Makalah bu rahma kelompok
-
Upload
hasanahtanjung -
Category
Documents
-
view
4.590 -
download
4
Transcript of Makalah bu rahma kelompok
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Instalasi farmasi merupakan satu-satunya bagian unit rumah sakit yang
betanggung jawab penuh atas pengelolaan dan penyediaan seluruh sediaan
farmasi yang beredar di rumah sakit. Mulai dari perencanaan, pemilihan,
penetapan spesifikasi, pengadaan, pengendalian mutu, penyimpanan,
distribusi bagi penderita, pemantauan efek dan pemberian informasi. Instalasi
farmasi merupakan salah satu penunjang medis yang mempunyai peranan
penting dalam kelancanran pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Menurut Quick (1997), pembelanjaan untuk obat menghabiskan 40% dari
total anggaran rumah sakit, sehingga pengelolaan harus dilakukan dengan
efektif dan efisien agar kelancaran pelayanan kesehatan tidak terganggu dan
pendapatan rumah sakit juga dapat ditingkatkan. Selain sebagai cost center,
instalasi juga merupakan revenue centre. Pengelolaan unit farmasi dengan
baik akan menyokong unit-unit lainnya, terutama unit yang tidak berperan
sebagai revenue centre.Lebih dari 90% pelayanan kesehatan Rumah Sakit
menggunakan perbekalan Farmasi (obat-obatan), bahan kimia, radiologi,
bahan alat kesehatan habis pakai, alat kedokteran dan gas medik).
Adanya pelayanan yang cepat, tepat dan informatif berarti meningkatkan
mutu pelayanan pada pasien. Untuk mengembangkan manajemen institusi
jasa Rumah Sakit maka perlu diadakan pengendalian sistem informasi yang
memadai khususnya pada bagian Gudang Farmasi. pengolahan data
hendaknya dilakukan dengan cermat, cepat dan teratur. Sehingga tidak
menyebabkan lambatnya informasi data yang dihasilkan, dikarenakan sistem
pengolahan data terutama pada bagian Gudang Farmasi yang masih manual.
Dengan harapan pemanfaatan teknologi informasi lebih optimal terutama
pada bidang sistem pengolahan data yang terkomputerisasi yang nantinya
dapat membantu pengolahan data yang lebih kompleks sehingga informasi
yang dihasilkan dapat mendukung pihak manajemen Rumah Sakit.
B. Tujuan Penulisan Makalah
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui pengembangan sistem
Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Rumah Sakit
Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan
gabungan alat ilmiah khusus dan rumit, dan di fungsikan oleh berbagai
kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani
masalah medik modern, yang semuanya terikat bersama-sama dalam maksud
yang sama, untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik.
B. Klasifikasi Rumah Sakit
Berdasarkan klasifikasi Rumah Sakit Umum Pemerintah Pusat dan
Daerah. Rumah Sakit dibagi menjadi kelas A, B, C, dan kelas D. Klasifikasi
tersebut didasarkan pada unsur pelayanan, ketenagaan, fisik, dan peralatan.
1. Rumah sakit umum kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan
subspesialistik luas.
2. Rumah sakit umum kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya 11
spesialistik dan subspesialistik terbatas.
3. Rumah sakit umum kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar.
4. Rumah sakit umum kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar.
C. Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu bagian di rumah sakit
dibawah pimpinan seorang apoteker sesuai dengan Surat Keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 547/MenKes/SK/VI/1994 dan dibantu oleh beberapa orang
apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan perundang - undangan yang
berlaku, dan merupakan tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang
bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian.
D. Jenis Biaya
1. Berdasarkan sifat dan kegunaannya :
a. Biaya Investasi
Adalah biaya yang manfaatnya dapat dipergunakan selama lebih dari
satu tahun. Patokan satu tahun didasarkan pada kelaziman bahwa
perencanaan anggaran biasanya dilakukan setiap tahun. Termasuk
klasifikasi biaya investasi umumnya adalah biaya gedung, biaya alat
medis, maupun biaya alat non medis.
b. Biaya Pemeliharaan
Adalah biaya yang fungsinya untuk mempertahankan atau
memperpanjang kapasitas barang investasi
c. Biaya Operasional
Adalah biaya yang diperlukan untuk memfungsikan atau
mengoperasikan barang investasi. Termasuk dalam klasifikasi ini
adalah biaya personil, biaya bahan, biaya makan, biaya alat tulis
kantor, biaya listrik, telepon, dan air.
2. Berdasarkan hubungannya dengan jumlah produk (output)
a. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Adalah biaya yang besarnya relatif tidak dipengaruhi oleh jumlah
output atau produk yang dihasilkan. Termasuk dalam klasifikasi ini
adalah barang investasi, sehingga biaya tetap umumnya adalah biaya
investasi.
b. Biaya Variabel
Adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh banyaknya produksi.
c. Berdasarkan fungsinya dalam proses produksi
1)Biaya Langsung
Adalah biaya yang manfaatnya langsung merupakan bagian dari barang atau
produk yang dihasilkan misalnya biaya bahan makanan.
2)Biaya Tidak Langsung
Adalah biaya yang manfaatnya tidak menjadi bagian langsung (melekat)
dalam produk, akan tetapi merupakan biaya yang diperlukan untuk
menunjang unit-unit produksi.
3. Metode Distribusi Biaya
a) Metode distribusi sederhana
Merupakan metode yang paling sederhana pelaksanaan perhitungannya.
Metode ini mengabaikan adanya kemungkinan kaitan antar unit penunjang
dan hanya mengakui adanya kaitan antara unit penunjang dengan unit
produksi yang relevan yaitu yang secara fungsional diketahui mendapat
dukungan dari unit penunjang tersebut. Dengan demikian hanya akan
terjadi alokasi biaya dari unit penunjang ke unit produksi dengan
menggunakan dasar alokasi yang sesuai dengan unit penunjang masingmasing.
Kelemahan metode ini adalah asumsi bahwa dukungan fungsional
hanya terjadi antara unit penunjang dengan unit produksi, padahal dalam
praktik diketahui bahwa antar sesama unit penunjang bisa juga terjadi
transfer jasa.
b) Metode distribusi anak tangga
Distribusi biaya dilakukan dari unit penunjang ke unit penunjang lain dan
unit produksi. Distribusi biaya dilakukan secara berturut-turut mulai
dengan unit penunjang yang biayanya terbesar didistribusikan ke unit-unit
lain (penunjang dan produksi yang relevan). Distribusi dilanjutkan dengan
unit penunjang lain yang biayanya nomor dua terbesar dan terus dilakukan
sampai semua biaya dari unit penunjang habis didistribusikan unit
produksi. Kelemahannya distribusi hanya terjadi searah, seakan-akan
fungsi saling menunjang antar unit penunjang hanya terjadi sepihak,
padahal dalam kenyataannya bisa terjadi timbal balik.
c) Metode distribusi ganda
Tahap pertama dilakukan distribusi biaya yang dikeluarkan di unit
penunjang ke unit penunjang lain dan unit produksi. Hasilnya sebagian
biaya unit penunjang sudah didistribusikan ke unit produksi, akan tetapi
sebagian masih berada di unit penunjang. Tahap kedua seluruh biaya
(alokasi) yang ada di unit penunjang dipindahkan ke seluruh unit produksi
terkait untuk mendapatkan biaya total akhir dari suatu unit produksi yang
merupakan penjumlahan dari biaya asli dan biaya alokasi yang didapat,
dihitung biaya satuan dengan membagi biaya tersebut jumlah layanan yang
diberikan oleh unit tersebut selama tahun yang sama.
d) Metode distribusi multipel
Melakukan distribusi secara lengkap antara sesama unit penunjang, dari
unit penunjang ke unit produksi dan antara sesama unit produksi. Metode
ini sangat sulit dilakukan karena diperlukan catatan hubungan kerja antara
unit-unit produksi yang sangat banyak.
4. Analisis Biaya Pelayanan Rumah Sakit
Menurut Asta Qauliyah (2007) dalam Analisis Biaya Pelayanan Rumah Sakit,
analisis biaya adalah suatu proses mengumpulkan dan mengelompokkan data
keuangan rumah sakit untuk memperoleh dan menghitung biaya output jasa
pelayanan rumah sakit. Secara khusus tujuan kegiatan analisis biaya adalah
mendapatkan gambaran mengenai unit atau badan yang merupakan pusat biaya
(Cost Center), Pusat pendapatan (revenue center), dan gambaran mengenai
biaya investasi, biaya operasional, biaya pemeliharaan, pendapatan rumah sakit
serta biaya satuan pelayanan rumah sakit.
5. Prinsip Dasar Analisis Biaya Rumah Sakit
Prinsip dasar analisis biaya rumah sakit sebagai berikut :
a) Analisis biaya dilakukan untuk biaya yang dikeluarkan dalam kurun waktu
satu tahun anggaran
b) Melakukan pemetaan biaya klasifikasi biaya dan lokasi biaya
c) Melakukan penyederhanaan semua biaya dari berbagai sumber menjadi
biaya operasional dan biaya investasi
d) Biaya operasional yaitu biaya yang dikeluarkan bersifat berulang-ulang
misalnya setiap bulan
e) Biaya investasi biasanya tidak berulang dan berlangsung setahun atau
lebih misalnya biaya pembelian alat-alat medis, pembangunan gedung.
f) Untuk menghitung biaya asli pada masing-masing pusat biaya harus
memperhatikan unsur biaya yang dibutuhkan oleh pusat biaya tersebut.
Pusat biaya adalah unit kerja yang memerlukan biaya untuk menjalankan
misi yang diembannya. Dirumah sakit pada dasarnya adalah pusat biaya (
Cost Center) baik yang menghasilkan (Pusat Pendapatan) maupun yang
tidak menghasilkan pendapatan (Pusat Pengeluaran). Unit yang
menghasilkan pendapatan disebut pusat biaya produksi (revenue center)
dan yang tidak menghasilkan pendapatan disebut pusat biaya penunjang.
g) Untuk menghitung biaya satuan (Unit Cost) unit pelayanan tertentu,
seperti rawat inap yang dihasilkan dipusat biaya produksi. Semua biaya
yang terpakai di pusat biaya penunjang perlu didistribusikan kepusat biaya
produksi.
h) Dalam rangka pendistribusian biaya ( dari pusat biaya penunjang kepusat
biaya produksi) harus diperhatikan data dasar alokasi yang sebaiknya
dilakukan.
6. Langkah-langkah dalam Analisis Biaya
a) Langkah pertama
Melakukan identifikasi sumber biaya yang didapat oleh rumah sakit untuk
melaksanakan kegiatannya. Untuk itu diperlukan adanya rincian setiap
biaya yang dikeluarkan per unit layanan/kegiatan.
b) Langkah kedua
Melakukan identifikasi pusat-pusat biaya (cost centers) yang terdapat
dalam rumah sakit yaitu setiap unit struktural maupun fungsional dalam
rumah sakit yang memerlukan biaya dalam melaksanakan kegiatannya.
Umumnya pusat-pusat biaya ini dapat dikelompokkan dalam dua jenis
yakni.
1) Pusat biaya pemasukan / produksi (revenue producing cost center)
yaitu unit yang langsung memberikan pelayanan kepada pasien atau
dapat dikatakan unit yang dapat mengklaim langsung output pasien,
contoh unit rawat inap.
2) Pusat biaya pengeluaran / produksi (non revenue producing centers)
yaitu unit yang keberadaannya menunjang unit produksi, contoh
instalasi gizi, instalasi laundry, bagian keuangan.
c) Langkah Ketiga
Menghitung besarnya biaya asli dari tiap-tiap unit penunjang dan
produksi yang diuraikan menurut jenis biaya ( investasi dan operasional )
dan komponen-komponennya. Komponen biaya investasi antara lain
biaya gedung, peralatan medis dan non medis. Komponen biaya
operasional antara lain, honorarium, obat, alat tulis medis (kasa, kapas
dll). Biaya asli setiap unit penunjang dan produksi ini adalah semua biaya
yang telah digunakan untuk waktu tertentu, biasanya satu tahun.
Untuk menghitung biaya investasi dalam setahun termasuk biaya
penyusutan, dalam hal ini menggunakan metode Annualized Invesment
Cost (AIC)
d) Langkah keempat
Setelah hasil dari langkah ketiga diperoleh, maka langkah selanjutnya
yaitu memindahkan biaya asli setiap unit penunjang kesetiap unit
produksi yang terkait. Hal ini disebut dengan mengalokasikan biaya
karena pada dasarnya unit penunjang akan memindahkan biaya asli yang
secara berbeda jumlahnya ke unit-unit produksi terkait, maka tidak akan
ada lagi biaya yang tersisa disatu unit penunjang.
Dengan demikian biaya akhir yang ada disetiap unit produksi itu sendiri
ditambah dengan biaya tindakan dari unit penunjang. Untuk mendapatkan
biaya satuan (unit cost) layanan yang diberikan selama setahun yang
sama. Kegiatan alokasi biaya ini dilakukan untuk setiap jenis biaya dan
komponennya masing-masing.
Untuk dapat dilakukan alokasi biaya dengan benar maka harus dilakukan
dua langkah.
1) Langkah pertama
Melakukan identifikasi hubungan atau kaitan antara unit penunjang
dengan unit produksi.
2) Langkah kedua
Menentukan ukuran dasar alokasi yang akan digunakan artinya jika
ingin mengalokasikan biaya dari bagian administrasi keunit lainnya,
maka harus ditentukan terlebih dahulu ukuran-ukuran dasar yang
dipakai, dalam hal ini biasanya digunakan jumlah pegawai.
Dengan demikian setiap alokasi biaya dari bagian administrasi akan
dialokasikan dengan menggunakan jumlah seluruh pegawai rumah
sakit sebagai penyebut kemudian dikalikan ke masing-masing unit
produksi berdasarkan jumlah pegawai di unit yang bersangkutan.
Selain jumlah pegawai pada unit administrasi sebagai dasar alokasi
biaya dari unit penunjang ke unit produksi. Alokasi pada unit
penunjang lain seperti biaya instalasi laundry, instalasi gizi dapat
dialokasikan pada unit-unit produksi dengan dasar alokasi sebagai
berikut:
• Cuci/Laundry : jumlah potong pakaian, jumlah kg yang dicuci
• Kebersihan : meter persegi luas lantai
• Dapur : porsi makan
• Umum : volume biaya yang terdapat di masing – masing unit
e) Setelah seluruh biaya langsung (biaya operasional/variable) maupun biaya
tidak langsung (Biaya umum administrasi serta pemeliharaan) seluruhnya
telah dialokasikan ke unit instalasi yang dianalisis selanjutnya seluruh
biaya tersebut dialokasikan ke masing-masing kelas rawat inap sesuai
dengan proporsi dasar alokasi seperti jumlah pendapatan, jumlah
pegawai.
f) Biaya-biaya kemudian digolongkan baik pada level unit maupun aktivitas
kemudian membagi biaya pada masing-masing kelas rawat inap sesuai
dengan unit maupun aktivitas penggeraknya dalam hal ini porsi makan,
berat cucian serta hari rawat sehingga diperolehlah unit cost masingmasing
unit serta aktivitas dalam suatu kelas rawat inap.
7. Cost Recovery Rate
Setelah diperoleh hasil biaya total dan biaya satuan maka dilakukan
perbandingan antara biaya dan pendapatan unit rawat inap. Hasil yang
diharapkan adalah didapatkannya nilai persentase kemampuan suatu unit rawat
inap menutup biayanya dari pendapatan retribusi pasien dibandingkan dengan
perhitungan biaya atau disebut Cost Recovery Rate total.
BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN
Dr. Donnie Damara, M.Kes bermaksud menyusun Rencana Strategis Bisnis
bagi RSUD X yang saat ini dipimpinnya. Selama 4 tahun terakhir kinerja RS
ini seperti jalan ditempat. Jumlah kunjungan hanya meningkat sedikit,
pendapatan juga meningkat namun tidak signifikan, sedangkan biaya
meningkat sangat tinggi. Dilain pihak, ada 3 RS swasta yang cukup besar
yang menjadi pesaingnya dan terus mengembangkan pelayanan. Sebagai
orang yang dibesarkan dalam atmosfer wirausaha (orang tuanya adalah
pengusaha restoran yang sukses di kota asalnya), dr. Donnie merasa bahwa
RSUD ini memiliki prospek untuk berhasil. Namun ia tahu bahwa insting ini
harus dibuktikan dengan analisis yang kuat agar tidak salah dalam
perhitungan. Ada beberapa hal kunci yang ingin ia ketahui sebelum
memutuskan untuk melakukan pengembangan, antara lain:
1. Sebesar apakah kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat pada lima sampai
sepuluh tahun kedepan? Berapa persen dari kebutuhan tersebut yang bisa dipenuhi
oleh kapasitas pelayanan yang ada di Kabupaten X saat ini?
2. Kemana arah pengembangan RS pesaing?
3. Jika dikaitkan antara pola penyakit dengan ketersediaan tenaga spesialis di
RSUD X, produk pelayanan (klinik) apa saja yang potensial untuk
dikembangkan? Berapa kapasitasnya? Sejauh mana teknologinya?
4. Bagaimana dukungan stakeholder eksternal terhadap upaya-upaya
pengembangan RSUD X? Siapa saja yang mendukung dan siapa yang tidak?
Apakah Pemda akan senantiasa memberi subsidi bagi RS?
Untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas, dr.
Donnie mulai mengerahkan stafnya untuk mencari data yang diperlukan dan
melakukan analisis. Namun ternyata melakukan analisis tidak semudah yang
diperkirakan. Para staf yang diberi tugas tidak mengerti harus memulai dari
mana dan konsep apa yang dipakai.
Melakukan analisis trend watching secara kuantitatif terhadap lingkungan
internal rumah sakit.
Analisis ini ditujukan untuk mengevaluasi kinerja pelayanan RS dalam kaitannya
dengan pengembangan perencanaan di RS. Dalam hal ini, analisis difokuskan
pada instalasi-instalasi di RS yang merupakan revenue centre dan core-business
RS. Sebagai catatan, semakin detil informasi mengenai proyeksi volume
“penjualan” atau kegiatan produk yang ingin dihasilkan maka akan semakin detil
pula data yang dibutuhkan.
a. Hitunglah tingkat peresepan di RS anda, pada pelayanan rawat jalan, IGD,
rawat inap dan OK (prescription rate).
Prescription Rate IRJA = Jml R /di IRJA
Jml kunjungan pasien IRJAX 100 %
Prescription Rate IGD = Jml R /di IGD
Jml kunjungan pasien IRJAX 100 %
Prescription Rate IRNA = Jml R/di IRNA
Jml Hari Rawat Pasien IRNAX 100 %
Prescription Rate OK = Jml R/di OK
JumlahOperasiX 100 %
b. Hitunglah komposisi peresepan berdasarkan kategori pasien: Umum, Askes dan
Askeskin, karena tarif dan paket obat untuk ketiga kelompok pasien ini berbeda-
beda.
c. Berikut ini adalah contoh data dari Instalasi Farmasi.
2006 2007
Resep Masuk 4,639 4,090
R/ 13,575 6,885
Umum 4,639 2,750
Akses - -
Askeskin - 1,340
Data di atas dapat dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan asumsi:
- Setiap pasien rawat jalan rata-rata mendapatkan 3 R/
- Setiap pasien IGD rata-rata mendapatkan 5 R/
- Setiap hari rawat pasien di IRNA rata-rata mendapatkan 7 R/
(Catatan: asumsi ini didasarkan pada sampling pola peresepan di IRJA, IGD dan
IRNA).
Sehingga jumlah R/ yang seharusnya dapat dilayani adalah:
2006 2007
IRJA 59,823 88,515
IGD 26,505 45,625
IRNA 220,174 269,009
Jumlah 306,502 403,149
Dibandingkan dengan kenyataan jumlah resep yang dilayani (pada tabel
sebelumnya), jumlah ini jauh lebih besar.
Contoh interpretasi untuk data Instalasi Farmasi diatas adalah:
Resep yang dilayani di IFRS sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah
kunjungan pasien di IRJA dan IGD, serta total hari rawat pasien di IRNA. Hal ini
disebabkan karena stok obat dan bahan medis di IFRS seringkali tidak sesuai
dengan kebutuhan pasien, disamping RS belum memiliki formularium.
Analisis Keuangan
Untuk melihat kondisi keuangan RS, lakukan:
- Analisis trend untuk biaya dan pendapatan secara umum
- Analisis trend untuk biaya dan pendapatan per jenis pasien
- Analisis trend untuk biaya dan pendapatan per unit pelayanan (revenue centre)
RS
.