Referat Saraf (Meningitis) RENI,S.Ked.doc

download Referat Saraf (Meningitis) RENI,S.Ked.doc

of 22

Transcript of Referat Saraf (Meningitis) RENI,S.Ked.doc

  • 7/28/2019 Referat Saraf (Meningitis) RENI,S.Ked.doc

    1/22

    1

    BAB IPENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Meningitis merupakan peradangan dari meningen yang menyebabkan

    terjadinya gejala perangsangan meningen seperti sakit kepala, kaku kuduk,

    fotofobia disertai peningkatan jumlah leukosit pada liquor cerebrospinal (LCS).

    Berdasarkan durasi dari gejalanya, meningitis dapat dibagi menjadi akut dan

    kronik. Meningitis akut memberikan manifestasi klinis dalam rentang jam hingga

    beberapa hari, sedangkan meningitis kronik memiliki onset dan durasi berminggu-

    minggu hingga berbulan-bulan. Pada banyak kasus, gejala klinik meningitis saling

    tumpang tindih karena etiologinya sangat bervariasi.

    Meningitis juga dapat dibagi berdasarkan etiologinya. Meningitis bakterial

    akut merujuk kepada bakteri sebagai penyebabnya. Meningitis jenis ini memiliki

    onset gejala meningeal dan pleositosis yang bersifat akut. Penyebabnya antara lainStreptococcus pneumoniae, Neisseria meningitidis, Haemophilus influenzae.

    Jamur dan parasit juga dapat menyebabkan meningitis seperti Cryptococcus,

    Histoplasma, dan amoeba.

    Meningitis aseptik merupakan sebutan umum yang menunjukkan respon

    selular nonpiogenik yang disebabkan oleh agen etiologi yang berbeda-beda.

    Penderita biasanya menunjukkan gejala meningeal akut, demam, pleositosis LCS

    yang didominasi oleh limfosit. Setelah beberapa pemeriksaan laboratorium,

    didapatkan peyebab dari meningitis aseptik ini kebanyakan berasal dari virus, di

    antaranya Enterovirus, Herpes Simplex Virus (HSV).

    BAB II

  • 7/28/2019 Referat Saraf (Meningitis) RENI,S.Ked.doc

    2/22

    2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Definisi

    Meningitis adalah suatu infeksi/peradangan dari meninges,lapisan yang

    tipis/encer yang mengepung otak dan jaringan saraf dalam tulang punggung,

    disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia, atau protozoa, yang dapat terjadi secara

    akut dan kronis. 1

    Meningitis adalah infeksi yang menular. Sama seperti flu, pengantar virus

    meningitis berasal dari cairan yang berasal dari tenggorokan atau hidung. Virustersebut dapat berpindah melalui udara dan menularkan kepada orang lain yang

    menghirup udara tersebut. 2

    Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai

    piameter (lapisan dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat yang

    lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang superfisial. 3

    Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan yang

    terjadi pada cairan otak yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta.

    Meningitis serosa ditandai dengan jumlah sel dan protein yang meninggi disertai

    cairan serebrospinal yang jernih. Penyebab yang paling sering dijumpai adalah

    kuman Tuberculosis dan virus. Meningitis purulenta atau meningitis bakteri

    adalah meningitis yang bersifat akut dan menghasilkan eksudat berupa pus serta

    bukan disebabkan oleh bakteri spesifik maupun virus. Meningitis Meningococcus

    merupakan meningitis purulenta yang paling sering terjadi. 4

    Penularan kuman dapat terjadi secara kontak langsung dengan penderita

    dan droplet infection yaitu terkena percikan ludah, dahak, ingus, cairan bersin dan

    cairan tenggorok penderita. 5

    Saluran nafas merupakan port dentree utama pada penularan penyakit ini.

    Bakteri-bakteri ini disebarkan pada orang lain melalui pertukaran udara dari

    pernafasan dan sekresi-sekresi tenggorokan yang masuk secara hematogen

    (melalui aliran darah) ke dalam cairan serebrospinal dan memperbanyak diri

    didalamnya sehingga menimbulkan peradangan pada selaput otak dan otak. 6

  • 7/28/2019 Referat Saraf (Meningitis) RENI,S.Ked.doc

    3/22

    3

    2.2. Epidemiologi

    Meningitis di daerah Afrika sub-Sahara memiliki pola epidemiologis yang

    khusus. Daerah ini yang sering disebut juga sebagai meningitis belt meliputi

    kurang lebih 10 negara di antaranya adalah Burkina Faso, Ghana, Togo, Benin,

    Niger, Nigeria, Chad, Cameroon, Republik Afrika Tengah, dan Sudan. 3

    Di Amerika Serikat, meningitis bakteri mempengaruhi sekitar 3 dalam

    100.000 orang setiap tahun, dan meningitis virus mempengaruhi sekitar 10 di

    100.000. Pada tahun 1996 di Afrika terjadi wabah meningitis dimana 250.000

    orang menderita penyakit ini dengan 25.000 korban jiwa. Di Eropa, penyebab

    terbesar meningitis adalah bakteri N. Meningitides groups Bdan C, sedangkan

    group A meningococci lebih sering terjadi di Cina dan para peziarah Haji. Di

    Indonesia, pada tahun 1987, tercatat 99 jamaah haji Indonesia yang meninggal

    akibat meningitis. Sementara sejak periode 1998-2005 tidak ada lagi dilaporkan

    jamaah haji yang meninggal, setelah penggunaan vaksin. Sebagian besar (sekitar

    70%) kasus meningitis terjadi pada anak-anak di bawah usia 5 atau pada orang

    yang berusia di atas 60. 3

    Insiden terjadinya meningitis :

    a. Meningitis lebih banyak terjadi pada laki-laki dari pada perempuan.

    b. Incident puncak terdapat rentang usia 6 12 bulan.

    c. Rentang usia dengan angka moralitas tinggi adalah dari lahir sampai

    dengan 4 tahun.

    2.2.1. Epidemiologi berdasarkan Distribusi Frekuensi Meningitisa. Orang/ Manusia

    Umur dan daya tahan tubuh sangat mempengaruhi terjadinya meningitis.

    Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan perempuan dan

    distribusi terlihat lebih nyata pada bayi. Meningitis purulenta lebih sering terjadi

    pada bayi dan anak-anak karena sistem kekebalan tubuh belum terbentuk

    sempurna.

  • 7/28/2019 Referat Saraf (Meningitis) RENI,S.Ked.doc

    4/22

    4

    Puncak insidensi kasus meningitis karena Haemophilus influenzae di

    negara berkembang adalah pada anak usia kurang dari 6 bulan, sedangkan di

    Amerika Serikat terjadi pada anak usia 6-12 bulan. Sebelum tahun 1990 atau

    sebelum adanya vaksin untuk Haemophilus influenzae tipe b di Amerika Serikat,

    kira-kira 12.000 kasus meningitis Hib dilaporkan terjadi pada umur < 5 tahun.9

    Insidens Rate pada usia < 5 tahun sebesar 40-100 per 100.000.7 Setelah 10 tahun

    penggunaan vaksin, Insidens Rate menjadi 2,2 per 100.000.9 Di Uganda (2001-

    2002) Insidens Rate meningitis Hib pada usia < 5 tahun sebesar 88 per 100.000. 7

    b. Tempat

    Risiko penularan meningitis umumnya terjadi pada keadaan sosio-

    ekonomi rendah, lingkungan yang padat (seperti asrama, kamp-kamp tentara dan

    jemaah haji), dan penyakit ISPA.16 Penyakit meningitis banyak terjadi pada

    negara yang sedang berkembang dibandingkan pada negara maju. 8

    Insidensi tertinggi terjadi di daerah yang disebut dengan the African

    Meningitis belt, yang luas wilayahnya membentang dari Senegal sampai ke

    Ethiopia meliputi 21 negara. Kejadian penyakit ini terjadi secara sporadis dengan

    Insidens Rate 1-20 per 100.000 penduduk dan diselingi dengan KLB besar secara

    periodik.9 Di daerah Malawi, Afrika pada tahun 2002 Insidens Rate meningitis

    yang disebabkan oleh Haemophilus influenzae 20-40 per 100.000 penduduk. 9

    d. Waktu

    Kejadian meningitis lebih sering terjadi pada musim panas dimana

    kasuskasus infeksi saluran pernafasan juga meningkat. Di Eropa dan Amerika

    utara insidensi infeksi Meningococcus lebih tinggi pada musim dingin dan musim

    semi sedangkan di daerah Sub-Sahara puncaknya terjadi pada musim kering. 10

    Meningitis karena virus berhubungan dengan musim, di Amerika sering

    terjadi selama musim panas karena pada saat itu orang lebih sering terpapar agen

    pengantar virus.21 Di Amerika Serikat pada tahun 1981 Insidens Rate meningitis

    virus sebesar 10,9 per 100.000 Penduduk dan sebagian besar kasus terjadi pada

    musim panas.11

  • 7/28/2019 Referat Saraf (Meningitis) RENI,S.Ked.doc

    5/22

    5

    2.2.2 Epidemiologi berdasarkan Determinan Meningitis

    a. Host/ Pejamu

    Meningitis yang disebabkan oleh Pneumococcus paling sering menyerang

    bayi di bawah usia dua tahun. 7 Meningitis yang disebabkan oleh bakteri

    Pneumokokus 3,4 kali lebih besar pada anak kulit hitam dibandingkan yang

    berkulit putih. 12 Meningitis Tuberkulosa dapat terjadi pada setiap kelompok umur

    tetapi lebih sering terjadi pada anak-anak usia 6 bulan sampai 5 tahun dan jarang

    pada usia di bawah 6 bulan kecuali bila angka kejadian Tuberkulosa paru sangat

    tinggi. Diagnosa pada anak-anak ditandai dengan test Mantoux positif dan

    terjadinya gejala meningitis setelah beberapa hari mendapat suntikan BCG. 13

    Penelitian yang dilakukan oleh Nofareni(1997-2000) di RSUP H.Adam

    Malik menemukan odds ratio anak yang sudah mendapat imunisasi BCG untuk

    menderita meningitis Tuberculosis sebesar 0,2. 14 Penelitian yang dilakukan oleh

    Ainur Rofiq (2000) di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) mengenai

    daya lindung vaksin TBC terhadap meningitis Tuberculosis pada anak

    menunjukkan penurunan resiko terjadinya meningitis Tb pada anak sebanyak 0,72

    kali bila penderita diberi BCG dibanding dengan penderita yang tidak pernah

    diberikan BCG. 15 Meningitis serosa dengan penyebab virus terutama menyerang

    anak-anak dan dewasa muda (12-18 tahun). Meningitis virus dapat terjadi waktu

    orang menderita campak, Gondongan (Mumps) atau penyakit infeksi virus

    lainnya. Meningitis Mumpsvirus sering terjadi pada kelompok umur 5-15 tahun

    dan lebih banyak menyerang laki-laki daripada perempuan. 16 Penelitian yang

    dilakukan di Korea (Lee,2005) , menunjukkan resiko laki-laki untuk menderita

    meningitis dua kali lebih besar dibanding perempuan. 17

    b. Agent

    Penyebab meningitis secara umum adalah bakteri dan virus. Meningitis

    purulenta paling sering disebabkan oleh Meningococcus, Pneumococcus dan

    Haemophilus influenzae sedangkan meningitis serosa disebabkan oleh

    Mycobacterium tuberculosa dan virus. 3 Bakteri Pneumococcus adalah salah satu

    penyebab meningitis terparah. Sebanyak 20-30 % pasien meninggal akibat

  • 7/28/2019 Referat Saraf (Meningitis) RENI,S.Ked.doc

    6/22

    6

    meningitis hanya dalam waktu 24 jam. Angka kematian terbanyak pada bayi dan

    orang lanjut usia. 5

    Meningitis Meningococcus yang sering mewabah di kalangan jemaah haji

    dan dapat menyebabkan karier disebabkan oleh Neisseria meningitidis serogrup

    A,B,C,X,Y,Z dan W 135. Grup A,B dan C sebagai penyebab 90% dari penderita.

    Di Eropa dan Amerika Latin, grup B dan C sebagai penyebab utama sedangkan di

    Afrika dan Asia penyebabnya adalah grup A. 17 Wabah meningitis Meningococcus

    yang terjadi di Arab Saudi selama ibadah haji tahun 2000 menunjukkan bahwa

    64% merupakan serogroup W135 dan 36% serogroup A. Hal ini merupakan

    wabah meningitis Meningococcus terbesar pertama di dunia yang disebabkan oleh

    serogroup W135. Secara epidemiologi serogrup A,B,dan C paling banyak

    menimbulkan penyakit. 18

    Meningitis karena virus termasuk penyakit yang ringan. Gejalanya mirip

    sakit flu biasa dan umumnya penderita dapat sembuh sendiri. Pada waktu terjadi

    KLB Mumps , virus ini diketahui sebagai penyebab dari 25 % kasus meningitis

    aseptik pada orang yang tidak diimunisasi. Virus Coxsackie grup B merupakan

    penyebab dari 33% kasus meningitis aseptik, Echovirus dan Enterovirus

    merupakan penyebab dari 50% kasus. 9 Resiko untuk terkena aseptik meningitis

    pada laki-laki 2 kali lebih sering dibanding perempuan. 9

    c. Lingkungan

    Faktor Lingkungan ( Environment ) yang mempengaruhi terjadinya

    meningitis bakteri yang disebabkan oleh Haemophilus influenzae tipe b adalah

    lingkungan dengan kebersihan yang buruk dan padat dimana terjadi kontak atau

    hidup serumah dengan penderita infeksi saluran pernafasan.27 Risiko penularan

    meningitis Meningococcus juga meningkat pada lingkungan yang padat seperti

    asrama, kampkamp tentara dan jemaah haji.17 Pada umumnya frekuensi

    Mycobacterium tuberculosa selalu sebanding dengan frekuensi infeksi

    Tuberculosa paru. Jadi dipengaruhi keadaan sosial ekonomi dan kesehatan

    masyarakat. Penyakit ini kebanyakan terdapat pada penduduk dengan keadaan

  • 7/28/2019 Referat Saraf (Meningitis) RENI,S.Ked.doc

    7/22

    7

    sosial ekonomi rendah, lingkungan kumuh dan padat, serta tidak mendapat

    imunisasi. 3

    Meningitis karena virus berhubungan dengan musim, di Amerika sering

    terjadi selama musim panas karena pada saat itu orang lebih sering terpapar agen

    pengantar virus. Lebih sering dijumpai pada anak-anak daripada orang dewasa.

    Kebanyakan kasus dijumpai setelah infeksi saluran pernafasan bagian atas. 3

    2.3. Etiologi

    Penyebab infeksi ini dapat diklasifikasikan atas : Penumococcus,

    Meningococcus, Hemophilus influenza, Staphylococcus, E.coli, Salmonella. 9

    Penyebab meningitis terbagi atas beberapa golongan umur :

    a. Neonatus : Eserichia coli, Streptococcus beta hemolitikus, Listeria

    monositogenes

    b. Anak di bawah 4 tahun : Hemofilus influenza, meningococcus,

    Pneumococcus.

    c. Anak di atas 4 tahun dan orang dewasa : Meningococcus, Pneumococcus. 9

    Faktor predisposisi untuk terjadinya meningitis:

    1. Infeksi jalan napas bagian atas,

    2. Otitis media,

    3. mastoiditis,

    4. Anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain,

    5. Prosedur bedah saraf baru,

    6. trauma kepala, dan

    7. pengaruh immunologis.

    2.4. Anatomi dan Fisiologi Selaput Otak

    Otak dan sum-sum tulang belakang diselimuti meningea yang melindungi

    struktur syaraf yang halus, membawa pembuluh darah dan sekresi cairan

    serebrospinal. Meningea terdiri dari tiga lapis, yaitu:

    2.4.1. Lapisan Luar (Durameter)

  • 7/28/2019 Referat Saraf (Meningitis) RENI,S.Ked.doc

    8/22

    8

    Durameter merupakan tempat yang tidak kenyal yang membungkus otak,

    sumsum tulang belakang, cairan serebrospinal dan pembuluh darah. Durameter

    terbagi lagi atas durameter bagian luar yang disebut selaput tulang tengkorak

    (periosteum) dan durameter bagian dalam (meningeal) meliputi permukaan

    tengkorak untuk membentuk falks serebrum, tentorium serebelum dan diafragma

    sella.

    2.4.2. Lapisan Tengah (Arakhnoid)

    Disebut juga selaput otak, merupakan selaput halus yang memisahkan

    durameter dengan piameter, membentuk sebuah kantung atau balon berisi cairan

    otak yang meliputi seluruh susunan saraf pusat. Ruangan diantara durameter dan

    arakhnoid disebut ruangan subdural yang berisi sedikit cairan jernih menyerupai

    getah bening. Pada ruangan ini terdapat pembuluh darah arteri dan vena yang

    menghubungkan sistem otak dengan meningen serta dipenuhi oleh cairan

    serebrospinal.

    2.4.3. Lapisan Dalam (Piameter)

    Lapisan piameter merupakan selaput halus yang kaya akan pembuluh

    darah kecil yang mensuplai darah ke otak dalam jumlah yang banyak. Lapisan ini

    melekat erat dengan jaringan otak dan mengikuti gyrus dari otak. Ruangan

    diantara arakhnoid dan piameter disebut sub arakhnoid. Pada reaksi radang

    ruangan ini berisi sel radang. Disini mengalir cairan serebrospinalis dari otak ke

    sumsum tulang belakang.

    2.5. Tipe Meningitis

    2.5.1. Meningitis Kriptikokus

    Meningitis kriptokokus adalah meningitis yang disebabkan oleh jamur

    kriptokokus. Jamur ini bisa masuk ke tubuh kita saat kita menghirup debu atau

    tahi burung yang kering. Kriptokokus ini dapat menginfeksikan kulit, paru, dan

    bagian tubuh lain. Meningitis Kriptokokus ini paling sering terjadi pada orang

    dengan CD4 di bawah 100.

  • 7/28/2019 Referat Saraf (Meningitis) RENI,S.Ked.doc

    9/22

    9

    Diagnosis : Darah atau cairan sumsum tulang belakang dapat dites untuk

    kriptokokus dengan dua cara. Tes yang disebut CRAG mencari antigen ( sebuah

    protein) yang dibuat oleh kriptokokus. Tes biakan mencoba menumbuhkan

    jamur kriptokokus dari contoh cairan. Tes CRAG cepat dilakukan dan dapat

    memberi hasi pada hari yang sama. Tes biakan membutuhkan waktu satu minggu

    atau lebih untuk menunjukkan hasil positif. Cairan sumsum tulang belakang juga

    dapat dites secara cepat bila diwarnai dengan tinta India. 7

    2.5.2. Viral meningitis

    Viral meningitis termasuk penyakit ringan. Gejalanya mirip dengan sakit

    flu biasa, dan umumnya si penderita dapat sembuh sendiri. Frekuensi viral

    meningitis biasanya meningkat di musim panas karena pada saat itu orang lebih

    sering terpapar agen pengantar virus. Banyak virus yang bisa menyebabkan viral

    meningitis. Antara lain virus herpes dan virus penyebab flu perut. 2

    2.5.3. Bacterial meningitis

    Bacterial meningitis disebabkan oleh bakteri tertentu dan merupakan

    penyakit yang serius. Salah satu bakterinya adalah meningococcal bacteria .

    Gejalanya seperti timbul bercak kemerahan atau kecoklatan pada kulit. Bercak ini

    akan berkembang menjadi memar yang mengurangi suplai darah ke organ-organ

    lain dalam tubuh dapat berakibat fatal dan menyebabkan kematian. 2

    2.5.4. Meningitis Tuberkulosis Generalisata

    Gejala meningitis tuberkulosis generalisata : demam, mudah kesal,

    obstipasi, muntah- muntah, ditemukan tanda-tanda perangsangan meningen

    seperti kaku kuduk, suhu badan naik turun, nadi sangat labil/lambat, hipertensi

    umum, abdomen tampak mencekung, gangguan saraf otak.

    Penyebab : kuman mikobakterium tuberkulosa varian hominis. Diagnosis :

    Meningitis Tuberkulosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan cairan otak, darah,

    radiologi, test tuberkulin. 1

  • 7/28/2019 Referat Saraf (Meningitis) RENI,S.Ked.doc

    10/22

    10

    2.5.5. Meningitis Purulenta

    Gejala meningitis purulenta : demam tinggi, menggigil, nyeri kepala yang

    terus-menerus, kaku kuduk, kesadaran menurun, mual dan muntah, hilangnya

    nafsu makan, kelemahan umum, rasa nyeri pada punggung serta sendi.

    Penyebab : Diplococcus pneumoniae(pneumokok), Neisseria

    meningitidis(meningokok), Stretococcus haemolyticus, Staphylococcus aureus,

    Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Pneudomonas

    aeruginosa.

    Diagnosis : dilakukan pemeriksaan cairan otak, antigen bakteri pada cairan

    otak, darah tepi, elektrolit darah, biakan dan test kepekaan sumber infeksi,

    radiologik, pemeriksaan EEG. 1

    2.6. Manifestasi Klinis

    Meningitis ditandai dengan adanya gejala-gejala seperti panas mendadak,

    letargi, muntah dan kejang. Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan

    cairan serebrospinal (CSS) melalui pungsi lumbal. 5

    Meningitis karena virus ditandai dengan cairan serebrospinal yang jernih

    serta rasa sakit penderita tidak terlalu berat. Pada umumnya, meningitis yang

    disebabkan oleh Mumpsvirus ditandai dengan gejala anoreksia dan malaise,

    kemudian diikuti oleh pembesaran kelenjer parotid sebelum invasi kuman ke

    susunan saraf pusat. Pada meningitis yang disebabkan oleh Echovirus ditandai

    dengan keluhan sakit kepala, muntah, sakit tenggorok, nyeri otot, demam, dan

    disertai dengan timbulnya ruam makopapular yang tidak gatal di daerah wajah,

    leher, dada, badan, dan ekstremitas. Gejala yang tampak pada meningitis

    Coxsackie virus yaitu tampak lesi vasikuler pada palatum, uvula, tonsil, dan lidah

    dan pada tahap lanjut timbul keluhan berupa sakit kepala, muntah, demam, kaku

    leher, dan nyeri punggung. 9

    Meningitis bakteri biasanya didahului oleh gejala gangguan alat

    pernafasan dan gastrointestinal. Meningitis bakteri pada neonatus terjadi secara

    akut dengan gejala panas tinggi, mual, muntah, gangguan pernafasan, kejang,

    nafsu makan berkurang, dehidrasi dan konstipasi, biasanya selalu ditandai dengan

  • 7/28/2019 Referat Saraf (Meningitis) RENI,S.Ked.doc

    11/22

    11

    fontanella yang mencembung. Kejang dialami lebih kurang 44 % anak dengan

    penyebab Haemophilus influenzae , 25 % oleh Streptococcus pneumoniae , 21 %

    oleh Streptococcus , dan 10 % oleh infeksi Meningococcus . Pada anak-anak dan

    dewasa biasanya dimulai dengan gangguan saluran pernafasan bagian atas,

    penyakit juga bersifat akut dengan gejala panas tinggi, nyeri kepala hebat,

    malaise, nyeri otot dan nyeri punggung. Cairan serebrospinal tampak kabur, keruh

    atau purulen. 18

    Meningitis Tuberkulosa terdiri dari tiga stadium, yaitu stadium I atau

    stadium prodormal selama 2-3 minggu dengan gejala ringan dan nampak seperti

    gejala infeksi biasa. Pada anak-anak, permulaan penyakit bersifat subakut, sering

    tanpa demam, muntah-muntah, nafsu makan berkurang, murung, berat badan

    turun, mudah tersinggung, cengeng, opstipasi, pola tidur terganggu dan gangguan

    kesadaran berupa apatis. Pada orang dewasa terdapat panas yang hilang timbul,

    nyeri kepala, konstipasi, kurang nafsu makan, fotofobia, nyeri punggung,

    halusinasi, dan sangat gelisah. 18

    Stadium II atau stadium transisi berlangsung selama 1 3 minggu dengan

    gejala penyakit lebih berat dimana penderita mengalami nyeri kepala yang hebat

    dan kadang disertai kejang terutama pada bayi dan anak-anak. Tanda-tanda

    rangsangan meningeal mulai nyata, seluruh tubuh dapat menjadi kaku, terdapat

    tanda-tanda peningkatan intrakranial, ubun-ubun menonjol dan muntah lebih

    hebat.

    Stadium III atau stadium terminal ditandai dengan kelumpuhan dan

    gangguan kesadaran sampai koma. Pada stadium ini penderita dapat meninggal

    dunia dalam waktu tiga minggu bila tidak mendapat pengobatan sebagaimana

    mestinya. 18

    Gejala menurut usia :

    a. Neonatus

    1) Gejala tidak khas

  • 7/28/2019 Referat Saraf (Meningitis) RENI,S.Ked.doc

    12/22

    12

    2) Panak (+)

    3) Anak tampak malas, lemah, tidak mau minum, muntah dan kesadaranmenurun.

    4) Ubun-ubun besar kadang kadang cembung.

    5) Pernafasan tidak teratur.

    b. Anak Umur 2 Bulan Sampai Dengan 2 Tahun

    1) Gambaran klasik (-).2) Hanya panas, muntah, gelisah, kejang berulang.

    3) Kadang-kadang high pitched ery.

    c. Anak Umur Lebih 2 Tahun

    1) Panas, menggigil, muntah, nyeri kepala.

    2) Kejang

    3) Gangguan kesadaran.

    4) Tanda-tanda rangsang meninggal, kaku kuduk, tanda brudzinski dan

    kering (+).

    2.7. Patofisiologi

    Meningitis pada umumnya sebagai akibat dari penyebaran penyakit di

    organ atau jaringan tubuh yang lain. Virus / bakteri menyebar secara hematogen

    sampai ke selaput otak, misalnya pada penyakit Faringitis, Tonsilitis, Pneumonia,

    Bronchopneumonia dan Endokarditis. Penyebaran bakteri/virus dapat pula secara

    perkontinuitatum dari peradangan organ atau jaringan yang ada di dekat selaput

    otak, misalnya Abses otak, Otitis Media, Mastoiditis, Trombosis sinus kavernosus

    dan Sinusitis.

    Penyebaran kuman bisa juga terjadi akibat trauma kepala dengan fraktur

    terbuka atau komplikasi bedah otak. 18 Invasi kuman-kuman ke dalam ruang

  • 7/28/2019 Referat Saraf (Meningitis) RENI,S.Ked.doc

    13/22

    13

    subaraknoid menyebabkan reaksi radang pada pia dan araknoid, CSS (Cairan

    Serebrospinal) dan sistem ventrikulus. 18

    Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan sedang mengalami

    hiperemi; dalam waktu yang sangat singkat terjadi penyebaran sel-sel leukosit

    polimorfonuklear ke dalam ruang subarakhnoid, kemudian terbentuk eksudat.

    Dalam beberapa hari terjadi pembentukan limfosit dan histiosit dan dalam minggu

    kedua selsel plasma. Eksudat yang terbentuk terdiri dari dua lapisan, bagian luar

    mengandung leukosit polimorfonuklear dan fibrin sedangkan di lapisaan dalam

    terdapat makrofag. 18

    Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks dan

    dapat menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan degenerasi

    neuronneuron. Trombosis serta organisasi eksudat perineural yang fibrino-purulen

    menyebabkan kelainan kraniales. Pada Meningitis yang disebabkan oleh virus,

    cairan serebrospinal tampak jernih dibandingkan Meningitis yang disebabkan oleh

    bakteri. 18

    Meninges

    terinfeksi

    Tanda prodromal tidak khas

    Gejala mirip HU selama 1-2minggu

    Lemah dan lesu selama beberapaminggu

    (Gejala dan tanda klinis sesuaiusia)

    SecaraLangsung

    (cederatraumatik)

    Bakteri atauvirus masukmeninges

    Meningiti

    MelaluiCSS

    Disebarkan keotak dan

    jaringan sekitar

    Otitis media,Sinusitis infeksi,

    saluranpernafasan

    Defisiensiimun

    Secaratidak

    langsung

  • 7/28/2019 Referat Saraf (Meningitis) RENI,S.Ked.doc

    14/22

    14

    2.8. Diagnosis

    Apabila ada tanda-tanda dan gejala seperti di atas, maka secepatnya

    penderita dibawa kerumah sakit untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang

    intensif. Pemeriksaan fisik pemeriksaan laboratorium yang meliputi tes darah

    (elektrolite, fungsi hati dan ginjal, serta darah lengkap), dan pemeriksaan X-Ray

    (rontgen) paru akan membantu dokter dalam mendiagnosa penyakit. Sedangkan

    pemeriksan yang sangat penting apabila penderita telah diduga meningitis adalah

    pemriksaan lumbar puncture (pemeriksaan cairan selaput otak). Sebuah jarum

    ditusukkan pada pertengahan tulang belakang, pas di atas pinggul. Jarum

    menyedap contoh cairan sumsum tulang belakang. Tekanan cairan sumsum tulang

    belakang juga dapat diukur. Bila tekanan terlalu tinggi, sebagian cairan tersebut

    dapat disedot. Tes ini aman dan biasanya tidak terlalu menyakitkan. Namun

  • 7/28/2019 Referat Saraf (Meningitis) RENI,S.Ked.doc

    15/22

    15

    setelah pungsi lumbal beberapa orang mengalami sakit kepala, yang dapat

    berlangsung beberapa hari.

    Jika berdasarkan pemeriksaan penderita didiagnosa sebagai meningitis ,

    maka pemberian antibiotik secara infuse ( intravenous ) adalah langkah yang baik

    untuk menjamin kesembuhan serta mengurangi atau menghindari resiko

    komplikasi. Antibiotik yang diberikan kepada penderita tergantung dari jenis

    bakteri yang ditemukan.

    2.9. Penatalaksanaan

    2.9.1 Terapi meningitis bacterial

    1. Terapi antibiotik yang digunakan harus dapat menembus sawar darah otak,

    contohnya rifampicin, chloramphenicol, dan quinolones (konsentrasi

    serum sekitar 30%-50%)

    2. Terapi antibiotik diberikan secepatnya setelah didapatkan hasil kultur.

    Pada orang dewasa, Benzyl penicillin G dengan dosis 1-2 juta unit

    diberikan secara intravena setiap 2 jam.

    3. Pada anak dengan berat badan 10-20 kg. Diberikan 8 juta unit/hari, anak

    dengan berat badan kurang dari 10 kg diberikan 4 juta unit/hari.

    4. Ampicillin dapat ditambahkan dengan dosis 300-400 mg/KgBB/hari untuk

    dewasa dan 100-200 mg/KgBB/ untuk anak-anak. Untuk pasien yang

    alergi terhadap penicillin, dapat diberikan sampai 5 hari bebas panas.

    2.9.2. Terapi meningitis TB

    Diberikan prednison 1-2 mg/kgBB/hari selama 4 minggu kemudian

    penurunan dosis (tapering-off) selama 8 minggu sehingga pemberian prednison

    keseluruhan tidak lebih dari 2 bulan.

    2.9.3. Terapi meningitis viral

    Diberi anti emetik seperti ondansetron dosis dewasa 4-8 mg IV tiap 8jam,

    dosis pediatrik 0,1 mg/kg IV lambat max 4 mg/dosis dan dapat diulang tiap 12

  • 7/28/2019 Referat Saraf (Meningitis) RENI,S.Ked.doc

    16/22

    16

    jam diberi antiviral seperti acyclovir, diberikan secepatnya ketika didiagnosis

    herpetik meningoencephalitis, dosis dewasa 30 mg/kg IV tiap 8 jam

    2.9.4. Terapi meningitis jamur

    Meningitis kriptokokus diobati dengan obat antijamur. Dapat digunakan

    Flukonazol, obat ini tersedia dengan bentuk pil atau infus . Jika pasien intoleran

    dengan flukonazol dapat digunakan dengan amfoterisin B dankapsul flusitosin.

    Mempunyai efek samping besar pada amfoterisin B, dapat diatasi dengan

    pemberian ibuprofen setengah jam sebelum amfoterisin B dipakai.

    2.10. Komplikasi

    a. Cairan subdural.

    b. Hidrosefalus.

    c. Sembab otak

    d. Abses otak

    e. Renjatan septic.

    f. Pneumonia (karena aspirasi)

    g. Koagulasi intravaskuler menyeluruh.

    2.11. Preventif dan Promotif

    a. Pencegahan Primer

    Tujuan pencegahan primer adalah mencegah timbulnya faktor resiko

    meningitis bagi individu yang belum mempunyai faktor resiko dengan

    melaksanakan pola hidup sehat. 18

    Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan imunisasi meningitis

    pada bayi agar dapat membentuk kekebalan tubuh. Vaksin yang dapat diberikan

    seperti Haemophilus influenzae type b (Hib), Pneumococcal conjugate vaccine

    (PCV7), Pneumococcal polysaccaharide vaccine (PPV), Meningococcal

  • 7/28/2019 Referat Saraf (Meningitis) RENI,S.Ked.doc

    17/22

    17

    conjugate vaccine (MCV4), dan MMR (Measles dan Rubella) .10 Imunisasi Hib

    Conjugate vaccine ( Hb-OC atau PRP-OMP) dimulai sejak usia 2 bulan dan dapat

    digunakan bersamaan dengan jadwal imunisasi lain seperti DPT, Polio dan

    MMR. 19 Vaksinasi Hib dapat melindungi bayi dari kemungkinan terkena

    meningitis Hib hingga 97%. Pemberian imunisasi vaksin Hib yang telah

    direkomendasikan oleh WHO, pada bayi 2-6 bulan sebanyak 3 dosis dengan

    interval satu bulan, bayi 7-12 bulan di berikan 2 dosis dengan interval waktu satu

    bulan, anak 1-5 tahun cukup diberikan satu dosis. Jenis imunisasi ini tidak

    dianjurkan diberikan pada bayi di bawah 2 bulan karena dinilai belum dapat

    membentuk antibodi. 20

    Meningitis Meningococcus dapat dicegah dengan pemberian

    kemoprofilaksis (antibiotik) kepada orang yang kontak dekat atau hidup serumah

    dengan penderita. 20 Vaksin yang dianjurkan adalah jenis vaksin tetravalen A, C,

    W135 dan Y.35 meningitis TBC dapat dicegah dengan meningkatkan sistem

    kekebalan tubuh dengan cara memenuhi kebutuhan gizi dan pemberian imunisasi

    BCG. Hunian sebaiknya memenuhi syarat kesehatan, seperti tidak over crowded

    (luas lantai > 4,5 m2 /orang), ventilasi 10 20% dari luas lantai dan pencahayaan

    yang cukup. 20

    Pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara mengurangi kontak

    langsung dengan penderita dan mengurangi tingkat kepadatan di lingkungan

    perumahan dan di lingkungan seperti barak, sekolah, tenda dan kapal. Meningitis

    juga dapat dicegah dengan cara meningkatkan personal hygiene seperti mencuci

    tangan yang bersih sebelum makan dan setelah dari toilet. 20

    b. Pencegahan Sekunder

    Pencegahan sekunder bertujuan untuk menemukan penyakit sejak awal,

    saat masih tanpa gejala (asimptomatik) dan saat pengobatan awal dapat

    menghentikan perjalanan penyakit. Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan

    diagnosis dini dan pengobatan segera. Deteksi dini juga dapat ditingkatan dengan

    mendidik petugas kesehatan serta keluarga untuk mengenali gejala awal

    meningitis.20

  • 7/28/2019 Referat Saraf (Meningitis) RENI,S.Ked.doc

    18/22

    18

    Dalam mendiagnosa penyakit dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik,

    pemeriksaan cairan otak, pemeriksaan laboratorium yang meliputi test darah dan

    pemeriksaan X-ray (rontgen) paru. 20

    Selain itu juga dapat dilakukan surveilans ketat terhadap anggota keluarga

    penderita, rumah penitipan anak dan kontak dekat lainnya untuk menemukan

    penderita secara dini. Penderita juga diberikan pengobatan dengan memberikan

    antibiotik yang sesuai dengan jenis penyebab meningitis yaitu:

    b.1. Meningitis Purulenta

    b.1.1 . Haemophilus influenzae b : ampisilin, kloramfenikol, setofaksim,

    seftriakson.

    b.1.2. Streptococcus pneumonia : kloramfenikol , sefuroksim, penisilin,

    seftriakson.

    b.1.3. Neisseria meningitidies : penisilin, kloramfenikol, serufoksim dan

    seftriakson.

    b.2. Meningitis Tuberkulosa (Meningitis Serosa)

    Kombinasi INH, rifampisin, dan pyrazinamide dan pada kasus yang berat

    dapat ditambahkan etambutol atau streptomisin. Kortikosteroid berupa prednison

    digunakan sebagai anti inflamasi yang dapat menurunkan tekanan intrakranial dan

    mengobati edema otak.

    c. Pencegahan Tertier

    Pencegahan tertier merupakan aktifitas klinik yang mencegah kerusakan

    lanjut atau mengurangi komplikasi setelah penyakit berhenti. Pada tingkat

    pencegahan ini bertujuan untuk menurunkan kelemahan dan kecacatan akibat

    meningitis, dan membantu penderita untuk melakukan penyesuaian terhadap

    kondisikondisi yang tidak diobati lagi, dan mengurangi kemungkinan untuk

    mengalami dampak neurologis jangka panjang misalnya tuli atau

    ketidakmampuan untuk belajar. 20 Fisioterapi dan rehabilitasi juga diberikan untuk

    mencegah dan mengurangi cacat. 20

  • 7/28/2019 Referat Saraf (Meningitis) RENI,S.Ked.doc

    19/22

    19

    2.12. Prognosis

    Penderita meningitis dapat sembuh, baik sembuh dengan cacat motorik

    atau mental atau meninggal tergantung :

    a. umur penderita.

    b. Jenis kuman penyebab

    c. Berat ringan infeksi

    d. Lama sakit sebelum mendapat pengobatan

    e. Kepekaan kuman terhadap antibiotic yang diberikan

    f. Adanya dan penanganan penyakit.

    BAB III

    KESIMPULAN

    3.1. Kesimpulan

  • 7/28/2019 Referat Saraf (Meningitis) RENI,S.Ked.doc

    20/22

    20

    Meningitis adalah suatu infeksi/peradangan dari meninges,lapisan yang

    tipis/encer yang mengepung otak dan jaringan saraf dalam tulang punggung,

    disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia, atau protozoa, yang dapat terjadi secara

    akut dan kronis. 1

    Kebersihan menjadi kunci utama proses pencegahan terjangkit virus atau

    bakteri penyebab meningitis. Ajarilah anak-anak dan orang-orang sekitar untuk

    selalu cuci tangan, terutama sebelum makan dan setelah dari kamar mandi.

    Usahakan pula untuk tidak berbagi makanan, minuman atau alat makan, untuk

    membantu mencegah penyebaran virus. Selain itu lengkapi juga imunisasi si kecil,

    termasuk vaksin-vaksin seperti HiB, MMR, dan IPD. 5

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Anonim. 2007. Apa Itu Meningitis. URL;http://www.bluefame.com/lofiversion/indexphp/ t47283.html

    http://www.bluefame.com/lofiversion/indexphp/http://www.bluefame.com/lofiversion/indexphp/
  • 7/28/2019 Referat Saraf (Meningitis) RENI,S.Ked.doc

    21/22

    21

    2. Ellenby, Miles., Tegtmeyer, Ken., Lai, Susanna., and Braner, Dana. 2006.Lumbar Puncture. The New England Journal of Medicine . 12 : 355 URL :

    http://content.nejm.org/cgi/reprint/355/13/e12.pdf

    3. Harsono. 2003. Meningitis. Kapita Selekta Neurologi . 2 URL :http://www.uum.edu.my/medic/meningitis.htm

    4. Japardi, Iskandar. 2002. Meningitis Meningococcus. USU digital libraryURL: http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah iskandar%20japardi23.pdf

    5. Caugant DA. Population genetics and molecular epidemiology of

    Neisseria meningitidis. APMIS 1998;106:505-25.

    6. Van Deuren M, Brandtzaeg P, van der Meer JWM. Update onmeningococcal disease with emphasis on pathogenesis and clinicalmanagement. Crit Microbiol Rev 2000;13:144-66.

    7. Moore PS. Meningococcal meningitis in sub-Sahara Africa: a model for the epidemic process. Clin Infect Dis, 1992; 14:515-25.

    8. Achtman M. Global epidemiology of meningococcal disease. In K.Cartwright.editor. Meningococcal disease. Chichester, United Kingdom:John Wiley & Sons, Ltd; 1995.p.159-75.

    9. Schwartz B, Moore PS, Broome CV. Global epidemiology of meningococcal disease. Clin Microbiol Rev 1989; 2(suppl): S118-S 24.

    10. Riedo FX, Plikaytis BD, Broome CV.Epidemiology and prevention of meningococcal disease. Pediatr Infect Dis J 1995;14:643-57.

    11. McGee L, Koornhof HJ, Caugant DA. Epidemic spread of subgroup III of Neisseria meningitidis serogroup A to South Africa in 1996. Clin InfectDis 1998; 27:1214-20.

    12. Guibourdenche M, Hiby EA, Riou JY, Varaine F, Joguet C, Caugant DA.Epidemics of serogroup A Neisseria meningitidis of subgroup III inAfrica, 1989-994. Epidemiol Infect 1996;116:115 20.

    13. Scholten RJPM, Poolman JT, Valkenburg HA, Bijlmer HA, Dankert J,Caugant DA. Phenotype and genotype changes in a new clone complex of

    http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah%20iskandar%20japardi23.pdfhttp://library.usu.ac.id/download/fk/bedah%20iskandar%20japardi23.pdf
  • 7/28/2019 Referat Saraf (Meningitis) RENI,S.Ked.doc

    22/22

    22

    Neisseria meningitidis causing disease in the Netherlands, 1958-1990. JInfect Dis 1994; 169:673-76.

    14. Jones D. Epidemiology of meningococcal disease in Europe and the USA.In K. Cartwright editor, Meningococcal disease. Chichester, UnitedKingdom: John Wiley & Sons, Ltd; 1995.p.147-57.

    15. Ashton FE, Ryan JA, Borczyk A, Caugant DA, Mancino L, Huang D.Emergence of a virulent clone of Neisseria meningitidis serotype 2a that isassociated with meningococcal group C disease in Canada. J ClinMicrobiol 1991; 29:2489-93.

    16. Jackson LA, Schuchat A, Reeves MW, Wenger JD. Serogroup Cmeningococcal outbreaks in the United States, en emerging threat. JAMA1995; 273:383-9.

    17. Racoosin JA, Whitney CG, Conover CS, Diaz PS. Serogroup Ymeningococcal disease in Chicago., 1991-1997. JAMA 1998; 280:2094-98.

    18. Caugant DA, Hiby EA, Magnus P, Scheel O, Hoel T, Bjune G.

    Asymptomatic carriage of Neisseria meningitidis in a randomly sampled population. J Clin Microbiol 1994; 32:323-30.

    19. Sullivan TD, LaScolea LJ. Neisseria meningitidis bacteremia in children:quantitation of bacteremia and spontaneous clinical recovery withoutantibiotic therapy. Pediatrics 1987; 80:63-7.

    20. Ploysangam T, Sheth AP. Chronic meningococcaemia in childhood: casereport and review of the literature. Pediatr Dermatol 1996; 13:483-7.