Refrat Pneumonia Lobaris Dr Pri

39
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia adalah suatu radang pada parenkim paru. Proses peradangan tersebut terbanyak disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, dan jamur), selain itu dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor lain (inhalasi bahan kimia atau makanan, radiasi, dll). (1) Pneumonia lobaris sebagai penyakit yang menimbulkan gangguan pada sistem pernafasan, merupakan salah satu bentuk pneumonia yang terjadi pada lobus paru. (2,3) Pneumonia lobaris lebih sering menyerang bayi dan anak kecil. Hal ini dikarenakan respon imunitas mereka masih belum berkembang dengan baik. Tercatat bakteri sebagai penyebab tersering pneumonia lobaris pada dewasa dan anak besar adalah Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae. (4, 5, 6) Insidensi pneumonia lobaris di negara-negara yang sedang berkembang pada anak kurang dari 5 tahun diperkirakan sekitar 30% dengan angka mortalitas yang tinggi. Penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan yang mencolok walaupun ada berbagai kemajuan dalam bidang antibiotik. Hal di atas disebabkan oleh munculnya organisme nosokomial (didapat dari rumah 1

Transcript of Refrat Pneumonia Lobaris Dr Pri

Page 1: Refrat Pneumonia Lobaris Dr Pri

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pneumonia adalah suatu radang pada parenkim paru. Proses peradangan

tersebut terbanyak disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, dan jamur),

selain itu dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor lain (inhalasi bahan kimia atau

makanan, radiasi, dll).(1)

Pneumonia lobaris sebagai penyakit yang menimbulkan gangguan pada

sistem pernafasan, merupakan salah satu bentuk pneumonia yang terjadi pada

lobus paru.(2,3)

Pneumonia lobaris lebih sering menyerang bayi dan anak kecil. Hal ini

dikarenakan respon imunitas mereka masih belum berkembang dengan baik.

Tercatat bakteri sebagai penyebab tersering pneumonia lobaris pada dewasa dan

anak besar adalah Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae.(4, 5, 6)

Insidensi pneumonia lobaris di negara-negara yang sedang berkembang

pada anak kurang dari 5 tahun diperkirakan sekitar 30% dengan angka mortalitas

yang tinggi. Penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan yang mencolok

walaupun ada berbagai kemajuan dalam bidang antibiotik. Hal di atas disebabkan

oleh munculnya organisme nosokomial (didapat dari rumah sakit) yang resisten

terhadap antibiotik. Adanya organisme-organisme baru dan penyakit seperti AIDS

(Acquired Immunodeficiency Syndrome) yang semakin memperluas spektrum dan

derajat kemungkinan terjadinya pneumonia lobaris.(2)

B. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui dan memahami tentang pneumonia lobaris mengenai

definisi, etiologi dan epidemiologi, patologi dan patogenesis, manifestasi

klinis, diagnosis dan diagnosis banding, penatalaksanaan, pencegahan dan

prognosisnya.

1

Page 2: Refrat Pneumonia Lobaris Dr Pri

2. Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian Program Pendidikan Profesi di

bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

2

Page 3: Refrat Pneumonia Lobaris Dr Pri

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Pneumonia lobaris adalah peradangan pada paru dimana proses

peradangannya ini menyerang lobus paru.(2,6)

Pembagian atau penggolongan pneumonia berdasarkan atas dasar anatomis

kurang relevan dibanding pembagian pneumonia berdasar etiologinya. Berdasar

etiologinya, pneumonia dibagi : (1) bakteri (Diplococcus pneumoniae,

Pneumococcus, S.hemolyticus, S.aureus, H.influenza,dll), (2) virus (RSV,

influenza, adenovirus, CMV), (3) Mycoplasma pneumoniae, (4) Aspirasi

(makanan, kerosen, cairan amnion, benda asing), (5) Pneumonia hipostatik, (6)

Sindrom Loeffler. (3,4,5)

B. Etiologi

Pneumonia lobaris lebih sering ditimbulkan oleh invasi bakteri. Golongan

bakteri yang sering menyebabkan ataupun didapatkan pada kasus pneumonia

lobaris adalah (3,4,5):

1. Bakteri gram positif

a. Pneumococcus

b. Staphylococcus aureus

2. Bakteri gram negatif

a. Haemophilus influenzae

b. Klebsiella pneumoniae

Bakteri gram positif

1. Pneumococcus

Merupakan bakteri patogen yang paling sering ditemukan pada kasus

pneumonia. Pneumokokus dengan serotipe 1 sampai 8 menyebabkan

pneumonia pada orang dewasa lebih dari 80%, sedangkan pada anak

3

Page 4: Refrat Pneumonia Lobaris Dr Pri

ditemukan tipe 14, 1, 6 dan 9. angka kejadian tertinggi ditemukan pada usia

kurang dari 4 tahun dan mengurang dengan meningkatnya umur. Pneumonia

lobaris hampir selalu disebabkan oleh pneumokokus, ditemukan pada dewasa

dan anak besar.(3,5)

Pneumokokus jarang yang menyebabkan infeksi primer, biasanya

menimbulkan peradangan pada paru setelah adanya infeksi atau kerusakan

oleh virus atau zat kimia pada saluran pernafasan.(8)

• Patofisiologi

Organisme ini teraspirasi ke bagian tepi paru dari saluran nafas bagian

atas atau nasofaring. Awalnya terjadi edema reaktif yang mendukung

multiplikasi organisme-organisme ini serta penyebarannya ke bagian paru

lain yang berdekatan. Biasanya satu lobus atau lebih, atau bagian-bagian dari

lobus, tidak melibatkan sisa sistem bronkopulmonal. Namun, gambaran

pneumonia lobar ini sering tidak ada pada bayi, yang mungkin menderita

penyakit yang tidak lebih sempurna dan difus yang menyertai distribusi

bronkus dan yang ditandai dengan banyak daerah konsolidasi teratas di

sekeliling jalan nafas yang lebih kecil. Jarang didapatkan jejas yang

permanen.(5)

Umumnya bakteri ini mencapai alveoli melalui percikan mukus atau

saliva (droplet) dan tersering mengenai lobus bagian bawah paru karena

adanya efek gravitasi. Organisme ini setelah mencapai alveoli akan

menimbulkan respon yang khas yang terdiri dari 4 tahap yang berurutan,

yaitu :

1) Kongesti (4 s/d 12 jam pertama)

Eksudat serosa masuk ke dalam alveoli melalui pembuluh darah yang

berdilatasi dan bocor. Serta didapatkan eksudat yang jernih, bakteri

dalam jumlah yang banyak, neutrofil, dan makrofag dalam alveolus.

4

Page 5: Refrat Pneumonia Lobaris Dr Pri

2) Hepatisasi merah (48 jam berikutnya)

Paru-paru tampak merah dan bergranula karena sel-sel darah merah,

fibrin dan lekosit polimorfonuklear mengisi alveoli. Lobus dan lobulus

yang terkena menjadi padat dan tidak mengandung udara, warna

menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar. Stadium ini

berlangsung sangat singkat.

3) Hepatisasi kelabu (3 s/d 8 hari)

Lobus paru masih tetap padat dan warna merah menjadi tampak kelabu

karena lekosit dan fibrin mengalami konsolidasi di dalam alveoli dan

permukaan pleura yang terserang melakukan fagositosis terhadap

pneumococcus. Kapiler tidak lagi mengalami kongesti.

4) Resolusi (7 s/d 11 hari)

Eksudat mengalami lisis dan direabsorpsi oleh makrofag sehingga

jaringan kembali pada strukturnya semula.(2,3,5)

Bercak-bercak infiltrat yang terbentuk pada pneumonia lobaris adalah

bercak-bercak yang tidak teratur, berbeda dengan bronkopneumonia dimana

penyebaran bercaknya mengikuti pembagian dan penyebaran bronkus dan

ditandai dengan adanya daerah-daerah konsolidasi terbatas yang mengelilingi

saluran-saluran nafas yang lebih kecil.(2,3)

• Gambaran Klinis

Biasanya didahului dengan adanya infeksi saluran nafas bagian atas

selama beberapa hari. Pada bayi bisa disertai dengan hidung tersumbat, rewel

serta nafsu makan yang menurun. Suhu dapat naik secara mendadak sampai

39oC atau lebih. Anak sangat gelisah, dispneu. Kesukaran bernafas yang

disertai adanya sianosis di sekitar mulut dan hidung. Tanda kesukaran

bernafas ini dapat berupa bentuk nafas berbunyi (ronki dan friction rub di

atas jaringan yang terserang), pernafasan cuping hidung, retraksi-retraksi

pada daerah supraklavikuler, interkostal dan subkostal. Pada awalnya batuk

jarang ditemukan, tapi dapat dijumpai pada perjalanan penyakit lebih lanjut

serta sputum yang berwarna seperti karat (dahak berdarah). Lebih lanjut lagi

5

Page 6: Refrat Pneumonia Lobaris Dr Pri

bisa terjadi efusi pleura dan empiema, dimana keadaan ini dapat

menyebabkan ketinggalan gerak pada sisi yang terkena pada saat respirasi

yang dapat dilihat dengan gerakan berlebihan pada sisi yang berlawanan.

Biasanya perkusi redup pada daerah efusi dengan pengurangan fremitus dan

suara pernafasan. Suara bronkial sering ditemukan tepat di atas batas cairan

dan pada sisi yang tidak terkena.(3,5,8)

Hasil pemeriksaan fisik tergantung dari luas daerah yang terkena. Tanda-

tanda klasik konsolidasi ditemukan pada hari kedua dan ketiga penyakit. Pada

perkusi bisa ditemukan adanya suara redup, fremitus yang bertambah. Pada

auskultasi mungkin ditemukan adanya suara bronkial, ronki basah halus.(3,5)

• Diagnosis

Biasanya jumlah lekosit meningkat mencapai 15.000 – 40.000/mmk

dengan jumlah sel polimorfonuklear terbanyak, sedangkan bila didapatkan

jumlah lekosit kurang dari 5.000/mmk sering berhubungan dengan prognosis

penyakit yang buruk. Nilai hemoglobin bisa normal atau sedikit menurun. (3,5,8)

Pemeriksaan sputum harus didapatkan dari sekresi batuk dalam dan

aspirasi trakea yang dilakukan dengan hati-hati. Pada kebanyakan pasien,

pneumokokus dapat diisolasi dari sekresi nasofaring, tapi penemuan ini tidak

dapat dipandang sebagai hubungan sebab-akibat, karena 10-15% populasi

mungkin merupakan pengidap S.pneumoniae yang tidak terinfeksi. Namun,

isolasi bakteri dari darah pada cairan pleura adalah diagnosa infeksi.

Bakteremia ditemukan pada sekitar 30% penderita yang menderita

pneumonia pneumokokus. Jenis pemeriksaan berupa pemeriksaan

makroskopik, mikroskopik dan biakan.(3,5,8)

Gambaran radiologis dapat berupa konsolidasi pada satu atau beberapa

lobus. Konsolidasi dapat diperagakan dengan roentgenografi sebelum

konsolidasi ini dapat diketahui dari pemeriksaan fisik. Konsolidasi lobus pada

anak yang lebih tua tidak sesering pada bayti dan anak muda. Foto Roentgen

dapat juga menunjukkan adanya komplikasi seperti pneumotoraks,

6

Page 7: Refrat Pneumonia Lobaris Dr Pri

atelektasis, abses paru, pneumatokel, pneumotoraks, pneumomediastinum,

atau perikarditis.(3,5)

• Diagnosa banding

Pneumonia pnemokokus tidak dapat dibedakan dari pneumonia bakteri

lain atau virus tanpa pemeriksaan mikrobiologi yang tepat. Keadaan-keadaan

yang mungkin merancukan antara lain bronkiolitis, bronkitis alergika, gagal

jantung kongestif, aspirasi benda asing, atelektasis, abses paru dan

tuberkulosis.(3,5)

• Komplikasi

Dengan penggunaan antibiotika, komplikasi pneumonia bakteria

menjadi tidak lazim, walaupun infeksinya terjadi bersamaan dengan infeksi

oleh mikroorganisme lain pada temapat yang sama. Komplikasi yang sering

terjadi ialah empiema, yang terjadi sebagai akibat dari perluasan infeksi pada

permukaan flora. Empiema lebih sering terjadi pada bayi dibanding pada

anak yang lebih tua.(3,5,8)

• Penatalaksanaan

Penisilin merupakan terapi yang spesifik karena kebanyakan

pneumococcus sangat peka terhadap obat tersebut. Pada bayi dan anak-anak,

pengobatan awal dimulai dengan pemberian penisilin G dengan dosis 50.000

unit/kgBB/hari secara intramuskular dan ditambah dengan kloramfenikol 50-

75 mg/kgBB/hari atau diberikan antibiotika yang mempunyai spektrum luas

seperti ampisilin. Terapi ini dilanjutkan sampai 10 hari atau paling tidak

sampai 2 hari setelah suhu badan pasien normal. Bila didapatkan penderita

alergi penisilin maka diberikan sefalosporin dengan dosis 50 mg/kgBB/hari. .(3,5,9)

Asupan cairan per oral secara bebas dan pemberian aspirin untuk

mengatasi demam tinggi, merupakan tambahan utama untuk pengobatan

penyakit ini. Jenis cairan yang digunakan ialah campuran glkukose 5% dan

NaCl 0,9% dalam perbandingan 3:1 ditambah dengan larutan KCl 10

7

Page 8: Refrat Pneumonia Lobaris Dr Pri

mEq/500 ml botol infus. Pemberian oksigen segera untuk penderita dengan

kesukaran bernafas sebelum menjadi sianosis.(3,5,8)

• Prognosis

Dengan pemberian antibiotika yang memadai dan dimulai secara dini

pada perjalanan penyakit tersebut, maka mortalitas pneumonia lobaris akibat

bakteri pneumokokus selama masa bayi dan masa kanak-kanak sekarang

menjadi kurang dari 1% dan selanjutnya morbiditas yang berlangsung lama

juga menjadi rendah.(3,5)

2. Staphylococcus aureus

Infeksi yang disebabkan oleh organisme ini merupakan infeksi berat

yang cepat menjadi progresif dan resisten terhadap pengobatan, serta bila tidak

segera diobati dengan semestinya akan berhubungan dengan kesakitan yang

berkepanjangan dan mempunyai angka mortalitas tinggi. Penyakit

bronkopneumonia akibat organisme ini jarang ditemukan.(4,7)

Seperti pada infeksi pneumokokus, infeksi stafilokokus ini sering

didahului dengan infeksi virus pada saluran pernafasan bagian atas. Pada

umumnya terjadi pada setiap umur, 30% dari semua penderita berumur di

bawah 3 bulan dan 70% berumur di bawah 1 tahun. Epidemi penyakit ini

terjadi di dalam ruang perawatan bayi, biasanya berhubungan dengan strain-

strain organisme patologis spesifik, yang biasanya resisten terhadap berbagai

antibiotika. Bayi akan memperlihatkan penyakit dalam beberapa hari setelah

dikolonisasi atau setelah beberapa minggu kemudian. Infeksi virus pada

saluran pernafasan memegang peranan penting dalam memajukan penyebaran

stafilokokus, di antara bayi-bayi dan dalam mengubah kolonisasi menjadi

penyakit.(5)

• Patofisiologi

Stafilokokus menghasilkan bermacam-macam toksin dan enzim

misalnya hemolisin, lekosidin, stafilokinase dan koagulase. Koagulase

akan mengadakan interaksi dengan suatu faktor plasma untuk

8

Page 9: Refrat Pneumonia Lobaris Dr Pri

menghasilkan suatu zat aktif yang mengubah fibrinogen menjadi fibrin dan

selanjutnya menyebabkan pembentukan koagulan.(8)

Permukaan pleura biasanya diselubungi oleh lapisan eksudat

fibropurulen tebal, sehingga menimbulkan abses yang mengandung koloni

stafilokokus, lekosit, eritrosit dan debris nekrosis. Bila abses ini pecah

maka dapat terbentuk trombus-trombus sepsis pada daerah-daerah yang

mengalami kerusakan dan peradangan luas.(5,8)

• Gambaran Klinis

Adanya riwayat lesi-lesi kulit penderita atau anggota keluarga lain

yang disebabkan oleh staphylococcus disertai gejala-gejala infeksi saluran

pernafasan bagian atas atau bawah selama beberapa hari sampai 1 minggu.

Penderita mengalami demam bersuhu tinggi, batuk dan tanda kesukaran

pernafasan seperti takipneu, suara pernafasan yang meningkat, retraksi

dada dan subkostal, nafas cuping hidung, sianosis dan kecemasan. Pada

beberapa penderita dapat mengalami gangguan saluran cerna yang ditandai

dengan muntah-muntah, anoreksia, diare serta distensi abdomen.(3,5,8)

Pemeriksaan fisik pada awal perjalanan penyakit, suara-suara

pernafasan yang menurun, ronkhi yang tersebar dan suara-suara pernafasan

bronkhial. Bila terjadi efusi atau empiema, pada perkusi didapatkan suara

redup serta getaran-getaran suara yang berkurang pada auskultasi.(3,5,7)

• Diagnosis

Didapatkan adanya lekositosis (AL>20.000/mmk) terutama sel-sel

polimorfonuklear, pada bayi muda angka leukosit dapat tetap dalam

kisaran normal. Bila didapatkan lekopeni maka prognosisnya buruk, sering

ditemukan adanya anemia ringan sampi sedang. Biakan didapatkan dari

aspirasi trakea atau pungsi pleura, dengan pewarnaan Gram didapatkan

gambaran kokus gram positif dalam kelompok. Penemuan kuman

stafilokokus dalam nasofaring tidak bernilai diagnostik, tetapi biakan darah

mungkin positif. Pada cairan pleura menunjukkan adanya eksudat dengan

jumlah se-sel polimorfonuklear berkisar dari 300 – 100.000/mmk, protein

9

Page 10: Refrat Pneumonia Lobaris Dr Pri

di atas 2,5 g/dl dan kadar glukosa rendah yang relatif sama dengan kadar

glukosa dalam darah.(5)

Gambaran radiologis berupa infiltrat yang menyatu dan biasanya

terbatas, atau dipadatkan dan homogen dan melibatkan seluruh lobus paru

atau hemitoraks.(5,8)

• Diagnosis banding

Mengenali pneumonia stafilokokus awal pada bayi sering sukar

dilakukan. Mulainya yang mendadak dan penjelekan gejala yang cepat

harus dipertimbangkan disebabkan oleh stafilokokus sampai terbukti lain.

Riwayat furunkulosis, baru masuk rumah sakit, abses payudara ibu harus

dipertimbangkan kemungkinan diagnosa ini. Pneumonia bakteri lain yang

menyebabkan empiema atau pneumatokel dapat merancukan diagnosa,

termasuk pneumonia streptokokus, klebsiella, H. influenza, pneumonia

pneumokokus dan tuberkulosis dengan kaverna. Kadang-kadang aspirasi

benda asing yang tidak radioopak dapat memberikan gambaran klinis dan

radiologis yang sama.(5)

• Komplikasi

Karena empiema, piopneumotoraks dan pneumatokel begitu sering

ditemukan bersama pneumonia ini, sehingga mereka dianggap bagian dari

perjalanan alamiah penyakit dan bukan sebagai komplikasi. Lesi septik di

luar saluran pernafasan jarang terjadi, kecuali pada bayi muda, yang

padanya dapat terjadi perikarditis, meningitis, osteomielitis, dan abses

metastasis multipel stafilokokus pada jaringan lunak.(5,8)

• Penatalaksanaan

Terapi terdiri atas pemberian antibiotik yang tepat, drainase kumpulan

nanah, pemberian oksigen, hidrasi dan pemberian nutrisi secara intravena.

Kadang-kadang dapat diperlukan bantuan ventilasi.(5)

10

Page 11: Refrat Pneumonia Lobaris Dr Pri

Terapi pilihan yaitu dengan pemberian penisilin semi sintetik, resisten

penisilase (misal : nafsilin) 200 mg/kgBB/hari secara intra vena atau

seftriakson 100-150 mg/kgBB/hari secara intra vena atau dengan ampicilin

100 mg/kgBB/hari secara intra vena selama 14 hari, pada neonatus. Pada

bayi dan anak-anak antibiotika yang diberikan ialah sefuroksim 80-160

mg/kgBB/hari secara intra vena dengan lama pemberian selama 10 hari.

Uji resistensi pada pneumonia stafilokokus sangatlah penting karena telah

banyak yang resisten terhadap beberapa antibiotika, namun mengingat

cepatnya perjalanan penyakit maka dianjurkan untuk memberikan

antibiotika spektrum luas yang kiranya belum resisten. Untuk infeksi

stafilokokus yang membuat penisilinase dapat diberikan linkomisin 10-20

mg/kgBB/hari secara intra vena.(3,5,9)

Selain itu bisa pula dilakukan drainase pus yang terkumpul, pemberian

oksigen disertai posisi penderita setengah miring untuk mengurangi

sianosis dan kecemasan. Bila paru sudah mulai mengembang, maka pipa-

pipa drainase bisa dilepaskan. Hal ini dikarenakan pipa-pipa tersebut tidak

boleh berada di dalam rongga toraks lebih dari 5 – 7 hari.(5)

• Prognosis

Angka kesembuhan penderita mengalami kemajuan besar dengan

penatalaksanaan sekarang, angka mortalitas berkisar dari 10 – 30% dan

bervariasi dengan lamanya sakit yang dialami sebelum penderita dirawat,

umur penderita, pengobatan yang memadai serta adanya penyakit yang

menyertai. Semua penderita dengan hasil biakan staphylococcus yang

positif sebaiknya harus diuji terhadap kemungkinan fibrosis kistik dan

terhadap penyakit defisiensi imunologis.(3,5)

Bakteri gram negatif

1. Haemophilus influenzae

Infeksi yang serius akibat bakteri patogen ini lebih banyak ditemukan pada

bayi dan anak-anak, teriutama yang belum mendapatkan vaksinasi hemofilus,

11

Page 12: Refrat Pneumonia Lobaris Dr Pri

dan sangat berhubungan dengan adanya riwayat meningitis, otitis media,

infeksi traktus respiratorius dan epiglotitis.(5,8)

• Patofisiologi

Pneumonia H. influenza penyebarannya biasanya lobar, tetapi tidak ada

tanda roentgenogram dada yang khas. Terjadi infiltrat segmental,

keterlibatan lobus tunggal atau multipel, efusi pleura dan pneumatokel.

Penyebaran dari infeksi di tempat lain adalah secara hematogen. Daerah

yang terinfeksi memperlihatkan adanya reaksi peradangan dengan sel-sel

lekosit polimorfonuklear ataupun sel-sel limfosit disertai dengan

penghancuran sel-sel epitel bronkiolus secara meluas. Peradangan ini

selanjutnya menimbulkan edema yang disertai dengan perdarahan.(5,6,8)

• Gambaran Klinis

Gejala klinis yang ditimbulkan tidak jauh berbeda dengan gambaran

klinis yang diakibatkan oleh pneumokokus, pneumonia H. influenza lebih

sering mulai secara tersembunyi dan biasanya perjalanannya lama selama

beberapa minggu. Batuk hampir selalu dijumpai tapi mungkin tidak

produktif. Pada penderita di sini juga dijumpai adanya demam serta tanda

kesukaran bernafas, takipnea dan pernafasan cuping hidung.(5)

Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan suara redup yang terlokalisasi

saat perkusi serta adanya suara pernafasan bronkial; cairan pleural sering

ada pada roentgen dada pada bayi muda.(5,6,8)

• Diagnosis

Adanya biakan bakteri ini yang memberikan arti positif. Kultur

didapatkan dari darah, cairan pleura maupun dari aspirasi paru yang

memperlihatkan adanya lekositosis sedang disertai dengan limfopenia

relatif. Bila tidak ada biakan positif, uji aglutinasi lateks urin yang positif

dapat dipakai untuk mendukung diagnosis ini. Selain itu bisa pula dengan

pemeriksaan elektroforesis imunologis berlawanan (counter

immunoelectrophoresis) pada sekresi-sekresi trakea, darah, air kemih dan

12

Page 13: Refrat Pneumonia Lobaris Dr Pri

cairan pleura untuk menegakkan diagnosis lebih dini. Bila ditemukan

adanya atelektasis, bronkoskopi mungkin terindikasi untuk

mengesampingkan adanya benda asing.(5,6,8)

• Komplikasi

Sering dijumpai adanya komplikasi, terutama pada bayi muda, dan

termasuk bakteremia, perikarditis, selulitis, empiema, meningitis dan

piartrosis. Meningitis terjadi pada 15% penderita yang lebih muda pada

satu penelitian.(5)

• Penatalaksanaan

Terapi simtomatik dan suportif sama dengan terapi pada pneumonia

pneumokokus dan stafilokokus. Obat antibiotika pilihan adalah

kloramfenikol dengan dosis 100 mg/kgBB/hari dan ampisilin 100

mg/kgBB/hari atau seftriakson 100 mg/kgBB/hari secara intra vena harus

dimasukkan sebagai terapi antibiotika inisial sampai diketahui apakah

organisme penghasil penisilinase; jika strain tersebut sensitif, cukup

diberikan ampisilin 100 mg/kgBB/hari saja. Uji kepekaan dan resistensi

sangat penting.(5,9)

Tindakan drainase diindikasikan bila terdapat efusi pleura dan

piartrosis.(5)

• Prognosis

Bila respon awal terhadap pengobatan baik maka diharapkan bakteri

penyebab akan melemah dan tidak mampu lagi menyebar terlalu jauh.

Namun apabila terdapat penyakit penyerta seperti bakteremia, empiema

maka hal tersebut akan memperburuk prognosisnya.(8)

2. Klebsiella pneumoniae

Organisme ini termasuk gram negatif yang ditemukan pada traktus

respiratorius dan traktus gastrointestinal pada beberapa anak sehat. Organisme

ini jarang menimbulkan infeksi pada anak-anak. Infeksi akibat Klebsiella

13

Page 14: Refrat Pneumonia Lobaris Dr Pri

pneumoniae ini bisa timbul sebagai kasus sporadis pada neonatus. Banyak bayi

mengandung organisme ini dalam nasofaring mereka tanpa memperlihatkan

adanya tanda-tanda sakit klinis hanya sesekali saja seorang bayi mengalami

sakit berat. Bahan-bahan yang menyebarkan infeksi sehingga menularkan

adalah peralatan yang dipakai di dalam ruang pemeliharaan bayi dan alat

pelembab udara sebagai sumber-sumber utama infeksi nosokomial dengan

organisme tersebut.(8)

• Patofisiologi

Infeksi nosokomial yang timbul dari aspirasi orofaringeal. Bakteri ini

memasuki alveoli melalui peralatan yang dipakai dengan kecenderungan

merusak dinding alveolar. Daerah yang terinfeksi benar-benar mengalami

nekrosis disertai dengan adanya sejumlah pus yang banyak dan bahkan

jaringan setempat sudah fibrosis.(7)

• Gambaran Klinis

Keadaan pasien akibat infeksi Klebsiella pneumoniae ini adalah

kekakuan yang multipel pada onset yang mendadak, demam, batuk yang

produktif, nyeri pleuritis dan kelemahan yang tiba-tiba, serta dapat terjadi

hemoptisis.(7,8)

Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan adanya suara redup saat perkusi

dan adanya ronki basah kasar saat auskultasi akibat banyaknya sekresi pus

pada kavitas paru.(5,7,8)

• Diagnosis

Ditegakkan dengan pemeriksaan radiologis dengan gambaran adanya

infiltrasi pada lobus paru dan pleura-pleura yang menonjol. Kultur bakteri

yang positif didapatkan dari darah, pus di trakea serta hasil aspirasi paru.(7,8)

• Penatalaksanaan

Penggunaan antibiotik baru berupa sefalosporin generasi ketiga sangat

dianjurkan karena obat ini terbukti efektif dalam melawan bakteri ini.

Kanamisin merupakan obat pilihan yang digunakan pada neonatus. Dosis

14

Page 15: Refrat Pneumonia Lobaris Dr Pri

yang digunakan 15–20 mg/kgBB/hari secara intramuskuler setiap 8 jam

selama minimal 10 – 14 hari atau dengan gentamisin 5-7,5 mg/kgBB/hari

secara iv/im. Terapi yang diperpanjang diindikasikan untuk penyebaran

infeksi pada kavitas paru.(3,7,8,9)

Bila sudah terdapat empiema, drainase perlu dilakukan untuk fungsi

pengembangan parunya.(3,7,8)

• Prognosis

Adanya penyakit penyerta seperti bakteremia, empiema dan kerusakan

parenkim sisa bisa memperburuk keadaan dan meningkatkan angka kematian.(8)

Pneumonia aspirasi

Aspirasi ini dapat terjadi karena terminumnya minyak tanah atau bensin.

Terdapat 2 teori tentang patogenesisnya, yaitu : (1) kerosene dapat mencapai paru

setelah diabsorpsi di traktus digestivus, (2) aspirasi terjadi sewaktu menelan

kerosen, muntah atau pada saat membilas lambung. Suhu tubuh dapat meninggi

dan kesadaran dapat menurun. Pneumonia aspirasi juga dapat terjadi pada

neonatus, yang sering terjadi ialah adanya aspirasi dari cairan amnion. Pengobatan

simtomatik dan antibiotika sebagai profilaksis, dapat diberikan kombinasi

penisilin atau ampisilin dengan gentamisin. Pada umumnya pembilasan lambung

tidak dilakukan untuk menghindari terjadinya aspirasi.(3,5)

Sindrom Loeffler

Pada sindrom ini terlihat gambaran foto toraks gambaran infiltrat besar dan

kecil yang tersebar, ada yang menyerupai tuberkulosis miliaris dengan batas tidak

tegas. Infiltrat dapat berpindah-pindah dari satu lobus ke lobus lainnya atau dari

paru satu ke paru yang lain. Infiltrat ini merupakan infiltrat eosinofil oleh karena

dijumpai banyak eosinofil pada infiltrat tersebut. Pada umumnya infiltrat tersebut

dianggap sebagai reaksi alergi terhadap protein asing yang di daerah tropis

dihubungkan dengan migrasi larva cacing Ascaris lumbricoides atau lainnya, dari

15

Page 16: Refrat Pneumonia Lobaris Dr Pri

usus masuk ke peredaran darah dan paru. Darah menunjukkan eosinofilia yang

meningkat sebesar 40-70%. Penyakit ini biasanya tidak memberat dan dapat

sembuh sendiri setelah beberapa hari sampai beberapa bulan. Pengobatannya

terdiri atas antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder dan antelmintika.(3,5)

Pneumonia hipostatik

Terjadi karena adanya kongesti pada paru yang lama, misalnya pada penderita

penyakit menahun yang berbaring lama. Kongesti paru bagian belakang bawah

mengakibatkan mudahnya kuman yang biasanya terdapat secara komensal

berkembang biak dan kemudian menyebabkan peradangan pada daerah paru.

Pencegahannya ialah dengan mengubah-ubah posisi berbaring.(3,5)

Pneumonia viral

Pneumonia yang disebabkan oleh virus terutama oleh Respiratory Syncitial

Virus (RSV) dan parainfluenza virus. Pada umumnya patogenesis terjadinya

infeksi tersebut belumdiketahui secara pasti, namun pada infeksi RSV yang

menyebabkan bronkiolitis atau pneumonia didapatkan nekrosis pada epitel

bronkioler dan infiltrate limfosit serta sel mononuclear peribronkioler, kadang

dapat dijumpai penebalan interalveoler dan pengisian ruangan antara alveolus

dengan cairan.(5,10)

Gambaran Klinis

Pada infeksi RSV menyebabkan spectrum penyakit saluran nafas yang

luas. Pada bayi 25-40% infeksi melibatkan saluran pernafasan bagian

bawah, meliputi pneumonia, bronkiolitis dan trakeobronkitis. Gejala klinis

dimulai dengan rinore, sedikit demam, dan gejala sistemik ringan, seringkali

disertai adanya mengi dan batuk. Sebagian besar pasien akan sembuh dalam

waktu 1 sampa i2 minggu. Pada penyakit yang berat, dapat terjadi takipnea

dan dispnea, akhirnya dapat terjadi hipoksi yang jelas, sianosis dan apnea.

Pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya mengi, ronki dan suara abnormal

paru lainnya yang menyeluruh. Sinar X pada dada menunjukkan

16

Page 17: Refrat Pneumonia Lobaris Dr Pri

hiperekspansi, penebalan peribronkial dan berbagai infiltrat berkisar dari

infiltrat interstitial menyeluruh sampai konsolidasi segmental atau lobar.(5,10)

Pada infeksi parainfluenza, gejala yang muncul ialah coryza (rabas

hidung yang muncul banyak sekali), sakit tenggorok, serak dan batuk

dengan atau tanpa sesak (croup). Pada batuk yang menyebabkan sesak,

demam menetap, dengan coryza dan sakit tenggorok yang memburuk. Batuk

menyalak atau menyerupai suara alat musik tiup dapat diamati dan dapat

berkembang menjadi stridor yang jelas. Penyembuhan terjadi setelah 1

sampai 2 hari, meskipun kadang dapat terjadi sumbatan pada jalan nafas dan

hipoksia yang progresif. Jika berkembang menjadi bronkiolitis atau

pneumonia dapat terjadi batuk yang progresif disertai mengi, takipnea dan

peningkatan produksi sputum.(5,10)

Diagnosis

Diagnosis infeksi RSV dapat diperkirakan dari keadaan epidemiologik,

misalnya penyakit yang parah pada bayi selama wabah virus RSV dalam

masyarakat. Diagnosis secara pasti ditegakkan dengan isolasi virus dari

sekret saluran pernafasan, meliputi sputum, usapan tenggorok, atau bilasan

nasofaringeal. Virus dideteksi dalam biakan jaringan dan dapat dikebnali

secara spesifik dengan reaksi imunologis menggunakan imunofluoresens,

ELISA, atau teknik lainnya.(10)

Pencegahan dan terapi

Pengobatan infeksi virus pada saluran pernafasan bagian bawah terdiri

atas terapi pernafasan meliputi tirah baring, hidrasi, pengisapan secret dan

pemberian oksigen serta pemberian anti bronkospastik bila diperlukan. Pada

kasus yang berat, dapat dipertimbangkan pemasangan intubasi dan bantuan

pernafasan. Pada penelitian terhadap pemberian ribavirin aerosol pada

infeksi oleh RSV menunjukkan efek penyembuhan dan perbaikan gas darah.

Pada infeksi virus parainfluenza, terutama pada kasus yang berat, dapat

diberikan glukokortikoid sistemik dosis tinggi.(10)

Upaya pencegahan dapat diberikan vaksin, namun hingga sekarang

vaksin yang efektif untuk mengatasi infeksi tersebut belum ditemukan. Pada

17

Page 18: Refrat Pneumonia Lobaris Dr Pri

RSV, telah dikembangkan imunisasi dengan glikoprotein permukaan F dan

G RSV yang sudah dimurnikan atau berupa virus hidup, stabil dan sudah

dimusnahkan. Sedangkan pada virus parainfluenza belum dikembangkan

vaksin yang efektif.(10)

C. Profilaksis

Tindakan profilaksis terhadap pneumonia maupun komplikasi yang

ditimbulkannya dapat dengan pemberian vaksin. Jenis vaksin yang beredar antara

lain : vaksin pneumokokal, vaksin conjugated H. influenza tipe B, vaksin

influenza, dan vaksin varisela.(11)

Dari semua vaksin yang tersedia, sekitar 80-90% adalah vaksin jenis

pneumokokal. Kebanyakan anak-anak di atas 2 tahun dan orang dewasa

mempunyai suatu respon antigen di dalam 2-3 minggu setelah vaksinasi. Sekitar

50% pasien yang divaksinasi timbul keluhan erythema dan/atau rasa sakit di lokasi

suntikan; sekitar 1% timbul demam, mialgia; dan 5 dari 1 juta orang yang

divaksinasi timbul reaksi anafilaksis atau reaksi serius yang lain.(8,11)

Vaksinasi direkomendasikan untuk anak-anak di atas 2 tahun dan pada

orang dewasa dengan resiko tinggi terhadap infeksi pneumokokus atau terhadap

komplikasinya, termasuk juga orang dengan penyakit kardiovaskuler dan paru

yang kronis, gangguan fungsi lien, asplenia, penyakit Hodgkin's, berbagai

myeloma, DM, infeksi HIV, sirosis hepatis, alkolholism, gangguan ginjal,

transplantasi organ, atau kondisi-kondisi lain dihubungkan dengan

immunosuppression dan anak dengan nefrosis.(5,8,11)

Anak dengan penyakit sel bulan sabit atau penyebab lain asplenia perlu

profilaksis dengan penisilin disamping juga dengan vaksin pneumokokal. Infeksi

saluran nafas atas yang rekuren pada anak-anak ( otitis media dan sinusitis) bukan

suatu indikasi untuk vaksinasi. Efek perlindungan vaksin ini masih belum

diketahui. Vaksinasi ulang setelah 5 sampai 10 tahun diindikasikan bagi mereka

dengan resiko tinggi.(11)

18

Page 19: Refrat Pneumonia Lobaris Dr Pri

BAB III

KESIMPULAN

1. Insidensi pneumonia lobaris di negara-negara yang sedang berkembang pada

anak kurang dari 5 tahun diperkirakan sekitar 30% dengan angka mortalitas

yang tinggi.

2. Pneumonia lobaris adalah peradangan pada paru dimana proses peradangannya

ini menyerang lobus paru.

3. Pembagian atau penggolongan pneumonia berdasarkan atas dasar anatomis

kurang relevan dibanding pembagian pneumonia berdasar etiologinya. Berdasar

etiologinya, pneumonia dibagi : (1) bakteri, (2) virus, (3) Mycoplasma

pneumoniae, (4) Jamur, (5) Aspirasi, (6) Pneumonia hipostatik, (7) Sindrom

Loeffler.

4. Golongan bakteri yang sering menyebabkan ataupun didapatkan pada kasus

pneumonia lobaris adalah :

a. Bakteri gram positif : Pneumococcus dan Staphylococcus aureus

b. Bakteri gram negatif : Haemophilus influenzae dan Klebsiella pneumoniae

5. Diagnosa ditegakkan dari manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang yang

meliputi laboratorium darah, pemeriksaan sputum, roentgenogram dada dan

serologis.

6. Penatalaksanaan berdasar etiologi dari pneumonia lobaris dan uji kepekaan

terhadap antibiotika penting untuk dilakukan.

7. Tindakan vaksinasi pada beberapa kasus dapat dipertimbangkan pada kondisi-

kondisi tertentu.

19

Page 20: Refrat Pneumonia Lobaris Dr Pri

DAFTAR PUSTAKA

1. Budiono E, Hidyam B, Berkala Ilmu Kedokteran, dalam Pola Kuman

Pneumonia pada Penderita di RSUP Dr. Sardjito 1995 – 1998, Vol. 32, No. 3,

Penerbit FK UGM, Yogyakarta, 2000, hal: 161-164.

2. Price SA, Wilson LM, Pathophysiology: Clinical Concepts of Disease

Processes (Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit), Edisi 4, Penerbit

EGC, Jakarta, 1995, hal: 709-712.

3. Alatas H, Hasan R (ed), Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak, Percetakan

Infomedika, Jakarta, 1986, hal: 1228-1235.

4. Soeparman, Waspadji S (ed), Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit

FKUI, Jakarta, 1995, hal: 695-705.

5. Behrman RE, Vaughan VC, Nelson Ilmu Kesehatan Anak, Bagian II, Edisi 12,

Penerbit EGC, Jakarta, 1992, hal: 617-628.

6. Kumala P, dkk (ed), Kamus Saku Kedokteran Dorland, Edisi 25, Penerbit

EGC, Jakarta, 1998, hal: 167.

7. Bordow RA, Moser KM (ed), Manual of Clinical Problems in Pulmonary

Medicine with Annotated Key References, 2nd edition, Little Brown & Co (Inc.),

USA, 1986, pp: 85-105.

8. Rudolph AM, et al, Pediatrics, 14th edition, Appleton & Lange, California,

1987, pp:1427-1428.

9. Shulman TS, et al, Paduan penyakit Infeksi dan Terapi Antimikroba pada

Anak, EGC, Jakarta, 2001, hal 496-522.

20

Page 21: Refrat Pneumonia Lobaris Dr Pri

10. isselbacher, et al, Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 13,

Vol. 2, Penerbit EGC, Jakarta, 1995, hal. 906-909.

11. Shah Ira, Pneumonia in Children, http://

www.pediatriconcall.com/fordoctor/DiseasesandCondition/Faqs/Pneumonia.asp,

2001.

21

Page 22: Refrat Pneumonia Lobaris Dr Pri

REFERAT

PNEUMONIA LOBARISDisusun untuk memenuhi syarat mengikuti ujian akhir

di Bagian Ilmu Kesehatan Anak Program Pendidikan ProfesiRSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

Disusun oleh:

Rizka Irfansyah98310199

Dosen Pembimbing

Dr. Priyono BS, Sp. A.

SMF ILMU KESEHATAN ANAK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

RSUD PROF.DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

2003

22

Page 23: Refrat Pneumonia Lobaris Dr Pri

LEMBAR PENGESAHAN

Referat dengan judul

PNEUMONIA LOBARIS

Telah dipresentasikan dan disetujui oleh pembimbing pada

Hari/ tanggal: Sabtu, 06 Februari 2004

Di RSMS Purwokerto

Disusun Oleh:

Rizka Irfansyah

98310199

PEMBIMBING

(dr. Priyono BS, Sp.A.)

23

Page 24: Refrat Pneumonia Lobaris Dr Pri

PRAKATA

Assalamu’alaikum wr. wb.,

Alhamdulillahirabbil’alamin, dengan memanjatkan puji syukur yang tak

terhingga kehadirat Allah swt. akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas referat

yang berjudul Pneumonia Lobaris ini. Sholawat dan salam tak lupa penulis haturkan

kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW.

Referat ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat pendidikan profesi

Kedokteran pada Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih yang setulus-

tulusnya kepada:

1. dr. Priyono BS, Sp.A. selaku dosen pembimbing referat

2. Rekan-rekan Co-Asisten ,serta semua pihak yang telah membantu dalam

penulisan referat ini.

Penulisan referat ini masih jauh dari sempurna, karena itru penulis

mengharapkan saran dan kritik yang berguna. Semoga untuk selanjutnya tulisan ini

dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Purwokerto, November 2003

Penulis

24

Page 25: Refrat Pneumonia Lobaris Dr Pri

DAFTAR ISI

Halaman sampul........................................................................................

Halaman pengesahan.................................................................................

Prakata ......................................................................................................

Daftar isi....................................................................................................

BAB I

Pendahuluan .............................................................................................

A. Latar Belakang..............................................................................

B. Tujuan Penulisan ..........................................................................

BAB II

Tinjauan Pustaka.......................................................................................

A. Definisi .........................................................................................

B. Etiologi .........................................................................................

Bakteri Gram Positif ....................................................................

1. Pneumococcus ........................................................................

2. Staphylococcus aureus ...........................................................

Bakteri Gram Negatif ...................................................................

1. Haemophilus influenza ..........................................................

2. Klebsiella pneumoniae ...........................................................

Pneumonia aspirasi……………………………………………...

Sindrom Loeffler………………………………………………...

Pneumonia hipostatik……………………………………………

Pneumonia viral…………………………………………………

C. Profilaksis .....................................................................................

BAB III

Kesimpulan ..............................................................................................

Daftar Pustaka

i

ii

iii

iv

1

1

1

3

3

3

3

3

8

12

12

14

15

15

16

16

18

19

25