Isi Referat Jiwa
Transcript of Isi Referat Jiwa
BAB I
PENDAHULUAN
Penderita gangguan jiwa dari tahun ke tahun semakin bertambah. Sedikitnya 20%
penduduk dewasa Indonesia saat ini menderita gangguan jiwa, dengan 4 jenis penyakit
langsung yang ditimbulkannya yaitu depresi, penggunaan alkohol, gangguan bipolar, dan
skizoprenia. Sementara WHO mengatakan gangguan jiwa di seluruh dunia telah menjadi
masalah serius. Pada 2001 terdapat 450 juta orang dewasa yang mengalami gangguan jiwa.
Pasien dengan ganguan jiwa dapat melakukan hal-hal yang membahayakan dirinya
ataupun orang lain disekitarnya, hal tersebut dikelompokkan dalam kegawatdaruratan
psikiatrik, dimana gaduh gelisah merupakan salah satu bagiannya.
Solomon (1971) menganggap bahwa pasien serupa ini harus segera ditolong, karena
tindakan yang tepat ini akan sangat bermanfaat tidak saja bagi pasien karena ia menjadi lebih
tenang, tapi juga akan memberikan suasana yang lebih baik bagi keluarga/teman terdekatnya.
Keadaan gaduh gelisah bukanlah merupakan diagnosis tersendiri dalam psikiatri, dan
keadaan ini dapat diakibatkan oleh bermacam-macam penyebab dan harus ditentukan tiap kali
pada setiap pasien. Biasanya gaduh gelisah ini merupakan manifestasi dari Psikosa (baik
psikosa yang disebabkan oleh gangguan otak organik, maupun psikosa fungsional seperti
skizofrenia, psikosa afektif, psikosa paranoid maupun psikosa reaktif), tapi tidak jarang
gangguan psikiatrik lainpun mempunyai gambaran yang serupa.
Gangguan psikiatrik lainnya yang dapat mengakibatkan gangguan ini antara lain panik
yang akut, psikopat berat, gejala lepas obat pada para pecandu, gangguan situasional
sementara, keadaan yang terikat pada kebudayaan setempat seperti AMOK. Demikian pula,
retardasi mental tertentu, tidak jarang disertai dengan gangguan/kelainan jenis ini, walaupun
hal ini umumnya dipresipitir oleh suatu keadaan yang mengakibatkan dekompensasi
mentalnya.
BAB II
GANGGUAN JIWA
PPDGJ III, gangguan jiwa adalah pola perilaku atau psikologik yang secara klinis
bermakna dan secara khas berkaitan dengan gejala, penderitaan (distress) serta hendaya
(impairment) dalam fungsi psikososial.
Gangguan jiwa adalah gangguan dalam : cara berpikir (cognitive), kemauan (volition,
emosi (affective), tindakan (psychomotor). Dari berbagai penelitian dapat dikatakan bahwa
gangguan jiwa adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang
berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Keabnormalan tersebut dibagi ke dalam
dua golongan yaitu : gangguan jiwa (Neurosa) dan Sakit jiwa (psikosa). Keabnormalan
terlihat dalam berbagai macam gejala yang terpenting diantaranya adalah: ketegangan
(tension), rasa putus asa dan murung, gelisah, cemas, perbuatan-perbuatan yang terpaksa
(Convulsive), hysteria, rasa lemah, tidak mampu mencapai tujuan, takut, pikiran-pikiran
buruk dsb.
Banyak sekali jenis gangguan dalam cara berpikir (cognitive). Untuk memudahkan
memahaminya para ahli mengelompokan kognisi menjadi 6 bagian seperti sensasi, persepsi,
perhatian, ingatan, asosiasi pikiran kesadaran. Masing-masing memiliki kelainan yang
beraneka ragam. Contoh gangguan kognisi pada persepsi: merasa mendengar
(mempersepsikan) sesuatu bisikan yang menyuruh membunuh, melempar, naik genting,
membakar rumah dsb. padahal orang di sekitarnya tidak mendengarnya dan suara tersebut
sebenarnya tidak ada hanya muncul dari dalam diri individu sebagai bentuk kecemasan yang
sangat berat diarasakan. Hal ini sering disebut halusinasi, pasien bisa mendengar sesuatu,
melihat sesuatu atau merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Contoh gangguan
kemauan: pasien memiliki kemauan yang lemah (abulia) susah membuat keputusan atau
memulai tingkah laku. Pasien susah sekali bangun pagi, mandi, merawat diri sendiri sehingga
terlihat kotor, bau dan acak-acakan. Banyak sekali jenis gangguan kemauan ini mulai dari
sering mencuri barang yang mempunyai arti simbolis sampai melakukan sesuatu yang
bertentangan dengan yang diperintahkan (negativime) Contoh gangguan emosi: pasien
merasa senang, gembira yang berlebihan (Waham kebesaran). Pasien merasa sebagai orang
penting, sebagai raja, pengusaha, orang kaya, titisan Bung karno dsb. Tetapi di lain waktu ia
bisa merasa sangat sedih, menangis, tak berdaya (depresi) sampai ada ide ingin mengakhiri
hidupnya. Contoh gangguan psikomotor : Hiperaktivitas, pasien melakukan pergerakan yang
berlebihan naik ke atas genting berlari, berjalan maju mundur, meloncat-loncat, melakukan
apa-apa yang tidak disuruh atu menentang apa yang disuruh, diam lama tidak bergerak atau
melakukan gerakan aneh. Berdasarkan gejala-gejala yang muncul gangguan jiwa kemudian
dikelompokan menjadi beberapa jenis.
Definisi jiwa yang sehat (mental health)
Seseorang dinyatakan sehat jiwanya, apabila ia memiliki kepribadian sedemikian rupa
sehingga mampu mengadakan adaptasi dan re-adaptasi terhadap berbagai stress yang
dihadapi.
Sehat menurut WHO : the presence of physical and emosional well being.
Ciri – ciri seorang dewasa yang sehat jiwanya :
1. sadar akan diri/identitas dirinya
2. punya tujuan hidup
3. punya rasa mandiri
4. dapat menerima realita
5. mampu menjalin hubungan dengan orang lain
6. dapat memahami kebutuhan – kebutuhan orang lain
7. mampu menjalin hubungan heteroseksual dan mencapai kepuasan bersama
8. aktif dan produktif
9. mampu melaksanakan tugas dengan baik
10. mampu memberikan respon yang fleksibel terhadap stres yang dihadapi
11. mampu menikmati kesenangan dalam hidupnya
12. mampu menerima kekurangan – kekurangan dirinya secara realistik
Bagi seorang individu yang mengalami stres, akan timbul gejala gangguan jiwa atau tidak,
tergantung dari kemampuan adaptasinya.
Kemampuan adaptasi tidak sama pada setiap orang dan kemampuan ini ada batasnya.
Gangguan jiwa akan tampak pada :
1. ada fiksasi, yaitu adanya keterbatasan dalam aktualisasi diri
2. hilang atau berkurangnya fungsi – fungsi kejiwaan yang telah ada
3. tingkah laku regresif yang berulang
4. adanya afek yang tidak semestinya
Gejala gangguan iwa merupakan proses yang punya tujuan untuk defensif protektif, dan
reparatif terhadap penyebab/akibat gangguan jiwa yang dapat mempengaruhi situasi
kepribadian dan menimbulkan gejala – gejala klinis.
Gejala klinis pada dasarnya merupakan :
1. kemampuan dalam penyesuaian terhadap penyebab gangguan jiwa yang berupa kondisi
fisiologis, psikologis atau sosial
2. ketidakefektivan dalam penyesuaian
Epidemiologi Gangguan Jiwa
The World Health Report 2001 : 25% penduduk di dunia pernah mengalami gangguan
jiwa pada suatu masa dalam hidupnya, 40% diantaranya didiagnosis secara tidak tepat. Hasil
penelitian Departemen Kesehatan dan Universitas Indonesia di Jawa Barat (2002): 36%
pasien yang berobat ke puskesmas mengalami gangguan kesehatan jiwa. Gangguan yang
umum terjadi adalah gangguan afektif atau gangguan mood, yaitu kecemasan, depresi dan
mania.
Penyebab umum gangguan jiwa
Manusia bereaksi secara keseluruhan : somato-psiko-sosial
Hal-hal yang dapat mempengaruhi perilaku manusia:
- keturunan dan konstitusi
- umur
- sex
- keadaan badaniah
- keadaan psikologik
- keluarga, adat-istiadat
- kebudayaan
- kepercayaan
- pekerjaan
- pernikahan
- kehamilan
- kehilangan dan kematian orang yang dicintai
- agresi
- rasa permusuhan
- hubungan antar amanusia
- dan sebagainya.
Proses Perjalanan Penyakit
Gejala mulai timbul biasanya pada masa remaja atau dewasa awalsampai dengan umu
r pertengahan dengan melalui beberapa faseantara lain :
1. Fase Prodomal Berlangsung antara 6 bulan sampai 1 tahun
Gangguan dapat berupa Selfcare, gangguan dalam akademik, gangguandalam pekerjaan,
gangguan fungsi sosial, gangguan pikiran dan persepsi
2. Fase Aktif Berlangsung kurang lebih 1 bulan
Gangguan dapat berupa gejala psikotik; Halusinasi, delusi,disorganisasi proses berfikir,
gangguan bicara, gangguan perilaku, disertai kelainan neurokimiawi
3. Fase Residual Mengalami minimal 2 gejala
gangguan afek dan gangguan peran, serangan biasanya berulang.
Tahapan halusinasi dan Delusi yang Biasa Menyerai Gangguan Jiwa
Menurut JaniceClack,1962 klien yang mengalami gangguan jiwasebagian besar disertai Hal
sinasi dan Delusi yang meliputi beberapa tahapan antara lain :
1. Tahap Comforting :
Timbul kecemasan ringan disertai gejala kesepian, perasaanberdosa, klien biasanya mengkom
pensasikan stressornya dengancoping imajinasi sehingga merasa senang dan terhindar dari
ancaman
2. Tahap Condeming :
Timbul kecemasan moderate, cemas biasanya makin meninggiselanjutnya klien merasa mend
engarkan sesuatu, klien merasatakut apabila orang lain ikut mendengarkan apa yang dirasaka
n sehingga timbul perilaku menarik diri (With drawl)
3. Tahap Controling :
Timbul kecemasan berat, klien berusaha memerangi suara yang timbultetapi suara tersebut ter
us menerus mengikuti, sehingga menyebabkan klien susah berhubungan dengan orang lain.
Apabila suara tersebut hilang klien merasa sangatkesepian/sedih
4. Tahap Conquering :
Klien merasa panik , suara atau ide yang datang mengancam apabilatidak diikuti peril
aku klien dapat bersipat merusak atau dapat timbul perilaku suicide.
Penggolongan gangguan jiwa pada PPDGJ-III menggunakan pendekatan ateoretik dan
deskriptif.
Urutan hierarki blok diagnosis (berdasarkan luasnya tanda dan gejala, dimana urutan hierarki
lebih tinggi memiliki tanda dan gejala yang semakin luas):
1. F00-09 dan F10-19
2. F20-29
3. F30-39
4. F40-49
5. F50-59
6. F60-69
7. F70-79
8. F80-89
9. F90-98
10. Kondisi lain yang menjadi focus perhatian klinis (kode Z)
Klasifikasi Gangguan Jiwa
F Gangguan Mental Organik, termasuk Gangguan Mental Simtomatik
Gangguan mental organic = gangguan mental yang berkaitan dengan penyakit/gangguan
sistemik atau otak. Gangguan mental simtomatik = pengaruh terhadap otak merupakan akibat
sekunder penyakit/gangguuan sistemik di luar otak.
Gambaran utama:
Gangguan fungsi kongnitif
Gangguan sensorium – kesadaran, perhatian
Sindrom dengan manifestasi yang menonjol dalam bidang persepsi (halusinasi), isi
pikir (waham), mood dan emosi
Fl Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Alkohol dan Zat Psikoaktif
Lainnya
F2 Skizofrenia, Gangguan Skizotipal dan Gangguan Waham
Skizofrenia ditandai dengan penyimpangan fundamental dan karakteristik dari pikiran dan
persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar atau tumpul. Kesadaran jernih dan kemampuan
intelektual tetap, walaupun kemunduran kognitif dapat berkembang kemudian
F3 Gangguan Suasana Perasaan (Mood [Afektif])
Kelainan fundamental perubahan suasana perasaan (mood) atau afek, biasanya kearah depresi
(dengan atau tanpa anxietas), atau kearah elasi (suasana perasaan yang meningkat).
Perubahan afek biasanya disertai perubahan keseluruhan tingkat aktivitas dan kebanyakan
gejala lain adalah sekunder terhadap perubahan itu
F4 Gangguan Neurotik, Gangguan Somatoform dan Gangguan Terkait Stres
F5 Sindrom Perilaku yang Berhubungan dengan Gangguan Fisiologis dan Faktor Fisik
F6 Gangguan Kepribadian dan Perilaku Masa dewasa
Kondisi klinis bermakna dan pola perilaku cenderung menetap, dan merupakan ekspresi pola
hidup yang khas dari seseorang dan cara berhubungan dengan diri sendiri maupun orang lain.
Beberapa kondisi dan pola perilaku tersebut berkembang sejak dini dari masa pertumbuhan
dan perkembangan dirinya sebagai hasil interaksi faktor-faktor konstitusi dan pengalaman
hidup, sedangkan lainnya didapat pada masa kehidupan selanjutnya.
F7 Retardasi Mental
Keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh
terjadinya hendaya ketrampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada
tingkat kecerdasan secara menyeluruh. Dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa atau
gangguan fisik lain. Hendaya perilaku adaptif selalu ada.
F8 Gangguan Perkembangan Psikologis
Gambaran umum
Onset bervariasi selama masa bayi atau kanak-kanak
Adanya hendaya atau keterlambatan perkembangan fungsi-fungsi yang berhubungan
erat dengan kematangan biologis susunan saraf pusat
Berlangsung terus-menerus tanpa remisi dan kekambuhan yang khas bagi banyak
gangguan jiwa
Pada sebagian besar kasus, fungsi yang dipengaruji termasuk bahasa, ketrampilan visuo-
spasial, koordinasi motorik. Yang khas adalah hendayanya berkurang secara progresif
dengan bertambahnya usia
F9 Gangguan Perilaku dan Emosional dengan Onset Biasanya Pada Masa Kanak dan
Remaja
Diagnosis Multiaksial
Aksis I
Gangguan Klinis (F00-09, F10-29, F20-29, F30-39, F40-48, F50-59, F62-68, F80-89, F90-
98, F99)
Kondisi Lain yang Menjadi Focus Perhatian Klinis
(tidak ada diagnosis à Z03.2, diagnosis tertunda à R69)
Aksis II
Gangguan Kepribadian (F60-61, gambaran kepribadian maladaptive, mekanisme defensi
maladaptif)
Retardasi Mental (F70-79)
(tidak ada diagnosis à Z03.2, diagnosis tertunda à R46.8)
Aksis III
Kondisi Medik Umum
Aksis IV
Masalah Psikososial dan Lingkungan (keluarga, lingkungan social, pendidikan, pekerjaan,
perumahan, ekonomi, akses pelayanan kesehatan, hukum, psikososial)
Aksis V
Penilaian Fungsi Secara Global (Global Assesment of Functioning = GAF Scale)
100-91 gejala tidak ada, fungsi max, tidak ada masalah yang tidak tertanggulangi
90-81 gejala min, fungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalh harian biasa
80-71 gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam social
70-61 beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum
baik
60-51 gejala dan disabilitas sedang
50-41 gejala dan disabilitas berat
40-31 beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi, disabilitas
berat dalam beberapa fungsi
30-21 disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak mampu berfungsi dalam
hampir semua bidang
20-11 bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas sangat berat dalam komunikasi dan
mengurus diri
10-01 persisten dan lebih serius
0 informasi tidak adekuat
Tujuan diagnosis multiaksial
Informasi komprehensif sehingga membantu perencanaan terapi dan meramalkan
outcome
Format mudah dan sistematik sehingga membantu menata dan mengkomunikasikan
informasi klinis, menangkap kompleksitas situasi klinis, dan menggambarkan
heterogenitas individu dengan diagnosis yang sama
Penggunaan model bio-psiko-sosial
KOORDINAT PSIKIATRI
Dalam bidang psikiatri, tugas seorang dokter adalah memeriksa pasien dan kemudian
menyimpulkan apakah pasien itu sehat atau terganggu jiwanya. Untuk itu, perlu dipelajari
tentang: metode, alat dan bahan yang harus diperiksa. Alat yang dibutuhkan untuk melakukan
pemeriksaan psikiatri adalah kepribadian si pemeriksa sendiri. Metode / cara yang digunakan
adalah : wawancara dan observasi. Dengan wawancara dan observasi dilakukan pemeriksaan
terhadap koordinat psikiatri yang nantinya dapat dipakai sebagai dasar dalam kesimpulan
pemeriksaan
Koordinat psikiatri terdiri atas :
1. kesadaran
2. alam perasaan
3. pikiran
4. perbuatan / tingkah laku
Penatalaksanaan gangguan jiwa
- Somatoterapi
o Medikamentosa
- Antidepresan
- Ansiolitik
- Mood stabilizer
- Antipsikotik
- Stimulan
- Leukotomy
- Bilateral cingulotomy
- Deep brain stimulation
- Psikoterapi
o Shock therapy
- Insulin shock therapy
- Electroconvulsive therapy
o Psychosurgery
o Cognitive Behavioral Therapy (CBT) : dilakukan pada gangguan jiwa secara luas.
Didasarkan pada modifikasi bentuk pikiran dan sikap pasien.
o Psikoanalisis : menilai penyebab konflik psikis dan defensi
o Interpersonal psychotherapy
o Gestalt therapy
o EMDR (Eye movement desensitization and reprocessing)
o Behavior Therapy
BAB III
HUBUNGAN ANTARA ORGANOBIOLOGIS, PSIKOPATOLOGIS DAN
SOSIOKULTURAL PADA GANGGUAN JIWA
Manusia bereaksi secara keseluruhan, secara holistik, atau dapat dikatakan juga secara
organobioliologis, psychoeducative, sosiocultural. Dalam mencari penyebab gangguan jiwa,
maka ketiga unsur ini harus diperhatikan. Yang mengalami sakit dan menderita ialah manusia
seutuhnya dan bukan hanya badannya, jiwanya atau lingkungannya. Hal-hal yang dapat
mempengaruhi perilaku manusia ialah keturunan, umur, jenis kelamin, keadaan badaniah,
keadaan psikologik, keluarga, adat-istiadat, kebudayaan dan kepercayaan, pekerjaan,
pernikahan, kehamilan, kehilangan dan kematian orang yang dicintai, agresi, rasa
permusuhan, hubungan antar amanusia, dan sebagainya.
Gangguan jiwa dipengaruhi oleh banyak faktor. Dr. dr. Luh Ketut Suryani
mengungkapkan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi karena tiga faktor yang bekerja sama
yaitu faktor biologik, psikologik, dan sosiobudaya.
Biarpun gejala umum atau gejala yang menonjol itu terdapat pada unsur kejiwaan,
tetapi penyebab utamanya mungkin di badan (organobiologis), di lingkungan sosial
(sociokultural) ataupun psikologis dan pendidikan (psychoeducative). Biasanya tidak terdapat
penyebab tunggal, akan tetapi beberapa penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu yang
saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu timbulah gangguan badan
ataupun jiwa. Umpamanya seorang dengan depresi, karena kurang makan dan tidur daya
tahan badaniah seorang berkurang sehingga mengalami peradangan tenggorokan atau seorang
dengan mania yang berperilaku sangat aktip mendapat kecelakaan.
Sebaliknya seorang dengan penyakit badaniah umpamanya peradangan yang
melemahkan, maka daya tahan psikologiknya pun menurun sehingga ia mungkin mengalami
depresi. Sudah lama diketahui juga, bahwa penyakit pada otak sering mengakibatkan
gangguan jiwa. Contoh lain ialah seorang anak yang mengalami gangguan otak (karena
trauma kelahiran, peradangan) kemudian menjadi banyak tingkah (hiperkinetik) dan sukar
diasuh. Ia mempengaruhi lingkungannya, terutama orang tua dan anggota lain serumah.
Mereka ini bereaksi terhadapnya dan mereka saling mempengaruhi. Sumber penyebab
gangguan jiwa dipengaruhi oleh faktor-faktor pada ketiga unsur itu yang terus menerus saling
mempengaruhi, yaitu :
1. Faktor-faktor organobiologis
Untuk membuktikan bahwa gangguan jiwa adalah suatu penyakit seperti kriteria
penyakit dalam ilmu kedokteran, para psikiater mengadakan banyak penelitian di antaranya
mengenai kelainan-kelainan neurotransmitter, biokimia, anatomi otak, dan faktor genetik
yang ada hubungannya dengan gangguan jiwa.
Gangguan mental sebagian besar dihubungkan dengan keadaan neurotransmitter di
otak, misalnya seperti pendapat Brown et al, 1983, yaitu fungsi sosial yang kompleks seperti
agresi dan perilaku seksual sangat dipengaruhi oleh impuls serotonergik ke dalam
hipokampus.
Demikian juga dengan pendapat Mackay, 1983, yang mengatakan noradrenalin yang
ke hipotalamus bagian dorsal melayani sistem monoamine di limbokortikal berfungsi sebagai
pemacu proses belajar, proses memusatkan perhatian pada rangsangan yang datangnya
relevan dan reaksi terhadap stres.
Pembuktian lainnya yang menyatakan bahwa gangguan jiwa merupakan suatu
penyakit adalah di dalam studi keluarga.
Pada penelitian ini didapatkan bahwa keluarga penderita gangguan afektif, lebih banyak
menderita gangguan afektif daripada skizofrenia (Kendell dan Brockington, 1980),
skizofrenia erat hubungannya dengan faktor genetik (Kendler, 1983). Tetapi psikosis
paranoid tidak ada hubungannya dengan faktor genetik, demikian pendapat Kender, 1981).
Walaupun beberapa peneliti tidak dapat membuktikan hubungan darah mendukung
etiologi genetik, akan tetapi hal ini merupakan langkah pertama yang perlu dalam
membangun kemungkinan keterangan genetik. Bila salah satu orangtua mengalami
skizofrenia kemungkinan 15 persen anaknya mengalami skizofrenia.
Sementara bila kedua orangtua menderita, maka 35-68 persen anaknya menderita
skizofrenia, kemungkinan skizofrenia meningkat apabila orangtua, anak dan saudara kandung
menderita skizofrenia (Benyamin, 1976). Pendapat ini didukung Slater, 1966, yang
menyatakan angka prevalensi skizofrenia lebih tinggi pada anggota keluarga yang
individunya sakit dibandingkan dengan angka prevalensi penduduk umumnya.
Genetik (heredity)
Adanya kromosom tertentu yang membawa sifat gangguan jiwa (khususnya
pada skizofrenia). Hal ini telah dipelajari pada penelitian anak kembar, dimana
pada anak kembar monozigot (satu sel telur) kemungkinan terjadinya
skizofrenia persentase tertinggi (86, 2 %), sedangkan pada anak kembar
dengan dua sel telur (heterozigot) kemungkinannya hanya 14, 5%.
Bentuk tubuh (konstitusi) Kretschmer (1925) dan Sheldon (1942), meneliti
tentang adanya hubungan antara bentuk tubuh dengan emosi, temperament,
dan kepribadian (personality). Contoh : Orang yang berbadan gemuk
emosinya cendrung meledak- ledak, ia bisa lompat kegirangan ketika
mendapat hal yang menyenangkan baginya dan sebaliknya.
Terganggunya otak secara organik Contoh : Tumor, trauma (bisa disebabkan
karena gagar otak yang pernah dialami karena kecelakaan), infeksi, gangguan
vaskuler, gangguan metabolisme, toksin dan gangguan cogenital dari otak
Pengaruh cacat congenital. Contoh: Down Syndrome (mongoloid)
Pengaruh neurotrasmiter Yaitu suatu zat kimia yang terdapat diotak yang
berfungsi sebagai pengantar implus antar neuron (sel saraf) yang sangat terkait
dengan penelitian berbagai macam obat-obatan yang bekerja pada susunan
saraf Contoh: Perubahan aktivitas mental, emosi, dan perilaku yang
disebabkan akibat pemakaian zat psikoaktif
Neroanatomi
Neurofisiologi
Neurokimia
Tingkat kematangan dan perkembangan organik
Faktor-faktor pre dan peri-natal
2. Faktor-faktor psikopatologi
Psikopatologi adalah lapangan psikologi yang berhubungan kelainan atau hambatan
kepribadian yang menyangkut proses dan isi kejiwaan. Dalam psikopatologi dikenal tiga
golongan besar kelainan atau hambatan kepribadian yaitu:
1. Psikosa
Psikosa ialah gangguan kejiwaan yang meliputi keseluruhan kepribadian seseorang, sehingga
orang yang mengalami tidak bisa lagi menyesuaikan diri dalam norma-norma yang wajar dan
berlaku umum. Psikosa umumnya terbagi dalam dua golongan besar yaitu:
a. Psikosa fungsional
i. Faktor penyebabnya terletak pada aspek kejiwaan, disebabkan karena sesuatu
yang berhubungan dengan bakat keturunan, bisa juga disebabkan oleh perkembangan atau
penglaman yang terjadi selama sejarah kehidupan seseorang.
b. Psikosa organik
Disebabkan oleh kelainan atau gangguan pada aspek tubuh, kalau jelas sebab-sebab
dari suatu psikosa fungsional adalah hal-hal yang berkembang dalam jiwa seseorang.
2. Psikoneurosa
Psikoneurosa atau dengan singkat dapat disebutkan neurosa saja, adalah gangguan
yang terjadi hanya pada sebagian daripada kepribadian, sehingga orang-orang yang
mengalaminya masih bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan biasa atau masih bisa belajar dan
jarang memerlukan perawatan khusus di rumah sakit.
3. Psikopat
Golongan ketiga ini merupakan hambatan kejiwaan yang menyebabkan kesulitan
penyesuaian diri atau timbul ketidakmauan untuk mengikuti norma-norma yang ada di
lingkungan. Karena itu istilah psikopati sering disinonimkan sosiopsikopati. Penderita
memperlihatkan adanya sikap egosentris yang besar, seolah-olah patokan untuk semua
perbuatan adalah dirinya sendiri saja. Ciri lain adalah keinginan untuk menguntungkan diri
sendiri tanpa memperdulikan oleh pihak lain. Dalam bentuk yang ringan, gangguan kejiwaan
seperti di atas disebut character disorder yang dapat kita lihat misalnya pada seseorang yang
eksentrik yang berdandan sesuai dengan selerany sendiri tanpa memerlukan apakah
dandannya itu akan menjadi bahan tertawaan atau tidak.
Hubungan antara peristiwa hidup yang mengancam dan gangguan mental sangat
kompleks tergantung dari situasi, individu dan konstitusi orang itu. Hal ini sangat tergantung
pada bantuan teman, dan tetangga selama periode stres. Struktur sosial, perubahan sosial dan
tigkat sosial yang dicapai sangat bermakna dalam pengalaman hidup seseorang.
Kepribadian merupakan bentuk ketahanan relatif dari situasi interpersonal yang
berulang-ulang yang khas untuk kehidupan manusia. Perilaku yang sekarang bukan
merupakan ulangan impulsif dari riwayat waktu kecil, tetapi merupakan retensi pengumpulan
dan pengambilan kembali.
Setiap penderita yang mengalami gangguan jiwa fungsional memperlihatkan
kegagalan yang mencolok dalam satu atau beberapa fase perkembangan akibat tidak kuatnya
hubungan personal dengan keluarga, lingkungan sekolah atau dengan masyarakat sekitarnya.
Gejala yang diperlihatkan oleh seseorang merupakan perwujudan dari pengalaman yang
lampau yaitu pengalaman masa bayi sampai dewasa.
Faktor psikologik disini dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
Hubungan intrapersonal
Inteligensi
Keterampilan
Bakat dan minat
Kepribadian
Salah satu hal yang terpenting yang tidak jarang bereaksi secara
patologis disini adalah faktor dari kepribadian individu itu sendiri, hal
ini disebabkan karena pengaruh dalam perkembangannya berlaian bagi
setiap individu, sehingga terkadang pola penyesuaiannya berbeda
antara individu yang satu dengan individu yang lainnya.
Hubungan interpersonal
Interaksi antara kedua orang tua dengan anaknya
Orang tua yang overprotektif
Orang tua yang terlalu sibuk dengan dunianya sendiri
Peran ayah dalam keluarga
Persaingan antar saudara kandung
Kelahiran anak yang tidak diharapkan
3. Faktor-faktor sosiokultural
Gangguan jiwa yang terjadi di berbagai negara mempunyai perbedaan terutama
mengenai pola perilakunya. Karakteristik suatu psikosis dalam suatu sosiobudaya tertentu
berbeda dengan budaya lainnya. Adanya perbedaan satu budaya dengan budaya yang lainnya,
menurut Zubin, 1969, merupakan salah satu faktor terjadinya perbedaan distribusi dan tipe
gangguan jiwa.
Begitu pula Maretzki dan Nelson, 1969, mengatakan bahwa alkulturasi dapat
menyebabkan pola kepribadian berubah dan terlihat pada psikopatologinya. Pendapat ini
didukung pernyataan Favazza (1980) yang menyatakan perubahan budaya yang cepat seperti
identifikasi, kompetisi, alkulturasi dan penyesuaian dapat menimbulkan gangguan jiwa.
Selain itu, status sosial ekonomi juga berpengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa
Goodman (1983) yang meneliti status ekonomi menyatakan bahwa penderita yang dengan
status ekonomi rendah erat hubungannya dengan prevalensi gangguan afektif dan
alkoholisma. (litbang)
- Pengaruh rasial Contoh: Adanya pengucilan pada warga berkulit hitam di negara Eropa
- Golongan minoritas Contoh: Pengucilan terhadap seseorang atau sekelompok orang yang
menderita penyakit HIV
- Masalah nilai-nilai yang ada dalam masyarakat
- Masalah ekonomi Contoh: Karena selalu hidup dalam kekurangan seorang ibu menganiyaya
anaknya
- Masalah pekerjaan
- Bencana alam
- Perang Contoh: karena perang yang berkepanjangan seorang anak menjadi stress
- Faktor agama atau religius baik masalah intra agama ataupun inter agama Con:
Perasaan bingung dalam keyakinan yang dialami seorang anak karena perbedaan keyakinan
dari orang tuanya
- Kestabilan keluarga
Keluarga-keluarga dengan kondisi tertentu berpotensi untuk memilki anggota gangguan jiwa.
Sehingga dalam berkeluarga perlu mencari ilmu untuk menentukan strategi yang diterapkan
dalam mencapai visi atau tujuan keluarga. Potensi-potensi tersebut adalah :
1. Tidak ada nilai agama di rumah tangga
2. Orang tua pengangguran atau tidak ada penaggung jawab ekonomi
3. Kemiskinan
4. Ada anggota yang melakukan Kriminalitas
5. Kekerasan di rumah tangga
6. Lingkungan yang buruk
7. Sering ada pertengkaran
8. Tidak ada komunikasi
9. salah satu anggota menggunakan NAPZA
10. Tidak ada model Pola mengasuh anak
- Tingkat ekonomi
Tingginya masyarakat miskin di Indonesia lebih dari 30 juta orang, ditambah dengan
pengangguran lebih dari 40 juta orang telah menyebabkan meningkatnya kriminalitas,
tingginya kekerasan di rumah tangga, banyaknya penggusuran, perebutan hak atas tanah,
penipuan dsb. Hal itu dilakukan sebagai cara bertahan untuk hidup. Sehingga masyarakat
menjadi mudah marah, gampang tersinggung dan sering menyelesaikan masalah dengan otot
bukan dengan otak atau tidak mampu untukmenggunakan cara bermusyawarah. Hal itu
meruapakan data adanya masalah psikologis dimana saat kebutuhan dasar manusia
tidakterpenuhi maka orang menjadi panik dan tidak aman. Apabila dalam kondisi sebuah
rumah tangga tidak ada cadangan beras, genting bocor, anak sakit susah berobat, lingkungan
kotor , rumah sempit, rekening listrik belum terbayar, anak tidak sekolah dan menjadi
gelandangan di jalan, maka hampir dipastikan di rumah tangga tertsebut tidak akan lahir
generasi yang sehat jiwanya.
“Kemiskinan pangkal penyebab utama gangguan jiwa di Negara kita”
- Perumahan masalah di perkotaan atau pedesaan
- Masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka dan fasilitas kesehatan,
- pendidikan dan kesejahteraan yang tidak memadai
- Pengaruh rasial diskriminatif dan keagamaan
- Nilai-nilai