klasifikasi Malnutrisi
4. Patofisiologi Malnutrisi
5. Manifestasi klinis Malnutrisi
6. Diagnosis Malnutrisi
7. Penatalaksanaan
I.3. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas refrat Ilmu Penyakit Dalam
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi Malnutrisi
2. Untuk mengetahui etiologi Malnutrisi
3. Untuk mengetahui Klasifikasi Malnutrisi
4. Untuk mengetahui patofisiologi Malnutrisi
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis Malnutrisi
6. Untuk mengetahui diagnosis Malnutrisi
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan Malnutrisi
I.4. Manfaat Penulisan
1. Untuk menambah wawasan tentang Malnutrisi
2. Untuk mengamalkan ilmu pengetahuan
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi Malnutrisi
Malnutrisi adalah keadaan dimana tubuh tidak mendapat asupan gizi yang cukup,
malnutrisi dapat juga disebut keadaaan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan di
antara pengambilan makanan dengan kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesehatan.
Ini bisa terjadi karena asupan makan terlalu sedikit ataupun pengambilan makanan yang
tidak seimbang. Selain itu, kekurangan gizi dalam tubuh juga berakibat terjadinya
malabsorpsi makanan atau kegagalan metabolik (Oxford medical dictionary, 2007)
2. Etiologi Malnutrisi
Banyak berbagai faktor yang dapat menyebabkan malnutrisi,kebanyakan yang
terjadi ialah yang berkaitan dengan dengan diet yang salah dan infeksi berulang biasanya
pada populasi yang kurang mampu. Inadekuat dalam diet dan penyakit, dimana yang
mendekati hidup yang kurang standar, kondisi lingkungan, dan cuaca dari sekitarnya.
3. Klasifikasi
a. KEP (Kurang Energi Protein)
Kurang energy protein merupakan suatu kondisi yang dapat disebabkan oleh
adanya malnutrisi primer berupa asupan protein energy yang tidak adekuat dan
malnutrisi sekunder berupa malnutrisi yang terjadi karena kebutuhan yang meningkat,
menurunnya absorbs dan atau peningkatan kehilangan protein maupun energy dari
tubuh. (Kleigmen et al, 2007).
KEP dapat diukur dan di klasifikasikan dengan menggunakan indicator
antropometri. Indikator berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB) dapat digunakan
sebagai petunjuk dalam penentuan status gizi sekarang dan tinggi badan terhadap usia
(TB/U) digunakan sebagai petunjuk tentang keadaan gizi masa lampau. Departemen
Kesehatan RI (2000) merekomendasikan baku WHO - NCHS untuk digunakan
sebagai baku antropometri di Indonesia. Anak dikatakan menderita KEP apabila
berada di bawah - 2 Z- score dari setiap indikator (Arisman,2010)
Secara klinis, KEP dapat dibagikan kepada tiga tipe yaitu, kwashiorkor,
marasmus, dan marasmik -kwashiorkor. Marasmus terjadi karena pengambilan
energi yang tidak cukup sementara kwashiorkor terjadi terutamanya karena
pengambilan protein yang tidak cukup. Sementara tipe marasmik kwashiorkor yaitu
gabungan diantara gejala marasmus dan kwashiorkor (Kleigmen et al, 2007).
a. Marasmus
Marasmus terjadi karena pengambilan energi yang tidak cukup. Dan akan
berefek pada pertumbuhannya akan berkurang atau terhenti, sering berjaga pada
waktu malam, mengalami konstipasi atau diare. Diare pada penderita marasmus
akan terlihat berupa bercak hijau tua yang terdiri dari sedikit lendir dan sedikit
tinja selain itu gangguan pada kulit adalah tugor kulit akan menghilang dan
penderita terlihat keriput. Apabila gejala bertambah berat lemak pada bagian pipi
akan menghilang dan penderita terlihat seperti wajah seorang tua. Vena
superfisialis akan terlihat jelas, ubun - ubun besar cekung, tulang pipi dan dagu
menonjo l dan mata tampak besar dan dalam. Perut tampak membuncit atau
cekung dengan gambaran usus yang jelas dan tampak atropi (Hassan et al ,2005).
b. Kwarsiorkor
Disebabkan oleh pengambilan protein yang tidak cukup dan biasanya
penderita akan mengalami gangguan pertumbuhan,perubahan mental yaitu
biasnya penderita cengeng dan pada stadium lanjut menjadi apatis dan sebagian
besar penderita ditemukan edema. Selain itu, pederita akan mengalami gejala
gastrointestinal yaitu anoreksia dan diare. Hal ini mungkin karena gangguan
fungsi hati, pankreas dan usus. Rambut kepala penderita kwashiorkor senang
dicabut tanpa rasa sakit (Hassan et al , 2005).
Pada penderita stadium lanjut, rambut akan terlihat kusam, kering, halus,
jarang dan berwarna putih. Kulit menjadi kering dengan menunjukkan garis -
garis yang lebih mendalam dan lebar. terjadi perubahan kulit yang khas yaitu
crazy pavement dermatosis yang merupakan bercak- bercak putih atau merah
muda dengan tepi hitam dan ditemukan pada bagian tubuh yang sering mendapat
tekanan dan disertai kelembapan. Pada perabaan hati ditemukan hati membesar,
kenyal, permukaan licin, dan pinggiran tajam. Anemia ringan juga ditemukan
dan terjadinya kelainan kimia yaitu kadar albumin serum yang rendah dan kadar
globulin yang normal atau sedikit meninggi (Hassan et al , 2005)
4. Patofisiologi Malnutrisi
Setelah beberapa waktu defisiensi nutrien berlangsung maka akan terjadi
deplesi cadangan nutrien pada jaringan tubuh dan selanjutnya kadar dalam darah
akan menurun. Hal ini akan mengakibatkan tidak cukupnya nutrien tersebut di
tingkat seluler sehingga fungsi sel terganggu misalnya sintesis protein, pembentukan
dan penggunaan energi, proteksi terhadap oksidasi atau tidak mampu menjalankan
fungsi normal lainnya. Bila berlangsung terus maka gangguan fungsi sel ini akan
menimbulkan masalah pada fungsi jaringan atau organ yang bermanifestasi secara fisik
seperti gangguan pertumbuhan, serta kemunculan tanda dan gejala klinis spesifik
yang berkaitan dengan nutrien tertentu misal edema, xeroftalmia, dermatosis, dan
lain-lain yang kadang-kadang ireversibel. (Sherwood, 2007)
5. Manifestasi Klinis
Secara klinis KEP terdapat dalam 3 tipe yaitu :
a. Kwashiorkor, ditandai dengan : edema, yang dapat terjadi di seluruh tubuh, wajah
sembab dan membulat, mata sayu, rambut tipis, kemerahan seperti rambut jagung,
mudah dicabut dan rontok, cengeng, rewel dan apatis, pembesaran hati, otot
mengecil (hipotrofi), bercak merah ke coklatan di kulit dan mudah terkelupas (crazy
pavement dermatosis), sering disertai penyakit infeksi terutama akut, diare dan
anemia.
b. Marasmus, ditandai dengan : sangat kurus, tampak tulang terbungkus kulit, wajah
seperti orang tua, cengeng dan rewel, kulit keriput, jaringan lemak sumkutan
minimal/tidak ada, perut cekung, iga gambang, sering disertai penyakit infeksi dan
diare.
c. Marasmus kwashiorkor, campuran gejala klinis kwashiorkor dan marasmus.
6. Diagnosis
Malnutrisi ringan dan sedang umumnya tidak menunjukkan gejala klinis
yang spesifik: anak tampak kurus, BB/TB : 70-90% atau diantara -2SD dan -3SD
(Z score), sangat mungkin terdapat gejala defisiensi nutrien mikro. Malnutrisi berat
umumnya menunjukkan gejala klinis yang khas, BB/TB < 70% atau <-3SD (Z-score)
kecuali bila ada edema serta sudah terdapat kelainan biokimiawi. Saat ini kriteria
WHO 1999 digunakan untuk diagnosis dan tatalaksana anak malnutrisi berat
Malnutrisi dapat terjadi secara primer atau sekunder. Malnutrisi primer terjadi bila
konsumsi makanan baik dari segi kualitas maupun kuantitas inadekuat dan tidak
seimbang. Malnutrisi sekunder terjadi sebagai akibat kebutuhan nutrien yang
meningkat atau output yang berlebihan, umumnya pada penyakit khronik baik infeksi
maupun keganasan. Baik malnutrisi primer maupun sekunder, tingkat malnutrisi
dapat dievaluasi berdasarkan klasifikasi Waterlow tabel dibawah ini.
7. Penatalaksanaan
a. Mencegah dan mengatasi hipoglikemia.
Hipoglikemia jika kadar gula darah <54 mg/dl atau ditandai suhu tubuh sangat
rendah, kesadaran menurun, lemah, kejang, keluar keringat dingin, pucat.
Pengelolaan diberikan segera cairan gula 50 ml dekstrose 10% atau gula 1 sendok teh
dicampurkan ke air 3,5 sendo makan, penderita diberi makan tiap 2 jam, antibiotic,
jika pasien tidak sadar, lewat sonde. Dilakukan evaluasi setelah 30 menit, jika masih
dijumpai tanda tanda hipoglikemia maka ulang pemberian cairan tersebut.
b. Mencegah dan mengatasi hipotermi
Hipotermi jika suhu tubuh anak < 350C, aksila 3 menit atau rectal 1 menit.
Pengelolaannya ruang penderita harus hangat, tidak ada lubang angin dan bersih,
sering diberi makan. Dilakukan pengukuran suhu rectal tiap 2 jam sampai suhu >
36,50C.
c. Mencegah dan mengatasi dehidrasi
Pengelolaannya diberikan cairan Resomal (rehydration Solution for Malnutrition) 70-
100 ml/kgBB dalam 12 jam atau mulai dengan 5 ml/kgBB setiap 30 menit secara oral
dalm 2 jam pertama. Selanjutnya 5-10 ml/kgBB untuk 4-10 jam berikutnya,
jumlahnya disesuaikan seberapa banyak seseorang tersebut mau, fases yang keluar
dan muntah. Penggantian jumlah Resomal pada jam 4,6,8,10 dengan F75 jika
rehidrasi masih dilanjutkan pada saat itu. Onitoring tanda vita, dieresis, frekuensi
berak dan mutah, pemberian cairan dievaluasi jika RR dan nadi menjadi cepat,
tekanan vena jugularis meningkat, jika anak dengan edema, edemnya bertambah atau
tidak.
d. Koreksi gangguan elektroli
Berikan ekstra kalium 150-300 mg/kgBB/hari, ekstra MG 0,4-0,6 mmol/kgBB/hari
dan rehidarasi cairan rendah garam (resomal)
e. Mencegah dan mengatasi infeksi.
Antibiotik seperti kotrimoksazol diberikan kurang lebih 5 hari, bila ada komplikasi
amoksisilin 15 mg/kgBB tiap 8 jam 5 hari. Monitoring komplikasi infeksi
(hipoglikemia atu hipotermi)
f. Mulai pemberian makan
g. Segera setalh perawatn untuk mencegah hipoglikemia, hipotermi dan mencukupi
kebutuhan energy dan protein. Prinsip pemberian makanan fase stabilisasi yaitu porsi
kecil, sering, secara oral atau sonde, energy 100 kkal/kgBB/hari, protein 1-1,5
g/kg/hari, cairan 130 ml/kgBB/hari untuk penderita maasmus, marasmik kwashiorkor
atau kwashiorkor dengan edema derajat 1,2, jika derajat 3 berikan cairan 100
ml/kgBB/hari.
h. Koreksi kekurangan zat gizi mikro. Berikan seriap hari minimal 2 mnggu suplemen
multivitamin, asam folat (5mg hari 1, selanjutnya 1 mg), zinc 2 mg/kgBB/hari, cooper
0,3 mg/kgBB/hari sesudah 2 minggu perawatan, vitamin A hari 1 (,6 bulan 50.000 IU,
6-12 bulan 100.000 IU, >1 tahun 200.000 IU)
i. Memberikan makanan untuk tumbuh kejar
Diberikan pada anak-anak dengan satu minggu perawatan fase rehabilitasi, berikan
F100 yang mengandung 100 kkal dan 2,9 g protein /100ml, modifikasi makanan
keluarga dengan energy dan protein sebanding, porsi kecil, sering dan pada gizi,
cukup minyak dan protein
j. Memberikan simulasi untuk tumbuh kembang. Makanan digunakan sebagai stimulasi,
macamnya tergantung kondisi, umur dan perkembangan anak sebelumnya.
Diharapkan dapat terjadi stimulasi psikologis, baik mental, motorik dan kognitif.
k. Memeprsiapkan untuk tindak lanjut dirumah. Stelah BB/PB mencapai -1 SD
dikatakan sembuh, tunjukkan kepada orang tua frekuensi dan jumlah makanan, dan
pastikan pemberian imuniasis booster dan vitamin A tiap 6 bulan.
BAB III
KESIMPULAN
Malnutrsi merupakan keadaaan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan di antara
pengambilan makanan dengan kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesehatan yang dapat
disebabkan oleh asupan makan terlalu sedikit ataupun pengambilan makanan yang tidak
seimbang. Selain itu, kekurangan gizi dalam tubuh juga berakibat terjadinya malabsorpsi
makanan atau kegagalan metabolic yang dapat diebsbkan oleh adanya infeksi berulang ataupun
kurang nya asupan yang diberikan oleh pasien sendiri. Dengan diagnosis dan penatalaksanaan
yang tepat maka morbilitas maupun mortalitas dapat dikurangi maupun dicegah.
DAFTAR PUSTAKA
Hassan, R., Alatas, H., Latief, A., Napitupulu, P.M., Pudjiadi, A., Ghazali, M.V., et al, 2005.
Gizi: In Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak, 11th ed. Jakarta: Infomedika Jakarta, 313 – 369.
Keane V., 2007. Assessment of Growth. In : Kliegman, R.M., Behrman, R.E., Jenson, H.B.,
and Stanton B.F., Nelson Textbook of Pediatrics , 18th ed. Philadelphia : Saunders.
Laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional, 2007. Jakarta: Badan Pengembangan
dan Penelitian Kesehatan, Departemen Kesehatan RI. Didapat dari:
http://www.gizi.net/download/statgizi-nas-riskesdas%202007.pdf [Akses 24 October 2013] .
Magotra M.L., Sircar P.K., Katira O.P., 1976. Protein Calorie Malnut rition, A Study of 160
Cases, Indian Journal of Pediatric, Vol. 43 No. 3. Available from: Martin, E.A., 2007 oxford
Concise Colour Medical Dictionary, 4th ed. UK: Oxford University Press.
Sherwood, L., 2007. Human Physiology: From Cells to Systems, 6th ed.USA: Thomson
Brooks/Cole
United Nation Foods and Agriculture organization, 2009. Available from:
http://www.worldhunger.org/articles/Learn/world%20hunger%20facts%202002.htm . [Accessed
24 October 2013]
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
REFREAT
MALNUTRISI
Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
di Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa
Diajukan Kepada :
Pembimbing : dr. Hascaryo Nugroho, Sp.PD FINASIM
Disusun Oleh :
Reza Arnedi Syahrul Hakim H2A009039
Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FAKULTAS KEDOKTERAN – UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa
PERIODE 30 Agustus – 8 November 2013
LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN
ILMU PENYAKIT DALAM
Presentasi kasus dengan judul :
MALNUTRISI
Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
di Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa
Disusun Oleh:
Reza Arnedi Syahrul Hakim H2A009039
Telah disetujui oleh Pembimbing:
Nama pembimbing Tanda Tangan Tanggal
dr. Hascaryo Nugroho,Sp.PD ............................. .............................
Mengesahkan:
Koordinator Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam
dr. Hascaryo Nugroho, Sp.PD, FINASIM