Isi Referat Karsinoma Laring

35
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Karsinoma laring atau yang disebut dengan tumor ganas laring merupakan kondisi kejadian keganasan yang terjadi pada sel skuamosa laring. Keganasan di laring merupakan kondisi gangguan akibat infeksi yang sering terjadi pada bagian leher dalam khusunya laring. Gejala dini karsinoma laring sama dengan gejala penyakit lain di laring, sehingga sering dikelirukan dengan penyakit lain yang jauh lebih banyak frekuensi kejadiannya. Mengenal tumor ganas laring penemuan kasus-kasus stadium awal atau deteksi dini keganasan laring sangat penting dalam meningkatkan keberhasilan pengobatan keganasan laring. Untuk meningkatkan penemuan kasus-kasus dalam stadium dini keganasan laring, perlu ditingkatkan kepedulian masyarakat dan tenaga kesehatan atas gejala- gejala dini keganasan laring. 1 Suara serak adalah gejala dini yang utama pada keganasan laring, terutama bila tumor berasal dari pita suara atau glotis. Hal ini menyebabkan adanya gangguan fungsi fonasi laring akibat ketidakteraturan pita suara, gangguan pergerakan / getaran pita suara dan penyempitan celah pita suara. Seseorang dengan suara serak yang menetap selama dua minggu atau lebih, apalagi mempunyai faktor 1

Transcript of Isi Referat Karsinoma Laring

Page 1: Isi Referat Karsinoma Laring

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Karsinoma laring atau yang disebut dengan tumor ganas laring merupakan

kondisi kejadian keganasan yang terjadi pada sel skuamosa laring. Keganasan di laring

merupakan kondisi gangguan akibat infeksi yang sering terjadi pada bagian leher dalam

khusunya laring.

Gejala dini karsinoma laring sama dengan gejala penyakit lain di laring,

sehingga sering dikelirukan dengan penyakit lain yang jauh lebih banyak frekuensi

kejadiannya. Mengenal tumor ganas laring penemuan kasus-kasus stadium awal atau

deteksi dini keganasan laring sangat penting dalam meningkatkan keberhasilan

pengobatan keganasan laring. Untuk meningkatkan penemuan kasus-kasus dalam

stadium dini keganasan laring, perlu ditingkatkan kepedulian masyarakat dan tenaga

kesehatan atas gejala-gejala dini keganasan laring.1

Suara serak adalah gejala dini yang utama pada keganasan laring, terutama bila

tumor berasal dari pita suara atau glotis. Hal ini menyebabkan adanya gangguan fungsi

fonasi laring akibat ketidakteraturan pita suara, gangguan pergerakan / getaran pita

suara dan penyempitan celah pita suara. Seseorang dengan suara serak yang menetap

selama dua minggu atau lebih, apalagi mempunyai faktor resiko yang sesuai, harus

diwaspadai adanya keganasan laring (glottis).1

Menurut laporan The American Cancer Society tahun 2006 di Amerika tercatat

12.000 kasus baru dan 4740 kasus meninggal karena tumor ganas laring. Pusat Kanker

Nasional Amerika melaporkan 8,5% kasus karsinoma laring ditemukan per 100.000

penduduk laki-laki dan 1,3% kasus per 100.000 penduduk wanita per tahun. Di

beberapa negara Eropa tumor ganas laring merupakan tumor ganas terbanyak di bidang

THT-KL. Sementara laporan WHO yang mencakup 35 negara memperkirakan 1,5%

orang dari 100.000 penduduk meninggal karena tumor ganas laring. "Di Indonesia

angka kekerapan tumor ganas laring belum dapat didata secara pasti, tetapi dapat

diperkirakan mencapai kurang lebih 1% dari semua keganasan dan menempati urutan

ketiga tumor ganas terbanyak di bidang THT setelah tumor ganas nasofaring dan tumor

ganas hidung dan sinus paranasal.1

1

Page 2: Isi Referat Karsinoma Laring

Karsinoma laring lebih sering mengenai laki-laki dibanding perempuan, dengan

perbandingan 11 : 1. Terbanyak pada usia 56-69 tahun.1,2,3

Etiologi pasti sampai saat ini belum diketahui, akan tetapi didapatkan beberapa

informasi yang berhubungan erat dengan terjadinya keganasan pada laring yaitu : rokok,

alkohol, sinar radioaktif, polusi udara, radiasi leher dan asbestosis.1,2,3

Untuk menegakkan diagnosa karsinoma laring masih belum memuaskan, hal ini

disebabkan antara lain karena letaknya yang sulit untuk dicapai sehingga yang sering

dijumpai adalah kondisi bukan pada stadium awal lagi. Biasanya pasien datang dalam

keadaan yang sudah berat sehingga hasil pengobatan yang diberikan kurang

memuaskan. Yang terpenting pada penanggulangan tumor ganas laring ialah diagnosa

dini.1

Secara umum penatalaksanaan tumor ganas laring adalah dengan pembedahan,

radiasi, sitostatika ataupun kombinasi daripadanya, tergantung stadium penyakit dan

keadaan umum penderita.1,2,3

Oleh karena pada umumnya kebanyakan pasien datang dalam tahap yang sudah

lanjut, dan untuk mengetahui bagaimana peran dari kedokteran dalam membantu

mendiagnosa penyakit ini, maka penulis berusaha berbagi informasi dengan menyajikan

tulisan referat tentang karsinoma laring.

I.2 TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum :

Tujuan penulisan ini untuk memberikan informasi kesehatan yang berkaitan

tentang penatalaksanaan karsinoma laring.

2. Tujuan Khusus:

Sebagai syarat dalam menyelesaikan tugas Kepaniteraan Klinik THT di

Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih.

2

Page 3: Isi Referat Karsinoma Laring

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 DEFINISI

Laring merupakan organ vital pada tubuh manusia yang berfungsi sebagai organ

yang mempertahankan jalan napas, melindungi jalan napas dan paru paru, membantu

mengatur sirkulasi, sumber suara atau fonasi, membantu proses menelan, dan

mengekspresikan emosi.1

II.2 ANATOMI dan FISIOLOGI

1. Fisologi Suara

Proses fonasi merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan

banyak organ di tubuh. Terdapat 3 sistem organ pembentuk suara yang saling

berintegrasi untuk menghasilkan kualitas suara yang baik yaitu sistem pernapasan,

laring dan traktus vokalis supraglotis.4,5

a. Paru

Paru berperan sangat penting pada proses fonasi karena merupakan organ

pengaktif proses pembentukan suara. Udara yang dihembuskan pada saat ekspirasi

akan melewati celah glotis dan menghasilkan tekanan positif untuk menggetarkan

pita suara. Fungsi paru yang baik sangat diperlukan agar dapat dihasilkan

suara yang berkualitas.4

b. Saraf

Susunan saraf pusat dan saraf tepi akan mengontrol dan mengkoordinasikan

semua otot dan organ yang berperan dalam proses fonasi. Kerusakan pada

saraf ini akan mengacaukan proses pembentukan suara.4

c. Rongga mulut dan faring

Perubahan ukuran dan bentuk rongga-rongga ini akan memperkuat intensitas

suara yang dihasilkan melalui resonansi.4

d. Pita suara

Pita suara merupakan generator pada proses fonasi. Pita suara digerakkan oleh

otot-otot intrinsik laring. Gerakan dan getaran otot-otot pita suara

3

Page 4: Isi Referat Karsinoma Laring

merupakan gerakan terkendali (volunter), sehingga dapat dilatih untuk dapat

menghasilkan suara yang diinginkan.4

Gambar 1: Anatomi laring

2. Anatomi Fisiologi Laring

Laring atau kotak suara ( voice box) merupakan bagian yang terbawah dari

saluran napas bagian atas. Bentuknya menyerupai limas segitiga terpancung,

dengan bagian atas lebih besar daripada bagian bawah. Batas atas laring adalah

aditus laring, sedangkan batas bawahnya ialah batas kaudal kartilago krikoid.2

Laring dibentuk oleh sebuah tulang di bagian atas dan beberapa tulang rawan

yang saling berhubungan satu sama lain dan diikat oleh otot intrinsik dan ekstrinsik

serta dilapisi oleh mukosa.6,7,8

Tulang dan tulang rawan laring yaitu :

1. Os Hioid: terletak paling atas, berbentuk huruf “U”, mudah diraba pada leher

bagian depan. Pada kedua sisi tulang ini terdapat prosesus longus di bagian

belakang dan prosesus brevis di bagian depan. Permukaan bagian atas tulang ini

melekat pada otot-otot lidah, mandibula dan tengkorak.

2. Kartilago tiroid : merupakan tulang rawan laring yang terbesar, terdiri dari dua

lamina yang bersatu di bagian depan dan mengembang ke arah belakang.

Kartilago Krikoid : terletak di belakang kartilago tiroid dan merupakan tulang

rawan paling bawah dari laring. Di setiap sisi tulang rawan krikoid melekat

ligamentum krikoaritenoid, otot krikoaritenoid lateral dan di bagian belakang

melekat otot krikoaritenoid posterior.

4

Page 5: Isi Referat Karsinoma Laring

Otot-otot laring terdiri dari 2 golongan besar, yaitu :

1. Otot-otot ekstrinsik :

Otot elevator : M. Milohioid, M. Geniohioid, M. Digastrikus dan M. Stilohioid

Otot depressor : M. Omohioid, M. Sternohioid dan M. Tirohioid

2. Otot-otot Intrinsik :

a. Otot Adduktor dan Abduktor :

M. Krikoaritenoid, M. Aritenoid oblique dan transversum

b. Otot yang mengatur tegangan ligamentum vokalis :

M. Tiroaritenoid, M. Vokalis, M. Krikotiroid

c. Otot yang mengatur pintu masuk laring :

M. Ariepiglotik, M. Tiroepiglotik.

Gambar 2: Anatomi laring: (a) anterior ; (b) anterolateral.

Gambar 3: (a) The internal structure of the larynx - the lamina of the thyroid cartilage has been cut away. (b) The larynx dissected from behind, with cricoid cartilage divided, to show the true and false vocal cords with the sinus of the larynx between.

5

Page 6: Isi Referat Karsinoma Laring

Gambar 4. Anatomi laring, tampak otot-otot dan kartilago laring. (A) laring dari posterior, (B) laring dari atas.10

Laring mempunyai tiga fungsi utama yaitu proteksi jalan napas, respirasi

dan fonasi. Laring membuat suara serta menentukan tinggi rendahnya nada. Saat

bernapas pita suara membuka (gambar 5), sedangkan saat berbicara atau bernyanyi

akan menutup (gambar 6) sehingga udara meninggalkan paru-paru, bergetar dan

menghasilkan suara.9

Gambar 5. Posisi pita suara saat bernapas Gambar 6. Posisi pita suara saat Berbicara

Pembentukan suara merupakan fungsi laring yang paling kompleks. Pemantauan

suara dilakukan melalui umpan balik yang terdiri dari telinga manusia dan suatu sistem

dalam laring sendiri. Fungsi fonasi dengan membuat suara serta menentukan

tinggi rendahnya nada. Tinggi rendahnya nada diatur oleh peregangan plika vokalis.

Syarat suara nyaring yaitu anatomi korda vokalis normal dan rata, fisiologis harus

normal dan harus ada aliran udara yang cukup kuat.10

Terdapat 3 fase dalam berbicara: pulmonal (paru), laringeal, dan

supraglotis / oral. Fase pulmonal menghasilkan aliran energi dengan inflasi dan ekspulsi

udara. Aktivitas ini memberikan kolom udara pada laring untuk fase laringeal. Pada fase

6

Page 7: Isi Referat Karsinoma Laring

laringeal, pita suara bervibrasi pada frekuensi tertentu untuk membentuk suara yang

kemudian di modifikasi pada fase supraglotik / oral. Kata (word) terbentuk

sebagai aktivitas faring (tenggorok), lidah, bibir, dan gigi. Disfungsi pada

setiap stadium dapat menimbulkan perubahan suara, yang mungkin saja di

interpretasikan sebagai hoarseness oleh seseorang / penderita.1,2,11

Adapun perbedaan frekuensi suara yang dihasilkan oleh kombinasi kekuatan

ekspirasi paru dan perubahan panjang, lebar, elastisitas, dan ketegangan pita suara. Otot

adduktor laringeal adalah otot yang bertanggung jawab dalam memodifikasi panjang

pita suara. Akibat aktivitas otot ini, kedua pita suara akan merapat (aproksimasi), dan

tekanan dari udara yang bergerak menyebabkan vibrasi dari pita suara yang elastik. 1,2,11

Laring khususnya berperan sebagai penggetar (vibrator). Elemen yang

bergetar adalah pita suara. Pita suara menonjol dari dinding lateral laring ke arah tengah

dari glotis. Pita suara ini diregangkan dan diatur posisinya oleh beberapa otot spesifik

pada laring itu sendiri. 1,2,11

3. Kelenjar Limfa Leher 2,10,11,12

Sistem aliran limfa leher penting untuk dipelajari, karena hampir semua bentuk

radang atau keganasan kepala dan leher akan terlihat dan bermanifestasi ke kelenjar

limfa leher. Sekitar 75 buah kelenjar limfa terdapat pada setiap sisi leher, kebanyakan

berada pada rangkaian jugularis interna dan spinalis asesorius.

Kelenjar limfa yang selalu terlibat dalam metastasis tumor adalah kelenjar limfa

pada rangkaian jugularis interna, yang terbentang antara klavikula hingga dasar

tengkorak. Terdapat dua sistem aliran limfa terpisah yaitu superior dan inferior, dimana

garis pemisahnya adalah korda vokalis sejati.

Korda vokalis sendiri mempunyai suplai limfatik yang buruk. Di sebelah

superior, aliran limfa menyertai pedikulus neurovaskular superior untuk bergabung

dengan nodi limfatisi superiores dari rangkaian servikalis profund sebagai os hioideus.

Drainase subglotis lebih beragam, yaitu ke nodi limfatikus pretrakeales (satu kelenjar

terdapat tepat di depan krikoid dan disebut nodi Delphian). Kelenjar getah bening

servikalis profunda inferior, nodi supraklavikularis dan bahkan nodi mediastinalis

superior.

4. Persarafan dan Perdarahan Laring 10

7

Page 8: Isi Referat Karsinoma Laring

Dua pasang saraf mengurus laring dengan persarafan sensorik dan motorik. Dua

saraf laringeus superior dan dua inferior atau laringeus rekurens, saraf laringeus

merupakan cabang dari nervus vagus. Saraf laringeus superior meninggalkan trunkus

vagalis tepat dibawah ganglion nodusum, melengkung ke anterior dan medial di bawah

arteri karotis interna dan eksterna, dan becabang dua menjadi suatu cabang sensorik

interna dan cabang motorik eksterna.

Cabang interna menembus membrana tirohioidea untuk mengurus persarafan

sensorik valekula, epiglotis, sinus piriformis, dan seluruh mukosa laring superior interna

tepi bebas korda vokalis sejati. Maing-masing cabang eksterna merupakan cabang

motorik untuk satu otot saja, yaitu otot krikotiroideus. Sebelah inferior, saraf rekurens

berjalan naik dalam alur diantara trakea dan esofagus, masuk ke laring tepat di belakang

artikulasio krikotiroideus dan mengurus persarafan motorik semua otot intrinsik laring,

kecuali krikotiroideus. Saraf rekuren juga mengurus sensasi jaringan di bawah korda

vokalis sejati dan trakea superior. Karena perjalanan saraf inferior kiri yang lebih

panjang serta hubungannya dengan aorta, maka saraf ini lebih rentan cedera

dibandingkan saraf yang kanan.

Gambar 7 : Suplai Perdarahan Laring

8

Page 9: Isi Referat Karsinoma Laring

Suplai arteri dan drainase vena dari laring paralel dengan suplai sarafnya. Arteri

dan vena laringeal superior merupakan cabang dari arteri dan vena tiroidea superior, dan

keduanya bergabung dengan cabang interna saraf laringeus superior untuk membentuk

pedikulus neurovaskular superior. Arteri dan vena laringeus inferior berasal dari

pembuluh darah tiroidea inferior dan masuk ke laring bersama saraf laringeus rekurens.

II.3 KLASIFIKASI

Union International Centre le Cancer (UICC) 1982, membagi tumor ganas laring

dalam klasifikasi dan stadium tumor ganas laring sebagai berikut:

1. Supraglotis

Terbatas pada daerah mulai dari tepi atas epiglotis sampai batas atas glotis

termasuk pita suara palsu dan ventrikel laring.

2. Glotis

Mengenai pita suara asli. Batas inferior glotis adalah 10 mm dibawah tepi bebas

pita suara, 10 mm merupakan batas inferior otot – otot intrinsik pita suara. Batas

superior adalah ventrikel laring. Oleh karena itu, tumor glotis dapat mengenai satu

atau kedua pita suara, dapat meluas ke subglotis sejauh 10 mm, dan dapat

mengenai komisura anterior atau posterior atau prosesus vokalis kartilago

aritenoid.

3. Subglotis

Tumbuh lebih dari 10 mm di bawah tepi bebas pita suara asli sampai batas inferior

krikoid.

Klasifikasi Tumor Ganas Laring ( AJCC dan UICC 1988 )

1. Tumor primer (T)

Supra glotis :

T is : tumor insitu

T 0 : tidak jelas adanya tumor primer

T 1 : tumor terbatas di supra glotis dengan pergerakan normal

T1a : tumor terbatas pada permukaan laring epiglotis, plika ariepiglotika,

ventrikel atau pita suara palsu satu sisi.

T 1b : tumor telah mengenai epiglotis dan meluas ke rongga ventrikel atau pita

suara palsu

9

Page 10: Isi Referat Karsinoma Laring

T 2 : tumor telah meluas ke glotis tanpa fiksasi

T 3 : tumor terbatas pada laring dengan fiksasi dan atau adanya infiltrasi ke

dalam

T 4 : tumor dengan penyebaran langsung sampai ke luar laring.

2. Glotis :

T is : tumor insitu

T 0 : tak jelas adanya tumor primer

T 1 : tumor terbatas pada pita suara (termasuk komisura anterior dan posterior)

dengan pergerakan normal

T 1a : tumor terbatas pada satu pita suara asli

T 1b : tumor mengenai kedua pita suara

T 2 : tumor terbatas di laring dengan perluasan daerah supra glotis maupun

sub glotis dengan pergerakan pita suara normal atau terganggu

T 3 : tumor terbatas pada laring dengan fiksasi dari satu atau kedua pita suara

T 4 : tumor dengan perluasan ke luar laring

3. Sub glotis :

T is : tumor insitu

T 0 : tak jelas adanya tumor primer

T 1 : tumor terbatas pada subglotis

T 1a : tumor terbatas pada satu sisi

T 1b : tumor telah mengenai kedua sisi

T 2 : tumor terbatas di laring dengan perluasan pada satu atau kedua pita suara

asli dengan pergerakan normal atau terganggu

T 3 : tumor terbatas pada laring dengan fiksasi satu atau kedua pita suara

T 4 : tumor dengan kerusakan tulang rawan dan atau meluas keluar laring

4. Pembesaran kelenjar getah bening leher (N)

N x : kelenjar tidak dapat dinilai

N 0 : secara klinis tidak ada kelenjar

N 1 : klinis terdapat kelenjar homolateral dengan diameter ≤ 3 cm

N 2 : klinis terdapat kelenjar homolateral dengan diameter >3 – <6 cm atau

klinis terdapat kelenjar homolateral multipel dengan diameter ≤ 6 cm

N 2a : klinis terdapat satu kelenjar homolateral dengan diameter > 3 cm - ≤ 6

cm.

10

Page 11: Isi Referat Karsinoma Laring

N 2b : klinis terdapat kelenjar homolateral multipel dengan diameter ≤ 6 cm

N 3 : kelenjar homolateral yang masif, kelenjar bilateral atau kontra lateral

N 3 a : klinis terdapat kelenjar homolateral dengan diameter > 6 cm

N 3 b : klinis terdapat kelenjar bilateral

N 3 c : klinis hanya terdapat kelenjar kontra lateral

5. Metastase jauh (M)

M 0 : tidak ada metastase jauh

M 1 : terdapat metastase jauh

4. Stadium :

Stadium I : T1 N0 M0

Stadium II : T2 N0 M0

Stadium III : T3 N0 M0 ; T1, T2, T3, N1, M0

Stadium IV : T4, N0, M0 ; Setiap T, N2, M0, setiap T, setiap N , M1

II.4 MANIFESTASI KLINIS

1. Gejala dan tanda yang sering dijumpai adalah :1,2,4

a. Suara serak

Suara serak adalah gejala utama karsinoma laring, merupakan gejala

paling dini tumor pita suara. Hal ini disebabkan karena gangguan fungsi fonasi

laring. Kualitas nada sangat dipengaruhi oleh besar celah glotis, besar pita

suara, ketajaman tepi pita suara, kecepatan getaran dan ketegangan pita suara.

Pada tumor ganas laring, pita suara gagal berfungsi secara baik

disebabkan oleh ketidakteraturan pita suara, oklusi atau penyempitan celah

glotis, terserangnya otot – otot vokalis, sendi dan ligamen krikoaritenoid, dan

kadang – kadang menyerang syaraf. Adanya tumor di pita suara akan

mengganggu gerak maupun getaran kedua pita suara tersebut. Serak

menyebabkan kualitas suara menjadi kasar, mengganggu, sumbang dan

nadanya lebih rendah dari biasanya. Kadang – kadang bisa afoni karena nyeri,

sumbatan jalan nafas, atau paralisis komplit.

Hubungan antara serak dengan tumor laring tergantung pada letak tumor.

Apabila tumor tumbuh pada pita suara asli, serak merupakan gejala dini dan

menetap. Apabila tumor tumbuh di daerah ventrikel laring, di bagian bawah

plika ventrikularis, atau di batas inferior pita suara, serak akan timbul

kemudian. Pada tumor supraglotis dan subglotis, serak dapat merupakan gejala 11

Page 12: Isi Referat Karsinoma Laring

akhir atau tidak timbul sama sekali. Pada kelompok ini, gejala pertama tidak

khas dan subjektif, seperti perasaan tidak nyaman, rasa ada yang mengganjal di

tenggorok. Tumor hipofaring jarang menimbulkan serak, kecuali tumornya

eksentif. Fiksasi dan nyeri menimbulkan suara bergumam ( hot potato voice ).

b. Sesak nafas dan stridor

Dyspnea dan stridor adalah gejala yang disebabkan oleh sumbatan jalan

nafas dan dapat timbul pada tiap tumor laring. Gejala ini disebabkan oleh

gangguan jalan nafas oleh massa tumor, penumpukan kotoran atau sekret,

maupun oleh fiksasi pita suara. Pada tumor supraglotis atau transglotis terdapat

kedua gejala tersebut. Sumbatan yang terjadi secara perlahan – lahan dapat

dikompensasi oleh pasien. Pada umumnya dyspnea dan stridor adalah tanda

prognosis yang kurang baik.

c. Rasa nyeri di tenggorok

Keluhan ini dapat bervariasi dari rasa goresan sampai rasa nyeri yang tajam.

d. Disfagia

Disfagia adalah ciri khas tumor pangkal lidah, supraglotis, hipofaring dan sinus

piriformis. Keluhan ini merupakan keluhan yang paling sering pada tumor

ganas postkrikoid. Rasa nyeri ketika menelan atau odinofagi menandakan

adanya tumor ganas lanjut yang mengenai struktur ekstra laring.

e. Batuk dan hemoptisis

Batuk jarang ditemukan pada tumor ganas glotis, biasanya timbul dengan

tertekannya hipofaring disertai sekret yang mengalir ke dalam laring.

Hemoptitis sering terjadi pada tumor glotis dan tumor supraglotis.

Gejala lain berupa nyeri alih ke telinga ipsilateral, halitosis, hemoptisis dan

penurunan berat badan yang menandakan perluasan tumor ke luar laring atau

metastasis jauh. Pembesaran kelenjar getah bening leher dapat dipertimbangkan

sebagai metastasis tumor ganas yang menunjukkan tumor pada stadium lanjut.

Nyeri tekan laring adalah gejala lanjut yang disebabkan oleh komplikasi supurasi

tumor yang menyerang kartilago tiroid dan perikondrium.

II.5 DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis ditegakkan berdasarkan :1,2,5,11

a. Anamnese 12

Page 13: Isi Referat Karsinoma Laring

b. Pemeriksaan THT rutin

c. Laringoskopi

d. Radiologi foto polos leher dan dada

e. Pemeriksaan radiologi khusus : politomografi, CT-Scan, MRI

f. Pemeriksaan hispatologi dari biopsi laring sebagai diagnosa pasti

Diagnosis Banding :

a. TBC laring

b. Sifilis laring

c. Tumor jinak laring

d. Penyakit kronis laring

II.6 PENATALAKSANAAN

Pada prinsipnya ada 3 tindakan penatalaksanaan penanggulangan karsinoma

laring yaitu pembedahan, radiasi dan sitostatika, ataupun kombinasi daripadanya.

Tergantung stadium penyakit dan keadaan umum yang dialami pasien. Sebagai acuan

tindakan bahwa dapat dikatakan stadium 1 dikirim untuk mendapatkan radiasi, stadium

2 dan 3 dikirim untuk dilakukan operasi, stadium 4 dilakukan operasi dengan

rekonstruksi, bila masih memungkinkan atau dikirim untuk mendapatkan radiasi.

1. Pembedahan

Tindakan operasi untuk keganasan laring terdiri dari :

a. Laringektomi

1) Laringektomi parsial

Laringektomi parsial diindikasikan untuk karsinoma laring stadium I

yang tidak memungkinkan dilakukan radiasi, dan tumor stadium II.

2) Laringektomi total

Adalah tindakan pengangkatan seluruh struktur laring mulai dari batas

atas (epiglotis dan os hioid) sampai batas bawah cincin trakea.

b. Diseksi Leher Radikal

Tidak dilakukan pada tumor glotis stadium dini (T1 – T2) karena

kemungkinan metastase ke kelenjar limfe leher sangat rendah. Sedangkan

tumor supraglotis, subglotis dan tumor glotis stadium lanjut sering kali

terdapat metastase ke kelenjar limfe leher sehingga perlu dilakukan tindakan

diseksi leher. Pembedahan ini tidak disarankan bila telah terdapat metastase

jauh.

13

Page 14: Isi Referat Karsinoma Laring

2. Radioterapi

Radioterapi digunakan untuk mengobati tumor glotis dan supraglotis T1

dan T2 dengan hasil yang baik (angka kesembuhannya 90%). Keuntungan dengan

cara ini adalah laring tidak cedera sehingga suara masih dapat dipertahankan.

Dosis yang dianjurkan adalah 200 rad perhari sampai dosis total 6000 – 7000

rad.4,5

Pelaksanaan Radioterapi dengan dosis menengah pernah dilakukan oleh

Ogura, Som, Wang, dkk, dalam penelitiannya untuk kejadian pada tumor-tumor

tertentu. Prinsip dasarnya adalah untuk memperoleh kerusakan maksimal dari

tumor tanpa kerusakan yang tidak dapat disembuhkan pada jaringan yang

melapisinya. Wang dan Schulz memberikan 4500–5000 rad selama 4–6 minggu

diikuti dengan laringektomi total.5

Gambaran radiologi pada karsinoma laring

a. Radiologi konvensional 13,14

Radiografi jaringan lunak leher merupakan studi survey yang baik.

Udara digunakan sebagai agen kontras alami untuk memvisualisasikan lumen

laring dan trakea. Ketebalan jaringan retrofaringeal dapat dinilai. Epiglotis

dan lipatan ariepiglotik dapat divisualisasikan. Namun, radiografi tidak

memiliki peran dalam manajemen kanker laring saat ini.

b. Computed Tomography – CT Scan 13

14

Gambar 8: Lateral radiograph of the neck showing the different structures of the larynx: a, vallecula; b, hyoid bone; c, epiglottis; d, pre-epiglottic space; e, ventricle (air-space between false and true cords); f, arytenoid; g, cricoid; and h, thyroid cartilage.5

Page 15: Isi Referat Karsinoma Laring

Penentuan stadium awal pada diagnosa klinis berdasarkan pada

keterlibatan beberapa tempat pada supraglotis laring dan mobilitas pita suara.

Pencitraan dapat membantu dalam mengidentifikasi perluasan submukosa

transglotis yang tersembunyi. Kriteria pencitraan lesi T3 adalah perluasan ke

ruang pra-epiglotis (paralaryngeal fat) atau tumor yang mengerosi kebagian

dalam korteks dari kartilago tiroid. Tumor yang mengerosi ke bagian luar

korteks kartilago tiroid merupakan stadium T4a. Ada yang berpendapat

bahwa kerterlibatan korteks bagian luar saja tanpa keterlibatan sebagian besar

tendon bisa memenuhi kriteria pencitraan lesi T4.

Tumor stadium T4 (a dan b) sulit diidentifikasikan hanya dengan

pemeriksaan klinis saja, karena sebagian besar kriteria tidak dapat dinilai

dengan palpasi dan endoskopi. Pencitraan secara Cross-sectional

diindikasikan untuk mengetahui komponen anatomi yang terlibat untuk

menentukan stadium tumor.

Untuk mendapatkan gambaran yang baik, ketebalan potongan tidak

boleh lebih dari 3 mm dan laring dapat dicitrakan dalam beberapa detik, dan

dengan artefak minimal akibat gerakan.

Gambar 9: Normal larynx. Axial CT scan shows the normal appearance of the larynx during quiet respiration. The true vocal cords are abducted.14

15

Page 16: Isi Referat Karsinoma Laring

Gambar 10: Normal larynx. Axial CT scan obtained during phonation shows that the true vocal cords are thin and adducted. The ventricles are properly inflated. 14

Gambar 11.  Tumorlike nodules of the true vocal cords that manifested as hoarseness. Axial CT scan obtained during quiet respiration shows apposition of the thickened true vocal cords (arrows).14

Gambar 12.  Tumorlike nodules of the true vocal cords that manifested as hoarseness. Axial CT scan obtained during phonation shows a nodule of the right true vocal cord (arrow). The nodule is clearly visible due to tension of the true vocal cords. 14

Gambar 13.  Tumorlike nodules of the true vocal cords that manifested as hoarseness. Image from endoscopy shows two lesions of the true vocal cords. Histopathologic evaluation revealed Reinke edema (pseudocysts).14

16

Page 17: Isi Referat Karsinoma Laring

Gambar 14.  Tumorlike nodules of the true vocal cords that manifested as hoarseness. Image from endoscopy shows two lesions of the true vocal cords. Histopathologic evaluation revealed Reinke edema (pseudocysts).14

Gambar 15.  Squamous cell carcinoma of the right side of the glottis. Axial CT scan obtained during quiet respiration shows a tumor of the anterior commissure (arrow).14

Gambar 16.  Squamous cell carcinoma of the right side of the glottis. Coronal reformatted image obtained during quiet respiration shows the tumor (*). However, the true and false vocal cords are poorly seen, so the local extent of the tumor remains undefined.14

17

Page 18: Isi Referat Karsinoma Laring

Gambar 17.  Squamous cell carcinoma of the right side of the glottis. Coronal reformatted image obtained during phonation shows the right laryngeal ventricle (arrow). The tumor (*) is located solely below the ventricle; therefore, involvement of the supraglottic structures is ruled out.14

Gambar 18: CT scan shows tumoral involvement of the right vocal cord.5

Gambar 19: CT scan shows a subglottic cancer along the cricoid cartilage.5

18

Page 19: Isi Referat Karsinoma Laring

Gambar 20:Ca larynx 52 year old heavy smoker with severe swallowing difficulties.

Findings: The post contrast axial CT image of the larynx demonstrates an extensive, mainly left-sided mass on both sides of the larynx with distinct inhomogeneous contrast enhancement. The mass can be seen all around laryngeal skeleton. The lumen of the larynx is slightly displaced to the left. The sagittal reconstruction image (top right image) excellently demonstrates the cranio-caudal spread of the tumor that extends from the oropharynx right down to the larynx. The coronal reconstruction images (images below) also demonstrate the spread of the tumor; the lower right picture shows the growth all around of the laryngeal skeleton. The lower left picture also shows lymph node metastases. Diagnosis with Extensive hypopharynx-larynx carcinoma with pathological lymph nodes with differensial diagnosis Other malignant tumors with origin in the hypopharynx or larynx.

Gambar 21: Larynx carcinoma with invasion of cartilage 12

59-year-old heavy smoker with severe difficulty in swallowing.Finding: The CT image at the level of the larynx after contrast administration demonstrates a mass around the right vocal cord which extends from the arytenoid cartilage/cricoid cartilage to the ventral commissure(below).The lowest portion of the arytenoid cartilage and of the cricoid cartilage on the right side appear hypersclerosized in the bony window (below), indicating possible invasion of cartilage. Diagnosis with Larynx carcinoma with invasion of cartilage (T4) and with differensial diagnosis Other malignant laryngeal tumors.

19

Page 20: Isi Referat Karsinoma Laring

Gambar 19: CT scan showing growth larynx with hypopharyngeal extension11

Gambar 22. A: Axial contrast-enhanced CT obtained at the level of the supraglottis shows a left-sided epiglottic carcinoma extending into the pre-epiglottic space (arrow). This would indicate a T3 lesion. B: Bone algorithm shows absence of the adjacent thyroid cartilage (short arrow) compared to the contralateral side (long arrow). These findings indicate tumor invasion of the inner and outer cortex of the thyroid cartilage.

Gambar 23. A: Axial computed tomography (CT) obtained at the level of the true vocal cord demonstrates an anterior commissure carcinoma eroding the anterior portion of the thyroid cartilage and extending into the adjacent soft tissue (arrow). B: Axial CT obtained in a different patient shows a left-sided true vocal cord carcinoma eroding both the inner and outer cortex of the thyroid cartilage without bulk involvement into the adjacent soft tissues.

c. Magnetic Resonance Imaging (MRI)1,2,4,5

MRI memiliki beberapa kelebihan daripada CT yang mungkin membantu

dalam perencanaan pre-operasi. Pencitraan koronal membantu dalam

menentukan keterlibatan ventrikel laringeal dan penyebaran transglotik.

20

Page 21: Isi Referat Karsinoma Laring

Pencitraan Midsagital membantu untuk memperlihatkan hubungan antara tumor

dengan komisura anterior. MRI juga lebih unggul daripada CT untuk

karakterisasi jaringan spesifik. Namun, pencitraan yang lebih lama dapat

menyebabkan degradasi gambar akibat pergerakan.

Gambar 24: Gambaran MRI laring Normal

Gambar 25: Gambaran MRI laring dengan tumor

3. Kemoterapi

Diberikan pada tumor stadium lanjut, sebagai terapi adjuvant ataupun

paliatif. Obat yang diberikan adalah cisplatinum 80–120 mg/m2 dan 5 FU 800–

1000 mg/m2.5

II.7 REHABILITASI

Rehabilitasi setelah operasi sangat penting karena telah diketahui bahwa tumor

ganas laring yang diterapi dengan seksama memiliki prognosis yang baik. Rehabilitasi

21

Page 22: Isi Referat Karsinoma Laring

mencakup : “Vocal Rehabilitation, Vocational Rehabilitation dan Social

Rehabilitation”.4,5,11

II.8 PROGNOSA

Tergantung dari stadium tumor, pilihan pengobatan, lokasi tumor dan kecakapan

tenaga ahli. Secara umum dikatakan five years survival pada karsinoma laring stadium I

: 90 – 98% stadium II : 75 – 85%, stadium III : 60 – 70% dan stadium IV : 40 – 50%.

Adanya metastase ke kelenjar limfe regional akan menurunkan 5 year survival rate

sebesar 50%.3,5

22

Page 23: Isi Referat Karsinoma Laring

BAB III

KESIMPULAN

1. Karsinoma laring adalah salah satu keganasan kepala dan leher yang sering

ditemukan.

2. Etiologi pasti sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun didapatkan

beberapa hal yang diduga kuat sebagai pemicu yang berkaitan erat dengan

terjadinya keganasan laring yaitu : rokok, alkohol, sinar radioaktif, polusi udara

radiasi leher dan asbestosis.

3. Untuk menegakkan diagnosa tumor ganas laring masih belum memuaskan, hal ini

disebabkan antara lain karena letaknya yang sulit untuk dicapai sehingga dijumpai

bukan pada stadium awal lagi. Biasanya pasien datang dalam keadaan yang sudah

berat sehingga hasil pengobatan yang diberikan kurang memuaskan. Yang

terpenting pada penanggulangan tumor ganas laring ialah diagnosa dini.

4. Secara umum penatalaksanaan tumor ganas laring adalah pembedahan, radiasi,

sitostatika maupun kombinasi daripadanya. Pilihan terbaik untuk pasien ini adalah

radiasi, karena hasil biopsi dari tumor menunjukkan karsinoma sel skuamosa non

keratin yang bersifat radio sensitif. Keuntungan lain dari radiasi adalah laring tidak

cedera sehingga suara masih dapat dipertahankan.

5. Rehabilitasi setelah operasi dengan terapi yang seksama memiliki prognosis yang

baik. Kerjasama yang baik dari ahli onkologi, ahli patologi dan ahli radiasi

onkologi sangatlah diperlukan untuk memberikan kesembuhan yang optimal.

23

Page 24: Isi Referat Karsinoma Laring

DAFTAR PUSTAKA

1. Prof. dr. Bambang Hermani, Sp. THT-KL(K), ASPEK PENCEGAHAN KANGKER LARING. Ilmu Penyakit THT Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI RSCM).1990.

2. Hermani B, Kartosoediro S. Suara Parau. Dalam: Soepardi EA, Iskandar HN (editors). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher Edisi ke V. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2003. 190-9.

3. Hermans R. Laryngeal Neoplasms. Dalam Hermans R. Head and Neck Cancer Image. Germany; Springer: 2006; h 43-77.

4. Kadriyan H. Aspek Fisiologis dan Biomekanis Kelelahan Bersuara serta Penatalaksanaannya. Cermin Dunia Kedokteran 2007;155: 93.

5. Iskandar HN. Pemakaian Mikroskop Pada Diagnostik dan Bedah Laring. Cermin Dunia Kedokteran 1987; 43: 21-22.

6. Becker W, Naumann HH, Pfaltz CR. Ear Nose and Throat diseases, A. Pocket Reference. Edisi ke-2. New York. Thieme Med. 1994. h. 423-32.

7. Bailey BJ. Early Glottic Carcinoma. Dalam : Bailey BJ. Ed. Head and Neck Surgery Otolaringology. Vol. 2. ed Philadelphia. JB Lippincot. h. 1313-60.

8. Lawson W, Biller HFM, Suen JY. Cancer of the Larynx. Dalam Myers EN, Suem JY. Ed. Cancer of the Head and Neck. Churchill Livingstone. h. 533-60.

9. Sulica L. Normal Voice Function http://www.voicemedicine.com/ normal_voice_functioning.htm [diakses 17 Oktober 2012]

10. Cohen JI. Anatomi dan fisiologi laring dalam BOIES buku ajar penyakit THT edisi .Jakarta: EGC, 1994.

11. Spector, Ogura JH. Tumor Laring dan Laringofaring. Dalam. Ballenger JJ, Ed. Penyakit Telinga Hidung Tenggorok, Kepala dan Leher. Jilid I. Edisi ke-13. Jakarta : Binarupa Aksara. 1997. h. 621-77.

12. Rosen CA, Anderson D, Murry. Evaluating Hoarseness: Keeping Your Patient's Voice Healthy nhttp://www.aafp.org/afp/980600ap/rosen.html [diakses 17 Oktober 2012]

13. Haryuna Sh, Tumor Ganas Laring. Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Diunduh dari www. repository.usu.ac.id tanggal 18 Oktober 2012.

14. Iqbal N. Laryngeal Carcinoma. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/875436-overview Tanggal 18 Oktober 2012.

24