Referat Kepatuhan Edit

22
BAB I PENDAHULUAN Menurut organisasi kesehatan dunia WHO (World Health Organitation), masalah gangguan kesehatan jiwa di seluruh dunia sudah menjadi masalah yang sangat serius. Berdasarkan data statistik, angka penderita gangguan kesehatan jiwa memang mengkhawatirkan. Secara global, dari sekitar 450 juta orang yang mengalami gangguan mental, sekitar satu juta orang diantaranya meninggal karena bunuh diri setiap tahunnya. Angka ini cukup kecil jika dibandingkan dengan upaya bunuh diri para penderita gangguan jiwa yang mencapai 20 juta jiwa setiap tahunnya 1 Masalah gangguan jiwa bukan hanya terbatas pada peningkatan jumlah penderita dan kejadian bunuh diri tetapi jauh lebih luas. Masalah yang utama adalah bagaimana mengobati penderita gangguan jiwa karena mereka juga punya hak untuk sembuh. Gangguan jiwa bisa disembuhkan akan tetapi harus diakui proses penyembuhan tersebut cukup sulit. Pengobatan penderita gangguan jiwa membutuhkan waktu yang cukup lama. Penderita gangguan jiwa terkadang harus minum obat bertahun-tahun. Dalam proses pengobatan sangat diperlukan peran penderita sendiri, keluarga, lingkungan, dan penyedia jasa kesehatan. Dalam pengobatan dikenal istilah kepatuhan minum obat pada penderita gangguan jiwa. Kepatuhan ini sangat penting 1

description

referat

Transcript of Referat Kepatuhan Edit

Page 1: Referat Kepatuhan Edit

BAB I

PENDAHULUAN

Menurut organisasi kesehatan dunia WHO (World Health Organitation),

masalah gangguan kesehatan jiwa di seluruh dunia sudah menjadi masalah yang

sangat serius. Berdasarkan data statistik, angka penderita gangguan kesehatan jiwa

memang mengkhawatirkan. Secara global, dari sekitar 450 juta orang yang

mengalami gangguan mental, sekitar satu juta orang diantaranya meninggal

karena bunuh diri setiap tahunnya. Angka ini cukup kecil jika dibandingkan

dengan upaya bunuh diri para penderita gangguan jiwa yang mencapai 20 juta

jiwa setiap tahunnya1

Masalah gangguan jiwa bukan hanya terbatas pada peningkatan jumlah

penderita dan kejadian bunuh diri tetapi jauh lebih luas. Masalah yang utama

adalah bagaimana mengobati penderita gangguan jiwa karena mereka juga punya

hak untuk sembuh. Gangguan jiwa bisa disembuhkan akan tetapi harus diakui

proses penyembuhan tersebut cukup sulit. Pengobatan penderita gangguan jiwa

membutuhkan waktu yang cukup lama. Penderita gangguan jiwa terkadang harus

minum obat bertahun-tahun. Dalam proses pengobatan sangat diperlukan peran

penderita sendiri, keluarga, lingkungan, dan penyedia jasa kesehatan.

Dalam pengobatan dikenal istilah kepatuhan minum obat pada penderita

gangguan jiwa. Kepatuhan ini sangat penting supaya keberhasilan pengobatan

tercapai. Peran penderita, keluarga, lingkungan, serta penyedia jasa kesehatan

sangat berpengaruh terhadap kepatuhan minum obat. Jadi, dalam upaya penganan

penderita gangguan jiwa melibatkan peran serta berbagai pihak yang lebih

kompleks.2

Berbagai masalah juga dapat ditimbulkan pada penderita yang tidak patuh

minum obat. Masalah yang ditimbulkan berupa kekambuhan kembali sehingga

penderita harus dirawat. Hal ini akan meningkatkan biaya pengeluaran negara

untuk masalah kesehatan. Kekambuhan juga bisa membahayakan penderita

sendiri dan orang lain. Selain itu, ketidakpatuhan minum obat memperburuk

prognosis gangguan jiwa.2

1

Page 2: Referat Kepatuhan Edit

Tujuan penulisan referat ini adalah untuk memberikan wawasan tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan minum obat pada penderita

gangguan jiwa. Dengan memahami faktor-faktor tersebut diharapkan kebijakan

yang diambil akan meningkatkan kepatuhan minum obat pada penderita gangguan

jiwa.

2

Page 3: Referat Kepatuhan Edit

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Kepatuhan Minum Obat

1.1.1 Definisi Kepatuhan

Kepatuhan (compliance) atau juga dikenal sebagai ketaatan (adherence)

adalah perilaku seseorang untuk mematuhi anjuran medis yang diterimanya.

Contoh dari kepatuhan adalah mematuhi dan menyelesaikan program pengobatan,

diet yang baik, dan merubah gaya hidup2.

Kepatuhan dalam pengobatan (medication compliance) adalah

mengkonsumsi obat-obatan yang di resepkan dokter pada waktu dan dosis yang

tepat dan pengobatan hanya akan efektif apabila anda mematuhi peraturan dalam

penggunaan obat.2

Menurut Siregar (2005) yang dimaksud dengan kepatuhan dalam

pengobatan adalah mengkonsumsi obat-obatan yang di resepkan pada waktu dan

dosis yang tepat. Kepatuhan dapat didefenisikan sebagai tingkat ketepatan

perilaku seorang individu dengan nasihat media atau kesehatan, pasien yang

berpengetahuan tentang obatnya menunjukkan ketaatan yang meningkat terhadap

regimen obat yang ditulis sehingga menghasilkan hasil terapi yang meningkat.3

1.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Minum Obat

Kepatuhan terjadi bila aturan pakai obat yang diresepkan diikuti dengan

benar. Jika terapi akan dilanjutkan setelah pasien pulang, penting agar pasien

mengerti dan dapat meneruskan terapi itu dengan benar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan minum obat pada pasien

jiwa adalah faktor penyakit, faktor pasien, faktor obat-obatan, dan faktor

lingkungan4.

Faktor Penyakit

3

Page 4: Referat Kepatuhan Edit

Beberapa gejala pada gangguan jiwa seperti skizofrenia dapat

menghambat kepatuhan minum obat. Gejala yang berat dan insight yang buruk

bisa mempengaruhi kepatuhan.

Ada dua penelitian prospektif yang menyatakan bahwa gejala-gejala yang

berat pada gangguan jiwa dapat menghambat kepatuhan minum obat5,6. Pada

penelitian Cramer dan Rosenheck menunjukkan tingkat kepatuhan pada pasien

psikosis sebesar 58 persen (interval 24-90 persen) dan pada pasien depresi sebesar

65 persen (interval 58-90 persen)7.

Kebanyakan pasien skizofrenia memiliki insight yang buruk terhadap

penyakitnya sendiri. Insight yang buruk memicu ketidakpatuhan pasien minum

obat5,8. Pada penelitian lain mengatakan bahwa insight yang buruk merupakan

faktor yang paling berperan pada ketidakpatuhan pasien minum obat9.

Faktor Pasien

Beberapa faktor yang berkaitan dengan pasien adalah kepercayaan

terhadap pengobatan, obesitas, dan faktor agama.

Kepercayaan pasien terhadap pengobatan sangat berpengaruh terhadap

kepatuhan. Pasien yang yakin dan percaya berpengaruh pada efektifitas

pengobatan dan meningkatkan kepatuhan minum obat.

Obesitas juga berpengaruh terhadap kepatuhan. Salah satu efek samping

obat antipsikotik adalah bertambahnya berat badan. Terdapat hubungan antara

obesitas dengan ketidakpatuhan minum obat. Ketidakpatuhan disebabkan oleh

stress terhadap kenaikan berat badan yang berlebih.

Suatu penelitian cross-sectional menyatakan bahwa agama/kehidupan

spiritual yang baik meningkatkan kepatuhan minum obat10.

Faktor Obat-obatan

Faktor obat-obatan juga mempengaruhi kepatuhan minum obat seperti

efek samping obat dan regimen obat.

Pada penelitian Hudson dkk., menemukan bahwa sebanyak 35% pasien

dengan reaksi efek samping obat menurunkan kepatuhannya. Penelitian lainnya

4

Page 5: Referat Kepatuhan Edit

juga mengatakan bahwa sekitar 50% pasien menjadi tidak patuh karena stres

dengan reaksi efek samping obat.

Regimen obat juga berpengaruh terhadap kepatuhan. Pada studi di Jerman

menyatakan bahwa 500 pasien skizofrenia yang obat antipsikotiknya diganti dari

golongan tipikal ke golongan atipikal menunjukkan pengaruh yang signifikan

terhadap kepatuhan11. Faktor lain yang berpengaruh adalah jumlah obat yang

harus diminum, lamanya pemberian, dan rasa obat.

Faktor Lingkungan

Interaksi Pasien dengan Profesional Kesehatan

Keadaan sekeliling kunjungan seorang pasien ke dokter dan/atau apoteker,

serta mutu dan keberhasilan (keefektifan) interaksi profesional kesehatan dengan

pasien adalah penentu utama untuk pengertian serta sikap pasien terhadap

kesakitannya dan regimen terapi. Salah satu kebutuhan terbesar pasien adalah

dukungan psikologis yang diberikan dengan rasa sayang. Selain itu, telah diamati

bahwa pasien cenderung untuk lebih mematuhi instruksi seorang dokter yang

merka kenal betul dan dihormati, serta dari siapa saja mereka menerima informasi

dan kepastian tentang kesakitan dan obat-obat mereka. Berbagai faktor berikut

adalah di antara faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan secara merugikan,

jika perhatian yang tidak memadai diberikan pada lingkup dan mutu interaksi

dengan pasien.

- Menunggu Dokter atau Apoteker

Apabila seorang pasien mengalami suatu waktu menunggu yang signifikan

untuk bertemu dengan dokter atau untuk mengerjakan (mengisi) resepnya,

kejengkelan dapat berkontribusi pada kepatuhan yang yang lebih buruk terhadap

instruksi yang diberikan. Dari suatu penelitian ditunjukkan bahwa hanya 31% dari

pasien yang biasanya menunggu lebih dari 60 menit untuk bertemu dengan

dokternya yang benar-benar patuh, sedangkan yang menunggu dalam 30 menit,

67% dari pasien tersebut benar-benar patuh.

- Sikap dan Keterampilan Komunikasi Profesional Kesehatan

5

Page 6: Referat Kepatuhan Edit

Berbagai studi menunjukkan ketidakpuasan pasien terhadap sikap pelaku

pelayan kesehatan. Uraian yang umum tentang pelaku pelayan kesehatan di rumah

sakit mencakup dingin, tidak tertarik, tidak sopan, agresif, kasar, dan otoriter.

Walaupun uraian demikian tersebut tidak demikian bagi banyak praktisi yang

mengabdi dan terampil, sikap yang tidak pantas terhadap pasien telah cukup

terbukti menunjukkan suatu masalah yang signifikan. Pelaku pelayan kesehatan

cenderung menggunakan terminologi sehingga pasien tidak dapat mengerti

dengan mudah, mereka sering kurang pengetahuan tentang teori dan praktik

perilaku, dan mereka mempunyai kesadaran yang terbatas pada tingkat, masalah,

dan penyebabpasien tidak taat pada pengobatan. Ketaatan pada pengobatan,

berhubungan dengan kejelasan penjelasan dokter penulis resep, pasien sering

merasa bahwa instruksi dinyatakan kurang jelas atau sama sekali tidak jelas.

Ketepatan waktu dan kejelasan suatu pesan sangat kuat mempengaruhi bagaimana

itu diterima, dimengerti, dan diingat. Pasien mengingat dengan sangat baik

instruksi pertama yang diberikan; instruksi yang perlu penekanan adalah lebih

baik diingatkan kembali; makin sedikit instruksi diberikan, semakin besar bagian

yang diingat. Jadi suatu pesan tidak saja harus jelas dinyatakan, tetapi juga harus

diorganisasikan dan disampaikan sedemikian rupa sehingga memungkinkan

pasien yang mengikuti dan memproses informasi secara sempurna.

- Gagal Mengerti Pentingnya Terapi

Alasan utama untuk tidak patuh adalah bahwa pentingnya terapi obat dan

akibat yang mungkin, jika obat tidak digunakan sesuai dengan instruksi yang tidak

mengesankan pasien. Pasien biasanya mengetahui relatif sedikit tentang kesakitan

mereka, apalagi manfaat dan masalah terapi yang diakibatkan terapi obat. Oleh

karena itu, mereka menyimpulkan pikiran sendiri berkenaan dengan kondisi dan

pengharapan yang berkaitan dengan efek terapi obat. Jika terapi tidak memenuhi

pengharapan, mereka lebih cenderung menjadi tidak patuh. Perhatian yang lebih

besar diperlukan untuk memberi edukasi pada pasien tentang kondisinya, dan

manfaat serta keterbatasan dari terapi obat, akan berkontribusi pada pengertian

yang lebih baik dari pihak pasien tentang pentingnya menggunakan obat dengan

cara yang dimaksudkan.

6

Page 7: Referat Kepatuhan Edit

- Pengertian yang Buruk Pada Instruksi

Berbagai investigasi telah menguraikan masalah dari jenis ini. Dari suatu

studi pada sekitar 6000 resep, 4% dari resep itu terdapat instruksi pasien ditulis

“Sesuai Petunjuk”. Akibat yang mungkin dari salah pengertian dapat serius.

Misalnya, seorang pasien menggunakan tiga kali dua kapsul fenitoin (100mg)

Universitas Sumatera Utarasehari, daripada seharusnya tiga kali satu kapsul sehari

seperti instruksi dokter. Pada pasien skizofrenia yang menggunakan obat

antipsikotik haloperidol 2,5 mg/hari dan fluphenazine Hydrochloride 2,5 mg/hari.

Alasan untuk penggunaan instruksi oleh beberapa dokter “Gunakan sesuai

petunjuk” telah diteliti. Walaupun penggunaan penandaan ini diadakan dalam

situasi yang terseleksi dipertahankan, kemungkinan untuk membingungkan dan

mengakibatkan kesulitan, dibuktikan dalam penelitian serta menyimpulkan bahwa

perlu membuat instruksi penggunaan obat sespesifik mungkin. Bahkan, apabila

petunjuk kepada pasien sudah lebih spesifik dari “ sesuai petunjuk” kebingungan

masih dapat terjadi.

- Pasien takut bertanya

Pasien sering ragu bertanya kepada tim pelaku pelayan kesehatan untuk

menjelaskan kondisi kesehatan mereka atau pengobatan yang diajukan. Keragu-

raguan ini dapat dihubungkan pada ketakutan dianggap bodoh, perbedaan status

sosial, dan bahasa atau tidak didorong oleh pelaku pelayanan terserbut. Interaksi

pasien dengan pelaku pelayan kesehatan yang lebih berhasil dapat didorong

dengan meningkatkan kepekaan pada pihak pelaku pelayan kesehatan.

- Ketidakcukupan waktu konsultasi

Profesional pelayan kesehatan kebanyakan bersifat kurang berinteraksi

dengan pasien karena tekanan pekerjaan. Dalam beberapa bagian rumah sakit,

waktu atau praktik sibuk, waktu konsultasi sangat terbatas dan ini jelas menjadi

sautu masalah. Jika seorang pasien diberi hanya satu atau dua menit untuk waktu

konsultasi, dapat terjadi hal yang lebih buruk. Biaya yang dikeluarkan pasien

berkenaan dengan waktu, transport dan pengeluaran untuk obat. Hal ini dapat

meningkatkan ketidakpatuhan pasien terhadap instruksi karena mereka merasa

bahwa profesional pelayan kesehatan tidak ada perhatian pada penyembuhan

7

Page 8: Referat Kepatuhan Edit

penyakit mereka. Untuk itu pentingnya rumah sakit agar mempertimbangkan

untuk memperpanjang waktu konsultasi bagi pasien. Profesional pelayan

kesehatan harus didorong untuk mengerti bahwa komunikasi yang efektif dengan

pasien bukanlah suatu ideal yang tidak realistik, tetapi merupakan suatu aspek inti

dari keberhasilan praktik klinik.

- Kesediaan Informasi Tercetak

Ketaatan pada pengobatan mungkin meningkat, dengan tersedianya

informasi tercetak dalam bahasa yang sederhana. Di beberapa negara maju, semua

IFRS (Instalasi Farmasi Rumah Sakit) harus mempunyai lembaran informasi

untuk pasien, tersedia untuk setiap obat. Instruksi sederhana untuk obat yang

paling banyak digunakan dan obat yang paling banyak disalahgunakan dapat

dicetak pada kertas murah.

1.1.3 Jenis Ketidakpatuhan

Pengobatan akan efektif apabila mematuhi aturan dalam pengobatan,

Menurut Siregar (2006) adapun beberapa jenis ketidakpatuhan yang terjadi adalah

disebabkan oleh sebagai berikut.3

Ketidakpatuhan pada terapi obat, mencakup kegagalan menebus resep,

melalaikan dosis, kesalahan dosis, kesalahan dalam waktu pemberian /

konsumsi obat, dan penghentian obat sebelum waktunya.

Tidak menebus resep obatnya , yaitu karena pasien/keluarga pasientidak

merasa memerlukan obat atau tidak menghendaki mengambilnya. Ada

juga pasien tidak menebus resepnya karena tidak mampu membelinya.

Kesalahan pada waktu konsumsi obat, yaitu dapat mencakup situasi yang

obatnya di konsumsi tidak tepat dikaitkan dengan waktu makan.

contohnya : 1 jam sebelum makan dan 2 jam setelah makan

Penghentian pemberian obat sebelum waktunya,pasien harus di beritahu

pentingnya penggunaan obat antibiotik yang di konsumsi sampai habis

selama terapi

Pemberian obat kurang dari dosis yang tertulis dan penghentian obat

sebelum waktunya, faktor lain yaitu ketidakpatuhan mencakup

8

Page 9: Referat Kepatuhan Edit

pengetiketan yang tidak benar dan penggunaan “sendok teh” yang

mempunyai berbagai volume yang berbeda.

pasien rawat jalan yang tidak patuh karena tidak mengerti instruksi

penggunaan dengan benar dan ada yang salah menginterpretasikan, Selain

itu kemungkinan ketidakpatuhan pasien rawat jalan karena kurangnya

pengawasan terapi.

1.1.4 Dampak Ketidakpatuhan Minum Obat

Ketidakpatuhan akan mengakibatkan penggunaan suatu obat yang kurang.

Dengan cara demikian, pasien kehilangan manfaat terapi yang diantisipasi dan

kemungkinan mengakibatkan kondisi yang diobati secara bertahap menjadi buruk.

Hal ini menyebabkan kembali kekambuhan, penyakit kambuh lagi karena

diakibatkan oleh ketidakpatuhan dari pada disebabkan timbulnya resisten terhadap

obat. Ketidakpatuhan juga dapat berakibat dalam penggunaan suatu obat berlebih.

Apabila dosis berlebih digunakan atau apabila obat diberikan lebih sering dari

pada yang dimaksudkan, akan ada resiko reaksi merugikan yang meningkat.

Masalah yang berkaitan dengan salah penggunaan dan penyalahgunaan obat, baik

tidak disengaja maupun disengaja telah benar-benar diketahui. Walaupun biasanya

tidak di anggap berkaitan dengan ketidakpatuhan, masalah penyalahgunaan obat

kadang-kadang adalah akibat penggunaan obat yang berlebihan yang dituliskan

untuk penyakit tertentu.12

Implikasi lain berkenaan dengan penyimpanan obat yang tidak digunakan

sepenuhnya selama periode pengobatan yang dimaksudkan. Menyimpan obat-

obatan dapat mengakibatkan ketidaktepatan penggunaannya dikemudian hari.3

1.1.5 Upaya Peningkatan Kepatuhan Minum Obat

Dalam meningkatkan kepatuhan komunikasi merupakan cara antara tim

medis dan pasien dalam berbicara mengenai obat yang di tulis. Keefektifan

komunikasi akan menjadi penentu utama kepatuhan pasien. Dibawah ini

merupakan peranan dalam menghadapi masalah ketidakpatuhan yaitu :

9

Page 10: Referat Kepatuhan Edit

Mengidentifikasi faktor resiko yaitu mengenal individu yang mungkin

tidak patuh, sebagaimana di duga oleh suatu pertimbangan berbagai

faktor resiko yang perlu diperhitungkan dalam merencanakan terapi

pasien, agar regimen sejauh mungkin kompatibel dengan kegiatan

normal pasien.

Pengembangan rencana pengobatan yaitu rencana pengobatan harus di

dasarkan pada kebutuhan pasien, apabila mungkin pasien harus

menjadi partisipan dalam keputusan pemberian regimen terapi. Untuk

membantu ketidaknyamanan dan kelalaian, regimen harus disesuaikan

agar dosis yang diberikan pada waktu yang sesuai dengan jadwal

pasien.

Alat bantu kepatuhan yang meliputi pemberian label dan kalender

pengobatan dan kartu pengingat obat sehingga pasien mengerti tentang

penggunaan dalam membantu pasien mengerti obat yang digunakan,

kapan digunakan, dan mengenai dosis obat yangdigunakan.

2.1 Keluarga

2.1.1 Definisi Keluarga

Keluarga didefenisikan dalam berbagai cara. Defenisi keluarga berbeda-

beda, tergantung kepada orientasi teoritis “pembuat defenisi” yaitu dengan

menggunakan penjelasan yang penulis cari untuk menghubungkan keluarga.14

Pengertian keluarga dapat ditinjau dari dimensi hubungan darah dan

hubungan sosial. Keluarga dalam dimensi hubungan darah merupakan kesatuan

sosial yang diikat oleh hubungan darah antara satu dengan lainnya. Berdasarkan

dimensi hubungan darah ini, keluarga dapat dibedakan menjadi keluarga besar dan

keluarga inti. Sedangkan dalam dimensi hubungan sosial, keluarga merupakan

suatu kesatuan sosial yang diikat oleh adanya saling berhubungan atau interaksi

dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya, walaupun diantara

mereka tidak terdapat hubungan darah. Keluarga berdasarkan hubungan sosial ini

dinamakan keluarga psikologis dan keluarga pedagogis.14

10

Page 11: Referat Kepatuhan Edit

Menurut Candra dalam Septian (2011) menyatakan bahwa penderita

skizofrenia remisi sempurna akan dikembalikan kepada keluarga, maka keluarga

harus mengenal gejala-gejala skizofrenia. Selain itu penderita skizofrenia sangat

memerlukan perhatian dan empati dari keluarga. Itu sebabnya keluarga harus

menumbuhkan sikap mandiri dalam diri penderita, mereka harus sabar serta

menghindari sikap Expressed Emotion (EE) atau reaksi berlebihan seperti sikap

terlalu mengkritik, terlalu memanjakan dan terlalu mengontrol yang justru bisa

menyulitkan penyembuhan dan menimbulkan kekambuhan.15

Pengetahuan dan keterampilan keluarga dalam merawat anggota keluarga

yang menderita skizofrenia bisa didapat dengan mengikuti program-program

intervensi keluarga yang menjadi satu dengan pengobatan skizofrenia seperti

family psycho education program, cognitive behavior therapy for family,

multifamily group therapy dan lain-lain. Di Indonesia program penanganan

keluarga ini belum mendapat perhatian yang lebih. Hal ini sebenarnya perlu

dilakukan mengingat bahwa: pertama, karena hampir semua penderita tidak dalam

perawatan, tetapi berada di tengah keluarga; kedua, minimnya fasilitas kesehatan

mental membuat penanganan pengobatan penderita tidak optimal dan ketiga

penanganan oleh keluarga jauh lebih murah. Program umumnya bisa meliputi

pengetahuan dasar tentang skizofrenia, penanganan emosi dalam keluarga,

keterampilan menghadapi gejala skizofrenia, serta keterampilan menjadi perawat

yang baik bagi penderita .15

2.1.2 Fungsi Keluarga

Setiap anggota keluarga memiliki kebutuhan dasar fisik, pribadi dan sosial

yang berbeda. Menurut Friedman dalam Nanda Saputra (2010) bahwa keluarga

memiliki 5 fungsi dasar, yaitu.15

- Fungsi Afektif

Merupakan fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu

untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengna orang lain.

- Fungsi Sosialisasi

11

Page 12: Referat Kepatuhan Edit

Merupakan fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk

berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan

orang lain di luar rumah.

- Fungsi Reproduksi

Merupakan fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga

kelangsungan keluarga.

- Fungsi Ekonomi

Merupakan fungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan

tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan

penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

- Fungsi Perawatan

Merupakan fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga

agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi.16

2.1.3 Peran Keluarga

Berbagai peran yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut:

- Peran Ayah : ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan

sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman

sebagai kepala keluarga, sebagai anggota kelompok sosialnya serta sebagai

anggota masyarakat dari lingkungannya.

- Peran Ibu : sebagi istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan

untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-

anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan

sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. Di

samping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan

dalam keluarganya.

- Peran Anak : anak-anaknya melaksanakan peranan psiko sosial sesuai

dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.8

2.1.4 Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga mengacu kepada dukungan-dukungan yang dipandang

oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diadakan untuk keluarga

dimana dukungan tersebut bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga 12

Page 13: Referat Kepatuhan Edit

memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan

pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Dukungan keluarga dapat berupa

dukungan keluarga internal, seperti dukungan dari suami/istri, dukungan dari

saudara kandung, dukungan dari anak dan dukungan keluarga eksternal, seperti

dukungan dari sahabat, tetangga, sekolah, keluarga besar, tempat ibadah, praktisi

kesehatan.14

Kane dalam Yoga (2011) mendefenisikan dukungan keluarga sebagai

suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosialnya. Dukungan

keluarga tersebut bersifat reprokasitas (timbal balik), umpan balik (kuantitas dan

kualitas komunikasi), dan keterlibatan emosional (kedalaman intimasi dan

kepercayaan) dalam hubungan sosial.14

Dukungan keluarga merupakan sebuah proses yang terjadi sepanjang

kehidupan, dimana dalam semua tahap siklus kehidupan dukungan keluarga

membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal untuk

meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga dalam kehidupan.14

DAFTAR PUSTAKA

13

Page 14: Referat Kepatuhan Edit

1. World Health Organization. 2011. Schizophrenia. Geneva: World Health

Organization.

2. Staring, Anton BP. 2010. Adherence to treatment in patient with

psychosis. Erasmus Universiteit Rotterdam.

3. Siregar,Charles J.P.(2005).Farmasi Klinik:teori dan penerapan.Jakarta :

EGC

4. Higashi, Kyoko dkk. 2013. Medication adherence in Schizophrenia:

factors influencing adherence and consequences of nonadherence, a

systematic literature revie. Therapeutic Advances in Psychopharmacology

5. Acosta, F. dkk. 2009. Evaluation of noncompliance in schizophrenia

patients using electronic monitoring (MEMS) and its relationship to

sociodemographic, clinical and psychopathological variables. Schizophr

Res.

6. Hudson, T. dkk. 2004 A pilot study of barriers to medication adherence in

schizophrenia. J Clin Psychiatry.

7. Cramer JA, Rosenheck R. 1998. Compliance with medication regimens for

mental and physical disorders. Psychiatr Serv

8. Loffler, W. dkk. 2003. Schizophrenic patients’ subjective reasons for

compliance and noncompliance with neuroleptic treatment.

Pharmacopsychiatry.

9. Velligan, D. dkk. 2009. Expert Consensus Panel on Adherence Problems

in Serious and Persistent Mental Illness. The expert consensus

10. Borras, L. dkk. 2007. Religious beliefs in schizophrenia: their relevance

for adherence to treatment. Schizophr Bull.

11. Janssen, B. dkk. 2006. Evaluation of factors influencing medication

compliance in inpatient treatment of psychotic disorders.

Psychopharmacology.

12. Niven,Neil.(2002). Psikologi Kesehatan : Pengantar Untuk Perawat

&Profesional Kesehatan Lain. Jakarta : EGC

13. Tambayong, Jan. (2002). Farmakologi Untuk Keperawatan. Jakarta:

Penerbit Widya Medika

14

Page 15: Referat Kepatuhan Edit

14. Yoga, Muhammad Isa Syahputra. 2011. Hubungan Dukungan Keluarga

dengan Kepatuhan Pasien Minum Obat di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa

Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan. Disertasi Skripsi. Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

15. Sebayang, Septian Mixrofa. 2011. Hubungan Dukungan Sosial Keluarga

dengan Frekuensi Kekambuhan Pasien Skizofrenia Paranoid di Poliklinik

RS Jiwa Daerah Propsu Medan. Disertasi Skripsi. Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

16. Saputra, Nanda. 2010. Hubungan Dukungan Keluarga dengan

Kekambuhan Pasien Skizofrenia di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Daerah

Propinsi Sumatera Utara – Medan. Disertasi Skripsi. Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara

15