Referat Obgyn

23
Referat Post Partum Depresi Disusun Oleh: Dafid Pratama 406147037 Pembimbing: dr. Freddy Dinata , Sp. OG

description

ref

Transcript of Referat Obgyn

ReferatPost Partum Depresi

Disusun Oleh:Dafid Pratama406147037

Pembimbing:dr. Freddy Dinata , Sp. OG

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit KandunganRumah Sakit Umum Daerah CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraJakarta

HALAMAN PENGESAHAN

Nama: Dafid PratamaFakultas : KedokteranUniversitas : Universitas TarumanagaraTingkat: Program Pendidikan Profesi DokterBidang pendidikan: Ilmu Kebidanan dan Penyakit KandunganPeriode Kepaniteraan Klinik: Judul Referat: Post Partum Depresi Pembimbing: dr. Freddy Dinata, Sp.OG

Telah diperiksa dan disahkan tanggal :

Disetujui Pembimbing,

dr. Freddy Dinata, Sp.OG

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya lah sehingga saya dapat menyelesaikan referat ini tepat pada waktunya. Referat ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Kepaniteraan Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara di RSUD Ciawi. Dengan bekal pengetahuan dan pengarahan serta bimbingan yang diperoleh sebelumnya dan selama menjalani kepaniteraan, penulis menyusun referat berjudul Post Partum Depresi. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada dr. Freddy Dinata, Sp.OG yang telah membimbing dan membantu dalam melaksanakan kepaniteraan dan dalam menyusun referat ini.Penulis menyadari masih banyak kekurangan baik pada isi maupun format referat ini. Oleh karena itu, segala kritik dan saran diterima dengan tangan terbuka. Akhir kata, penulis berharap referat ini dapat berguna bagi rekan-rekan serta semua pihak yang ingin mengetahui sedikit banyak mengenai Post Partum Depresi .

Ciawi, Agustus 2015

Penyusun

DAFTAR ISIHALAMAN PENGESAHAN 2Kata Pengantar 3Daftar Isi 4BAB I PENDAHULUAN 1BAB II TINJAUAN PUSTAKA 62.1. Definisi62.2. Epidemologi 62.3. Mikrobiologi 72.4. Patofisiologi 82.5. Manifestasi klinis 102.6. Diagnosis 142.7. Diagnosis banding152.8. Penatalaksanaan 162.9. Komplikasi 212.10. Prognosis 22BAB III KESIMPULAN 25DAFTAR PUSTAKA

BAB IPENDAHULUAN

Secara umum sebagian besar wanita mengalami gangguan emosional setelah melahirkan. Bentuk gangguan postpartum yang umum adalah depresi, mudah marah dan terutama mudah frustasi serta emosional. Gangguan mood selama periode postpartum merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi pada wanita baik primipara maupun multipara.Sebagian perempuan menganggap bahwa masamasa setelah melahirkan adalah masamasa sulit yang akan menyebabkan mereka mengalami tekanan secara emosional. Gangguangangguan psikologis yang muncul akan mengurangi kebahagiaan yang dirasakan, dan sedikit banyak mempengaruhi hubungan anak dan ibu dikemudian hari. Hal ini bisa muncul dalam durasi yang sangat singkat atau berupa serangan yang sangat berat selama berbulanbulan atau bertahun tahun lamanya.Ada 3 tipe gangguan mood pascasalin, diantaranya adalah maternity blues, postpartum depression dan postpartum psychosis.Depresi postpartum pertama kali ditemukan oleh Pitt pada tahun 1988. Depresi postpartum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke hari dengan menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan, dan kehilangan libido (kehilangan selera untuk berhubungan intim dengan suami). Tingkat keparahan depresi postpartum bervariasi. Keadaan ekstrem yang paling ringan yaitu saat ibu mengalami kesedihan sementara yang berlangsung sangat cepat pada masa awal postpartum, ini disebut dengan the blues atau maternity blues. Gangguan postpartum yang paling berat disebut psikosis postpartum atau melankolia. Diantara 2 keadaan ekstrem tersebut terdapat kedaan yang relatif mempunyai tingkat keparahan sedang yang disebut neurosa depresi atau depresi postpartum.

BAB IIPEMBAHASAN

II.1. DefinisiDepresi postpartum merupakan istilah yang digunakan pada pasien yang mengalami berbagai gangguan emosional yang timbul setelah melahirkan, khususnya pada gangguan depresi spesifik yang terjadi pada 10%-15% wanita pada tahun pertama setelah melahirkan. Pasien akan mengalami gejala affektive selama periode postpartum, 4 sampai 6 minggu setelah melahirkan. Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, edisi keempat (DSM-IV), sebuah depresi dipertimbangkan sebagai postpartum jika dimulai selama empat minggu setelah kelahiran. Pola gejala pada wanita dengan depresi postpartum sama pada wanita yang mengalami masa depresi selama tidak hamil. Susah berinteraksi dengan perawat dalam keadaan stres dan bayi meningkatkan resiko pendekatan yang tidak aman dan terjadinya masalah kognitiv dan sifat pada anak1,3.Beberapa kelompok wanita memiliki kemungkinan yang jauh lebih besar mengalami depresi selama masa nifas. Remaja dan wanita yang memiliki riwayat penyakit depresif memiliki risiko depresi postpartum sekitar 30%. Hampir 70% wanita yang memiliki riwayat depresi postpartum akan kembali mengalami gangguan ini. Jika seorang wanita memiliki riwayat depresi postpartum dan saat ini mengalami blues, kemungkinan wanita tersebut menderita depresi mayor akan meningkat menjadi 85% (Leveno et al, 2009).

II.2. EpidemologiWalaupun perubahan fisiologis dan psikologis muncul selama kehamilan dan dalam waktu 9 bulan kehamilan insidens gangguan emosional yang serius sebenarnya rendah tetapi pada beberapa wanita perlu penanganan adekuat. Insidens gangguan jiwa pada kehamilan lebih rendah dibanding post partum dan di luar kehamilan. Post partum 10-15%, diluar kehamilan 2-7%.

II.3. Etiologi Faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya depresi postpartum adalah sebagai berikut: 1. Faktor-faktor predisposisi meliputi riwayat psikosis puerperium, gangguan bipolar (sebelumnya disebut sebagai manik-depresif), delirium dan halusinasi, perubahan suasana hati yang cepat agitasi atau bingung dan potensial bunuh diri atau membunuh anaknya. 2. Depresi postpartum dengan atau tanpa psikosis dilihat dari tiga perspektif, yaitu: Teori biologis, meliputi perubahan fungsi hipotalamus, kemungkinan berhubungan dengan pengaruh hormonal yang berubah. Teori psikologis, meliputi sistem pendukung yang buruk, stres psikologis atau memiliki hubungan yang kurang baik dengan pasangannya. Teori sosiokultural, meliputi tingkat kepuasan sosial yang rendah, dukungan, dan kontrol baik di rumah maupun peran sebagai sebagai orang tua (Strigtht, 2005). 3. Sensitivitas individual ibu terhadap perubahan hormon juga dapat menjadi faktor penyebab. Penyebab lain yang mungkin adalah adanya riwayat keluarga tentang depresi, kurang dukungan keluarga setelah melahirkan, isolasi dan keletihan kronis (Curtis, 2000). 4. Faktor demografi yaitu umur ibu saat kehamilan dan melahirkan yang sering dikaitkan dengan kesiapan mental untuk menjadi seorang ibu. 5. Faktor pengalaman, depresi postpartum lebih sering ditemukan pada perempuan yang baru pertama kali melahirkan (primipara) Faktor pendidikan, perempuan yang berpendidikan tinggi menghadapi tekanan sosial dan konflik peran antara dorongan untuk bekerja dengan peran sebagai ibu rumah tangga yang harus mengurus anak-anak (Kruckman, 2001 dalam Soep, 2009)

2.3.3. Gambaran Klinis Gejala pada depresi postpartum adalah sebagai berikut (Leveno et al, 2009; Syafrudin dan Hamidah, 2009; Stevens, 2002): Merasa sedih Suasana hati yang tertekan atau kehilangan minat hampir sepanjang hari Penurunan atau peningkatan berat badan Kehilangan nafsu makan Sulit tidur atau terlalu banyak tidur Rasa lelah dan tidak bersemangat Iritabilitas dan kemurungan Tidak memperhatikan bayi Merasa tidak berharga atau merasa bersalah Berkurang kemampuan untuk berpikir dan mengambil keputusan Pikiran bunuh diri atau membunuh bayi

2.3.4 Perjalanan penyakit Perjalanan alami penyakit adalah dengan adanya perbaikan bertahap dalam waktu enam bulan setelah persalinan. Kemungkinan untuk pulih sempurna umumnya baik. Hampir 15% wanita mengalami perjalanan penyakit monofasik disertai pemulihan total, dan separuhnya memperlihatkan perjalanan multifasik dengan rata-rata 2,5 episode depresi per pasien dan akhirnya pulih sempurna. Pada sebagian kasus depresi postpartum dapat bersifat asimtomatik sampai berbulan-bulan, bahkan sampai bertahun-tahun, keadaan ini dapat mempengaruhi kualitas hubungan antara ibu dan anaknya. Ibu yang mengalami depresi terbukti kurang berinteraksi sosial dan bermain dengan anaknya (Leveno et al, 2009)

2.3.5. Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) Antara 8-12% wanita tidak dapat menyesuaikan peran sebagai orang tua dan menjadi sangat tertekan. Depresi yang terdeteksi secara klinis biasa muncul pada 6-12 minggu pertama postpartum. Dengan alasan itu, ibu diminta untuk mengisi kuesioner setelah melahirkan (Syafrudin dan Hamidah, 2009). Ibu yang rentan mengalami depresi postpartum adalah sebagai berikut (Syafrudin dan Hamidah, 2009): Mempunyai riwayat keluarga atau riwayat pribadi yang mengalami depresi. Tidak mempunyai pengalaman merawat orang lain; misalnya saudara kandung, di masa anak-anak atau remaja. Memiliki keluarga yang tidak stabil atau kasar di masa anak-anak atau remaja. Tidak memiliki dukungan positif dari suami selama dan setelah melahirkan. Pernah didiagnosis menderita depresi selama kehamilan. Terputus dari saudara dekat atau teman yang dapat merawat bayi dari waktu ke waktu.

Skrining rutin untuk depresi postpartum dapat menggunakan alat pemeriksaan psikiatrik yang disebut Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) yang didisain oleh Cox, Holden dan Sagovsky. Edinburgh Postnatal Depression Scale dapat digunakan pada ibu yang sedang rawat inap, home visit, atau pada 6-8 minggu setelah melahirkan. Edinburgh Postnatal Depression Scale terdiri dari 10 pertanyaan dan dapat diselesaikan dalam waktu 5 menit (Cox, Holden dan Sagovsky, 1987). Sepuluh pertanyaan pada EPDS adalah cara yang bernilai dan efisien untuk mengidentifikasi pasien yang memiliki risiko untuk depresi postpartum, mudah dijalankan dan telah terbukti menjadi alat skrining yang efektif (Cox, Holden dan Sagovsky, 1987). Setiap pertanyaan memiliki empat respon yang mungkin, yang dinilai dari 0 sampai 3. Nilai skor maksimum EPDS adalah 30, jika skor rendah maka lebih baik. Di United Kingdom, jika skor EPDS 9-10 maka direkomendasikan untuk menjalani skrining selanjutnya. Pada wanita yang mendapatkan total skor EPDS lebih dari 10, berisiko tinggi untuk terjadinya depresi postpartum (Wisner, Parry, dan Piontek, 2002). Edinburgh Postnatal Depression Scale sudah di-translate dalam berbagai bahasa dan di validasi di berbagai negara diantaranya Arab, Cina, Belanda, Perancis, Jerman, Jepang, Norwegia, Vietnam, Malaysia. Edinburgh Postnatal Depression Scale dalam bahasa Indonesia sudah diterjemahkan (Department of Health Government of Western Australia, 2006). Penerjemahan EPDS ke dalam bahasa Indonesia sudah dilakukan dan telah divalidasi di Jakarta. Hasil studi tersebut membuktikan bahwa instrumen dalam bahasa Indonesia lebih sahih dan reliable untuk digunakan pada wanita Indonesia (Kusumadewi, Sari, 2009).

Kriteria yang digunakan dalam menegakkan diagnosis berdasarkan pada riwayat dan gejala-gejala mengikuti Diagnostic And Statisctical Manual of Mental Disorders, edisi keempat (DSM-IV) seperti terlihat pada tabel 1. Sebagai penunjang untuk menegakkan diagnosis, secara luas menggunakan uji Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS)1,2,3,4,5.

Gejala Depresi Mayor dengan Onset Postpartum.* Depresi mayor adalah didefinisikan dengan adanya lima dari gejala berikut, yang mana salah satu harus adanya mood yang tertekan atau penurunan ketertarikan atau kesenangan**. Mood yang tertekan sering berhubungan dengan kebingungan yang berat. Adanya penurunan ketertarikan atau kesenangan dalam beraktivitas Gangguan nafsu makan, biasanya diikuti dengan kehilangan berat badan Gangguan tidur, paling sering insomnia atau tidur yang tidak nyaman bahkan ketika bayinya tertidur. Agitasi fisik, atau pelambatan psikomotor Lemah, penurunan energi Merasa kurang berguna Penurunan konsentrasi Adanya keinginan bunuh diri*Dari Diagnostic and Statistical Manual Mental Disorders, edisi keempat (DSM IV). Depresi postpartum diartikan dalam DSM-IV dimulai empat minggu setelah melahirkan**Gejala yang harus ada sepanjang hari hampir setiap hari selama dua minggu.

2.3.6 PenatalaksanaanSecara umum ada dua jenis pengobatan untuk depresi (Joy, Saju. 2010):Talk TherapyMelibatkan pembicaraan dengan seorang psikolog, terapis, atau pekerja sosial untuk belajar mengubah cara pasien depresi dalam berpikir, merasa, dan bertindak.

Terapi MedisDokter akan memberikan resep obat antidepresan. Obat-obatan ini dapat membantu meredakan gejala depresi. Pemberian obat antidepresan juga terbukti bekerja untuk pengobatan depresi postpartum, tetapi penting untuk dicatat bahwa obat ini akan mempengaruhi ASI yang dikonsumsumsi oleh si bayi. Ada beberapa antidepresan yang tersedia saat ini dengan efek samping minimal pada bayi.Metode-metode pengobatan dapat digunakan sendiri atau secara bersamaan. Jika ibu mengalami depresi, maka akan sangat memengaruhi bayinya. Pengobatan yang ditangani dengan segera sangat penting bagi ibu maupun bayi. Menyembuhkan ibu hamil dari depresi pasca melahirkan, bukan saja memerlukan terapi kelompok dengan panduan psikiater yang benar. Tapi juga membutuhkan asupan nutrisi yang dapat membuat pemulihan tubuh ibu berlangsung lebih cepat dan tepat. Menurut Jill Mallory, ibu hamil di Amerika kekurangan lemak omega-3. Asam lemak omega-3 adalah DHA atau docosahexaenoic acid yang dapat ditemukan umumnya pada ikan tuna dan salmon, maupun ganggang laut.Dalam penelitian lain yang jauh sebelumnya dilakukan, plasenta terbukti mendorong perpindahan DHA dari ibu pada bayi. Menurut Mallory, hal ini terjadi karena lemak tersebut diserap bayi untuk pertumbuhan otak dan mata, sehingga pada wanita pasca melahirkan perlu mengembalikan kadar tersebut dalam tubuh. Hal ini mejeleaskan bagaimana penurunan depresi dapat dilakukan dengan menaikkan asupan DHA pada ibu, dan jumlah DHA dalam ASI berhubungan dengan depresi postpartum dan terutama mengkonsumsi ikan yang bermanfaat (Joy, Saju. 2010).

Tanda-tanda yang perlu diawasi selama dan setelah melahirkanKetika hamil, atau setelah melahirkan, mungkin saja ibu merasa depresi tapi tidak menyadarinya. Beberapa perubahan normal selama dan setelah melahirkan dapat menunjukkan gejala yang mirip dengan depresi. Namun jika ibu mengalami gejala berikut lebih dari 2 minggu, maka harus dihubungi dokter untuk penanganan segera.Beberapa wanita tidak memberitahu siapa pun tentang gejala-gejala mereka. Mereka merasa malu atau bersalah karena merasa tertekan ketika mereka seharusnya bahagia. Mereka khawatir akan dipandang sebagai orang tua tidak layak (Joy, Saju. 2010).

BAB IIIKESIMPULAN

Depresi merupakan suatu perasaan sedih tertekan. Depresi termasuk dalam gangguan mood yang utama. Pada pasien depresi akan merasakan hilangnya energi dan minat, perasaan bersalah, kesulitan konsentrasi, hilangnya nafsu makan dan berpikir tentang kematian atau bunuh diri.Depresi postpartum adalah depresi berat yang biasa timbul mulai 1-2 dan 4 minggu setelah melahirkan. Depresi postpartum sangat umum terjadi pada ibu yang baru melahirkan, khususnya melahirkan anak pertama.Insiden depresi postpartum sedang atau berat atau gangguan bipolar postpartum berkisar dari 30-200 per 1000 kelahiran hidup. Depresi postpartum mengenai sekitar 10% dari semua ibu baru.Antara 8-12% wanita tidak dapat menyesuaikan peran sebagai orang tua dan menjadi sangat tertekan. Depresi yang terdeteksi secara klinis biasa muncul pada 6-12 minggu pertama postpartum. Dengan alasan itu, ibu diminta untuk mengisi kuesioner setelah melahirkan

DAFTAR PUSTAKA

Bahiyatun., 2009. Buku Ajar Kebidanan Asuhan Nifas Normal. Jakarta: EGC.

Baihaqi, MIF.dkk, 2007. Psikiatri (Konsep Dasar dan Gangguan-Gangguan). Bandung: PT. Refika Aditama.

Barclay, Laurie., 2008. Medscape Medical News: Prevalence of Self-Reported Postpartum Depresisive Symptoms Ranges From 11,7to 20,4%, 57 (14); 361-366.

Cox, J.L., Holden, J.M., & Sagovsky, R., 1987. British Journal of Psychiatry: Detection of Postnatal Depression. Development of the 10-item Edinburgh Postnatal Depression Scale. Volume 150: 782-786.

Curtis, Glade B., 2000. Kehamilan di Atas Usia 30. Jakarta: Arcan.

Department of Health, Government of Western Australia, 2006. Using the Edinburgh Postnatal Depression Scale EPDS Translated into languages Other Than English.

Dewi EP. 2008. Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Kejadian Depresi Pada Ibu Postpartum Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Boyolali. Available from: http://etd.eprints.ums.ac.id/438/ [Accesed April 2013].

Halverson, Jerry L., 2011. Depression. Available from: http://emedicine. medscape.com/article/286759-overview. [Accesed 22 April 2013].

Joy, Saju. 2010. Postpartum Depression. Available from: www.medscape.com [Accesed April 2013].

Kaplan, H.I., Sadock, B.J., & Grebb, J.A., 2010. Sinopsis Psikiatri. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher.

Kruckman., 2001. Maternity Nursing: Family, Newborn and Womens Health Care, Education (18th ed). Philadelpia: Lippincott.

Miyake, Yoshihiro., Tanaka, Keiko., Sasaki, Satosi & Hirota, Yoshio. 2010. Employment, income, and education and risk of postpartum depression: The Osaka Maternal and Child Health Study. Journal of Affective Disorder. Volume: 130 h-133-137.

Nielsen, D., Videbech, P., Hedegaard, M., Dalby, J. & Secher, N.J., 2000. Postpartum depression: identification of women at risk. BJOG: An International Journal of Obstetrics & Gynaecology, 107: 12101217.

Sadock, B.J., Sadock, V.A., 2003. Synopsis Psychiatry. Behavioral Sciences/ Clinical Psychiatry. Ninth Edition. Lippincott Williams & Wilkins. Sari, Laila Sylvia., 2009. Sindroma Depresi Pasca Melahirkan Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Available from: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/6370 [Accesed April 2013].

Sari, Maya Eka., 2010. Perbedaan Risiko Depresi Postpartum Antara Ibu Primipara Dengan Multipara Di RSIA Aisyiyah Klaten. Available from: http://etd.eprints.ums.ac.id/9449/ [Accesed Maret 2013].

Seminum, Yustinus., 2006. Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Stevens, Lise M., 2002. The Journal of the American Medical Assosiation.Volume: 287. No. 6.

Syafrudin., Hamidah., 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.

Tomb, David A., 2004. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC

Wisner, K.L., Parry, B.L., & Piontek, C.M., 2002. New England Journal of Medicine: Postpartum Depression.Volume 347:194-199.

8