Lp Meningitis

41
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN ANAK DENGAN MENINGITIS OLEH : NI NYOMAN SRI WULANDARI 0802105029

description

Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piameter (lapisan dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang superfisial.

Transcript of Lp Meningitis

Page 1: Lp Meningitis

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN ANAK DENGAN MENINGITIS

OLEH :

NI NYOMAN SRI WULANDARI

0802105029

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

2012

Page 2: Lp Meningitis

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Definisi

Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai

piameter (lapisan dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat

yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang

superfisial.

Penularan kuman dapat terjadi secara kontak langsung dengan

penderita dan droplet infection yaitu terkena percikan ludah, dahak,

ingus, cairan bersin dan cairan tenggorok penderita. Saluran nafas

merupakan port d’entree utama pada penularan penyakit ini. Bakteri-

bakteri ini disebarkan pada orang lain melalui pertukaran udara dari

pernafasan dan sekresi-sekresi tenggorokan yang masuk secara

hematogen (melalui aliran darah) ke dalam cairan serebrospinal dan

memperbanyak diri didalamnya sehingga menimbulkan peradangan pada

selaput otak dan otak.

2. Epidemiologi

a. Orang/ Manusia

Umur dan daya tahan tubuh sangat mempengaruhi terjadinya

meningitis. Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada laki-laki

dibandingkan perempuan dan distribusi terlihat lebih nyata pada bayi.

Meningitis purulenta lebih sering terjadi pada bayi dan anak-anak

karena sistem kekebalan tubuh belum terbentuk sempurna. Puncak

insidensi kasus meningitis karena Haemophilus influenzae di Negara

berkembang adalah pada anak usia kurang dari 6 bulan, sedangkan

di Amerika Serikat terjadi pada anak usia 6-12 bulan. Sebelum tahun

1990 atau sebelum adanya vaksin untuk Haemophilus influenzae tipe

b di Amerika Serikat, kira-kira 12.000 kasus meningitis Hib dilaporkan

terjadi pada umur < 5 tahun.9 Insidens Rate pada usia < 5 tahun

sebesar 40-100 per 100.000.7 Setelah 10 tahun penggunaan vaksin,

| LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN ANAK DENGAN MENINGITIS 1

Page 3: Lp Meningitis

Insidens Rate menjadi 2,2 per 100.000. Di Uganda (2001-2002)

Insidens Rate meningitis Hib pada usia < 5 tahun sebesar 88 per

100.000.

b. Tempat

Risiko penularan meningitis umumnya terjadi pada keadaan sosio-

ekonomi rendah, lingkungan yang padat (seperti asrama, kamp-kamp

tentara dan jemaah haji), dan penyakit ISPA.16 Penyakit meningitis

banyak terjadi pada negara yang sedang berkembang dibandingkan

pada negara maju. Insidensi tertinggi terjadi di daerah yang disebut

dengan the African Meningitis belt, yang luas wilayahnya

membentang dari Senegal sampai ke Ethiopia meliputi 21 negara.

Kejadian penyakit ini terjadi secara sporadis dengan Insidens Rate 1-

20 per 100.000 penduduk dan diselingi dengan KLB besar secara

periodik. Di daerah Malawi, Afrika pada tahun 2002 Insidens Rate

meningitis yang disebabkan oleh Haemophilus influenzae 20-40 per

100.000 penduduk.

c. Waktu

Kejadian meningitis lebih sering terjadi pada musim panas dimana

kasuskasus infeksi saluran pernafasan juga meningkat. Di Eropa dan

Amerika utara insidensi infeksi Meningococcus lebih tinggi pada

musim dingin dan musim semi sedangkan di daerah Sub-Sahara

puncaknya terjadi pada musim kering. Meningitis karena virus

berhubungan dengan musim, di Amerika sering terjadi selama musim

panas karena pada saat itu orang lebih sering terpapar agen

pengantar virus. Di Amerika Serikat pada tahun 1981 Insidens Rate

meningitis virus sebesar 10,9 per 100.000 Penduduk dan sebagian

besar kasus terjadi pada musim panas.

3. Penyebab/faktor predisposisi

| LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN ANAK DENGAN MENINGITIS 2

Page 4: Lp Meningitis

Meningitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, riketsia, jamur,

cacing dan protozoa. Penyebab paling sering adalah virus dan bakteri.

Meningitis yang disebabkan oleh bakteri berakibat lebih fatal

dibandingkan meningitis penyebab lain karena mekanisme kerusakan

dan gangguan otak yang disebabkan oleh bakteri maupun produk bakteri

lebih berat.

Infectious Agent meningitis purulenta mempunyai kecenderungan

pada golongan umur tertentu, yaitu golongan neonatus paling banyak

disebabkan oleh E.Coli, S.beta hemolitikus dan Listeria monositogenes.

Golongan umur dibawah 5 tahun (balita) disebabkan oleh H.influenzae,

Meningococcus dan Pneumococcus. Golongan umur 5-20 tahun

disebabkan oleh Haemophilus influenzae, Neisseria meningitidis dan

Streptococcus Pneumococcus, dan pada usia dewasa (>20 tahun)

disebabkan oleh Meningococcus, Pneumococcus, Stafilocccus,

Streptococcus dan Listeria.

Penyebab meningitis serosa yang paling banyak ditemukan adalah

kuman Tuberculosis dan virus. Meningitis yang disebabkan oleh virus

mempunyai prognosis yang lebih baik, cenderung jinak dan bisa sembuh

sendiri. Penyebab meningitis virus yang paling sering ditemukan yaitu

Mumpsvirus, Echovirus, dan Coxsackie virus , sedangkan Herpes simplex,

Herpes zooster, dan enterovirus jarang menjadi penyebab meningitis

aseptic (viral).

4. Patofisiologi

Meningitis pada umumnya sebagai akibat dari penyebaran penyakit

di organ atau jaringan tubuh yang lain. Virus / bakteri menyebar secara

hematogen sampai ke selaput otak, misalnya pada penyakit Faringitis,

Tonsilitis, Pneumonia, Bronchopneumonia dan Endokarditis. Penyebaran

bakteri/virus dapat pula secara perkontinuitatum dari peradangan organ

atau jaringan yang ada di dekat selaput otak, misalnya Abses otak, Otitis

| LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN ANAK DENGAN MENINGITIS 3

Page 5: Lp Meningitis

Media, Mastoiditis, Trombosis sinus kavernosus dan Sinusitis. Penyebaran

kuman bisa juga terjadi akibat trauma kepala dengan fraktur terbuka

atau komplikasi bedah otak. Invasi kuman-kuman ke dalam ruang

subaraknoid menyebabkan reaksi radang pada pia dan araknoid, CSS

(Cairan Serebrospinal) dan sistem ventrikulus.

Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan sedang

mengalami hiperemi; dalam waktu yang sangat singkat terjadi

penyebaran sel-sel leukosit polimorfonuklear ke dalam ruang

subarakhnoid, kemudian terbentuk eksudat. Dalam beberapa hari terjadi

pembentukan limfosit dan histiosit dan dalam minggu kedua selsel

plasma. Eksudat yang terbentuk terdiri dari dua lapisan, bagian luar

mengandung leukosit polimorfonuklear dan fibrin sedangkan di lapisaan

dalam terdapat makrofag.

Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di

korteks dan dapat menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan

degenerasi neuronneuron. Trombosis serta organisasi eksudat perineural

yang fibrino-purulen menyebabkan kelainan kraniales. Pada Meningitis

yang disebabkan oleh virus, cairan serebrospinal tampak jernih

dibandingkan Meningitis yang disebabkan oleh bakteri.

| LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN ANAK DENGAN MENINGITIS 4

Page 6: Lp Meningitis

Pathway Meningitis

| LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN ANAK DENGAN MENINGITIS 5

Faktor-faktor Predisposisi: Pernah mengalami Herpes

SimplexVirus/bakteri masuk jaringan otak

secara lokal hematogen dan melalui saraf-saraf

Peradangan di Otak

Pembentukan Transudat dan

Eksudat

Reaksi Kuman Patogen

Iritasi korteks serebral area

fokalKejang/Nyeri

KepalaResiko Trauma

meningkat

Nyeri Akut

Suhu Meningkat

PK Hiperten

si

Defisit cairan dan Hipovolemi

kResiko Defisit

jaringan dan

Hipovolemik

Edema SerebraGangguan

Perfusi Jaringan SerebralKesadaran MenurunGangguan

Mobilitas Fisik

Hospitalisasi

Gangguan Persepsi Sensori

Penumpukan SekretAsupan

Nutrisi tidak adekuat

Nutrisi Kurang dari

Kebutuhan Tubuh

TIK meningkatDisfungsi Hipotalamu

sHipermetab

olismeGastrin

meningkatHCL

meningkatMua

l

Gangguan

Tumbuh

Kembang

AnsietasGangguan

Bersihan Jalan Nafas

Etiologi Meningitis: Bakteri, Virus, Riketsia, Jamur, Cacing, dan Protozoa

Peradangan di Selaput otak

Hipertermi

Page 7: Lp Meningitis

5. Klasifikasi

Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan

yang terjadi pada cairan otak yaitu meningitis serosa dan meningitis

purulenta. Meningitis serosa ditandai dengan jumlah sel dan protein yang

meninggi disertai cairan serebrospinal yang jernih. Penyebab yang paling

sering dijumpai adalah kuman Tuberculosis dan virus. Meningitis

purulenta atau meningitis bakteri adalah meningitis yang bersifat akut

dan menghasilkan eksudat berupa pus serta bukan disebabkan oleh

bakteri spesifik maupun virus. Meningitis Meningococcus merupakan

meningitis purulenta yang paling sering terjadi.

6. Gejala Klinis

Meningitis ditandai dengan adanya gejala-gejala seperti panas

mendadak, letargi, muntah dan kejang. Diagnosis pasti ditegakkan

dengan pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS) melalui pungsi lumbal.

Meningitis karena virus ditandai dengan cairan serebrospinal yang

jernih serta rasa sakit penderita tidak terlalu berat. Pada umumnya,

meningitis yang disebabkan oleh Mumpsvirus ditandai dengan gejala

anoreksia dan malaise, kemudian diikuti oleh pembesaran kelenjer

parotid sebelum invasi kuman ke susunan saraf pusat. Pada meningitis

yang disebabkan oleh Echovirus ditandai dengan keluhan sakit kepala,

muntah, sakit tenggorok, nyeri otot, demam, dan disertai dengan

timbulnya ruam makopapular yang tidak gatal di daerah wajah, leher,

dada, badan, dan ekstremitas. Gejala yang tampak pada meningitis

Coxsackie virus yaitu tampak lesi vasikuler pada palatum, uvula, tonsil,

dan lidah dan pada tahap lanjut timbul keluhan berupa sakit kepala,

muntah, demam, kaku leher, dan nyeri punggung.

Meningitis bakteri biasanya didahului oleh gejala gangguan alat

pernafasan dan gastrointestinal. Meningitis bakteri pada neonatus terjadi

secara akut dengan gejala panas tinggi, mual, muntah, gangguan

| LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN ANAK DENGAN MENINGITIS 6

Page 8: Lp Meningitis

pernafasan, kejang, nafsu makan berkurang, dehidrasi dan konstipasi,

biasanya selalu ditandai dengan fontanella yang mencembung. Kejang

dialami lebih kurang 44 % anak dengan penyebab Haemophilus

influenzae, 25 % oleh Streptococcus pneumoniae, 21 % oleh

Streptococcus, dan 10 % oleh infeksi Meningococcus. Pada anak-anak

dan dewasa biasanya dimulai dengan gangguan saluran pernafasan

bagian atas, penyakit juga bersifat akut dengan gejala panas tinggi,

nyeri kepala hebat, malaise, nyeri otot dan nyeri punggung. Cairan

serebrospinal tampak kabur, keruh atau purulen.

Meningitis Tuberkulosa terdiri dari tiga stadium, yaitu stadium I atau

stadium prodormal selama 2-3 minggu dengan gejala ringan dan nampak

seperti gejala infeksi biasa. Pada anak-anak, permulaan penyakit bersifat

subakut, sering tanpa demam, muntah-muntah, nafsu makan berkurang,

murung, berat badan turun, mudah tersinggung, cengeng, opstipasi, pola

tidur terganggu dan gangguan kesadaran berupa apatis. Pada orang

dewasa terdapat panas yang hilang timbul, nyeri kepala, konstipasi,

kurang nafsu makan, fotofobia, nyeri punggung, halusinasi, dan sangat

gelisah.

Stadium II atau stadium transisi berlangsung selama 1 – 3 minggu

dengan gejala penyakit lebih berat dimana penderita mengalami nyeri

kepala yang hebat dan kadang disertai kejang terutama pada bayi dan

anak-anak. Tanda-tanda rangsangan meningeal mulai nyata, seluruh

tubuh dapat menjadi kaku, terdapat tanda-tanda peningkatan

intrakranial, ubun-ubun menonjol dan muntah lebih hebat. Stadium III

atau stadium terminal ditandai dengan kelumpuhan dan gangguan

kesadaran sampai koma. Pada stadium ini penderita dapat meninggal

dunia dalam waktu tiga minggu bila tidak mendapat pengobatan

sebagaimana mestinya.

7. Pemeriksaan Fisik

| LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN ANAK DENGAN MENINGITIS 7

Page 9: Lp Meningitis

a. Keadaan umum

Umumnya terjadi penurunan kesadaran, nadi 100-140 x/mnt, suhu

37-39°C, pernafasan 20-40 x/mnt teratur.

b. Kepala dan Leher

Kepala berbentuk simetris, rambut bersih, hitam dan

penyebarannya merata, ubun-ubun besar masih belum menutup,

teraba lunak dan cembung, tidak tegang. Lingkar kepala 36 cm.

Reaksi cahaya +/+, mata nampak anemi, ikterus tidak ada, tidak

terdapat sub kunjungtival bleeding.

Telinga tidak ada serumen.

Hidung tidak terdapat pernafasan cuping hidung.

Mulut bersih, tidak terdapat moniliasis.

Leher tidak terdapat pembesaran kelenjar, tidak ada kaku kuduk.

c. Dada dan Thoraks

Pergerakan dada simetris, Wheezing -/-, Ronchi -/-, tidak terdapat

retraksi otot bantu pernafasan. Pemeriksaan jantung, ictus cordis

terletak di midclavicula sinistra ICS 4-5, S1S2 tunggal tidak ada bising/

murmur.

d. Abdomen

Bentuk supel, hasil perkusi tympani, tidak terdapat meteorismus,

bising usus+ normal 5 x/ mnt, hepar dan limpa tidak teraba. Kandung

kemih teraba kosong.

e. Ekstremitas

Tidak terdapat spina bifida pada ruas tulang belakang, tidak ada

kelainan dalam segi bentuk, uji kekuatan otot tidak dilakukan. Klien

mampu menggerakkan ekstrimitas sesuai dengan arah gerak sendi.

Ekstrimitas kanan sering terjadi spastik setiap 10 menit selama 1

menit.

f. Reflek

Pada saat dikaji refleks menghisap klien +, refleks babinsky +

| LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN ANAK DENGAN MENINGITIS 8

Page 10: Lp Meningitis

g. Tanda Rangsang Meningeal

a. Tanda rangsang meningeal kaku kuduk

Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya otot-otot ekstensor tekuk. Bila hebat,

terjadi opistotonus yaitu tekuk kaku dalam sikap kepala tertengdah dan pungguang

dalam sikap hiperekstensi. (Mansjoer, Arif, 2000; 437-439)

Cara pemeriksaan : Pasien berbaring terlentang singkirkan penyangga kepala lakukan

gerakan anterofleksi leher secara pasif sampai dagu menyentuh dada. Bila terasa ada

tekanan sehingga dagu tidak bisa menyentuh dada bahkan badan atas ikut terangkat

berarti kaku kuduk positif.

Gambar opistotonus :

b. Tanda rangsang meningeal Brudzinski

- Brudzinski sign, tanda leher

Cara pemeriksaan : Pasien berbaring terlentang kemudian gerakan antreofleksi

leher secara pasif. Positif bila disusul secar reflektorik oleh gerakan fleksi pada

kedua tungkai sendi lutut dan panggul

Gambar :

| LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN ANAK DENGAN MENINGITIS 9

Page 11: Lp Meningitis

- Brudzinski sign, tanda tungkai kontralateral

Cara pemeriksaan : pasien berbaring terlentang salah satu tungkai diangkat dalam

sikap lutut lurus di sendi lutut, dan fleksi di sendi panggul. Positif bila tungkai

kontralateral timbul gerakan reflektorik fleksi di sendi lutut dan panggul.

- Brudzinski sign, tanda pipi

Cara pemeriksaan : dilakukan penekanan pada kedua pipi tepat dibawah os

zigomatikum. Positif bila disusul gerakan reflektorik fleksi kedua sikudan gerakan

reflektorik keatas sejenak kedua lengan.

- Brudzinski sign, tanda simfisis pubis

Cara pemeriksaan : dilakukan penekana pada simfisis pubis. Positif bila disusul

gerakan reflektorik fleksi pada kedua tungkai di sendi lutut dan panggul.

c. Tanda rangsang meningeal Kernig

Cara pemeriksaan : pasien berbaring terlentang satu tungkai difleksikan pada sendi

lutut dan panggul hingga 900, kemudian ekstensikan tngkai bawah pada sendi lutut

sampai membentuk sudut > 1350 trehadap paha. Positif bila pada tungkai kontralateral

timbul gerakan reflektorik fleksi di sendi lutut dan panggul.

Gambar :

| LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN ANAK DENGAN MENINGITIS 10

Page 12: Lp Meningitis

8. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang

Pemeriksaan Pungsi Lumbal

Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan protein cairan

cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan tekanan intrakranial.

Pada Meningitis Serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan jernih, sel darah

putih meningkat, glukosa dan protein normal, kultur (-).

Pada Meningitis Purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan keruh, jumlah sel

darah putih dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur (+) beberapa jenis

bakteri.

Pemeriksaan darah

Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju Endap Darah (LED),

kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur.

Pada Meningitis Serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Disamping itu, ada

Meningitis Tuberkulosa didapatkan juga peningkatan LED.

Pada Meningitis Purulenta didapatkan peningkatan leukosit.

Pemeriksaan Radiologis

Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila mungkin dilakukan CT

Scan.

Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid, sinus paranasal,

gigi geligi) dan foto dada.

| LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN ANAK DENGAN MENINGITIS 11

Page 13: Lp Meningitis

9. Diagnosis/Kriteria Diagnosis

Diagnosis meningitis bakteri tidak dapat dibuat berdasarkan gejala klinis. Diagnosis

pasti hanya dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan serebrospinal melalui lumbal pungsi.

Tekanan cairan diukur dan cairannya diambil untuk kultur, pewarnaan gram, hitung jenis,

serta menetukan kadar glukosa dan protein. Diagnostik kultur dan pewarnaan gram

seringkali dibutuhkan untuk menentukan kuman penyebab. Tekanan cairan serebrospinal

biasanya meningkat, tetapi interpretasinya seringkali sulit bila anak sedang menangis.

Umumnya dijumpai leukositosis dengan predominan leukosit PMN, tetapi bisa sangat

bervariasi. Warna cairan biasanya opalesen dan keruh, reaksi nonne dan paddy biasanya

akan positif. Kadar klorida biasanya menurun, kadar glukosa akan berkurang sesuai lama

dan beratnya infeksi. Hubungan antara glukosa dalam cairan serebrospinal dengan glukosa

dalam darah sangat penting dalam mengevaluasi kadar glukosa dalam cairan serebrospinal,

oleh karena itu sampel glukosa darah diambil kira-kira 30 menit sebelum lumbal pungsi.

Konsentrasi protein biasanya meningkat.

Kultur darah dilakukan pada anak-anak yang dicurigai menderita meningitis. Biasanya

dijumpai leukositosis yang bergeser ke kiri dan anemia megaloblastik.

10. Theraphy/Tindakan Penanganan

Penatalaksanaan yang dilakukan apabila anak mengalami meningitis adalah:

a. Pemberian tindakan dan perawatan sesuai dengan kejang demam

Intervensi keperawatan awal yang harus diberikan saat anak datang dengan keluhan

kejang

1. Berikan privasi dan perlindungan pada pasien dari penonton yang ingin tahu

( pasien yang mempunyai penanda ancaman kejang memerlukan waktu untuk

mencari tempat yang aman dan pribadi)

2. Mengamankan pasien di lantai, jika memungkinkan.

3. Melindungi kepala dengan bantalan untuk mencegah cedera ( dari membentur

permukaan keras).

4. Lepaskan pakaian yang ketat

5. Singkirkan semua prabot yang dapat mencederai pasien selama kejang

6. Jika pasien di tempat tidur , singkirkan bantal dan tinggikan pagar tempat tidur

| LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN ANAK DENGAN MENINGITIS 12

Page 14: Lp Meningitis

7. Jika penanda ancaman kejang mendahului kejang , masukan spatel lidah yang

diberi bantalan diantara gigi-gigi, untuk mengurangi lidah atau pipi tergigit.

8. Jangan berusaha untuk membuka rahang yang terkatup pada keadaan spasme untuk

memasukan sesuatu. Gigi patah dan cedera pada bibir dan lidah dapat terjadi karena

tindakan ini

9. Tidak ada upaya dibuat untuk merestrein pasien selama kejang , karena kontraksi

otot kuat dan restrein dapat menimbulkan cedera

10. Jika mungkin tempatkan pasien miring pada salah satu sisi dengan kepala fleksi

ke depan , yang memungkinkan lidah jatuh dan memudahkan pengeluaran saliva

dan mucus. Jika disediakan penghisap, gunakan jika perlu untuk membersihkan

secret. (Brunner and Suddarth, 2002:2203)

Tindakan mengatasi kejang

Saat kejang diberi diazepam i.v atau per rektal dengan dosis intravena 0,3-0,5 mg/kg

bb/kali per rektal dengan ketentuan dosis maksimum untuk anak kurang dari 10 tahun,

7,5 mg, dan di atas 10 tahun, 10 mg. saat tidak kejang, dilakukan pemberian luminal 5

mg/kg.bb..hari, oral dibagi menjadi 2-3 dosis

1) Tindakan perawatan perektal

Karena ditemukan pasien menderita Meningitis, dilakukan pemberian Adenosine

arabinose 15 mg/Kg BB/hari selama 5 hari

2) Pemakaian obat-obatan

Dosis obat penurun panas dan anti kejang sesuai dengan kejang demam

Antibiotika diberikan untuk mencegah infeksi sekunder seperti ampisilindosis 50-

100 mg/kg.bb./hari, dengan dibagi tiga dosis secara intravena

Untuk menghilangkan edema otak diberikan obat-obatan sebagai berikut :

o Dexamethason

Diberikan dosis 0,5 mg/kg.bb./hari intravena atau intramuscular. Dosis

diturunkan pelan-pelan bila setelah beberapa hari pasien menunjukkan

perbaikan

o Manitol

| LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN ANAK DENGAN MENINGITIS 13

Page 15: Lp Meningitis

Dosis 1,5-2,0 mg/kg intravena dalam 30-60 menit dapat diulang setiap 8-12

jam dengan menggunakan larutan 15-20 %

o Gliserol

Dosis 0,5-2,0 gram/kg dengan sonde hidung, diencerkan 2 kali dan dapat

diulang setiap 6 jam.

o Glukosa 20%

Glukosa 20% sebanyak 10ml intravena beberapa kali sehari, dimasukkan ke

dalam pipa

3) Pengobatan suportif

o Pemberian cairan intravena (glukosa 10%), pemberian cairan ini dimaksudkan

untuk mempertahankan keseimbangan air-elektrolit,mencukupi kalori dan

pemberian obat-obatan

o Pemberian vitamin

o Pemberian O2 untuk mencegah kerusakan jaringan otak akibat hipoksia

11. Komplikasi

Komplikasi dari Meningitis adalah sebagai berikut;

o Retardasi mental

o Iritabel

o Ganguan motorik

o Epilepsi

o Emosi tidak stabil

o Sulit tidur

o Halusinasi

o Enuresis

o Anak menjadi perusak dan melakukan tindakan asosial lain (Kapita Selekta Kedokteran,

2000).

o Selain itu meningitis juga menimbulkan komplikasi berupa edema otak dan perdarahan

serebral (Erny, Darto Saharso, 2006).

| LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN ANAK DENGAN MENINGITIS 14

Page 16: Lp Meningitis

12. Prognosis

Prognosis meningitis tergantung kepada umur, mikroorganisme

spesifik yang menimbulkan penyakit, banyaknya organisme dalam

selaput otak, jenis meningitis dan lama penyakit sebelum diberikan

antibiotik. Penderita usia neonatus, anak-anak dan dewasa tua

mempunyai prognosis yang semakin jelek, yaitu dapat menimbulkan

cacat berat dan kematian.

Pengobatan antibiotika yang adekuat dapat menurunkan mortalitas

meningitis purulenta, tetapi 50% dari penderita yang selamat akan

mengalami sequelle (akibat sisa). Lima puluh persen meningitis

purulenta mengakibatkan kecacatan seperti ketulian, keterlambatan

berbicara dan gangguan perkembangan mental, dan 5 – 10% penderita

mengalami kematian.

Pada meningitis Tuberkulosa, angka kecacatan dan kematian pada

umumnya tinggi. Prognosa jelek pada bayi dan orang tua. Angka

kematian meningitis TBC dipengaruhi oleh umur dan pada stadium

berapa penderita mencari pengobatan. Penderita dapat meninggal dalam

waktu 6-8 minggu.

Penderita meningitis karena virus biasanya menunjukkan gejala

klinis yang lebih ringan,penurunan kesadaran jarang ditemukan.

Meningitis viral memiliki prognosis yang jauh lebih baik. Sebagian

penderita sembuh dalam 1 – 2 minggu dan dengan pengobatan yang

tepat penyembuhan total bisa terjadi.

| LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN ANAK DENGAN MENINGITIS 15

Page 17: Lp Meningitis

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian yang dilakukan pada klien adalah :

a) Data diri

Merupakan identitas diri pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, tanggal masuk

rumah sakit dan dokumentasi pengkajian.

b) Keluhan utama

Merupakan dorongan penyebab klien masuk rumah sakit. Keluhan utama pada

penderita encephalitis yaitu sakit kepala, kaku kuduk, gangguan kesadaran, demam

dan kejang.

c) Riwayat kehamilan dan kelahiran

Dalam hal ini yang dikaji meliputi riwayat prenatal, natal dan post natal. Riwayat

prenatal perlu diketahui penyakit apa saja yang pernah diderita oleh ibu terutama

penyakit infeksi. Riwayat natal perlu diketahui apakah bayi lahir dalam usia kehamilan

aterm atau tidak karena mempengaruhi sistem kekebalan terhadap penyakit pada anak.

Trauma persalinan juga mempengaruhi timbulnya penyakit contohnya aspirasi ketuban

untuk anak. Riwayat post natal diperlukan untuk mengetahui keadaan anak setelah

lahir contohnya BBLR.

d) Pemeriksaan fisik.

Pada klien meningitis pemeriksaan fisik lebih difokuskan pada pemeriksaan neurologis.

Ruang lingkup pengkajian fisik keperawatan secara umum meliputi:

Keadaan umum penderita

Biasanya keadaan umumnya lemah karena mengalami perubahan atau penurunan

tingkat kesadaran. Gangguan tingkat kesadaran dapat disebabkan oleh gangguan

metabolisme dan difusi serebral yang berkaitan dengan kegagalan neural akibat

prosses peradangan otak.

Gangguan sistem pernafasan.

Perubahan-perubahan akibat peningkatan tekanan intra cranial menyebabakan

kompresi pada batang otak yang menyebabkan pernafasan tidak teratur. Apabila

tekanan intrakranial sampai pada batas fatal akan terjadi paralisa otot pernafasan.

Gangguan sistem kardiovaskuler.

| LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN ANAK DENGAN MENINGITIS 16

Page 18: Lp Meningitis

Adanya kompresi pada pusat vasomotor menyebabkan terjadi iskemik pada daerah

tersebut, hal ini akan merangsaang vasokonstriktor dan menyebabkan tekanan darah

meningkat. Tekanan pada pusat vasomotor menyebabkan meningkatnya transmitter

rangsang parasimpatis ke jantung.

Pengkajian tumbuh dan kembang

Pada setiap anak yang mengalami penyakit yang sifatnya kronis atau mengalami

hospitalisasi yang lama, kemungkinan terjadinya gangguan pertumbuhan dan

perkembangan sangat besar. Pengkajian pertumbuhan dan perkembangan anak ini

menjadi penting sebagai langkah awal penanganan dan antisipasi. Pengkajian dapat

dilakukan dengan menggunakan format DDST dan pengukuran antropometri.

2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul

a. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada selaput otak

b. Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan pada selaput otak.

c. Perfusi Jaringan Serebral tidak Efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan

intrakranial.

d. Resiko injuri berhubungan dengan adanya kejang, perubahan status mental dan

penurunan tingkat kesadaran

e. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan kesadaran

f. PK: Peningkatan TIK

g. Bersihan Jalan Napas tidak Efektif berhubungan dengan penumpukan sekret pada jalan

nafas.

3. Rencana Asuhan Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada selaput otak

Tujuan dan Kriteria Hasil :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….x24 jam diharapkan nyeri dapat

berkurang.

NOC : kontrol nyeri

Skala :

1. Tidak pernah dilakukan.

| LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN ANAK DENGAN MENINGITIS 17

Page 19: Lp Meningitis

2. Jarang dikakukan.

3. Kadang-kadang dilakukan.

4. Sering dilakukan.

5. Selalu dilakukan.

Dengan kriteria :

Mengetahui faktor penyebab

Mengetahui peningkatan nyeri

Gunakan cara pencegahan

Gunakan cara non analgetik

Gunakan obat analgetik

Kenali nyeri untuk perawatan professional

Gunakan sumber yang tersedia

Catat control nyeri

Pasien dapat tidur dengan tenang

Memverbalisasikan penurunan rasa sakit.

Intervensi dan Rasional :

Manajemen nyeri

1) Kaji karakteristik nyeri, letak, durasi, kualitas dan kuantitas nyeri.

Rasional : Untuk menentukan tindakan penanganan yang tepat pada pasien tersebut.

2) Berikan pengetahuan mengenai nyeri pada pasien.

Rasional : Untuk menambah pengetahuan pasien

3) Evaluasi pengalaman nyeri pasien.

Rasional : Untuk mengetahui apakah nyeri yang dirasakan pernah dirasakan

sebelumnya atau tidak.

4) Awasi faktor lingkungan yang dapat menyebabkan nyeri.

Rasional : Dengan mengendalikan faktor lingkungan yang dapat menyebabkan nyeri

diharapkan nyeri pasien dapat berkurang. Menurunkan reaksi terhadap rangsangan

ekternal atau kesensitifan terhadap cahaya dan menganjurkan pasien untuk

beristirahat.

5) Ajarkan teknik relaksasi pada pasien

| LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN ANAK DENGAN MENINGITIS 18

Page 20: Lp Meningitis

Rasional : Dengan teknik relaksasi diharapkan nyeri dapat berkurang. Teknik

relaksasi dapat berupa teknik nafas dalam, teknik distraksi, guided imaginary, dan

sebagainya.

6) Kompres dingin (es) pada kepala dan kain dingin pada mata

Rasional : Dapat menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah otak

7) Berikan obat analgesic

Rasional : Mungkin diperlukan untuk menurunkan rasa sakit

b. Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan pada selaput otak.

Tujuan dan Kriteria Hasil :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….x24 jam suhu dapat kembali normal.

NOC : Pengaturan Suhu

Skala :

1. Extremely compromize

2. Substantially compromise

3. Moderately compromise

4. Mildly compromise

5. Not compromise

Dengan kriteria hasil :

Suhu kulit normal

Suhu tubuh dalam rentang normal

Tidak menunjukkan sakit kepala

Tidak menunjukkan nyeri otot

Tidak terdapat iritasi

Tidak tampak ngantuk

Warna kulit tidak berubah

Berkeringat ketika panas

Nadi dalam rentang yg diinginkan

Pernapasan normal

Hidrasi yang adekuat

| LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN ANAK DENGAN MENINGITIS 19

Page 21: Lp Meningitis

Intervensi dan Rasional :

Regulasi suhu

1) Monitor suhu tiap 2 jam sekali.

Rasional : Dengan memonitor suhu setiap 2 jam sekali, maka perubahan suhu dapat

segera diketahui.

2) Monitor tekanan darah.

Rasional : Monitor tekanan darah pasien ketika duduk, berbaring dan berdiri untuk

mengetahui perbedaannya.

3) Auskultasi bunyi paru.

Rasional : Untuk mengetahui adanya suara nafas tambahan.

4) Monitor perubahan warna kulit pada diri pasien.

Rasional : Pada pasien yang hipertermi dapat terjadi perubahan warna kulit

(kemerahan)

5) Monitor adanya sianosis pada pasien.

Rasional : Pada pasien demam biasanya sering terjadi sianosis yang ditunjukkan

dengan adanya warna kebiru-biruan pada ujung-ujung ekstremitas dan pada mukosa

bibir.

6) Monitor kelembaban kulit pasien.

Rasional : Pasien dengan demam tinggi harus dianjurkan untuk banyak minum untuk

menghindari terjadinya dehidrasi.

c. Perfusi Jaringan Serebral tidak Efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan

intrakranial.

Tujuan dan Kriteria hasil:

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan tercapai keefektifan

perfusi jaringan serebral, dengan kriteria hasil:

Tissue perfusion : Cerebral (Perfusi jaringan serebral)

- Tekanan darah sistolik normal (120 mmHg) (skala 5 = no deviation from normal

range)

- Tekanan darah diastolik normal (80 mmHg) (skala 5 = no deviation from normal

range)

| LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN ANAK DENGAN MENINGITIS 20

Page 22: Lp Meningitis

- Tidak ada sakit kepala (skala 5 = none)

- Tidak ada agitasi (skala 5 = none)

- Tidak ada syncope (skala 5 = none)

- Tidak ada muntah (skala 5 = none)

Seizure Control

- Pasien tidak mengalami kejang (skala 5 = Consistenly Demonstrated)

- Lingkungan sekitar pasien dalam keadaan aman (skala 5 = Consistenly

Demonstrated)

Intervensi :

Cerebral Perfusion Promotion

1) Pantau tingkat kerusakan perfusi jaringan serebral, seperti status neurologi dan

adanya penurunan kesadaran.

Rasional: kegagalan perfusi jaringan serebral dapat mempengaruhi status neurologi

dan tingkat kesadaran klien.

2) Konsultasikan dengan dokter untuk menentukan posisi kepala yang tepat (0, 15, atau

30 derajat) dan monitor respon klien terhadap posisi tersebut.

Rasional : posisi yang tepat dapat membantu memperlancar aliran darah ke otidak

sehingga nutrisi dan O2 ke otidak adekuat.

3) Monitor status respirasi (pola, ritme, dan kedalaman respirasi; PO2, PCO2, PH, dan

level bikarbonat)

Rasional : status respirasi dapat menjadi indikator keadekuatan perfusi oksigen ke

otidak.

4) Monitor nilai lab untuk perubahan dalam oksigenasi

Rasional: oksigenasi yang tidak adekuat dapat menurunkan perfusi oksigen ke

otidak.

Oxygen Therapy

1) Pertahankan kepatenan jalan nafas.

Rasional: mempertahankan kepatenan jalan napas bertujuan untuk mencegah

terputusnya aliran oksigen ke otidak sehingga mencegah terjadinya hipoksia jaringan

otidak.

| LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN ANAK DENGAN MENINGITIS 21

Page 23: Lp Meningitis

2) Monitor aliran oksigen.

Rasional: untuk mempertahankan masukan oksigen adekuat sesuai dengan

kebutuhan.

Vital Signs Monitoring

1) Monitor tanda-tanda vital

Rasional: memonitor tanda-tanda vital penting untuk mengetahui keadaan umum dan

status keefektifan perfusi jaringan.

2) Ukur tekanan darah setelah klien mendapatkan medikasi/terapi.

Rasional: pengukuran tekanan darah setelah mendapatkan terapi/medikasi penting

untuk mengetahui keefektifan terapi.

Seizure management

1) Monitor secara langsung mata dan kepala selama kejang

Rasional: pada stroke hemoragik pemantaun mata dan kepala penting apa adanya

perburukan kondisi pasien

2) Monitor status neurologik

Rasional: satus neurologik pasien membrikan gamabran seizure dan dapat

memberikan intervensi yang tepat

3) Monitor TTV

Rasional: perubahan TTV menunjukan adanya perbaikan atau perburukan kondisi

pasien

4) Dokumentasikan informasi tentang kejadian kejang

Rasional: pendokumentasian penting untuk memantau status perkembangan

neurologi pasien

5) Berikan antikonvulsan Phenytoin 3x100 mg/IV dan neuroprotektor Citicolin 3x250

mg/IV

Rasional: Phenytoin cenderung menstabilkan ambang kejang terhadap kepekaan

yang berlebihan yang disebabkan oleh rangsangan berlebihan atau perubahan-

perubahan lingkungan yang dapat mengurangi derajat membran terhadap Natrium

termasuk pengurangan potensiasi pasca tetanik pada sinap. Citicolin juga

memperbaiki fungsi kognitif dengan cara meningkatkan kadar kolin.

Seizure Precaution

| LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN ANAK DENGAN MENINGITIS 22

Page 24: Lp Meningitis

1) Hindarkan barang-barang yang berbahaya dari sekitar pasien

Rasional: arang-barang yang berbahaya bisa digunakan untuk mencederai diri pasien

2) Jaga ikatan di samping tempat tidur

Rasional: memberikan keamanan bagi pasien dan tidak menimbulkan risio jatuh

3) Pasang tiang pengaman

Rasional: memberikan pengaman sehingga pasien tidak cedera

4) Gunkan paddle pada sisi tempat tidur

Rasional: menghidari timbulnya cedera pada pasien

d. Resiko injuri berhubungan dengan adanya kejang, perubahan status mental dan

penurunan tingkat kesadaran

Tujuan dan Kriteria Hasil:

Pasien bebas dari injuri yang disebabkan oleh kejang dan penurunan kesadaran

Intervensi dan Rasional :

1) Monitor kejang pada tangan, kaki, mulut dan otot-otot muka lainnya

Rasional : Gambaran tribalitas sistem saraf pusat memerlukan evaluasi yang sesuai

dengan intervensi yang tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi.

2) Persiapkan lingkungan yang aman seperti batasan ranjang, papan pengaman, dan alat

suction selalu berada dekat pasien.

Rasional : Melindungi pasien bila kejang terjadi

3) Pertahankan bedrest total selama fase akut

Rasional : Mengurangi resiko jatuh / terluka jika vertigo, sincope, dan ataksia

4) Berikan terapi sesuai advis dokter seperti; diazepam, Phenobarbital

Rasional : Untuk mencegah atau mengurangi kejang

e. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan kesadaran

Tujuan dan Kriteria Hasil:

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan tidak terjadi

kerusakan integritas kulit, dengan kriteria hasil:

Integritas jaringan: kulit dan membran mukosa

- Elastisitas kulit dapat dipertahankan (skala 5 = not compremised)

| LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN ANAK DENGAN MENINGITIS 23

Page 25: Lp Meningitis

- Integritas kulit utuh (skala 5 = not compremised)

- Tidak ada lesi kulit (skala 5 = none)

- Tidak ada eritema eritema (skala 5 = none)

Intervensi:

Pencegahan Ulkus Dekubitus

1) Gunakan alat pengkajian untuk memonitor risiko ulkus dekubitus seperti Braden

scale/Norton scale

Rasional: Alat pengkajian membantu dalam mengetahui risiko klien mengalami

dekubitus

2) Catat status kulit klien setiap hari

Rasional: Perubahan status kulit merupakan salah satu indikator yang

mengidentifikasikan ulkus dekubitus

3) Hilangkan kelembaban berlebih pada kulit, hasil dari pengeluaran keringat, drainase

pada luka, inkontinensia alvi dan inkontinensia urine

Rasional: Kelembaban yang berlebih mempercepat terjadinya proses kerusakan pada

kulit.

4) Berikan barier perlindungan seperti krim atau bahan penyerap seperi pad.

Rasional : Untuk mengurangi kelembaban berlebih.

5) Inspeksi kulit di sekitar tulang yang menonjol dan tekanan lain ketika reposisi

dilakukan kurang dalam sehari.

Rasional: Tulang yang menonjol paling rentan menyebabkan luka pada kulit sehingga

pengkajian penting dilakukan untuk mengetahui risiko dekubitus.

6) Jaga tempat tidur tetap bersih, kering dan tidak mengkerut.

Rasional: Meminimalkan risiko cedera pada kulit.

7) Hindari penggunaan air panas ketika mandi dan gunakan sabun yang lembut.

Rasional: Penggunaan air panas dapat merusak integritas kulit, sabun yang lembut

meminimalkan iritasi pada kulit.

8) Pastikan klien mendapatkan intidake yang adekuat seperti cairan, protein, vitamin B,

vitamin C, dan kalori.

| LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN ANAK DENGAN MENINGITIS 24

Page 26: Lp Meningitis

Rasional: Pemberian protein dapat membantu regenerasi sel-sel yang rusak. Cairan

menjaga status hidrasi dan elastisitas kulit, vitamin dan kalori membantu

mempertahankan integritas kulit.

f. PK: Peningkatan TIK

Tujuan dan Kriteria Hasil: 

Setelah diberika askep selam 1 x 24 jam, diharapkan perawat dapat meminimalkan

komplikasi peningkatan TIK, dengan kriteria hasil:

- TTV dalam rentang normal (RR=16-20x/mnt, nadi=60-100x/mnt, TD=120/80

mmHg, suhu = 36-37,5oC)

- Tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK (Trias TIK: muntah proyektil, nyeri kepala,

papil edema)

Intervensi

1) Kaji ulang status neurologis yang berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan

TIK, terutama GCS.

Rasional: Peningkatan TIK dapat diketahui secara dini untuk menentukan tindakan

selanjutnya.

2) Monitor TTV: tekanan darah, denyut nadi, respirasi, suhu minimal satu jam sampai

keadaan klien stabil.

Rasional: Perubahan TTV menjadi indikator dalam peningkatan tekanan intracranial

3) Naikkan kepala dengan sudut 15-45 derajat (tidak hiperekstensi dan fleksi) dan

posisi netral (dari kepala hingga daerah lumbal dalam garis lurus) jika tidak ada

kontraindikasi.

Rasional: Dengan posisi tersebut maka akan meningkatan dan melancarkan aliran balik

vena darah sehingga mengurangi kongesti serebrum, edema dan mencegah terjadi

penigkatan TIK. Posisi netral tanpa hiper ekstensi dan fleksi dapat mencegah

penekanan pada saraf spinalis yang menambah peningkatan TIK.

4) Monitor intidake dan output cairan tiap 8 jam sekali.

Rasional: Tindakan ini mencegah kelebihan cairan yang dapat menambah edema

serebri.

| LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN ANAK DENGAN MENINGITIS 25

Page 27: Lp Meningitis

5) Kolaborasi: Berikan obat Manitol 4x100 cc dan Fentanyl drip 300 mg 2.1 cc/jam

dengan syringe pump, Ranitidine 3x1 ampul/IV, Asam traneksamat 4x1 gr/IV

Rasional: Manitol merupakan antidiuretik yang dapat menarik cairan untuk mengurangi

edema otidak dan fentanyl dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien.

Ranitidine merupakan suatu antagonis histamin pada reseptor H2 yang menghambat

kerja histamin secara kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi sekresi asam

lambung, yang terjadi akibat peningkatan TIK. Asam traneksamat merupakan

antifibrinolitik yang menghambat pemutusan benang fibrin, sehinga mencegah

perdarahan yang merupakan penyebab peningkatan TIK.

g. Bersihan Jalan Napas tidak Efektif berhubungan dengan penumpukan sekret pada jalan

nafas.

Tujuan dan Kriteria Hasil:

Respiratory status: airway patency (status pernapasan: kepatenan jalan napas)

- Frekuensi pernapasan dalam batas normal (16-20x/mnt) (skala 5 = no deviation from

normal range)

- Irama pernapasn normal (skala 5 = no deviation from normal range)

- Kedalaman pernapasan normal (skala 5 = no deviation from normal range)

- Klien mampu mengeluarkan sputum secara efektif (skala 5 = no deviation from

normal range)

- Tidak ada akumulasi sputum (skala 5 = none)

Intervensi:

Respiratory monitoring

1) Pantau rate, irama, kedalaman, dan usaha respirasi

Rasional: mengetahui tingkat gangguan yang terjadi dan membantu dalam

menetukan intervensi yang akan diberikan.

2) Perhatikan gerakan dada, amati simetris, penggunaan otot aksesori, retraksi otot

supraclavicular dan interkostal

Rasional: menunjukkan keparahan dari gangguan respirasi yang terjadi dan

menetukan intervensi yang akan diberikan.

3) Monitor suara napas tambahan

| LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN ANAK DENGAN MENINGITIS 26

Page 28: Lp Meningitis

Rasional: suara napas tambahan dapat menjadi indikator gangguan kepatenan jalan

napas yang tentunya akan berpengaruh terhadap kecukupan pertukaran udara.

4) Monitor pola napas : bradypnea, tachypnea, hyperventilasi, napas kussmaul, napas

cheyne-stokes, apnea, napas biot’s dan pola ataxic

Rasional: mengetahui permasalahan jalan napas yang dialami dan keefektifan pola

napas klien untuk memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.

Airway suctioning

5) Putuskan kapan dibutuhkan oral dan/atau trakea suction

Rasional: waktu tindakan suction yang tepat membantu melapangan jalan nafas

pasien

6) Auskultasi sura nafas sebelum dan sesudah suction

Rasional : Mengetahui adanya suara nafas tambahan dan kefektifan jalan nafas untuk

memenuhi O2 pasien

7) Informasikan kepada keluarga mengenai tindakan suction

Rasional : memberikan pemahaman kepada keluarga mengenai indikasi kenapa

dilakukan tindakan suction

8) Gunakan universal precaution, sarung tangan, goggle, masker sesuai kebutuhan

Rasional : untuk melindungai tenaga kesehatan dan pasien dari penyebaran infeksi

dan memberikan pasien safety

9) Gunakan alat disposible steril setiap melakukan tindakan suction trakea

Rasional: jalan nafas merupakn area steril sehingga alat digunkan juga steril untuk

mencegah penularan infeksi.

10) Pilihlah selang suction dengan ukuran setengah dari diameter endotrakeal,

trakheostomy, atau saluran nafas pasien

Rasional: penggunaan dimater yang lebih kecil agar tidak menyumbat jalan nafas dan

memberikan ruang agar pasien mampu melakukan respirasi

11) Gunakan aliran rendah untuk menghilangkan sekret (80-100 mmHg pada dewasa)

Rasional : aliran tinggi bisa mencederai jalan nafas

12) Monitor status oksigen pasien (SaO2 dan SvO2) dan status hemodinamik (MAP dan

irama jantung) sebelum, saat, dan setelah suction

| LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN ANAK DENGAN MENINGITIS 27

Page 29: Lp Meningitis

Rasional : Mengetahui adanya perubahan nilai SaO2 dan satus hemodinamik, jika

terjadi perburukan suction bisa dihentikan.

13) Lakukan suction pada oropharing setelah selesai suction pada trakea

Rasional : melancarkan jalan nafas sehingga SaO2 menjadi optimal

| LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN ANAK DENGAN MENINGITIS 28

Page 30: Lp Meningitis

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta, 1999

Wong, Donna L.2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC

Munttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan.

Jakarta : Salemba Medika.

Anonim. 2008. Pemeriksaan Fisik pada Anak. (Online).

www.fk.uwks.ac.id/PemeriksaanFisik17Sep2008.pdf diakses pada tanggal 27 Oktober

2010

Johnson, Marion, dkk. 2008. IOWA Intervention Project Nursing Outcomes

Classifcation (NOC), Fourth edition. USA : Mosby.

McCloskey, Joanne C & Bulecheck, Gloria M. 2004. IOWA Intervention Project

Nursing Intervention Classifcation (NIC), Fourth edition. USA : Mosby.

Nanda. 2005 – 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta : Prima

Medika.

Brunner / Suddarth, Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah, Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta, 2000

Indah. P, Elizabeth. 1998. Asuhan Keperawatan Meningitis. Jakarta : PT.

Gramedia Pustaka Utama

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC

| LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN ANAK DENGAN MENINGITIS 29