Refleksi Kasus - Siti Rahma - Neurodermatitis

15
REFLEKSI KASUS NEURODERMATITIS NAMA : SITI RAHMA NO. STAMBUK : N 111 14 015 PEMBIMBING : dr. NUR HIDAYAT , SP.KK DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS TADULAKO PALU 2015

description

REFKA

Transcript of Refleksi Kasus - Siti Rahma - Neurodermatitis

REFLEKSI KASUSNEURODERMATITIS

NAMA : SITI RAHMANO. STAMBUK : N 111 14 015PEMBIMBING : dr. NUR HIDAYAT , SP.KK

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMINFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS TADULAKOPALU2015

STATUS PASIEN BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMINRSUD UNDATA PALU

I. IDENTITAS PASIEN1. Nama pasien : Ny. T2. Umur: 61 tahun3. Alamat : Desa Toaya 4. Jenis kelamin: Perempuan5. Agama : Islam6. Pekerjaan : Pensiunan PNS7. Tanggal pemeriksaan: 25 April 2015

II. ANAMNESIS1. Keluhan utama : Gatal-gatal dan nyeri pada bokong dan tengkuk2. Riwayat penyakit sekarang :Pasien datang ke poli kulit dan kelamin dengan keluhan gatal-gatal dan nyeri pada bokong. Pasien juga mengeluh gatal-gatal pada tengkuk yang dialami sejak bertahun-tahun dan mulai memberat sejak 3 bulan dan disertai dengan menebalnya kulit. Gatal-gatal ini sering hilang timbul. Gatal-gatal dirasakan terutama jika pasien banyak beraktivitas dan kelelahan. Lokasi gatal-gatal ini selalu berulang ditempat yang sama. Rasa gatal ini menghilang dengan garukan hingga timbul rasa nyeri. Rasa nyeri juga dikeluhkan terutama pada bagian bokong.

3. Riwayat penyakit dahulu : Pasien sering mengeluhkan keluhan yang sama sebelumnya. Tidak ada riwayat asma atau rhinitis alergi. Pasien menderita diabetes melitus sejak tahun 2008 dan menjalani pengobatan dengan suntikan insulin. Tidak ada riwayat alergi obat Tidak ada riwayat alergi makanan4. Riwayat penyakit keluarga :Saudara-saudara kandung pasien juga mempunyai keluhan yang sama dengan pasien.

III. PEMERIKSAAN FISIK1. Status generalis : Kondisi umum : Sakit ringanStatus gizi: BaikKesadaran: Komposmentis2. Tanda vital :Tekanan darah : 140/90 mmHgNadi: 80 x/menitRespirasi: 16 x/menitSuhu: 37 C3. Hygiene : baik4. Status dermatologis:Kepala: tampak plak eritema disertai dengan skuama, bagian tepi hiperpigmentasi, berbatas tegas, dan likenifikasi pada tengkuk.Leher: tidak ada ujud kelainan kulitDada: tidak ada ujud kelainan kulitPerut: tidak ada ujud kelainan kulitPunggung: tidak ada ujud kelainan kulitBokong: tampak plak eritema disertai dengan skuama, hiperpigmentasi pada bagian tepi, dan likenifikasi pada kedua sisi bokong. Ekstremitas atas: tidak ada ujud kelainan kulitEkstremitas bawah: tidak ada ujud kelainan kulitKel. limfe: tidak ada pembesaran kelenjar limfe

IV. GAMBAR

Gambar 1. Tampak plak eritema disertai dengan skuama, bagian tepi hiperpigmentasi, berbatas tegas, likenifikasi, dan menebal pada tengkuk.

Gambar 2. Tampak plak hiperpigmentasi dan likenifikasi pada kedua sisi bokong.

Gambar 3. Tampak plak eritema disertai dengan skuama, hiperpigmentasi pada bagian tepi, likenifikasi dan menebal pada kedua sisi bokong.

V. RESUMESeorang wanita berusia 61 tahun, Pasien datang ke poli kulit dan kelamin dengan keluhan gatal-gatal dan nyeri pada bokong. Pasien juga mengeluh gatal-gatal pada tengkuk yang dialami sejak bertahun-tahun dan mulai memberat sejak 3 bulan dan disertai dengan menebalnya kulit. Gatal-gatal ini sering hilang timbul. Gatal-gatal dirasakan terutama jika pasien banyak beraktivitas dan kelelahan. Lokasi gatal-gatal ini selalu berulang ditempat yang sama. Rasa gatal ini menghilang dengan garukan hingga timbul rasa nyeri. Rasa nyeri juga dikeluhkan terutama pada bagian bokong. Riwayat DM sejak tahun 2008 dan dalam pengobatan dengan suntikan insulin. Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama.Pasien datang ke poli dalam keadaan komposmentis dan status gizi yang baik. Tekanan darah 140/90 mmHg, Nadi 80x/menit, respirasi 16x/menit, suhu 37C. Status dermatologis, Tampak plak eritema disertai dengan skuama, bagian tepi hiperpigmentasi, berbatas tegas, dan likenifikasi pada tengkuk. Tampak plak eritema disertai dengan skuama, hiperpigmentasi pada bagian tepi,dan likenifikasi pada kedua sisi bokong.VI. DIAGNOSIS BANDING1. Neurodermatitis 2. Tinea cruris

VII. ANJURAN PEMERIKSAAN1. Histopatologi

VIII. DIAGNOSIS KERJANeurodermatitis

IX. PENATALAKSANAAN1. Non medikamentosa Tidak menggaruk lesi yang gatal untuk mencegah perburukan dan infeksi sekunder. Menjaga kadar gula darah dalam batas normal.2. Medikamentosa Topikal Kortikosteroid poten: Clobetasol krim 0,05% Sistemik Antihistamin H1: loratadin 20 mg per hari jika gatal

X. PROGNOSIS1. Qua ad vitam: ad bonam2. Qua ad fungsionam: ad bonam3. Qua ad cosmeticam: ad bonam4. Qua ad sanationam: dubia ad bonam

PEMBAHASAN

Seorang wanita berusia 61 tahun, Pasien datang ke poli kulit dan kelamin dengan keluhan gatal-gatal dan nyeri pada bokong. Pasien juga mengeluh gatal-gatal pada tengkuk yang dialami sejak bertahun-tahun dan mulai memberat sejak 3 bulan dan disertai dengan menebalnya kulit. Gatal-gatal ini sering hilang timbul. Gatal-gatal dirasakan terutama jika pasien banyak beraktivitas dan kelelahan. Lokasi gatal-gatal ini selalu berulang ditempat yang sama. Rasa gatal ini menghilang dengan garukan hingga timbul rasa nyeri. Rasa nyeri juga dikeluhkan terutama pada bagian bokong. Riwayat DM sejak tahun 2008 dan dalam pengobatan dengan suntikan insulin. Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama.Pasien datang ke poli dalam keadaan komposmentis dan status gizi yang baik. Tekanan darah 140/90 mmHg, Nadi 80x/menit, respirasi 16x/menit, suhu 37C. Status dermatologis, Tampak plak eritema disertai dengan skuama, bagian tepi hiperpigmentasi, berbatas tidak tegas, menebal dan likenifikasi pada tengkuk. Tampak plak eritema disertai dengan skuama, hiperpigmentasi pada bagian tepi, menebal dan likenifikasi pada kedua sisi bokong.Diagnosis neurodermatitis atau Lichen Simplex Chronicus didasarkan atas hasil anamnesis yang cermat dan pemeriksaan klinis yang teliti. Pasien mengeluh gatal sekali, dan bila timbul pada malam hari dapat mengganggu tidur. Rasa gatal memang tidak terus menerus, biasanya pada waktu tidak sibuk, bila muncul sulit ditahan untuk tidak digaruk. Penderita merasa enak bila digaruk; setelah luka, baru hilang rasa gatalnya untuk sementara (karena diganti dengan rasa nyeri).1Pada pemeriksaan klinis ditemukan plak eritema disertai dengan skuama, bagian tepi hiperpigmentasi, berbatas tegas, dan likenifikasi pada tengkuk. Predileksi neurodermatitis tersering pada wanita adalah bagian tengkuk (nuchal area) dan sering disangka sebagai psoriasis vulgaris. Kemudian terdapat pula pada bagian bokong dengan tampakan plak eritema disertai dengan skuama, hiperpigmentasi pada bagian tepi, dan likenifikasi. Gambaran ini khas untuk neurodermatitis. Lesi pada awalnya berupa lesi tunggal dengan tampilan eritematosa, sedikit edematosa, lambat laun edema dan eritema menghilang, bagian tengah berskuama dan menebal, likenifikasi dan ekskoriasi; sekitarnya hiperpigmentasi, batas dengan kulit normal tidak tegas.1,2Neurodermatitis adalah peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip, ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit kayu, akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai rangsangan pruritogenik. Pruritus memainkan peran sentral dalam timbulnya pola reaksi kulit berupa likenifikasi. Hipotesis mengenai pruritus dapat oleh karena adanya penyakit yang mendasari, misalnya gagal ginjal kronik, penyakit obstruksi saluran empedu, limfoma Hodgkin, hipertiroidia, penyakit kulit seperti dermatitis kontak alergik, gigitan serangga, dermatitis atopik, penyakit atopik lainnya, dan aspek psikologik dengan tekanan emosi. Tekanan emosi pada pasien yang mempunyai predisposisi untuk terjadi neurodermatitis dapat berperan mengiduksi sensasi pruritus dan membuat aktivitas menggaruk menjadi suatu kebiasaan yang tidak disadari. 1,2,3Neurodermatitis tidak biasa terjadi pada anak, tetapi pada usia dewasa ke atas; puncak insiden pada usia antara 30 sampai 50 tahun. Wanita lebih sering menderita penyakit kulit ini daripada pria. Letak lesi dapat timbul dimana saja, tetapi yang biasa ditemukan adalah kulit kepala, tengkuk (lebih sering pada wanita), samping leher, lengan bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum, perianal, paha bagian medial, lutut, tungkai bawah lateral, pergelangan kaki bagian depan, dan punggung kaki. Penatalaksaan dapat dilakukan dengan mengedukasi pasien untuk tidak menggaruk lesi karena dapat memperburuk penyakitnya dan berisiko untuk terjadinya infeksi sekunder. Pengobatan menggunakan kortikosteroid topikal golongan poten dapat dilakukan sebagai pilihan pengobatan terkini karena dapat menurunkan inflamasi dan gatal serta dapat mengurangi hiperkeratosis secara perlahan. Oleh karena lesi ini kronik, kebanyakan pengobatan akan terjadi seumur hidup. Pada lesi yang lebih luas dan lebih aktif, kortikosteroid topikal golongan mid-poten dapat dipilih untuk mengobati inflamasi akut. Kortikosteroid topikal mid-poten tidak direkomendasikan untuk kulit yang tipis (misalnya, vulva, skrotum, aksila, wajah). Kortikosteroid topikal potensi kuat dapat digunakan selama 3 minggu pada kulit yang lebih tebal. Pada pasien ini dipilih clobetazol krim 0,05% sebagai kortikosteroid topikal poten.1,3,4,5Keluhan gatal pasien dapat diberikan anti-pruritus sistemik yaitu antihistamin H1. Pada pasien ini diberikan Loratadin 20 mg per hari jika gatal. Loratadin masuk ke dalam golongan piperidin generasi kedua. Golongan ini sangat selektif untuk reseptor H1, kerja antikolinergik tidak signifikan, dan penetrasinya buruk ke dalam SSP. Semua sifat ini tampaknya membuat antihistamin piperidin memiliki angka kejadian efek samping yang rendah.4,5Pada neurodermatitis, antipruritus yang dapat diberikan dapat berupa antihistamin yang mempunyai efek sedatif misalnya hidroksizin. Hidroksizin merupakan antihistamin H1 generasi pertama golongan piperazin. Hidroksizin adalah senyawa kerja-panjang (durasi kerja 6-24 jam) yang dipakai secara luas untuk alergi kulit; aktivitas antidepresan-SSP hidroksizin yang kuat kemungkinan ikut menyebabkan kerja antipruritus yang menonjol. Dosis dewasa dapat diberikan 25-100 mg per hari dengan sediaan tablet 25 mg dapat dikonsumsi tiga kali sekari jika gatal dirasakan sangat mengganggu. Efek sampingnya mengantuk dan gangguan saluran pencernaan ringan. Pengobatan antipruritus lain dapat diberikan secara topikal misalnya doxepin krim 5%. Doxepin merupakan suatu antidepresan trisiklik dan merupakan salah satu antihistamin paling poten yang tersedia. Penggunaan doxepin ini dapat dilakukan dalam jangka pendek (maksimum 8 hari). Antipruritus topikal ini hanya digunakan jika antipruritus sistemik tidak mempunyai efek pada pasien.1,3,4,5Diagnosis banding untuk pasien ini antara lain tinea cruris dan psoriasis vulgaris. Diagnosis banding tinea cruris didasarkan atas predileksi lesi pada pasien ini adalah daerah bokong. Diagnosis banding neurodermatitis lain adalah psoriasis vulgaris. Hal ini didasarkan atas predileksi neurodermatitis pada daerah tengkuk (lichen nuchae) yang dapat melebar hingga ke skalp. Namun gambaran klinis berupa kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu merupakan gambaran yang khas untuk neurodermatitis. Diagnosis juga dapat ditegakkan dengan tidak adanya gambaran tetesan lilin pada pemeriksaan plak seperti pada psoriasis vulgaris.1,2

Referensi

1. Sularsito S A dan Djuanda S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin: Neurodermatitis sirkumskripta. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013.2. Wolff K, Johnson R A, Saavedra A P. Fitzpatricks Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology 7th Edition. United States: McGraw Hill, 2013.3. Hogan D J. Lichen Simplex Chronicus. Diakses dari http://emedicine.medscape.com/article/1123423-overview pada tanggal 26 April 2015.4. Katzung B et al. Farmakologi Dasar & Klinik. Edisi 10. Jakarta: EGC; 2010.5. Brunton et al. Goodman & Gilman Manual Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2011.