Referat Omsk

37
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut “congek” adalah radang kronis telinga tengah dengan adanya perforasi pada membran timpani dan riwayat keluarnya cairan (sekret) dari telinga (otorea) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin serous, mukous, atau purulen. Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang dimulai setelah dewasa. 1,2 Otitis media supuratif kronik merupakan penyakit THT yang paling banyak ditemukan di negara sedang berkembang. Secara umum, insiden OMSK dipengaruhi oleh ras dan faktor sosioekonomi. Prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8% dan termasuk dalam klasifikasi tinggi dibandingkan dengan beberapa negara lain. Berdasarkan Survei Nasional Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran oleh Departemen Kesehatan R.I tahun 1994-1996, angka kesakitan (morbiditas) Telinga, Hidung, dan Tenggorok (THT) di Indonesia sebesar 38,6% dengan prevalensi morbiditas tertinggi pada kasus telinga dan gangguan pendengaran yaitu sebesar 38,6% dan prevalensi otitis media supuratif kronis antara 2,1-5,2%. 3,4 1

Transcript of Referat Omsk

Page 1: Referat Omsk

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut “congek”

adalah radang kronis telinga tengah dengan adanya perforasi pada membran

timpani dan riwayat keluarnya cairan (sekret) dari telinga (otorea) lebih dari 2

bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin serous, mukous,

atau purulen. Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang

pada anak, jarang dimulai setelah dewasa.1,2

Otitis media supuratif kronik merupakan penyakit THT yang paling banyak

ditemukan di negara sedang berkembang. Secara umum, insiden OMSK

dipengaruhi oleh ras dan faktor sosioekonomi. Prevalensi OMSK di Indonesia

adalah 3,8% dan termasuk dalam klasifikasi tinggi dibandingkan dengan beberapa

negara lain. Berdasarkan Survei Nasional Kesehatan Indera Penglihatan dan

Pendengaran oleh Departemen Kesehatan R.I tahun 1994-1996, angka kesakitan

(morbiditas) Telinga, Hidung, dan Tenggorok (THT) di Indonesia sebesar 38,6%

dengan prevalensi morbiditas tertinggi pada kasus telinga dan gangguan

pendengaran yaitu sebesar 38,6% dan prevalensi otitis media supuratif kronis

antara 2,1-5,2%.3,4

OMSK dapat terbagi atas 2, yaitu otitis media supuratif kronik tubotimpani

dan otitis media supuratif kronik atikoantral. OMSK atikoantral merupakan

bentuk yang paling berbahaya karena sifatnya yang dapat mendestruksi jaringan

sekitar sehingga dapat menimbulkan komplikasi yang lebih berat.1,3

Komplikasi ke intrakranial merupakan penyebab utama kematian pada

OMSK di negara sedang berkembang, yang sebagian besar kasus terjadi karena

penderita mengabaikan keluhan telinga berair. Kematian terjadi pada 18,6% kasus

OMSK dengan komplikasi intrakranial seperti meningitis.3

Oleh karena beratnya komplikasi yang ditimbulkan oleh OMSK ini, maka

penulis tertarik mengangkat topik ini sebagai judul penulisan makalah.

1

Page 2: Referat Omsk

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Telinga Tengah

Telinga tengah terdiri atas: membran timpani, kavum timpani, processus

mastoideus, dan tuba eustachius.1,4,5

1. Membran Timpani

Membran timpani dibentuk dari dinding lateral kavum timpani dan

memisahkan liang telinga luar dari kavum timpani. Membran ini memiliki

panjang vertikal rata-rata 9-10 mm, diameter antero-posterior kira-kira 8-9 mm,

dan ketebalannya rata-rata 0,1 mm .Letak membran timpani tidak tegak lurus

terhadap liang telinga akan tetapi miring yang arahnya dari belakang luar ke muka

dalam dan membuat sudut 450 dari dataran sagital dan horizontal. Membran

timpani berbentuk kerucut, dimana bagian puncak dari kerucut menonjol ke arah

kavum timpani yang dinamakan umbo. Dari umbo ke muka bawah tampak refleks

cahaya ( none of ligt).

Membran timpani mempunyai tiga lapisan yaitu :1

a) Stratum kutaneum (lapisan epitel) berasal dari liang telinga.

b) Stratum mukosum (lapisan mukosa) berasal dari kavum timpani.

c) Stratum fibrosum (lamina propria) yang letaknya antara stratum

kutaneum dan mukosum.

Secara Anatomis membran timpani dibagi dalam 2 bagian :1

a) Pars tensa

Bagian terbesar dari membran timpani yang merupakan permukaan

yang tegang dan bergetar, sekelilingnya menebal dan melekat pada

anulus fibrosus pada sulkus timpanikus bagian tulang dari tulang

temporal.

b) Pars flaksida atau membran Shrapnell.

Letaknya di bagian atas muka dan lebih tipis dari pars tensa. Pars

flaksida dibatasi oleh 2 lipatan yaitu : Plika maleolaris anterior

2

Page 3: Referat Omsk

(lipatan muka) dan Plika maleolaris posterior (lipatan

belakang).

Membran timpani terletak dalam saluran yang dibentuk oleh tulang

dinamakan sulkus timpanikus. Akan tetapi bagian atas muka tidak terdapat sulkus

ini dan bagian ini disebut incisura timpanika (rivini). Permukaan luar dari

membran timpani disarafi oleh cabang nervus aurikulo temporalis dari nervus

mandibula dan nervus vagus. Permukaan dalam disarafi oleh nervus timpani

cabang dari nervus glossofaringeal.

Aliran darah membrana timpani berasal dari permukaan luar dan dalam.

Pembuluh-pembuluh epidermal berasal dari aurikula yang merupakan cabang dari

arteri maksilaris interna. Permukaan mukosa telinga tengah didarahi oleh arteri

timpani anterior cabang dari arteri maksilaris interna dan oleh stylomastoid

cabang dari arteri aurikula posterior.

2. Kavum Timpani

Kavum timpani terletak di dalam pars petrosa dari tulang temporal,

bentuknya bikonkaf, atau seperti kotak korek api. Diameter antero-posterior atau

vertikal 15 mm, sedangkan diameter transversal 2-6 mm. Kavum timpani

mempunyai 6 dinding yaitu : bagian atap, lantai, dinding lateral, medial, anterior,

dan posterior.

Kavum timpani terdiri dari :1,5

a) Tulang-tulang pendengaran, terbagi atas: malleus (hammer/martil),

inkus (anvil/landasan), stapes (stirrup/pelana)

b) Otot, terdiri atas: otot tensor timpani (muskulus tensor timpani) dan

otot stapedius (muskulus stapedius).

c) Saraf korda timpani.

d) Saraf pleksus timpanikus.

3

Page 4: Referat Omsk

3. Processus mastoideus

Rongga mastoid berbentuk seperti bersisi tiga dengan puncak mengarah ke

kaudal. Atap mastoid adalah fosa kranii media. Dinding medial adalah dinding

lateral fosa kranii posterior. Sinus sigmoid terletak di bawah duramater pada

daerah ini. Pada dinding anterior mastoid terdapat aditus ad antrum.

4. Tuba eustachius.1,4,5

Tuba eustachius disebut juga tuba auditori atau tuba faringotimpani

berbentuk seperti huruf S. Tuba ini merupakan saluran yang menghubungkan

kavum timpani dengan nasofaring. Pada orang dewasa panjang tuba sekitar 36

mm berjalan ke bawah, depan dan medial dari telinga tengah dan pada anak

dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm.

Tuba terdiri dari 2 bagian yaitu :

a) Bagian tulang terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3 bagian).

b) Bagian tulang rawan terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3

bagian).

Gambar 2.1. Anatomi Telinga.6

4

Page 5: Referat Omsk

2.2 Definisi

Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga

tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid.4

Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut “congek”

adalah radang kronis telinga tengah dengan adanya lubang (perforasi) pada

membran timpani dan riwayat keluarnya cairan (sekret) dari telinga (otorea) lebih

dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin serous,

mukous, atau purulen.1,2,3

Otitis Media Akut (OMA) dengan perforasi membran timpani dapat menjadi

otitis media supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Beberapa

faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK, antara lain: terapi yang

terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman yang tinggi, daya

tahan tubuh pasien yang rendah (gizi kurang), dan higiene yang buruk.4

2.3 Epidemiologi

Otitis media supuratif kronik merupakan penyakit THT yang paling banyak

ditemukan di negara sedang berkembang. Secara umum insiden OMSK

dipengaruhi oleh ras dan faktor sosioekonomi. Misalnya, OMSK lebih sering

dijumpai pada orang Eskimo dan Indian Amerika, anak-anak aborigin Australia

dan orang kulit hitam di Afrika Selatan. Walaupun demikian, lebih dari 90%

beban dunia akibat OMSK ini dipikul oleh negara-negara di Asia Tenggara,

daerah Pasifik Barat, Afrika, dan beberapa daerah minoritas di Pasifik. Kehidupan

sosial ekonomi yang rendah, lingkungan kumuh, dan status kesehatan serta gizi

yang jelek merupakan faktor yang menjadi dasar untuk meningkatnya prevalensi

OMSK pada negara yang sedang berkembang.2

Survei prevalensi di seluruh dunia menunjukkan bahwa beban dunia akibat

OMSK melibatkan 65–330 juta orang dengan telinga berair, dimana 60% di

antaranya (39–200 juta) menderita kurangnya pendengaran yang signifikan.

Secara umum, prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8% dan termasuk dalam

klasifikasi tinggi dalam tingkatan klasifikasi insidensi. Pasien OMSK meliputi

25% dari pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT rumah sakit di Indonesia.

Berdasarkan Survei Nasional Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran oleh

5

Page 6: Referat Omsk

Departemen Kesehatan R.I tahun 1994-1996, angka kesakitan (morbiditas)

Telinga, Hidung, dan Tenggorok (THT) di Indonesia sebesar 38,6% dengan

prevalensi morbiditas tertinggi pada kasus telinga dan gangguan pendengaran

yaitu sebesar 38,6% dan prevalensi otitis media supuratif kronis antara 2,1-

5,2%.3Data poliklinik THT RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2006

menunjukkan pasien OMSK merupakan 26% dari seluruh kunjungan pasien.3

2.4 Klasifikasi

OMSK dapat dibagi atas 2 tipe, yaitu :1,3

a) Tipe tubotimpani (tipe jinak/tipe aman/tipe rhinogen)

Proses peradangan pada OMSK tipe tubotimpani hanya terbatas pada

mukosa saja dan biasanya tidak mengenai tulang. Tipe tubotimpani

ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa dan gejala klinik

yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit. Beberapa faktor lain

yang mempengaruhi keadaan ini terutama patensi tuba eustachius,

infeksi saluran nafas atas, pertahanan mukosa terhadap infeksi yang

gagal pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah. Disamping

itu campuran bakteri aerob dan anaerob, luas dan derajat perubahan

mukosa, serta migrasi sekunder dari epitel skuamosa juga berperan

dalam perkembangan tipe ini. Sekret mukoid kronis berhubungan

dengan hiperplasia goblet sel, metaplasia dari mukosa telinga tengah

pada tipe respirasi dan mukosiliar yang jelek.

b) Tipe atikoantral (tipe ganas/tipe tidak aman/tipe tulang)

Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Perforasi

tipe ini letaknya marginal atau di atik yang lebih sering mengenai pars

flaksida. Karakteristik utama dari tipe ini adalah terbentuknya kantong

retraksi yang berisi tumpukan keratin sampai menghasilkan

kolesteatom.

Kolesteatom adalah Tumpukan dari pengelupasan lapisan keratin epitel

bertatah dalam kavum timpani atau kavum mastoid

6

Page 7: Referat Omsk

Kolesteatom merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman, yang paling

sering adalah proteus dan pseudomonas. Hal ini akan memicu respon imun lokal

sehingga akan mencetuskan pelepasan mediator inflamasi dan sitokin. Sitokin

yang dapat ditemui dalam matrik kolesteatom adalah interleukin-1, interleukin-6,

tumor necrosis factor-α, dan transforming growth factor. Zat-zat ini dapat

menstimulasi sel-sel keratinosit matriks kolesteatom yang bersifat

hiperproliferatif, destruktif, dan mampu berangiogenesis. Massa kolesteatom ini

dapat menekan dan mendesak organ sekitarnya serta menimbulkan nekrosis

terhadap tulang. Terjadinya proses nekrosis terhadap tulang diperhebat oleh

reaksi asam oleh pembusukan bakteri.1,3,5

Kolesteatom dapat dibagi atas 2 tipe yaitu:5

1. Kolesteatom Kongenital

Kista epitel yang timbul di dalam salah satu tulang kepala

( biasanya tulang temporal) tanpa kontak dengan telinga luar.

Dapat tumbuh di tulang temporal bagian dalam atau

skuama.jumlahnya meningkat dalam ruang mastoid atau atik.

2. Kolesteatom Didapat.

Kolesteatom didapat dapat terbagi atas:

Primary acquired cholesteatoma (kolesteatoma

akuisital primer)

Kolesteatom yang terjadi tanpa didahului oleh perforasi

membran timpani pada daerah atik atau pars flasida.

Secondary acquired cholesteatoma. (Kolesteatoma

akuisital sekunder)

Kolesteatoma yang terbentuk setelah terjadi perforasi

membran timpani. Kolesteatom terbentuk sebagai

akibat dari masuknya epitel kulit dari liang telinga atau

dari pinggir perforasi membran timpani ke telinga

tengah (teori migrasi) atau terjadi akibat metaplasia

mukosa kavum timpani karena iritasi infeksi yang

berlansung lama (teori metaplasia)

7

Page 8: Referat Omsk

2.5 Patogenesis.

OMSK dimulai dari episode infeksi akut terlebih dahulu. Patofisiologi dari

OMSK dimulai dari adanya iritasi dan inflamasi dari mukosa telinga tengah yang

disebabkan oleh multifaktorial, diantaranya infeksi yang dapat disebabkan oleh

virus atau bakteri, gangguan fungsi tuba, alergi, kekebalan tubuh turun,

lingkungan dan sosial ekonomi. Kemungkinan penyebab terpenting mudahnya

anak mendapat infeksi telinga tengah adalah struktur tuba pada anak yang berbeda

dengan dewasa dan kekebalan tubuh yang belum berkembang sempurna sehingga

bila terjadi infeksi jalan napas atas, maka lebih mudah terjadi infeksi telinga

tengah berupa Otitis Media Akut (OMA).1,4,5

Respon inflamasi yang timbul adalah berupa udem mukosa. Jika proses

inflamasi ini tetap berjalan, pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya ulkus

dan merusak epitel. Mekanisme pertahanan tubuh penderita dalam menghentikan

infeksi biasanya menyebabkan terdapatnya jaringan granulasi yang pada akhirnya

dapat berkembang menjadi polip di ruang telinga tengah. Jika lingkaran antara

proses inflamasi, ulserasi, infeksi dan terbentuknya jaringan granulasi ini

berlanjut terus akan merusak jaringan sekitarnya.1,4

8

Sembuh/ normal

Gangguan tuba

Fgs.tuba tetap tergangguInfeksi (-)

Tekanan negatiftelinga tengah OMEefusi

OMA

Perubahan tekanan tiba-tibaAlergiInfeksi Sumbatan : Sekret

Tampon Tumor

Tuba tetap terganggu + ada infeksi

Otitis media Efusi(OME)

Otitis Media Supuratif Kronik

(OMSK)

Otitis Media Akut(OMA)

Sembuh sempurna

Page 9: Referat Omsk

Gambar 2.2 Patogenesis Otitis Media4

2.6 Faktor Ressiko

Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada

anak, jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari

nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis) dan mencapai telinga tengah

melalui tuba eustachius. Fungsi tuba eustachius yang abnormal merupakan faktor

predisposisi yang dijumpai pada anak dengan palatoskisis dan sindrom down.

Adanya tuba patulous, menyebabkan refluk isi nasofaring yang merupakan faktor

insiden OMSK yang tinggi di Amerika Serikat. Faktor host yang berkaitan dengan

insiden OMSK yang relatif tinggi adalah defisiensi imun sistemik. Kelainan

humoral, seperti hipogammaglobulinemia dan cell-mediated (infeksi HIV) dapat

timbul sebagai infeksi telinga kronis.

Faktor-faktor risiko OMSK antara lain :1,2

1. Lingkungan.

Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum jelas,

tetapi terdapat hubungan erat antara penderita dengan OMSK dan

sosio ekonomi, dimana kelompok sosio ekonomi rendah memiliki

insiden yang lebih tinggi. Tetapi sudah hampir dipastikan, bahwa hal

ini berhubungan dengan kesehatan secara umum, diet, dan tempat

tinggal yang padat.

2. Genetik.

Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah

insiden OMSK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang

dikaitkan sebagai faktor genetik. Sistem sel-sel udara mastoid lebih

kecil pada penderita otitis media, tapi belum diketahui apakah hal ini

primer atau sekunder.

9

OMSK tipe malignaOMSK tipe benigna

Page 10: Referat Omsk

3. Otitis media sebelumnya.

Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari

otitis media akut dan atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak

diketahui faktor apa yang menyebabkan satu telinga dan

berkembangnya penyakit ke arah keadaan kronis.

4. Infeksi

Proses infeksi pada otitis media supuratif kronis sering disebabkan

oleh campuran mikroorganisme aerobik dan anaerobik yang

multiresisten terhadap standar yang ada saat ini. Kuman penyebab

yang sering dijumpai pada OMSK ialah Pseudomonas aeruginosa

sekitar 50%, Proteus sp. 20% dan Staphylococcus aureus 25%. Jenis

bakteri yang ditemukan pada OMSK agak sedikit berbeda dengan

kebanyakan infeksi telinga lain, karena bakteri yang ditemukan pada

OMSK pada umumnya berasal dari luar yang masuk ke lubang

perforasi tadi.

5. Infeksi saluran nafas atas.

Banyak penderita mengeluh sekret telinga sesudah terjadi infeksi

saluran nafas atas. Infeksi virus dapat mempengaruhi mukosa telinga

tengah menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap

organisme yang secara normal berada dalam telinga tengah, sehingga

memudahkan pertumbuhan bakteri.

6. Autoimun.

Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insidens lebih

besar terhadap otitis media kronis.

7. Alergi.

Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih

tinggi dibanding yang bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya

sebagian penderita yang alergi terhadap antibiotik tetes telinga atau

bakteri atau toksin-toksinnya, namun hal ini belum terbukti

kebenarannya.

8. Gangguan fungsi tuba eustachius.

10

Page 11: Referat Omsk

Hal ini terjadi pada otitis kronis aktif, dimana tuba eustachius sering

tersumbat oleh edema.

Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani menetap

pada OMSK :1

a) Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang

mengakibatkan produksi sekret telinga purulen berlanjut.

b) Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi

penutupan spontan pada perforasi.

c) Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan

melalui mekanisme migrasi epitel.

Pada pinggir perforasi, epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan yang cepat

di atas sisi medial dari membran timpani yang hal ini juga mencegah penutupan

spontan dari perforasi.

2.7 Gejala Klinis.

1. Telinga berair (otorea)

Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan

encer) tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan

oleh aktivitas kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada

OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang

atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Suatu sekret

yang encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.1,3

2. Gangguan pendengaran

Tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran.

Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran.

Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi

sangat hebat, karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom dapat

menghantar bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Pada OMSK tipe

maligna biasanya didapat tuli konduktif berat karena putusnya rantai

tulang pendengaran, tetapi sering kali juga kolesteatom bertindak

11

Page 12: Referat Omsk

sebagai penghantar suara sehingga ambang pendengaran yang didapat

harus diinterpretasikan secara hati-hati.

Penurunan fungsi koklea biasanya terjadi perlahan-lahan dengan

berulangnya infeksi karena penetrasi toksin melalui jendela bulat

(foramen rotundum) atau fistel labirin tanpa terjadinya labirinitis

supuratif. Bila terjadinya labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf

berat. Hantaran tulang dapat menggambarkan sisa fungsi koklea.1,3

3. Otalgia (nyeri telinga)

Adanya nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK dan bila ada

merupakan suatu tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat

karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya

ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya

durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan

abses otak. Nyeri telinga mungkin ada tetapi mungkin oleh adanya

otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda berkembang

komplikasi OMSK seperti petrositis, subperiosteal abses, atau

trombosis sinus lateralis.

4. Vertigo

Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius

lainnya. Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya

fistel labirin akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Pada

penderita yang sensitif, keluhan vertigo dapat terjadi karena perforasi

besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah

terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin

juga akan menyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi

akibat komplikasi serebelum. Fistula merupakan temuan yang serius,

karena infeksi kemudian dapat berlanjut dari telinga tengah dan

mastoid ke telinga dalam sehingga timbul labirinitis dan dari sana

mungkin berlanjut menjadi meningitis. Uji fistula perlu dilakukan pada

kasus OMSK dengan riwayat vertigo. Uji ini memerlukan pemberian

tekanan positif dan negatif pada membran timpani.

Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna :

12

Page 13: Referat Omsk

a. Adanya abses atau fistel retroaurikular

b. Jaringan granulasi atau polip di liang telinga yang berasal dari

kavum timpani.

c. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk (aroma kolesteatom)

d. Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom.

Gambar 2.3. Perforasi Membran Timpani.8

Gambar 2.4. Otitis Media Supuratif Kronik.8

2.8 Diagnosis

Diagnosis OMSK ditegakan dengan cara:1,3,6

1. Anamnesis (history-taking)

Penyakit telinga kronis ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan

penderita seringkali datang dengan gejala-gejala penyakit yang sudah

lengkap. Gejala yang paling sering dijumpai adalah telinga berair. Pada

tipe tubotimpani sekretnya lebih banyak dan seperti benang, tidak berbau

13

Page 14: Referat Omsk

bususk, dan intermiten. Sedangkan pada tipe atikoantral sekretnya lebih

sedikit, berbau busuk, kadangkala disertai pembentukan jaringan

granulasi atau polip, dan sekret yang keluar dapat bercampur darah. Ada

kalanya penderita datang dengan keluhan kurang pendengaran atau

telinga keluar darah.

2. Pemeriksaan otoskopi

Pemeriksaan otoskopi akan menunjukan adanya dan letak

perforasi. Dari perforasi dapat dinilai kondisi mukosa telinga tengah.

3. Pemeriksaan audiologi

Evaluasi audiometri dan pembuatan audiogram nada murni untuk

menilai hantaran tulang dan udara penting untuk mengevaluasi tingkat

penurunan pendengaran dan untuk menentukan gap udara dan tulang.

Audiometri tutur berguna untuk menilai ‘speech reception threshold’

pada kasus dengan tujuan untuk memperbaiki pendengaran.

4. Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan radiografi daerah mastoid pada penyakit telinga

kronis memiliki nilai diagnostik yang terbatas bila dibandingkan dengan

manfaat otoskopi dan audiometri. Pemeriksaan radiologi biasanya

memperlihatkan mastoid yang tampak sklerotik dibandingkan mastoid

yang satunya atau yang normal. Erosi tulang yang berada di daerah atik

memberi kesan adanya kolesteatom. Proyeksi radiografi yang sekarang

biasa digunakan adalah proyeksi schuller dimana pada proyeksi ini akan

memperlihatkan luasnya pnematisasi mastoid dari arah lateral dan atas,

Pada CT scan akan terlihat gambaran kerusakan tulang oleh

kolesteatom, ada atau tidaknya tulang–tulang pendengaran dan beberapa

kasus terlihat fistula pada kanalis semisirkularis horizontal.1,3

5. Pemeriksaan bakteriologi

Walaupun perkembangan dari OMSK merupakan kelanjutan dari

mulainya infeksi akut, bakteri yang ditemukan pada sekret yang kronis

berbeda dengan yang ditemukan pada otitis media supuratif akut. Bakteri

yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa,

14

Page 15: Referat Omsk

Staphylococcus aureus, dan Proteus sp. Sedangkan bakteri pada otitis

media supuratif akut adalah Streptococcus pneumonie dan H. influenza.9

Infeksi telinga biasanya masuk melalui tuba dan berasal dari

hidung, sinus paranasal, adenoid, atau faring. Dalam hal ini penyebab

biasanya adalah pneumokokus, streptokokus atau H. influenza. Akan

tetapi, pada OMSK keadaan ini agak berbeda karena adanya perforasi

membran timpani maka infeksi lebih sering berasal dari luar yang masuk

melalui perforasi tadi.

2.9 Penatalaksanaan

Pada waktu pengobatan haruslah dievaluasi faktor-faktor yang menyebabkan

penyakit menjadi kronis, perubahan-perubahan anatomi yang menghalangi

penyembuhan serta menganggu fungsi, dan proses infeksi yang terdapat di telinga.

Bila didiagnosis kolesteatom, maka mutlak harus dilakukan operasi, tetapi obat -

obatan dapat digunakan untuk mengontrol infeksi sebelum operasi.1,5,6

Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luas infeksi, yang

dapat dibagi atas: konservatif dan operasi

A. Otitis media supuratif kronik benigna

1. Otitis media supuratif kronik benigna aktif

Pada keadaan ini sekret masih keluar dari kavum timpani secara aktif.

2. Otitis media supuratif kronik benigna tenang

Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan untuk

jangan mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi,

dilarang berenang dan segera berobat bila menderita infeksi saluran

nafas atas. Bila fasilitas memungkinkan sebaiknya dilakukan operasi

rekonstruksi (miringoplasti, timpanoplasti) untuk mencegah infeksi

berulang serta gangguan pendengaran.

Prinsip pengobatan OMSK benigna adalah :

1) Membersihkan liang telinga dan kavum timpani (toilet telinga)

Tujuan toilet telinga adalah membuat lingkungan yang tidak sesuai

untuk perkembangan mikroorganisme, karena sekret telinga merupakan

15

Page 16: Referat Omsk

media yang baik bagi perkembangan mikroorganisme. Cara pembersihan

liang telinga (toilet telinga):1

a) Toilet telinga secara kering (dry mopping).

Telinga dibersihkan dengan kapas lidi steril, setelah

dibersihkan dapat di beri antibiotik berbentuk serbuk. Cara ini

sebaiknya dilakukan di klinik atau dapat juga dilakukan oleh

anggota keluarga. Pembersihan liang telinga dapat dilakukan

setiap hari sampai telinga kering.

a) Toilet telinga secara basah (syringing).

Telinga disemprot dengan cairan untuk membuang debris dan

nanah, kemudian dibersihkan dengan kapas lidi steril dan diberi

serbuk antibiotik. Meskipun cara ini sangat efektif untuk

membersihkan telinga tengah, tetapi dapat mengakibatkan

penyebaran infeksi ke bagian lain dan ke mastoid. Pemberian

serbuk antibiotik dalam jangka panjang dapat menimbulkan

reaksi sensitifitas pada kulit. Dalam hal ini dapat diganti

dengan serbuk antiseptik, misalnya asam boric dengan iodine.

b) Toilet telinga dengan pengisapan ( suction toilet)

Pembersihan dengan suction pada nanah dengan bantuan

mikroskopis operasi adalah metode yang paling populer saat

ini. Setelah itu dilakukan pengangkatan mukosa yang

berproliferasi dan polipoid sehingga sumber infeksi dapat

dihilangkan. Akibatnya terjadi drainase yang baik dan resorbsi

mukosa. Pada orang dewasa yang kooperatif cara ini dilakukan

tanpa anastesi tetapi pada anak-anak diperlukan anestesi.

Pencucian telinga dengan H2O2 3% akan mencapai sasarannya

bila dilakukan dengan “displacement methode” seperti yang

dianjurkan oleh Mawson dan Ludmann.

2. Pemberian antibiotika :1

a) Antibiotik topikal

Pemberian antibiotik secara topikal pada telinga dan sekret

yang banyak tanpa dibersihkan dulu adalah tidak efektif. Bila

16

Page 17: Referat Omsk

sekret berkurang atau tidak progresif lagi diberikan obat tetes yang

mengandung antibiotik dan kortikosteroid. Irigasi dianjurkan

dengan garam faal agar lingkungan bersifat asam yang merupakan

media yang buruk untuk tumbuhnya kuman.

Mengingat pemberian obat topikal dimaksudkan agar

masuk sampai telinga tengah, maka tidak dianjurkan antibiotik

yang ototoksik misalnya neomisin dan lamanya tidak lebih dari 1

minggu. Cara pemilihan antibiotik yang paling baik dengan

berdasarkan kultur kuman penyebab dan uji resistensi.

Antibiotika topikal yang dapat dipakai pada otitis media kronik

adalah :

1. Polimiksin B atau polimiksin E

Obat ini bersifat bakterisid terhadap kuman gram negatif.

2. Neomisin

Obat bakterisid pada kuman gram positif dan negatif. Toksik

terhadap ginjal dan telinga.

3. Kloramfenikol

Obat ini bersifat bakterisid terhadap basil gram positif dan

negatif kecuali Pseudomonas aeruginosa.

a) Antibiotik sistemik.1

Pemilihan antibiotik sistemik untuk OMSK juga sebaiknya

berdasarkan kultur kuman penyebab. Pemberian antibiotika

tidak lebih dari 1 minggu dan harus disertai pembersihan sekret

profus. Bila terjadi kegagalan pengobatan, perlu diperhatikan

faktor penyebab kegagalan yang ada pada penderita tersebut.

Dengan melihat konsentrasi obat dan daya bunuhnya terhadap mikroba,

antimikroba dapat dibagi menjadi 2 golongan. Golongan pertama daya bunuhnya

tergantung kadarnya. Makin tinggi kadar obat, makin banyak kuman terbunuh,

misalnya golongan aminoglikosida dan kuinolon. Golongan kedua adalah

antimikroba yang pada konsentrasi tertentu daya bunuhnya paling baik.

17

Page 18: Referat Omsk

Peninggian dosis tidak menambah daya bunuh antimikroba golongan ini, misalnya

golongan beta laktam.

Untuk bakteri aerob dapat digunakan golongan kuinolon (siprofloksasin dan

ofloksasin) atau golongan sefalosforin generasi III (sefotaksim, seftazidin, dan

seftriakson) yang juga efektif untuk Pseudomonas, tetapi harus diberikan secara

parenteral.

Untuk bakteri anaerob dapat digunakan metronidazol yang bersifat

bakterisid. Pada OMSK aktif dapat diberikan dengan dosis 400 mg per 8 jam

selama 2 minggu atau 200 mg per 8 jam selama 2-4 minggu.

2. Otitis media supuratif kronik maligna.1,5

Pengobatan yang tepat untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan

konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara

sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal, maka insisi

abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi.

Ada beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dapat dilakukan pada

OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain :

1. Mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy)

2. Mastoidektomi radikal

3. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi

4. Miringoplasti

5. Timpanoplasti

6. Pendekatan ganda timpanoplasti (combined approach

tympanoplasty)

Tujuan operasi adalah menghentikan infeksi secara permanen,

memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi

atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.

18

Page 19: Referat Omsk

====

19

Page 20: Referat Omsk

Gambar 2.5. Pedoman Tatalaksana OMSK5

2.10 Komplikasi

Paparella dan Shumrick (1980) membagi komplikasi OMSK dalam :

A.Komplikasi otologik

1. Mastoiditis koalesen

2. Petrositis

3. Paresis fasialis

4. Labirinitis

B.Komplikasi intrakranial

1. Abses ekstradural

2. Trombosis sinus lateralis

3. Abses subdural

4. Meningitis

5. Abses otak

6. Hidrosefalus otitis

20

Page 21: Referat Omsk

Cara penyebaran infeksi :

1. Penyebaran hematogen

2. Penyebaran melalui erosi tulang

3. Penyebaran melalui jalan yang sudah ada.

Perjalanan komplikasi infeksi telinga tengah ke intra kranial harus melewati 3

macam lintasan :

1. Dari rongga telinga tengah ke selaput otak

Melalui jalan yang sudah ada, seperti garis fraktur tulang temporal, bagian

tulang yang lemah atau defek karena pembedahan, dapat memudahkan

masuknya infeksi.

2. Menembus selaput otak.

Dimulai begitu penyakit mencapai dura, menyebabkan pakimeningitis.

Dura sangat resisten terhadap penyebaran infeksi, akan menebal, hiperemi,

dan lebih melekat ketulang. Jaringan granulasi terbentuk pada dura yang

terbuka dan ruang subdura yang berdekatan.

3. Masuk ke jaringan otak.

Pembentukan abses biasanya terjadi pada daerah diantara ventrikel dan

permukaan korteks atau tengah lobus serebelum. Cara penyebaran infeksi

ke jaringan otak ini dapat terjadi baik akibat tromboflebitis atau perluasan

infeksi ke ruang Virchow Robin yang berakhir di daerah vaskular

subkortek.

2.11 Prognosis

Pasien dengan OMSK memiliki prognosis yang baik apabila dilakukan

kontrol yang baik terhadap proses infeksinya. Pemulihan dari fungsi pendengaran

bervariasi dan tergantung dari penyebab. Hilangnya fungsi pendengaran oleh

gangguan konduksi dapat dipulihkan melalui prosedur pembedahan, walaupun

hasilnya tidak sempurna.10

Keterlambatan dalam penanganan karena sifat tidak acuh dari pasien dapat

menimbulkan kematian yang merupakan komplikasi lanjut OMSK yang tidak

21

Page 22: Referat Omsk

ditangani dengan segera. Kematian akibat OMSK terjadi pada 18,6% pasien

karena telah mengalami komplikasi intrakranial yaitu meningitis.10

22

Page 23: Referat Omsk

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut “congek”

adalah radang kronis telinga tengah dengan adanya lubang (perforasi) pada

gendang telinga (membran timpani) dan riwayat keluarnya cairan (sekret)

dari telinga (otorea) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang

timbul.

2. Otitis media supuratif kronik dapat terbagi atas: tipe tubotimpani dan tipe

atikoantral dimana tipe ati koantral merupakan tipe paling ganas karena

terdapat kolesteatom yang bersifat destruksi.

3. Otitis media supuratif kronik dapat memiliki komplikasi otologik dan

intrakranial

4. Penatalaksanaan OMSK dapat terbagi atas pengobatan konservatif dan

operasi

5. Kematian akibat OMSK terjadi pada 18,6% pasien karena telah mengalami

komplikasi intrakranial yaitu meningitis.

23

Page 24: Referat Omsk

DAFTAR PUSTAKA

1. Nursiah S. Pola Kuman Aerob Penyebab OMSK dan Kepekaan Terhadap

Beberapa Antibiotika di Bagian THT FK USU/RSUP. H. Adam Malik

Medan. Medan : FK USU. 2003.

2. WHO. Chronic suppurative otitis media burden off illness and management

options. Child and Adolescent Health and Development Prevention of

Blindness and Deafness. Geneva Switzerland. 2004.

3. Farida et al. Alergi Sebagai Faktor Resiko Terhadap Kejadian Otitis Media

Supuratif Kronik Tipe Benigna. Medical Faculty of Hasanuddin. 2009.

4. Djaafar ZA. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala

leher. Edisi 6. Jakarta : FKUI.2007.

5. AdamsGL, Boies LR, Higler PA. Penyakit Telinga Tengah dan Mastoid.

Boies, Buku Ajar Penyakit THT Ed. 6. Jakarta:EGC;88-119.

6. Anonim. Otitits Media Kronis. 2009. Diunduh dari http://www.medicastore.com

pada tanggal 27 juni 2012.

7. Anonim. Ear Discharge. 2008. Diunduh dari

http://www.myhealth.gov.my/myhealth pada tanggal 27 juni 2012

8. Lutan R, Wajdi F. Pemakaian Antibiotik Topikal Pada Otitis Media Supuratif

Kronik Jinak Aktif. Cermin Dunia Kedokteran No. 132.2001.

9. Parry D. Middle Ear, Chronic Suppurative Otitis, Medical Treatment:Follow-

Up. Diunduh dari http://www.emedicine.medscape/otolaryngology pada

tanggal 27 juni 2012.

10. Balenger

24