Referat Radiologi Derilandry New

47
BAB I PENDAHULUAN Vertebra (tulang belakang) dimulai dari cranium sampai pada apex coccigeus, membentuk skeleton dari leher, punggung dan bagian utama dari skeleton (tulang cranium, costa dan sternum). Fungsi vertebra yaitu melindungi medulla spinalis dan serabut syaraf, menyokong berat badan dan berperan dalam perubahan posisi tubuh. Trauma vertebra adalah cedera yang terjadi pada tulang belakang. Trauma tulang dapat mengenai jaringan lunak berupa ligamen, discus dan faset, tulang belakang dan medulla spinalis. Penyebab trauma vertebra adalah kecelakaan lalulintas (44%), kecelakaan olahraga (22%), terjatuh dari ketinggian (24%), dan kecelakaan kerja . Trauma tulang belakang menurut ketidakstabilannya digolongkan menjadi trauma stabil dan trauma tidak stabil. Sedangkan, menurut lokasinya trauma tulangbelakang (vertebra) dibagi menjadi trauma cervical dan torakolumbal. Diagnosis klinik adanya fraktur cervical dan thorakolumbal didapatkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan berupa Department of Radiology FK UKI | Pemeriksaan Radiologis Trauma Vertebrae 1

description

Radiologi

Transcript of Referat Radiologi Derilandry New

Page 1: Referat Radiologi Derilandry New

BAB I

PENDAHULUAN

Vertebra (tulang belakang) dimulai dari cranium sampai pada apex coccigeus,

membentuk skeleton dari leher, punggung dan bagian utama dari skeleton (tulang

cranium, costa dan sternum). Fungsi vertebra yaitu melindungi medulla spinalis dan

serabut syaraf, menyokong berat badan dan berperan dalam perubahan posisi tubuh.

Trauma vertebra adalah cedera yang terjadi pada tulang belakang. Trauma tulang

dapat mengenai jaringan lunak berupa ligamen, discus dan faset, tulang belakang dan

medulla spinalis. Penyebab trauma vertebra adalah kecelakaan lalulintas (44%),

kecelakaan olahraga (22%), terjatuh dari ketinggian (24%), dan kecelakaan kerja .Trauma tulang belakang menurut ketidakstabilannya digolongkan menjadi trauma

stabil dan trauma tidak stabil. Sedangkan, menurut lokasinya trauma tulangbelakang

(vertebra) dibagi menjadi trauma cervical dan torakolumbal.

Diagnosis klinik adanya fraktur cervical dan thorakolumbal didapatkan melalui

anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan berupa

pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan pada trauma tulang belakang meliputi

pemeriksaan konvensional, tomografi konvensional, CT scan atau CT mielo, MRI

tergantung dari indikasinya. Pemeriksaan konvensional masih merupakan

pemeriksaan utama dan pemeriksaan pertama yang harus dilakukan. Pemeriksaan CT

scan dan MRI dilakukan untuk melengkapi pemeriksaan konvensional untuk evaluasi

yang lebih detil atau untuk melihat kelainan yang tidak dapat dilihat pada

pemeriksaan konvensional.

| Pemeriksaan Radiologis Trauma Vertebrae 1

Page 2: Referat Radiologi Derilandry New

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Vertebra

Tulang belakang manusia adalah pilar atau tiang yang berfungsi sebagai

penyangga tubuh dan melindungi medulla spinalis. Pilar itu terdiri atas 33 ruas

tulang belakang yang tersusun secara segmental yang terdiri atas 7 ruas tulang

servikal (vertebra cervicalis), 12 ruas tulang torakal (vertebra torakalis), 5 ruas

tulang lumbal (vertebra lumbalis), 5 ruas tulang sakral yang menyatu (vertebra

sakral), dan 4 ruas tulang ekor (vertebra koksigeus).

Setiap ruas tulang belakang dapat bergerak satu dengan yang lain oleh

karena adanya dua sendi di posterolateral dan diskus intervertebralis di

anterior. Pada pandangan dari samping pilar tulang belakang membentuk

lengkungan atau lordosis di daerah servikal, torakal dan lumbal. Keseluruhan

vertebra maupun masing-masing tulang vertebra berikut diskus

intervertebralisnya bukanlah merupakan satu struktur yang mampu melenting,

| Pemeriksaan Radiologis Trauma Vertebrae 2

Gambar 1. Gambar Kolumna Vertebrae

Page 3: Referat Radiologi Derilandry New

melainkan satu kesatuan yang kokoh dengan diskus yang memungkinkan

gerakan antar korpus ruas tulang belakang.

Lingkup gerak sendi pada vertebra servikal adalah yang terbesar.

Vertebra torakal berlingkup gerak sedikit karena adanya tulang rusuk yang

membentuk toraks, sedangkan vertebra lumbal mempunyai ruang lingkup

gerak yang lebih besar dari torakal tetapi makin ke bawah lingkup geraknya

makin kecil.

Vertebra servikalis yang tipikal mempunyai ciri sebagai berikut :

1. Processus transversus mempunyai foramen transversum untuk tempat

lewatnya arteri vertebralis dan vena vertebralis.

2. Spina kecil dan bifida.

3. Corpus kecil dan lebar dari sisi ke sisi.

4. Foramen vertebrale besar dan berbentuk segitiga.

5. Processus articularis superior mempunyai fascies yang menghadap ke

belakang dan atas; procesus articularis inferior mempunyai fascies

yang menghadap ke bawah dan depan.

Vertebra thorakalis yang tipikal mempunyai ciri sebagai berikut:

1. Corpus berukuran besar dan berbentuk jantung.

2. Foramen vertebrale kecil dan bulat.

3. Processus spinosus panjang dan miring ke bawah.

| Pemeriksaan Radiologis Trauma Vertebrae 3

Gambar 2. Vertebra cervicalis

Page 4: Referat Radiologi Derilandry New

4. Fovea costalis terdapat pada sisi-sisi corpus untuk bersendi dengan

capitulum costae.

5. Fovea costalis terdapat pada processus transversalis untuk bersendi

dengan tuberculum costae.

6. Processus articularis superior mempunyai fascies yang menghadap ke

belakang dan lateral, sedangkan fascies pada procesus articularis

inferior menghadap ke depan dan medial.

Vertebra lumbalis yang tipikal mempunyai ciri sebagai berikut:

1. Corpus besar dan berbentuk ginjal.

2. Pediculus kuat dan mengarah ke belakang.

3. Lamina tebal.

4. Foramina vertebrale berbentuk segitiga.

5. Processus transversum panjang dan langsing.

6. Processus spinosus pendek, rata, berbentuk segiempat, dan mengarah

ke belakang.

7. Fascies articularis processus articularis superior menghadap ke medial

dan yang inferior menghadap ke lateral.

| Pemeriksaan Radiologis Trauma Vertebrae 4

Gambar 3. Vertebra Thorakalis

Page 5: Referat Radiologi Derilandry New

Kolumna vertebralis terbentuk oleh unit-unit fungsional yang terdiri dari

segmen anterior dan posterior.

a. Segmen anterior, sebagian besar fungsi segmen ini adalah sebagai

penyangga badan. Segmen ini meliputi korpus vertebrata dan diskus

intervebralis yang diperkuat oleh ligamentum longitudinale anterior di

bagian depan dan limentum longitudinale posterior di bagian belakang.

]b. Segmen posterior, dibentuk oleh arkus, prosesus transverses dan prosesus

spinosus. Satu dengan lainnya dihubungkan oleh sepasang artikulasi dan

diperkuat oleh ligament serta otot.

Setiap ruas tulang belakang terdiri atas korpus di depan dan arkus neuralis

di belakang yang di situ terdapat sepasang pedikel kanan dan kiri, sepasang

lamina, dua pedikel, satu prosesus spinosus, serta dua prosesus transversus.

Beberapa ruas tulang belakang mempunyai bentuk khusus, misalnya tulang

servikal pertama yang disebut atlas dan ruas servikal kedua yang disebut

odontoid.

| Pemeriksaan Radiologis Trauma Vertebrae 5

Gambar 4. Vertebra Lumbalis

Page 6: Referat Radiologi Derilandry New

Kanalis spinalis terbentuk antara korpus di bagian depan dan arkus

neuralis di bagian belakang.Kanalis spinalis ini di daerah servikal berbentuk

segitiga dan lebar, sedangkan di daerah torakal berbentuk bulat dan kecil.

Bagian lain yang menyokong kekompakan ruas tulang belakang adalah

komponen jaringan lunak yaitu ligamentum longitudinal anterior, ligamentum

longitudinal posterior, ligamentum flavum, ligamentum interspinosus, dan

ligamentum supraspinosus.

Stabilitas tulang belakang disusun oleh dua komponen, yaitu komponen

tulang dan komponen jaringan lunak yang membentuk satu struktur dengan

tiga pilar. Pertama yaitu satu tiang atau kolom di depan yang terdiri atas

korpus serta diskus intervertebralis. Kedua dan ketiga yaitu kolom di belakang

kanan dan kiri yang terdiri atas rangkaian sendi intervertebralis lateralis.

Secara keseluruhan tulang belakang dapat diumpamakan sebagai satu gedung

bertingkat dengan tiga tiang utama, satu kolom di depan dan dua kolom di

samping belakang, dengan lantai yang terdiri atas lamina kanan dan kiri,

pedikel, prosesus transversus dan prosesus spinosus.

| Pemeriksaan Radiologis Trauma Vertebrae 6

Gambar 5. Perbedaan Anatomis Vertebra

Page 7: Referat Radiologi Derilandry New

Semakin tinggi kerusakan saraf tulang belakang, maka semakin luas

trauma yang diakibatkan. Misal, jika kerusakan saraf tulang belakang di

daerah leher, hal ini dapat berpengaruh pada fungsi di bawahnya dan

menyebabkan seseorang lumpuh pada kedua sisi mulai dari leher ke bawah

dan tidak terdapat sensasi di bawah leher. Kerusakan yang lebih rendah pada

tulang sakral mengakibatkan sedikit kehilangan fungsi.

B. Trauma Vertebra

Cedera tulang belakang yang disebabkan oleh trauma dapat menimbulkan

gejala yang bervariasi, dari rasa sakit, kelumpuhan, inkontinensia. Penyebab

utama dari cedera tulang belakang yaitu kecelakaan kendaraan bermotor,

jatuh,cedera olahraga, dan kekerasan. Penelitian pengobatan untuk cedera tulang

belakang meliputi dikendalikan hipotermia dan sel induk.

Mekanisme cedera :

Tipe pergeseran yang penting. Fraktur dapat terjadi akibat kekuatan minimal saja

pada tulang osteoporotik atau patologik.

1. Hiperekstensi

Hiperekstensi jarang terjadi di daerah torakolumbal tetapi sering pada leher,

pukulan pada muka atau dahi akan memaksa kepala ke belakang dan tanpa

menyangga oksiput sehingga kepala membentur bagian atas punggung.

Ligamen anterior dan diskus dapat rusak atau arkus saraf mungkin mengalami

fraktur. cedera ini stabil karena tidak merusak ligamen posterior.

2. Fleksi

Trauma ini terjadi akibat fleksi dan disertai kompresi pada vertebra. Vertebra

akan mengalami tekanan dan remuk yang dapat merusak ligamen posterior.

Jika ligamen posterior rusak maka sifat fraktur ini tidak stabil sebaliknya jika

ligamentum posterior tidak rusak maka fraktur bersifat stabil. Pada daerah

cervical, tipe subluksasi ini sering terlewatkan karena pada saat dilakukan

pemeriksaan sinar-X vertebra telah kembali ke tempatnya.

| Pemeriksaan Radiologis Trauma Vertebrae 7

Page 8: Referat Radiologi Derilandry New

3. Fleksi dan kompresi digabungkan dengan distraksi posterior

Kombinasi fleksi dengan kompresi anterior dan distraksi posterior dapat

mengganggu kompleks vertebra pertengahan di samping kompleks posterior.

Fragmen tulang dan bahan diskus dapat bergeser ke dalam kanalis spinalis.

Berbeda dengan fraktur kompresi murni, keadaan ini merupakan cedera tak

stabil dengan risiko progresi yang tinggi. Fleksi lateral yang terlalu banyak

dapat menyebabkan kompresi pada setengah corpus vertebra dan distraksi

pada unsur lateral dan posterior pada sisi sebaliknya. Kalau permukaan dan

pedikulus remuk, lesi bersifat tidak stabil.

4. Pergeseran aksial (kompresi)

Kekuatan vertikal yang mengenai segmen lurus pada spina servikal atau

lumbal akan menimbulkan kompresi aksial. Nukleus pulposus akan

mematahkan lempeng vertebra dan menyebabkan fraktur vertikal pada

vertebra; dengan kekuatan yang lebih besar, bahan diskus didorong masuk ke

dalam badan vertebral, menyebabkan fraktur remuk (burst fracture). Karena

unsur posterior utuh, keadaan ini didefinisikan sebagai cedera stabil. Fragmen

tulang dapat terdorong ke belakang ke dalam kanalis spinalis dan inilah yang

menjadikan fraktur ini berbahaya; kerusakan neurologik sering terjadi.

5. Rotasi-fleksi

Cedera spina (tulang belakang) yang paling berbahaya adalah akibat

kombinasi fleksi dan rotasi. Ligamen dan kapsul sendi teregang sampai batas

kekuatannya; kemudian dapat robek, permukaan sendi dapat mengalami

fraktur atau bagian atas dari satu vertebra dapat terpotong. Akibat dari

mekanisme ini adalah pergeseran atau dislokasi ke depan pada vertebra di atas,

dengan atau tanpa dibarengi kerusakan tulang. Semua fraktur-dislokasi

bersifat tak stabil dan terdapat banyak risiko munculnya kerusakan neurologik.

| Pemeriksaan Radiologis Trauma Vertebrae 8

Page 9: Referat Radiologi Derilandry New

6. Translasi Horizontal

Kolumna vertebralis teriris dan segmen bagian atas atau bawah dapat bergeser

ke anteroposterior atau ke lateral. Lesi bersifat tidak stabil dan sering terjadi

kerusakan syaraf.

C. Pemeriksaan Radiologis Konvensional Pada Vertebra

i. Pemeriksaan radiologi konvensional pada vertebra cervicalis

Posisi pemeriksaan yang umumnya dilakukan untuk radiografi konvensional

pada vertebra cervicalis adalah AP (termasuk dengan open mouth) Lateral,

RAO / LAO

1. Posisi AP :

a. Pasien berdiri dengan posisi true AP

b. Vert. Cervicalis I–VII mencakup kaset, kedua tangan berada ke bawah,

agar bahu transversal dan leher sedikit extension

c. Beri marker pada ujung kaset

d. Saat exposi pasien dalam keadaan tahan nafas

- CR : ∟ (15 – 20)° Cranially

- CP : Vertebrae Cervicalis IV

- Kaset : (18 x 24) cm

- FFD : 100 cm

2. Posisi Lateral :

a. Pasien berdiri dengan posisi true lateral, bagian sisi tangan kanan atau kiri

menempel pada stand kaset.

b. Kaset mencakup seluruh Vertebra Cervicalis I – VII

c. Kedua tangan kebawah agar bahu transversal dan leher sedikit extension

d. Batas luas lapangan penyinaran mencakup Vertebra Cervicalis I – VII,

beri marker pada ujung kaset

e. Saat exposi pasien dalam keadaan tahan nafas

- CR : Tegak lurus kaset.

- CP : Vertebrae Cervicalis IV

| Pemeriksaan Radiologis Trauma Vertebrae 9

Page 10: Referat Radiologi Derilandry New

- Kaset : (18 x 24) cm

- FFD : 100 cm

3. Posisi Right Anterior Oblique (RAO) :

a. Pasien berdiri dengan miring 45° membentuk posisi RAO

b. Kedua tangan berada dibawah agar bahu transversal dan sisi tangan

kanan menempel pada stand Thorax

c. Letakan kaset dibelakang leher sampai mencakup Vertebra Cervicalis I –

VII

d. Leher sedikit extension dan saat exposi pasien dalam keadaan tahan nafas

- CR : ∟ (15 – 20)° Cranially

- CP : Vertebrae Cervicalis IV

- Kaset : (18 x 24) cm

- FFD : 100 cm

Prosedur pemeriksaan Vertebra Cervicalis posisi LAO adalah kebalikan

dari prosedur pemeriksaan posisi RAO.

Gambar 6. Posisi Pemeriksaan Cervicalis Posisi AP, Lateral, LAO/RAO

| Pemeriksaan Radiologis Trauma Vertebrae 10

Page 11: Referat Radiologi Derilandry New

INTERPRETASI PADA PEMERIKSAAN FOTO POLOS VERTEBRAE

CERVIKAL

a. Adequacy : harus mencakup semua 7 vertebra dan C7-T1 junction.

Gambar 7. Foto Lateral C-Spine Yang Baik

b. Alignment : Menilai empat garis paralel

Anterior vertebral line (batas anterior dari vertebral bodies)

Posterior vertebral line (batas posterior dari vertebral bodies)

Spinolaminar line (batas posterior dari canalis spinalis)

Posterior spinous line (ujung dari posesus spinous)

| Pemeriksaan Radiologis Trauma Vertebrae 11

Page 12: Referat Radiologi Derilandry New

Gambar 8. Alignment Pada C-Spine Proyeksi Lateral

c. Bone :

Pedikel

Facet

Lamina

Processus Spinosus

Prosessus Odontoideus

Gambar 9. Bone Pada C-Spine Proyeksi Lateral

| Pemeriksaan Radiologis Trauma Vertebrae 12

Page 13: Referat Radiologi Derilandry New

d. Corpus Vertebrae :

e. Discus Intervertebralis :

Harus kurang lebih sama di margin anterior dan posterior. Disc space harus

simetris. Disc space juga harus kira-kira sama di semua tingkatan. Pada

pasien yang lebih tua, penyakit degeneratif dapat menyebabkan dan memacu

kehilangan ketinggian diskus.

Gambar 10. Disc Space Pada C-Spine Proyeksi Lateral

f. Soft Tissue Space :

Ketebalan maksimum Soft Tissue Space adalah sebagai berikut:

Nasofaring space (C1) ± 10 mm (dewasa)

Retropharyngeal space (C2-C4) - 5-7 mm

Retrotracheal space (C5-C7) - 14 mm (anak), 22 mm (dewasa).

| Pemeriksaan Radiologis Trauma Vertebrae 13

Page 14: Referat Radiologi Derilandry New

Gambar 11. Soft Tissue Space Pada C-Spine Proyeksi Lateral

- Alignment pada tampilan AP harus dievaluasi dengan menggunakan tepi

badan vertebra dan pilar artikular

- Tinggi vertebral bodies pada cervikal harus kira-kira sama pada tampilan

AP

- Tinggi masing-masing ruang sendi harus kurang lebih sama di semua

tingkatan

- Proses spinosus terletak di tengah dan dalam alignment yang baik

Gambar 12. Alignment Pada Proyeksi AP

| Pemeriksaan Radiologis Trauma Vertebrae 14

Page 15: Referat Radiologi Derilandry New

ii. Pemeriksaan Radiologi Konvensional pada Vertebra Thoracalis dan

Lumbalis

1) Prosedur Pemeriksaan Foto Konvensional Vertebra Thoracalis

Persiapan pasien :

Pasien dianjurkan untuk mengganti pakaian dengan pakaian yang telah

disediakan dan melepas BH serta perhiasan yang ada di leher.

Persiapan Alat/Bahan : Tidak ada.

Posisi pemeriksaan : AP, lateral

Prosedur pemeriksaan :

1. Posisi AP

a. Pasien tidur supine diatas meja pemeriksaan dalam posisi true AP,

kedua tangan lurus kebawah

b. Kedua lutut ditekuk dengan kedua telapak kaki bertumpu pada meja

pemeriksaan

c. Luas lapangan penyinaran mencakup cervicothoracalis sampai

thoracolumbalis.

d. Saat exposi pasien dalam keadaan expirasi dan tahan nafas

e. Marker diletakan pada ujung kaset

- CR : Vertical tegak lurus Kaset

- CP : Vertebrae Thoracalis VI

- Kaset : (30 x 40) cm

- FFD : 100 cm

2. Posisi Lateral

a. Pasien tidur miring dengan sisi tubuh kanan atau kiri menempel

meja pemeriksaan

b. Kedua tangan berada diatas kepala dengan siku ditekuk dan kedua

kaki ditekuk kedepan sehingga dapat menahan berat badan,

usahakan buat posisi senyaman mungkin

c. Untuk mendapatkan posisi vertebra thoracali true lateral, sisi

pinggang pasien yang menempel pada meja pemeriksaan dinaikan

keatas

| Pemeriksaan Radiologis Trauma Vertebrae 15

Page 16: Referat Radiologi Derilandry New

d. Luas lapangan penyinaran mencakup cervicothoracalis sampai

thoracolumbalis

e. Saat exposi pasien dalam keadaan expirasi dan tahan nafas, marker

diletakan pada ujung kaset

- CR : Vertical tegak lurus Kaset

- CP : Vertebrae Thoracalis VI

- Kaset : (30 x 40) cm

- FFD : 100 cm

Gambar 13. Prosedur Pemeriksaan Vertebrae Thoracalis Posisi AP Dan

Lateral

2) Prosedur Pemeriksaan Foto Konvensional Vertebra Lumbalis

Persiapan pasien :

Pasien dianjurkan untuk mengganti pakaian dengan pakaian yang telah

disediakan.

Persiapan Alat/Bahan : Tidak ada.

Posisi pemeriksaan : AP, Lateral, RAO / LAO.

Prosedur pemeriksaan :

1. Posisi AP :

a. Pasien tidur supine diatas meja pemeriksaan dalam posisi true AP

b. Kedua tangan lurus kebawah, kedua lutut ditekuk dengan kedua

telapak kaki bertumpu pada meja pemeriksaan

| Pemeriksaan Radiologis Trauma Vertebrae 16

Page 17: Referat Radiologi Derilandry New

c. Luas lapangan penyinaran mencakup thoraco-lumbalis sampai

lumbosacral

d. Saat exposi pasien dalam keadaan expirasi dan tahan nafas, marker

diletakan pada ujung kaset

- CR : Vertical tegak lurus Kaset

- CP : Vertebrae Lumbalis III

- Kaset : (24 x 30) cm

- FFD : 100 cm

2. Posisi Lateral :

a. Pasien tidur miring dengan sisi tubuh kanan atau kiri menempel

meja pemeriksaan

b. Kedua tangan berada diatas kepala dengan siku ditekuk dan kedua

kaki ditekuk kedepan sehingga dapat menahan berat badan, usahakan

buat posisi senyaman mungkin.

c. Untuk mendapatkan posisi vertebra-lumbalis true lateral, sisi

pinggang pasien yang menempel pada meja pemeriksaan dinaikan

keatas

d. Luas lapangan penyinaran mencakup thoracolumbalis sampai

lumbosacral

e. Saat exposi pasien dalam keadaan expirasi dan tahan nafas, marker

diletakan pada ujung kaset

- CR : Vertikal tegak lurus Kaset

- CP : Vertebrae Lumbalis III

- Kaset : (30 x 40) cm

- FFD : 100 cm

3. Posisi Right Anterior Oblique (RAO) :

a. Pasien tidur dimana sisi kanan miring 45° membentuk posisi

RAO

b. Kedua tangan berada diatas kepala dengan kedua sisi ditekuk, kaki

kanan sedikit ditekuk dan menempel meja pemeriksaan sedangkan

kaki kiri ditekuk dengan telapak kaki menumpu meja

| Pemeriksaan Radiologis Trauma Vertebrae 17

Page 18: Referat Radiologi Derilandry New

c. Usahakan posisi vertebra lumbalis berada di tengah kaset yang

telah terpasang pada caset try dengan bucky

d. Saat exposi pasien dalam keadaan expirasi dan tahan nafas

- CR : Vertical tegak lurus Kaset

- CP : Vertebrae Lumbalis III

- Kaset : (30 x 40) cm

Gambar 14. Prosedur Pemeriksaan Vertebrae Lumbalis Posisi AP,

lateral, LAO, RAO

| Pemeriksaan Radiologis Trauma Vertebrae 18

Page 19: Referat Radiologi Derilandry New

Gambar 15. Vertebrae Posisi AP, Lateral, RAO dan LAO

4. Posisi Left Anterior Oblique (LAO) :

Prosedur pemeriksaan Vertebra Lumbalis posisi LAO adalah

kebalikan dari prosedur pemeriksaan posisi RAO.

INTERPRETASI FOTO VERTEBRAE THORACAL DAN LUMBAL

a. Alignment  : pergeseran menunjukkan adanya spondilolistesis

b. Bone

Pedikel

Facet

Lamina

Processus Spinosus

c. Corpus Vertebrae

d. Discus intervertebralis

e. Soft tissue: normal/ada pembengkakan

| Pemeriksaan Radiologis Trauma Vertebrae 19

Page 20: Referat Radiologi Derilandry New

D. Pemeriksaan Radiologis Konvensional Pada Trauma Vertebra

Pemeriksaan radiologik bergantung pada keadaan pasien. Pada pasien

dengan trauma berat (tidak sadar, fraktur multipel, dan sebagainya)

pemeriksaan harus dilakukan dengan hati-hati dan semua foto harus dibuat

dengan pasien berbaring terlentang dan manipulasi sedikit mungkin. Foto yang

terpenting adalah foto lateral dengan pasien berbaring dan sinar horizontal.

Biasanya segmen bawah tulang leher (CVI-VII) tertutup bahu. Untuk

mengatasi hal tersebut bahu direndahkan dengan cara menarik kedua lengan

penderita ke bawah. Proyeksi oblik dapat menambah informasi tentang

keadaan pedikel, foramina intervertebra dan sendi apofiseal. Bila keadaan

pasien lebih baik sebaiknya dibuat :

- Foto AP, termasuk dengan mulut terbuka untuk melihat C1 dan C2

- Foto lateral

- Foto oblik kanan dan kiri

Klasifikasi Trauma Vertebrae Cervical :

1. Klasifikasi berdasarkan mekanisme trauma :

a. Hiperfleksi

b. Fleksi-rotasi

c. Hiperekstensi

d. Ekstensi-rotasi

e. Kompresi vertikal

2. Klasifkasi berdasarkan derajat kestabilan :

- Stabil

- Tidak Stabil

Stabilitas dalam hal trauma tulang servikal dimaksudkan tetap utuhnya

komponen ligamento-skeletal pada saat terjadinya trauma, sehingga

memungkinkan tidak bterjadinya pergeseran satu segmen tulang leher

terhadap lainnya.

a. Trauma Hiperfleksi:

1. Subluksasi anterior : terjadi robekan pada sebagian di posterior

tulang leher, ligamen longitudinal anterior. Menyebabkan

hilangnya lordosis cervical normal, anterior displacement dari

| Pemeriksaan Radiologis Trauma Vertebrae 20

Page 21: Referat Radiologi Derilandry New

corpus vertebra, jarak melebar antara prosesus spinosus. Termasuk

lesi stabil. Tanda penting pada subluksasi anterior adalah adanya

angulasi ke posterior (kifosis) lokal pada tempat kerusakan

ligamen.

Gambar 16. Gambar Subluksasi Anterior

2. Bilateral interfacetal dislocation : Terjadi robekan pada

ligamentum longitudinal anterior dan kumpulan di ligamentum di

posterior tulang leher. Lesi tidak stabil. Tampak dislokasi anterior

korpus vertebra. Terdapat bow tie atau bat wing appearance dari

overriding facet-facet yang terkunci. Dilokasi total sendi apofiseal.

| Pemeriksaan Radiologis Trauma Vertebrae 21

Page 22: Referat Radiologi Derilandry New

Gambar 17. Bilateral interfacetal dislocation

3. Flexion Tear drop Fracture dislocation : Tenaga fleksi murni

ditambah komponen kompresi menyebabkan robekan pada

ligamentum longitudinale anterior dan kumpulan ligamen psterior

disertai fraktur avulsi pada bagian anterior-inferior korpus vertebra.

Lesi tidak stabil . tampak tulang servikal dalam fleksi

- Fragmen tulang berbentuk segitga pada bagian anterior inferior

korpus vertebra

- Pembengkakan jaringan lunak pravertebra.

Gambar 18. Flexion Tear drop Fracture dislocation

| Pemeriksaan Radiologis Trauma Vertebrae 22

Page 23: Referat Radiologi Derilandry New

4. Wedge fracture : vertebra terjepit sehingga terjadi fraktur

anterosuperior dari corpus vertebra menyebakan corpus berbentuk

baji. Ligamen longitudinal anterior dan kumpulan ligamentum

posterior utuh sehingga lesi ini besifat stabil.

5. Clay sholveler’s fracture : Fleksi tulang leher dimana terdapa

kontraksi ligamen posterior tulang leher mengakibatkan terjadinya

fraktur oblik pada prosesus spinosus, biasanya pada C VI –CVII

atau Th

| Pemeriksaan Radiologis Trauma Vertebrae 23

Gambar 19. Cervical Wedge Fracture

Page 24: Referat Radiologi Derilandry New

Gambar 20. Clay Sholveler’s Fracture

b. Trauma Fleksi-rotasi

Terjadi dislokasi interfacetal pada satu sisi. Lesi stabil walaupun

terjadi kerusakan pada ligamen posterior termasuk kapsul sendi

apofiseal yang bersangkutan. Tampak dislokasi anterior korpus

vertebra. Vertebra yang bersangkutan dan vertebra proksimalnya

dalam posisi oblik, sedangkan vertebra distalnya tetap pada posisi

lateral

| Pemeriksaan Radiologis Trauma Vertebrae 24Gambar 21. Trauma Fleksi-Rotasi

Page 25: Referat Radiologi Derilandry New

c. Trauma hiperekstensi

1. dislokasi hiperekstensi

Dapat terjadi fraktur pedikel, prosesus artikularis, lamina dan

prosesus spinosus. Fraktur avulsi korpus vertebra bagian posterior-

inferior. Lesi tidak stabil karena terdapat kerusakan pada elemen

posterior tulang leher dan ligamen yang bersangkutan

2. Hangman’s fracture

Terjadi fraktur arkus bilateral dan dislokasi anterior CII terhadap

CIII

d. Trauma Ekstensi-Rotasi

Terjadinya fraktur pada prosesus artikularis satu sisi.

e. Trauma Kompresi Vertikal

Terjadinya fraktur ini akibat diteruskannya tenaga trauma melalui

kepala, kondilus oksipitalis, ke tulang leher.

1) Bursting Fracture dari atlas (Jefferson’s fracture)

2) Bursting fracture vertebra servikal tengah dan bawah

| Pemeriksaan Radiologis Trauma Vertebrae 25

Gambar 22. Hangman’s Fracture

Page 26: Referat Radiologi Derilandry New

Gambar 23. Trauma Kompresi Vertikal

Trauma Vertebrae Thorakolumbal

Pemeriksaan radiologi rutin untuk trauma tulang belakang torakal dan

lumbal adalah proyeksi AP dan lateral. Bila trauma berat, maka foto dibuat

dengan pasien tidur terlentang dan foto lateral dibuat dengan sinar

horizontal.

Fraktur vertebra torakal bagian atas dan tengah jarang terjadi, kecuali

bila trauma berat atau ada osteoporosis. Karena kanalis spinal di daerah ini

sempit, maka sering disertai kelainan neurologik. Mekanisme trauma

biasanya bersifat kompresi atau trauma langsung.

Pada daerah torakolumbal dan lumbal, mekanisme trauma dapat

bersifat fleksi, ekstensi, rotasi, atau kompresi vertikal. Trauma fleksi

merupakan yang paling sering dan menimbulkan fraktur kompresi. Trauma

rotasi paling sering terjadi pada vertebra torakolumbal dan dapat

menimbulkan fraktur dislokasi disebabkan karena kerusakan elemen

posterior vertebra.

Jenis-jenis fraktur torakolumbar seperti berikut:

a. Fraktur kompresi (Wedge fractures)

Adanya kompresi pada bagian depan corpus vertebralis yang tertekan

dan membentuk patahan irisan. Vertebra dengan fraktur kompresi akan

menjadi lebih pendek ukurannya daripada ukuran vertebra sebenarnya

| Pemeriksaan Radiologis Trauma Vertebrae 26

Page 27: Referat Radiologi Derilandry New

b. Fraktur remuk (Burst fractures)

Fraktur yang terjadi ketika ada penekanan corpus vertebralis secara

langsung, dan tulang menjadi hancur. Fragmen tulang berpotensi

masuk ke kanalis spinalis. Tipe burst fracture sering terjadi pada

thoraco lumbar junction dan terjadi paralysis pada kaki dan

gangguan defekasi ataupun miksi. Diagnosis burst fracture

ditegakkan dengan x-rays dan CT scan untuk mengetahui letak

fraktur dan menentukan apakah fraktur tersebut merupakan fraktur

kompresi, burst fracture atau fraktur dislokasi.

| Pemeriksaan Radiologis Trauma Vertebrae 27

Gambar 24. Wedge Fractures

Page 28: Referat Radiologi Derilandry New

c. Fraktur dislokasi

Fraktur dislokasi terjadi ketika ada segmen vertebra berpindah dari

tempatnya karena kompresi, rotasi atau tekanan. Pengelupasan

komponen akan terjadi dari posterior ke anterior dengan kerusakan

parah pada ligamentum posterior, fraktur lamina, penekanan sendi

facet dan akhirnya kompresi korpus vertebra anterior. Namun dapat

juga terjadi dari bagian anterior ke posterior. kolumna vertebralis.

Pada mekanisme rotasi akan terjadi fraktur pada prosesus

transversus dan bagian bawah costa. Fraktur akan melewati lamina

dan seringnya akan menyebabkan dural tears dan keluarnya serabut

syaraf. Kolumna mengalami kerusakan sehingga sangat tidak stabil,

cedera ini sangat berbahaya.

| Pemeriksaan Radiologis Trauma Vertebrae 28

Gambar 25. Burst Fractures

Page 29: Referat Radiologi Derilandry New

d. Chance fractures

Fraktur ini sering terjadi pada kecelakaan mobil dengan kekuatan

tinggi dan tiba-tiba mengerem sehingga membuat tubuh penderita

terlempar kedepan melawan tahanan tali pengikat (seat-belt injury).

Vertebrae dalam keadaan hiperfleksi, korpus vertebra kemungkinan

dapat hancur selanjutnya kolumna posterior dan media akan rusak

sehingga fraktur ini termasuk jenis fraktur tidak stabil. Chance

fraktur merujuk kepada fraktur kompresi dari corpus vertebra

dengan fraktur horizontal/transversal dari elemen posterior. Fraktur

ini juga sering ditandai dengan kerusakan dari 3 buah kolumna

vertebralis yang berdekatan.

.

| Pemeriksaan Radiologis Trauma Vertebrae 29

Gambar 26. Dislocation Fractures

Page 30: Referat Radiologi Derilandry New

E. Pemeriksaan CT-Scan Pada Trauma Vertebra

Computerized Tomography (CT) telah diperkenalkan sejak tahun 1972.

Prinsip kerja CT adalah scanning dengan potongan aksial. Pada awal pemeriksaan,

dilakukan pemotretan awal bagian tubuh yang akan diperiksa secara utuh. Lalu

dengan menggunakan computer, ditentukan jumlah dan jarak potongan aksial

yang diharapkan/diinginkan. Setelah itu kembali dilakukan scanning dan hasil

yang tampak pada computer berupa topografi sesuai dengan yang ditentukan pada

awal scanning. Dengan potongan aksial, dapat diperlihatkan fraktur yang tidak

tampak pada pemeriksan radiologis konvensional.

| Pemeriksaan Radiologis Trauma Vertebrae 30

Gambar 27. Chance Fractures

Page 31: Referat Radiologi Derilandry New

Gambar 28. CT-Scan Trauma Vertebra

F. Pemeriksaan MRI pada Trauma Vertebra

Magnetic Resonance Imaging (MRI) merupakan salah satu cara pemeriksaan

diagnostic dalam ilmu kedokteran, khususnya radiologi, yang menghasilkan

gambaran potongan tubuh manusia dengan menggunakan medan magnet tanpa

menggunakan sinar X. Dengan pemeriksaan MRI, dapat dilihat adanya

pergeseran/destruksi corpus vertebra disertai penekanan atau tidak pada medulla

spinalis serta adanya hematom atau tidak.

Gambar 29. MRI Trauma Vertebra

| Pemeriksaan Radiologis Trauma Vertebrae 31

Page 32: Referat Radiologi Derilandry New

G. Peran Kedokteran Nuklir pada Trauma Vertebra

Kedokteran Nuklir adalah bidang kedokteran yang memanfaatkan materi

radioaktif untuk menegakkan diagnosis dan mengobati penderita serta

mempelajari penyakit manusia. Pada trauma vertebra kedokteran nuklir berperan

sebagai pencitraan diagnosis dengan scanning tulang. Untuk melakukan scanning

tulang tidak diperlukan persiapan khusus. Scanning tulang dilakukan 3-4 jam

setelah penyuntikan intravena 10-15 mCi Tc-99m dan dilakukan setelah pasien

kencing. Alat yang digunakan berupa kamera gamma dengan energy rendah.

Scanning positif bila aktivitas di tulang belakang tidak simetris atau tidak uniform.

| Pemeriksaan Radiologis Trauma Vertebrae 32

Page 33: Referat Radiologi Derilandry New

BAB III

KESIMPULAN

Pemeriksaan radiologi pada vertebra memang sangat penting untuk mendiagnosis

trauma ataupun kelainan lain pada vertebrae, apalagi jika keadaan tersebut

berpengaruh terhadap fungsi dan struktur bagian yang lainnya seperti fungsi

persarafan pada medula spinalis. Pemeriksaan konvensional masih merupakan

pemeriksaan utama dan pemeriksaan pertama yang harus dilakukan. Kecurigaan yang

tinggi akan adanya cedera pada vertebra pada pasien trauma sangat penting sampai

kita mengetahui secara tepat bagaimana mekanisme cedera pasien tersebut.

Setiap pasien dengan cedera tumpul diatas klavikula, cedera kepala atau

menurunnya kesadaran harus dicurigai adanya cedera cervical sebelum curiga lainnya.

Dan setiap pasien yang jatuh dari ketinggian atau dengan dengan mekanisme

kecelakaan high-speed deceleration harus dicurigai ada cedera thoracolumbal.

Selain itu patut dicurigai pula adanya cedera tulang belakang jika pasien datang

dengan nyeri pada leher, tulang belakang dan gejala neurologis pada tungkai.. Sifat

dan tingkat lesi tulang dapat diperlihatkan dengan sinar-X, sedangkan sifat dan tingkat

lesi saraf dengan CT atau MRI.

| Pemeriksaan Radiologis Trauma Vertebrae 33

Page 34: Referat Radiologi Derilandry New

DAFTAR PUSTAKA

1. Rasad, S. Radiologi Diagnostik. 2013. Ed 2. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

2. Pettersson, H. A Global TextBook of Radiology. 1995. Vol I. Oslo: The

NICER Institute.

3. Jong, W.D; Samsuhidayat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 3. Jakarta: EGC.

4. http://www.scribd.com/doc/123734365/BAB-II-Pemeriksaan-Radiologi-

Konvensional#download. Di unduh pada 12 Oktober 2015.

5. Sutton, D. Teksbook of Radiology and Imaging. 2003.Vol 11. Ed 7. China:

Elsevier

6. http://id.scribd.com/doc/135791449/Anatomi-Vertebra#download. Diunduh

pada 12 Oktober 2015.

7. http://www.radiologyassistant.nl/en/p4906c8352d8d2/spine-thoracolumbar

injury.html. Diunduh pada 12 Oktober 2015.

| Pemeriksaan Radiologis Trauma Vertebrae 34