Referat Obgyn Final

download Referat Obgyn Final

of 17

Transcript of Referat Obgyn Final

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Kata Pengantar BAB I : Pendahuluan BAB II : Painless labour (Persalinan Tanpa Nyeri) Analgesia Persalinan secara non invasif Hidroterapi (water birth) Massage therapy Transcutaneous Electical Nerve Stimulation (TENS) Analgesia Persalinan secara invasif Anestesia epidural Intrathecal Labour Analgesia (ILA) Patient Controlled Analgesia (PCA) BAB III: Kesimpulan Daftar pustaka 11

1 2 4

7 9

12 16 17 19 20

1

BAB I PENDAHULUANPersalinan ditandai dengan adanya nyeri akibat kontraksi uterus yang menyebabkan dilatasi dan pendataran serviks. Adanya nyeri persalinan ternyata dapat menimbulkan stress yang menyebabkan pelepasan hormon yang berlebihan seperti katekolamin dan steroid. Hormon ini dapat menyebabkan terjadinya ketegangan otot polos dan vasokonstriksi pembuluh darah sehingga terjadi penurunan kontraksi uterus, penurunan sirkulasi uteroplasenta, pengurangan aliran darah dan oksigen ke uterus, serta timbulnya iskemia uterus yang membuat impuls nyeri bertambah banyak. Keadaan demikian disebut sebagai sindrom takut-tegang nyeri (fear-tension pain syndrome). Nyeri persalinan merupakan respons stimulasi persarafan yang disebabkan oleh adanya kontraksi uterus dan kerusakan jaringan selama persalinan serta kelahiran melalui vagina. Persepsi tentang nyeri atau toleransi nyeri bervariasi tergantung individu masing-masing, dan intensitas nyeri selama persalinan mempengaruhi kondisi psikologis ibu, proses persalinan, dan kesejahteraan janin. Nyeri persalinan dapat menimbulkan kecemasan pada pasien, menyebabkan timbulnya hiperventilasi sehingga kebutuhan oksigen meningkat, kenaikan tekanan darah, dan berkurangnya motilitas usus serta vesika urinaria. Keadaan ini akan merangsang peningkatan katekolamin yang dapat menyebabkan gangguan pada kekuatan kontraksi uterus sehingga terjadi inersia uteri apabila tidak dikoreksi , yang akan menyebabkan terjadinya partus lama. Untuk alasan ini maka salah satu prinsip dasar obstetri modern adalah mengurangi nyeri selama persalinan, dengan menggunakan analgesia yang adekuat, meliputi analgesia dan anestesia pada persalinan normal, dan juga seksio sesaria.

Rangsangan persalinan kala I ditransmisikan dari serat eferen melalui pleksus hipogastrik superior, inferior, dan tengah, rantai simpatik torakal bawah, dan lumbal, ke ganglia akar saraf posterior pada T10 sampai L1. Nyeri dapat disebarkan dari area pelvis ke umbilikus, paha atas, dan area midsakral. Pada penurunan janin, biasanya pada kala II, rangsangan ditransmisikan melalui saraf pudendal melalui pleksus sakral ke ganglia akar saraf posterior pada S2 sampai S4. dan nyeri disebabkan oleh regangan pada vulva/vagina dan perineum yang juga bertumpang tindih dengan nyeri akibat kontraksi uterus.

2

Evaluasi nyeri pada persalinan Metode yang digunakan untuk mengukur nyeri saat ini diantaranya verbal rating scale (VRS), numerical rating scale (NRS) dan visual analogue scale (VAS).

3

Persalinan umumnya disertai dengan adanya nyeri akibat kontraksi uterus. Intensitas nyeri selama persalinan dapat mempengaruhi proses persalinan, dan kesejahteraan janin. Nyeri persalinan dapat merangsang pelepasan mediator kimiawi seperti prostaglandin, leukotrien, tromboksan, histamin, bradikinin dan serotonin, akan membangkitkan stres yang menimbulkan sekresi hormon seperti katekolamin dan steroid dengan akibat vasokonstriksi pembuluh darah sehingga kontraksi uterus melemah. Sekresi hormon tersebut yang berlebihan akan menimbulkan gangguan sirkulasi uteroplasenta sehingga terjadi hipoksia janin. Nyeri dalam persalinan berbeda dengan nyeri tipe yang lain karena hal tersebut merupakan bagian dari suatu proses normal yang dirasakan saat melahirkan. Para wanita mempunyai waktu untuk mempersiapkan dan dapat meningkatkan kemampuan untuk mentoleransi nyeri tersebut. Untuk mengatasi nyeri digunakan manajemen nyeri yaitu secara farmakologis dan nonfarmakologis.

BAB II PAINLESS LABOUR (PERSALINAN TANPA NYERI) Nyeri pada saat persalinan adalah sesuatu yang fisiologis. Tetapi meski fisiologis, nyeri adalah sesuatu yang tidak diinginkan oleh siapa pun dan merupakan suatu pengalaman yang sangat tidak menyenangkan. Itulah sebabnya saat ini banyak ibu-ibu yang menginginkan menjalani persalinan dengan memilih operasi caesar. Ada alternatif lain yang dapat dilakukan untuk menghindari rasa nyeri tersebut yakni dengan cara persalinan normal tanpa rasa nyeri (painless labour). Hal ini sebenarnya sudah lama di lakukan hanya saja belum berkembang di Indonesia. Painless labour adalah persalinan normal, tetapi tidak di sertai rasa nyeri. Hal ini dapat di lakukan dengan melibatkan ahli anastesi pada saat persalinan. Persalinan tanpa nyeri ini adalah metode yang sederhana. Ada dua cara penanggulangan nyeri persalinan, yaitu non invasif dengan hidroterapi atau water birth, massage therapy dan Transcutaneous Electical Nerve Stimulation (TENS) dan metode invasif berupa analgesia epidural, intrathecal labour analgesia (ILA), dan patient controlled analgesia (PCA).

4

Analgesik yang digunakan sebaiknya mempunyai efektivitas yang kuat serta efek samping yang minimal, agar aman digunakan untuk mengurangi nyeri persalinan namun tidak mempengaruhi his atau kemajuan persalinan. Ada dua jenis analgesik yaitu analgesik non-opioid seperti golongan salisilat, parasetamol, dan analgesik antiinflamasi nonsteroid dan analgesik opioid seperti tramadol, petidin, meperidin, dan lain-lain. Golongan salisilat, parasetamol, dan analgesic antiinflamasi nonsteroid bekerja menghambat biosisntesis prostaglandin, sedangkan analgesic opioid bekerja sebagai analgesik murni untuk nyeri sedang sampai berat, misalnya tramadol, termasuk opioid lemah, bersifat nonnarkotik dengan mekanisme kerjanya tidak menghambat prostaglandin melainkan menghambat pelepasan serotonin yang dihasilkan oleh nyeri persalinan. Analgesia persalinan secara non invasif 1. Hidroterapi (water birth)

Secara prinsip, persalinan dengan metode water birth tidaklah jauh berbeda dengan metode persalinan normal di atas tempat tidur, hanya saja pada metode water birth persalinan dilakukan di dalam air sedangkan pada persalinan biasa dilakukan di atas tempat tidur. Perbedaan lainnya adalah pada persalinan di atas tempat tidur, calon ibu akan merasakan jauh lebih sakit jika dibandingkan dengan persalinan menggunakan metode water birth. Ada yang mengatakan persalinan dengan water birth dapat mengurangi rasa sakit hingga mencapai 4070%. Pada persalinan dengan metode water birth, calon ibu akan dimasukkan ke dalam kolam berisi air hangat pada saat memasuki bukaan 6 cm. Tujuannya agar kulit vagina menjadi tipis dan lebih elastis sehingga akan lebih mudah untuk meregang saat kepala bayi keluar melewati vagina, bahkan dikatakan jika persalinan berjalan lancar maka tidak perlu sampai harus merobek perineum (Selain itu, air hangat pada kolam juga akan memberikan rasa nyaman, tenang dan rileks, pada keadaan rileks ini tubuh akan melepaskan endorfin untuk mengurangi rasa sakit. Air hangat juga mampu untuk menghambat impuls impuls saraf yang menghantarkan rasa sakit, sehingga membuat persalinan tidak begitu terasa berat. Pada persalinan dalam air ini, suami juga memiliki peran yang sangat penting di dalam kelancaran persalinan, yaitu dengan melakukan pemijatan pada punggung ibu yang bertujuan untuk memberikan rasa rileks dan nyaman kepada ibu saat persalinan dilakukan di dalam kolam. Persalinan dengan metode water birth ini berlangsung kurang lebih 1-2 jam setelah bukaan 6 cm dimana pada persalinan biasa membutuhkan waktu hingga 8 jam. Kemudian setelah bayi lahir maka dokter akan mengangkat bayi ke permukaan air untuk diberikan ASI pertama kali. Kebanyakan ibu kadang merasa khawatir bayi mereka akan5

tersedak, tetapi sebenarnya hal tersebut tidak akan terjadi karena pada saat bayi sudah berada diluar, bayi tersebut masih bernafas melalui ari ari dan tali pusat yang masih tersambung ke perut ibu, sehingga tidak akan menjadi masalah bayi yang dilahirkan di dalam air. Persalinan dengan metode water birth ini juga sudah banyak diterapkan di beberapa pusat kesehatan dan rumah sakit di Indonesia. Beberapa peralatan yang diperlukan dalam water birth adalah kolam plastik berukuran cukup besar (diameter 2 meter) dengan benjolan benjolan dibagian bawahnya agar ibu tidak merosot saat persalinan berlangsung. Ketinggian air di dalam kolam juga harus diatur supaya berada di atas pusar baik saat ibu dalam posisi duduk, jongkok atau tiduran. Posisi saat melahirkan dapat dilakukan sebebas mungkin. Selain itu juga diperlukan water heater dan termometer untuk menjaga suhu air agar tetap dalam suhu 37C. Hal ini bertujuan agar bayi tidak merasakan perbedaan suhu yang ekstrem antara di dalam perut dengan di luar dan agar bayi tidak mengalami hipotermia. Suhu air yang hangat juga menjadi sebab mengapa bayi sesaat setelah dilahirkan di dalam air tidak akan menangis, karena bayi masih merasa berada di dalam kandungan akibat suhu air yang tetap hangat. Air yang digunakan juga air suling yang steril dan tidak mengandung bakteri sehingga tidak akan menimbulkan infeksi apabila tertelan. Melahirkan di air juga ada batasan dan dengan beberapa pertimbangan medis. Berikut adalah beberapa kriteria calon ibu yang tidak diperkenankan untuk melakukan water birth: 1. 2. 3. Calon ibu yang memiliki panggul sempit Bayi lahir sungsang atau melintang Ibu yang mempunyai penyakit herpes, sebab virus herpes tidak mati dalam air dan dapat menular kepada bayi yang dilahirkan Bagi para calon ibu, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter kandungan selama masa kehamilan untuk dapat mengetahui metode persalinan apa yang paling sesuai dengan kondisinya.

6

2. Massage therapy

Massage adalah tindakan penekanan oleh tangan pada jaringan lunak, biasanya otot tendon atau ligamen, tanpa menyebabkan pergeseran atau perubahan posisi sendi guna menurunkan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan/atau meningkatkan sirkulasi. Gerakangerakan dasar meliputi : gerakan memutar yang dilakukan oleh telapak tangan, gerakan menekan dan mendorong kedepan dan kebelakang menggunakan tenaga, menepuk- nepuk, memotong-motong, dan meremas-remas. Setiap gerakan gerakan menghasilkan tekanan, arah, kecepatan, posisi tangan dan gerakan yang berbeda-beda untuk menghasilkan efek yang diinginkan pada jaringan yang dibawahnya, yang merupakan salah satu metode nonfarmakologi yang dilakukan untuk mengurangi nyeri persalinan.

Pijat (massage) cara lembut membantu ibu merasa lebih segar, rileks, dan nyaman selama persalinan. Sebuah penelitian menyebutkan, ibu yang dipijat 20 menit setiap jam selama tahapan persalinan akan lebih bebas dari rasa sakit. Hal itu terjadi karena pijat merangsang tubuh melepaskan senyawa endorfin yang merupakan pereda sakit alami. Endorfin juga dapat menciptakan perasaan nyaman dan enak. Dalam persalinan, pijat juga membuat ibu merasa lebih dekat orang yang merawatnya. Banyak bagian tubuh ibu bersalin dapat dipijat, seperti kepala, leher, punggung, dan tungkai. Saat memijat, pemijat harus memperhatikan respon ibu, apakah tekanan yang diberikan sudah tepat. Pijatan dapat menenangkan dan merilekskan ketegangan yang muncul saat hamil dan melahirkan. Pijatan7

pada leher, bahu, punggung, kaki, dan tangan dapat membuatkan ibu yang sedang kesakitan merasa lebih nyaman.

Beberapa macam massage yang dapat dilakukan untuk merangsang saraf yaitu : 1. Metode Effluerage Metode effleurage memperlakukan pasien dalam posisi setengah duduk, lalu letakkan kedua telapak tangan pada perut dan secara bersamaan digerakkan melingkar kearah pusat ke simfisis atau dapat juga menggunakan satu telapak tangan dengan gerakkan melingkar atau satu arah. Cara ini dapat dilakukan langsung oleh pasien. 2. Metode Deep Back Massage Metode deep back massage memperlakukan pasien berbaring miring, kemudian bidan atau keluarga pasien menekan daerah sacrum dengan telapak tangan, lepaskan dan tekan lagi, begitu seterusnya. 3. Firm Counter Pressure Metode firm counter pressure memperlakukan pasien dalam kondisi duduk kemudian bidan atau keluarga pasien menekan sakrum secara bergantian dengan tangan yang dikepalkan secara beraturan. 4. Abdominal Lifting Abdominal lifting memperlakukan pasien dengan cara membaringkan pasien pada posisi terlentang dengan posisi kepala agak tinggi. Letakkan kedua telapak tangan pada pinggang belakang pasien, kemudian secara bersamaan lakukan usapan yang berlawanan kearah puncak perut tanpa menekan kearah dalam, kemudian ulangi lagi.

3. Transcutaneous Electical Nerve Stimulation (TENS) Teori gate control tentang nyeri menjelaskan bahwa stimulasi serat saraf perifer yang besar dapat menghambat sinyal yang masuk ke jaras nyeri pusat sehingga menurunkan persepsi seseorang terhadap nyeri. TENS memberikan stimulasi tersebut, ditambah dengan stimulasi elektrik yang juga mengaktifkan pengeluaran endorphin.

8

TENS tersedia dalam bentuk unit elektrik yang dapat dipegang dengan tangan. Electrode ditempel di kulit diatas saraf spinal spesifik. Ukuran electrode harus tepat agar dapat menstimulasi serabut saraf dengan kecepatan yang tepat. Terdapat dua frekuensi: rendah (intermitten atau denyut) dan tinggi (kontinu). Frekuensi rendah menstimulasi pelepasan endorphin, sedangkan frekuensi tinggi menutup ambang nyeri. Kebanyakan mesin dilengkapi tombol pengatur frekuensi, yang memungkinkan ibu untuk menambah ketinggian frekuensi pada saat terjadi kontraksi dan mengembalikan ke frekuensi rendah pada saat uterus tidak berkontraksi. Pemasangan dapat dilakukan pada awal persalinan. Di buku ajar kebidanan (Bevis, 1999; Coates, 1998; Telfer, 1997) mengemukakan, perlunya pemasangan electrode diatas saraf spinal yang sesuai dengan yang mempersarafi uterus dan dasar panggul: T10-L1 dan S2-S4.

TENS dapat digambarkan sebagai analgesik nonfarmakologik yang memungkinkan ibu bebas bergerak dan mencegah efek samping dari penggunaan analgesia farmakologik. Ibu dapat melakukan pengaturan tombol pengatur selama kontraksi, meningkatkan kekuatan dan frekuensi denyut sesuai kemajuan persalinan. Belum ada efek samping yang ditemuka pada ibu dan janin, meskipun demikian Mitchell & Kafai (1997) menganjurkan agar TENS tidak dipasang di uterus selama periode antenatal. Tidak boleh digunakan bila ibu memakai alat pacu jantung, berada didalam air dan di area kulit yang terluka. Alat ini dapat mempengaruhi kardiotokografi secara elektrik.

9

Analgesia persalinan secara invasif 1. Anestesia epidural

Anestesi epidural adalah sarana yang paling populer untuk menghilangkan rasa sakit selama persalinan. Lebih dari 50% wanita melahirkan di rumah sakit menggunakan anestesi epidural. anestesi epidural adalah penggunaan berulang dosis bius lokal di ruang epidural yang mengelilingi sumsum tulang belakang di punggung bawah. Saraf dari uterus ke perineum diblokir sehingga terjadi penghambatan nyeri tanpa menghentikan tenaga kerja persalinan. Anestesi epidural merupakan salah satu bentuk teknik blok neuroaksial, dimana penggunaannya lebih luas daripada anestesia spinal. Ruang epidural berada diluar selaput dura. Radik saraf berjalan di dalam ruang epidural ini setelah keluar dari bagian lateral medula spinalis, dan selanjutnya menuju ke arah luar. Onset dari epidural anestesia (10-20 menit), lebih lambat dibandingkan dengan anestesi spinal. Dengan menggunakan konsentrasi obat anestesi lokal yang relatif lebih encer dan dikombinasi dengan obat-obat golongan opioid, serat simpatis dan serat motorik lebih sedikit diblok, sehingga menghasilkan analgesia tanpa blok motorik. Lumbal merupakan daerah anatomis yang paling sering menjadi tempat insersi/tempat memasukan epidural anestesia dan analgesia. Pendekatan median atau paramedian dapat dikerjakan pada tempat ini. Anestesia lumbal epidural dapat dikerjakan untuk tindakan10

tindakan dibawah diafragma. Oleh karena medula spinalis berakhir pada L1, keamanan blok epidural pada daerah lumbal dapat dikatan aman, terutama apabila secara tidak sengaja sampai menembus dura. Anestesi epidural biasanya diberikan setelah pembukaan 3-4cm. Teknik anestesi epidural Dengan menggunakan pendekatan median atau paramedian, jarum epidural dimasukkan melalui kulit sampai menembus ligamentum flavum. Dua teknik yang ada untuk mengetahui apakah ujung jarum telah mencapai ruang epidural adalah teknik loss of resistance dan hanging drop. Teknik loss of resistance lebih banyak dipilih oleh para dokter anestesi. Jarum epidural dimasukkan menembus jaringan subkutan dengan stilet masih terpasang sampai mencapai ligamentum interspinosum yang ditandai dengan meningkatnya resistensi jaringan. Kemudian stilet atau introduser dilepaskan dan spuit gelas yang terisi 2 cc cairan disambungkan ke jarum epidural tadi. Bila ujung jarum masih berada pada ligamentum, suntikan secara lembut akan mengalami hambatan dan sutikan tidak bisa dilakukan. Jarum kemudian ditusukan secara perlahan milimeter demi milimeter sambil terus atau secara kontinyu melakukan suntikan. Apabila ujung jarum telah mesuk ke ruang epidural, secara tibatiba akan terasa adanya loss of resistance dan injeksi akan mudah dilakukan.

Obat-obat anestesi epidural Umumnya penggunaan obat dengan durasi kerja pendek sampai sedang pada anestesi menggunakan lidokain 1,5-2%, 3% kloroprokain, dan 2% mevipakain. Obat dengan durasi kerja lama termasuk bupivakain 0,5-0,75%, ropivakain 0,5-1%, dan etidokain.

11

Kontraindikasi absolut 1. Pasien menolak 2. Infeksi pada tempat suntikan 3. Hipovolemia berat, syok 4. Koagulapati atau mendapat terapi antikagulan 5. Tekanan intrakranial meninggi 6. Fasilitas resusitasi minim 7. Kurang pengalaman/ tanpa didampingi konsultan anesthesia. 6 Kontraindikasi relatif 1. Infeksi sisitemik (sepsis, bakteremi) 2. Infeksi sekitar suntikan 3. Kelainan neurologis 4. Kelainan psikis 5. Bedah lama 6. Penyakit jantung 7. Hipovolemia ringan 8. Nyeri punggung kronis. 9. Insufisiensi utero-plasenta Komplikasi yang mungkin terjadi : 1. Jika terjadi injeksi subarakhnoid yang tidak diketahui pada rencana anestesi epidural dapat terjadi total spinal anesthesia, karena dosis yang dipakai lebih tinggi. Gejala berupa nausea, hipotensi dan kehilangan kesadaran, dapat sampai disertai henti napas dan henti jantung. 2. Injeksi intravaskular ditandai dengan gangguan penglihatan, tinitus, dan kehilangan kesadaran. Kadang terjadi juga serangan kejang., 3. Komplikasi neurologik yang sering adalah rasa sakit kepala setelah punksi dura.

12

3. Intrathecal labour analgesia (ILA) Teknik ILA membebaskan ibu dari rasa sakit persalinan sekitar 12 jam tanpa mengurangi kemampuan ibu mengejan. Efek ILA dapat langsung bekerja tidak lama setelah penyuntikan. Jika efek ILA berkurang sebelum proses persalinan selesai, dilakukan suntikan ulang agar ibu tetap tidak merasa sakit. Ibu yang disuntik ILA masih merasakan sakit ringan saat uterus berkontraksi. Biasanya ibu hanya merasakan otot-otot disekitar tungkai sedikit kesemutan dan lemas akibat obat yang diberikan. Dibanding teknik epidural, ILA hampir tidak mempunyai efek samping. Dosis obat yang diberikan jauh lebih sedikit sehingga sama sekali tidak mengganggu kondisi ibu dan janin selama persalinan berlangsung. Dengan teknik ILA, serviks tetap dapat membuka normal meskipun ibu dalam keadaan tenang, ibu juga tetap dapat mengejan karena ILA saa sekali tidak mempengaruhi kemampuan mengejan.

13

Efek ILA pada persalinan diantaranya adalah dapat memperpanjang kala I dan II persalinan, dan meningkatkan penggunaan oksitosin untuk akselerasi persalinan serta penggunaan instrumentasi pada kelahiran dengan menggunakan tarikan vakum atau forsep. Tindakan ILA ini dilakukan setelah pembukaan serviks 3-5 cm , kecuali bila dilakukan induksi dengan oksitosin tindakan dapat diakukan lebih awal. Akan tetapi secara umum tindakan ILA dilakukan setelah diagnosa persalinan telah ditegakkan dan pasien telah meminta untuk meredakan nyeri persalinannya.

Kontraindikasi dari ILA 1. Persangkaan Disproporsi Kepala Panggul (Resiko Ruptura Uteri ). 2. Penolakan oleh pasien. 3. Perdarahan Aktif 4. Maternal Septicemia 5. Infeksi disekitar lokasi suntikan. 6. Kelainan pembekuan darah. Komplikasi dari tindakan ILA yang paling sering adalah hipotensi. Untuk itu diperlukan pemberian cairan elektrolit isotonik sebelum tindakan . Komplikasi yang lain adalah sakit kepala, retensio urin ,meningitis ,kejang ,akan tetapi ini adalah komplikasi yang jarang terjadi. Dua komplikasi yang umum terjadi adalah hipotensi dan sakit kepala. Persalinan harus dipantau baik dari status umum maupun kemajuan persalinannya. Yang perlu dievaluasi adalah : denyut jantung janin, His dan penurunan bagian terendah janin. Kemajuan persalinan dievaluasi sesuai dengan pembukaan servik dengan penurunan bagian terendah janin sesuai partograf. Penting juga untuk diketahui bahwa karena nyeri persalinan telah hilang, maka reflek ingin mengejan pada kala II pun akan berkurang sensasinya, sehingga diperlukan edukasi pada ibu dan diberitahu kapan harus mengejan. Dari penelitian itu ditemukan bahwa para ibu yang menggunakan metode ILA, 66 persen melahirkan spontan, 28 persen kelahiran dibantu alat, 6 persen melahirkan dengan operasi Caesar14

3. Patient controlled analgesia (PCA). Patient controlled analgesia (PCA) atau analgesia yang dikendalikan oleh pasien adalah pemberian opioid intravena, on demand, intermitten yang dikendalikan oleh pasien sendiri. Tehnik ini didasarkan pada penggunaan pompa infus yang canggih yang dikendalikan oleh mikroprosessor yang memberikan opioid dengan dosis terprogram ketika ketika pasien menekan tombol permintaan. Konsep yang lebih luas dari PCA tidak dibatasi oleh satu jenis analgetik atau satu cara administrasi. Setiap analgesik yang diberikan melalui rute apapun yaitu oral, intravena, subkutan atau epidural dapat dianggap PCA jika diberikan segera atas permintaan pasien dan cukup secara kuantitas. Untuk mencegah overdosis akibat permintaan yang berkelanjutan, semua alat PCA menggunakan lockout interval yaitu merupakan jarak waktu dimana mesin tidak akan mengeluarkan obat walaupun jika pasien menekan tombol permintaan. Beberapa alat mengijinkan penekanan dengan batas 1 4 jam. Opioid yang digunakan adalah morfin, fentanil, sufentanil tramadol meperidine dan lain-lain. Morfin tetap merupakan gold standard untuk PCA. Penting untuk dicatat bahwa morfin memiliki metabolit aktif, morphine-6-glukuronide (M6G) yang juga memberikan efek analgesia, sedasi dan depresi pernafasan.morfin tereliminasi terutama oleh glukuronidasi, dimana metabolit aktif ini eliminasinya bergantung terutama pada ekskresi ginjal. Depresi nafas yang berkepanjangan dengan onset yang lambat telah dilaporkan terjadi pada pasien dengan gagal ginjal. Untuk nyeri persalinan yang nyeri berat episodik, sesuai menggunakan remifentanil karena durasi kerjanya yang singkat.

15

BAB III KESIMPULAN Respons nyeri merupakan respons dari kepribadian seseorang secara keseluruhan dan tidak dapat diurai secara sistematik dan ilmiah. Dokter memiliki kewajiban untuk menyediakan proses persalinan dan kehamilan yang nyaman, atau sekurang-kurangnya, dapat ditoleransi oleh pasien. Banyak pasien merasa tegang dan kebingungan saat onset persalinan terjadi, walaupun mereka hanya merasakan sedikit rasa nyeri ataupun tidak merasa nyeri sama sekali. Seorang dokter harus memahami pilihan pereda nyeri yang dapat diberikan dan merespons terhadap kebutuhan dan keinginan pasien Sebisa mungkin, dokter harus berusaha membuat persalinan senyaman dan seaman mungkin bagi ibu yang melahirkan. Oleh karena itu, berbagai metode untuk menghilangkan rasa sakit harus diketahui oleh dokter agar dapat memberikan pilihan metode pengurangan rasa sakit pada pasien, mulai dari metoda non farmakologis sampai metoda farmakologis. Dengan mengurangi nyeri yang dirasakan oleh ibu, persalinan dapat berlangsung lebih lancar. Oleh karena itu baik secara moral maupun secara teknis, peran anestesia dalam obstetri sangat penting. Pemahaman mengenai anestesia obstetri sangat penting bagi dokter dalam menjelaskan dan memberikan pilihan kepada pasien.

16

DAFTAR PUSTAKA 1. Ruth Johnson, Wendy Taylor. TENS. Skills for Midwifery Practice. Fifth Edition. page 200 2. Morgan Edward G. EpiduralAnesthesia. Clinical anesthesiologi. fourth edition. Appleton & Lange. 2006 3. Ralph C. Benson & Martin L. Pernoll. Obstetri dan Ginekologi. page 448 4. Painless Labour. Available at http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1992376/? page=1. Accessed on April 8,2011 5. 2011. 6. Obstetrical Anesthesia. In: Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD. William Obstetrics22nd Edition. New York. McGraw Hill Medical Publishing. 2007 chapter 19 7. Patient Controlled Analgesia. Available at http://www.surgeryencyclopedia.com/LaPa/Patient-Controlled-Analgesia.html. Accessed on April 16, 2011. 8. Persalinan Tanpa Nyeri. Available at http://www.mmc-medicare.com/the-news/52persalinan-tanpa-rasa-nyeri. Accessed on April 26, 2011. Nyeri pada persalinan. Available at http://pustaka.unpad.ac.id/wp-

content/uploads/2009/12/perbedaan_lamanya_nyeri_pasca_salin2.pdf. Accessed on April 8,

17