Refrat Kelompok Dr. Anang

57
REFERAT CARPAL TUNNEL SYNDROME DAN DE QUERVAIN SYNDROME Oleh: NINDYA PUTRI PERMATA RISADAYU G99122085 CANDRIKA IZZATIKA PRAMONO G99112033 SITI OKTI ANDARISYA G99112131 Pembimbing: dr. Anang Ma’ruf, Sp.B, FINACS

Transcript of Refrat Kelompok Dr. Anang

Page 1: Refrat Kelompok Dr. Anang

REFERAT

CARPAL TUNNEL SYNDROME DAN DE QUERVAIN SYNDROME

Oleh:

NINDYA PUTRI PERMATA RISADAYU G99122085

CANDRIKA IZZATIKA PRAMONO G99112033

SITI OKTI ANDARISYA G99112131

Pembimbing:

dr. Anang Ma’ruf, Sp.B, FINACS

KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU BEDAHFAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD PANDAN ARANG

BOYOLALI2013

Page 2: Refrat Kelompok Dr. Anang

CARPAL TUNNEL SYNDROME

I. PENDAHULUAN

Salah satu penyakit yang paling sering mengenai nervus medianus adalah

neuropati tekanan/jebakan (entrapment neuropathy). Di pergelangan tangan

nervus medianus berjalan melalui terowongan karpal (carpal tunnel) dan

menginnervasi kulit telapak tangan dan punggung tangan di daerah ibujari,

telunjuk,jari tengah dan setengah sisi radial jari manis. Pada saat berjalan melalui

terowongan inilah nervus medianus paling sering mengalami tekanan yang

menyebabkan terjadinya neuropati tekanan yang dikenal dengan istilah Sindroma

Terowongan Karpal/STK (Carpal Tunnel Syndrome/CTS).

STK adalah suatu neuropati yang sering ditemukan, biasanya unilateral

padatahap awal dan dapat menjadi bilateral. Gejala yang ditimbulkan umumnya

dimulai dengan gejala sensorik walaupun pada akhirnya dapat pula menimbulkan

gejala motorik. Pada awalnya gejala yang sering dijumpai adalah rasa nyeri, tebal

(numbness) dan rasa seperti aliran listrik (tingling) pada daerah yang diinnervasi

oleh nervus medianus. Gejala ini dapat timbul kapan saja dan di mana saja, baik di

rumah maupun di luar rumah. Seringkali gejala yang pertama timbul di malam

hari yang menyebabkan penderita terbangun dari tidurya. Sebagian besar

penderita biasanya baru mencari pengobatan setelah gejala yang timbul

berlangsung selama beberapa minggu. Kadang-kadang pijatan atau menggoyang-

goyangkan tangan dapat mengurangi gejalanya, tetapi hila diabaikan penyakit ini

dapat berlangsung terus secara progresif dan semakin memburuk. Keadaan ini

umumnya terjadi karena ketidaktahuan penderita akan penyakit yang dideritanya

dan sering dikacaukan dengan penyakit lain seperti 'rematik'.

II. DEFINISI

Sindroma Terowongan Karpal (STK) merupakan neuropati tekanan atau

cerutan terhadap nervus medianus di dalam terowongan karpal pada pergelangan

tangan, tepatnya di bawah tleksor retinakulum (cit.Samuel 1979, Dejong 1979,

Page 3: Refrat Kelompok Dr. Anang

Mumenthaler 1984). Dulu, sindroma ini juga disebut dengan nama

acroparesthesia median thenar neuritis atau partial thenar atrophy STK pertama

kali dikenali sebagai suatu sindroma klinik oleh Sir James Paget pada kasus

stadium lanjut fraktur radius bagian distal (1854) .STK spontan pertama kali

dilaporkan oleh Pierre Marie dan C.Foix pada taboo 1913. Istilah STK

diperkenalkan oleh Moersch pada tabun 1938.

Terowongan karpal terdapat di bagian sentral dari pergelangan tangan di

mana tulang dan ligamentum membentuk suatu terowongan sempit yang dilalui

oleh beberapa tendon dan nervus medianus. Tulang-tulang karpalia membentuk

dasar dan sisi-sisi terowongan yang keras dan kaku sedangkan atapnya dibentuk

oleh fleksor retinakulum (transverse carpal ligament dan palmar carpal ligament)

yang kuat dan melengkung di atas tulang-tulang karpalia tersebut.

Setiap perubahan yang mempersempit terowongan ini akan menyebabkan

tekanan pada struktur yang paling rentan di dalamnya yaitu nervus medianus.

III. EPIDEMIOLOGI

STK adalah entrapment neuropathy yang paling sering dijumpai 1.5-11. Nervus

medianus mengalami tekanan pada saat berjalan melalui terowongan karpal di

pergelangan tangan menuju ke tangan. Penyakit ini biasanya timbul pada usia

pertengahan 1.4.8. Wanita lebih banyak menderita penyakit ini daripada pria 1.2.5.8.11-

14. Umumnya pada keadaan awal bersifat unila~ral tetapi kemudian bisa juga

bilateral. Biasanya lebih berat pada tangan yang dominan 1.2.8.13. Pada beberapa

keadaan tertentu, misalnya pada kehamilan, prevalensinya sedikit bertambah 2.5,11,12,14. Prevalensi STK bervariasi. Di Mayo Clinic, pada tahun 1976-1980

insidensnya 173 per 100.000 pasien wanita/tahun dan 68 per 100.000 pasien

pria/tahun. Di Maastricht, Belanda, 16% wanita dan 8 % pria dilaporkan

terbangun dari tidurnya akibat parestesi jari-jari. 45% wanita dan 8% pria yang

mengalami gejala ini terbukti menderita STK setelah dikonfirmasi dengan

pemeriksaan elektrodiagnostik 1°. Pada populasi Rochester, Minnesota,

ditemukan rata-rata 99 kasus per 100.000 penduduk per tahun. Sedangkan Hudson

dkk menemukan bahwa 62% entrapment neuropathy adalah STK 1

Page 4: Refrat Kelompok Dr. Anang

IV. PATOGENESIS

Ada beberapa hipotesa mengenai patogenese dari STK. Sebagian besar

penulis berpendapat bahwa faktor mekanik clan vaskular memegang peranan

penting dalam terjadinya STK. Umumnya STK terjadi secara kronis di mana

terjadi penebalan fleksor retinakulum yang menyebabkan tekanan terhadap nervus

medianus. Tekanan yang berulang-ulang dan lama akan mengakibatkan

peninggian tekanan intrafsikuler. Akibatnya aliran darah vena intrafasikuler

melambat. Kongesti yang terjadi ini akan mengganggu nutrisi intrafasikuler lalu

diikuti oleh anoksia yang akan merusak endotel. Kerusakan endotel ini akan

mengakibatkan kebocoran protein sehingga terjadi edema epineural. Hipotesa ini

menerangkan bagaimana keluhan nyeri dan sembab yang timbul terutama pada

malam/pagi hari akan berkurang setelah tangan yang terlibat digerak-gerakkan

atau diurut (mungkin akibat terjadinya perbaikan sementara pada aliran darah).

Apabila kondisi ini terus berlanjut akan terjadi fibrosis epineural yang merusak

serabut saraf. Lama-kelamaan safar menjadi atrofi dan digantikan oleh jaringan

ikat yang mengakibatkan fungsi nervus medianus terganggu secara menyeluruh 1.

Pada STK akut biasanya terjadi penekanan yang melebihi tekanan

perfusi kapiler sehingga terjadi gangguan mikrosirkulasi dan timbul iskemik saraf.

Keadaan iskemik ini diperberat lagi oleh peninggian tekanan intrafasikuler yang

menyebabkan berlanjutnya gangguan aliran darah. Selanjutnya terjadi

vasodilatasi yang menyebabkan edema sehingga sawar darah-saraf terganggu.

Akibatnya terjadi kerusakan pada saraf tersebut 1. Tekanan langsung pada safar

perifer dapat pula menimbulkan invaginasi Nodus Ranvier dan demielinisasi

lokal sehingga konduksi saraf terganggu 1.

V. ETIOLOGI

Terowongan karpal yang sempit selain dilalui oleh nervus medianus juga

dilalui oleh beberapa tendon fleksor. Setiap kondisi yang mengakibatkan semakin

padatnya terowongan ini dapat menyebabkan terjadinya penekanan pada nervus

medianus sehingga timbullah STK 1,4.

Page 5: Refrat Kelompok Dr. Anang

Pada sebagian kasus etiologinya tidak diketahui, terutama pada penderita

lanjut usia 5,8. Beberapa penulis menghubungkan gerakan yang berulang-ulang

pada pergelangan tangan dengan bertambahnya resiko menderita gangguan pada

pergelangan tangan termasuk STK 2,3,5,8,10,12,14. Pada kasus yang lain etiologinya

adalah 12:

1. Herediter: neuropati herediter yang cenderung menjadi pressure palsy,

misalnya HMSN ( hereditary motor and sensory neuropathies) tipe III.

2. Trauma: dislokasi, fraktur atau hematom pada lengan bawah, pergelangan

tangan dan tangan .Sprain pergelangan tangan. Trauma langsung terhadap

pergelangan tangan. Pekerjaan : gerakan mengetuk atau fleksi dan ekstensi

pergelangan tangan yang berulang-ulang.

3. Infeksi: tenosinovitis, tuberkulosis, sarkoidosis.

4. Metabolik: amiloidosis, gout.

5. Endokrin : akromegali, terapi estrogen atau androgen, diabetes mellitus,

hipotiroidi, kehamilan.

6. Neoplasma: kista ganglion, lipoma, infiltrasi metastase, mieloma.

7. Penyakit kolagen vaskular : artritis reumatoid, polimialgia reumatika,

skleroderma, lupus eritematosus sistemik.

8. Degeneratif: osteoartritis.

9. Iatrogenik : punksi arteri radialis, pemasangan shunt vaskular untuk dialisis,

hematoma, komplikasi dari terapi anti koagulan.

VI. GEJALA

Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja.

Gangguan motorik hanya terjadi pada keadaan yang berat 5,12,13. Gejala awal

biasanya berupa parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa seperti terkena

aliran listrik (tingling) pada jari 1,2,3 dan setengah sisi radial jari 4 walaupun

kadang-kadang dirasakan mengenai seluruh jari-jari. Keluhan parestesia biasanya

lebih menonjol di malam hari. Gejala lainnya adalah nyeri di tangan yang juga

dirasakan lebih berat pada malam hari sehingga sering membangunkan penderita

dari tidurnya. Rasa nyeri ini umumnya agak berkurang bila penderita memijat

Page 6: Refrat Kelompok Dr. Anang

atau menggerak-gerakkan tangannya atau dengan meletakkan tangannya pada

posisi yang lebih tinggi. Nyeri juga akan berkurang bila penderita lebih banyak

mengistirahatkan tangannya. Bila penyakit berlanjut, rasa nyeri dapat bertambah

berat dengan frekuensi serangan yang semakin sering bahkan dapat menetap.

Kadang-kadang rasa nyeri dapat terasa sampai ke lengan atas dan leher,

sedangkan parestesia umumnya terbatas di daerah distal pergelangan

tangan1,5,8,12,13.

Dapat pula dijumpai pembengkakan dan kekakuan pada jari-jari, tangan

dan pergelangan tangan terutama di pagi hari. Gejala ini akan berkurang setelah

penderita mulai mempergunakan tangannya 1,4. Hipesetesia dapat dijumpai pada

daerah yang impuls sensoriknya diinervasi oleh nervus medianus 8. Pada tahap

yang lebih lanjut penderita mengeluh jari-jarinya menjadi kurang trampil

misalnya saat menyulam atau memungut benda-benda kecil. Kelemahan pada

tangan juga dapat dijumpai, sering dinyatakan dengan keluhan adanya kesulitan

yang dialami penderita sewaktu mencoba memutar tutup botol atau

menggenggam 1,4,12.

Pada penderita STK pada tahap lanjut dapat dijumpai atrofi otot-otot

thenar dan otot-otot lainnya yang diinnervasi oleh nervus melanus.

VI.DIAGNOSA

Diagnosa STK ditegakkan selain berdasarkan gejala-gejala di atas juga

didukung oleh beberapa pemeriksaan yaitu :

1. Pemeriksaan fisik

Harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada penderita dengan perhatian

khusus pada fungsi, motorik, sensorik dan otonom tangan. Beberapa

pemeriksaan dan tes provokasi yang dapat membantu menegakkan diagnosa

STK adalah 1,8 :

a. Flick's sign. Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerak-

gerakkan jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan

menyokong diagnosa STK. Harus diingat bahwa tanda ini juga dapat dijumpai

pada penyakit Raynaud.

Page 7: Refrat Kelompok Dr. Anang

b. Thenar wasting. Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otot-

otot thenar.

c. Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan otot secara manual maupun

dengan alat dinamometer. Penderita diminta untuk melakukan abduksi

maksimal palmar lalu ujung jari 1 dipertemukan dengan ujung jari lainnya. Di

nilai juga kekuatan jepitan pada ujung jari-jari tersebut. Ketrampilan/ketepatan

dinilai dengan meminta penderita melakukan gerakan yang rumit seperti

menulis atau menyulam.

d. Wrist extension test. Penderita melakukan ekstensi tangan secara maksimal,

sebaiknya dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga dapat dibandingkan.

Bila dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti STK, maka tes ini menyokong

diagnosa STK.

e. Phalen's test. Penderita melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila dalam

waktu 60 detik timbul gejala seperti STK, tes ini menyokong diagnosa.

Beberapa penulis berpendapat bahwa tes ini sangat sensitif untuk menegakkan

diagnosa STK.

f. Torniquet test. Dilakukan pemasangan tomiquet dengan menggunakan

tensimeter di atas siku dengan tekanan sedikit di atas tekanan sistolik. Bila

dalam 1 menit timbul gejala seperti STK, tes ini menyokong diagnosa.

g. Tinel's sign. Tes ini mendukung diagnosa hila timbul parestesia atau nyeri pada

daerah distribusi nervus medianus kalau dilakukan perkusi pada terowongan

karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.

h. Pressure test. Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan

menggunakan ibu jari. Bila dalam waktu kurang dari 120 detik timbul gejala

seperti STK, tes ini menyokong diagnosa.

i. Luthy's sign (bottle's sign). Penderita diminta melingkarkan ibu jari dan jari

telunjuknya pada botol atau gelas. Bila kulit tangan penderita tidak dapat

menyentuh dindingnya dengan rapat, tes dinyatakan positif dan mendukung

diagnosa.

Page 8: Refrat Kelompok Dr. Anang

j. Pemeriksaan sensibilitas. Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik

(two-point discrimination) pada jarak lebih dari 6 mm di daerah nervus

medianus, tes dianggap positif dan menyokong diagnosa.

k. Pemeriksaan fungsi otonom. Diperhatikan apakah ada perbedaan keringat,

kulit yang kering atau licin yang terbatas pada daerah innervasi nervus

medianus. Bila ada akan mendukung diagnosa STK.

2. Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik) 1,8,12,15.

a. Pemeriksaan EMG dapat menunjukkan adanya fibrilasi, polifasik, gelombang

positif dan berkurangnya jumlah motor unit pada otot-otot thenar. Pada

beberapa kasus tidak dijumpai kelainan pada otot-otot lumbrikal. EMG bisa

normal pada 31 % kasus STK.

b. Kecepatan Hantar Saraf(KHS). Pada 15-25% kasus, KHS bisa normal. Pada

yang lainnya KHS akan menurun dan masa laten distal (distal latency)

memanjang, menunjukkan adanya gangguan pada konduksi safar di

pergelangan tangan. Masa laten sensorik lebih sensitif dari masa laten motorik.

3. Pemeriksaan radiologis 1,5,8,13.

Pemeriksaan sinar X terhadap pergelangan tangan dapat membantu melihat

apakah ada penyebab lain seperti fraktur atau artritis. Foto palos leher berguna

untuk menyingkirkan adanya penyakit lain pada vertebra. USG, CT scan dan

MRI dilakukan pada kasus yang selektif terutama yang akan dioperasi.

4. Pemeriksaan laboratorium 1,5,8,12,13.

Bila etiologi STK belum jelas, misalnya pada penderita usia muda tanpa

adanya gerakan tangan yang repetitif, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan

seperti kadar gula darah , kadar hormon tiroid ataupun darah lengkap.

VII.DIAGNOSA BANDING

1. Cervical radiculopathy. Biasanya keluhannya berkurang hila leher

diistirahatkan dan bertambah hila leher bergerak. Oistribusi gangguan sensorik

sesuai dermatomnya.

2. lnoracic outlet syndrome. Dijumpai atrofi otot-otot tangan lainnya selain otot-

Page 9: Refrat Kelompok Dr. Anang

otot thenar. Gangguan sensorik dijumpai pada sisi ulnaris dari tangan dan

lengan bawah.

3. Pronator teres syndrome. Keluhannya lebih menonjol pada rasa nyeri di

telapak tangan daripada STK karena cabang nervus medianus ke kulit telapak

tangan tidak melalui terowongan karpal.

4. de Quervain's syndrome. Tenosinovitis dari tendon muskulus abduktor pollicis

longus dan ekstensor pollicis brevis, biasanya akibat gerakan tangan yang

repetitif. Gejalanya adalah rasa nyeri dan nyeri tekan pada pergelangan tangan

di dekat ibu jari. KHS normal. Finkelstein's test : palpasi otot abduktor ibu jari

pada saat abduksi pasif ibu jari, positif bila nyeri bertambah.

VIII.TERAPI

Selain ditujukan langsung terhadap STK, terapi juga harus diberikan terhadap

keadaan atau penyakit lain yang mendasari terjadinya STK. Oleh karena itu

sebaiknya terapi STK dibagi atas 2 kelompok, yaitu :

1. Terapi langsung terhadap STK 1,8.

a. Terapi konservatif.

1. Istirahatkan pergelangan tangan.

2. Obat anti inflamasi non steroid.

3. Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan.

Bidai dapat dipasang terus-menerus atau hanya pada malam hari selama 2-

3 minggu.

4. lnjeksi steroid. Deksametason 1-4 mg 1 atau hidrokortison 10-25 mg 8

atau metilprednisolon 20 mg 14 atau 40 mg 12 diinjeksikan ke dalam

terowongan karpal dengan menggunakan jarum no.23 atau 25 pada lokasi

1 cm ke arah proksimal lipat pergelangan tangan di sebelah medial tendon

musculus palmaris longus. Bila belum berhasil, suntikan dapat diulangi

setelah 2 minggu atau lebih. Tindakan operasi dapat dipertimbangkan bila

hasil terapi belum memuaskan setelah diberi 3 kali suntikan.

5. Kontrol cairan, misalnya dengan pemberian diuretika.

Page 10: Refrat Kelompok Dr. Anang

6. Vitamin B6 (piridoksin). Beberapa penulis berpendapat bahwa salah

satu penyebab STK adalah defisiensi piridoksin sehingga mereka

menganjurkan pemberian piridoksin 100-300 mg/hari selama 3 bulan 1.

Tetapi beberapa penulis lainnya berpendapat bahwa pemberian piridoksin

tidak bermanfaat bahkan dapat menimbulkan neuropati bila diberikan

dalam dosis besar 1,5.

7. Fisioterapi. Ditujukan pada perbaikan vaskularisasi pergelangan

tangan.

b. Terapi operatif.

Tindakan operasi pacta STK disebut neurolisis nervus medianus pada

pergelangan tangan. Operasi hanya dilakukan pacta kasus yang tidak

mengalami perbaikan dengan terapi konservatif atau hila terjadi gangguan

sensorik yang berat atau adanya atrofi otot-otot thenar 8.

Pada STK bilateral biasanya operasi pertama dilakukan pada tangan yang

paling nyeri walaupun dapat sekaligus dilakukan operasi bilateral. Penulis lain

16 menyatakan bahwa tindakan operasi mutlak dilakukan hila terapi

konservatif gagal atau bila ada atrofi otot-otot thenar, sedangkan indikasi

relatif tindakan operasi adalah hilangnya sensibilitas yang persisten. Biasanya

tindakan operasi STK dilakukan secara terbuka dengan anestesi lokal, tetapi

sekarang telah dikembangkan teknik operasi secara endoskopik. Operasi

endoskopik memungkinkan mobilisasi penderita secara dini dengan jaringan

parut yang minimal, tetapi karena terbatasnya lapangan operasi tindakan ini

lebih sering menimbulkan komplikasi operasi seperti cedera pada saraf 8,12,14.

Beberapa penyebab STK seperti adanya massa atau anomali maupun

tenosinovitis pacta terowongan karpal lebih baik dioperasi secara terbuka 14.

2. Terapi terhadap keadaan atau penyakit yang mendasari STK 1.

Keadaan atau penyakit yang mendasari terjadinya STK harus ditanggulangi,

sebab bila tidak dapat menimbulkan kekambuhan STK kembali. Pada keadaan

di mana STK terjadi akibat gerakan tangan yang repetitif harus dilakukan

penyesuaian ataupun pencegahan.

Page 11: Refrat Kelompok Dr. Anang

Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya STK atau

mencegah kekambuhannya antara lain 3:

ƒ - Usahakan agar pergelangan tangan selalu dalam posisi netral

ƒ - Perbaiki cara memegang atau menggenggam alat benda. Gunakanlah seluruh

tangan dan jari-jari untuk menggenggam sebuah benda, jangan hanya

menggunakan ibu jari dan telunjuk.

ƒ - Batasi gerakan tangan yang repetitif.

ƒ - Istirahatkan tangan secara periodik.

ƒ - Kurangi kecepatan dan kekuatan tangan agar pergelangan tangan memiliki

waktu untuk beristirahat.

ƒ - Latih otot-otot tangan dan lengan bawah dengan melakukan peregangan

secara teratur.

Di samping itu perlu pula diperhatikan beberapa penyakit yang sering

mendasari erjadinya STK seperti 1: trauma akut maupun kronik pada

pergelangan tangan dan aerah sekitarnya, gagal ginjal, penderita yang sering

dihemodialisa,myxedem akibat hipotiroidi, akromegali akibat tumor hipofise,

kehamilan atau penggunaan pil kontrasepsi, penyakit kolagen vaskular, artritis,

tenosinovitis, infeksi pergelangan tangan, obesitas dan penyakit lain yang

dapat menyebabkan retensi cairan atau menyebabkan bertambahnya isi

terowongan karpal.

IX. PROGNOSA

Pada kasus STK ringan, dengan terapi konservatif pacta umumnya

prognosa baik 1,17. Secara umum prognosa operasi juga baik, tetapi karena

operasi hanya melakukan pada penderita yang sudah lama menderita STK

penyembuhan post atifnya bertahap. Perbaikan yang paling cepat dirasakan

adalah hilangnya rasa nyeri yang kemudian diikuti perbaikan sensorik.

Biasanya perbaikan motorik dan otot- otot yang mengalami atrofi baru

diperoleh kemudian. Keseluruhan proses perbaikan STK setelah operasi ada

yang sampai memakan waktu 18 bulan 1.

Page 12: Refrat Kelompok Dr. Anang

Bila setelah dilakukan tindakan operasi, tidak juga diperoleh perbaikan

maka ipertimbangkan kembali kemungkinan berikut ini 1,8:

1. Kesalahan menegakkan diagnosa, mungkin jebakan/tekanan terhadap nervus

medianus terletak di tempat yang lebih proksimal.

2. Telah terjadi kerusakan total pada nervus medianus.

3. Terjadi STK yang baru sebagai akibat komplikasi operasi seperti akibat edema,

perlengketan, infeksi, hematoma atau jaringan parut hipertrofik. omplikasi

yang dapat dijumpai adalah kelemahan dan hilangnya sensibilitas yang

ersisten di daerah distribusi nervus medianus. Komplikasi yang paling berat

adalah eflek sympathetic dystrophy yang ditandai dengan nyeri hebat,

hiperalgesia, isestesia dan ganggaun trofik 1,7.

Sekalipun prognosa STK dengan terapi konservatif maupun operatif cukup

baik ,tetapi resiko untuk kambuh kembali masih tetap ada. Bila terjadi

kekambuhan, prosedur terapi baik konservatif atau operatif dapat diulangi

kembali.

X. KESIMPULAN

Sindroma Terowongan Karpal (STK) adalah neuropati jebakan yang

sering ditemukan, lebih banyak mengenai wanita dan sering ditemukan pada

usia pertengahan .Sebenarnya secara klinis sindroma ini sudah dikenali sejak

abad ke 19, Tetapi istilah STK baru digunakan pertama kali oleh Moersch pada

tahun 1938. Sindroma ini bisa unilateral maupun bilateral. Sebagian kasus STK

tidak diketahui penyebabnya sedangkan pada kasus yang diketahui,

penyebabnya sangat bervariasi. Kebanyakan penulis berpendapat bahwa STK

mempunyai hubungan yang erat dengan penggunaan tangan secara repetitif dan

berlebihan. Gejala awal STK umumnya hanya berupa gangguan sensorik

seperti rasa,nyeri, parestesia, rasa tebal dan tingling pada daerah yang

diinnervasi nervusmus. Gejala-gejala ini umumnya bertambah berat pada

malam hari dan berkurang bila pergelangan tangan digerak-gerakkan atau

dipijat. Gejala motorik hanya dijumpai pada penderita STK yang sudah

berlangsung lama, demikian pula adanya atrofi otot-otot thenar.

Page 13: Refrat Kelompok Dr. Anang

Penegakan diagnosa STK didasarkan atas gejala klinis dan pemeriksaan

fisik yang meliputi berbagai macam tes. Pemeriksaan penunjang lainnya

seperti pemeriksaan radiologis, laboratoris dan terutama pemeriksaan

neurofisiologi dapat membantu usaha menegakkan diagnosa.

Penatalaksanaan STK dikelompokkan atas 2 dengan sasaran yang

berbeda. Terapi yang langsung ditujukan terhadap STK harus selalu disertai

terapi terhadap keadaan atau penyakit yang mendasari terjadinya STK. Terapi

terhadap STK dikelompokkan lagi atas terapi konservatif dan terapi operatif

( operasi terbuka atau endoskopik). Sekalipun prognosanya baik, kemungkinan

kambuh masih tetap ada.

Page 14: Refrat Kelompok Dr. Anang

DE QUERVAIN SYNDROME 

A. Definisi

De Quervain Syndrome adalah suatu bentuk peradangan yang disertai rasa

nyeri dari selaput tendon yang berada di sarung synovial, yang menyelubungi

extensor pollicis brevis dan abductor pollicis longus. De Quervain

Syndrome merupakan bentuk dari tenosynovitis.  

Tenosynovitis adalah peradangan selaput tendon yang berada di sarung

synovial. De Quervain Syndrome melibatkan peradangan pada extensor

pollicis brevis dan abductor pollicis longus.15

B. Anatomi Fungsional

1. Osteologi

Tulang adalah organ yang padat, elastis, keras yang menyusun

sistem kerangka. Fungsi tulang sama dengan fungsi kerangka yaitu

memberikan kekuatan pada badan, memberikan bentuk, sebagai alat gerak

pasif, juga sebagai pelindung alat dalam yang lunak tanpa mengganggu

fungsinya. Pada bagian ini penulis akan membahas mengenai tulang-tulang

daerah lengan bawah dan tangan.16

a. Os Radius

Tulang ini termasuk tulang panjang yang terdiri dari tiga bagian

yaitu epiphysis proximalis, diaphysis dan epiphysis distalis. Epiphysis

Page 15: Refrat Kelompok Dr. Anang

proximalis terdapat caput radii berbentuk concave dan bagian

superiornya terdapat fovea artikularis bertemu dengan capitulum humeri

membentuk articulacio humeroradialis. Pada caput radii terdapat

circumferential articularis (radii) bertemu dengan incisura radialis (ulna)

membentuk articulation radioulnaris proximalis.17

Caput radii ke distal membentuk collum radii dan corpus radii.

Bagian proximal corpus bagian anterior terdapat tuberositas radii untuk

insertio m. bicep radii. Bagian sisi ulnar terdapat margo interosea.

Epiphysis distalis berukuran lebar dan tebal. Bagian sisi ulna terdapat

lekukan yang disebut incisura ulnaris yang bertemu dengan

circumferential articularis (ulna) membentuk articulation radio ulnaris

distalis. Bagian distal terdapat dataran sendi segitiga yang disebut facies

articularis carpalis bersendi dengan carpalia proximal yaitu articulation

radiocarpalis. Ujung epiphysis distalis bagian lateral menonjol disebut

prosessus styloideus radii.16

b. Os Ulna

Tulang ini juga termasuk tulang panjang sehingga terdiri dari

epiphysis proximalis, diaphysis dan epiphysis distalis. Epiphysis

proximalis ke volar terdapat incisura trochlearis yang bersendi dengan

trochlea humeri membentuk articulatio humero ulnaris. Bagian proximal

Page 16: Refrat Kelompok Dr. Anang

dorsal terdapat tonjolan yaitu olecranon. Dataran radial ke volar terdapat

incisura radialis bersendi dengan caput radii membentuk articulation

radioulnaris proximalis. Diaphysis merupakan corpus ulnae. Sisi medial

terdapat margo interosea, bagian proximal radial terdapat crista musculi

supinator untuk perlekatan m. supinator. Epiphysis distalis ukurannya

lebih kecil yang berakhir membulat disebut caput ulnae dengan dataran

sendi circumferential articularis ulna bertemu incisura ulnaris radius

membentuk articulatio radioulnaris distalis. Ujung epiphysis bagian

dorsal medial menonjol disebut processus styloideus.16

c. Ossa Carpal

Os Carpus terdiri atas 8 tulang yaitu : deret proximal terdiri dari,

os scapoideum, os lunatum, os triquetrum, os pisiforme dan deret distal

terdiri dari os trapezium, os trapezoideum, os capitatum dan os hamatum.

(1) Pada baris deret proximal:

Pada deret proximal terdiri dari : (a) Os Scapoideum, merupakan tulang

besar dalam baris proximal, di proximalnya bersendi dengan os radius,

di distal dengan os multangulum majus dan os multangulum minus

sedangkan di medial dengan os lunatum dan capitatum. (b) os Lunatum,

bentuknya seperti bulan sabit, di proximal bersendi dengan os radius

dan diskus articularis, di medial dengan os triquetrum, di lateral dengan

Page 17: Refrat Kelompok Dr. Anang

os naviculare dan di distal dengan os capitatum. (c) os Triquetrum,

bentuknya seperti piramid, dengan bagian apeknya mengarah ke medial.

Dasarnya menghadap ke lateral dan bersendi dengan os lunatum. Di

proximal bersendi dengan diskus artikularis dan di distal dengan os

hamatum. (d) os Pisiforme, merupakan os carpal yang  paling kecil.

(2) Pada baris deret distal :

Pada deret distal terdiri dari : (1) Os trapezium, pada bagian distal

terdapat permukaan sendi yang menyerupai pelana untuk os metacarpal

I. Antara permukaan sendi distal dan medial terdapat sendi yang lebih

kecil untuk bersendi dengan os metacarpal II. Di proximal, os

multangulum majus bersendi dengan os naviculare, (2) Os multangulum

minus (os trapezoideum), pada bagian dorsal lebih lebar dari pada

permukaan volar. Bersendi di proximal dengan os naviculare, di distal

dengan os metacarpal II, di lateral dengan os multangulum majus dan di

medial dengan os capitatum. (3) Os capitatum, merupakan os carpal

yang paling besar. Di proximal bersendi dengan os naviculare dan os

lunatum. Di lateral bersendi dengan os multangulum minus. Di medial

dengan os hamatum dan di lateral terutama dengan os metacarpal III

serta sebagian dengan ossa metakarpalia II dan IV.  (4) Os hamatum

pada permukaan folarnya terdapat hamulus yang melengkung ke latelar.

Page 18: Refrat Kelompok Dr. Anang

Hamulus (bangunan seperti lidah) berhubungan dengan m. fleksor digiti

minimi brevis dan ligament pisohamatum. Di distal bersendi dengan

ossametakarpalia IV atau V, di lateral dengan os capitatum, di proximal

dan di medial dengan os triquetrum sedangkan di proximal dan lateral

dengan os lunatum.

(4) Os Metacarpal

Terdiri atas 5 ossa metacarpalia tangan masing-masing mempunyai

capitulum, corpus dan basis. Pada semua terdapat permukaan sendi

pada salah satu ujungnya (basis) untuk bersendi dengan ossa carpalia

dan pada ujung lainnya (capitulum) untuk phalanges. (1) Os Metacarpal

1 yaitu berbentuk pelana, (2) Os Metacarpal II mempunyai lekukan

yang menghadap ke proximal untuk bersendi dengan os carpal dan pada

sisi medial dengan metacarpal III (3) Os Metacarpal III pada sisi dorsal

basis metacarpal III terdapat processus styloideus dan di sisi radial

terdapat permukaan sendi untuk metacarpal II, proximal berhubungan

dengan ossa carpalia dan pada sisi ulnar terdapat dua permukaan sendi

untuk bersendi dengan os metacarpal IV, (4) Os Metacarpal IV di sisi

radial mempunyai dua permukaan sendi tetapi di sisi ulnar hanya

mempunyai satu permukaan sendi, (5) Os Metacarpal V.17

Page 19: Refrat Kelompok Dr. Anang

2. Myologi

Otot adalah suatu organ atau jaringan yang merupakan alat gerak

aktif yang memiliki kemampuan berkontraksi sehingga menyebabkan

gerakan atau tegangan. Penulis akan membahas mengenai otot-otot lengan

bawah.18

1) Otot Lengan Bawah

Otot Lengan Bawah dibagi menjadi tiga bagian yaitu otot lengan bawah

bagian ventralis,  radialis dan dorsalis.

(1) Bagian Ventralis

Otot yang terdapat pada bagian ventral lengan bawah : terdiri

dari kelompok superficialis dan kelompok profundus.

a. Kelompok Superfisial

Terdiri dari : (a) Musculus Pronator Teres. Otot ini terdiri

dari dua caput yaitu caput humerale dan caput ulnare. Caput

humerale berorigo pada epicondylus medialis humeri, dan

caput ulnar berorigo pada facies medialis ulnae disebelah

distal processus coronoideus ulnae. Insertionya pada

sepertiga tengah facies lateralis radii. Persarafan :  n.

medianus. Fungsinya pada sendi siku caput humeri untuk

pronasi dan flexi sedangkan untuk caput ulnare untuk

Page 20: Refrat Kelompok Dr. Anang

pronasi. (b) Musculus Flexor Carpi Radialis, origonya pada

epicondylus medialis humeri, fascia antebrachii. Insertionya

pada permukaan palmar basis ossis metacarpi II.

Persarafan : n. medianus. Fungsinya pada sendi siku untuk

flexi dan pronasi sedangkan untuk sendi pergelangan tangan

untuk flexi palmar (c) Musculus Palmaris Longus, origonya

pada epycondylus medialis humeri, fascia antebrachii.

Insertionya pada aponeurosis palmaris. Persarafan : n.

medianus. Fungsinya pada sendi siku untuk flexi dan pada

sendi pergelangan tangan flexi palmar. (d) Musculus Flexor

Carpi Ulnaris terdiri dari dua caput yaitu : caput humeral

origonya pada epicondylus medialis humeri, dan caput ulnar

origonya pinggir dorsal ulna Insertionya pada os fisifome.

Persarafan : n. ulnaris. Fungsinya pada sendi siku untuk

flexi dan pada pergelangan tangan untuk flexi palmar.

b. Kelompok Profundus

Terdiri dari : (a) Musculus Flexor Digitorum Profundus,

origonya pada facies volar ulna dan membrana interossea.

Insertionya pada phalang distal jari II-V. Persarafan : Ramus

Interoseus anterior n. medianus dan ulnaris. Fungsinya

Page 21: Refrat Kelompok Dr. Anang

untuk flexi sendi - sendi jari II-V. (b) M. Flexor Pollicis

Longus, origonya pada facies anterior radii. Insertionya

pada phalang distal I. Persarafan : Ramus Interoseus anterior

n . medianus. Fungsinya untuk flexi ibu jari. (c) Pronator

Quadratus, origonya pada facies volaris ulnae pada bagian

distal. Insertionya pada facies volar radii.

Persarafan:  Ramus Interoseus n. medianus. Fungsinya

untuk pronasi.

(2) Bagian Radial

Kelompok otot yang terdapat pada bagian radial lengan bawah

yaitu kelompok Superficialis : (a) M. Brachioradialis, origonya

pada margo radial humeri. Inserionya pada prossesus styloideus

radii.  Persarafan : Ramus Profundus n. radialis. Fungsinya

untuk flexi (b) M. Extensor Carpi Radialis Longus,

origonya  pada margo lateralis humeri sebelah distal origo m.

brachio radialis. Insertionya pada basis ossis metacarpalis II.

Persarafan : Ramus Profundus n. radialis. Fungsinya pada sendi

siku untuk flexi, supinator, dorso flexi dan abduksi

radialis  radiocarpea dan articilatio intercarpea. (c) M. Extensor

Carpi Radialis Brevis, origonya epicondylus lateralis humeri.

Page 22: Refrat Kelompok Dr. Anang

Insertionya pada basis ossis metacarpalis III. Persarafan : Ramus

Profundus n. radialis. Fungsinya pada sendi siku untuk flexi,

pronasi dan supinasi.

(3) Bagian Dorsalis

Otot yang terdapat pada bagian dorsalis lengan bawah dibagi

dua kelompok yaitu kelompok superficialis dan profundus.

a. Kelompok Superficialis

Terdiri dari : (a) Musculus Extensor Digitorum, origonya

epicondylus lateralis humeri, Insertionya pada aponeurosis

dorsalis pada jari II-V. Persarafan : Ramus Profundus n.

radialis. Fungsinya pada sendi siku untuk ekstensi

sedangkan untuk sendi pergelangan tangan untuk flexi

dorsal. (b) Musculus Extensor Digiti Minimi, origonya pada

epicondylus lateralis humeri. Insertionya pada aponeurosis

dorsal jari 5. Persafan : Ramus Profundus n. radialis.

Fungsinya untuk extensi jari - jari ke 5. (c) M. Extensor

carpi ulnaris, origo pada caput humeral epicondylus lateral

humeri dan pada caput ulnar terletak pada fascia antebrachii.

Insertionya pada permukaan dorsal basis ossis metacarpi V.

Fungsinya untuk extensi.

Page 23: Refrat Kelompok Dr. Anang

b. Kelompok Profundus

Terdiri dari : (a) Musculus Abductor Pollicis Longus,

origonya pada Seperempat distal facies posterior ulnae,

membrane interossea. Insertionya  pada phalanx distalis

pollicis. Fungsinya untuk ekstensi. (b) Musculus Ekstensor

Pollicis Brevis, origonya pada Facies posterior radii,

membrane interossea. Insertionya pada basis phalanges

proximalis ibu jari. Fungsinya untuk ekstensi.

2) Otot Wrist

Pada otot ini penulis akan membagi dalam tiga kelompok yaitu otot

interossei, otot thenar, otot hipotenar.18

(1) Kelompok Interossei

Terdiri dari: (a) Mm. Lumbricales I-IV, origonya pada sisi radial

tendo I dan II, serta sisi-sisi tendo II-IV M. flexor digitorum

profundus yang saling berhadapan. Insertionya berinsensi di

sebelah radial aponeurosis dorsalis jari II-V. Persarafan : n.

medianus (I,II), n. ulnaris (III,IV). Fungsinya pada sendi

metacarpophalangeal (III-V) untuk flexi abduksi radial

sedangkan pada sendi-sendi jari (II-V) untuk extensi. (b) Mm.

Interossei Palmares I-III, origonya  pada sisi ulnar os metacarpi

Page 24: Refrat Kelompok Dr. Anang

II, sisi radial ossa metacarpi IV dan V. Insertionya menyebar ke

aponeurosis dorsalis jari II,IV dan V. Persarafan : Ramus

Profundus n. ulnaris. Fungsinya pada sendi

metacarpophalangeal (II,IV,V) untuk flexi sedangkan pada

sendi-sendi jari (II,IV,V) untuk ekstensi. (c) Mm. Interossei

Dorsalis I-IV, origonya pada sisi-sisi ossa metacarpi I-V yang

saling berhadapan. Insertionya menyebar ke aponeurosis

dorsalis jari II-IV. Persarafan : R.Profundus n. ulnaris.

Fungsinya pada metacarpophalangeal joints (II-IV) untuk flexi

sedangkan untuk sendi-sendi jari (II-IV) untuk ekstensi.

(2) Kelompok Thenar

Terdiri dari : (a) M. Abductor Pollicis Brevis, origonya pada

retinaculum musculorum flexorum dan tuberculum ossis

scapoidei. Insertionya pada sesamoideum radial sendi

metacarpophalangeal ibu jari tangan, tepi radial basis phalang

proximalis ibu jari, berinsersi ke aponeurosis dorsalis ibu jari.

Persarafan : n. medianus. Fungsinya pada sendi carpometacarpal

ibu jari untuk abduksi dan opposisi sedangkan pada sendi

metacarpophalangeal ibu jari untuk flexi. (b) Musculus Fleksor

Pollicis Brevis, origonya pada caput superficial terdapat di

Page 25: Refrat Kelompok Dr. Anang

retinaculum musculorum flexorum dan pada caput profundum

terdapat di ossa capitatum, trapezium, trapezoideum, basis ossis

metacarpi I. Insertionya pada os sesamoideum radial pada sendi

metacarpophalangeal ibu jari, tepi radial basis phalang

proximalis ibu jari, berinsersi ke apeneurosis dorsalis ibu jari.

Fungsinya pada sendi carpometacarpal ibu jari untuk opposisi

dan adduksi sedangkan pada sendi metacarpophalangeal ibu jari

untuk flexi. (c) Musculus Opponens Pollicis, origonya pada

retinaculum musculorum dan tuberculum ossis trapezii.

Insertionya pada seluruh tepi radial os metacarpi I.

Persarafan :  n. medianus dan n. ulnaris. Fungsinya pada sendi

carpometacarpal ibu jari  untuk oposisi. (d) Musculus adductor

Pollicis, origonya pada caput obliqum terdapat di os capitatum,

basis ossis metacarpi II, lig carpi radiatum sedangkan pada caput

transversum terdapat pada permukaan palmar os metacarpi III.

Insertionya pada os sesamoideum ulnar pada sendi

metacarpophalangeal joint ibu jari, tepi ulnar basis phalang

proximalis ibu jari, berinsersi ke aponeurosis dorsalis ibu jari.

Persarafan :  Ramus Profundus nerfus ulnaris. Fungsinya pada

Page 26: Refrat Kelompok Dr. Anang

sendi carpometacarpal ibu jari untuk opposisi sedangkan pada

metacarpophalangeal ibu jari untuk flexi.19

C. Articulatio

 Articulatio yang terdapat pada sendi wrist adalah articulatio radio

carpalis dan articulatio carpo metacarpea. Articulatio radio carpalis dibentuk

oleh facies articularis carpea radii dengan ossa scapoideum, lunatum,

triquetrum dengan tipe sendi ellipsoidea. Pada articulatio carpo metacarpea

dibentuk oleh permukaan proximal dari os metacarpal dengan assa carpal

bagian distal dengan tipe sendi saddle joint.20

D. Ligament

Pada sendi pergelangan tangan dan tangan terdapat ligament, yaitu : (1)

Ligament radio carpea volare, Ligament ini membentang dari processus

stiloideus radii, ditepi volar fasies articularis carpea radii menuju ke ossa

naviculare, lunatum dan trikuetrum. (2) Ligament radio carpeum dorsal,

ligamentt ini membentang dari posterior facies articularis carpea radii menuju

ossa naviculare, lunatum dan triquetrum. (3) Ligament Colaterale carpi

radiale, ligamentt ini membentang dari processus stiloideus radii menuju ke

os naviculare. (4) Ligament collaterale carpi ulnare, ligament ini membentang

dari processus ulna menuju ke os triquetrum. (5) Ligament Carpometacarpea

dorsale yang menghubungkan ossa carpal dengan metacarpal bagian dorsal.

Page 27: Refrat Kelompok Dr. Anang

(6) Ligament Carpometacarpea palmar menghubungkan ossa carpal dengan

ossa metacarpal pada permukaan palmar.20

E. Biomekanik

Biomekanik adalah ilmu tentang gerakan tubuh pada manusia.

Biomekanik pada sendi wrist terdiri dari osteokinematik dan

arthrokinematik.21

1)   Osteokinematik

Osteokinematik adalah pergerakan yang terjadi pada tulang.

Osteokinematik pada sendi wrist memiliki dua derajat kebebasan gerak

yaitu flexi-ekstensi, abduksi-adduksi. Osteokinematik yang terdapat pada

ibu jari terdapat tiga sendi yang terdiri dari metacarpophalangeal joint dan

interphalangeal joint, carpometacarpal. Pada metacarpophalangeal

memiliki 2 gerakan yaitu flexi dan extensi, flexi memilki lingkup gerak

sendi  0°-55° sedangkan untuk extensi 0°-50. Sendi interphalangeal

merupakan sendi engsel dengan 2 gerakan flexi dan extensi. Pada sendi

carpometacarpal sendi ini merupakan tipe sendi saddle dimana berperan

besar pada ibu jari, sendi ini memiliki empat gerakan diantaranya flexi

45°, extensi 0°, abduksi 60°, adduksi 30°.

2)    Arthrokinematik

Page 28: Refrat Kelompok Dr. Anang

Arthrokinematik adalah gerakan yang terjadi pada permukaan sendi. Gerak

arthokinematik pada radiocarpal joint adalah pada palmar flexi translasi distal

radius ke dorsal, dorsal flexi translasi distal radius ke arah palmar, ulnar

deviation translasi ke arah radial. Radial deviation ke arah ulnar, traksi ossa

carpea ke arah distal searah axis os radii, sedikit serong ke palmar-ulnar. Pada

carpometacarpal joint I gerak arthokinematik flexi translasi metacarpal ke

ulnar, ekstensi translasi ke radial, abduksi translasi ke dorsal, adduksi translasi

ke palmar, traksi ke distal sepanjang axis os metacarpal. Pada

metacarpophalangeal I gerak arthokinematik flexi translasi palang proximal ke

palmar, ekstensi ke dorsal, traksi ke distal sesuai axis longitudinal phalang.    

F.   Inervasi

        Inervasi yang terdapat pada pergelangan tangan dan tangan adalah sebagai

berikut 21:

1)   Nervus Medianus

Berasal dari plexus brachialis dengan dua buah caput yaitu  medial dari

fasciculus medialis dan caput lateral dari fasciculus lateralis. Kedua caput

tersebut bersatu pada tepi bawah m. pectoralis minor, serabut-serabut di

dalam truncus berasal dari tiga segmen cervical bawah dan dari segmen

thoracal pertama medulla spinalis. Cabang motoriknya berjalan ke

sebagian besar otot fleksor-pronator dari lengan bawah, mensarafi n.

Page 29: Refrat Kelompok Dr. Anang

interoseum, anterbrachium volaris. Misalnya otot m. fleksor digitorum

profundus jari II-IV, m. fleksor pollicis longus juga mensarafi n. digitalis

vollaris communis. Dimana Ramus muscularis mensarafi : m. abductor

pollicis, opponent pollicis sedangkan caput superficialis yaitu m. fleksor

pollicis brevis. Mensarafi : m. lumbricalis II,III dan kulit dorsal jari II-IV

dan kulit dataran dorsal jari I.

2)   Nervus Ulnaris

 Merupakan cabang yang terbesar dari fasciculus medialis plexus

brachialis. Serabut saraf ini terdiri atas serabut-serabut yang berasal dari

segmen C8 dan Th1. Cabang-cabang motorik dalam lengan bawah

mensarafi m. fleksor carpi ulnaris dan caput ulnaris m. fleksor digitorum

profundus. Cabang-cabang motorik di dalam tangan mensarafi seluruh

otot-otot profundus yang kecil yang berada di sebelah medial tendon m.

fleksor longus ibu jari tangan kecuali dua buah otot lumbricales yang

pertama.

3)   Nervus Radialis

Merupakan cabang yang besar dari plexus brachialis. Serabut-serabutnya

berasal dari tiga segmen cervical terakhir serta dari segmen thoracal

pertama medula spinalis. Cabang-cabang motorik dalam lengan yang

Page 30: Refrat Kelompok Dr. Anang

mensarafi m. triceps, m. anconeus dan bagian atas kelompok supinator

sampai extensor dari otot-otot lengan bawah.

Cabang Terminalnya : a) Ramus Profundus, berjalan melewati m.

supinator, abductor pollicis longus dan extensor pollicis, dan n. interoseus

(antebrachii) dorsalis, mm. extensor pollicis, melalui membrane interosea

menuju dataran dorsal manus. b) Ramus Superficialis, berjalan melewati m.

supinator, m. brachio radialis, m. brachialis dengan extensor carpi radialis

longus, berjalan diatas ligamentt carpi dorsalis ke distal di atas processus

styloideus radii ke telapak tangan. Disini memberikan cabang :  n. ulnaris

yang akhirnya di luar fascia pada telapak tangan menyebar menjadi lima

nervus digitalis dorsalis dimana berjalan kearah distal menuju jari I-II

sebanyak 4 buah, dan 1 buah pada dataran radial jari III yang menginervasi

kulit dorsum dan jari I-III.

G. Vaskularisasi

     1)   Arteri

Arteri adalah pembuluh nadi yang membawa darah yang berisi O2 dari

jantung ke jaringan, kecuali arteri pulmonalis yang mebawa darah ke

pulmonal dimana mengandung CO2. (1) Arteri yang akan dibahas oleh penulis

yaitu : Arteri Radialis berasal dari cabang Arteri brachialis yang berjalan

kearah distal dan lateral di bawah brachioradialis. Dibagian distal lengan

Page 31: Refrat Kelompok Dr. Anang

bawah arteri radialis terletak di permukaan anterior radius dan melingkari

lateral radius. (2) Arteri princeps pollicis berasal dari arteri radialis sewaktu

akan memasuki telapak tangan yang berjalan kearah distal pada palmar os

metacarpal lalu bercabang di phalang proximal membentuk menjadi dua

cabang yang berjalan di sisi-sisi sepanjang phalang. (3) Arteri Radialis Indicis

berasal dari arteri radialis tetapi dapat juga berasal dari arteri  princeps pollicis

dan berjalan di sepanjang sisi medial phalang I dan di sepanjang lateral Arteri.

Digitales palmares propriae ke ujung distal jari. (4) Arteri arcus palmaris

Superficialis merupakan lanjutan dari arteri ulnaris, Arcus Palmaris

superficialis cabang-cabang yang lain, berjalan melengkung kearah lateral.

2)   Vena

Vena adalah pembuluh darah balik yang mengantar darah kotor menuju ke

jantung yang bersisi pembuluh darah kecil yang terbentuk dari penyatuan

kapiler- kapiler, Penulis akan membahas tentang vena : (1) Vena chepalica

dimulai dari sisi radial dorsum manus dari cabang-cabang jalinan vena dan

menerima darah dari telapak tangan melalui vena-vena Intercarpitalis, keaarah

proximal berjalan pada sisi radial antebrachii menuju ke fosa cubiti. (2) Vena

basilica melanjutkan melalui sulcus bicipital ke trigonu deltoidea pectoralis

dimana menembus fascia dan berjalan ke vena axilaris. (3) Vena arcus

venosus dorsalis manus berasal dari sisi ulnaris dorsum manus, berjalan pada

Page 32: Refrat Kelompok Dr. Anang

sisi ulnaris antebrachii ke fossa cubiti yang berhubungan dengan vena

cephalica melalui vena medianusa cubiti.

H.   Anatomi dan Fisiologi Tendon

         Tendon adalah suatu jaringan ikat fibrosa yang kuat yang

menghubungkan otot ke tulang, tendon lebih kuat daripada otot, tendon

berfungsi unuk menghantarkan kekuatan dari otot ke pengungkit tulang

sehingga menghasilkan gerakan persendian, penahan goncangan dan tempat

penyimpanan energi, tendon bertindak sebagai tali, selubung tendon

mengelilingi tendon dan mengeluarkan cairan sinovial yang berfungsi sebagai

pelumas untuk mengurangi gesekan selama gerakan.Faktor penyebab kelainan

tendon yaitu :  (1) faktor intrinsik yang terdiri dari ketidakseimbangan dari

otot, kelemahan otot, pergerakan sendi yang berlebihan. (2) faktor

ekstrinsik  lingkungan yang tidak mendukung.

I. Patologi

Otot ekstensor pollicis brevis dan abductor pollicis longus merupakan dua

otot yang bekerja secara berdampingan dan hampir mempunyai fungsi yang

relatif sama yaitu menggerakkan ibu jari menjauh dari tangan atau disebut

sebagai radial abduksi. De Quervain Syndrome pada umumnya dikenal

sebagai kondisi peradangan atau tendosinovitis tetapi evaluasi histologi

Page 33: Refrat Kelompok Dr. Anang

khusus menunjukkan tidak adanya peradangan yang terlihat dan yang lebih

nampak adalah proses degenerasi myxoid.22

Mekanisme terjadinya De Quervain Syndrome adalah karena

adanyakelelahan/trauma kecil yang berulang-ulang secara perlahan dan makin

lama semakinmenjadi berat. De Quervain Syndrome ini dapat menimbulkan

degenerasi dini pada jaringan yang tertekan. Dimana terjadi rasa sakit yang

timbul dari otot yang overuse.22

Cedera ini yang terjadi pada prinsipnya upaya penyembuhan yaitu

memberikan kesempatan jaringan untuk sembuh sehingga tidak menimbulkan

jaringan ynag tidak diinginkan. Oleh karena itu bahwa prinsip pelaksanaan

fisioterapi pada kondisi De Quervain Syndrome satu, dua, tiga jelas

berbeda. Injury menimbulkan kerusakan jaringan diikuti perdarahan < 20

mnt, Fase inflamasi < 24-36 jam ditandai tumor, dolor, calor,

rubor dan fungsiolesa. Proses pemulihan : proliferasi (2 – 4 hari) nyeri

primer menurun dan terjadi adhesion, produksi (4 hr-3 mgg)  nyeri regang

dan ketegangan/kontraktur jaringan lunak. Remodeling (3 mgg-3

bulan)  pemulihan bentuk dan fungsi fase maturasi dan remodeling

merupakan proses yang lama. Proses ini terjadi realignment atau remodelilng

dari jaringan kolagen. Proses penguraian dan sintesa kolagen menjadi suatu

jaringan yang kuat dan teratur. Biasanya dalam 3 minggu jaringan yang kuat,

Page 34: Refrat Kelompok Dr. Anang

elastic, dan tanpa perdarahan sudah terjadi. Fase akut : Nyeri akut bisa

berlangsung beberapa menit atau beberapa hari, nyeri akut sering didefinisikan

sebagai nyeri yang tiba-tiba meskipun bukan selalu tapi biasanya penyebabnya

jelas dan berlangsung dalam waktu yang terbatas. (Newton A.R, 1990). Fase

kronik : didefinisikan sebagai nyeri dengan durasi yang lama acap kali

berhubungan dengan nyeri fisik dan mental, depresi, kecemasan dan keputus

asaan dan bisa berlangsung berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun diluar

periode kesembuhan atau terjadi secara terputus-putus.22

J.   Etiologi

De Quervain Syndrome terjadi akibat dari aktifitas yang berlebihan pada

otot-otot pergelangan tangan yang akan menyebabkan kerusakan, biasanya

pada m. extensor pollicis brevis dan m. abductor pollicis

longus.  (Hudaya,2007/2008). Proses Penyembuhan Jaringan Lunak :

Peradangan, Siklus perlukaan menyebabkan reaksi dari jaringan

mengakibatkan merusak sel karena trauma, infeksi, ischemia, sekunder atau

agen fisik. Reaksi radang untuk memulai proses healing, tetapi proses healing

tidak terjadi sampai reaksi peradangan reda. Dengan dimulainya respon

peradangan maka siklus perlukaan telah terlihat. Dalam persendian dan

struktur peri artikuler reaksi jaringan mengarah kepada reaksi yang berlebihan,

synovial menjadi hipertensi, kadang hematrosis dan akhirnya proses ini tidak

Page 35: Refrat Kelompok Dr. Anang

terlewati akan terjadi degenerasi.Jaringan lunak lainnya reaksi salah satunya

adalah oedem dan kadang disertai hemorage. Perubahan ini membuat

peradangan mengarah pada nyeri dan protektif spastik

K. Tanda dan Gejala Klinis

Gejala yang sering muncul adalah nyeri tekan, bengkak pada ibu jari dan

kesulitan dalam aktivitas menggenggam. Beberapa gejala yg dapat terjadi

akibatpenyakit De Quervain Syndrome menurut (Prasetya

Hudaya) diantaranya adalah : (1) Jika ditekan terasa tidak nyaman pada daerah

tersebut, (2) Terkadang terasa adanya hambatan gerak pada ibu jari, (3)

adanya nyeri tekan pada proccesus styloideus radii, (4) Gerakan aktif

menimbulkan nyeri yang hebat.23

L. Diagnosa Banding

Carpal Tunnel Syndrom timbul akibat tertekannya nervus medianus di

dalam sindrom  terowongan karpal atau penyakit saraf menengah di

pergelangan tangan, adalah suatu kondisi medis di mana saraf  tengah

(medianus) tertekan di bagian pergelangan, mengakibatkan parastesia, mati

rasa dan kelemahan otot di tangan. Gejala malam hari dan bangun di malam

hari adalah tanda-tanda sindrom terowongan karpal.23

Page 36: Refrat Kelompok Dr. Anang

Perbedaan antara carpal tunnel syndrome dengan De Quervain

Syndromeyaitu pada letak nyeri, CTS  terasa  nyeri pada nervus medianus

sedangkan  pada De Quervain Syndrome terdapat nyeri pada tendonnya.

M. Prognosis

     Prognosis dari De Quervain Syndrome pada dasarnya tergantung pada

lokasi dan tingkat keparahan tenosynovitis, gejala dapat bertahan selama

beberapa hari atau beberapa minggu.  Jika berlebihan atau terus bertambah,

rasa sakit dapat memperburuk dan bertahan selama beberapa bulan.23

Page 37: Refrat Kelompok Dr. Anang

KEPUSTAKAAN

1. Moeliono F. Etiologi, Diagnosis dan Terapi Sindroma Terowongan Karpal

(S.T.K.) atau (Carpal Tunnel Syndrome/CTS). Neurona. 1993; 10 : 16-27.

2. DeJong RN. The Neurologic Examination revised by AF.Haerer, 5th ed,

JB Lippincott, Philadelphia, 1992; 557-559.

3. Krames Communication (booklet). Carpal Tunnel Syndrome. San Bruno

(CA) :Krames Comm ; 1994: 1-7.

4. Salter RB. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskeletal

System. 2nded.Baltimore: Williams&Wilkins Co; 1983.p.274-275.

5. Adams RD, Victor M, Ropper AH. Principles of Neurology. 6th ed. New

York:McGraw-Hill ; 1997.p.1358-1359.

6. Weimer LH. Nerve and Muscle Disease. In : Marshall RS, Mayer SA,

editors. on Call Neurology. Philadelphia: WB Saunders Co; 1997 .p.254-

256.

7. Walshe III TM. Diseases of Nerve and Muscle. In: Samuels MA, editor.

Manual of Neurologic Therapeutics. 5th ed. Boston : Little, Brown and

Co; 1995.p.381-382.

8. Greenberg MS. Handbook of Neurosurgery. 3rd ed. Lakeland (Florida) :

Greenberg Graphics; 1994.p.414-419.

9. Devinsky o, Feldman E, Weinreb HJ, Wilterdink JL. The Resident's

Neurology Book. Philadelphia: F.A. Davis Co;1997.p.173-174.

10. Rosenbaum R. Occupational and Use Mononeuropathies. In:Evans RW,

editor. Neurology and Trauma. Philadelphia: WB Saunders Co;

1996.p.403-405.

11. Lindsay KW, Bone I .Neurology and Neurosurgery Illustrated. 3rd ed.

New York : Churchill Livingstone ;1997.p.435.

12. Gilroy J. Basic Neurology. 3rd ed. New York: McGraw-Hill ; 2000.p.599-

601.

Page 38: Refrat Kelompok Dr. Anang

13. Gunderson CH. Quick Reference to Clinical Neurology. Philadelphia: JB

Lippincott Co; 1982.p.370-371.

14. Rosenbaum R. Carpal Tunnel Syndrome. In : Johnson RT, Griffin JW,

editors. Current Therapy in Neurologic Disease. 5th ed.

St.Louis :Mosby ;1997.p.374-379.

15. Polsdorfer, R. de Quervain’s Tenosynovitis, available at

http://healthylibrary.epnet.com diakses pada tanggal 20 Agustus 2013

16. Sahin, B. Hand Anatomy, available at

http://www.emedicine.com/org.anatomyofthehand.trs diakses pada tanggal

20 Agustus 2013

17. Wright, P.E. Carpal Tunnel, Ulnar Tunnel, and Stenosing Tenosynovitis in

Campbell-operative orthopaedics, 10th Edition, 2004. Part XVIII Chapter

73

18. Voye, PM. De Quervains Tenosynovitis. Available at http://www.

Emedicine.com/pmr/topic36.htm diakses pada tanggal 20 Agustus 2013

19. Gulf, MD. De Quervain Disease. Available at

http://www.gulfmd.com/dequervaindisease.grd.drt pada tanggal 20

Agustus 2013

20. Chien, JA et al. Focal radial styloid of normality as manifestation of De

Quervain Tenosynovitis. Available at http://americanjournal.com/org pada

tanggal 20 Agustus 2013

21. Lech O, et al. Stenosing Tenosynovitis of the First Compartment De

Quervain Disease. Available at

http://healthinformation.com/orthopaed/topic482.htm pada tanggal 20

Agustus 2013

22. Rasjad, C. Penyakit De Quervain (Tenovaginitis Stenosans) dalam

Pengantar Ilmu bedah Ortopedi. Penerbit Bintang Lamumpatue: Ujung

Pandang. 1998, hlm 228-229

23. Sjamsu Hidajat, R. Tenosynovitis Stenosans dalam Buku Ajar Ilmu Bedah.

Penerbit: Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1998, hlm 1246

Page 39: Refrat Kelompok Dr. Anang