Referat Vervul New
description
Transcript of Referat Vervul New
VERUKA VULGARIS
I. PENDAHULUAN
Veruka vulgaris (kutil, common wart) merupakan neoplasma jinak
intraepidermal yang disebabkan oleh virus dari kelompok human
papillomavirus (HPV). Terdapat sejumlah strain pada HPV yang dapat
menimbulkan berbagai macam bentuk klinis. Insidensi common wart di Eropa
diperkirakan 7-10%, dan di Amerika sebanyak 1%, sedangkan dari usia
pasien lebih sering terjadi pada anak dan dewasa muda dengan insidensi
sebanyak 10% terutama antara usia 5 - 20 tahun dan hanya 15% terjadi
setelah usia 35 tahun. 1,2
Pertumbuhan jinak ini disebabkan human papiloma virus, dapat terjadi
di berbagai permukaan kulit yang dilapisi epitel. HPV-1, -2, -4, -27, -57, dan -
63 menyebabkan common wart. Veruka vulgaris dengan klinis lesi
hiperkeratotik, eksopitik dan berbentuk kubah, papula atau nodul terutama
terletak pada jari, tangan, lutut, siku atau lainnya pada situs trauma.
Pemeriksaan histopatologi menunjukkan adanya hiperplasia dari semua
lapisan epidermis. Perubahan seluler yang disebut koilocytosis, merupakan
karakteristik infeksi HPV.1,2,3
Kutil tidak bersifat karsinogenik, namun sedikit dapat menular dari
orang ke orang, dan dari bagian ke bagian tubuh lain pada orang yang sama.
Mereka dapat muncul di mana saja pada kulit, tetapi seringkali muncul pada
jari, tangan dan lengan. Common wart merupakan masalah penting yang
menjadi perhatian dan rasa frustrasi pada sebagian pasien dan dokter sejak
awal zaman Yunani dan Romawi. Kutil ini sangat mempengaruhi kualitas
hidup pasien dengan menyebabkan malu, takut penilaian negatif oleh orang
lain dan frustrasi disebabkan oleh kutil yang menetap dan kekambuhan yang
terjadi.2,3
II. EPIDEMIOLOGI
Tersebarnya kosmopolit dan transmisinya melalui kontak kulit, maupun
autoinokulasi. Transmisi kontak kulit yang dimaksud adalah kontak langsung
1
terhadap penderita dengan orang lain apabila terdapat lesi mikro pada kulit.
Setelah terinfeksi, virus ini dapat menjadi laten dari hitungan minggu hingga
tahunan baru kemudian timbul kutil.4,5 Veruka vulgaris yang disebabkan oleh
HPV ini dapat diperoleh dari beberapa faktor, termasuk lokasi tempat lesi,
kuantitias virulensi maupun status imunologi HPV-spesifik dari individu yang
terekspos. Peranan dari imunitas dan kerentanan genetik terhadap infeksi
virus Papilloma belum dimengerti sepenuhnya. Penurunan angka kejadian
veruka berjalan dengan bertambahnya peningkatan usia.6
Mayoritas pasien dengan veruka vulgaris berusia antara anak sampai
dengan dewasa muda insidensi sebanyak 10%, terutama antara usia 5 - 20
tahun dan hanya 15% terjadi setelah usia 35 tahun. Pada comparative study
retrospektif tahun 1982 dari 35 pasien common wart, umur pasien antara 18-
32 tahun dan 61% diantaranya adalah laki-laki. Insidensi common wart di
Eropa diperkirakan 7-10%, dan di Amerika sebanyak 1%, Sedangkan dari
usia, pasien lebih sering terjadi pada anak dan dewasa muda dengan
insidensi sebanyak 10%.2 Common wart merupakan penyakit infeksi kulit
terbanyak kedua pada anak usia sekolah di Taiwan, common wart menempati
urutan kedua (5,1%). Insiden meningkat selama usia sekolah untuk mencapai
puncaknya pada masa remaja dan dewasa awal. Dalam berbagai studi, telah
diperkirakan bahwa 3-20% dari anak usia sekolah memiliki kutil. Faktor yang
mempengaruhi peningkatan insidensi ini belum diketahui dengan jelas. Di
negara-negara dengan layanan medis yang sangat maju, tingkat rujukan kutil
ke klinik dermatologi telah sangat meningkat dalam 50 tahun terakhir. Namun,
untuk common wart, belum ada data yang cukup untuk menilai apakah ini
mencerminkan peningkatan sejati dalam angka kejadian atau peningkatan
permintaan untuk pengobatan saja.6,7
III. ETIOLOGI
Kutil adalah pertumbuhan jinak yang disebabkan human papiloma
virus (HPV), ini terjadi di berbagai permukaan kulit yang dilapisi epitel. Semua
genom HPV tersusun dari 8000 pasang basa nukleotida, yang ditampilkan
sebagai suatu sekuens linear tetapi sebenarnya merupakan lingkaran tertutup
dari DNA untai ganda. Kotak-kotak tersebut menggambarkan gen-gen virus,
2
masing-masingnya mengkode suatu protein. Regio regulasinya ialah segmen
DNA yang tidak mengkode protein, tetapi berpartisipasi dalam meregulasi
ekspresi gen virus dan replikasi dari DNA virus.2,3
Gambar 1. Human Papilomavirus
Sumber:http://topics.time.com/infectiousdiseases/pictures/
&docid=Sbriebx7aXJ_yM&imgurl
Lecet pada kulit dan infeksi diakibatkan oleh maserasi epitel yang
paling sering digunakan sebagai saluran untuk HPV ke basal keratinosit yang
merupakan target utama untuk infeksi HPV. Berbagai strain dan varian HPV
yang berbeda telah diidentifikasi berdasarkan studi DNA dan serologis untuk
mendeteksi jenis antibodi spesifik terhadap kapsid antigen HPV.6,7
HPV-1, -2, -4, -27, -57, dan -63 menyebabkan common wart. Aktivasi
virus mungkin tergantung pada kekebalan imunitas dan respon dari individual
yang terinfeksi. Proses serokonversi setelah infeksi alami relatif lambat dan
tergantung pada viral load atau infeksi yang menetap. Kambuh setelah
kesembuhan klinis sering disebabkan virus laten dibandingkan reinfection.
Keberadaan DNA HPV pada bentuk subklinis atau laten dapat dideteksi oleh
polymerase chain reaction dan hybridization.6
IV. PATOGENESIS
Infeksi HPV terjadi melalui inokulasi virus pada epidermis yang viabel
melalui defek pada epitel. Maserasi kulit mungkin merupakan faktor
predisposisi yang penting, seperti yang ditunjukkan dengan meningkatnya
insidens kutil plantar pada perenang yang sering menggunakan kolam renang
umum. Meskipun reseptor seluler untuk HPV belum diidentifikasi, permukaan
3
sel heparan sulfat, yang dikode oleh proteoglikan dan berikatan dengan
partikel HPV dengan afinitas tinggi, dibutuhkan sebagai jalan masuknya.
Untuk mendapat infeksi yang persisten, mungkin penting untuk memasuki sel
basal epidermis yang juga sel punca (sel stem) atau diubah oleh virus
menjadi sesuatu dengan properti (kemampuan/ karakter) seperti sel punca.
Ketika sel-sel ini membelah, genom virus juga bereplikasi dan berpartisi
menjadi tiap sel progeni, kemudian ditransportasikan dalam sel yang
bereplikasi saat mereka bermigrasi ke atas untuk membentuk lapisan yang
berdifferensiasi.6
Setelah eksperimen inokulasi HPV, veruka biasanya muncul dalam 2
sampai 9 bulan. Observasi ini mengimplikasikan bahwa periode infeksi
subklinis yang relatif panjang dan dapat merupakan sumber yang tidak terlihat
dari virus infeksius. Permukaan yang kasar dari kutil dapat merusak kulit yang
berdekatan dan memungkinkan inokulasi virus ke lokasi yang berdekatan,
dengan perkembangan kutil yang baru dalam periode minggu sampai bulan.
Tiap lesi yang baru diakibatkan paparan insial atau penyebaran dari kutil yang
lain. Tidak ada bukti yang meyakinkan untuk disseminasi melalui darah.
Autoinokulasi virus pada kulit yang berlawanan seringkali terlihat pada jari-jari
yang berdekatan dan di regio anogenital.6
Ekspresi virus (transkripsi) sangat rendah sampai lapisan Malpigi
bagian atas, persis sebelum lapisan granulosum, dimana sintesis DNA virus
menghasilkan ratusan kopi genom virus tiap sel. Protein kapsid virus
disintesis menjadi virion di sel nukleus. DNA virus yang baru disintesis ini
dikemas menjadi virion dalam nukleus dari sel-sel Malpigi yang
berdifferensiasi ini. Protein virus yang dikenal dengan E1-E4 (produk RNA
yang membelah dari gen-gen E1 dan E4) dapat menginduksi terjadinya
kolaps dari jaring-jaring filamen keratin sitoplasma ini. Hal ini dipostulasikan
untuk memfasilitasi pelepasan virion dari sitoskeleton yang saling berikatan
silang dari keratinosit sehingga virus dapat diinokulasikan ke lokasi lain atau
berdeskuamasi ke lingkungan.6
HPV tidak bertunas dari nukleus atau membran plasma, seperti halnya
banyak virus seperti virus herpes simpleks atau human immnodeficiency virus
(HIV). Oleh karena itu, mereka tidak memiliki selubung lipoprotein yang 4
menyebabkan kerentanan terhadap inaktivasi yang cepat oleh kondisi
lingkungan seperti pembekuan, pemanasan, atau dehidrasi dengan alkohol.
Berlainan dengan itu, virion HPV resisten terhadap desikasi dan deterjen
nonoksinol-9, meskipun paparan virion dengan formalin, deterjen yang kuat
seperti sodium dodesil sulfat, atau temperatur tinggi berkepanjangan
mengurangi infektivitasnya. HPV dapat tetap infeksius selama bertahun-tahun
ketika disimpan di gliserol dalam temperatur ruangan. Memang, bentuk L1
dan L2 membentuk kapsid protein yang sangat stabil dan terbungkus rapat.6
Karena replikasi virus terjadi pada tingkatan yang lebih tinggi dari epitel
dan yang terdiri dari keratinosit yang tidak bereplikasi, HPV harus memblok
differensiasi akhir dan menstimulasi pembelahan sel untuk memungkinkan
enzim-enzim dan kofaktor yang penting untuk replikasi DNA virus.6
V. MANIFESTASI DAN GAMBARAN KLINIS
Kutil ini terutama terdapat pada anak, tetapi juga terdapat pada
dewasa dan orang tua. Tempat predileksinya terutama di ektremitas bagian
ekstensor, walaupun demikian penyebarannya dapat ke bagian lain tubuh
termasuk mukosa mulut dan hidung. Kutil ini bentuknya bulat berwarna abu-
abu, besarnya lentikular atau jika berkonfluensi berbentuk plakat, permukaan
kasar (verukosa). Dengan goresan dapat timbul autoinokulasi sepanjang
goresan (fenomen Köbner).5,6
5
Gambar 2. Common wart; (a) digiti manus, (b) manus.
Sumber: http://missinglink.ucsf.edu/lm/DermatologyGlossary/img/VerrucaVulgaris-
VV.jpg&imgrefurl=http://missinglink.ucsf.edu/lm/
Dikenal pula induk kutil yang pada suatu saat akan menimbulkan anak-
anak kutil dalam jumlah yang banyak. Ada pendapat yang menggolongkan
sebagai penyakit yang sembuh sendiri tanpa pengobatan.
Ada beberapa jenis verucca vulgaris yang memiliki karakteristik klinis
diagnostik nama sesuai dengan fitur klinis, jenis virus dan situs yang terkena.
Yaitu antara lain:
Plantar wart
Veruka vulgaris terjadi pada telapak kaki. Sebuah bentuk lesi keratotik
tanpa elevasi yang berbeda. Menyerupai tylosis dan clavus, tetapi dapat
dibedakan dengan cara dikorek. Jika permukaan Scraping dari lesi
menyebabkan keratotik petechiae, diagnosis kutil plantar.3
6
A B
Gambar 3. Plantar wart
Sumber: http://www.dermis.net/dermisroot/en/14135/imagep.htm
Myrmecia
Berukuran kecil, bentuk kubah berbentuk nodul pada telapak kaki atau
tangan. Hal ini disebabkan oleh infeksi HPV-1 dan mungkin menyerupai
moluskum kontagiosum. Hal ini juga disebut kutil palmoplantar yang dalam.
Memiliki penampilan berwarna merah, dan seperti kawah.7
Gambar 4. Myrmecia wart
Sumber : http://www.dermnetnz.org/doctors/viral-infections/warts.html
7
Pigmented wart
Hal ini disebabkan oleh infeksi HPV-4 atau HPV-65, atau HPV- 60
dalam kasus yang jarang. Ini memiliki fitur klinis veruka vulgaris dan
pigmentasi kehitaman, juga disebut kutil hitam.7
Gambar 5. Pigmented wart
Sumber : http://www.scielo.br/scielo.php=&script=sci_arttext&tlng=en
Filiform wart
Memiliki penampilan panjang, penonjolan kecil, tipis dengan diameter
beberapa milimeter. Lesi tunggal dapat juga multiple terutama terjadi pada
kepala, wajah dan leher. Merupakan variasi lain dari common wart secara
morfologi yang disebabkan oleh HPV -2.6,7
Gambar 6. Filiform wart di wajah
Sumber : http://www.dermis.net/dermisroot/en/14135/imagep.htm
8
Gambar 7. Veruka vulgaris: (a) pada daerah yang sering trauma, (b) doughnut wart
Sumber:http://skinsight.com/images/webChild/commonWartVerrucaVulgaris.jpg&img
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Histopatologi
Verruca terdiri dari epidermis yang akantotik dengan papillomatosis,
hiperkeratosis, dan parakeratosis. Rete ridges yang memanjang seringkali
tertuju langsung pada pusat kutil. Pembuluh darah kapiler dermis ialah
prominen dan mungkin mengalami trombosis. Sel-sel mononuklear mungkin
ada. Keratinosit besar dengan nukleus piknosis eksentrik dikelilingi oleh halo
perinukleus (sel koilositotik atau koilosit) yang merupakan karakteristik dari
papilloma yang dikaitkan dengan HPV. Koilosit yang divisualisasikan dengan
pengecatan Papanicolaou (Pap) menggambarkan tanda terjadinya infeksi
HPV. Sel yang terinfeksi PV mungkin memiliki granul-granul eosinofilik kecil
dan kelompok padat granul-granul keratohialin basofilik. Granul-granul
tersebut dapat terdiri dari protein HPV E4 (E1-E4) dan tidak menunjukkan
banyaknya partikel-partikel virus. Kutil yang datar kurang memiliki akantosis
9
A B
dan hiperkeratosis dan tidak memiliki parakeratosis atau papillomatosis. Sel
koilositotik biasanya sangat banyak, menunjukkan sumber lesi virus.6
Gambar 8. Gambaran histopatologi veruka vulgaris
Sumber: Androphy, Elliot J., Rowy, Douglas R. Wart: Human Papiloma Virus, Common Wart
edited by Klaus Wolff, Lowell A. Goldsmith, etc. in Fitzpatrick’s Dermatology In General
Medicine, 7 th Ed. McGraw-Hill: New York; 2008 .
VII. DIAGNOSIS
Dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gambaran klinis.
Gambaran klinis yang khas dan riwayat penyakit, papul yang lama kelamaan
membesar biasanya mengarahkan pada diagnosis kutil virus. Pemeriksaan
histologi dapat digunakan untuk mengkonfirmasikan diagnosis tersebut.
Deteksi imunohistokimia dapat digunakan untuk mendeteksi kapsid protein ini
pada materi-materi klinis, termasuk jaringan yang difiksasi dengan formalin,
akan tetapi tidak sensitif.6
VIII. DIAGNOSIS BANDING
A. Tuberkulosis kutis verukosa
10
Lesi tunggal, lebih kasar dan dapat memanjang dengan
penyebaran serpiginosa, yang berarti penyakit menjalar ke satu jurusan
diikuti penyembuhan di jurusan yang lain. Gambaran khas seperti bulan
sabit. Tempat predileksinya pada tungkai bawah dan kaki, tempat yang
lebih sering mendapat trauma, tersering di lutut.8
Gambar 9. Tuberkulosis Kutis Verukosa
Sumber: http://tentangkedokteran.files.wordpress.com/2009.jpg
B. Keratosis Seboroik
Status dermatologi yang dapat dilihat adalah berbatas tegas,
berwarna kecoklatan atau hiperpigmentasi, dan sedikit meninggi
disbanding permukaan kulit sehingga penampakan keratosis seboroik
seperti tertempel dalam permukaan kulit. Kebanyakan dari keratosis
seboroik memiliki permukaan seperti veruka, dengan konsistensi yang
halus atau lembut. Walaupun biasanya diameter lesi keratosis seboroik
berkisar dalam hitungan beberapa millimeter saja, tetapi ada beberapa lesi
yang dapat mencapai ukuran diameter dalam sentimeter. Krusta dan
dasar yang inflamasi dapat ditemukan jika lesi terpapar dengan trauma.
11
Gambar 10. Keratosis Seboroik
Sumber: http://www.mayoclinic.com/image/seborrheickeratosis.jpg
IX. PENATALAKSANAAN
A. Topikal
1. Asam Salisilat
Efek keratolitik asam salisilat membantu untuk mengurangi
ketebalan kutil. Sebuah persiapan yang mengandung 12-26% asam
salisilat dengan tambahan asam laktat, dalam collodion adalah pilihan
pertama untuk kutil umum dan plantar. Dalam studi banding penggunaan
harian selama 3 bulan mencapai angka kesembuhan dari 67% untuk kutil
tangan, 84% untuk kutil plantar sederhana dan 45% untuk kutil mosaik
plantar.2,9
2. Imiquimod (Aldara)
Immunomodulator topikal ini menjanjikan pengobatan baru untuk
kutil. Imiquimod sebagai krim 5%. Beberapa penelitian menghasilkan
hasil yang berbeda. Saat ini digunakan sekali sehari selama 4 minggu,
dari 10 partisipan, 9 mendemonstrasikan klirens komplit dengan tingkat
kesembuhan 88.9% dan tingkat kekambuhan 20%. Berdasarkan
penelitian cohort, Imiquimod ini dapat digunakan sebagai terapi lini
pertama untuk flat wart.6,9,10
3. Bleomycin (Blenoxane)
12
Merupakan agen kemoterapi yang menginhibisi sintesis DNA
dalam sel dan virus. Bleomycin dapat digunakan sebagai terapi alternatif
pada kutil yang tidak berespon terhadap terapi lain atau sulit untuk
dilakukan pembedahan. Terdapat 15 unit vial Bleomicyn; diencerkan
dalam 30ml NS dan 0.3ml (0.15 unit) diinjeksikan ke dalam kutil tersebut.
Injeksi dapat dilakukan setiap 3-4 minggu sampai bersih dari veruka. Efek
samping yang didapat berupa bekas luka (scar), perubahan pigmentasi
kulit dan fenomena Raynaud’s.6,9,10
4. Asam Retinoid
Asam retinoid sistemik telah digunakan untuk mengobati kutil
dikarenakan kemampuannya dalam proses keratinisasi dan akselerasi
klirens kutil dengan menginduksi dermatitis iritan. Penelitian kecil
membuktikan efisiensi nya pada kutil yang ekstensif pada anak. Dosis
etretinate 1 mg/kgBB/hari selama kurang dari 3 bulan pada 20 anak dalam
sebuah penelitian, 16 anak mendemonstrasikan klirens komplit tanpa
kekambuhan. Asam retinoid dapat digunakan sebagai pengobatan lini
kedua untuk flat wart.9,11
B. Tindakan
1. Krioterapi
Krioterapi dengan nitrogen cair digunakan pada kutil yang tidak
berhasil diobati dengan obat olesan. Bisa menggunakan peralatan
sederhana berupa cutton bud, alat ini dimasukkan ke dalam nitrogen
cair dan kemudian ditutulkan pada kutil sampai kutil dan kulit sekitar
yang mengelilinginya membeku. Cara lain adalah dengan
menggunakan semprotan nitrogen cair. Respon terhadap pengobatan
dengan krioterapi sebanding dengan yang dicapai dengan asam
salisilat. Pengobatan diulang setiap 3 minggu memberikan angka
kesembuhan 30-70% untuk kutil tangan setelah 3 bulan. Kerugian
utama dari pembekuan adalah nyeri. Hal ini tak terduga dan
mengejutkan variabel antara pasien, tetapi dalam beberapa kasus,
terutama dengan waktu pembekuan lebih lama, itu bisa berat dan
menetap selama beberapa jam atau bahkan beberapa hari. Aspirin
oral dan steroid topikal yang kuat dapat membantu.10,14,15
13
2. Kauter/ elektrokoagulasi
Kauter digunakan untuk kutil dengan ukuran relative besar dan
kutil yang menyakitkan atau resisten. Kauter dilakukan dibawah
anesthesia lokal, pertumbuhan kutil tersebut dihentikan dan dasar dari
kutil tersebut dibakar dengan diatermi atau kauter. Luka akibat
tindakan ini dapat sembuh dalam 2 minggu, dan meskipun demikian
sebanyak 20% untuk angka rekurensinya. Efek samping tindakan ini
tidak ada selain menimbulkan rasa nyeri saat tindakan dan membawa
risiko jaringan parut.7
3. Laser
Laser karbon dioksida telah digunakan untuk mengobati
berbagai bentuk yang berbeda dari kutil, baik kulit dan mukosa. Hal ini
dapat efektif dalam memberantas beberapa kutil sulit, seperti kutil
periungual dan subungual, yang telah tidak responsif terhadap
pengobatan lainnya. Namun, sebagai metode yang merusak, karbon
dioksida terapi laser dapat menyebabkan rasa sakit pasca-operasi
yang signifikan, jaringan parut dan hilangnya fungsi sementara.8,9
4. Koagulator inframerah
Sebagai metode lain, koagulator inframerah dapat digunakan
untuk mengobati kutil. Suatu penelitian melaporkan angka
kesembuhan dalam serangkaian dari 44 kutil adalah 70%, yang lebih
baik dibandingkan dengan cryotherapy.10,12
5. Bedah Eksisi
Metode dengan eksisi ini dilakukan dengan menggunakan
scalpel (pisau bedah) dan dibawah anesthesia lokal. Kemudian luka
bekas eksisi ditutup dengan jahitan dan biasanya jaringan parut tidak
dapat dihindarkan dan kekambuhan pada kutil di bekas luka sering
terjadi.10,12
X. PROGNOSIS
14
Sekitar 23% dari kutil regresi spontan dalam waktu 2 bulan, 30% dalam
waktu 3 bulan dan 65% -78% dalam 2 tahun. Pasien yang sebelumnya telah
terinfeksi memiliki risiko lebih tinggi untuk pengembangan kutil baru daripada
mereka tidak pernah terinfeksi. Tingkat kesembuhan dipengaruhi oleh faktor-
faktor seperti jenis virus, status kekebalan tubuh, tingkat dan durasi kutil.
Common wart memiliki insiden untuk menjadi suatu keganasan, banyak studi
yang menunjukkan DNA HPV terdapat pada actinic keratoses, basal cells
carcinomas dan psoriasis dalam kadar rendah. Namun etiologi dan
patogenesis dari lesi jinak, pre-malignant, maupun malignant tersebut masih
kontroversial, karena dalam suatu penelitian yang menggunakan PCR dapat
mendeteksi DNA HPV pada kulit normal dan pada folikel rambut normal.6,12
XI. KESIMPULAN
Veruka vulgaris (kutil, common wart) merupakan neoplasma jinak
intraepidermal yang disebabkan oleh virus dari kelompok human
papillomavirus (HPV). Pertumbuhan jinak ini disebabkan human papiloma
virus, ini terjadi di berbagai permukaan kulit yang dilapisi epitel. HPV-1, -2, -4,
-27, -57, dan -63 menyebabkan common wart.
Predileksi paling sering di tangan, jari-jari tangan dan kaki/ telapak
kaki, tapi dapat pula tumbuh dimana saja pada epidermis dan mukosa.
Efloresensinya mula-mula papula kecil seukuran kepala jarum, warna kulit
seperti biasa, jernih, kemundian tumbuh menonjol, permukaan papiler warna
lebih gelap dan hiperkeratotik.
Dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gambaran klinis.
Gambaran klinis yang khas dan riwayat penyakit, papul yang lama kelamaan
membesar biasanya mengarahkan pada diagnosis kutil virus. Pemeriksaan
histologi dapat digunakan untuk mengkonfirmasikan diagnosis tersebut.
Penatalaksanaan veruka vulgaris terdiri dari penatalaksanaan umum
dan khusus. Penatalaksanaan umum yaitu menjelaskan kepada pasien
mengenai penyakit pasien dan pengelolaannya. Penatalaksanaan khusus
meliputi tindakan non bedah dan tindakan bedah.
DAFTAR PUSTAKA
15
1. Brown, Robin G., Burns, T. Lectures Notes Dermatologi: Infeksi Virus, 8 th Ed.
Erlangga Medical Series: Jakarta; 2007, p.25-7.
2. Billet, Jenniffer K., Nelson, Andrew A. Viral Infections of the Skin: Verruca
Vulgaris (Common Warts) in Lippincott’s Primary Care Dermatology.
Lippincott William and Wilkins: Philadelphia; 2011, p.137-40.
3. Leto, Maria G., Francisco, G., Porro, Adriana M. Human papillomavirus
infection: etiopathogenesis, molecular biology and clinical manifestations.
2011. (updated 2011 April 3). Available from: http://www.scielo.br/scielo.php
4. Tam, M. Monday’s medical myth: warts aren’t contagious. 2012. (updated
2012 August 13). Available from: http://www.unsw.com
5. Handoko, Ronny P. Penyakit Virus: Veruka Vulgaris edited by Djuanda A,
Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, 5th Ed. Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta; 2007, p.112-13.
6. Androphy, Elliot J., Rowy, Douglas R. Wart: Human Papiloma Virus, Common
Wart edited by Klaus Wolff, Lowell A. Goldsmith, etc. in Fitzpatrick’s
Dermatology In General Medicine, 7th Ed. McGraw-Hill: New York; 2008,
p.1914-1922.
7. Oakley, A. Viral warts. 2009. (updated 2012 June 5). Available from:
http://www.dermnetnz.org/doctors/viral-infection/warts.html
8. Siregar, DTM. Atlas Berwarna : Saripati Penyakit Kulit. EGC: Jakarta; 2008,
p.87-8.
9. Bacelieri, Rocky. Johnson, Sandra M. Cutaneous Warts: An Evidence-Based
Approach to Therapy. 2005. (cited 2005 August 15) available from:
http://www.aafp.org/afp
10. Shenefelt, Philip D., James, William D. Nongenital Warts: Treatments. 2012.
(updated 2012 October 30) available from: http://www.medscape.com
11. Cunha, John P., Davis, Charles P. Warts: Diagnosis and When to Seek
Medical Care for Warts. 2012. (updated 2013 Februari 12). Available from:
http://www.emedicinehealth.com/warts/htm
12. Leman JA, Benton EC. Verrucas: Guidelines for management. Am J Clin:
Dermatol; 2000; p.143-149.
16
13. Gibbs S, Harvey I, Sterling J, et al. Review: common topical applications
containing salicylic acid or lactic acid improve clinical cure in non-refractory
viral warts. 2002.
14. Cockayne S, Curran M, Denby G, et al. Cryotherapy versus salicylic acid for
the treatment of verrucae – a randomized controlled trial. 2011.
15. Focht, Dean R., Spicer, Carole R., Fairchok, Mary P. The Efficacy of Duct
Tape vs Cryotherapy in the Treatment of Verruca Vulgaris. American Medical
Association: 2002; p.971-4.
17