Referat PUD Karlina Lestari Obgyn

download Referat PUD Karlina Lestari Obgyn

of 22

Transcript of Referat PUD Karlina Lestari Obgyn

  • 8/10/2019 Referat PUD Karlina Lestari Obgyn

    1/22

    PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL

    1. DEFINISI

    Dysfunctional uterine bleeding (DUB) / perdarahan uterus disfungsional (PUD) adalah

    perdarahan abnormal yang dapat terjadi di dalam maupun di luar siklus menstruasi karena

    gangguan fungsi mekanisme pengaturan hormon (otak-indung telur-rahim) dan tanpa disertai

    kelainan organ, hematologi, dan kehamilan.

    Perdarahan uterus abnormal yang terjadi tanpa kelainan pada saluran reproduksi,

    penyakit medis tertentu atau kehamilan (Himpunan Endokrinologi-Reproduksi dan Fertilitas

    Indonesia dan Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia, 2007). Perdarahan uterus

    disfungsional (PUD) adalah adalah perdarahan yang tidak berkaitan dengan anatomi dan

    kelainan sistemik yang mendasari. (Maria Creatsas and George K. Creatsas, 2014).

    Perdarahan disfungsional dapat terjadi pada setiap umur antara menarche dan

    menopause. Tetapi kelainan ini lebih sering dijumpai sewaktu masa permulaan dan akhir

    fungsi ovarium. Sekitar 2/3 wanita yang mengalami perdarahan disfungsional berumur diatas

    40 tahun. Sebetulnya dalam praktek banyak dijumpai perdarahan disfungsional dalam masa

    pubertas, akan tetapi keadaan ini biasanya dapat sembuh sendiri, dan jarang diperlukan

    perawatan dirumah sakit.

    Secara epidemiologi, di Amerika Serikat PUD adalah salah satu masalah ginekologi

    tersering. Diperkirakan setiap tahun nya, 5% perempuan berusia 30-49 tahun akan

    berkonsultasi ke dokter untuk pengobatan menorrhagia. Sekitar 30% dari semua wanita

    melaporkan telah terdiagnosis menorrhagia. Morbiditas dan mortalitas berhubungan dengan

    jumlah kehilangan darah pada saat menstruasi, yang dapat menyebabkan syok hemoragik.

    (Amir Estephan, MD. 2012)

    2.

    FAKTOR PENYEBAB

    Perdarahan uterus disfungsional (PUD) diyakini disebabkan oleh gangguan

    mekanisme hormonal, tetapi pada point tersebut tidak didapatkan penyebab yang spesifik,

    sehingga sampai saat ini penyebab PUD belum diketahui secara pasti. Beberapa kondisi yang

    dikaitkan dan berpotensi terjadinya PUD, antara lain:

  • 8/10/2019 Referat PUD Karlina Lestari Obgyn

    2/22

    3. PATOFISIOLOGI

    Perdarahan uterus disfungsional dapat terjadi pada siklus ovulasi maupun

    pada siklus anovulasi

    - Siklus ovulasi adalah perdarahan teratur dan banyak terutama pada tiga hari

    pertama siklus haid. Penyebab perdarahan adalah terganggunya mekanisme

    hemostasis lokal di endometrium.

    - Siklus anovulasiadalah perdarahan tidak teratur dan siklus haid memanjang

    disebabkan oleh gangguan pada poros hipothalamus-hipofisis-ovarium.

    Adanya siklus anovulasi menyebabkan efek estrogen tidak terlawan

    (unopposed estrogen) terhadap endometrium. Proliferasi endometrium terjadi

    secara berlebihan hingga tidak mendapat aliran darah yang cukup kemudian

    mengalami iskemia dan dilepaskan dari stratum basal.

    - Efek samping penggunaan kontrasepsi dimaksudkan dosis estrogen yang

    rendah dalam kandungan pil kontrasepsi kombinasi (PKK) menyebabkan

    integritas endometrium tidak mampu dipertahankan. Progestin menyebabkan

    endometrium mengalami atrofi. Kedua kondisi ini dapat menyebabkan

    Endokrin Infeksi Obat-obatan Lesi struktural Kehamilan

    Penyakit Cushing Chlamidia Agen hormonal AdenomyosisKehamilan

    ektopik

    Hiperprolasinemia Gonorrhea

    Pil kontrasepsi dosis

    rendah Coagulopathies

    Abortus

    inkomplit

    Hipertiroidiesme PID OAINSKondiloma

    akuminata

    Komplikasi

    kehamilan

    Menopause Norplant Endometriosis

    obesitas Mini pillKanker

    endomertial

    Penyakit polikistik

    ovariumTamoxifen Trauma

    Kegagalan

    ovarium prematurWarfarin

    Polip servikal atau

    uterin

  • 8/10/2019 Referat PUD Karlina Lestari Obgyn

    3/22

    perdarahan bercak. Sedangkan pada pengguna alat kontrasepsi dalam rahim

    (AKDR) kebanyakan perdarahan terjadi karena endometritis

    -

    PUD Pada Siklus Anovulatoar

    Pada keadaan anovulasi korpus luteum tidak terbentuk, akibatnya siklus

    haid dipengaruhi oleh hormon estrogen yang berlebihan dan kurangnya

    hormon progesteron. Penyebab pasti dari perdarahan dengan siklus

    anovulatoar ini belum diketahui, beberapa kemungkinan yang terjadi adalah :

    1.

    Perdarahan pada masa menarche, biasanya keadaan ini dihubungkan dengan

    belum matangnya fungsi hipotalamus dan hipofisis.

    2.

    Perdarahan pada masa reproduksi sering disebabkan karena gangguan di

    hipotalamus sehingga terjadi lonjakan kadar LH sehingga tidak terjadiovulasi.

    3.

    Perdarahan yang terjadi pada masa premenopause sering disebabkan karena

    kegagalan ovarium dalam menerima rangsangan hormon gonadotropin.

    -

    PUD Pada Siklus Ovulatoar

    Perdarahan yang terjadi pada siklus ovulatoar berbeda dari perdarahan pada

    suatu haid yang normal, dan hal ini dapat dibedakan dalam tiga jenis, yaitu :

    1.

    Perdarahan Pada Pertengahan Siklus

    Perdarahan yang terjadi biasanya sedikit, singkat dan dijumpai pada

    pertengahan siklus. Penyebabnya adalah rendahnya kadar estrogen.

    2.

    Perdarahan Akibat Gangguan Pelepasan Endometrium.

    Perdarahan yang terjadi biasanya banyak dan memanjang. Keadaan ini

    disebabkan oleh adanya korpus luteum persisten dan kadar estrogen rendah

    sedangkan progesteron terus terbentuk.

    3.

    Perdarahan Bercak (Spotting) Pra Haid Dan Pasca Haid.

    Perdarahan ini disebabkan oleh insufisiensi korpus luteum, sedangkan pada

    masa pasca haid disebabkan oleh defisiensi estrogen, sehingga regenerasi

    endometrium terganggu.

  • 8/10/2019 Referat PUD Karlina Lestari Obgyn

    4/22

    -

    PUD pada keadaan folikel persisten

    Keadaan ini sering dijumpai pada masa pra menopause dan jarang

    terjadi pada masa reproduksi. Pada keadaan ini endometrium secara menetap

    dipengaruhi oleh estrogen, sehingga terjadi hiperplasia endometrium, yang

    bervariasi dari pertumbuhan yang ringan sampai berlebihan.

    Terdapat 3 jenis hiperplasia endometrium yaitu : tipe simpleks, tipe

    kistik, dan tipe atipik. Secara histopatologis akan ditemukan penambahan

    endometrium dari kelenjar maupun stromanya. Keadaan ini sering

    menyebabkan keganasan endometrium, sehingga memerlukan penanganan

    yang seksama, setelah folikel tidak mampu lagi membentuk estrogen maka

    terjadi perdarahan lepas estrogen. Gambaran klinis pada kelainan jenis ini

    biasanya mula-mula berupa haid biasa, kemudian terjadi perdarahan sedikitdan selanjutnya akan diikuti perdarahan yang makin banyak terus menerus

    disertai gumpalan.

    Gangguan perdarahan pada perdarahan uterus disfungsional dapat

    berupa gangguan panjang siklus, gangguan jumlah dan lamanya perdarahan

    berlangsung, dan gangguan keteraturan.

    1.

    Gangguan panjang siklus umumnya akibat disfungsi hipotalamus dan dapat

    berupa :

    Oligomenorrhoe, yaitu haid jarang, siklus panjang, siklus haid lebih

    dari 35 hari.

    Polymenorrhoe, yaitu haid sering datang, siklus pendek, kurang dari 21

    hari.

    2.

    Gangguan jumlah dan lama perdarahan dapat berupa :

    Hypomenorrhoe, yaitu haid yang disertai perdarahan yang ringan dan

    berlangsung hanya beberapa jam sampai 1- 2 hari saja.

    Hypermenorrhoe (menorrhoe), yaitu haid yang teratur tetapi jumlah

    darahnya banyak.

    Metrorrhagi, yaitu perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada

    hubungan dengan haid.

    Menometorrhagi, yaitu perdarahan yang berlangsung lebih lama dari

    14 hari.

    Keadaan lain yang terjadi pada penderita PUD adalah meningkatnya aktifitas

    fibrinolitik pada endometrium. Terjadi peningkatan kadar prostaglandin yaitu PGF2,

  • 8/10/2019 Referat PUD Karlina Lestari Obgyn

    5/22

    PGE2 dan prostasiklin (prostasiklin mengakibatkan relaksasi dinding pembuluh darah

    dan berlawanan dengan aktivitas agregasi trombosit sehingga terjadi perdarahan yang

    lebih banyak. Peningkatan rasio PGF2, PGE2, mengakibatkan vasodilatasi, relaksasi

    miometrium dan menurunnya agregasi trombosit sehingga kehilangan darah haid

    lebih banyak. Makin tinggi rasio PGF2 : PGE2, terjadinya menoragi dan

    menometroragi akan meningkat. Perdarahan uterus disfungsional bervariasi antara

    tiga kelompok umur yaitu masa remaja, usia reproduksi dan premenopause.

    Perdarahan pada kelompok remaja dan premenopause biasanya akibat anovulasi

    kronik, sedangkan pada kelompok usia reproduksi perdarahan terjadi walaupun siklus

    haid ovulatoar.

    Secara sederhana dapat disimpulkan, gangguan perdarahan uterus terjadi karena

    persistensi folikel yang tidak pecah sehingga tidak terjadi ovulasi dan pembentukan korpusluteum. Akibatnya terjadilah

    Pola perdarahan uterus disfungsional

    A. Perdarahan uterus abnormal yang terjadi tanpa kelainan pada saluran reproduksi,

    medis tertentu atau kehamilan. Diagnosis PUD ditegakkan per ekslusionam.

    B. Perdarahan akut dan banyak merupakan perdarahan menstruasi dengan jumlah

    darah haid > 1 tampon per jam dan atau disertai dengan gangguan hipovolemik.

    C. Perdarahan ireguler meliputi metroragia, menometroragia, oligomenore, perdarahan

    haid yang lama (> 12 hari), perdarahan antara 2 siklus haid dan pola perdarahan lain

    yang ireguler. Pasien usia perimenars yang mengalami gangguan haid tidak

    dimasukkan dalam kelompok ini karena kelainan ini terjadi akibat belum matangnya

    poros hipothalamushipofisisovarium.

    D. Menoragia merupakan perdarahan menstruasi dengan jumlah darah haid > 80 cc atau

    lamanya > 7 hari pada siklus yang teratur. Bila perdarahannya terjadi > 12 hari harus

    dipertimbangkan termasuk dalam perdarahan ireguler.

    E. Perdarahan karena efek samping kontrasepsi dapat terjadi pada pengguna PKK,

    suntikan depo medroksi progesteron asetat (DMPA) atau AKDR. Perdarahan pada

    pengguna PKK dan suntikan DMPA kebanyakan terjadi karena proses perdarahan

    sela. Infeksi Chlamydia atau Neisseria juga dapat menyebabkan perdarahan pada

    pengguna PKK. Sedangkan pada pengguna AKDR kebanyakan perdarahan terjadi

    karena endometritis.

  • 8/10/2019 Referat PUD Karlina Lestari Obgyn

    6/22

    4. KLASIFIKASI

    Perdarahan Uterus Disfungsional pada Usia Remaja

    Etiologinya diperkirakan karena disfungsi dari mekanisme kerja

    hipotalamus hipofisis yang mengakibatkan anovulasi sekunder. Pada masa ini

    ovarium masih belum berfungsi dengan baik dan pada remaja yang mengalami

    perdarahan disfungsional sistem mekanisme siklus feedback yang normal belum

    mencapai kematangan. Kenaikan kadar estrogen tidak menyebabkan penurunan

    produksi FSH dan oleh karena itu produksi estrogen berjalan terus dan bertambah

    banyak. Kadar estrogen yang berfluktuasi dan berlangsung tanpa keseimbangan

    progesteron mengakibatkan pertumbuhan endometrium yang berlebihan dan tidak

    teratur diikuti oleh pelepasan yang tidak beraturan dari lapisan-lapisan

    endometrium sehingga terjadi perdarahan yang beragam baik dalam hal jumlah

    dan lamanya maupun dalam hal frekuensi atau panjang siklusnya.

    a. Perdarahan Uterus Disfungsional pada Masa Reproduksi

    Ada tiga macam perdarahan disfungsional sebagai berikut :

    1)

    Perdarahan teratur siklusnya namun jumlahnya melebihi daripada biasa(hypermenorrhoe), terjadi pada masa haid, yang mana hal itu sendiri biasa

  • 8/10/2019 Referat PUD Karlina Lestari Obgyn

    7/22

    teratur atau tidak. Perdarahan semacam ini sering terjadi dan haidnya biasanya

    anovulasi. Biasanya 90% disebabkan oleh lesi organik dan kadang-kadang

    bisa terjadi pada ketegangan psikologi dan pada pemeriksaan histologi

    endometrium menunjukkan tanda-tanda pengaruh gestagen yang tidak cukup.

    2)

    Perdarahan berulang atau intermitten yang terjadi di luar siklus haid, misalnya

    terjadi pada masa pertengahan antara dua masa haid atau dalam fase post

    menstruasi. Yang pertama disebabkan penurunan kadar estrogen akibat

    peristiwa ovulasi dan perubahan fungsi folikel de Graff menjadi korpus

    luteum, dan pada yang kedua disebabkan oleh involusio yang terlambat atau

    persistensi dari korpus luteum yang terus menghasilkan progesteron walaupun

    dalam kadar yang lebih rendah beberapa hari setelah proses degenerasi pada

    endometrium dimulai sehingga perdarahan endometrium yang terjadi bisabanyak sekali. Hypermenorrhoe yang demikian bisa juga terjadi disebabkan

    produksi progesteron yang tidak mencukupi oleh korpus luteum dan

    perdarahan telah dimulai hingga beberapa hari sebelum haid (perdarahan

    premenstruasi).

    3)

    Yang jarang adalah episode perdarahan yang cukup banyak yang terjadi pada

    sembarang waktu dalam siklus haid dan tidak disertai ovulasi. Penyebabnya

    belum jelas, tetapi keadaan kongesti lokal dalam pelvis misalnya oleh karena

    kurang gerak badan, rangsangan seksual yang tidak memuaskan. Akibat

    disharmoni dan ketidakbahagiaan pernikahan dan pengaruh psikologis,

    semuanya dapat menjadi faktor predisposisi bagi terjadinya disfungsi ovarium

    yang pada akhirnya bisa menyebabkan produksi estrogen terganggu

    sedemikian rupa dan jauh melebihi kadar ambang proliferasi. Kadar estrogen

    yang jauh daripada kadar ambang ini bisa menyebabkan perdarahan pada

    endometrium.

    b. Perdarahan Uterus Disfungsional pada Masa menjelang menopause.

    Beberapa tahun menjelang menopause fungsi ovarium mengalami

    kemunduran karena secara histologi di dalam korteks ovarium hanya tersisa sedikit

    jumlah folikel primordial yang resisten terhadap gonadotropin. Sekalipun terus

    terangsang oleh gonadotropin akan tetapi folikel tersebut tidak akan mampu

    menghasilkan jumlah estrogen yang cukup. Kekurangan estrogen yang berkelanjutan

    pada akhirnya akan menuju pada kemunduran peristiwa-peristiwa yang fungsinya

    bergantung pada kecukupan estrogen seperti ovulasi, menstruasi, kekuatan jaringan

  • 8/10/2019 Referat PUD Karlina Lestari Obgyn

    8/22

  • 8/10/2019 Referat PUD Karlina Lestari Obgyn

    9/22

    tepat pada waktunya, yakni menurut Mc Lennon, pada harei ke-4 mulainya perdarahan.

    Pada waktu ini dijumpai endometrium dalam tipe sekresi disamping tipe non-sekresi.

    2. Insufisiensi korpus luteum dapat menyebabkan premenstrual spotting, menoragia, dan

    polimenore. Dasarnya ialah kurangnya progesteron yang disebabkan oleh gangguan LH

    releasing factor. Diagnosis dibuat apabila hasil biopsy endometrial dalam fase luteal tidak

    cocok dengan gambaran endometrium yang seharusnya didapat pada hari siklus haid

    yang bersangkutan.

    3.

    Apopleksia uteri; pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya pembuluh darah

    dalam uterus.

    4. Kelainan darah, seperti anemia, purpura trombositopenik, dan gangguan dalam

    mekanisme pembekuan darah.

    Ovulasi abnormal ( PUD ovulatori ) terjadi pada 1520 % pasien PUD dan mereka memilikiendometrium sekretori yang menunjukkan adanya ovulasi, setidaknya intermitten jika tidak

    reguler. Pasien ovulatori dengan perdarahan abnormal lebih sering memiliki patologi organik

    yang mendasari, dengan demikian mereka bukan pasien PUD sejati menurut definisi tersebut.

    Secara umum, PUD ovulatori sulit untuk diobati secara medis. Karakteristik PUD bervariasi,

    mulai dari perdarahan banyak tapi jarang, hingga spotting atau perdarahan yang terus

    menerus.

    b.Perdarahan Anovulatoar

    Stimulasi dengan estrogen menyebabkan timbulnya endometrium. Dengan

    menurunnya kadar estrogen dibawah tingkat tertentu, timbul perdarahan yang kadang-kadang

    bersifat siklis, dan kadang-kadang tidak teratur sama sekali. Fluktuasi kadar estrogen ada

    sangkut pautnya dengan jumlah folikel yang pada suatu waktu fungsional aktif. Folikel folikel

    ini mengeluarkan estrogen sebelum atresia, kemudian diganti dengan folikel folikel baru.

    Endometrium dibawah pengaruh estrogen tumbuh terus dan dari endometrium yang mula-

    mula proliferatif dapat terjadi endometrium yang bersifat hiperplastik kistik. Jika gambaran

    tersebut dijumpai pada sediaan yang diperoleh dengan kerokan, dapat diambil kesimpulan

    bahwa perdarahan bersifat anovulatoar. Perdarahan ini paling sering pada masa pubertas dan

    masa premenopause. Pada masa pubertas setelah menarche, perdarahan tidak normal

    disebabkan oleh gangguan atau terlambatnya proses maturasi pada hipotalamus dengan akibat

    adanya pembuatan Releasing Factor dan hormon gonadotropin yang tidak sempurna. Pada

    wanita dalam masa pramenopause proses terhentinya fungsi ovarium tidak selalu berjalan

    lancar.

  • 8/10/2019 Referat PUD Karlina Lestari Obgyn

    10/22

    Bila pada masa pubertas kemungkinan kecil untuk menjadi ganas kecil sekali dan ada

    harapan bahwa lambat laun keadaan manjadi normal dan keadaan menjadi siklus ovulatoar.

    Pada wanita premenopause mutlak dilakukan kerokan untuk menentukan ada tidaknya tumor

    ganas. Perdarahan disfungsioanl dapat dijumpai pada penderita-penderita dengan penyakit

    metabolic, penyakit endokrin, penyakit darah, penyakit umum yang menahun, tumor-tumor

    ovarium dan sebagainya. Stress dalam kehidupan sehari-hari, dan pemakaian obat penenang

    terlalu lama dapat menyebabkan perdarahan ovulatoar. Biasanya kelainan dalam perdarahan

    ini hanya bersifat sementara saja.

    Anovulasi kronik adalah penyebab PUD yang paling sering. Keadaan anovulasi kronik

    akibat stimulasi estrogen terhadap endometrium yang terus-menerus yang menimbulkan

    pelepasan irreguler dan perdarahan. Anovulasi sering terjadi pada gadis premenarche.

    Stimulasi estrogen yang lama dapat menimbulkan pertumbuhan endometrium yang melebihisuplai darahnya dan terjadi perkembangan kelenjar, stroma, dan pembuluh darah

    endometrium yang tidak sinkron. Setiap kegagalan produksi progesteron juga dapat

    mempengaruhi kelenjar, stroma, dan pembuluh darah endometrium.

    6.

    DIAGNOSIS BANDING

    1.

    Kelainan organik genitalia seperti mioma uteri terutama mioma submukosa, polip

    endometrium, endometriosis, salpingo-oophoritis, ca serviks dan sebagainya.

    2.

    Penyakit penyakit atau konstitusional seperti infeksi akut, sirosis hepatitis,

    hipertensi, penyakit kardiovaskular, trombositopeni, gangguan pembekuan darah

    atau terapi antikoagulansia, tumor-tumor pada sistem limfe, hematopoiesis, dan

    retikuler.

    3.

    Kontrasepsi baik hormonal maupun mekanik seperti alat kontrasepsi dalam rahim.

    4.

    Hormone replacement therapy khususnya pemakaian estrogen pada pengobatan

    pasca menopouse.

    5.

    Gangguan psikosomatis seperti disharmoni dalam pernikahan dan ketidakpuasan

    seksual.

    7. PENEGAKKAN DIAGNOSIS

    Pemeriksaan Fisik

    Pemeriksaan fisik pertama kali dilakukan untuk menilai stabilitas keadaan hemodinamik,

    selanjutnya dilakukan pemeriksaan untuk:

    Menilai:

    o Indeks massa tubuh (IMT > 27 termasuk obesitas)

  • 8/10/2019 Referat PUD Karlina Lestari Obgyn

    11/22

    o Tanda-tanda hiperandrogen

    o Pembesaran kelenjar tiroid atau manifestasi hipo / hipertiroid

    o Galaktorea (kelainan hiperprolaktinemia)

    o Gangguan lapang pandang (karena adenoma hipofisis)

    Menyingkirkan:

    o Kehamilan, kehamilan ektopik, abortus, penyakit trofoblas

    o Servisitis, endometritis

    o Polip dan mioma uteri

    o Keganasan serviks dan uterus

    o Hiperplasia endometrium

    o Gangguan pembekuan darah

    Langkah diagnostik perdarahan uterus disfungsional

    A. Perdarahan uterus abnormal didefinisikan sebagai setiap perubahan yang

    terjadi dalam frekuensi, jumlah dan lama perdarahan menstruasi. Perdarahan

    uterus abnormal meliputi PUD dan perdarahan lain yang disebabkan oleh

    kelainan organik.

    B. Lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik menyeluruh untuk menyingkirkan

    diagnosis diferensial perdarahan uterus abnormal.

    C. Pada wanita usia reproduksi, kehamilan merupakan kelainan pertama yang

    harus disingkirkan. Perdarahan yang terjadi dalam kehamilan dapat

    disebabkan oleh abortus, kehamilan ektopik atau penyakit trofoblas

    gestasional.

    D. Penyebab iatrogenik yang dapat menyebabkan perdarahan uterus abnormal

    antara lain penggunaan obat-obatan golongan antikoagulan, sitostatika,

    hormonal, anti psikotik, dan suplemen.

    E.

    Setelah kehamilan dan penyebab iatrogenik disingkirkan langkah selanjutnya

    adalah melakukan evaluasi terhadap kelainan sistemik meliputi fungsi tiroid,

    fungsi hemostasis, dan fungsi hepar. Pemeriksaan hormon tiroid dan fungsi

    hemostasis perlu dilakukan bila pada anamnesis dan pemeriksaan fisik

    didapatkan gejala dan tanda yang mendukung. Bila terdapat galaktorea maka

    perlu dilakukan pemeriksaan terhadap hormon prolaktin untuk menyingkirkan

    kejadian hiperprolaktinemia.

    F.

    Bila tidak terdapat kelainan sistemik, maka langkah selanjutnya adalah

    melakukan pemeriksaan untuk menyingkirkan kelainan pada saluran

  • 8/10/2019 Referat PUD Karlina Lestari Obgyn

    12/22

  • 8/10/2019 Referat PUD Karlina Lestari Obgyn

    13/22

  • 8/10/2019 Referat PUD Karlina Lestari Obgyn

    14/22

    8. PENGELOLAAN

    Pengelolaan terhadap PUD dapat dilaksanakan dengan pemberian obat-obatan

    atau dengan pembedahan/operasi. Cara pengelolaannya tergantung dari : usia

    penderita, jumlah perdarahan, keadaan umum dan keberhasilan terapi yang diberikansebelumnya.

  • 8/10/2019 Referat PUD Karlina Lestari Obgyn

    15/22

  • 8/10/2019 Referat PUD Karlina Lestari Obgyn

    16/22

    anti fibrinolitik)

    Di bawah 20 Jarang, hanya jika

    perdarahan berat atau

    tidak responsif

    Selalu, jika perdarahan

    berulang atau berat

    Tidak pernah

    20-39 (masih

    ingin punya

    anak)

    Selalu, tetapi dapat

    dihindari jika perdarahan

    teratur dan biopsi serta

    pemeriksaan normal

    Upaya pertama setelah

    dilatasi dan kuretase atau

    histeroskopi

    Jarang, hanya

    jika

    pengobatan

    konservatif

    gagal

    40 dan lebih

    (tidak ingin

    punya anak)

    Wajib pada seluruh kasus

    tanpa penundaan

    Temporer dan jika

    menolak histerektomi,

    menopause iminen

    Upaya pertama

    jika perdarahan

    berulang

    Obat-obatan

    HORMONAL

    (A). Estrogen

    Sediaan ini digunakan pada kejadian perdarahan akut yang banyak. Sediaan yang

    digunakan adalah EEK, dengan dosis 2.5 mg per oral 4x1 dalam waktu 48 jam.

    Pemberian EEK dosis tinggi tersebut dapat disertai dengan pemberian obat anti

    emetik seperti promethazine 25 mg per oral atau intra muskular setiap 4-6 jam sesuai

    dengan kebutuhan. Mekanisme kerja obat ini belum jelas, kemungkinan aktivitasnya

    tidak terkait langsung dengan endometrium. Obat ini bekerja untuk memicu

    vasospasme pembuluh kapiler dengan cara mempengaruhi kadar fibrinogen, faktor

    IV, faktor X ,proses agregasi trombosit dan permeabilitas pembuluh kapiler.Pembentukan reseptor progesteron akan meningkat sehingga diharapkan pengobatan

    selanjutnya dengan menggunakan progestin akan lebih baik. Efek samping berupa

    gejala akibat efek estrogen yang berlebihan seperti perdarahan uterus, mastodinia dan

    retensi cairan.

    (B). PKK

    Perdarahan haid berkurang pada penggunaan pil kontrasepsi kombinasi akibat

    endometrium yang atrofi. Dosis yang dianjurkan pada saat perdarahan akut adalah

    memberikan 4 x 1 tablet selama 4 hari, dilanjutkan dengan 3 x 1 tablet selama 3 hari,

    dilanjutkan dengan 2 x 1 tablet selama 2 hari, dan selanjutnya 1 x 1 tablet selama 3

  • 8/10/2019 Referat PUD Karlina Lestari Obgyn

    17/22

    minggu. Selanjutnya bebas pil selama 7 hari, kemudian dilanjutkan dengan

    pemberian pil kontrasepsi kombinasi paling tidak selama 3 bulan. Apabila

    pengobatannya ditujukan untuk menghentikan haid, maka obat tersebut dapat

    diberikan secara kontinyu, namun dianjurkan setiap 3-4 bulan dapat dibuat

    perdarahan lucut. Efek samping dapat berupa perubahan mood, sakit kepala, mual,

    retensi cairan, payudara tegang, deep vein thrombosis, stroke dan serangan jantung.

    (C). Progestin

    Obat ini akan bekerja menghambat penambahan reseptor estrogen serta akan

    mengaktifkan enzim 17-hidroksi steroid dehidrogenase pada sel-sel endometrium,

    sehingga estradiol akan dikonversi menjadi estron yang efek biologisnya lebih rendah

    dibandingkan dengan estradiol. Meski demikian penggunaan progestin yang lama

    dapat memicu efek anti mitotik yang mengakibatkan terjadinya atrofi endometrium.Progestin dapat diberikan secara siklik maupun kontinyu. Pemberian siklik diberikan

    selama 14 hari kemudian stop selama 14 hari, begitu berulang-ulang tanpa

    memperhatikan pola perdarahannya. Apabila perdarahan terjadi pada saat sedang

    mengkonsumsi progestin, maka dosis progestin dapat dinaikkan. Selanjutnya hitung

    hari pertama perdarahan tadi sebagai hari pertama, dan selanjutnya progestin

    diminum sampai hari ke 14. Pemberian progestin secara siklik dapat menggantikan

    pemberian pil kontrasepsi kombinasi apabila terdapat kontra-indikasi (misalkan :

    hipersensitivitas, kelainan pembekuan darah, riwayat stroke, riwayat penyakit jantung

    koroner atau infark miokard, kecurigaan keganasan payudara ataupun genital, riwayat

    penyakit kuning akibat kolestasis, kanker hati). Sediaan progestin yang dapat

    diberikan antara lain MPA 1 x 10 mg, noretisteron asetat dengan dosis 2-3 x 5 mg,

    didrogesteron 2 x 5 mg atau nomegestrol asetat 1 x 5 mg selama 10 hari per siklus.

    Apabila pasien mengalami perdarahan pada saat kunjungan, dosis progestin dapat

    dinaikkan setiap 2 hari hingga perdarahan berhenti. Pemberian dilanjutkan untuk 14

    hari dan kemudian berhenti selama 14 hari, demikian selanjutnya berganti-ganti.

    Pemberian progestin secara kontinyu dapat dilakukan apabila tujuannya untuk

    membuat amenorea.

    Terdapat beberapa pilihan, yaitu :

    -

    Pemberian progestin oral : MPA 10-20 mg per hari

    -

    Pemberian DMPA setiap 12 minggu

    -

    Penggunaan LNG IUS

    Efek samping : peningkatan berat badan, perdarahan bercak, rasa begah, payudara

    tegang, sakit kepala, jerawat dan timbul perasaan depresi.

  • 8/10/2019 Referat PUD Karlina Lestari Obgyn

    18/22

    (D). Androgen

    Danazol adalah suatu sintetik isoxazol yang berasal dari turunan 17a-etinil

    testosteron. Obat tersebut memiliki efek androgenik yang berfungsi untuk menekan

    produksi estradiol dari ovarium, serta memiliki efek langsung terhadap reseptor

    estrogen di endometrium dan di luar endometrium. Pemberian dosis tinggi 200 mg

    atau lebih per hari dapat dipergunakan untuk mengobati PUD.

    Efek samping : peningkatan berat badan, kulit berminyak, jerawat, perubahan suara.

    (E). Gonadotropine Releasing Hormone (GnRH) agonist

    Obat ini bekerja dengan cara mengurangi konsentrasi reseptor GnRH pada hipofisis

    melalui mekanisme down regulation terhadap reseptor dan efek pasca reseptor, yang

    akan mengakibatkan hambatan pada penglepasan hormon gonadotropin.

    NON-HORMONAL

    (A). Asam Traneksamat

    Obat ini bersifat inhibitor kompetitif pada aktivasi plasminogen. Plasminogen akan

    diubah menjadi plasmin yang berfungsi untuk memecah fibrin menjadi fibrin

    degradation products (FDPs). Oleh karena itu obat ini berfungsi sebagai agen anti

    fibrinolitik. Obat ini akan menghambat faktor-faktor yang memicu terjadinya

    pembekuan darah, namun tidak akan menimbulkan kejadian trombosis. Efek

    samping: gangguan pencernaan, diare dan sakit kepala.

    (B). Anti inflamasi non steroid (AINS)

    Kadar prostaglandin pada endometrium penderita gangguan haid akan meningkat.

    AINS ditujukan untuk menekan pembentukan siklooksigenase,dan akan menurunkan

    kadar prostaglandin pada endometrium. AINS dapat mengurangi jumlah darah haid

    hingga 20-50 persen. Pemberian AINS dapat dimulai sejak haid hari pertama dan

    dapat diberikan untuk 5 hari atau hingga haid berhenti. Efek samping: gangguan

    pencernaan, diare, perburukan asma pada penderita yang sensitif, ulkus

    peptikum hingga kemungkinan terjadinya perdarahan dan peritonitis

    Operatif

    Tindakan operatif dilaksanakan bila terapi konservatif gagal, tindakan operatif

    ini bukan saja sebagai terapi tetapi juga dibutuhkan untuk diagnosis.

    Dilatasi dan Kuretase (D&K)

    Tujuan dari D&K pada kasus PUD adalah menghilangkan jaringan yang akan

    ber-proliferasi sehingga akan berfungsi normal. Walaupun demikian D&K

  • 8/10/2019 Referat PUD Karlina Lestari Obgyn

    19/22

    merupakan upaya kuratif pada sebagian kecil penderita dengan PUD yang kronis.

    Yang harus diingat bahwa prosedur ini hanya menghilangkan efek dari penyakit dan

    bukan menangani secara kausatif. Pada perdarahan yang akut D&K cukup cepat dan

    efektif dalam menghentikan perdarahan dan menjaga hemodinamik, sehingga untuk

    wanita usia > 35 tahun D&K dapat memberikan informasi ada atau tidaknya

    displasia. Oleh karena itu D&K dapat diterapkan pada penderita dengan perdarahan

    akut, hipopolemi dan usia tua.

    Ablasi Endometrium

    Tujuan dari cara ini adalah untuk menghancurkan sebagian atau seluruh

    lapisan basal dari endometrium. Dapat terjadi infertilitas, oleh karena itu cara ini

    diterapkan pada wanita yang mempunyai cukup anak. Tindakan ablasi dilakukanpada penderita rawat jalan dengan fotovaporasi endometrium, reseksi dengan

    menggunakan cutting loop atau roller-balldengan menggunakan histeroskop. Terapi

    supresif diberikan untuk mengurangi perdarahan, mengurangi kejadian ablasi terlalu

    dalam sampai ke miometrium dan memperbaiki lapang pandang pada saat ablasi.

    Supresi pasca-operasi juga dilakukan untuk mengontrol perdarahan pasca-operasi.

    Angka kegagalan rendah yaitu kurang dari 90%. Jika perdarahan tidak berhenti

    dipertimbangkan untuk melakukan histerektomi.

    Histerektomi

    Tindakan histerektomi dilakukan pada penderita yang mengalami perdarahan

    hebat yang berulang atau pada kegagalan tindakan ablasi endometrium. Dahulu

    histerektomi lebih sering dilakukan, tetapi dengan keberhasilan terapi medikamentosa

    dan tindakan operatif pada penderita rawat jalan seperti ablasi maka insidensi

    histerektomi menurun pada wanita muda. Akan tetapi apabila histerektomi

    merupakan pilihan utama, terapi supresif pre operatif dilakukan untuk mengurangi

    perdarahan dan lebih memudahkan prosedur.

    Preparat hormonal yang digunakan untuk terapi supresif ablasi endometrium

    dan histerektomi tertera di bawah ini.

    9. PROGNOSIS

    Prognosis dari kasus-kasus PUD belum jelas dapat dikemukakan karena

    informasi yang jelas mengenai hal tersebut masih sangat sedikit dan belum

  • 8/10/2019 Referat PUD Karlina Lestari Obgyn

    20/22

    didasarkan pada penilaian jumlah keluarnya perdarahan secara objektif. Suatu PUD

    yang terjadi satu periode pada masa remaja mungkin mempunyai prognosis yang

    lebib baik dibandingkan dengan PUD dengan beberapa episoda, terutama dikaitkan

    dengan kemungkinan terjadinya perubahan pola haid yang persisten (30-80%),

    seringnya dilakukan kuretase (40-55%), anemi (30%), perlunya terapi hormonal

    (40%), kemungkinan terjadinya infertilitas (45-55%), laparotomi untuk kista ovarium

    (10-30%) atau bahkan terjadinya karsinoma endometrium jika keadaan PUD tersebut

    tidak ditangani secara adequat (1-2%) (Southam, 1959; Southam & Richart, 1966).

    Prognosis ini jelas akan sangat buruk jika terjadi hipertropi glandular kistik, sehingga

    jika seorang remaja datang dengan PUD yang berulang, kuretase merupakan suatu

    indikasi atau tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan.

    Prognosis PUD pada kelompok usia pertengahan reproduksi cukup baikwalaupun belum ada bukti-bukti yang akurat. Di beberapa negara banyak wanita

    dalam usia ini menjalani tindakan histerektomi. Dari data yang dilaporkan tampak

    bahwa prognosis jangka panjang PUD anovulatoar pada masa akhir reproduksi

    kurang baik/buruk sebagai akibat sering terjadinya rekurensi.

  • 8/10/2019 Referat PUD Karlina Lestari Obgyn

    21/22

    DAFTAR PUSTAKA

  • 8/10/2019 Referat PUD Karlina Lestari Obgyn

    22/22

    Brenner PF. 1996;Differential diagnosis of abnormal uterine bleeding. Am J Obstetry

    Gynecol; 175;766-69.

    Casablanca, Y. (2008).Management of dysfunctional uterine bleeding. Obstetrics and

    gynecology clinics of North America, 35(2), pp.219--234.

    Chen, B. and Giudice, L. (1998).Dysfunctional uterine bleeding.Western journal of

    medicine, 169(5), p.280.

    Creatsas, M. and Creatsas, G. (2014).Dysfunctional uterine bleeding during

    adolescence.Springer, pp.9--14.

    Johnson, M.D., Ph.D, B. (2001).DYSFUNCTIONAL UTERINE BLEEDING. [online]

    University Student Health Services. Available at:

    http://www.eric.vcu.edu/home/resources/whh/VIIIbDYSFUNCTIONAL_UTERINE_

    BLEEDING.pdf

    Mochtar, Rustam.1998. Sinopsis Obstetri Jilid II. Jakarta: EGC.

    Prawirohardjo, Sarwono :Ilmu kandungan edisi 2. Jakarta: Yayasan Bina pustaka Sarwono

    Prawirohardjo.

    yers, D., Lappin, J. and Liptok, L. (2004).Abnormal vs. dysfunctional uterine bleeding:

    What's the difference?. Nursing2013, 34, pp.11--14.

    Wiweko. SpOG, d. and Hestiantoro, SpOG, d. (2007).Panduan Tata Laksana Perdarahan

    Uterus Disfungsional (PUD).1st ed. Bandung: Himpunan Endokrinologi-Reproduksi

    dan Fertilitas Indonesia Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.

    http://www.eric.vcu.edu/home/resources/whh/VIIIbDYSFUNCTIONAL_UTERINE_BLEEDING.pdfhttp://www.eric.vcu.edu/home/resources/whh/VIIIbDYSFUNCTIONAL_UTERINE_BLEEDING.pdfhttp://www.eric.vcu.edu/home/resources/whh/VIIIbDYSFUNCTIONAL_UTERINE_BLEEDING.pdfhttp://www.eric.vcu.edu/home/resources/whh/VIIIbDYSFUNCTIONAL_UTERINE_BLEEDING.pdfhttp://www.eric.vcu.edu/home/resources/whh/VIIIbDYSFUNCTIONAL_UTERINE_BLEEDING.pdf