Referat Karsinoma Hipofaring Autosaved1

29
BAB I PENDAHULUAN Kanker dimulai ketika sel tubuh mulai bertumbuh tidak terkontrol. Sel dapat menjadi sel kanker karena kerusakan pada DNA. DNA terdapat di setiap sel. Pada sel normal, ketika DNA mengalami kerusakan maka akan terjadi perbaikan kerusakan atau mengalami kematian. Pada sel kanker, DNA yang rusak tidak mengalami perbaikan maupun kematian, namun membentuk sel baru yang memiliki DNA yang sama namun tidak diperlukan tubuh 1 . Hipofaring merupakan daerah diantara orofaring dan esofagus. Kanker hipofaring sering terjadi pada sinus piriformis, dinding lateral faring, dinding posterior faring, faring postcricoid. Banyak terjadi kanker pada sinus piriformis. Di USA dan Canada, 65-85% karsinoma hipofaring terletak di sinus piriformis, 10-20% di dinding posterior faring, dan 5-15% di daerah postcricoid 2 . Karsinoma hipofaring terjadi sekitar 2-6% dari kanker kepala dan leher, peringkat keenam dari kanker yang sering terjadi di dunia 3 . Karsinoma sinus piriformis atau hipofaring paling sering adalah jenis sel skuamosa. Karena gambaran klinisnya yang tidak mencolok, penyakit ini biasanya terdiagnosis pada stadium lanjut dan hampir tidak dapat disembuhkan 4 . Kanker ini cenderung bermetastasis dini 1

description

CA HIPOFARING

Transcript of Referat Karsinoma Hipofaring Autosaved1

BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA

BAB IPENDAHULUANKanker dimulai ketika sel tubuh mulai bertumbuh tidak terkontrol. Sel dapat menjadi sel kanker karena kerusakan pada DNA. DNA terdapat di setiap sel. Pada sel normal, ketika DNA mengalami kerusakan maka akan terjadi perbaikan kerusakan atau mengalami kematian. Pada sel kanker, DNA yang rusak tidak mengalami perbaikan maupun kematian, namun membentuk sel baru yang memiliki DNA yang sama namun tidak diperlukan tubuh1. Hipofaring merupakan daerah diantara orofaring dan esofagus. Kanker hipofaring sering terjadi pada sinus piriformis, dinding lateral faring, dinding posterior faring, faring postcricoid. Banyak terjadi kanker pada sinus piriformis. Di USA dan Canada, 65-85% karsinoma hipofaring terletak di sinus piriformis, 10-20% di dinding posterior faring, dan 5-15% di daerah postcricoid2. Karsinoma hipofaring terjadi sekitar 2-6% dari kanker kepala dan leher, peringkat keenam dari kanker yang sering terjadi di dunia3.Karsinoma sinus piriformis atau hipofaring paling sering adalah jenis sel skuamosa. Karena gambaran klinisnya yang tidak mencolok, penyakit ini biasanya terdiagnosis pada stadium lanjut dan hampir tidak dapat disembuhkan4. Kanker ini cenderung bermetastasis dini walaupun keganasan kecil, sulit untuk mengenali dengan laringoskopi tidak langsung atau langsung dan faringoskopi, dapat terjadi dengan metastasis servikal. Pengobatan biasanya terdiri dari penyinaran (sebelum atau pasca operasi) digabung dengan laringektomi total dan faringektomi parsial. Tumor-tumor pada daerah ini mempunyai prognosis lebih buruk daripada tumor laring dengan ukuran yang sama. Tumor kecil tertentu dapat dieksisi tanpa laringektomi total. Seperti tumor-tumor yang terbatas pada sisi faring lipatan ariepiglotika dan di atas batas kartilago krikoid. Keadaan lain di mana laring dapat dilindungi adalah tumor yang terbatas pada dinding lateral sinus piriformis. Pembedahan leher yang komplit atau modifikasi diperlukan jika tumor-tumor ini diatasi dengan pembedahan. Letak tumor hipofaring yang tidak biasanya adalah pada daerah post-krikoid. Seperti tumor-tumor yang dihubungkan dengan sindrom Plummer-Vinson. Prognosisnya buruk kecuali jika dilakukan reseksi pembedahan yang luas, melibatkan laringektomi total dan faringektomi total5.BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMIFaring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong yang besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah serta terletak pada bagian anterior kolom vertebra. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus menyambung ke esophagus setinggi vertebra servikal ke 6. Di bagian atas, faring berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus orofaring, sedangkan dengan laring di bagian bawah berhubungan melalui aditus laring dan ke bawah juga berhubungan dengan esophagus. Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14 cm. Faring dibagi menjadi 3 yakni nasofaring, orofaring, dan laringofaring.6.Hipofaring terletak dibagian posterior dari laring. Batas hipofaring di superior adalah tepi atas epiglotis, batas anterior adalah laring, batas inferior adalah esofagus, serta batas posterior ialah vertebra servikal. Pada bagian kranial dimulai dari pinggir atas epiglotis dan berakhir pada pinggir bawah kartilago krikoid.Lumen hipofaring berbentuk kerucut dimana bagian atas lebih lebar dan akan menyempit ke daerah postkrikoid dan daerah esofagus.7,8Ssecara klinis hipofaring terdiri dari tiga regio yaitu: sinus piriformis, dinding posterior faring, dan daerah postkrikoid.7a. Sinus piriformisSinus piriformis analog dengan piramida terbalik yang terletak di lateral laringdengan basis terletak superior dan dengan dinding anterior, lateral dan medial menyempit keinferior hingga ujungnya memanjang di bawah kartilago cricoid. Terpisah dari laring oleh lipatan aryepiglottic. Batas superior dari dasaradalah lipatan pharyngoepiglottic dan dibatasi dari lipatan aryepiglottic. Dinding lateral sinus piriformis dibentuk oleh otot-otot konstriktor dan cabang-cabang internal dari neurovaskular laring superior.Aspek superior berbatasan denganmembran thyrohyoid. Batas inferior dikelilingi oleh kartilago tiroid. Batas medialnya adalah permukaan lateral dari lipatan aryepiglottic, arytenoids, dan aspek lateral dari tulang rawan krikoid.1

b. Dinding posterior faringBagian superior dari dinding posterior faring memanjang dari lantaivallecula (tingkat tulang hyoid) hingga perbatasan inferior dari krikoid inferior danlateral berbatasan dengan bagian apex sinus piriformis satu ke yang lain.1

c. Daerah postcricoid Area postcricoid termasuk mukosa yang menutupi kartilago krikoid dan menunjukkan permukaan anterior yang membentang dari aspek superior dari kartilago arytenoid sampai perbatasan inferior tulang rawan krikoid. Hubungan yang penting adalah arytenoids, sendi cricoarytenoid, otot-otot laring intrinsik dan inferior, di bawah krikoid, otot trachealis dan saraf laring recurent. 1

Gambar 1. Anatomi Faring9

Gambar 2. Anatomi Faring dilihat dari posterior102.1.1. Vaskularisasi dan persarafan hipofaringAliran darah hipofaring berasal dari pembuluh darah besar di leher dan termasuk cabang dari arteri tirohioid superior, arteri lingual, arteri faring asenden.Hipofaring dipersarafi oleh pleksus faringeus dari N IX dan X, dan oleh n. laringeus rekurens. Paralisis n.vagus mengurangi motilitas esophagus sehingga mukus dan ludah mengumpul dalam sinus pisiformis pada sisi yang lumpuh. Pengumpulan ludah ini merupakan tanda penting paralisis motorik vagus. Bila terjadi juga hipoestesi, penderita mudah tersedak dengan komplikasi aspirasi.7

Gambar 3. Vaskularisasi dan persarafan faring102.1.2. Sistem limfatikSistem limfatik sinus piriformis berjalan dari sinus piriformis melewati membran tirohioid dan berjalan bersama arteri laringeal superior akan masuk kedalam kelenjar limfe yaitu: subdigasterika, jugular lateral, limfe jugular bersama pembuluh darah fasial.Sistem limfatik postcricoid berjalan bersama persarafan dari laringeal rekuren .Sedanguntuk dinding posterior faring sistem limfatik melalui kelenjar limf retrofaringeal atau jugular interna.7

Gambar 4. Sistem limfatik dari hipofaring112.2. HISTOLOGIDinding hipofaring terdiri dari 4 lapisan: 81 . lapisan mukosa, lapisan paling dalam berupa epitel stratified skuamous.2 . lapisan fibrous dari aponeurosis faring.3 . lapisan otot yang dibentuk oleh otot konstriktor faring . 4 . fasia yaitu lapisan terluar.

2.3. EPIDEMIOLOGIKanker hipofaring merupakan penyakit yang langka dengan presentasi terjadinya kasus adalah 0,5% dari semua keganasan pada manusia dengan tingkat insiden kurang dari 1 per 100.000 populasi dan sekitar 3-5% dari semua kanker pada kepala dan leher. Kanker hipofaring umumnya banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Tumor ini umumnya muncul pada individu yang berumur lebih dari 50 tahun, dengan puncak insiden pada usia 60-70 tahun dan tumor ini sangat langka terjadi pada anak-anak. Lokasi asal yang paling sering terjadi karsinoma hipofaring adalah sinus piriform, diikuti dinding faring posterior dan area postcricoid. 7

2.4. FAKTOR RESIKOTumor hipofaring seringkali ditemukan bersamaan dengan tumor lainnya pada mulut dan tenggorokan dan biasa dikenal dengan kanker kepala dan leher. Tumor hipofaring memiliki beberapa faktor resiko yang sama, yang diantaranya adalah sebagai berikut :a. Tembakau and alkoholMerokok adalah faktor resiko terpenting untuk kanker kepala dan leher (termasuk kanker pada hipofaring).Penggunaan produk berbahan dasar tembakau akan membuat perubahan pada sel yang terpapar.Resiko meningkat pada area dimana terdapat lebih banyak perokok daripada non perokoknya. Kanker tersebut jarang ditemukan pada orang yang tidak pernah merokok.1Konsumsi alkohol juga meningkatkan resiko terkena kanker. Peminum berat memiliki resiko yang lebih tinggi beberapa kali daripada yang bukan peminum. Orang yang mengkonsumsi keduanya, tembakau dan alkohol memiliki resiko yang lebih tinggi.1b. NutrisiNutrisi yang kurang dapat meningkatkan resiko untuk mengalami tumor hipofaringTidak mengkonsumsi cukup makanan yang mengandung besi dan vitamin C.1,2c. Lemahnya sistem imunTumor hipofaring kebanyakan ditemukan pada orang-orang yang memiliki sistem imun yang lemah. Sistem imun yang lemah dapat disebabkan oleh beberapa penyakit yang muncul setelah kelahiran, seperti acquired immunodeficiency syndrome (AIDS), dan beberapa pengobatan (seperti pengobatan yang diberikan setelah transplantasi sumsum tulang dan transplantasi organ).1d. Paparan di tempat kerjaPaparan yang lama dan sering terhadap debu kayu, uap cat, dan beberapa bahan kimia yang digunakan pada pembuatan logam, minyak tanah, plastik, dan industri tekstil juga dapat meningkatkan resiko terkena tumor hipofaring.1e. Jenis kelaminTumor pada hipofaring empat kali lebih sering terjadi pada pria daripada wanita. Hal ini karena dua faktor resiko utama, alkohol dan merokok, lebih sering dilakukan oleh pria. Dalam beberapa tahun terakhir, kebiasaan tersebut juga menjadi biasa dikalangan wanita, sehingga resikonya pun menjadi meningkat.1f. UsiaTumor pada hipofaring biasanya memerlukan waktu bertahun-tahun untuk berkembang, sehingga sangat jarang ditemukan pada orang muda. Lebih dari setengah pasien dengan kanker tersebut, usianya lebih dari 65 tahun ketika tumor tersebut pertama kali ditemukan.1g. RasTumor pada hipofaring lebih sering ditemukan diantara ras Afro-Amerika dan kulit putih daripada Asia dan latin.1

Karsinoma postcricoid berkaitan dengan paparan radiasi, disfagia sideropenik, dengan lebih 10% memiliki riwayat Kelly-Patterson Brown Syndrome8. Paterson and Brown Kelly menggambarkan suatu sindrom (juga dikenal dengan Plummer-Vinson) yang ditandai dengan anemia mikrositik hipokromik, glossitis, koilonychia, splenomegali dan perubahan jaringan pada postcricoid. Diduga disfagia merupakan hasil dari adanya jaringan pada postcricoid atau striktur, namun beberapa pasien tidak menunjukkan adanya obstruksi sehingga disfagia dikaitkan dengan inkoordinasi otot. Abnormalitas hematologi termasuk serum besi yang rendah dan peningkatan total kapasitas ikatan besi. Hemoglobin biasanya rendah tapi dapat juga normal. Beberapa pasien menunjukkan rendahnya absorbsi vitamin B12 dan serum B12 yang rendah9.

2.5. MANIFESTASI KLINISDalam beberapa kasus, kanker hipofaring berukuran cukup besar sebelum pasien menyadari adanya gejala yang muncul. Gejala yang dapat muncul, antara lain10 :a. Disfagia dan odinofagiaHal ini dapat terjadi karena tumor berada di jalur menelan, sehingga terjadi kesulitan atau nyeri saat menelan. Dapat terjadi ulserasi dan perdarahan akibat pertumbuhan tumor yang dapat menyebabkan nyeri. Selain itu terdapat sensasi adanya benda asing yang menyumbat saat menelan, sehingga pasien merasakan tidak nyaman saat menelan.b. Pembengkakan leherIni dapat menjadi gejala dari kanker hipofaring bila telah menyebar ke limfonodi pada leher. Ini dapat menjadi gejala pertama yang membuat seorang pasien datang ke dokter. c. Nyeri telinga Biasanya nyeri pada satu sisi dan tidak terdapat kelainan telinga yang lain. Nyeri telinga atau yang biasa disebut otalgia terjadi akibat saraf kerongkongan mencapai otak memiliki jalur yang sama dengan saraf di telinga sehingga otak akan berpikir nyeri kerongkongan berasal dari telinga. Hal ini disebut referred otalgia. Gejala lain yang dapat muncul adalah suara parau, kehilangan berat badan, merasa seperti ada yang mengganjal di kerongkongan, hemoptisis, aspirasi, dyspnea, menimbulkan suara ribut saat bernafas, halitosis. Suara hot potato dapat menunjukkan keterlibatan tumor hingga di dasar lidah.10

2.6. DIAGNOSISJika telah ditemukan gejala dan tanda yang mengarahkan diagnose ke tumor hipofaring, maka untuk menegakkan diagnosis perlu untuk melengkapi beberapa pemeriksaan berikut :A. Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lengkapLangkah pertama yang paling penting adalah mengumpulkan semua informasi yang lengkap seperti keluhan, faktor resiko, riwayat keluarga, dan kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan.1B. Pemeriksaan fisikPemeriksaan fisik bertujuan untuk menemukan tanda yang membuktikan adanya kanker dan penyakit penyerta lainnya. Selain itu juga dapat menentukan apakah sudah terjadi penyebaran atau metastase melalui pemeriksaan kelenjar limfe pada leher.1a. Pemeriksaan oralAsimetris pilar tonsil dapat merupakan petunjuk adanya tumor yang menginvasi musculus palatopharyngeus.b. Pemeriksaan laring dan faringPemeriksaan menggunakan cermin laring merupakan cara tercepat dan paling sederhana yang dapat dilakukan untuk skrining, tetapi hal ini tidak dapat mengetahui tumor di sinus piriformis atau di postcricoid. Fiberoptik laringoskop merupakan pemeriksaan yang disarankan. Hal yang dapat dilihat berupa massa, hiperkeratosis atau lesi mukosa eritema, ulserasi, dan paralisis plica vocalis.c. Pemeriksaan leherMemeriksa ukuran, lokasi dan jumlah limfonodi yang dapat dipalpasi di semua servikal dan nodus supraclavicular. Adanya krepitasi menunjukkan adanya invasi ke jaringan prevertebral atau tumor postcricoid yang besar.d. Pemeriksaan kepalaMenilai fungsi saraf kranial, menilai mobilitas rahang. Bila terjadi trismus menunjukkan invasi ke musculus pterygoid.

Gambar 5. Tumor hipofaring 1

C. Pemeriksaan penunjanga. Pemeriksaan darahPemeriksaan darah berguna untuk menilai fungsi hati dan ginjal, selain itu juga dapat menilai kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan.1b. PanendoscopiPanendoskopi adalah prosedur yang mengkombinasikan laryngoskopi, esophagoskopi, and bronchosckopi secara bersamaan. Pemeriksaan ini memungkinkan dokter untuk memeriksa keseluruhan area yang meliputi laring dan hipofaring, termasuk esophagus dan trakea.Prosedur ini biasanya dilakukan di ruang operasi dengan pasien dalam kondisi anastesi umum.1Jika tumor yang ditemukan cukup besar atau tampak seperti menyebar, maka perlu untuk melihat kedalam esophagus dan trakea untuk menentukan ukuran tumornya dan seberapa jauh penyebarannya ke daerah sekitar. Dapat pula dilakukan biopsi untuk pemeriksaan histopatologis.1c. Pemeriksaan RadiologisPemeriksaan radiologis sangat berguna untuk menentukan ada tidaknya penyebaran tumor. Computed tomography scan (CT-Scan)Tes ini dapat membantu untuk menetukan ukuran tumor, apakah tumor tumbuh kedalam jaringan terdekat, dan apakah tumor tersebut telah menyebar ke kelenjar limfe di leher.12 Magnetic resonance imagingMagnetic resonance imaging (MRI) scans berbeda dengan X-ray, dimana MRI menggunakan gelombang radio dan medan magnet yang kuat. Energi dari gelombang radio diserap dan kemudian dilepaskan berdasarkan pola tertentu berdasarkan jaringan dan penyakit tertentu. Komputer kemudian menerjemahkan pola tersebut menjadi gambar bagian tubuh yang sangat detail. Tidak seperti CT-Scan yang hanya mampu melakukan potongan cross-sectional, MRI mampu memproduksi potongan yang parallel dengan panjang tubuh.1MRI sering kali digunakan untuk memeriksa daerah leher. MRI sangat membantu untuk menghasilkan gambar otak dan spinal cord dengan jelas. MRI kadang lebih membantu ketimbang Ct-scan.1

Gambar 6. Tumor Hipofaring tampak pada T1-weighted MRI12

Barium esophagogramAdalah rangkaian pemeriksaan x-ray yang diambil ketika pasien meneguk cairan berisi kontras. Barium dapat terlihat pada x-ray sebagai sesuatu yang melapisi tenggorokan. Hal ini berguna untuk melihat penampilan tenggorokan ketika menelan sesuatu. Hal itu juga dapat menunjukkan bagaimana penampakan hipofaring dan serta fungsinya dalam proses menelan.1,12 Positron emission tomographyTes ini berguna untuk melihat kelompok sel tumor yang masih kecil. Juga dapat membantu menentukan apakah tumor tersebut benign atau malignant. Seringkali digunakan untuk melihat apakah sudah ada penyebaran ke kelenjar limfe atau kejaringan lainnya.1,122.7. KLASIFIKASI TUMORKlasifikasi ini didasarkan atas pembagian yang disebutkan dalam tiga lokalisasi (sinus piriformis, daerah post krikoid, dan dinding belakang). Klasifikasi TNM menurut American Joint Committee on Cancer adalah sebagai berikut: 11,13T0: Tidak ada bukti adanya tumor primerTis: Tumorin situT1: tumor terbatas pada salah satu bagian dari hipofaring dan ukurannya kurang dari 2 cm pada sisi terbesarnyaT2 : tumor menginvasi lebih dari satu bagian dari satu bagian dari hipofaring atau menginvasi daerah yang berdekatan dengannya, atau berukuran 2 4 cm, tanpa terfiksir pada hemilaring.T3: ukuran tumor melebihi 4 cm, dengan atau tanpa fiksasi dari hemilaringT4a: tumor menginvasi salah satu dari : kartilago tiroid atau krikoid, tulang hyoid, kelenjar tiroid, esophagus, kompartement pusat jaringan lunak.T4b: tumor menginvasi fasia prevertebral, pembungkus arteri karotis, atau menginvasi struktur mediastinum.N0: tidak ada kelenjar yang mencurigakan yang metastasisN1: satu metastasis ipsilateral < 3 cmN2a: satu metastasis ipsilateral > 3 cm dan < 6 cmN2b: metastasis ipsilateral multiple < 6 cmN2c: metastasis bilateral atau kontralateral < 6 cmN3: Metastasis > 6 cmM0 : tidak ada metastasis jauhM1 : ada metastasis jauhStaging Tumor Hipofaring12Stage 0TisN0M0

Stage IT1N0M0

Stage IIT2N0M0

Stage IIIT1, T2N1M0

T3N0,N1M0

Stage IV AT1, T2, T3N2M0

T4aN0, N1, N2M0

Stage IV BT4bSemua NM0

Semua TN3M0

Stage IV CSemua TSemua NM1

2.8. PENGOBATAN Pengobatan pasien dengan tumor hipofaring sangat rumit dan membutuhkan perhatian beberapa faktor seperti: keadaan penyakit, keadaan umum penderita dan penyebaran tumor.Secara umum terapi dari tumor hipofaring adalah : radiasi, kemoterapi, operasi atau kombinasi dari ketiganya. 14,15Pilihan utama pada awal pengobatan adalah bedah dan radiasi. Bedah meliputi menghilangkan semua bagian faring beserta limfonodi di kedua leher. Terkadang laring juga perlu dihilangkan. Seseorang yang mempunyai potensi tinggi untuk terjadinya rekurensi kanker mungkin dapat diterapi dengan radiasi atau kemoterapi yang dikombinasi dengan radiasi (kemoradiasi). Beberapa pasien yang memiliki tumor dalam ukuran kecil dapat diberikan radiasi sebagai pilihan utama dan bila masih terdapat tumor setelah radiasi maka dapat dilanjutkan dengan bedah.Pada stadium 2,3,dan 4 terdapat 3 pilihan utama untuk mengobati kanker. Pertama ada`lah bedah untuk menghilangkan faring, laring dan limfonodi di leher. Ini biasanya diikuti dengan radiasi saja atau radiasi dengan kemoterapi. Pilihan kedua adalah dilakukan radiasi dan kemoterapi dengan obat cisplatin kemudian dapat dilakukan bedah. Pilihan ketiga adalah diberikan kemoterapi yang disebut induksi kemoterapi yang kemudian dilakukan kemoradiasi. Jika tumor tidak mengecil dapat dilakukan operasi. Jika limfonodi di leher tetap membesar setelah terapi, dapat dilakukan diseksi limfonodi.1,16Sekitar sepertiga pasien dengan karsinoma hipofaring datang dengan temuan klinis yang tidak dapat disembuhkan. Pada keadaan tersebut, hanya penanganan paliatif yang dapat diberikan, misalnya dengan terapi radiasi atau radiokemoterapi untuk mengecilkan tumor dan mengendalikan gejala. Dengan trakeostomi, keamanan jalan napas dapat dipastikan. Bila esofagus tersumbat, pasien dapat makan dengan bantuan sonde. Selain itu, terapi intensif untuk nyeri harus diberikan paling tidak untuk memperbaiki kualitas hidup pasien4.

Gambar 7. Defek hipofaring diikuti subtotal pharyngolaryngektomi11

2.9. PROGNOSISPrognosis ditentukan berdasarkan beberapa faktor, antara lain: stadium, penyebaran ke limfonodi servikal ataupun metastasis jauh, batas tumor. Tingkat kelangsungan hidup selama 10 tahun pada stadium 1 sebesar 27%, stadium 2 sebesar 25%, stadium 3 sebesar 19% dan stadium 4 sebesar 15%. 162.10. KOMPLIKASIKebanyakan komplikasi awal reseksi tumor hipofaring adalah hasil dari kebocoran di lokasi penutupan faring. Status gizi preoperatif pasien, riwayat terapi radiasi sebelumnya, serta jenis pilihan rekonstruksi semua dapat mempengaruhi perkembangan fistula faring. Faktor lain seperti penutupan yang ketat yang disebabkan oleh mukosa yang tersedia tidak memadai atau adanya tumor di margin reseksi juga akan mengarah pada pengembangan fistula faring. Infeksi, perdarahan, serta tidak terhentinya luka kulit juga umum pada pasien ini berisiko tinggi.15Obstruksi airway biasanya menjadi perhatian di awal periode pasca operasi pasien yang trakeostomi. Perawatan yang baik dan suctionyang rajin di tabung trakeostomi dapat mencegah masalah ini. Komplikasi berikutnya yang dapat terjadi setelah operasi kanker hipofaring adalah aspirasi, yang jika parah, dapat menyebabkan pneumonia. Rehabilitasi menelan di bawah pengawasan fisioterapi adalah merupakan hal yang wajib bagi pasien. Kesulitan menelan juga dapat disebabkan dari stenosis setelah rekonstruksi circumferential dan mungkin memerlukan pelebaran ulang pada saat rawat jalan.15

BAB IIIRESUME

Hipofaring adalah bagian faring yang paling bawah, terletak di bagian posterior dari laring hingga bagian atas esofagus. Secara klinis, hipofaring di bagi menjadi 3 regio yaitu sinus piriformis, dinding posterior faring dan daerah postkrikoid. Kanker hipofaring merupakan penyakit yang langka dengan presentasi terjadinya kasus adalah 0,5% dari semua keganasan dengan tingkat insiden kurang dari 1: 100.000 populasi. Lokasi karsinoma hipofaring tersering adalah di sinus piriformis (60%), postcricoid (30%) dan dinding posterior faring (10%). Jenis sel pada karsinoma hipofaring ini adalah karsinoma sel squamosa.3,7Kanker hipofaring umumnya banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan, hal ini dikaitkan dengan kebiasaan konsumsi alkohol dan perokok aktif. Biasanya pasien dengan tumor ganas ini datang dalam keadaan yang lanjut dan sering disertai masalah seperti kekurangan gizi serta anemia yang sangat signifikan, dan biasanya penderita tumor ini datang dengan keluhan tidak enak dan seperti ada massa di kerongkongan. Gejala yang dirasakan pasien ini umumnya merupakan gejala yang dialami pada stadium lanjut.1,10Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dengan laringoskop indirek maupun panendoskopi, biopsi serta dilakukan pemeriksaan radiologis berupa CT-Scan maupun MRI.Dengan pemeriksaan yang benar serta mengetahui perjalanan penyakit, maka akan dapat ditentukan stadium serta pengobatan yang baik untuk dapat hasil terapi yang baik serta untuk mengurangi komplikasi.Pengobatan tumor ganas hipofaring ini di tujukan untuk mempertahankan dan menjaga fungsi dari hipofaring. Pilihan terapi yang dapat dilakukan adalah radiasi, bedah, kemoterapi. 1,11Karsinoma hipofaring mempunyai prognosis yang jelek di banding bagian lain pada kepala dan leher karena kecenderungannya menyebar ke submukosa dan akan sangat cepat bermetastase ke kelenjar limfe leher dan retrofaring. Menurut data stastistik, angka ketahanan hidup 10 tahun untuk pasien karsinoma hipofaring di bawah 30% pada stadium 1.16

ALGORITMA PENANGANAN KARSINOMA HIPOFARING

ANAMNESISKeluhan : Disfagia, odinofagia, merasa seperti ada yang mengganjal di kerongkongan massa coli, suara parau (suara hot potatoes), dyspnea, hemoptisis, referred otalgia, penurunan berat badan.Faktor resikoRiwayat keluarga

PEMERIKSAAN FISiKPemeriksaan kavitas oral, laring dan faring, kepala dan leher

PEMERIKSAAN PENUNJANGDarahPanendoskopiRadiologis : CT Scan, MRI, PET< barium esophagogramBiopsi

DAFTAR PUSTAKA

Menentukan Staging

Terapi bedah, radiasi, kemoterapi

DAFTAR PUSTAKA

1. American Cancer Society. Laryngeal and Hypopharyngeal Cancers. American Cancer Society [Internet]. 2015. Available from :http://www.cancer.org/cancer/laryngealandhypopharyngealcancer/2. Quon H,et.al. Hypopharyngeal Cancer [Intermet]. 2013. Available from : http://emedicine.medscape.com/article/1375268-overview#showall3. Huang,et.al. STK 33 Overexpression in Hypopharyngeal Squamous Cell Carcinoma : Possible Role in Tumorigenesis. BMC Cancer [Internet]. 2015. Available from : http://www.biomedcentral.com/1471-2407/15/134. Nagel P and Gurtov R. Dasar-dasar ilmu THT, edisi 2, Jakarta : EGC : 2012. P:82-3.5. Adams G.L, Boies L.R, Higler P.A. BOIES:Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta:EGC. 1997.P 447-50.6. Snell RS. Anatomi Klinik. Edisi 6. Jakarta : EGC. 2006. P 798-9.7. Krstevska V. Head and Neck Cancer [Internet]. 2012. Available from.: http://www.intechopen.com/books/head-and=neck-cancer/hypopharyngeal-cancer.8. Watkinson JC. Textbook of Head and Neck Surgey and Oncology, edisi 5. England : Hodder Arnold. 2012.p 629-44.9. Dhillon RS, Eust CA. Ear, Nose and Throat, edisi 3. Philadelphia : Elsevier. 2006.p 106-7.10. Dolan RW. Hypopharyngeal Cancer [Internet]. 2014. Available from : http://www.headandneckcancerguide.org/teens/cancer-basics/explore-cancer-types/throat-cancer/laryngopharyngeal-cancer/hypopharyngeal-cancer11. Montgomert,et.al. Principles and Practice of Head and Neck Surgery and Oncology. Edisi 2. 2014. P 233-56.12. National Cancer Institute. Hypopharyngeal Cancer Treatment [Internet]. 2015. Available from: https://www.meb.uni-bonn.de/cancer.gov/CDR0000062921.html13. Lee, Essential Otolaryngology. Head and Neck surgery, edisi 10. New York : Mc Graw Hill. 2012. P 714-6.14. Brockstein. Head and Neck Cancer.Kluwer Academic Publishers. 2014. P 98-101;136-40.15. Bailey BJ. Hipopharingeal carcinoma ,in; Head and Neck Surgery Otolaryngology, Vol 2, Edisi 4, Lippincot William,Philadelpia 2005. P 1917-37.16. Krause CJ,et.al. Laryngopharyngeal Cancers. Head and Neck Cancer Guide[Internet]. Available from: http://www.headandneckcancerguide.org/adults/introduction-to-head-and-neck-cancer/throat-cancer/laryngopharyngealcancer/hypopharyngeal-cancer/treatment-plan/

1