referat jiwa

19
BAB I PENDAHULUAN Dalam menjalani kehidupannya sejak kecil, remaja, dewasa hingga lanjut usia, seseorang mempunyai kecenderungan atau kebiasaan menggunakan suatu pola yang relatif serupa dalam menyikapi masalah yang dihadapi. Bila diperhatikan, cara atau metode penyelesaian itu tampak sebagai sesuatu yang terpola tertentu dan dapat ditengarai sebagai ciri atau tanda untuk mengenali orang tersebut. Fenomena ini dikenal sebagai karakter atau kepribadian. 1 Kepribadian adalah totalitas dari ciri perilaku dan emosi yang merupakan karakter atau ciri seseorang dalam kehidupan sehari-hari dalam kondisi yang biasa. Sifatnya stabil dan dapat diprediksi. Kepribadian tiap individu mempengaruhi tingkah laku dan keputusan dalam kehidupan sehari-hari. Kepribadian menurut Lukas Mangindaan bersifat stabil dan dapat diprediksi. Namun, ada kalanya kepribadian yang mulanya stabil dapat bersifat labil dan terganggu yang mengakibatkan distress dan disabilitas. 1 Gangguan kepribadian adalah ciri kepribadian yang bersifat tidak fleksibel dan maladaptif yang menyebabkan disfungsi yang bermakna dan penderitaan subjektif. Orang dengan gangguan kepribadian

description

j

Transcript of referat jiwa

Page 1: referat jiwa

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam menjalani kehidupannya sejak kecil, remaja, dewasa hingga lanjut

usia, seseorang mempunyai kecenderungan atau kebiasaan menggunakan suatu

pola yang relatif serupa dalam menyikapi masalah yang dihadapi. Bila

diperhatikan, cara atau metode penyelesaian itu tampak sebagai sesuatu yang

terpola tertentu dan dapat ditengarai sebagai ciri atau tanda untuk mengenali orang

tersebut. Fenomena ini dikenal sebagai karakter atau kepribadian.1

Kepribadian adalah totalitas dari ciri perilaku dan emosi yang merupakan

karakter atau ciri seseorang dalam kehidupan sehari-hari dalam kondisi yang

biasa. Sifatnya stabil dan dapat diprediksi. Kepribadian tiap individu

mempengaruhi tingkah laku dan keputusan dalam kehidupan sehari-hari.

Kepribadian menurut Lukas Mangindaan bersifat stabil dan dapat diprediksi.

Namun, ada kalanya kepribadian yang mulanya stabil dapat bersifat labil dan

terganggu yang mengakibatkan distress dan disabilitas.1

Gangguan kepribadian adalah ciri kepribadian yang bersifat tidak fleksibel

dan maladaptif yang menyebabkan disfungsi yang bermakna dan penderitaan

subjektif. Orang dengan gangguan kepribadian menunjukkan pola relasi dan

persepsi terhadap lingkungan dan diri sendiri yang bersifat maladaptif. Dengan

kata lain, kepribadian yang terganggu akan menyerupai pola kepribadian tertentu

dan bersifat kaku. Hal ini menyebabkan perubahan perilaku yang berdampak pada

kehidupan sehari-hari.1

Gangguan kepribadian cukup sulit untuk dibedakan dari ciri kepribadian.

Ciri kepribadian masih bersifat fleksibel, dan gambaran klinisnya tidak memenuhi

kriteria atau pedoman diagnostik, bersifat lebih ringan daripada gangguan

kepribadian. Sementara gangguan kepribadian menunjukkan ciri kepribadian yang

kehilangan fleksibilitasnya dan memenuhi kriteria diagnotik gangguan

kepribadian.1

Pada seorang individu dengan tindakan kriminal, penyalahgunaan zat,

pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan, perceraian, problem pemeliharaan anak,

Page 2: referat jiwa

sering datang ke klinik gawat darurat. Terkadang gangguan kepribadian berkaitan

dengan gangguan jiwa yang lain antara depresi, panik, dll.1

Gangguan kepribadian menurut PPDGJ III berdasarkan ciri khasnya,

diklasifikasikan menjadi sepuluh yakni:2

F60.0 Gangguan kepribadian paranoid

F60.1 Gangguan kepribadian skizoid

F60.2 Gangguan kepribadian dissosial

F60.3 Gangguan kepribadian emosional tidak stabil

.30 Tipe impulsif

.31 Tipe ambang

F60.4 Gangguan kepribadian histrionik

F60.5 Gangguan kepribadian anankastik

F60.6 Gangguan kepribadian cemas (menghindar)

F60.7 Gangguan kepribadian dependen

F60.8 Gangguan kepribadian khas lainnya

F60.9 Gangguan kepribadian YTT

Dalam referat ini penyusun akan membahas gangguan kepribadian

anankastik yang merupakan salah satu gangguan kepribadian khas yang cukup

banyak dijumpai di klinik.

2

Page 3: referat jiwa

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Gangguan kepribadian anankastik adalah pola perilaku berupa preokupasi

dengan keteraturan, peraturan, perfeksionisme, bersifat ‘ngotot’, keras kepala,

kontrol mental, mengenyampingkan : fleksibilitas, keterbukaan, efisiensi ; sering

pula tidak dapat mengambil keputusan. Bersifat pervasif, awitan sejak dewasa

muda, nyata dalam pelbagai konteks. Gambaran inti dari kepribadian jenis ini

adalah pola pervasif dari perfeksionisme dan bersifat kaku (tidak fleksibel).1

B. Epidemiologi.

Prevalensi tidak diketahui. Lebih banyak pada laki-laki dibandingkan pada

perempuan, seringkali ditemukan pada anak yang tertua. Banyak juga ditemukan

dalam keluarga derajat pertama. Seringkali dilatarbelakangi oleh pendidikan yang

berdisiplin keras semasa kecil. Teori Freud bahwa gangguan ini timbul karena

kesulitan semasa fase anal (umumnya sekitar usia 2 tahun) tidak terbukti oleh

banyak penelitian. Pada beberapa kasus dapat timbul Gangguan Obsesuf-

Kompulsif.Mereka sering berprestasi baik bila pekerjaannya bersifat metodologik

deduktif atau yang rinci, akan tetapi bila terjadi perubahan mendadak, ia sangat

rentan. Kehidupan pribadinya seringkali gersang, dapat timbul gangguan depresi

menjelang usia tua.1

C. Etiologi

1. Faktor Genetika

Satu buktinya berasal dari penelitian gangguan psikiatrik pada 15.000

pasangan kembar di Amerika Serikat. Diantara kembar monozigotik, angka

kesesuaian untuk gangguan kepribadian adalah beberapa kali lebih tinggi

dibandingkan kembar dizigotik. Selain itu menurut suatu penelitian, tentang

penilaian multiple kepribadian dan temperamen, minat okupasional dan waktu

luang, dan sikap social, kembar monozigotikyang dibesarkan terpisah adalah kira-

kira sama dengan kembar monozigotik yang dibesarkan bersama-sama.1,3

3

Page 4: referat jiwa

2. Faktor Temperamental

Faktor temperamental yang diidentifikasi pada masa anak-anak mungkin

berhubungan dengan gangguan kepribadian pada masa dewasa. Contohnya, anak-

anak yang secara temperamental ketakutan mungkin mengalami kepribadian

menghindar.1,3

3. Faktor Biologis

- Hormon

Orang yang menunjukkan sifat impulsive seringkali juga menunjukkan

peningkatan kadar testosterone, 17-estradiol dan estrone.1,3

- Neurotransmitter

Penilaian sifat kepribadian dan system dopaminergik dan serotonergik,

menyatakaan suatu fungsi mengaktivasi kesadaran dari neurotransmitter tersebut.

Meningkatkan kadaar serotonin dengan obat seretonergik tertentu

seperti fluoxetine dapat menghasilkan perubahan dramatik pada beberapa

karakteristik kepribadian. Serotonin menurunkan depresi, impulsivitas.1,3

- Elektrofisiologi

Perubahan konduktansi elektrik pada elektroensefalogram telah

ditemukaan pada beberaapa pasien dengan gangguan kepribadian, paling sering

pada tipe antisosial dan ambang, dimana ditemukan aktivitas gelombang lambat.1,3

4. Faktor Psikoanalitik

Sigmund Freud menyatakan bahwa sifat kepribadian berhubungan dengan

fiksasi pada salah satu stadium perkembangan psikoseksual. Fiksasi pada stadium

anal, yaitu anakyang berlebihan atau kurang pada pemuasan anal dapat

menimbulkan sifat keras kepala, kikir dan sangat teliti.1,3

D. Diagnosis

a. Anamnesis

Diagnosis gangguan kepribadian anankastik atau obsesif kompulsif

ditetapkan dalam PPDGJ III. Melalui anamnesis, seorang klinikus dapat

menegakkan diagnosis dengan menggali kebiasaan dan kecenderungan perilaku

pasien terhadap hal-hal tertentu yang berkaitan dengan gangguan kepribadian

4

Page 5: referat jiwa

anankastik. Selain itu, anamnesis juga dilakukan untuk mengeliminasi diagnosis

banding yang ada. Diagnosis gangguan kepribadian anankastik ditegakkan

berdasarkan pemeriksaan klinis, termasuk pemeriksaan status mental, dan melalui

informasi dari pasien, keluarga, teman dan teman sekerja.

Penegakan diagnosis penyakit ini, perlu dilakukan terlebih dahulu

penegakan diagnosis gangguan kepribadian yang khas. Hal ini dikarenakan oleh

sulitnya membedakan gangguan kepribadian yang khas dengan kebiasaan atau

pola tingkah laku individu. Di dalam PPDGJ III terdapat kriteria gangguan

kepribadian yang khas sebagai berikut:2

1. Kondisi tersebut tidak berkaitan langsung dengan kerusakan atau penyakit

otak berat (gross brain damage or disease) atau gangguan jiwa yang lain;

2. Disharmoni sikap dan perilaku yang cukup berat, biasany meliputi

beberapa bidang fungsi, misalnya afek, kesiagaan, pengendalian impuls,

cara memandang dan berpikir, serta gaya yang berhubungan dengan orang

lain;

3. Pola perilaku abnormal berlangsung lama, berjangka panjang, dan tidak

terbatas pada episode gangguan jiwa;

4. Pola perilaku abnormalnya bersifat pervasif (mendalam) dasn maladaptif

yang jelas terhadap berbagai kehidupan pribadi dan sosial yang luas;

5. Manifestasi di atas selalu muncul pada masa kanak-kanak atau remaja dan

berlangsung hingga usia dewasa;

6. Gangguan ini menyebabkan penderitaan pribadi (personal distress) yang

cukup berarti, tetapi baru menjadi nyata setelah perjalanan yang lanjut;

7. Gangguan ini bisanya berkaitan secara bermakna dengan masalah-masalah

dalam pekerjaan dan kinerja sosial.

Setelah dipastikan seseorang menderita gangguan kepribadian yang khas,

maka diagnosis gangguan kepribadian anankastik dapat ditegakkan apabila orang

tersebut memperlihatkan setidak-tidaknya tiga ciri dari ciri-ciri anankastik di

bawah ini:2

1. Perasaan ragu-ragu dan hati-hati yang berlebihan;

5

Page 6: referat jiwa

2. Preokupasi dengan hal-hal yang rinci (detail). Peraturan, daftar, urutan,

organisasi, atau jadwal;

3. Perfeksionisme yang mempengaruhi penyelesaian tugas;

4. Ketelitian yang berlebihan, terlalu hati-hati, dan keterikatan yang tidak

semestinya pada produktifitas sampai menghabiskan kepuasan dan

hubungan interpersonal;

5. Keterpakuan dan keterikatan yang berlebihan pada kebiasaan sosial;

6. Kaku dan keras kepala;

7. Pemaksaan yang tak beralasan agar orang lain mengikuti persis caranya

mengerjakan sesuatu, atau keengganan yang tak beralasan untuk

mengizinkan orang lain mengerjakan sesuatu;

8. Mecampur-adukkan pikiran atau dorongan yang memaksa dan yang

enggan.

Adapun kriteria diagnosis dari gangguan kepribadian obsesif kompulsif

menurut DSM-IV-TR adalah sebuah pola yang meresap pada terpusatnya

perhatian pada keteraturan, perfeksionisme, dan kontrol mental dan interpersonal,

dengan mengorbankan fleksibilitas, keterbukaan, dan efisiensi, dimulai dengan

awal masa dewasa dan hadir dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan

oleh empat (atau lebih) dari berikut:5,6

1. sibuk dengan rincian, peraturan, daftar, urutan, organisasi, atau jadwal

sejauh bahwa poin utama dari aktivitas ini hilang

2. menunjukkan perfeksionisme yang mengganggu penyelesaian tugas

(misalnya, tidak dapat menyelesaikan proyek karena standar yang terlalu

ketat kepada dirinya sendiri yang tidak dapat dipenuhi)

3. kerja secara berlebihan yang ditujukan untuk produktivitas dengan

mengesampingkan kegiatan rekreasi dan persahabatan (tidak

diperhitungkan oleh kebutuhan ekonomi yang jelas)

4. terlalu teliti, cermat, dan tidak fleksibel tentang masalah moralitas, etika,

atau nilai-nilai (tidak diperhitungkan oleh identifikasi budaya atau agama)

5. tidak dapat membuang benda yang sudah usang atau benda tak berharga

bahkan ketika mereka tidak memiliki nilai yang sentimental

6

Page 7: referat jiwa

6. enggan untuk mendelegasikan tugas atau bekerja dengan orang lain

kecuali mereka tunduk persis kepada dirinya caranya dalam melakukan

sesuatu

7. mengadopsi gaya belanja kikir baik terhadap diri dan orang lain, uang

dipandang sebagai sesuatu yang harus ditimbun untuk bencana di masa

depan

8. menunjukkan kekakuan dan keras kepala.

E. Diagnosis Banding

Gangguan Obsesif-kompulsif

Gangguan ini digambarkan sebagai pikiran dan tindakan yang berulang

yang menghabiskan waktu atau menyebabkan distress dan hendaya yang

bermakna. Gangguan ini memiliki banyak kesamaan dengan gangguan

kepribadian anankastik. Oleh karena itu gangguan kepribadian anankastik disebut

juga gangguan obsesif-kompulsif. Tetapi gangguan obsesif kompulsif merupakan

fase lanjut dari gangguan kepribadian anankastik.1

Obsesi adalah aktifitas mental seperti pikiran, perasaan, ide, impuls yang

berulang dan intrusif. Kompulsi adalah pola perilaku tertentu yang berulang dan

disadari seperti menghitung, memeriksa, dan menghindar. Tindakan kompulsi

merupakan usaha untuk meredakan kecemasan yang berhubungan dengan obsesi

dan kompulsi tidak beralasan sehingga bersifat egodistonik.1

Prevalensi gangguan obsesi kompulsi sebesar 2-2,4%. Sebagian besar

gangguan dimulai pada saat remaja atau dewasa muda (umur 18 – 24 tahun),

tetapi bisa terjadi pada masa kanak-kanak. Perbandingan antara laki-laki dan

perempuan sama.1

Pada umumnya obsesi dan kompulsi mempunyai gambaran tertentu

seperti:1

1. Adanya ide atau impuls yang terus-menerus menekan ke dalam kesadaran

individu

2. Perasaan cemas/takut akan ide atau impuls yang aneh

3. Obsesi dan kompulsi egoalien

7

Page 8: referat jiwa

4. Pasien mengenali obsesi dan kompulsi merupakan sesuatu yang abstrak

dan irasional

5. Individu yang menderita obsesi kompulsi merasa adanya keinginan kuat

untuk melawan

Ada empat pola gejala utama gangguan obsesi kompulsi yaitu:1

1. Kontaminasi

Pola yang paling sering adalah obsesi tentang kontaminasi, yang

diikuti oleh perilaku mencuci dan membersihkan atau menghindari objek

yang dicurigai terkontaminasi.

2. Sikap ragu-ragu yang patologik

Pola kedua yang sering terjadi adalah obsesi tentang ragu-ragu yang

diikuti dengan perilaku kompulsi mengecek/memeriksa. Tema obsesi

tentang situasi berbahaya atau kekerasan (seperti lupa mematikan kompor

atau tidak mengunci pintu rumah).

3. Pikiran yang intrusif

Pola yang jarang adalah pikiran yang intrusif tidak disertai kompulsi,

biasanya pikiran berulang tentang seksual atau tindakan yang bersifat

agresif.

4. Simetri

Obsesi yang temanya kebutuhan untuk simetri, ketepatan sehingga

bertindak lamban, misalnya makan bisa memerlukan waktu berjam-jam,

atau mencukur kumis dan janggut. Pola yang lain adalah obsesi yang

bertemakan keagamaan, trichotilomania, dan menggigit-gigit jari.

F. Penatalaksanaan

a. Farmakoterapi

Pengobatan yang diberikan pada pasien dengan gangguan kepribadian

anankastik adalah obat anti-obsesif kompulsif sbb:4

1. Obat Anti-obsesif kompulsif trisiklik misalnya Clomipramine.

2. Obat Anti-obsesif kompulsif SSRI (Serotonin Reuptake inhibitors.)

e.g.Sertraline, Paroxetine, Fluvoxamine, Fluoxetine, Citalopram.

8

Page 9: referat jiwa

Respons penderita gangguan kepribadian anankastik terhadap

farmakoterapi seringkali hanya mencapai pengurangan gejala sekitar 30%-60%,

dan kebanyakan masih menunjukkan gejala secara menahun. Namun demikian,

umumnya penderita sudah merasa sangat tertolong. Untuk mendapatkan hasil

pengobatan yang lebih baik, perlu disertai dengan terapi perilaku (behavior

therapy).4

Adapun efek samping yang dapat dirimbulkan oleh obat-obat di atas

adalah sebagai berikut:4

- Efek samping Obat Anti_Obsesif kompulsif, sama seperti obat

Antidepresi trisiklik, dapat berupa :

- Efek anti-histaminergik (sedasi, rasa mengantuk, kewaspadaan

berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun,

dll)

- Efek anti-kolinergik (mulut kering, keluhan lambun, retensi urin, disuria,

penglihatan kabur, konstipasi, gangguan fungsi seksual,sinus

takikardia,dll)

- Efek anti-adrenergik alfa (perubahan EKG,hipotensi ortostatik)

- Efek neurotoksis (tremor halus, kejang-epileptik,agitasi,insomnia)

b. Terapi non-farmakologi

Terapi non-farmakologik adalah psikoterapi yakni terapi kelompok atau

terapi perilaku. Salah satu teknik adalah menyetop perilaku habitualnya sehingga

ia lebih mudah memelajari perilaku adaptif baru, juga dalam terapi kelompok

pemberian “reward” lebih efektif. Dalam kamar praktek, psikiater akan

menjalankan psikoterapi untuk gangguan ini, yang modelnya bisa suportif-

ekspresif, kognitif teraoi atau bahkan psikoanalitik bila perlu. Selain itu bisa juga

terapi kognitif-periaku (CBT) dijalankan.1

Individu harus merubah “mindset”, paradigma, atau pola pikirnya dalam

mengerjakan dan memandang sesuatu. Ia harus menyadari bahwa hidup ini penuh

ketidaksempurnaan, penuh noda dan kotoran. Ia harus bisa menerima dan

menikmati ketidaksempurnaan itu bersama orang-orang lain. Ia boleh berusaha

9

Page 10: referat jiwa

maksimal tapi harus bisa menerima bila kesempurnaan total tidak tercapai. Ia

harus bisa berempati bahwa orang-orang lain disekitarnya mempunyai hak untuk

mengerjakan sesuatu dengan cara dan kemampuan mereka sendiri. Ia harus bisa

bekerja sama, bantu membantu dan bertoleransi dengan mereka itu. Dan bersama-

sama menikmati hasil kerja mereka.

B. Prognosis

Prognosis gangguan kepribadian anankastik secara umum baik. Namun

terapi yang diberikan kurang lebih memberikan perbaikan simtomatis 30-60%.

Bagi seorang penderita gangguan ini, farmakoterapi sangat membantu untuk

memperbaiki kualitas hidup walaupun tidak sepenuhnya bebas dari gejala. Untuk

perbaikan secara menyeluruh dapat diterapkan terapi perilaku atau behavior

therapy.

10

Page 11: referat jiwa

BAB III

KESIMPULAN

Gangguan kepribadian anankastik adalah pola perilaku berupa preokupasi

dengan keteraturan, peraturan, perfeksionisme, bersifat ‘ngotot’, keras

kepala, kontrol mental, mengenyampingkan : fleksibilitas, keterbukaan,

efisiensi ; sering pula tidak dapat mengambil keputusan. Bersifat pervasif,

awitan sejak dewasa muda, nyata dalam pelbagai konteks. Gambaran inti

dari kepribadian jenis ini adalah pola pervasif dari perfeksionisme dan

bersifat kaku (tidak fleksibel).

Gejala klinis yang menjadi kriteria diagnostik gangguan kepribadian

anankastik adalah sebagai berikut:

a. Perasaan ragu dan hati-hati berlebihan

b. Terpaku pada rincian, peraturan, daftar,perintah, organisasi, jadwal.

c. Perfeksionisme yang menghambat penyelesaian tugas

d. Teliti, berhati-hati berlebihan dan lebih mengutamakan produktivitas

sehingga mengenyampingkan kesenangan dan hubungan interpersonal

e. Terpaku dan terikat secara berlebih pada norma sosial

f. Kaku dan keras kepala

g. Memaksakan kehendak agar orang lain melakukan sesuatu menurut

caranya

h. Intrusi pikiran / impuls yang tidak dikehendaki

Diagnosis gangguan kepribadian anankastik ditetapkan dalam DSM-IV-

TR dan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di

Indonesia III.

Pemberian obat untuk ganguan kepribadian anankastik adalah dengan obat

anti-obsesif komulsif

Prognosis gangguan kepribadian anankastik umumnya baik walaupun

farmakoterapi hanya memberikan perbaikan gejala 30-60%. Hasil

maksimal dapat dicapai dengan terapi perilaku atau behavior therapy.

11

Page 12: referat jiwa

DAFTAR PUSTAKA

1. Kusumawardhani, AAAA, dkk. Buku Ajar Psikiatri Edisi Kedua. 2013.

Jakarta: Badan Penerbit FKUI. Hal. 273-274, 343-346, dan 355

2. Maslim, R. Buku saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari

PPDGJ III. 2001. Jakarta: PT Nuh Jaya. Hal.102 dan 105

3. Maslim, R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. 2007.

Jakarta: PT Nuh Jaya. Hal.47-49

4. Mansjoer, A, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. 1999. Jakarta: Media

Aesculapius FKUI.

5. Damarnegara, A. A. Laporan Kasus: Gangguan Kepribadian Anankastik

pada Penderita Skizofrenia Paranoid. 2014. Denpasar: Fakultas

Kedokteran Udayana.

6. Frances, A, dkk. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder

Fourth Edition. 2000. Washington DC: American Psychiatric Association

12