Tugas Pak Anang New
-
Upload
dhevhy-christh -
Category
Documents
-
view
26 -
download
0
Transcript of Tugas Pak Anang New
Tugas Mata Kuliah Layanan Klinik Tanaman
IDENTIFIKASI GEJALA DEFISIENSI UNSUR HARA K (KALIUM)
PADA TANAMAN TEMBAKAU
Tanaman Perkebunan
Oleh:
Devy Cristiana (121510501020)
AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB 1. PENDAHULUAN
Tembakau merupakan salah satu tanaman yang telah lama dikenal oleh
masyarakat petani di Indonesia salah satunya di Jember, yang terkenal sebagai
kota tembakau. Tembakau merupakan komoditi yang dapat menjadi sumber dari
pendapatan bagi petani dan juga bagi negara. Hal tersebut dikarenakan pangsa
pasar untuk tanaman tembakau dari tahun ke tahun semakin meningkat, maka dari
itu hasil tanaman ini masih menjanjikan bagi petani tembakau. Selain itu, di sisi
lain yang menjadi pendukung untuk penanaman tembakau adalah produksi rokok
yaitu dengan meningkatnya jumlah perokok yang juga menjadi faktor peningkatan
pendapatan negara dari bea cukai rokok tersebut. Di samping itu, walaupun di
negara Indonesia banyak yang membudidayakan tembakau tetapi kebutuhan akan
tanaman tersebut belum tercukupi. Maka dari itu, timbullah suatu dorongan bagi
petani untuk budidaya tembakau agar mendapatkan produksi yang optimal dan
pendapatan yang menjanjikan.
Budidaya yang dilakukan petani tembakau tersebut sebaiknya sesuai
dengan prosedur teknik penanaman tembakau. Hal pertama yang dilakukan
sebelum melakukan penanaman tembakau yaitu melihat kondisi lahan dan juga
iklim. Jika lahan cocok untuk ditanami maka ditanamai, jika lahan sekiranya tidak
cocok berarti perlu adanya pengolahan lahan tersebut agar dapat ditanami
tembakau. Pengolahan lahan biasanya berhubungan dengan kondisi tanah akan
unsur hara. Apabila tanah tersebut sudah sering ditanami secara terus menerus
maka dapat dipastikan kalau tanah tersebut mengalami keletihan sehingga hara
pada tanah tersebut akan berkurang. Yang mana kita ketahui bahwa unsur hara
merupakan zat makanan utama bagi tanaman termasuk juga tembakau dan
diberikan sesuai dengan jumlah kebutuhan tanaman tersebut.
Seperti yang kita ketahui bahwa unsur hara itu terdiri dari 2 macam yaitu
unsur hara essensial dan unsur hara beneficial. Unsur hara essensial yaitu unsur
hara yang dibutuhkan oleh tanaman dan fungsinya tidak dapat tergantikan oleh
unsur lain. Unsur hara ini terdiri dari unsur hara makro (N,P,K ) dan unsur hara
mikro. Sedangkan unsur hara beneficial yaitu unsur hara yang dibutuhkan
tanaman jika perlu untuk dikonsumsi misalnya Si, Na dan Al. Pada tanaman
tembakau unsur-unsur tersebut juga dibutuhkan baik dalam jumlah yang banyak
maupun sedikit sesuai dengan kebutuhannya. Jika unsur hara tersebut diberikan
berlebihan pada tanaman tembakau maka tanaman tersebut akan mengalami
keracunan, begitupun sebaliknya jika tanaman tembakau kekurangan unsur hara
maka akan mengakibatkan terjadinya gejala defisiensi pada tanaman tersebut.
Berdasarkan unsur hara tersebut baik berlebihan maupun kekurangan, maka akan
mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan tanaman
tembakau. Apalagi hal utama yang menjadi tolok ukur tanaman tembakau tersebut
adalah daunnya, sehingga mutu daun perlu diperhatikan dengan pemberian pupuk
unsur N sebagai perkembangbiakan vegetatif, unsur P sebagai perkembangbiakan
generatif sedangkan yang mempengaruhi kualitas dari tanaman tersebut adalah
dengan penambahan unsur K. Sehingga, pada makalah ini mengambil identifikasi
dari salah satu unsur hara utama yang bersifat makro yaitu berupa unsur K, karena
unsur ini memberikan pengaruh terhadap kualitas tanaman tembakau itu nantinya
terutama dalam kualitas baik rasa, warna maupun bobotnya. Berdasarkan hal
tersebut maka diulas tentang identifikasi defisiensi hara K pada tanaman
tembakau dan bagaimana pengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan
tanaman tersebut.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Tembakau merupakan salah satu tanaman yang terkenal dan banyak
diproduksi seiring meningktanya jumlah pengonsumsi rokok. Produksi dan mutu
tembakau dipengaruhi oleh banyak faktor meliputi faktor genetik, lingkungan
khususnya iklim dan tanah, serta teknik budidaya yang diterapkan untuk tanaman
tersebut. Salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap produksi
dan mutu tembakau adalah ketersediaan unsur hara, baik itu yang terkandung
dalam tanah maupun yang ditambahkan berupa pupuk. Pengaruh unsur hara
tersebut terhadap komposisi kimia daun tembakau dapat terjadi baik secara
langsung ataupun tidak. Sumber nutrisi berupa unsur hara pada tanaman tembakau
tersebut dapat diberikan melalui pemupukan kimia karena hal tersebut merupakan
salah satu faktor yang utama dan efektif untuk pertumbuhan tanaman tembakau.
Salah satu unsur hara yang dibutuhkan dalam pemupukan tanaman tembakau
adalah unsur hara K (kalium). Unsur K sangat penting dalam memperbaiki
kualitas fisik dan kimia daun tembakau. Selain itu, kalium juga mempengaruhi
warna daun, tekstur, daya bakar dan sifat higroskopis daun tembakau (Hawks dan
Collins, 1983 dan Choateu dan Fauconnier, 1998 dalam Wiroatmodjo dan
M.Najib, 1995).
Hutapea et al.,2014 di dalam penelitiannya memperoleh hasil bahwa
pemupukan dengan unsur hara dengan berbagai dosis pupuk K tidak memberikan
pengaruh yang signifikan pada bobot basah daun tembakau, seperti pada tabel
berikut:
Berdasarkan tabel tersebut maka diketahui bahwa pemberian unsur hara K tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap berat basah daun tembakau karena
pemberian pemupukan KNO3 yang tidak hanya memberikan pupuk K tetapi juga
N. Seperti yang diungkapkan Munir et al dalam Hutapea (2014) bahwa Kalium
Nitrat (KNO3) memberikan 44 % unsur K juga menyumbang N sebesar 11 %.
Menurut “Hukum Liebig” bahwa produksi tanaman ditentukan oleh kadar N
(sangat renda) sehingga N merupakan faktor pembatas, apabila tanah dipupuk
dengan P dan K tanpa pupuk N, maka produksi tanaman tidak akna naik. Maka
dari itu, dapat diketahui bahwa kandungan kadar N dalam tanah yang digunakan
tinggi sehingga rata-rata berat basahnya tidak memberikan pengaruh yang nyata
terhadap kadar K.
Unsur hara K pada tanaman tembakau lebih memberikan pengaruh kepada
berat keringnya dibandingkan dengan berat basah, seperti pada tabel berikut
Berdasarkan tabel tersebut diketahui tentang kualitas hasil dari pemupukan N dan
K dengan berbagai perlakuan dan juga dengan berbagai parameter pengamatan.
Hal yang perlu diperhatikan pada tabel tersebut adalah pemberian pupuk K
terhadap berat kering dari tanaman tembakau. Diketahui bahwa pemupukan K
yang lebih banyak menghasilkan berat basah yang mempunyai nilai lebih tinggi
dibandingkan dengan pemupukan K yang lebih sedikit. Hal tersebut karena bobot
kering tanaman tersebut merupakan akumulasi dari karbohidrat sehingga akan
berpengaruh terhadap kadar gula yang dihasilkan. Kalium yang lebih banyak
berarti kadar gulanya juga lebih banyak dan bobot keringnya juga lebih besar
begitupun sebaliknya (Farokh et al., 2011).
Peningkatan kadar gula tersebut lebih diperjelas dengan penelitian yang
dilakukan oleh Haghighi et al. (2011) dengan pemberian unsur yang memberikan
pengaruh terhadap peningkatan presentase gula dari tanaman tembakau seperti
yang digambarkan pada grafik berikut,
Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa presentase gula maksimum
yaitu 13,72 % dengan pemupukan Kalium 350 kg per hektar dan presentase
terendah yaitu 12,7 % dengan pemupukan Kalium 250 kg per hektar. Jadi dapat
disimpulkan bahwa presentase gula akan meningkat seiring dengan peningkatan
pemberian unsur hara Kalium. Hal tersebut karena di kondisi lingkungan alam
membutuhkan ketersediannya unsur hara Kalium, yang mana dari penambahan
kalium tersebut stomata akan membuka dan dari itu maka sejumlah
karbondioksida akan dioksidasi untuk dirubah menjadi glukosa, sehingga
terbentuklah gula.
Pada kenyataannya Kalium membantu tanaman dalam mengedarkan hasil
fotosintesis, kemudian memindahkan Nitrogen dan menggantinya menjadi
protein. Kalium ini diserap tanaman dalam bentuk K+ dan ditemukan melimpah di
sel tetapi tidak mempunyai peran yang struktural. Konsentrasi K di floem sangat
tinggi. Biasanya Ion K ini digunakan sebagai aktivator berbagai enzim khususnya
dalam proses fotosintesis dan respirasi. Konsentrasi Kalium yang lebih tinggi
terdapat pada organ yang lebih muda dan juga akar. Maka dari itu, kalium ini
memberika peran yang sangat penting bagi tanaman termasuk tembakau, jadi
apabila unsur Kalium ini rendah maka akan terjadi kekurangan unsur hara Kalium
yang menyebabkan gejala defisiensi berupa menurunkan laju fotosintesis neto dan
translokasinya, sebaliknya meningkatkan respirasi gelap yang menyebabkan
pertumbuhan tanaman terhambat (Farrokh et al., 2012).
Tujuan
1. Untuk mengetahui dosis Kalium yang tepat pada tanaman tembakau
2. Untuk mengetahui gejala defisiensi unsur hara Kalium pada tanaman tembakau
BAB 3. PEMBAHASAN
Kalium merupakan unsur hara essensial yang termasuk dalam golongan
hara makro. Sehingga tanaman tembakaupun juga membutuhkan unsur hara
tersebut dengan dosis yang tepat. Kalium dalam tembakau ini merupakan
penyususn utama dari abu rokok. Sehingga pemupukan K dapat meningkatkan
atau memperbaiki warna, tekstur, daya bakar, dan sifat higroskopis tembakau.
Selain itu, tanaman tembakaui ini menyerap K dalam jumlah yang lebih banyak
dibandingkan unsur hara yang lain dan ditimbunkan mulai dari fase awal
pertumbuhan. Mutu tembakau juga dapat ditingkatkan dengan penambahan unsur
hara K di atas jumlah yang dibutuhkan untuk hasil yang maksimum. Kadar kalium
yang baik pada tanaman tembakau yaitu berkisar antara 3,0-3,3 %. Rekomendasi
minimum penerapan K adalah 90 kg/ha. Namun, penelitian di NCSU
menunjukkan bahwa tingkat K dapat dikurangi hingga 75 kg/ha pada jenis tanah
tertentu tanpa mengurangi hasil dn kualitas. Sementara itu, rata-rata rekomendasi
K kurang dari yang dibutuhkan (<90%), para produsen harus menyadari bahwa K
dalam jumlah yang cukup sering dtemukan di tanah. Subsoil K dapat juga
dimanfaatkan untuk melengkapi kebutuhan nutrisi ketika kedalaman tanah liat
kurang dari 10 inci.
Kalium bergerak melewati tanah, dari pusat aplikasi pemupukan ke zona
akar, melalui difusi dan banyak kondisi yang dapat memperlambat difusi sehingga
menyebabkan terjadinya kekurangan hara K. Gejala akibat defisiensi unsur hara K
pada tanaman tembakau yaitu seperti berikut:
Pada gambar berikut terlihat gejala
kekurangan unsur hara K yaitu berupa
hilangnya warna pada daun tembakau di
bagian ujung dan tepi seperti tersobek-
sobek. Pada gambar tersebut juga diketahu
bahwa gejala defisiensi unsur hara K lebih
terlihat pada daun yang tua, hal tersebut
karena unsur hara K mudah bergerak dari
daun-daun tua menju daun-daun yang muda. Gejala yang ditimbulkan pada daun
itu dikenal sebagai gejala klorosis di bagian ujung dan tepi daun, kemudian
menjadi coklat dan terjadi nekrosis, sehingga daun tersebut nampak tersobek-
sobek. Setelah gejala kekurangan defisiensi tersebut memuncak maka dapat
digambarkan sebagai berikut,
Pada gambar tersebut terlihat bahwa
tanaman tembakau mengalami gejala
klorosis yang sudah sangat parah. Hal itu
dilihat dari warna daun yang sebagian besar
sudah menguning bahkan ada yang telah
mengalami nekrosis. Sehingga jika
diketahui gejala defisiensi yang demikian
sudah dipastikan bahwa tanaman tembakau
tersebut sudah tidak dapat dipanen, jika
tidak segera diatasi maka gagal panen akan
menimpa petani tembakau.
Di sisi lain, gejala defisiensi juga dapat meningkatkan serangan intensitas
penyakit pada tanaman tembakau, terutama TMV. Berikut data rata-rata intensitas
serangan TMV dengan penambahan unsur hara K dengan berbagai perlakuan,
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa dengan peningkatan unsur hara
K 250 kg/ha, maka intensitas serangan TMV lebih rendah dibandingkan dengan
pemberian unsur hara K yang sedikit bahkan tanpa unsur hara K dengan intensitas
serangan yang lebih tinggi. Maka dari itu, dapat diketahui bahwa defisiensi hara
Kalium menyebabkan komponen ketahanan tanaman tembakau terganggu,
sehingga akan memudahkan penetrasi patogen pada daun, dan kualitas tanaman
menjadi menurun (Hutapea, 2014).
Selain itu, kita ketahui bahwa unsur kalium ini sangat membantu dalam
pembentukan protein dan juga karbohidrat dalam sistem fotosintesis. Sehingga
apabila tanaman tembakau mengalami kekurangan unsur hara K maka dapat
dipastikan bahwa proses fisiologi tanaman akan terhambat. Akibatnya
pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut terganggu, sehingga tanaman
menjadi kerdil, layu dan lemah karena tidak adanya energi (karbohidrat hasil
fotosinetsis) yang dihasilkan. Maka dari itu, terjadi penurunan baik kualitas
maupun kuantitasnya dan produktivitas menurun.
Berdasarkan identifikasi gejala unsur hara K tersebut maka dapat diketahui
bahwa unsur hara K tersebut sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman tembakau dalam jumlah yang cukup banyak. Selain itu,
tanaman tembakau ini merupakan konsumen kemewahan K. Sehingga, untuk hasil
yang maksimum perlu adanya pengaplikasian secara historis terjadi pada tingkat
2-3 kali yang dibutuhkan. Agar tidak terjadi defisiensi gejala unsur hara K dan
juga mendapatkan produksi tanaman tembakau yang unggul dan berkualitas
tinggi.
BAB 4. KESIMPULAN
Berdasarkan identifikasi gejala defisiensi unsur hara K pada tanaman
tembakau tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Kadar kalium yang baik pada tanaman tembakau yaitu berkisar antara 3,0-3,3
%. Sehingga, dosis yang direkomendasikan yaitu dengan penambahan K
kurang dari rekomendasi minimum atau < 90 kg/ha karena sudah ditambah
dengan tanah yang memiliki jumlah unsur hara K yang cukup.
2. Gejala yang ditimbulkan akibat defisiensi unsur hara K pada tembakau yaitu
terhambatnya proses fisiologis tanaman sehingga menyebabkan terjadinya
klorosis dan nekrosis. Selain itu, tanaman tembakau juga mudah terkena
serangan penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
A.R., Farokh, Azivoz, I., Farrokh, A., Esfahani, M., Ranjabar, C.M., dan Kavoosi, M. 2011. The Effect of Nitrogen and Pottasium Fertilizers on The Wet and Dry Weights of The Flue Cured Tobacco Components, Cultivar Coker 347. Agriscience, 1(5): 275-282.
Farrokh, A.R., Ibrahim, A., Atoosa, F., Masoud, E., Mehdi, R.C., dan Masoud, K. 2012. Effect of Nitrogen and Potassium Fertilizer on Yield, Quality and Some Quantitative Parameters of Flue-Cured Tobacco Cv. K326. Agricultural Research, 7(17): 2601-2608.
Haghighi, H., Morteza, S.D., Hamid, R.M dan Amir, A.M. Effect of Different Nitrogen and Potassium Fertilizer Levels on Quality and Quantity Yield of Flue-Cured Tobacco (Coker 347). World Apllied Sciences, 15(7): 941-946.
Hutapea, A.S., Tutung, H., dan Mintarto, M. 2014. Pengaruh Pemberian Pupuk Kalium (KNO3) terhadap Infeksi Tobacco Mosaic Virus (TMV) pada Beberapa Varietas Tembakau Virginia (Nicotiana tabacum L.). HPT, 2(1): 102-109.
Wiroatmodjo, J dan M.Najib. 1995. Pengaruh Dosis Nitrogen dan Kalium terhadap Produksi dan Mutu Tembakau Temanggung pada Tumpang Sisip Kubis-Tembakau di Pujon Malang. Agronomi, 23(2): 17-25.