Refleksi
description
Transcript of Refleksi
Data Pasien:
Nama pasien : An. H
Jenis Kelamin : Laki - laki
Usia
: 1 tahun 1 bulan 26 hari
Bangsal: Galilea 3 - Anak (Barat)
Anamnesa:
Keluhan Utama:
Diare , muntah dan demam 4 hari sebelum masuk Rumah Sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang
4 hari sebelum masuk Rumah Sakit, mengalami diare, muntah dan demam.
Diare tidak ada lendir, tidak ada darah, frekuensi diare sekitar 6-7x.
Muntah setiap diberi makanan.
Dilakukan pengobatan dan membaik..
2 hari sebelum masuk Rumah Sakit,
Diare, muntah dan demam lagi
Dilakukan perawatan di RSB.
Masih diare, muntah dan demam.
ASI lancar dan mau minum air putih banyak.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pernah mengalami hal yang serupa
Riwayat Penyakit Keluarga:
Keluarga tidak ada yang mengalami hal yang serupa.
Riwayat Imunisasi:
Imunisasi polio terakhir belum dilakukan. Kesan : imunisasi belum lengkap
Riwayat Persalinan:
Bayi lahir dengan persalinan normal dengan BB 2500 gram, menangis keras, gerak aktif. Kesan : riwayat kelahiran baik.
Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum: tampak lemas,
Kesadaran : compos mentis
Berat badan: 8,4 kg Vital sign: Nadi 124x/menit, Nafas 24x/menit, Suhu 370C
Kepala
: Mata tak tampak cekung, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis
Mukosa mulut dan bibir tidak kering.
Leher
: Tidak ada pembesaran kelenjar limfe,
Dada
:
Inspeksi: Tidak ada retraksi dada, rongga dada simetris,
Palpasi
: Tidak ada ketinggalan gerak pernafasan, tidak ada
nyeri tekan
Perkusi: Suara jantung redup dan suara paru sonor
Auskultasi:.Suara paru vesikuler +/+, tidak ada rhonki maupun wheezing.
Suara jantung dalam batas normal.
(Kesan
: tidak ada kelainan)
Abdomen:
Inspeksi: Tidak ada distensi abdomen.
Auskultasi: Pemeriksaan auskultasi terdapat peristaltic usus positif 20x per
menit.
Perkusi: Pemeriksaan perkusi suara timpani, hepar serta lien pekak.
Palpasi
:.Pada pemeriksaan palpasi tidak didapatkan nyeri tekan pada 9
regio, tidak ada tahanan pada abdomen maupun defans
muscular, tidak ada pembesaran hepar maupun lien. Turgor kulit
abdomen kembali < 2 detik
(Kesan
: tidak ada kelainan)
Pemeriksaan Penunjang:
Hasil Laboratorium Darah Lengkap :
Hb
: 10,8 gr/dL
Leukosit: 10,62 ribu/mmk
Eosinofil: 0,2% Basofil
: 0,6%
Segmen: 41,2%
Limfosit: 44,8%
Monosit: 13,2% Hematokrit: 31,1%
Eritrosit: 4,78 juta/mmk
RDW
: 15,80% MCV
: 65,10 fL
MCH
: 22,60 pg
MCHC
: 34,70 g/dL
Trombosit: 425 ribu/mmk
MPV
: 8,40 fL
PDW
: 8,8 fL
Salmonella Typhii Ig : 0,0
(Kesan : nilai eosinofil kurang dari normal, nilai monosit dan RDW meningkat)
Hasil Laboratorium Feses rutin :
Warna
: kuning kecoklatan
Bau
: amis
Konsistensi
: lembek
Lendir
: +
Kista
: - Ascaris lumbricoides
: - Ankylostoma duodenale: - Oxyuris trichuris
: -
Granula amilum
: - Taenia solium
: - Strongyloides sterco
: -
Globul lemak
: - Entamoeba histolytica
: - Entamoeba coli
: - Giardia lambia
: -
Serat daging
: -
Sisa tumbuhan
: -
Sel epitel
: -
Sel eritrosit
: 0 - 1
(Kesan : feses berwarna kuning kecoklatan, lembek, berbau amis dengan lendir, dan tidak ditemukan bakteri atau parasit)
Diagnosa Kerja:
Diare cair akut dengan dehidrasi ringan
Diagnosa Banding:
Diare cair akut tanpa dehidrasi
Kolera
Tatalaksana :
Rehidrasi parenteral atau oral
Infus Ringers Laktat : Kaen 3B (parenteral)
Oralit (oral)
Diet
Anti demam (Paracetamol)
Anti emetik
Anti biotik
Landasan Teori
Diare cair akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari dengan disertai adanya perubahan konsistensi feses menjadi cair dengan atau tanpa lendir, dan darah yang berlangsung kurang dari 14 hari atau 2 minggu.
Agen penyebab infeksi pada traktus gastrointestinal sehingga menimbulkan diare cair akut antara lain bakteri, virus, maupun parasit. Terdapat dua tipe diare cair akut, yakni : karena infeksi non inflamasi (non inflammatory infection) dan infeksi inflamasi (inflammatory infection). Reaksi inflamasi terjadi oleh karena adanya infeksi bakteri yang khususnya dapat menginvasi mukosa intestinal secara langsung dan memproduki sitotoksin. Bakteri yang menimbukan reaksi inflamasi adalah Enteroinvasif E.Coli, Aeromonas, Campylobacter jejuni, Clostridium difficile, Salmonella, Shigella, dll. Sedangkan reaksi non-inflamasi dapat disebakan oleh karena adanya infeksi yang dapat disebabkan oleh sekresi enterotoksin dari beberapa jenis bakteri, destruksi sel villus oleh virus, perlekatan oleh parasit atau bakteri. Contoh bakteri yang dapat menimbulkan reaksi non-inflamasi adalah enteropatogenik E.Coli, enterotoksik E.Coli, Vibrio cholera, dll. Virus yang sering ditemukan pada klinis terkait dengan gastroenteritis adalah rotavirus, enteric adenovirus, dan astrovirus. Berikut beberapa agen penyebab infeksi pada diare cair akut:
Karakteristik diare cair akut yang disebabkan oleh virus maupun bakteri
PoinViralBakteri
TempatPada negara berkembang dan majuPada tempat dengan kualitas kebersihan yang buruk
MusimBiasa terjadi pada musim dingin atau kejadian tahunan pada negara tropis.Lebih sering terjadi pada musim hujan pada negara tropis, atau pada musim panas
InkubasiSekitar 1-3 hariSekitar 1-7 hari
ReservoirManusiaManusia dan Hewan
DemamSering terjadi pada infeksi oleh karena rotavirus, dan norovirusSering pada infeksi dengan reaksi inflamasi, contoh: E.Coli, Salmonella, Shigella
VomitusSering terjadi dan dapat menjadi tanda atau gejala yang hanya muncul pada pasienSering terjadi, terutama pada bakteri yang mensekresikan toksin.
DiareDapat terjadi dan sering tanpa ada darah.Sering terjadi, kadang dapat disertai darah
Tanda dan gejala diare cair akut dapat dinilai dari riwayat anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, kemudian dapat disimpulkan derajat diare dari pemeriksaan tersebut.
a. Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal - hal sebagai berikut : lama diare (hari), frekuensi buang air besar , konsistensi feses, warna feses, bau feses, ada tidak / lendir dan darah pada feses, apakah ada muntah atau tidak. Bila disertai muntah, bagaimana volume dan frekuensinya. Kencing : seperti biasa, volume berkurang, jarang kencing, atau tidak kencing dalam 6 - 8 jam terakhir.
Selain itu, dapat ditanyakan hal - hal lain yang dapat mendukung anamnesa, yakni: makanan dan minuman yang diberikan selama diare, adakah demam atau penyakit lain yang sedang menyertai seperti: batuk pilek, otitis media, dll.
b. Pemeriksaan Fisik
Diare cair akut, berhubungan dengan beberapa gejala yang diketahui sebagai penanda adanya infeksi. Gejala yang dapat terjadi adalah: demam, muntah dan mual, serta darah pada feses. Demam merupakan reaksi adanya proses infeksi dan berhubungan dengan adanya pathogen invasive. Mual dan muntah sering terjadi oleh karena toksin yang dihasilkan oleh bakteri. Sedangkan darah pada feses mengindikasikan adanya pathogen invasive dan mensekresikan sitotoksin sehingga menimbulkan fese dengan darah.. Gejala lain yang dapat ditemukan adalah nyeri perut,.
Pada pemeriksaan fisik diare cair akut juga bertujuan untuk menilai beratnya atau menentukan derajat dehidrasi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara: membandingkan berat badan sebelum dan selama diare (pemeriksaan secara objektif), dan menggunakan kriteria dehidrasi menurut WHO (pemeriksaan secara subjektif).
Pada saat melakukan pemeriksaan fisik, terdapat pemeriksaan utama yang sangat penting dilakukan. Pemeriksaan awal yang dapat dilakukan adalah menilai keadaan umum pasien. Bila pasien tidak sadar, ada kemungkinan pasien mengalami dehidrasi berat dan harus segera dilakukan tatalaksana rehidrasi melalui intravena. Apabila pasien sadar, maka dapat dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan kriteria dari WHO.
KlasifikasiTanda dan Gejala
Tanpa DehidrasiTidak terdapat cukup tanda untuk diklasifikasikan sebagai dehidrasi ringan atau berat
Dehidrasi Ringan / SedangTerdapat dua atau lebih tanda di bawah ini:
Rewel dan gelisah
Mata cekung
Rasa haus dan ingin minum terus menerus
Cubitan kulit kembali dengan lambat
Dehidrasi BeratTerdapat dua atau lebih tanda di bawah ini:
Letargis / tidak sadar
Mata cekung
Tidak bisa minum atau malas minum
Cubitan kulit perut kembali sangat lambat ( 2 detik)
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium kadang diperlukan untuk menegakkan diagnosa diare cair akut. Beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat menjadi pertimbangan adalah: pemeriksaaan darah , urine, dan feses rutin.
Darah:
Pemeriksaan darah lengkap
Feses:
Pemeriksaan makroskopik, bertujuan untuk menilai keadaan makroskopik dari feses seperti : konsistensi feses, warna, dan lendir serta darah.
Pemeriksaan mikroskopik bertujuan untuk mencari adnaya leukosit yang dapat mengindikasikan adanya proses peradangan mukosa. leukosit dalam feses diproduksi sebagai respon terhadap bakteri yang menyerang mukosa kolon. leukosit yang positif pada pemeriksaan feses menunjukkan adanya mikroorganisme invasive atau yang memproduksi sitotoksin.
Pemilihan terapi didasarkan pada penggantian cairan akibat kehilangan cairan karena muntah, atau mencret. Pada tatalaksana pemberian cairan pada kasus ini yang dilakukan adalah pertama harus mengetahui klasifikasi dari dehidrasi pada pasien terlebih dahulu..
Menurut WHO, klasifikasi dehidrasi ada 3 yakni : tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan / sedang dan dehidrasi berat.
Tanpa dehidrasi
Cairan rehidrasi oralit diberikan 5 - 10 mL/kgBB setiap diare.
Berdasarkan usia : < 1 tahun sebanyak 50 - 100 mL, umur 1 - 5 tahun sebanyak 100 - 200 mL, dan anak umur diatas 5 tauhn dapat diberikan semaunya.
Dehidrasi ringan / sedang
Cairan rehidrasi oral diberikan sebanyak 75 mL/kgBB dalam 3 jam untuk mengganti kehilangan cairan yang telah terjadi dan sebanyak 5 - 10 mL/kgBB setiap diare cair.
Rehidrasi parenteral (intravena) dapat diberikan bila anak muntah setiap diberi minum. Cairan intravena yang dapat diberikan adalah cairan Ringers Laktat atau KaEN 3B atau NaCl dengan jumlah cairan yang dihitung berdasarkan berat badan: 3-10 kg : 200 mL/kgBB/hari, 10 - 15 kg : 175 mL/kgBB/hari, >15 kg : 135 mL/kgBB/hari.
Dehidrasi berat
Diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan cairan RL 100 mL/kgBB dengan pemberian:
< 12 bulan : 30 mL/kgBB dalam 1 jam pertama dan dilanjutkan 70 mL/kgBB dalam 5 jam berikutnya.
> 12 bulan : 30 mL/kgBB dalam jam pertama dan dilanjutkan 70 mL/kgBB dalam 2,5 jam berikutnya.
Berikan cairan per oral dan diberikan bila pasien sudah dapat dan mau minum dimulai dengan 5 mL/kgBB selama proses rehidrasi.
Terapi lain yang dapat diberikan adalah pemberian zinc. Zinc berfungsi untuk menurunkan frekuensi BAB dan volume feses sehingga dapat menurunkan resiko terjadinya dehidrasi pada anak. Zinc dapat diberikan selama 10 - 14 hari dengan ukuran : < 6 bulan : 10 mg per hari, > 6 bulan : 20 mg per hari.
Selain melakukan koreksi cairan dan elektrolit, pemberian nutrisi tetap diberikan. Apabila anak masih minum ASI, maka ASI dapat dilanjutkan. Perlu dilakukan perbaikan nutrisi untuk anak, seperti memberikan asupan makanan pada anak yang berumur 6 bulan atau lebih. Anak tidak boleh dipuasakan, meskipun anak tidak nafsu makan, dapat diberikan sedikit - sedikit tetapi sering (6x sehari) dengan makanan rendah seerat dan buah - buahan terutama pisang.
Medikamentosa seperti antibiotic tidak boleh diberikan pada diare cair akut. Terapi antibiotic hanya dapat diberikan pada diare dengan indikasi disentri atau kolera. Pemberian antibiotic akan mengganggu keseimbangan flora usus sehingga dapat memperpanjang diare. Selain itu pemberian antibiotic dapat meningkatkan resiko terjadinya resistensi bakteri. Apabila ada indikasi ke arah disentri, maka dapat dipertimbangkan untuk pemberian antibiotic seperti:
Kotrimoksazol 4 mg/kgBB (TMP) dan 20 mg/kgBB (SMZ), 2 dd 1
Metronidazol 50 mg/kgBB/hari 3 dd 1
Edukasi yang dapat diberikan terkait dengan kasus anak antara lain:
ASI atau makanan tetap diberikan.
Kepatuhan dalam menjalani terapi, terlebih bila menggunakan antibiotic
Kebersihan anak dijaga dengan cara cuci tangan sebelum dan sesudah beraktivitas dan makan.
Tetap dipantau perkembangan anak, dan rajin kontrol ke pusat pelayanan kesehatan terdekat untuk mengontrol perkembangan anak pasca sakit.
Perlunya menjaga kebersihan lingkungan sekitar.
DAFTAR PUSTAKA
Pudjiadi, Antonius H ed et. al. 2010. PEDOMAN PELAYANAN MEDIS IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA JILID 1. Jakarta : Indonesia
WHO. 2009. Pocket Book of Hospital Care for Children, Guidelines for the Management of Common Illness with Limited Resources. 2nd Edition.
BakteriVirusParasitAeromonasAstrovirusBalantidium coliBacillus cereusCalcivirusBlastocystis homonisCampylobacter jejuniEnteric AdenovirusCryptosporodium parvumClostridium perfringensCoronavirusEntamoeba histolyticaClostridium defficileRotavirusGiardia lambiaEscherichia coliNorwalk virusIsospora belliPlesiomonas shigeloidesHerpes simplex virusStrongyloides stercoralisSalmonella spCytomegalovirusTrichuris trichiuraShigella spStaphylococcus aureusVibrio choleraYersinia enterocolitica