Referat Tetanus Neonatorum.doc

26
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK REFERAT FAKULTAS KEDOKTERAN FEBRUARI 2014 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR TETANUS NEONATORUM Oleh : HARDIANSYAH, S. Ked. 10542 0090 09 Pembimbing : dr. A. TENRI SANNA, Sp. A HARDIANSYAH, S. Ked. Page 1

description

pembelajaran

Transcript of Referat Tetanus Neonatorum.doc

Referat Tetanus Neonatorum

Referat Tetanus Neonatorum

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK REFERATFAKULTAS KEDOKTERAN

FEBRUARI 2014

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

TETANUS NEONATORUM

Oleh :

HARDIANSYAH, S. Ked.10542 0090 09

Pembimbing :

dr. A. TENRI SANNA, Sp. ADIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2014LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:

Nama: Hardiansyah, S. Ked.

Stambuk: 10542 0090 09

Dengan Judul Referat: Tetanus NeonatorumTelah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, Februari 2014Pembimbing

(dr. A. Tenri Sanna, Sp. A)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya serta segala kemudahan yang diberikan dalam setiap kesulitan hamba-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan referat ini dengan judul Tetanus Neonatorum. Syukur Alhamdulillah. Tugas ini ditulis sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Berbagai hambatan dialami dalam penyusunan tugas referat ini. Namun berkat bantuan saran, kritikan, dan motivasi dari pembimbing serta teman-teman sehingga tugas ini dapat terselesaikan.

Secara khusus penulis sampaikan rasa hormat dan terima kasih yang mendalam kepada dr. A. Tenri Sanna, Sp. A., selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dengan tekun dan sabar dalam membimbing, memberikan arahan dan koreksi selama proses penyusunan tugas ini hingga selesai.

Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari yang diharapkan oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis akan senang menerima kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan tugas ini.

Semoga referat ini bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis secara khusus.

Makassar, Februari 2014Penulis

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

iLEMBAR PENGESAHAN

ii KATA PENGANTAR

iiiDAFTAR ISI

ivDAFTAR TABEL

v

DAFTAR GAMBAR

vi BAB I PENDAHULUAN

1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2A. Definisi

2

B. Epidemiologi

2

C. Etiologi

4

D. Patomekanisme

5

E. Gejala

6

F. Diagnosis Banding

8

G. Pemeriksaan Penunjang

9

H. Komplikasi

9

I. Terapi

10

J. Pencegahan

10

K. Prognosis

11

DAFTAR PUSTAKA

12

DAFTAR TABELTabel 1. Rekomendasi jadwal imunisasi tetanus toxoid (TT) dan tetanus dan difteri toxoid (Td) untuk wanita pada masa subur yang belum divaksinasi

11 Tabel 2. Sistem skor untuk menentukan prognosis Tetanus

11

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kesulitan menghisap karena spasme pada otot mulut (masticating)otot sering menjadi tanda pertama dari tetanus neonatal

7BAB IPENDAHULUAN Tetanus neonatal terjadi sebagai akibat dari praktek melahirkan yang tidak higienis, paling sering ketika spora tetanus mencemari tali pusat yaitu pada saat pemotongan atau terkontaminasi pada bahan yang di oleskan pada puntung tali pusat. Gejala tetanus neonatal biasanya muncul pada hari ketiga setelah lahir. Pada bayi yang awalnya tampak sehat kemudian akan menimbulkan manifestasi klinis seperti tidak mau menyusu, otot menjadi kaku, punggung melengkung menyerupai cekungan sehingga telapak tangan dapat masuk disela punggung serta sewaktu-waktu dapat terjadi kejang. Ini adalah penyakit mematikan bagi bayi baru lahir, dengan angka kematian 70 % - 100 %.1Tetanus neonatal bertanggung jawab atas 14% (215.000) dari semua kematian neonatal (WHO,1998). Untuk menurunkan angka kematian neonatal cara yang paling sederhana dan efektif adalah dengan cara mengurangi angka kematian neonatal akibat tetanus. Namun, karena sebagian besar kematian terjadi di rumah sebelum bayi mencapai usia dua minggu maka jumlah kasus kelahiran maupun kematian tidak dilaporkan, sehingga jumlah kasus yang dilaporkan oleh negara rendah. Untuk alasan ini, tetanus neonatal sering disebut invisible killer.1 Tetanus disebabkan oleh clostridium tetani yaitu basil gram positif, dengan habitat alami di tanah, tetapi dapat juga diisolasi dari kotoran hewan maupun kotoran manusia. Bersifat motil, membentuk spora obligat dalam suasana anaerob.2BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DefinisiTetanus neonatorum adalah penyakit yang disebabkan oleh toksin Clostridium tetani. Tetanus neonatal adalah tetanus umum, yang terjadi pada neonatus usia 3-28 hari kehidupan.3B. Epidemiologi Dari pencatatan yang ada pada abad kelima sebelum masehi telah menyebutkan adanya penyakit dengan gejala klinis yang menyerupai gejala dari tetanus, dan sampai saat ini, tetanus neonatal tetap merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di negara berkembang. Clostridium tetani merupakan mikroorganisme yang menyebabkan tetanus, penyakit ini paling sering ditemukan di daerah-daerah padat penduduk dengan suhu panas, iklim lembab di mana tanahnya kaya akan materi organik. Tetanus neonatal paling sering terjadi pada negara-negara berkembang dan jarang terjadi di negara-negara industri di mana pencapaian target imunisasi tetanus yang sudah terpenuhi pada Negara-negara yang sedang berkembang. Penyakit ini biasanya terjadi di antara populasi yang tinggal di pinggiran kota atau perkotaan tertentu. Hasil studi yang dilakukan pada awal tahun 1970-an dan 1980 di Amerika Latin dan negara-negara yang sedang berkembang lainnya menunjukkan bahwa tingkat kematian dari tetanus neonatal berkisar kurang dari 5 sampai lebih dari 60 kasus per 1.000 kelahiran. Di beberapa negara yang sedang berkembang kematian ini merupakan 23 % dan 72 % dari semua kematian neonatal. Perkiraan kematian akibat tetanus neonatal di seluruh dunia saat ini mencapai setengah juta bayi. Kasus tetanus tetap menjadi substansial yang dilaporkan dalam sebagian besar negara. WHO memperkirakan bahwa di beberapa negara dengan prosedur surfailans yang minim, sistem catatan rutin hanya mendeteksi sekitar 5 % dari jumlah kasus sebenarnya. Di wilayah Amerika, PAHO memperkirakan bahwa pada tahun 1970 hasil survey hanya mendeteksi 10 % dari jumlah kasus sebenarnya.4Hasil survey dari Pan American Health Organization (PAHO) menunjukkan bahwa rasio laki-laki terhadap perempuan kasus tetanus neonatal di seluruh dunia biasanya berkisar 1:1 - 1:3. Di Amerika, rasio ini umumnya sekitar 1:1.4 Rata-rata usia ibu dari bayi baru lahir yang terinfeksi biasanya berkisar antara 20-30 tahun, selama periode frekuensi tertinggi dari kehamilan. Dalam beberapa negara, kelompok ini juga termasuk akhir masa remaja (15 - 19 tahun ).4 Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 1988 dan UNICEF melalui World Summit for Children pada tahun 1990 mengajak seluruh dunia untuk mengeliminasi Tetanus Neonatorum pada tahun 2000. Target ini tidak tercapai, karena belum ditemukan strategi operasional yang efektif, sehingga pada tahun 1999 UNICEF, WHO dan UNFPA kembali mengajak negara berkembang di dunia untuk mencapai target Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (ETMN) pada tahun 2005 dengan menggalang dana ETMN dunia.5WHO memperkirakan pada 2008 (angka estimasi tahun terakhir yang ada), 59.000 bayi baru lahir meninggal akibat tetanus neonatorum, terdapat penurunan 92% dari situasi pada akhir 1980-an. Pada 2008 terdapat 46 negara yang masih belum eliminasi TMN di seluruh kabupaten, salah satunya adalah Indonesia. Sebelum pengenalan upaya eliminasi tetanus neonatorum, Indonesia merupakan salah satu negara dengan kasus tertinggi di Asia. Survei ber-basis komunitas untuk kematian tetanus neonatorum dilakukan pada awal 1980 di Jakarta dan daerah pedesaan di Bali, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sumatera dan Sulawesi mengungkapkan angka kematian berkisar 6-23 kematian tetanus neonatorum per 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan data survei ini dan survei lainnya, jumlah kematian tahunan tetanus neonatorum di Indonesia secara keseluruhan diperkirakan 71.000 selama awal tahun 1980.5

Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia menurut SDKI tahun 2007 adalah 34 kematian per 1000 kelahiran hidup, dan kematian yang tertinggi terjadi pada periode neonatal. Angka kematian neonatal di Indonesia adalah 19 per 1000 kelahiran hidup, dan Tetanus Neonatorum (TN) merupakan salah satu penyebab utamanya, sehingga tetanus merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia.5Tetanus neonatal terjadi sebagai akibat dari praktek melahirkan yang tidak higienis, paling sering ketika spora tetanus mencemari tali pusat yaitu pada saat pemotongan atau terkontaminasi pada bahan yang di oleskan pada puntung tali pusat. Gejala tetanus neonatal biasanya muncul pada hari ketiga setelah lahir. Bayi yang tampak sehat kemudian akan menimbulkan manifestasi klinis seperti tidak mau menyusu, otot menjadi kaku, punggung melengkung menyerupai cekungan sehingga telapak tangan dapat masuk disela punggung serta sewaktu-waktu dapat terjadi kejang. 1Tetanus neonatal bertanggung jawab untuk 14% (215.000) dari semua kematian neonatal (WHO, 1998). Untuk menurunkan angka kematian neonatal cara yang paling sederhana dan efektif adalah dengan cara mengurangi angka kematian neonatal akibat tetanus. Namun, karena sebagian besar kematian terjadi di rumah sebelum bayi mencapai usia dua minggu maka jumlah kasus kelahiran maupun kematian tidak dilaporkan, sehingga jumlah kasus yang dilaporkan oleh negara rendah. Untuk alasan ini, tetanus neonatal sering disebut invisible killer.1

C. EtiologiTetanus disebabkan oleh Clostridium tetani yaitu basil gram positif, dengan habitat alami di tanah, tetapi dapat juga diisolasi dari kotoran hewan maupun kotoran manusia. Bersifat motil, membentuk spora obligat dalam suasana anaerob. Spora ini tidak mudah dihancurkan oleh panas tapi dieliminasi dengan autoklaf pada tekanan 1 atmosfer dan pemanasan 120 oC selama 15 menit. Bakteri ini jarang di kultur, karena diagnosis pada penyakit ini hanya berdasarkan klinis. Clostridium tetani menghasilkan efek klinis melalui eksotoksin. Peran toksin dalam organisme tidak diketahui. DNA toksin ini terkandung dalam plasmid. Adanya bakteri tidak mengindikasikan terhadap timbulnya infeksi, karena tidak semua strain memiliki plasmid. Penelitian tentang Clostridium tetani terhadap anti mikroba masih jarang dilakukan. 2D. Patomekanisme Pada tetanus neonatal, masa inkubasi adalah waktu antara awal infeksi dan terjadinya gejala pertama, biasanya trismus (lockjaw). Pada neonatus, Infeksi dimulai segera setelah lahir. Masa inkubasi biasanya 6 hari, tetapi berkisar antara 3 sampai 28 hari. 4Pada dasarnya tetanus adalah penyakit yang terjadi akibat pencemaran lingkungan oleh bahan biologis (spora) sehingga upaya kausal menurunkan attack rate adalah dengan cara mengubah lingkungan fisik atau biologik. Port dentree tak selalu dapat diketahui dengan pasti, namun diduga melalui : 61. Luka tusuk, patah tulang, komplikasi kecelakaan, gigitan binatang, luka bakar yang luas. 2. Luka operasi, luka yang tidak dibersihkan (debridement) dengan baik. 3. Otitis media, karies gigi, luka kronik. 4. Pemotongan tali pusat yang tidak steril, pembubuhan puntung tali pusat dengan kotoran binatang, bubuk kopi, bubuk ramuan, dan daun-daunan merupakan penyebab utama masuknya spora pada puntung tali pusat yang menyebabkan terjadinya kasus tetanus neonatorum.

Spora Clostridium tetani masuk ke dalam tubuh melalui luka. Spora yang masuk ke dalam tubuh tidak berbahaya sampai dirangsang oleh beberapa faktor (Kondisi Anaerob), sehingga berubah menjadi bentuk vegetatif dan berbiak dengan cepat tetapi hal ini tidak mencetuskan reaksi inflamasi. Gejala klinis sepenuhnya disebabkan oleh toksin yang dihasilkan oleh sel vegetatif yang sedang tumbuh. Clostridium tetani menghasilkan dua eksotoksin, yaitu tetanospasmin dan tetanolisin. Tetanolisin menyebabkan hemolisis tetapi tidak berperan dalam penyakit ini. Gejala klinis tetanus disebabkan oleh tetanospasmin. Tetanospasmin melepaskan pengaruhnya di keempat sistem saraf: (1) motor end plate di otot rangka, (2) medula spinalis, (3) otak, dan (4) pada beberapa kasus, pada sistem saraf simpatis. 6

Hipotesis bahwa toksin pada awalnya merambat dari tempat luka lewat motor end plate dan aksis silinder saraf tepi ke kornu anterior sumsum tulang belakang dan menyebar ke susunan saraf pusat lebih banyak dianut dari pada lewat pembuluh limfe dan darah. Pengangkutan toksin ini melewati saraf motorik, terutama serabut motorik. Reseptor khusus pada ganglion menyebabkan fragmen Clostridium toksin tetanus menempel erat dan kemudian melalui proses perlekatan dan internalisasi, toksin diangkut ke arah sel secara ekxtra aksional dan menimbulkan perubahan potensial membran dan gangguan enzim yang menyebabkan kolin-esterase tidak aktif, sehingga kadar asetilkolin menjadi sangat tinggi pada sinaps yang terkena. Toksin menyebabkan blokade pada simpul yang menyalurkan impuls pada tonus otot, sehingga tonus otot meningkat dan menimbulkan kekakuan. Bila tonus makin meningkat akan menimbulkan spasme terutama pada otot yang besar.6 Dampak toksin antara lain : 6

1. Dampak pada ganglion pra sumsum tulang belakang disebabkan karena eksotoksin memblok sinaps jalur antagonis, mengubah keseimbangan dan koordinasi impuls sehingga tonus otot meningkat dan otot menjadi kaku. 2. Dampak pada otak, diakibatkan oleh toksin yang menempel pada gangliosida serebri diduga menyebabkan kekakuan dan spasme yang khas pada tetanus. 3. Dampak pada saraf otonom, terutama mengenai saraf simpatis dan menimbulkan gejala keringat yang berlebihan, hipertermia, hipotensi, hipertensi, aritmia, heart block, atau takikardia. E. GejalaAda tiga bentuk klinis dari tetanus : 1) lokal, 2) cephalic, dan 3) umum. Tetanus neonatal merupakan salah satu bentuk tetanus umum. Bayi yang tidak mau menyusu merupakan gejala awal infeksi pada neonatus, dan biasanya terjadi antara tiga sampai sepuluh hari pertama. Meskipun bayi telah berusaha tetapi kekakuan pada otot masseter (rahang atas dan bawah) yang kemudian menghambat bayi untuk menyusu. Trismus (spasme otot-otot pengunyah) menyebabkan bayi tidak dapat menyusu. Bayi menjadi rewel dan menangis terus-menerus. Tangisan yang terjadi pada bayi baru lahir bervariasi dalam intensitas dari suara yang pendek sampai tidak terdengar lagi suara tangisan karena bayi kelelahan.4

Gambar1. kesulitan menghisap karena spasme pada otot mulut (masticating) otot sering menjadi tanda pertama dari tetanus neonatal.4Interval antara gejala pertama, biasanya ketika bayi berhenti menyusu atau trismus, dan munculnya spasme disebut periode onset. Pada tetanus neonatal periode onset ini penting untuk prognosis: pendek periode onset, semakin tinggi tingkat kematian bayi. Keterlibatan sistem respirasi menyebabkan terjadinya pucat atau sianosis pada bayi, dan beberapa bayi dapat meninggal selama serangan tersebut. Lengan dan tangan menjadi spasme. Tangan mengepal erat, ibu jari terkepal diantara jari-jari lain. Kaki dorsofleksi dengan jari-jari kaki seperti mencengkram. Hiperfleksi dari jari-jari kaki merupakan gejala khas dari otot-otot plantar. Leher sedikit melengkung ke belakang, selain itu, otot perut dan punggung juga menjadi sangat kaku. Punggung melengkung akibat adanya spasme pada otot-otot punggung. Setelah pengobatan, spasme secara bertahap mereda dan akhirnya menghilang.4Setengah dari bayi yang tetanus, tidak semua mengalami peradangan tali pusar (omphalitis). Infeksi yang luas dapat menyebabkan peradangan pada seluruh otot abdomen. Anak dapat meninggal karena apnea atau anoksia akibat spasme, atau dua sampai empat hari kemudian karena gastroenteritis akut serta dapat menyebabkan gangguan menelan akibat komplikasi dari pneumonia.4F. Diagnosis Banding Tetanus neonatorum memilki ciri khas, namun demikian, beberapa kelainan lainnya dapat menyebabkan kejang pada neonatus dan harus dapat dibedakan dari tetanus neonatorum. Secara umum penyebab kejang pada neonatus dapat dibagi menjadi 3 kategori:41. Kongenital (anomaly cerebral)

2. Perinatal (komplikasi persalinan, trauma perinatal, anoxia, perdarahan intrakranial)

3. Postnatal (infeksi dan gangguan metabolisme)

Kerusakan otak oleh karena gangguan kongenital atau perinatal dapat menyebabkan spasititas, gerakan tubuh yang jerky, dan kejang. Cerebral contusion, umumnya berhubungan dengan trauma pada saat persalinan atau kelahiran letak bokong yang terutama terjadi pada bayi yang besar. Sindrom kerusakan otak sering menyebabkan laxness of mouth and tongue; refleks hisap hilang, dan bayi tidak dapat menelan sejak lahir. Tidak ada kondisi yang menyebabkan trismus seperti tetanus.4Infeksi terpenting saat neonatus adalah meningitis, umumnya berhubungan dengan septicemia. Meningitis neonatorum dapat disebabkan oleh Streptococcus grup B, Escherichia coli, Lysteria monocytogenes, atau Klebsiella-Enterobacter-Serratia. Dua infeksi pertama mencakup 70% penyebab infeksi sistemik oleh bakteri pada neonatus. Bayi dengan meningitis datang dengan letargi, kejang, episode apneu, sulit menyusu, hipotermi atau hipertermi, dan, kadang, respiratory distress pada minggu pertama. Gejala yang sering ditemukan adalah ubun-ubun besar yang tegang.4

Infeksi streptococcus grup B dapat mengenai bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) yang lahir dari ibu dengan riwayat komplikasi. Gejala dapat terjadi pada 48 jam pertama antara 10 hari sampai 4 bulan. Apneu merupakan gejala awal yang disebabkan oleh karena komplikasi dari pneumonia.4

Trismus tidak terdapat pada penyakit-penyakit di atas, dan jenis kejangnya berbeda dengan yang disebabkan oleh tetanus dan cenderung berlangsung singkat, cepat serta menghentak-hentak. Kejang pada kondisi di atas umumnya terjadi dengan gerakan yang lebih lambat dalam waktu yang lebih singkat dan umumnya hanya mengenai satu bagian tubuh. Pada tetanus neonatorum, tidak ditemukan ubun-ubun tegang.4

Gangguan metabolik meliputi hipoglikemi terutama pada berat badan lahir rendah (BBLR) atau lahir dari ibu dengan diabetes dan hipokalsemi. Ada dua puncak hipokalsemi pada neonatus yang pertama 2-3 hari kehidupan pada berat badan lahir rendah (BBLR) dan akibat komplikasi dari trauma lahir, dan kedua pada akhir minggu pertama atau awal minggu kedua. Hypocalcemic tetany pada bayi baru lahir dapat menimbulkan kejang dan laringospasme. Kejang berbeda dengan yang disebabkan oleh tetanus, dan umumnya disertai tremor dan muscle twitching, sedangkan hipokalsemi tidak menimbulkan trismus atau rigiditas seluruh tubuh yang terjadi pada tetanus. Bayi dengan hypocalcemic tetany kelihatan normal di antara episode kejang.4 G. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium pada tetanus neonetorum sangatlah mudah, isolasi mikroorganisme dapat dilakukan dengan menginokulasi material pada tali pusat dengan media kultur. Pada kebanyakan kasus mikroorganisme sulit ditemukan di daerah tempat infeksi. Tidak ada tes laboratorium khusus yang menunjukkan kelainan karakteristik pada tetanus neonatorum. Diagnosa klinik tidak bergantung pada bakteriologi.4H. Komplikasi41. Laringospasme yaitu spasme dari pita suara dan atau otot pernapasan yang menyebabkan gangguan ventilasi. 2. Fraktur dari tulang punggung atau tulang panjang akibat kontraksi otot yang berlebihan secara terus menerus. 3. Hiperakitifitas sistem saraf otonom yang dapat menyebabkan hipertensi, gangguan irama jantung, atau keduanya. 4. Koma5. Infeksi yang meluas karena penggunaan kateter tetap6. Emboli paru7. Pneumonia Aspirasi 8. Kematian.I. Terapi Pengobatan untuk tetanus neonatal pada umumnya mencakup pemberian tetanus antitoksin dan relaksan otot serta pemberian makan secara parenteral.4

PENGENDALIAN KEJANG OTOT. Pasien harus dirawat di tempat yang tenang, ruangan gelap di mana semua rangsang penglihatan, pendengaran, sentuhan atau rangsangan lain yang mungkin diminimalkan. Diazepam (Valium) terbukti memiliki efektifitas untuk mengontrol spasme dan hipertonisitas tanpa menekan pusat kortikal.4

TERAPI ANTITOKSIN. Setelah sedasi yang memadai telah dicapai, tetanus imunoglobulin harus diberikan intramuskuler 500 IU atau tetanus antitoksin 5000 IU.7TERAPI ANTIMIKROBA. Bensilpenisilin G 100.000 U/kg IV dosis tunggal selama 10 hari. Dapat diganti dengan ampisilin dosis 100 mg/kg/hr dibagi dalam 2-3 dosis. 7PERAWATAN LUKA. Setelah pasien telah disedasi dan menerima antitoksin, luka harus benar-benar dibersihkan dan debridement.4TERAPI SUPORTIF. Oksigen harus tersedia. Selama tahap awal, pemberian nutrisi secara oral harus dihindari karena bahaya aspirasi. Memberikan cairan secara infus intravena kontinu (seperti air dan plasma), elektrolit, glukosa, dan asam amino.4

TRACHEOSTOMY. Kombinasi sedasi berat, kesulitan menelan, spasme laring,dan akumulasi sekret dapat menyebabkan obstruksi jalan napas. Tracheostomy dapat menyelamatkan nyawa jika dilakukan saat yang tepat.4J. Pencegahan Fokus utama dari program eliminasi tetanus neonatal adalah imunisasi bagiwanita usia subur dengan vaksin tetanus toksoid. Strategi ini berupaya untuk mencegah tetanus pada bayi dan ibu.4

Pada wanita yang sudah pernah diimunisasi lengkap baik dengan Td, atau DPT, dapat diberikan booster selama setiap 10 tahun. Pada wanita hamil dengan riwayat imunisasi yang tidak jelas, harus diberikan vaksin pertama secepatnya dan disusul oleh dosis ke 2 maksimal 3 minggu sebelum taksiran kelahiran. Wanita yang sudah mendapat 2 dosis vaksin pada kehamilan sebelumnya harus diberikan dosis ke 3 pada kehamilan yang sekarang. Dosis ke 3 ini dapat memberikan perlindungan hingga 5 tahun.4Tabel 1. Rekomendasi jadwal imunisasi tetanus toxoid (TT) dan tetanus dan difteri toxoid (Td) untuk wanita pada masa subur yang belum divaksinasi.4

DosisJadwal Pemberian

TT1 atau Td1Pada kontak pertama atau sedini mungkin saat kehamilan

TT2 atau Td2Paling sedikit 4 minggu setelah dosis pertama

TT3 atau Td36-12 bulan setelah dosis kedua atau pada kehamilan berikutnya

TT4 atau Td41-5 tahun setelah dosis ketiga atau saat kehamilan berikutnya

TT5 atau Td51-10 tahun setelah dosis keempat atau saat kehamilan berikutnya

K. PrognosisSuatu sistem penilaian untuk menilai prognosis dari tetanus dibuat oleh sebuah tim dari Senegal.8 Apakah terjemahan ini lebih baik daripada yang awal?Ya, kirim terjemahanTerima kasih atas kirimannya.Please help Google Translate improve quality for your language here.Tabel 2. Sistem skor untuk menentukan prognosis Tetanus.7

NomorFaktor Prognosis1 point0 point

1Masa Inkubasi< 7 hari >7 hari

2Masa Onset< 2 hari >2hari

3 Port of EntryUmbilikus, uterus, luka bakar, fraktur terbuka, injeksi intramuscularTidak diketahui

4Spasme yang muncul mendadak, dan bertambah buruk (paroxysm)YaTidak

5Suhu (diukur melalui rectal)>38,4o C38,4o C

6Nadi : pada dewasa :

pada neonatus : > 120x/menit

> 150x/ menit