Referat Meningitis Kriptokokus

29
I. Pendahuluan Meningitis cryptococcus merupakan infeksi oportunistik pada pasien imunosupresif terutama pada penderita HIV/AIDS. Namun, infeksi ini juga dapat menyerang pasien yang imunokompeten, terutama mereka yang menetap di daerah yang beriklim torpis. Meningitis cryptococcus menginfeksi sekitar 957.900 orang per tahun, merupakan infeksi yang banyak ditemukan pada daerah Afrika dan Asia Tenggara, dimana tingkat mortalitasnya sama atau bahkan melebihi penyakit tuberkulosis. Meningitis cryptococcus adalah infeksi yang disebabkan oleh Cryptococcus spp. Merupakan penyebab utama meningitis dan penyebab utama kematian pada pasien dengan HIV/AIDS di Afrika. Deteksi antigen cryptococcus, beberapa minggu sebelum adanya gejala yang jelas dari infeksi meningitis, dapat memungkinkan terdeteksinya infeksi ini lebih awal. Melakukan screening pada pasien yang terinfeksi HIV yang tidak menampakkan gejala infeksi cryptococcus juga dapat dilakukan untuk melakukan 1

description

Infeksi oportunistik pada penderita HIV/AIDS

Transcript of Referat Meningitis Kriptokokus

I. Pendahuluan

Meningitis cryptococcus merupakan infeksi oportunistik pada pasien imunosupresif terutama pada penderita HIV/AIDS. Namun, infeksi ini juga dapat menyerang pasien yang imunokompeten, terutama mereka yang menetap di daerah yang beriklim torpis. Meningitis cryptococcus menginfeksi sekitar 957.900 orang per tahun, merupakan infeksi yang banyak ditemukan pada daerah Afrika dan Asia Tenggara, dimana tingkat mortalitasnya sama atau bahkan melebihi penyakit tuberkulosis. Meningitis cryptococcus adalah infeksi yang disebabkan oleh Cryptococcus spp. Merupakan penyebab utama meningitis dan penyebab utama kematian pada pasien dengan HIV/AIDS di Afrika. Deteksi antigen cryptococcus, beberapa minggu sebelum adanya gejala yang jelas dari infeksi meningitis, dapat memungkinkan terdeteksinya infeksi ini lebih awal. Melakukan screening pada pasien yang terinfeksi HIV yang tidak menampakkan gejala infeksi cryptococcus juga dapat dilakukan untuk melakukan penangan yang tepat dan mecegah kematian. Insiden terjadinya meningitis karena jamur, terutama meningitis cryptococcus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Faktor pencetus terjadinya infeksi ini juga meningkat seperti peningkatan penderita AIDS, penggunaan kortikosteroid pada penyakit autoimun, penggunaan radioterapi dan kemoterapi pada pasien kanker, serta penggunaan imunosupresan dalam jangka waktu yang lama setelah transplantasi organ. 6,7,10,11

II. Definisi

Meningitis berasal dari bahasa latin yaitu Meninga dan Yunani Menix yang berarti membran. Sedangkan dalam bahasa medis, akhiran -itis berati peradangan. Selaput yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang secara kolektif disebut menings. Sehingga, meningitis adalah peradangan pada menings. Meningitis atau radang selaput otak adalah infeksi pada cairan sebrosipinal (CSS) disertai radang pada pia dan araknoid, ruang subaraknoid, jaringan superfisial otak dan medulla spinalis. Meningitis cryptococcus adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh Cryptococcus spp, biasanya ditemukan pada tanah yang telah terkontaminasi dengan kotoran burung. Jamur tersebut bisanya dihirup melalui paru-paru dan menetap (dorman) di dalam tubuh dalam beberapa tahun. Reaktivasi yang terjadi terutama pada individu dengan daya tahan tubuh menurun, seperti orang dengan HIV/AIDS.6

III. Anatomi

Meningitis merupakan suatu sindrom klinis yang ditandai dengan adanya proses infalamasi dari menings, yaitu 3 lapisan membran yang melapisi otak dan tulang belakang. Jaringan gelatinosa otak dan medulla spinalis dilindungi oleh tulang tengkorak, tulang belakang, dan tiga lapis jaringan penyambung; pia mater, araknoid, dan duramater. Masing-masing merupakan suatu lapisan yang terpisah dan kontinu. Pia mater langsung berhubungan dengan otak dan jaringan spinal, dan mengikuti kontur struktur eksternal. Piamater merupakan lapisan vaskuler yang pembuluh-pembuluh darahnya jaln menuju struktur dalam SSP utuk member nutrisi pada jaringan saraf. Pia mater meluas ke bagian bawah medulla spinalis yang berakhir kira-kira setinggi bagian bawah L1. Arakhnoid merupakan suatu membrane fibrosa yang tipis halus dan avaskular. Arakhnoid meliputi otak dan medulla spinalis.

Daerah anatara arakhnoid dan piamater disebut ruang sub arakhnoid dan terdapat arteria, vena serebral dan trabekula arakhnoid, dan cairan serebrospinal yang membasahi SSP. Dura mater merupakan suatu jaringan liat , tidak elastik dan mirip kulit sapi. Terdiri dua lapisan, bagian luar dinamakan dura endosteal dan bagian dalam dinamakan dura meningeal. Sinus-sinus vena terletak diantara kedua lapisan duramater pada tempat-tempat terpisahnya kedua lapisan tersebut. Sinus-sinus vena merupakan bagian tak berkatup yang berfungsi mengalirkan darah cerebral dan cairan serebrospinal.

Gambar 1. Tempat terjadinya infeksi pada a). intracranial dan b). tulang belakang (spina)1

IV. Etiologi

Meningitis cryptococcus merupakan infeksi jamur yang disebabkan oleh Cryptococcus spp, merupakan kasus terbanyak penyebab meningitis dengan tingkat kematian yang tinggi pada penderita HIV/ AIDS di sub-Sahara Afrika. Cryptococcus adalah jamur bentuk bulat atau oval, diameter 4-6 mm dengan kapsul berukuran 1-30 mm. Berdasarkan pemeriksaan serologi Cryptococcus ssp dapat diklasifikasikan menjadi Cryptococcus neoformans var. neoformans (Serotype D), Cryptococcus neoformans var. grubii (Serotype A) dan Cryptococcus neoformans var. gatii (Serotype B dan C). Kasus terbanyak dari meningitis melibatkan serotype A, terutama pada pasien yang hidup di negara dengan penghasilan perkapita rendah termasuk penderita HIV/AIDS. Sedangkan serotype D lebih dominan ditemukan di Eropa dan infeksi ini jarang ditemukan. C. gatii merupakan penyebab 70-80% infeksi cryptococcal pada manusia dengan imunokompeten dan dapat terisolasi pada spesies tertentu. Infeksi ini terutama ditemukan pada daerah tropis dan sub-tropis dimana penyakit klinis jarang ditemukan. Isolasi jamur dapat dilakukan dengan membuat sediaan cairan serebrospinal yang dicampur dengan tinta india kemudian diperiksa pada mikroskop. 3,6Sumber dari cryptococcus adalah kotoran burung merpati khususnya, dapat juga ditemukan dari burung jenis lain. Burung merpati dinyatakan memiliki lebih banyak level antibodi terhadap cryptococcus dibandingkan burung lain. Susu yang telah terkontaminasi juga dilaporkan sebagai sumber infeksi.4

V. PatogenesisInfeksi berkembang dalam tubuh hewan maupun manusia. Telah tercatat dalam penelitian transmisi kuman bukan hanya dari hewan ke hewan, namun juga transmisi hewan ke manusia, maupun manusia ke manusia lainnya melalui kontak langsung melalui saluran pernafasan. Organisme ini menular dan bertransmisi dari seseorang ke yang lainnya melalui saluran pernafasan. Manusia dapat terinfeksi hanya dengan menghirup udara yang terkontaminasi akan organisme tersebut. Setelah terjadinya inhalasi, spora dari jamur akan menempati alveoli paru, dimana mereka akan difagositosis oleh makrofag dalam alveoli, namun tidak semua jamur dapat difagositosis, beberapa dari jamur yang berkapsul resisten terhadap fagositosis, oleh karena antifagositas dan properti imunosupresif akan kapsul polisakarida, yang mampu menghambat makrofag untuk memfagosit dan juga mencegah migrasi sel darah putih ke daerah tempat jamur tersebut bereplikasi. Respon inang terhadap infeksi cryptococcus dapat melibatkan komponen-komponen sistem imunitas seluler maupun humoral, yaitu Natural Killer Sel, Limfosit T, makrofag, dan anti-Cryptococcal antibody.3Infeksi C. Neoformans terkadang ditandai dengan disfungsi organ, lesi tipikal berupa sekelompok jamur berbentuk kista dengan respon inflamasi yang tidak tampak dan berbentuk granuloma. Infeksi awal pada paru pada umumnya asimtomatik, pada pasien yang imunokompeten, tidak akan tampak seperti terinfeksi dan menjadi infeksi laten ataupun berbentuk pneumonia. Sebaliknya, pada pasien yang imunosupresif, terutama dengan kerusakan pada fungsi sel T, infeksi tersebut dapat berkembang menjadi meningitis maupun meningoencefalitis dan juga penyakit lainnya yang lebih luas, yang merupakan hasil dari reaktivasi dari infeksi laten paru. Kenyataannya, jamur cryptococcus dapat menyebar ke seluruh tubuh secara hematogen dan limfogen (reaksi dari primary lung lymph node complex, dorman dan menyebar pada limfenodus torakal) serta dapat menginfeksi organ lainnya yang pada umumnya adalah saraf pusat, tulang, prostat, mata dan juga kulit. 3,4

Jamur ini akan berproliferasi di ruang subarakhnoid. Respon dari makrofag menyebabkan terbentuknya giant sel serta fokal granuloma. C. neoformans juga akan mengisi ruang Virchow Robin yang menyebabkan pelebaran ruang perivaskular.Respon imun selular sangat berperan melawan jamur ini, termasuk di dalamnya CD4 dan CD8.Infeksi jamur cryptococcus banyak ditemukan pada mereka yang memiliki kadar CD4 di bawah 100 sel/l dan dapat muncul bersamaan dengan infeksi oportunistik lainnya.4,5,6,7Infeksi cryptococcus merupakan infeksi jamur yang merupakan infeksi oportunistik utama pada pasien penderita HIV-AIDS di Negara berkembang. Infeksi limfosit CD4 oleh virus HIV dengan menempel pada reseptor CD4 dipermukaan sel membuat sel yang terinfeksi mati. Pada manusia, reseptor CD4 diekspresikan oleh beberapa sel bahkan oleh neuron dan sel glia di otak, namun tidak ditemukan bukti terjadi replikasi virus selain di sel limfosit, makrofag, monosit dan sel turunan lainnya. Pada penderita HIV-AIDS dengan infeksi oportunistik ini, ditemukan jumlah sel-T (CD4) 100 cells/L dan HIV RNA level yang tidak terdeteksi atau sangat rendah secara terus-menerus selama 3 bulan (minimal 12 bulan terapi antifungal) (B-II); pertimbangkan untuk memulai terapi perawatan jika CD4 cell count berkurang menjadi