Refleksi Gizi

67
Laboratorium / SMF Ilmu Kesehatan Anak Refleksi Kasus Program Pendidikan Dokter Universitas Mulawarman RSUD A.W.Sjahranie Samarinda GIZI BURUK MARASMUS KWASHIORKOR DAN GEA PADA SEORANG ANAK Disusun Oleh: Anindhita Rara Chairani 0910015049 Pembimbing: dr. Diane M. Supit, Sp. A Dipresentasikan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Laboratorium/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNMUL

description

gizi

Transcript of Refleksi Gizi

Page 1: Refleksi Gizi

Laboratorium / SMF Ilmu Kesehatan Anak Refleksi Kasus

Program Pendidikan Dokter Universitas Mulawarman

RSUD A.W.Sjahranie Samarinda

GIZI BURUK MARASMUS KWASHIORKOR DAN GEA PADA SEORANG ANAK

Disusun Oleh:

Anindhita Rara Chairani 0910015049

Pembimbing:

dr. Diane M. Supit, Sp. A

Dipresentasikan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik

Laboratorium/SMF Ilmu Kesehatan Anak

FK UNMUL

Samarinda

2015

Page 2: Refleksi Gizi

LEMBAR PENGESAHAN

GIZI BURUK MARASMUS KWASHIORKOR DAN GEA PADA SEORANG ANAK

Laporan Kasus

Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian

pada Stase Ilmu Kesehatan Anak

Disusun oleh:

Anindhita Rara Chairani

0910015049

Pembimbing

dr. Diane M. Supit, Sp. A

PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN DOKTER UMUM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA

2015

2

Page 3: Refleksi Gizi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya

berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Tutorial Kasus dengan judul “Gizi Buruk Marasmus Kwashiorkor dan Gea

Pada Seorang Anak”. Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa

terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang

telah banyak membantu penulis dalam pelaksanaan hingga terselesaikannya

laporan kasus ini, diantaranya:

1. dr. Sukartini, Sp. A selaku Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman dan selaku Ketua Lab/SMF

Ilmu Kesehatan Anak FK Unmul.

2. dr. Diane M. Supit, Sp.A selaku dosen Pembimbing Tutorial Klinik yang

dengan sabar memberikan arahan, motivasi, saran dan solusi yang sangat

berharga dalam penyusunan laporan kasus ini dan juga yang selalu bersedia

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran, dan solusi selama

penulis menjalani co.assisten di lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak.

3. Dosen-dosen klinik dan preklinik FK UNMUL khususnya staf pengajar

Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak, terima kasih atas ilmu yang telah diajarkan

kepada kami.

4. Rekan-rekan dokter muda di Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD

AWS/FK UNMUL dan semua pihak yang telah membantu, baik secara

langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata semoga Refleksi Kasus yang sederhana ini dapat membawa

berkah dan memberikan manfaat bagi seluruh pihak serta turut berperan demi

kemajuan ilmu pengetahuan.

Samarinda, Oktober 2015

Penulis

3

Page 4: Refleksi Gizi

BAB 1

LAPORAN KASUS

Pasien MRS pada tanggal 10 Oktober 2015 melalui IGD RSU A.W.

Sjahranie Samarinda.

1. Identitas Pasien:

Nama : An. M

Umur : 1 tahun 7 bulan

Jenis kelamin : Laki-laki

Tanggal masuk : 10 Oktober2015

No. RM : 2015

2. Identitas Ayah Pasien:

Nama : Tn. DP

Umur : 29 tahun

Pekerjaan : Swasta

Pendidikan terakhir : SD

3. Identitas Ibu Pasien:

Nama : Ny. S

Umur : 22 tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan terakhir : SD

4. Anamnesis:

Anamnesis dilakukan secara heteroanamnesa pada tanggal 15 September2015

dengan ibu kandung pasien.

Keluhan Utama :

BAB cair ± 4 minggu SMRS serta tubuh yang lemas dan semakin kurus

4

Page 5: Refleksi Gizi

Riwayat Penyakit Sekarang :

Menerima pasien dari IGD dengan keluhan awal BAB cair sejak 1minggu SMRS

sebanyak 3-4 kali sehari, berwarna kuning kental, darah (-),lendir (-), ampas

hanya sedikit, disertai muntah ± 3 kali. Pasien juga mengeluhkandemam yang

terjadi bersamaan dengan diare.Demam dirasakan sejak 2 hari SMRS dan hilang

timbul.Keluhandi rasakan semakin berat, orang tua pasien membawa pasien ke

IGDRS AWS.Tubuh mulai semakin kurus terjadi sekitar 2 bulan SMRS. Berat

waktu pasien lahir yaitu 2500 gr dan panjang badan 47 cm, sejak 2 bulan terkhir

pasien semakin kurus dan beratnya saat pertama kali masuk RS adalah 6 kg.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien tidak pernah mengalami penyakit yang serupa sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada riwayat hipertensi, diabetes melitus, hipertiroid dan alergi pada ayah

dan ibu pasien. keluarga pasien tidak ada yang mengalami gizi buruk.

Riwayat Saudara-Saudaranya :

Hamil ke

Kondisi saat lahir

Jenis persalinan

Usia(tahun)

Sehat/

tidak

Umur meninggal

Sebab meninggal

12

Aterm Aterm

Spontan Spontan

4 tahun1 tahun 7 bulan

SehatSehat

--

--

Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak :

Berat badan lahir :2500 gram

Panjang badan lahir : 47 cm

Berat badan sekarang : 6 kg

Panjang badan sekarang :76cm

Gigi keluar : lupa

Tersenyum : lupa

Miring : lupa

Tengkurap :5 bulan

Duduk :8 bulan

Merangkak : lupa5

Page 6: Refleksi Gizi

Berdiri : 10 bulan

Berjalan : 11 bulan

Makan dan minum anak

ASI : ASI sampai 6 bulan

Susu sapi : -

Jenis susu :-

Bubur susu : -

Tim saring :-

Buah : ya

Lauk dan makan padat : ya

Pemeliharaan Prenatal

Periksa di : Puskesmas

Penyakit Kehamilan : -

Obat-obatan yang sering diminum : -

Riwayat Kelahiran :

Lahir di : Bidan

Persalinan ditolong oleh : Bidan

Berapa bulan dalam kandungan : 9 bulan(aterm)

Jenis partus : Spontan

Pemeliharaan postnatal :

Periksa di : Posyandu

Keadaan anak : Sehat

Keluarga berencana : Ya

Jenis kontrasepsi : Pil KB

6

Page 7: Refleksi Gizi

IMUNISASI

Imunisasi Usia saat imunisasi

I II III IV Booster I Booster II

BCG + //////// /////// /////// /////// ///////

Polio + + - - - -

Campak + - /////// /////// /////// ///////

DPT + + + /////// - -

Hepatitis B + - - /////// - -

5. Pemeriksaan Fisik

Dilakukan pada tanggal 15 Oktober2015

Kesan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : E4V2M3

Tanda Vital

Frekuensi nadi : 120 x/menit, isi cukup, regular, kuat angkat

Frekuensi napas : 30x/ menit

Temperatur : 37,2o C per axial

Antropometri saat pertama kali datang ke RS

Berat badan : 6 kg

Panjang Badan : 76cm

Status gizi : Buruk

Status Gizi saat ini

Berat Badan :7.4 kg

Tinggi Badan :78cm

LLA : 10 cm

TB/U : 0- (-2) perawakan normal

BB/U : -3 gizi buruk

BB/TB : -3 gizi buruk

7

Page 8: Refleksi Gizi

8

Page 9: Refleksi Gizi

Status generalisata

Kepala

Rambut :mudah dicabut, tumbuh jarang-jarang

Wajah : Old Man Face

Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), Refleks Cahaya

(+/+),PupilIsokor (3mm/3mm), bercak bitot (-/-), mata cowong (-/-)

Hidung : nafas cuping hidung (-/-), secret (-)

Telinga : bentuk normal, secret (-)

9

Page 10: Refleksi Gizi

Mulut :Lidah besar(-), faring hiperemis(-), mukosa bibir kering,pembesaran

tonsil (-/-), gusi berdarah (-)

Leher

Pembesaran Kelenjar : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

Thoraks

Inspeksi :Bentuk dan gerak dinding dada simetris, retraksi (-/-), iktus cordis

tidaktampak

Palpasi :Fremitus raba dekstra = sinistra, iktus cordisteraba padaICS V

3 cm lateralmid clavicula line sinistra

Perkusi :Sonor di semua lapangan paru

Batas jantung

Kiri :ICS V 3 cm lateralmidclavicula line sinistra

Kanan:ICS II-III para sternal line dextra

Auskultasi : Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-), gallop (-), murmur(-)

Abdomen

Inspeksi : Tampak datar, simetris, distended (-), scar (-), kulit tampak keriput

Palpasi :Soefl, nyeri tekan pada kuadran kanan bawah (-), hepatomegali (-)

splenomegali (-), turgor kulit jelek

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bising usus (+) normal, metalic sound (-)

Ekstremitas: Akral hangat (+), oedem (+), capillary refill test < 2 detik, sianosis

(-),pembesaran KGB aksiler (-/-), pembesaran KGB inguinal (-/-).

Baggy pants (+)

Pemeriksaan Penunjang

10/10/15 12/10/15 Nilai normal

Leukosit 20.100 20.230 4.800-10.800 /uL

Hb 10.5 9,5 11,3-14,1 gr/dl

Hematokrit 31.8 28,8% 33-41 %

Platelet 370.000 262.000 150.000-450.000

10

Page 11: Refleksi Gizi

Diagnosis Kerja sementara :

IGD : GEA dehidrasi sedang + gizi buruk tipe marsmus

DM : GEA dehirasi Berat (membaik) + gizi buruk tipe marasmus kwashiorkor

dalam perbaikan

Penatalaksanaan :

Penatalaksanaan IGD

Rehidrasi IVFD RL 70 cc/kgBB selama 3 jam

Maintenance RL 100 cc/KgBB 4-6 jam kemudian evaluasi ulang tiap jam

Inj Ampicilin 3x 125 mg

Inj. Gentamisin 1x 12 mg

Parasetamol sirup 3x ½ cth

Oralit Sachet tiap BAB Cair

Zinkid 1x20 mg

Prognosa : Dubia et Bonam

11

10/9/15 11/10/15 14/10/15

Natrium 132 131 -

Kalium 2,5 4,0 -

Klorida 93 96 -

Ur 20 - -

Cr 0,5 - -

GDS 83 - -

Albumin 2,6 2,9

Page 12: Refleksi Gizi

Follow Up

Tanggal Subjektif & Objektif Assesment & Planning

Hari ke- 1

12-10-2015

Melati

BB : 7.4 kg

PB : 78 cm

LLA : 10 cm

GDS Low

GDS 27

GDS 87

S: penurunan kesadaran

O: GCS E1V1M1

T:37,3˚C Nadi 110x/i kuat

angkat RR 28 x/i, Ane (-/-),

ikt (-/-), sianosis (-), nafas

cuping hidung (-) Rh (-/-),

Wh (-/-), retraksi (-),

BU(+)N, NT(-),

hepatomegali (-),

splenomegali (-), akral

hangat (+), edem (+), baggy

pants (+)

A: syok sepsis + GEA

dehidrasi berat + Gizi Buruk

marasmus kwashiorkor +

hipoglikemi

P:

RL guyur 60cc secepatnya

Maintenance D10 % 25-26

tpm

Inj. Ceftriaxone 1 x 500mg

Inj. Gentamisin 1x 30 mg

Paracetamol Syrup 3 x ½ cth

Oralit Sachet

Zinkid 1x 20 mg

Hari ke- 2

13-10-2015

Melati

BB : 7.4 kg

PB : 78 cm

LK : 47 cm

S: kesadaran membaik

O: GCS E4V2M3

T:37,3˚C Nadi 120x/i kuat

angkat RR 34 x/i, Ane (-/-),

ikt (-/-), sianosis (-), nafas

cuping hidung (-) Rh (-/-),

Wh (-/-), retraksi (-),

BU(+)N, NT(-),

hepatomegali (-),

splenomegali (-), akral

hangat (+), edem (+), baggy

pants (+)

A: post syok sepsis +

hipoglikemia +gizi buruk

marasmus kwashiorkor +

GEA dehidrasi berat

P:

Fase rehabilitasi

D10 % 25-26 tpm

Inj. Ceftriaxone 1 x 500mg

Inj. Gentamisin 1x 30 mg

Paracetamol Syrup 3 x ½ cth

Oralit Sachet

Zinkid 1x 20 mg

Tropic feeding 8 x 5 cc

Cairan pan interal 8 x 50 cc

Hari ke- 3 S: kesadaran membaik, A: post syok sepsis +

12

Page 13: Refleksi Gizi

14-10-2015

Melati

BB : 7.4 kg

PB : 78 cm

LK : 47 cm

tampak sangat lemah

O: GCS E4V2M3

T:37,3˚C Nadi 120x/i kuat

angkat RR 34 x/i, Ane (-/-),

ikt (-/-), sianosis (-), nafas

cuping hidung (-) Rh (-/-),

Wh (-/-), retraksi (-),

BU(+)N, NT(-),

hepatomegali (-),

splenomegali (-), akral

hangat (+), edem (+), baggy

pants (+)

hipoglikemia +gizi buruk

marasmus kwashiorkor +

GEA dehidrasi berat

P:

Fase rehabilitasi

D10 % 25-26 tpm

Inj. Ceftriaxone 1 x 500mg

Inj. Gentamisin 1x 30 mg

Paracetamol Syrup 3 x ½ cth

Oralit Sachet 50-100 tiap

BAB cair

Zinkid 1x 20 mg

Terapi Gizi sesuai RDA

Kalori 102 kkal/kgBB/hr

754,8 50% 377,4kkal/hr

Protein 1,23 g/kgBB/hr

9.1gr/hr

Cairan 120ml/kgBB/hr

888/hr

Dalam bentuk F75, 12 kali

pemberian

Hari ke- 4

15-10-2015

Melati

BB : 7.4 kg

PB : 78 cm

LK : 47 cm

S: kesadaran membaik

O: GCS E4V2M3

T:37,3˚C Nadi 120x/i kuat

angkat RR 34 x/i, Ane (-/-),

ikt (-/-), sianosis (-), nafas

cuping hidung (-) Rh (-/-),

Wh (-/-), retraksi (-),

BU(+)N, NT(-),

hepatomegali (-),

splenomegali (-), akral

A: post syok sepsis +

hipoglikemia +gizi buruk

marasmus kwashiorkor +

GEA dehidrasi berat

P:

Fase rehabilitasi

D10 % 25-26 tpm

Inj. Ceftriaxone 1 x 500mg

Inj. Gentamisin 1x 30 mg

13

Page 14: Refleksi Gizi

hangat (+), edem (+), baggy

pants (+)

Paracetamol Syrup 3 x ½ cth

Oralit Sachet 50-100 tiap

BAB cair

Zinkid 1x 20 mg

Terapi Gizi sesuai RDA

Kalori 102 kkal/kgBB/hr

754,8 50% 377,4kkal/hr

Protein 1,23 g/kgBB/hr

9.1gr/hr

Cairan 120ml/kgBB/hr

888/hr

Dalam bentuk F75, 12 kali

pemberian

14

Page 15: Refleksi Gizi

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

GIZI BURUK

3.1 Definisi

Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi,

atau nutrisinya di bawah standar rata-rata.Zat gizi yang dimaksud bisa berupa

protein, karbohidrat dan kalori.Keadaan tersebut ditandai dengan BB/PB < -3 SD

dari median WHO child growth standard, atau < 70 % dari median serta pada

anak usia 5-59 bulan lingkar lengan atas <11 cm. Status gizi buruk dibagi menjadi

tiga bagian, yakni gizi buruk karena kekurangan protein (disebut kwashiorkor),

karena kekurangan karbohidrat atau kalori (disebut marasmus), dan kekurangan

kedua-duanya (marasmus-kwashiokor). Gizi buruk ini biasanya terjadi pada anak

balita (bawah lima tahun) dan ditampakkan oleh membusungnya perut (busung

lapar). Gizi buruk (severe malnutrition) adalah suatu istilah teknis yang umumnya

dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran (Nelson, Behrman, &

Kliegman, 2000).

Sindrom protein calorie malnutrition dapat dibedakan menjadi dua

berdasarkan etiologinya yaitu :

1. Protein calorie malnutrition primer atau eksogen. PCM primer terjadi karena

intake yang inadekuat. Hal ini dikarenakan kemiskinan, komposisi makanan

yang tidak tepat, alkoholisme, drug addiction, alergi makanan, tidak makan,

idiosyncrasy (pantang makan-makanan tertentu), fad diet (makanan yang tidak

sehat), dan lain sebagainya yang bisa membuat intakenya inadekuat.

2. Protein calorie malnutrition sekunder atau endogen. PCM sekunder yang

terjadi tidak dikarenakan intake yang inadekuat, tetapi lebih dikarenankan oleh

faktor lain seperti peningkatan kebutuhan nutrisi. Pada intinya adanya

gangguan metabolisme atau malabsorpsi(Nelson, Behrman, & Kliegman,

2000).

3.2 Klasifikasi

Terdapat 3 tipe gizi buruk adalah marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-

kwashiorkor. Perbedaan tipe tersebut didasarkan pada ciri-ciri atau tanda klinis

15

Page 16: Refleksi Gizi

dari masing-masing tipe yang berbeda-beda: (Nelson, Behrman, & Kliegman,

2000)

A. Marasmus

Definisi

Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat

kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama

kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan otot (Nelson, Behrman, &

Kliegman, 2000).Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat.

Gejala yang timbul di antaranya muka seperti orang tua (berkerut), tidak terlihat

lemak dan otot di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit), rambut mudah

patah dan kemerahan, gangguan kulit, gangguan pencernaan (sering diare),

pembesaran hati, iga gambang dan perut cekung, serta otot paha mengendor

(baggy pant). Anak tampak sering rewel dan banyak menangis meskipun setelah

makan karena masih merasa lapar.

Etiologi

Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi

karena: diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang

hubungan dengan orangtua-anak terganggu,kelainan metabolik, atau malformasi

kongenital. Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering

dijumpai pada bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan

penggantinya atau sering diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat

berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan atau

jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan juga

gangguan pada saraf pusat(Kemenkes RI, 2011).

Patofisiologi

Kurang kalori protein akanterjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori,

protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan kekurangan

makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi

kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan

karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk

16

Page 17: Refleksi Gizi

mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh

jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk

menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat

terjadi kekurangan (Nelson, Behrman, & Kliegman, 2000).

Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan

menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan

ginjal. Selama puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan

keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai

sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan

mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi seteah kira-kira

kehilangan separuh dari tubuh (Nelson, Behrman, & Kliegman, 2000).

Manifestasi Klinis

Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan

kehilangan berat badan sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada

kulit sehingga menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang dari

bantalan pipi, muka dapat tetap tampak relatif normal selama beberaba waktu

sebelum menjadi menyusut dan berkeriput. Abdomen dapat kembung dan

datar.Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni.Suhu biasanya normal, nadi

mungkin melambat, mula-mula bayi mungkin rewel, tetapi kemudian lesu dan

nafsu makan hilang. Bayi biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang

disebut diare tipe kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja berisi mukus dan

sedikit (Nelson, Behrman, & Kliegman, 2000). Selain itu manifestasi marasmus

adalah sebagai berikut :

1. Badan kurus kering tampak

seperti orangtua

2. Lethargi

3. Irritable

4. Kulit keriput (turgor kulit jelek)

5. Ubun-ubun cekung pada bayi

6. Jaingan subkutan hilang

7. Malaise

8. Kelaparan

9. Apatis

Diagnosis

a. Pemeriksaan Fisik : mengukur TB dan BB

17

Page 18: Refleksi Gizi

b. Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi dengan

TB (dalam meter)

c. Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan

trisep) ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya

dapat diukur, biasanya dangan menggunakan jangka lengkung (kaliper).

Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan lemak

normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.

d. Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LLA untuk memperkirakan

jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh yang tidak

berlemak).

e. Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb, Ht,

transferin (Nelson, Behrman, & Kliegman, 2000).

B. Kwashiorkor

Kwashiorkor adalah suatu keadaan di mana tubuh kekurangan protein

dalam jumlah besar.Selain itu, penderita juga mengalami kekurangan

kalori.Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk (sugar baby),

bilamana dietnya mengandung cukup energi tetapi kekurangan protein,

walaupun di bagian tubuh lainnya terutama pantat terlihat adanya atrofi.

Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki sampai

seluruh tubuh. Penyebabnya adalah :

1. Intake protein yang buruk.

2. Infeksi suatu penyakit.

3. Masalah penyapihan.

Pada kwashiorkor klasik, gangguan metabolik dan perubahan sel

menyebabkan edema dan perlemakan hepar. Kelainan ini merupakan gejala yang

mencolok.Pada penderita defisiensi protein tidak terjadi katabolisme jaringan

yang sangat berlebihan, oleh sebab persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah

kalori dari dietnya.Namun, kekurangan protein dalam diet menimbulkan

kekurangan berbagai asam amino esensial untuk sintesis (Nelson, Behrman, &

Kliegman, 2000).

Gejala klinis pada kwashiorkor : pitting edema, pertumbuhan tidak

memadai, kurangnya stamina, kehilangan massa atau jaringan otot, rambut

18

Page 19: Refleksi Gizi

menjadi jarang, tipis, berubah warna dan tidak rontok, flaky paint, perut

buncit, hepatomegali, crazy pavement dermatosis, perut buncit,

hipoalbuminemia, anemia, wajah sembab, defisiensi multivitamin, anoreksia,

cengeng, kegagalan adapasi, stress, dan biasanya terjadi pada anak yang lebih

besar (Nelson, Behrman, & Kliegman, 2000).

Dari sekian banyak gejala klinis, tetapi ada beberapa gejala klinis

tersebut khas pada penderita kwashiorkor.Tanpa gejala klinis yang khas ini,

penegakkan diagnosis kwashiorkor tidak dapat ditegakkan. Gejala yang khas

tersebut adalah pitting edema,  hipoalbuminemia, rambut yang tidak hitam,

mudah rontok, jarang dan tipis, perut buncit karena hepatomegali, dan crazy

pavement dermatosis. Karena adanya edema, maka kwashiorkor bisa disebut

edematous protein calorie malnutrition. (Nelson, Behrman, & Kliegman,

2000)

C. Marasmik Kwashiorkor

Marasmik kwashiorkor adalah suatu sindrom malnutrisi protein kalori di

mana ditemukan gejala-gejala marasmus dan juga terdapat gejala-gejala

kwashiorkor.Jadi, marasmik kwashiorkor merupakan sindrom perpaduan dari

marasmus dan kwashiorkor.Makanan sehari-hari tidak cukup mengandung

protein dan juga energi untuk pertumbuhan yang normal.Pada penderita

demikian di samping menurunnya berat badan < 60% dari normal

memperlihatkan tanda-tanda kwashiorkor seperti edema, kelainan rambut,

kelainan kulit dan kelainan biokimiawi terlihat pula. (Nelson, Behrman, &

Kliegman, 2000)

3.2 Patofisiologi Gizi Buruk

Patofisiologi gizi buruk pada balita adalah anak sulit makan atau

anorexia bisa terjadi karena penyakit akibat defisiensi gizi, psikologik seperti

suasana makan, pengaturan makanan dan lingkungan. Rambut mudah rontok

dikarenakan kekurangan protein, vitamin A, vitamin C dan vitamin E. Karena

keempat elemen ini merupakan nutrisi yang penting bagi rambut. Pasien juga

mengalami rabun senja.Rabun senja terjadi karena defisiensi vitamin A dan

protein.Pada retina ada sel batang dan sel kerucut.Sel batang lebih hanya bisa

19

Page 20: Refleksi Gizi

membedakan cahaya terang dan gelap.Sel batang atau rodopsin ini terbentuk

dari vitamin A dan suatu protein. Jika cahaya terang mengenai sel rodopsin,

maka sel tersebut akan terurai. Sel tersebut akan mengumpul lagi pada cahaya

yang gelap. Inilah yang disebut adaptasi rodopsin.Adaptasi ini butuh

waktu.Jadi, rabun senja terjadi karena kegagalan atau kemunduran adaptasi

rodopsin.

Turgor atau elastisitas kulit jelek karena sel kekurangan air (dehidrasi).

Reflek patella negatif terjadi karena kekurangan aktin myosin pada tendon

patella dan degenerasi saraf motorik akibat dari kekurangan protein, Cu dan

Mg seperti gangguan neurotransmitter. Sedangkan hepatomegali terjadi karena

kekurangan protein.Jika terjadi kekurangan protein maka terjadi penurunan

pembentukan lipoprotein.Hal ini membuat penurunan HDL dan LDL.Karena

penurunan HDL dan LDL maka lemak yang ada di hepar sulit ditransport ke

jaringan-jaringan, pada akhirnya penumpukan lemak di hepar.

Tanda khas pada penderita kwashiorkor adalah pitting edema.Pitting

edema disebabkan oleh kurangnya protein sehingga tekanan onkotik

intravaskular menurun.Jika hal ini terjadi, maka terjadi ekstravasasi plasma ke

intertisial.Plasma masuk ke intertisial, tidak ke intrasel, karena pada penderita

kwashiorkor tidak ada kompensansi dari ginjal untuk reabsorpsi

natrium.Padahal natrium berfungsi menjaga keseimbangan cairan tubuh.Pada

penderita kwashiorkor, selain defisiensi protein juga defisiensi

multinutrien.Ketika ditekan maka plasma pada intertisial lari ke daerah

sekitarnya karena tidak terfiksasi oleh membran sel dan mengembalikannya

membutuhkan waktu yang lama karena posisi sel yang rapat. Edema biasanya

terjadi pada ekstremitas bawah karena pengaruh gaya gravitasi, tekanan

hidrostatik dan onkotik.

Sedangkan menurut Nelson (2007), penyebab utama marasmus adalah

kurang kalori protein yang dapat terjadi karena diet yang tidak cukup,

kebiasaan makan yang tidak tepat seperti hubungan orang tua dengan anak

terganggu, karena kelainan metabolik atau malformasi kongenital.Keadaan ini

merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit

infeksi. Selain faktor lingkungan ada beberapa faktor lain pada diri anak

20

Page 21: Refleksi Gizi

sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya

marasmus. Secara garis besar sebab-sebab marasmus adalah sebagai berikut :

- Masukan makanan yang kurang

- Infeksi yang berat dan lama :infantil gastroenteritis,

bronkhopneumonia,pielonephiritis dan sifilis kongenital.

- Kelainan struktur bawaan misalnya penyakit jantung bawaan, penyakit

Hirschpurng, deformitas palatum, palatoschizis, mocrognathia, stenosis

pilorus. Hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pankreas

- Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus. Pada keadaan tersebut

pemberian ASI kurang akibat reflek menghisap yang kurang kuat

- Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang

cukup

- Gangguan metabolik, misalnya renal asidosis, idiopathic hypercalcemia,

galactosemia, lactose intolerance

- Tumor hypothalamus. Kejadian ini jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila

penyebab maramus yang lain disingkirkan

- Penyapihan yang terlalu dini disertai dengan pemberian makanan tambahan

yang kurang akan menimbulkan marasmus

3.3 Diagnosis Anak dengan Gizi buruk

Pada setiap anak gizi buruk lakukan anamnesis dan pemeriksaan

fisis.Anamesis terdiri darianamnesis awal dan anamnesis lanjutan (WHO,

2009).

Anamnesis awal (untuk kedaruratan):

- Kejadian mata cekung yang baru saja muncul

- Lama dan frekuensi diare dan muntah serta tampilan dari bahan muntah dan

diare (encer/darah/lendir)

- Kapan terakhir berkemih

- Sejak kapan tangan dan kaki teraba dingin.

Bila didapatkan hal tersebut di atas, sangat mungkin anak mengalami dehidrasi

dan/atau syok, serta harus diatasi segera.

21

Page 22: Refleksi Gizi

Anamnesis lanjutan (untuk mencari penyebab dan rencana tatalaksana

selanjutnya, dilakukan setelah kedaruratan ditangani) (WHO, 2009)

- Diet (pola makan)/kebiasaan makan sebelum sakit

- Riwayat pemberian ASI

- Asupan makanan dan minuman yang dikonsumsi beberapa hari terakhir

- Hilangnya nafsu makan

- Kontak dengan pasien campak atau tuberkulosis paru

- Pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhir

- Batuk kronik

- Kejadian dan penyebab kematian saudara kandung

- Berat badan lahir

- Riwayat tumbuh kembang: duduk, berdiri, bicara dan lain-lain

- Riwayat imunisasi

- Apakah ditimbang setiap bulan

- Lingkungan keluarga (untuk memahami latar belakang sosial anak)

- Diketahui atau tersangka infeksi HIV

Pemeriksaan fisis(WHO, 2009)

Apakah anak tampak sangat kurus, adakah edema pada kedua punggung kaki.

Tentukan status gizi dengan menggunakan BB/TB-PB

Penentuan status gizi dilakukan berdasarkan berat badan (BB) menurut

panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB) (BB/PB atau BB/TB). Grafik

pertumbuhan yang digunakan sebagai acuan ialah grafik WHO 2006 untuk

anak kurang dari 5 tahun dan grafik CDC 2000 untuk anak lebih dari 5 tahun.

(IDAI, 2011)

22

Page 23: Refleksi Gizi

Gambar 3.1 Penentuan status Gizi menurut kriteria Waterlow (IDAI, 2011)

Tanda dehidrasi: tampak haus, mata cekung, turgor buruk (hati-hati

menentukan status dehidrasi pada gizi buruk).

Adakah tanda syok (tangan dingin, capillary refill time yang lambat, nadi

lemah dan cepat), kesadaran menurun.

Demam (suhu aksilar ≥ 37.5° C) atau hipotermi (suhu aksilar < 35.5° C).

Frekuensi dan tipe pernapasan: pneumonia atau gagal jantung

Sangat pucat

Pembesaran hati dan ikterus

Adakah perut kembung,bising usus melemah/meninggi, tanda asites, atau

adanya suara seperti pukulan pada permukaan air (abdominal splash)

Tanda defisiensi vitamin A pada mata:

- Konjungtiva atau kornea yang kering,

Bercak Bitot

- Ulkus kornea

- Keratomalasia

Ulkus pada mulut

Fokus infeksi: telinga, tenggorokan,

Paru, kulit

Lesi kulit pada kwashiorkor:

- Hipo- atau hiper-pigmentasi

- Deskuamasi

- Ulserasi (kaki, paha, genital, lipatan paha, belakang telinga)

23

Page 24: Refleksi Gizi

- Lesi eksudatif (menyerupai luka bakar), seringkali dengan infeksi

sekunder (termasuk jamur).

Gambar 3.2 Bagan Alur Pemeriksan anak gizi buruk (Depkes, 2011)

24

Page 25: Refleksi Gizi

3.4 Penatalaksanaan

Gambar 3.3 10 langkah penatalaksanaan gizi buruk (Kemenkes RI, 2011)

Sepuluh Langkah Utama Pada Tatalaksana Gizi Buruk

1. Pengobatan atau pencegahan hipoglikemia

Hipoglikemia merupakan salah satu penyebab kematian pada anak

dengan KEP berat/Gizi buruk.Pada hipoglikemia, anak terlihat lemah, suhu

tubuh rendah.

Tatalaksana

Segera beri F-75 pertama atau modifikasinya bila penyediaannya

memungkinkan.

Bila F-75 pertama tidak dapat disediakan dengan cepat, berikan 50

mllarutan glukosa atau gula 10% (1 sendok teh munjung gula dalam 50 ml

air) secara oral atau melalui NGT.

Lanjutkan pemberian F-75 setiap 2–3 jam, siang dan malam selamaminimal

dua hari.

Bila masih mendapat ASI teruskan pemberian ASI di luar jadwal pemberian

F-75.

25

Page 26: Refleksi Gizi

Jika anak tidak sadar (letargis), berikan larutan glukosa 10% secara

intravena (bolus) sebanyak 5 ml/kg BB, atau larutan glukosa/larutan gula

pasir 50 ml dengan NGT.

Beri antibiotik.

Pemantauan

Jika kadar gula darah awal rendah, ulangi pengukuran kadar gula darah

setelah 30 menit.

Jika kadar gula darah di bawah 3 mmol/L (< 54 mg/dl), ulangi pemberian

larutan glukosa atau gula 10%.

Jika suhu rektal < 35.5° C atau bila kesadaran memburuk, mungkin

hipoglikemia isebabkan oleh hipotermia, ulangi pengukuran kadar gula

darah dan tangani sesuai keadaan (hipotermia dan hipoglikemia).

Pencegahan

Beri makanan awal (F-75) setiap 2 jam, mulai sesegera mungkin atau jika

perlu, lakukan rehidrasilebih dulu. Pemberian makan harus teratur setiap 2-3

jam siang malam(WHO, 2009).

2. Pengobatan dan pencegahan hipotermia

Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh yang rendah dibawah 360 C. Pada

keadaan ini anak harus dihangatkan. Cara yang dapat dilakukan adalah ibu atau

orang dewasa lain mendekap anak di dadanya lalu ditutupi selimut (Metode

Kanguru). Perlu dijaga agar anak tetap dapat bernafas. Cara lain adalah dengan

membungkus anak dengan selimut tebal, dan meletakkan lampu didekatnya.

Lampu tersebut tidak boleh terlalu dekat apalagi sampai menyentuh anak. Selama

masa penghangatan ini dilakukan pengukuran suhu anak pada dubur (bukan

ketiak) setiap setengah jam sekali. Jika suhu anak sudah normal dan stabil, tetap

dibungkus dengan selimut atau pakaian rangkap agar anak tidak jatuh kembali

pada keadaan hypothermia(WHO, 2009).

3. Pengobatan dan Pencegahan kekurangan cairan

Tanda klinis yang sering dijumpai pada anak penderita KEP berat/Gizi

buruk dengan dehidrasi adalah :

Ada riwayat diare sebelumnya

26

Page 27: Refleksi Gizi

Anak sangat kehausan

Mata cekung

Nadi lemah

Tangan dan kaki teraba dingin

Anak tidak buang air kecil dalam waktu cukup lama(WHO, 2009)

Tindakan yang dapat dilakukan adalah :

Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap setengah jam

sekali tanpa berhenti. Jika anak masih dapat minum, lakukan tindakan

rehidrasi oral dengan memberi minum anak 50 ml (3 sendok makan) setiap

30 menit dengan sendok. Cairan rehidrasi oral khusus untuk KEP disebut

ReSoMal. ReSoMal mengandung 37.5 mmol Na, 40 mmol K, dan 3

mmol Mg per liter.

Gambar 3.4 Resep ReSoMal (WHO, 2009)

Bila larutan mineral-mix tidak tersedia, sebagai pengganti ReSoMal dapat

dibuat larutan sebagai berikut:

Gambar 3.5 Resep mineral mix

Jika tidak ada ReSoMal untuk anak dengan KEP berat/Gizi buruk dapat

menggunakan oralit yang diencerkan 2 kali. Jika anak tidak dapat minum,

lakukankan rehidrasi intravena (infus) cairan Ringer Laktat/Glukosa 5 %

dan NaCL dengan perbandingan 1:1.

27

Page 28: Refleksi Gizi

4. Lakukan pemulihan gangguan keseimbangan elektrolit

Pada semua KEP berat/Gizi buruk terjadi gangguan keseimbangan elektrolit

diantaranya :

Kelebihan natrium (Na) tubuh, walaupun kadar Na plasma rendah.

Defisiensi kalium (K) dan magnesium (Mg)

Ketidakseimbangan elektrolit ini memicu terjadinya edema, untuk pemulihan

keseimbangan elektrolit diperlukan waktu paling sedikit 2 minggu.

Berikan :

- Makanan tanpa diberi garam/rendah garam

- Untuk rehidrasi, berikan cairan oralit 1 liter yang diencerkan 2 X (dengan

penambahan 1 liter air) ditambah 4 gr KCL dan 50 gr gula atau bila balita

KEP bisa makan berikan bahan makanan yang banyak mengandung mineral

(Zn, Cuprum, Mangan, Magnesium, Kalium) dalam bentuk makanan

lumat/lunak

Contoh bahan makanan sumber mineral :

Sumber Zink : daging sapi, hati, makanan laut, kacang tanah,telur

ayam

Sumber Mangan : beras, kacang tanah, kedelai.

Sumber Magnesium : kacang-kacangan, bayam.

Sumber Kalium :jus tomat, pisang, kacang-kacangan, apel, alpukat,

bayam, daging tanpa lemak(WHO, 2009).

5. Lakukan Pengobatan dan pencegahan infeksi

Pada KEP berat/Gizi buruk, tanda yang umumnya menunjukkan adanya

infeksi seperti demam seringkali tidak tampak, oleh karena itu pada semua KEP

berat/Gizi buruk secara rutin diberikan antibiotik spektrum luas.

28

Page 29: Refleksi Gizi

Tabel 3.1 Dosis antibiotik (WHO, 2009)

UMUR/

BERAT

BADAN

KOTRIMOKSASOL

(Trimetoprim + Sulfametoksazol)

Beri 2 kali sehari selama 5 hari

AMOKSISIL

IN

Beri 3 kali

sehari untuk

5 hari

Tablet

dewasa

80 mg

trimeto

prim +

400 mg

sulfametok

sazol

Tablet

Anak

20 mg

trimeto

prim +

100 mg

sulfametok

sazol

Siru

p/5ml

40 mg

trimeto

prim +

200 mg

sulfameto

k

sazol

Sirup

125 mg

per 5 ml

2 sampai 4

bulan (4 - < 6

kg)

¼ 1 2,5 ml 2,5 ml

4 sampai 12

bulan (6 - < 10

Kg)

½ 2 5 ml 5 ml

12 bln s/d 5

thn

(10 - < 19

Kg)

1 3 7,5 ml 10 ml

29

Page 30: Refleksi Gizi

Vaksinasi Campak bila anak belum diimunisasi dan umur sudah mencapai 9

bulan.Catatan :

Mengingat pasien KEP berat/Gizi buruk umumnya juga menderita penyakit

infeksi, maka lakukan pengobatan untuk mencegah agar infeksi tidak

menjadi lebih parah.Bila tidak ada perbaikan atau terjadi komplikasi rujuk

ke Rumah Sakit Umum.

Diare biasanya menyertai KEP berat/Gizi buruk, akan tetapi akan berkurang

dengan sendirinya pada pemberian makanan secara hati-hati. Berikan

metronidasol 7,5 mg/Kgbb setiap 8 jam selama 7 hari. Bila diare berlanjut

segera rujuk ke rumah sakit(WHO, 2009).

6. Pemberian makanan balita KEP berat/Gizi buruk

Pemberian diet KEP berat/Gizi buruk dibagi dalam 3 fase, yaitu : Fase

Stabilisasi, Fase Transisi, Fase Rehabilitasi.

Fase Stabilisasi ( 1-2 hari)

Pada awal fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat hati-hati, karena

keadaan faal anak sangat lemah dan kapasitas homeostatik berkurang.Pemberian

makanan harus dimulai segera setelah anak dirawat dan dirancang sedemikian

rupa sehingga energi dan protein cukup untuk memenuhi metabolisma basal saja.

Formula khusus seperti Formula WHO 75/modifikasi/Modisco ½ yang

dianjurkan dan jadwal pemberian makanan harus disusun sedemikian rupa agar

dapat mencapai prinsip tersebut diatas dengan persyaratan diet sebagai berikut :

- Porsi kecil, sering, rendah serat dan rendah laktosa

- Energi : 100 kkal/kg/hari

- Protein : 1-1.5 gr/kg bb/hari

- Cairan : 130 ml/kg bb/hari (jika ada edema berat 100 ml/Kg bb/hari)

- Bila anak mendapat ASI teruskan , dianjurkan memberi Formula WHO

75/pengganti/Modisco ½ dengan menggunakan cangkir/gelas, bila anak

terlalu lemah berikan dengan sendok/pipet

- Pemberian Formula WHO 75/pengganti/Modisco ½ atau pengganti dan

jadwal pemberian makanan harus disusun sesuai dengan kebutuhan anak

Keterangan :

30

Page 31: Refleksi Gizi

Pada anak dengan selera makan baik dan tidak edema, maka tahapan

pemberian formula bisa lebih cepat dalam waktu 2-3 hari (setiap 2 jam)

Gambar 3.6 Pemberian susu formula (WHO, 2009)

Bila pasien tidak dapat menghabiskan Formula WHO 75/pengganti/Modisco

½ dalam sehari, maka berikan sisa formula tersebut melalui pipa nasogastrik

( dibutuhkan ketrampilan petugas )

Pada fase ini jangan beri makanan lebih dari 100 Kkal/Kg bb/hari

Pada hari 3 s/d 4 frekwensi pemberian formula diturunkan menjadi setiap

jam dan pada hari ke 5 s/d 7 diturunkan lagi menjadi setiap 4 jam

Lanjutkan pemberian makan sampai hari ke 7 (akhir minggu 1)

Pantau dan catat :

- Jumlah yang diberikan dan sisanya

- Banyaknya muntah

- Frekwensi buang air besar dan konsistensi tinja

- Berat badan (harian)

- Selama fase ini diare secara perlahan berkurang pada penderita dengan

edema, mula-mula berat badannya akan berkurang kemudian berat badan

naik.

7. Perhatikan masa tumbuh kejar balita (catch- up growth)

Pada fase ini meliputi 2 fase yaitu fase transisi dan fase rehabilitasi (WHO,

2009) :

Fase Transisi (minggu ke 2)

Pemberian makanan pada fase transisi diberikan secara berlahan-lahan

untuk menghindari risiko gagal jantung, yang dapat terjadi bila anak

mengkonsumsi makanan dalam jumlah banyak secara mendadak.

31

Page 32: Refleksi Gizi

Ganti formula khusus awal (energi 75 Kkal dan protein 0.9-1.0 g per 100

ml) dengan formula khusus lanjutan (energi 100 Kkal dan protein 2.9 gram

per 100 ml) dalam jangka waktu 48 jam. Modifikasi bubur/makanan

keluarga dapat digunakan asalkan dengan kandungan energi dan protein

yang sama.

Kemudian naikkan dengan 10 ml setiap kali, sampai hanya sedikit formula

tersisa, biasanya pada saat tercapai jumlah 30 ml/kgbb/kali pemberian (200

ml/kgbb/hari).

Pemantauan pada fase transisi:

1. Frekuensi nafas

2. Frekuensi denyut nadi

Bila terjadi peningkatan detak nafas > 5 kali/menit dan denyut nadi > 25

kali /menit dalam pemantauan setiap 4 jam berturutan, kurangi volume

pemberian formula.Setelah normal kembali, ulangi menaikkan volume

seperti di atas.

3. Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan

Setelah fase transisi dilampaui, anak diberi:

- Formula WHO 100/pengganti/Modisco 1 dengan jumlah tidak terbatas dan

sering.

- Energi : 150-220 Kkal/kg bb/hari

- Protein 4-6 gram/kg bb/hari

- Bila anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi juga beri formula WHO

100/Pengganti/Modisco 1, karena energi dan protein ASI tidak akan

mencukupi untuk tumbuh-kejar.

Setelah fase rehabilitasi (minggu ke 3-7) anak diberi :

- Formula WHO-F 135/pengganti/Modisco 1½ dengan jumlah tidak terbatas

dan sering

- Energi : 150-220 kkal/kgbb/hari

- Protein 4-6 g/kgbb/hari

- Bila anak masih mendapat ASI, teruskan ASI, ditambah dengan makanan

Formula ( lampiran 2 ) karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi

untuk tumbuh-kejar.

32

Page 33: Refleksi Gizi

- Secara perlahan diperkenalkan makanan keluarga

Pemantauan fase rehabilitasi

Kemajuan dinilai berdasarkan kecepatan pertambahan badan :

- Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan.

- Setiap minggu kenaikan bb dihitung.

Baik bila kenaikan bb 50 g/Kg bb/minggu.

Kurang bila kenaikan bb < 50 g/Kg bb/minggu, perlu re-evaluasi

menyeluruh.

Tabel 3.2 Tahap pemberian diet (WHO, 2009)

TAHAPAN PEMBERIAN DIET

FASE STABILISASI : FORMULA WHO 75 ATAU PENGGANTI

FASE TRANSISI : FORMULA WHO 75 FORMULA WHO 100

ATAU PENGGANTI

FASE REHABILITASI : FORMULA WHO 135 (ATAU PENGGANTI)

MAKANAN KELUARGA

8. Lakukan penanggulangan kekurangan zat gizi mikro

Semua pasien KEP berat/Gizi buruk, mengalami kurang vitamin dan

mineral.Walaupun anemia biasa terjadi, jangan tergesa-gesa memberikan preparat

besi (Fe). Tunggu sampai anak mau makan dan berat badannya mulai naik

(biasanya pada minggu ke 2). Pemberian besi pada masa stabilisasi dapat

memperburuk keadaan infeksinya. (WHO, 2009)

Berikan setiap hari :

Tambahan multivitamin lain

Bila berat badan mulai naik berikan zat besi dalam bentuk tablet besi folat

atau sirup besi dengan dosis sebagai berikut :

Tabel 3.3 Dosis Pemberian Tablet Besi Folat dan Sirup Besi (WHO, 2009)

UMUR

DAN

BERAT BADAN

TABLET BESI/FOLAT

Sulfas ferosus 200 mg + 0,25

mg Asam Folat

SIRUP BESI

Sulfas ferosus 150 ml

Berikan 3 kali

33

Page 34: Refleksi Gizi

Berikan 3 kali sehari sehari

6 sampai 12 bulan

(7 - < 10 Kg)

¼ tablet 2,5 ml (1/2 sendok teh)

12 bulan sampai 5

tahun

½ tablet 5 ml (1 sendok teh)

Bila anak diduga menderita kecacingan berikan Pirantel Pamoat dengan

dosis tunggal sebagai berikut :

Tabel 3. 4 Pemberian pirantel pamoat (WHO, 2009)

UMUR ATAU BERAT BADAN PIRANTEL PAMOAT

(125mg/tablet)

(DOSIS TUNGGAL)

4 bulan sampai 9 bulan (6-<8 Kg) ½ tablet

9 bulan sampai 1 tahun (8-<10 Kg) ¾ tablet

1 tahun sampai 3 tahun (10-<14 Kg) 1 tablet

3 Tahun sampai 5 tahun (14-<19 Kg) 1 ½ tablet

Vitamin A oral berikan 1 kali dengan dosis

Tabel 3.5 pemberian vitamin A (WHO, 2009)

UmurKapsul Vitamin A Kapsul Vitamin A

200.000 IU 100.000 IU

6 bln sampai 12 bln - 1 kapsul

12 bln sampai 5 Thn 1 kapsul -

9. Berikan stimulasi sensorik dan dukungan emosional

Pada KEP berat/gizi buruk terjadi keterlambatan perkembangan mental dan

perilaku, karenanya berikan (WHO, 2009):

- Kasih sayang

- Ciptakan lingkungan yang menyenangkan

- Lakukan terapi bermain terstruktur selama 15 – 30 menit/hari

- Rencanakan aktifitas fisik segera setelah sembuh

- Tingkatkan keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain dsb)

34

Page 35: Refleksi Gizi

10. Persiapan untuk tindak lanjut di rumah

Bila berat badan anak sudah berada di garis warna kuning anak dapat

dirawat di rumah dan dipantau oleh tenaga kesehatan puskesmas atau bidan di

desa.Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan

dirumah setelah pasien dipulangkan dan ikuti pemberian makanan seperti pada

lampiran 5, dan aktifitas bermain. (WHO, 2009)

Nasehatkan kepada orang tuauntuk :

- Melakukan kunjungan ulang setiap minggu, periksa secara teratur di

Puskesmas

- Pelayanan di PPG (lihat bagian pelayanan PPG) untuk memperoleh PMT-

Pemulihan selama 90 hari. Ikuti nasehat pemberian makanan (lihat lampiran

5) dan berat badan anak selalu ditimbang setiap bulan secara teratur di

posyandu/puskesmas.

- pemberian makan yang sering dengan kandungan energi dan nutrien yang

padat

- penerapan terapi bermain dengan kelompok bermain atau Posyandu

- Pemberian suntikan imunisasi sesuai jadwal

- Anjurkan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI atau

100.000 SI ) sesuai umur anak setiap Bulan Februari dan Agustus.

1. Fase stabilisasi diberikan Formula WHO 75 atau modifikasi.

Larutan Formula WHO 75 ini mempunyai osmolaritas tinggi sehingga

kemungkinan tidak dapat diterima oleh semua anak, terutama yang mengalami

diare. Dengan demikian pada kasus diare lebih baik digunakan modifikasi

Formula WHO 75 yang menggunakan tepung

2. Fase transisi diberikan Formula WHO 75 sampai Formula WHO 100 atau

modifikasi

3. Fase rehabilitasi diberikan secara bertahap dimulai dari pemberian Formula

WHO 135 sampai makanan biasa

Cara Membuat :

1. Larutan Formula WHO 75

35

Page 36: Refleksi Gizi

Campurkan susu skim, gula, minyak sayur, dan larutan elektrolit,

diencerkan dengan air hangat sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai

homogen dan volume menjadi 1000 ml. Larutan ini bisa langsung diminum

Larutan modifikasi :

Campurkan susu skim/full cream/susu segar, gula, tepung, minyak.

Tambahkan air sehingga mencapai 1 L (liter) dan didihkan hingga 5-7 menit.

2. Larutan Formula WHO 100 dan modifikasi Formula WHO 100

Cara seperti membuat larutan Formula WHO 75

3. Larutan modifikasi :

Tempe dikukus hingga matang kemudian dihaluskan dengan ulekan

(blender, dengan ditambah air). Selanjutnya tempe yang sudah halus disaring

dengan air secukupnya. Tambahkan susu, gula, tepung beras, minyak, dan

larutan elektrolit. Tambahkan air sampai 1000 ml, masak hingga mendidih

selama 5-7 menit (WHO, 2009).

4. Larutan elektrolit

Bahan untuk membuat 2500 ml larutan elektrolit mineral, terdiri atas :

KCL 224 g

Tripotassium Citrat 81 g

MgCL2.6H2O 76 g

Zn asetat 2H2O 8,2 g

Cu SO4.5H2O 1,4 g

Air sampai larutan menjadi 2500 ml (2,5 L)

Ambil 20 ml larutan elektrolit, untuk membuat 1000 ml Formula WHO 75,

Formula WHO 100, atau Formula WHO 135. Bila bahan-bahan tersebut tidak

tersedia, 1000 mg Kalium yang terkandung dalam 20 ml larutan elektrolit

tersebut bisa didapat dari 2 gr KCL atau sumber buah-buahan antara lain sari

buah tomat (400 cc)/jeruk (500cc)/pisang (250g)/alpukat (175g)/melon (400g).

(WHO, 2009)

GASTROENTERITIS AKUT

36

Page 37: Refleksi Gizi

Sampai saat ini penyakit diare merupakan masalah kesehatan

masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka

kesakitan diare dari tahun ke tahun. Diare termasuk sepuluh besar  diagnosis

penyakit pada kunjungan rawat jalan puskesmas.

Sejalan dengan inilah, saat pertemuan lintas sektoral mengenai

penanganan diare telah dibuat kesepakatan bagaimana melakukan penanganan

diare yang efektif.Dalam kesepakatan tersebut juga tercantum, prinsip

penanganan diare yang disebut Lintas Diare.

Prinsip penatalaksanaan penderita diare merupakan upaya standarisasi,

disebut dengan LINTAS DIARE yakni Lima Langkah Tuntaskan Diare, yang

terdiri atas :

1. Pemberian Oralit, untuk mencegah dehidrasi dianjurkan lebih banyak

memberikan cairan rumah tangga yang mempunyai osmolaritas rendah,

seperti: air tajin, kuah sayur dan air matang.Beri Oralit sampai diare

berhenti. Bila muntah, tunggu 10 menit dan dilanjutkan sedikit demi

sedikit.

- Umur < 1 tahun diberi 50-100 ml setiap kali berak

- Umur > 1 tahun diberi 100-200 ml setiap kali berak.

2. Pemberian tablet suplemen Zinc, diberikan dengan dosis untuk anak

berumur kurang dari 6 bulan diberikan 10 mg (1/2 tablet) per hari, untuk

anak berumur lebih dari 6 bulan diberikan 20 mg (1 tablet) per hari,

diteruskan selama 10 hari. Pemberian Zinc selama 10 hari untuk mencegah

keparahan, memperpendek masa diare dan mencegah berulangnya diare 2-

3 bulan kedepan. Zinc diberikan segera pada balita diare akut. Yang

menurun dengan pemberian Zinc adalah  berat, waktu dan kekambuhan.

Secara umum menurun sampai 25%, bahkan penelitian dr. Adi Hidayat

dan Prof Yati Sunarto th 2007 (UGM) : Zinc mempunyai tingkat hasilguna

pada penderita diare akut sampai 67%.

3. Teruskan pemberian ASI dan makanan tambahan, untuk memberikan gizi

agar tetap kuat, dan mencegah berkurangnya berat badan.

- Beri makan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu

anak sehat

37

Page 38: Refleksi Gizi

- Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur setiap porsi makan

- Beri makanan kaya Kalium seperti sari buah segar, pisang, air

kelapa hijau.

- Beri makan lebih sering dari biasanya dengan porsi lebih kecil

(setiap 3-4 jam)

- Setelah diare berhenti, beri makanan yang sama dan makanan

tambahan selama 2 minggu

4. Pengobatan dengan antibiotika harus selektif, hanya atas indikasi,

khususnya untuk indikasi: diare berdarah, berbau/ada lendir, suspek kolera

dan disentri. Dalam kegiatan Tatalaksana diare (Lintas Diare) ini

dinyatakan bahwa penanganan diare akut yang utama adalah rehidrasi

dengan oralit dan point antibiotik baru dinyatakan pada point ke 4 yaitu

pemberian antibiotik secara selektif.  Sejak dulu setiap standar Tatalaksana

diare selalu menempatkan antibiotik pada pilihan terakhir dengan kata-

kata selektif.

5. Penjelasan dan pemberian nasihat, tetap memberikan cairan tambahan

dan kapan harus berkunjung kembali ke puskesmas. Penyuluhan kesehatan

agar semua yang dibahas di atas harus diketahui ibu atau pengasuh anak

untuk dikerjakan di rumah dan apabila diare bertambah parah atau tanda

bahaya diare (muntah dan BAB lebih sering) segera kembali ke

puskesmas/rumah sakit, beberapa tanda-tanda untuk ibu segera membawa

anaknya ke petugas kesehatan jika anak:

- Buang air besar cair lebih sering

- Muntah berulang-ulang

- Mengalami rasa haus yang nyata

- Makan atau minum sedikit

- Demam

- Tinjanya berdarah

- Tidak membaik dalam 3 hari

38

Page 39: Refleksi Gizi

BAB 4

PEMBAHASAN

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, Pasien An. musia 1

tahun 7 bulan datang bersama orang tuanya ke IGD RSUD AWS Samarinda

pada 10oktober2015 dengan keluhan utama BAB Cair. Diagnosis masuk

pasien ini adalah GEA dehidrasi ringan-sedang + Gizi Buruk. Diagnosa ini

ditegakkan berdasarkan hasil dari anamnesa dan pemeriksaan fisik.

Teori Kasus

Anamnesis

Beberapa faktor risisko gizi buruk :

asupan makanan, faktor sosial ekonomi,

pendidikan ibu, penyakit penyerta,

pengetahuan ibu, imunisasi dan BBLR

keluhan utama : BAB cair sejak 1

minggu SMRS, BAB dalam 1 hari

sebanyak 3-4 x dengan tinja cair

berwarna kekuningan. Demam terjadi

sejak 2 hari sebelum masuk RS.

riwayat makan dan minum : Pasien

hanya sedikit minum ASI sejak lahir

sampai 6 bulan dan makanan padat

setelah tidak lagi ASI

riwayat imunisasi : lengkap

riwayat kelahiran : BB lahir 2500 gram

PB Lahir : 47 cm

Pemeriksaan fisik

- Kesan umum tampak sangat

kurus dengan atau tanpa edema

seluruh tubuh

- Status gizi dengan menggunakan

BB/TB-PB untuk

menentukan tipe gizi buruk :

pem.fisik :

ku : CM, tampak lemah

UUB cekung ada tanda dehidrasi

anemis (-/-),ikterik (-/-), sianosis (-/-),

perbesaran KGB

(-/-), ronki (-/-),wheezing (-/-), murmur

39

Page 40: Refleksi Gizi

BB/TB < -3 SD marasmus

Edema pada punggung kaki atau

seluruh tubuh dengan (BB/TB >-

3 SD kwashiorkor ; BB/TB

<-3 SD marassmus-

kwashiorkor)

- Tanda dehidrasi: tampak haus,

mata cekung, turgor lambat.

- Tanda syok (tangan dingin,

capillary refill time yang lambat,

nadi lemah dan cepat),

kesadaran menurun.

- Vital sign : demam (suhu aksilar

≥ 37.5° C) atau hipotermi (suhu

aksilar < 35.5° C), frekuensi dan

tipe pernapasan: pneumonia atau

gagal jantung

- Rambut : warna merah jagung,

mudah rontok

- Mata : konjungtiva pucat (tanda

anemia), konjungtiva atau

kornea yang kering,bercak bitot,

ulkus kornea, keratomalasia

- Mulut : ulkus pada mulut

- Abdomen : pembesaran hati dan

ikterus, perut kembung, bising

usus melemah/meninggi, tanda

asites, atau adanya suara seperti

pukulan pada permukaan air

(abdominal splash)

- Ekstremitas : edema +/- pada

punggung kaki

(-), gallop (-) tidak ada kelainan di

paru dan jantung

BU + N, organomegali (-),turgor

kembali lambat

edema (+), baggy pants (+)

pem.antropometri :

BB/U : < -3 SD (tampak kurus)

PB/U : 0- (-2) SD (normal)

BB/TB : < -3 SD (gizi buruk)

40

Page 41: Refleksi Gizi

- Fokus infeksi: telinga,

tenggorokan, paru, kulit

Lesi kulit pada kwashiorkor:

- hipo- atau hiper-pigmentasi

- deskuamasi

- ulserasi (kaki, paha, genital,

lipatan paha, belakang telinga)

- lesi eksudatif (menyerupai luka

bakar), seringkali dengan infeksi

sekunder (termasuk jamur).

Tampilan tinja (konsistensi, darah,

lendir).

Tanda dan gejala infeksi HIV

Diagnosa

41

Page 42: Refleksi Gizi

Diagnosis gizi buruk:

BB/TB < -3 SD atau <70% dari median

Tanda klinis berupa anak tampak sangat

kurus dan tidak mempunyai jaringan

lemak bawah kulit terutama pada kedua

bahu, lengan, pantat dan paha; tulang

iga terlihat jelas,tanpa adanya edema

1. Anak umur kurang dari 2 tahun

dengan berat badan di bawah

persentil ke-3 sesuai usianya

pada lebih dari satu kali

pengukuran.

2. Anak umur kurang dari 2 tahun

dengan berat badan per umur

(WFA) kurang dari 80 %.

3. Anak umur kurang dari 2 tahun

dengan penurunan berat badan

memotong 2 persentil mayor

atau lebih pada kurva

pertumbuhan

BB/TB : < -3 SD, edema (+) gizi

buruk marasmus kwashiokor

BAB cair >3x sehari GEA

Penurunan berat badan

Penatalaksanaan

42

Page 43: Refleksi Gizi

Penanganan umum gizi buruk meliputi

10 langkah dan terbagi dalam 3 fase

tatalaksana gizi buruk (fase stabilisasi,

fase transisi, dan fase rehabilitasi)

Fase stabilisasi :

D10 % 25-26 tpm

Inj. Ceftriaxone 1 x 500mg

Inj. Gentamisin 1x 30 mg

Paracetamol Syrup 3 x ½ cth

Oralit Sachet 50-100 tiap BAB cair

Zinkid 1x 20 mg

Terapi Gizi sesuai RDA

Kalori 102 kkal/kgBB/hr 754,8

50% 377,4kkal/hr

Protein 1,23 g/kgBB/hr 9.1gr/hr

Cairan 120ml/kgBB/hr 888/hr

Dalam bentuk F75, 12 kali pemberian

43

Page 44: Refleksi Gizi

BAB 5

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Malnutrisi yang hebat mempunyai angka kematian yang tinggi, angka

kematian sering disebabkan oleh karena infeksi sering tidak dapat dibedakan

karena infeksi atau karena malnutrisi sendiri. Prognosis tergantung dari

stadium saat pengobatan mulai dilaksanakan.dalam beberapa hal walaupun

kelihatannya pengobatan adekuat, bila penyakitnya progesif kematian tidak

dapat dihindari, mungkin disebabkan perubahan yang irrevesibel dari sel-sel

akibat under nutrition.

Penanganan yang cepat dan tepat pada kasus-kasus gizi seperti

kwashiorkor, umumnya dapat memberikan prognosis yang cukup baik,

penanganan pada stadium yag lanjut walaupun dapat mningkatkan kesehatan

anak secara umum namun ada kemungkinannya untuk memperoleh gangguan

fisik permanen dan gangguan intelektual. Sedangkan bila penanganan

terlambat atau tidak memperoleh penanganan sama sekali dapat berakibat

fatal.

44

Page 45: Refleksi Gizi

DAFTAR PUSTAKA

Munoz FM, Starke JR. Tuberculosis. Dalam: Berhman, RE, Kliegman RM,

Jenson HB, penyunting. Nelson Textbook of Pediatric. Edisi ke-17.

Philadelphia: WB Saunders Company; 2004. h. 958-72.

Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Hasil Penataran Petugas Kesehatan Dalam

Rangka Pelayanan Gizi Buruk di Puskesmas dan Rumah Sakit, BLK

Cimacan, Oktober 1981.

Departemen Kesehatan RI, WHO, Unicef. Buku Bagan Manajemen Terpadu

Balita Sakit (MTBS) Indonesia, Jakarta 1997

Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Ditjen Binkesmas Depkes. Pedoman

Penanggulangan Kekurangan Energi Protein (KEP) dan Petunjuk

Pelaksanaan PMT pada Balita, Jakarta 1997.

WHO.Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit.Jakarta : 2008

Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Anak Kementrian Kesehatan RI.Panduan

Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan Bagi Balita

Gizi Kurang.Jakarta : 2011

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.Pedoman Pelayanan anak Gizi

Buruk.Jakarta : 2011

Departemen Kesehatan RI. 1993. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks

Keluarga. Jakarta: Departemen Kesehatan.

Hambleton, Garry. 1995. Manual Ilmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Jakarta:

Binarupa Aksara

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC

Neilson, Joan.1987. Perawatan Bayi Tahun Pertama/Joan Nelson;Alih

bahasa,Yustina Rostiawati dan Gianto Widianto. Jakarta: Arcan

Wyeth. Permata Hatiku. Mitra Gizi Keluarga

45