Referat Dan Preskas Jiwa

61
Referat dan Presentasi Kasus SKIZOFRENIA PARANOID Diajukan sebagai salah satu tugas dalam menjalani Kepaniteraan Klinik Senior Bagian / SMF Ilmu Kedokteran Keluarga (Family Medicine) Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Disusun Oleh : Evi Syahrinawati 0707101010074 BAGIAN/SMF ILMU KEDOKTERAN KELUARGA ( FAMILY MEDICINE) 1

description

skizofrenia

Transcript of Referat Dan Preskas Jiwa

Page 1: Referat Dan Preskas Jiwa

Referat dan Presentasi Kasus

SKIZOFRENIA PARANOID

Diajukan sebagai salah satu tugas dalam menjalani Kepaniteraan Klinik SeniorBagian / SMF Ilmu Kedokteran Keluarga (Family Medicine)

Fakultas Kedokteran Universitas Syiah KualaBanda Aceh

Disusun Oleh :

Evi Syahrinawati0707101010074

BAGIAN/SMF ILMU KEDOKTERAN KELUARGA( FAMILY MEDICINE)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALABANDA ACEH

2013

1

Page 2: Referat Dan Preskas Jiwa

KATA PENGANTAR

Puji Dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan referat

yang berjudul “ SKIZOFRENIA PARANOID” yang akan diajukan penulis untuk

melengkapi tugas-tugas dalam menjalankan kepaniteraan klinik senior (KKS) di bagian

Kedokteran Keluarga (Family Medicine).

Shalawat beserta salam marilah selalu kita sanjung sajikan kepada baginda nabi

besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam yang penuh dengan

kegelapan kea lam yang terang benderang seperti saat ini.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang tak

terhingga kepada semua pembimbing penulis yang telah memberikan waktu dan

kesempatannya untuk membimbing dalam proses penulisan hingga mempresentasikan

kasus ini, sehingga dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Penulis juga mengucapkan

terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian presentasi

kasus ini.

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan itu,

penulis mengaharapkan kritik dan saran demi perbaikan presentasi kasus ini. Semoga

presentasi kasus ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Banda Aceh, Januari 2012

Penulis

2

Page 3: Referat Dan Preskas Jiwa

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Kesehatan adalah suatu kondisi yang bukan hanya bebas dari penyakit,

cacat, kelemahan tapi benar-benar merupakan kondisi positif dan kesejahteraan

fisik, mental dan sosial yang memungkinkan untuk hidup produtif. Manusia

adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam memenuhi

kebutuhannya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, individu dituntut untuk lebih

meningkatkan kinerjanya agar segala kebutuhannya dapat terpenuhi tingkat sosial

di masyarakat lebih tinggi. Hal ini merupakan dambaan setiap manusia ( Dep Kes

RI. 2000 ).

Gangguan jiwa adalah penyakit non fisik, seyogianya kedudukannya setara

dengan penyakit fisik lainnya. Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak dianggap

sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya

gangguan tersebut dalam arti ketidak mampuan serta invalisasi baik secara

individu maupun kelompok akan menghambat pembangunan, karena tidak

produktif dan tidak efisien. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah

satu empat masalah kesehatan utama di Negara-negara maju, modern dan indrustri

keempat kesehatan utama tersbut adalah penyakait degeneratif, kanker, gangguan

jiwa dan kecelakaan. Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak di anggap sebagai

gangguan jiwa yang menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya

gangguan tersebut dalam arti ketidakmampuan serta invaliditas baik secara

individu maupun kelompok akan menghambat pembangunan, karena tidak

produktif dan tidak efisien  (Yosep, 2007).

Skizofrenia merupakan psikosis fungsional paling berat, dan menimbulkan

disorganisasi personalitas terbesar, pasien tidak mempunyai realitas, sehingga

pemikiran dan perilakunya abnormal di Rumkital Dr. Ramelan PAV VI A terdapat

16 klien (100%) dan ada 4 klien yang mengalami gangguan Skizofrenia Paranoid

(25%) . Di Indonesia, sekitar 1% – 2% dari total jumlah penduduk mengalami

skizofrenia yaitu mencapai 3 per 1000 penduduk, prevalensi 1,44 per 1000

3

Page 4: Referat Dan Preskas Jiwa

penduduk di perkotaan dan 4,6 per 1000 penduduk di pedesaan berarti jumlah

penyandang skizofrenia 600.000 orang produktif.

Salah satu bentuk gangguan jiwa yang terdapat di seluruh dunia adalah

gangguan jiwa skizofrenia. Skizofrenia berasal dari dua kata “Skizo” yang artinya

retak atau pecah (spilit), dan “frenia” yang artinya jiwa. Dengan demikian

seseorang yang menderita gangguan jiwa Skizofernia adalah orang yang

mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian (splittingof of personality).

Secara klasik skizofrenia tipe paranoid ditandai terutama oleh adanya

waham kebesaran atau waham kejar, jalannya penyakit agak konstan (Kaplan dan

Sadock, 1998). Pikiran melayang (Flight of ideas) lebih sering terdapat pada

mania, pada skizofrenia lebih sering inkoherensi (Maramis, 2005). Kriteria

waktunya berdasarkan pada teori Townsend (1998), yang mengatakan kondisi

klien jiwa sulit diramalkan, karena setiap saat dapat berubah.

Waham menurut Maramis (1998), Keliat (1998) dan Ramdi (2000)

menyatakan bahwa itu merupakan suatu keyakinan tentang isi pikiran yang tidak

sesuai dengan kenyataan atau tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang

kebudayaannya, keyakinan tersebut dipertahankan secara kokoh dan tidak dapat

diubah-ubah.   Mayer-Gross dalam Maramis (1998) membagi waham dalam 2

kelompok, yaitu primer dan sekunder. Waham primer timbul secara tidak logis,

tanpa penyebab dari luar. Sedangkan waham sekunder biasanya logis

kedengarannya, dapat diikuti dan merupakan cara untuk menerangkan gejala-

gejala skizofrenia lain, waham dinamakan menurut isinya, salah satunya adalah

waham kebesaran Skizofrenia bisa mengenai siapa saja. Data American

Psychiatric Association (APA) tahun 1995 menyebutkan 1% populasi penduduk

dunia menderita skizofrenia. 75% penderita skizofrenia mulai mengidapnya pada

usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa muda memang berisiko tinggi karena

tahap kehidupan ini penuh stresor. Kondisi penderita sering terlambat disadari

keluarga dan lingkungannya karena dianggap sebagai bagian dari tahap

penyesuaian diri.

Istilah skizofrenia sering disalahpahami berarti bahwa orang-orang yang

terkena dampak memiliki "kepribadian ganda". Meskipun beberapa orang

didiagnosis dengan skizofrenia mungkin mendengar suara-suara dan mungkin

4

Page 5: Referat Dan Preskas Jiwa

mengalami suara sebagai kepribadian yang berbeda, skizofrenia tidak melibatkan

orang berubah antara kepribadian ganda yang berbeda. Kebingungan muncul

sebagian karena makna istilah skizofrenia Bleuler itu (secara harfiah "split" atau

"pikiran hancur"). Penyalahgunaan dikenal pertama istilah berarti "kepribadian

yang terbelah" adalah dalam sebuah artikel oleh penyair TS Eliot pada tahun

1933.

Pada paruh pertama abad kedua puluh skizofrenia dianggap cacat keturunan,

dan penderita tunduk pada eugenika di banyak negara. Ratusan ribu orang

disterilkan, dengan atau tanpa persetujuan - mayoritas di Nazi Jerman, Amerika

Serikat, dan negara-negara Skandinavia. Seiring dengan orang lain berlabel

"mental layak", banyak didiagnosis dengan skizofrenia dibunuh dalam program

"Aksi T4" Nazi.

Pada awal 1970-an, kriteria diagnostik untuk skizofrenia adalah subyek dari

sejumlah kontroversi yang akhirnya mengarah pada kriteria operasional digunakan

saat ini. Ini menjadi jelas setelah studi AS-Inggris 1971 Diagnostik bahwa

skizofrenia didiagnosis ke tingkat yang jauh lebih besar di Amerika daripada di

Eropa. Hal ini sebagian karena kriteria diagnostik longgar di AS, yang

menggunakan DSM-II manual, kontras dengan Eropa dan ICD-9 nya. 1972 studi

david Rosenhan, yang dipublikasikan dalam jurnal Science di bawah judul yang

waras Pada di tempat gila, menyimpulkan bahwa diagnosis skizofrenia di

Amerika Serikat sering subyektif dan tidak dapat diandalkan. Ini adalah beberapa

faktor dalam memimpin ke revisi tidak hanya dari diagnosis skizofrenia, tapi

revisi dari manual DSM keseluruhan, sehingga dalam publikasi DSM-III pada

tahun 1980. Sejak 1970-an lebih dari 40 kriteria diagnostik untuk skizofrenia telah

diusulkan dan dievaluasi.

Di Uni Soviet diagnosis skizofrenia juga telah digunakan untuk tujuan

politik. Soviet Andrei Snezhnevsky psikiater terkemuka dibuat dan dipromosikan

klasifikasi sub-tambahan lamban berkembang skizofrenia. Diagnosis ini

digunakan untuk mendiskreditkan dan cepat memenjarakan para pembangkang

politik sementara pengeluaran dengan percobaan berpotensi memalukan. Praktek

itu terkena Barat oleh sejumlah pembangkang Soviet, dan pada tahun 1977 World

Psychiatric Association mengutuk praktek Soviet di Kongres Dunia Keenam

5

Page 6: Referat Dan Preskas Jiwa

Psikiatri. Daripada mempertahankan teorinya bahwa bentuk laten skizofrenia

disebabkan pembangkang untuk menentang rezim, Snezhnevsky memutuskan

semua kontak dengan Barat pada tahun 1980 dengan mengundurkan diri posisi

kehormatan di luar negeri.

Stigma sosial telah diidentifikasi sebagai suatu hambatan yang besar dalam

pemulihan pasien dengan skizofrenia. Dalam sampel, besar wakil dari sebuah

studi tahun 1999, 12,8% orang Amerika percaya bahwa individu dengan

skizofrenia adalah "sangat mungkin" untuk melakukan sesuatu kekerasan terhadap

orang lain, dan 48,1% mengatakan bahwa mereka "agak mungkin". Lebih dari

74% mengatakan bahwa orang dengan skizofrenia yang baik "tidak sangat

mampu" atau "tidak mampu sama sekali" untuk membuat keputusan tentang

pengobatan mereka, dan 70,2% mengatakan hal yang sama dari keputusan

manajemen uang. Persepsi individu dengan psikosis sebagai kekerasan memiliki

lebih dari dua kali lipat dalam prevalensi sejak tahun 1950, menurut salah satu

meta-analisis.

Skizofrenia didiagnosis berdasarkan gejala profil. Berkorelasi Syaraf tidak

memberikan kriteria cukup berguna. Diagnosa didasarkan pada yang dilaporkan

sendiri pengalaman orang tersebut, dan kelainan pada perilaku yang dilaporkan

oleh anggota keluarga, teman atau rekan kerja, diikuti dengan penilaian klinis oleh

seorang psikiater, pekerja sosial, psikolog klinis atau profesional kesehatan mental

lainnya. Penilaian kejiwaan mencakup riwayat psikiatri dan beberapa bentuk

pemeriksaan status mental.

Tapi review lain tidak menyarankan koneksi apapun. Sebuah tinjauan

literatur Yunani dan Romawi kuno menunjukkan bahwa meskipun psikosis

digambarkan, ada tidak memperhitungkan kondisi memenuhi kriteria untuk

skizofrenia. Psikotik keyakinan aneh dan perilaku yang mirip dengan beberapa

gejala skizofrenia dilaporkan dalam literatur medis dan psikologis Arab selama

Abad Pertengahan. Dalam The Canon of Medicine, misalnya, Ibnu Sina

menggambarkan sebuah kondisi yang agak menyerupai gejala-gejala skizofrenia

yang disebut Junun Mufrit (kegilaan yang parah), yang dibedakan dari bentuk-

bentuk lain dari kegilaan (Junun) seperti mania, rabies dan psikosis manic

depressive. Namun, tidak ada kondisi yang menyerupai skizofrenia dilaporkan

6

Page 7: Referat Dan Preskas Jiwa

dalam Bedah Imperial Şerafeddin Sabuncuoğlu, sebuah buku medis utama Islam

abad ke-15. Mengingat bukti-bukti historis yang terbatas, skizofrenia (lazim

seperti sekarang ini) mungkin merupakan fenomena modern, atau alternatif itu

mungkin telah dikaburkan dalam tulisan-tulisan sejarah oleh konsep-konsep

terkait seperti melankolis atau mania.

Sebuah laporan kasus rinci pada 1797 tentang James Tilly Matthews, dan

rekening oleh Phillipe Pinel diterbitkan pada 1809, sering dianggap sebagai kasus

awal skizofrenia dalam literatur medis dan psikiatris. Skizofrenia pertama kali

digambarkan sebagai sindrom yang berbeda yang mempengaruhi remaja dan

dewasa muda oleh Benedict Morel pada tahun 1853, disebut démence précoce

(harfiah 'demensia dini'). Istilah demensia digunakan praecox pada tahun 1891

oleh Arnold Pilih dalam sebuah laporan kasus gangguan psikotik. Pada tahun

1893 Emil Kraepelin memperkenalkan perbedaan baru yang luas dalam klasifikasi

gangguan mental antara dementia praecox dan gangguan suasana hati (disebut

depresi manik dan termasuk unipolar dan bipolar depresi). Kraepelin percaya

bahwa dementia praecox merupakan penyakit otak, dan khususnya suatu bentuk

demensia, dibedakan dari bentuk-bentuk lain dari demensia, seperti penyakit

Alzheimer, yang biasanya terjadi di kemudian hari. Klasifikasi Kraepelin

perlahan-lahan mendapatkan penerimaan. Ada keberatan dengan penggunaan dari

"demensia" istilah meskipun kasus pemulihan, dan beberapa pembelaan diagnosa

diganti seperti kegilaan remaja.

Skizofrenia kata - yang diterjemahkan secara kasar sebagai "membelah

pikiran" dan berasal dari akar Yunani schizein (σχίζειν, "untuk split") dan phrēn,

phren-(φρήν, φρεν-, "pikiran") - diciptakan oleh Eugen Bleuler pada tahun 1908

dan dimaksudkan untuk menggambarkan pemisahan fungsi antara kepribadian,

berpikir, memori, dan persepsi. Bleuler menggambarkan gejala utama sebagai 4

A: rata Mempengaruhi, Autisme, gangguan Asosiasi ide dan Ambivalensi. Bleuler

menyadari bahwa penyakit itu bukan demensia karena beberapa pasien membaik

daripada memburuk dan karenanya mengusulkan istilah skizofrenia sebagai

gantinya.

7

Page 8: Referat Dan Preskas Jiwa

BAB II

ILUSTRASI KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. M

Umur : 40 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Jl.Teratai Daun Malahayati Lampulo

Pekerjaan : Tidak Bekerja

Status Perkawinan : Sudah Menikah

Agama : Islam

Suku : Aceh

Pendidikan : SD

Tanggal Pemeriksaan : 6 Februari 2013

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Riwayat penyakit pasien diperoleh secara alloanamnesis dan

autoanamnesis.

Alloanamnesis dilakukan:

Pada tanggal 7 Februari 2013 dengan Ny. A (Kakak pasien), 52 tahun,

bertempat tinggal di Lampulo, tingkat pendidikan SD, pekerjaan ibu

rumah tangga, dan tinggal serumah dengan pasien

Autoanamnesis pada tanggal 6 Februari 2013

A. Keluhan Utama

Pasien marah-marah tanpa sebab yang jelas

B. Riwayat Penyakit Sekarang

1. Alloanamnesa

Menurut keluarga, pasien marah-marah tanpa sebab yang

jelas 2 minggu yang lalu. Pasien marah dengan berteriak-teriak tanpa

didahului pemicu masalah. Pasien merupakan anak kedua dari

8

Page 9: Referat Dan Preskas Jiwa

orangtua tunggal karena ayah pasien telas meninggal dunia 7 tahun

yang lalu.

Sekitar 2 hari sebelum ke puskesmas pasien membuat

keributan di warung kopi. Pasien ditemukan oleh keluarga sedang

berjalan di tepi jalan sambil mengamuk. Menurut keluarga, pasien

seperti orang kerasukan, bicara tidak jelas dan sangat tidak suka

melihat tetangganya yang berjenis kelamin laki-laki, pasien mengaku

setiap lelaki didunia ini seperti akan memukulnya.

Kurang lebih 3 bulan sebelum ke puskesmas, pasien telah

menunjukkan perubahan perilaku. Pasien sering marah-marah, bicara

sendiri, dan mengatakan hal-hal aneh. Hal ini dialami pasien sejak

pulang melaut. Kemudian pasien dibawa ke rumah seorang dukun

untuk diobati secara alternatif. Selama pasien di obati didukun

tersebut pasien mengalami perbaikan, pasien sudah semangat bekerja

dan mau melaut lagi. Namun sejak ditinggalkan istrinya pulang

kampong pasien mulai berubah.

2. Autoanamnesa

Sewaktu pasien diwawancarai di puskesmas pasien

bersikap nonkooperatif dan gelisah saat duduk, namun pasien tidak

difiksasi. Pasien berbicara bahasa Indonesia, kadang bahasa Aceh

dan bahasa yang tidak jelas. Pasien menjawab dengan volume suara

yang cukup, intonasi jelas, dan artikulasi jelas, pasien dapat

menyebutkan identitas sesuai identitas yang tercantum di status

pasien. Ketika ditanya bagaimana perasaan pasien hari itu, pasien

mengeluhkan bahwa dia merasa pusing.

Pasien mengatakan bahwa dirinya merasa aman saat berada

di puskesmas, karena tidak ada yang mengejar. Pasien mengatakan

bahwa selama ini sering dikejar oleh tentara Israel dan Palestina.

Pasien juga mengatakan bahwa orang-orang di puskesmas baik-baik

dan tidak ada yang mengejar dirinya.

9

Page 10: Referat Dan Preskas Jiwa

Pasien mengaku sering mendengar bisikan-bisikan yang

mengatakan “jihad..jihad..jihad..”. Menurut pasien yang menyuruh

berjihad adalah seorang tengku. ketika ditanyai dimana orang yang

menyuruhnya jihad tersebut, pasien menjawab bahwa yang

menyuruhnya sedang tidak berada disini. Selama ini pasien dan

orang yang menyuruhnya jihad berkomunikasi lewat batin. Pasien

menganggap bahwa tengku tersebut adalah guru pasien. Pasien

mengatakan lambang jihad adalah segitiga hijau, sedang lambang

setan adalah angka 666.

Pasien mengatakan bahwa dirinya adalah peramal, dia bisa

meramal apa saja, dan juga bisa berkomunikasi dengan jin. Saat

ditanya bagaimana cara pasien berkomunikasi dengan jin, pasien

berbicara bahasa yang tidak dapat dimengerti. Saat ditanya apa

artinnya, pasien tidak dapat menjawabnya.

Pasien mengaku ingin menikah lagi dan punya anak.

Menurut pasien wanita yang cantik adalah wanita yang putih. Wanita

yang cantik pasti memiliki hati yang baik. Pasien ingat yang

membawanya ke puskesmas adalah keluarganya. Menurut pasien ia

dibawa ke puskesmas karena kepalanya pusing.

Selama pemeriksaan pasien menanggapi dengan ekspresi

tumpul, banyak bicara, dan kadang tidak sesuai realita. Pasien selalu

menjawab ketika diberi pertanyaan.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

1. Gangguan psikiatri : disangkal

2. Gangguan medis

- Riwayat asma : disangkal.

- Riwayat jatuh : disangkal

- Riwayat hipertensi : disangkal.

- Riwayat diabetes melitus : disangkal.

- Riwayat kejang : disangkal.

3. Kondisi medik

10

Page 11: Referat Dan Preskas Jiwa

- Riwayat penyalahgunaan zat : (-)

- Riwayat merokok : (+)

- Riwayat alkohol : (-)

D. Riwayat Kehidupan Pribadi

1. Riwayat Prenatal dan Perinatal

Pasien dilahirkan saat usia ibunya 29 tahun. Selama kehamilan

tidak ada kelainan, lahir cukup bulan, secara normal, langsung

menangis saat lahir dan ditolong oleh bidan.

2. Riwayat Masa Anak Awal (0-3 tahun)

Pasien mendapat ASI sampai usia 3 bulan. Pasien diasuh oleh

ibu dan ayahnya. Pertumbuhan dan perkembangan normal sesuai

usia.

3. Riwayat Masa Anak Pertengahan (4-11 tahun)

Pasien tumbuh seperti anak-anak lain. pasien memiliki atak

dan perilaku yang baik.

4. Riwayat Masa Anak Akhir (pubertas sampai remaja)

Pada masa ini pasien tidak sekolah lagi. Pasien sering pergi

kelaut ikut kapal mencari ikan. Pasien kadang-kadang marah namun

masih dapat mengendalikan diri. Pasien banyak bergaul dengan

teman-temannya.

5. Riwayat Masa Dewasa

a. Riwayat pekerjaan

Anak buah kapal ikan

b. Riwayat perkawinan

Menikah.

c. Riwayat agama

Pasien adalah seorang pemeluk agama Islam namun tidak rajin

beribadah.

d. Riwayat aktivitas sosial

Aktivitas pasien bersifat normal selama di rumah dan

dilingkungan

11

Page 12: Referat Dan Preskas Jiwa

e. Situasi hidup sekarang

Pasien tinggal dengan ibu dan kakaknya, istrinya sudah pulang

ke daerah asalnya dan tidak ingin kembali lagi.

f. Riwayat psikoseksual

Pasien tidak pernah mendapatkan pelajaran tentang seks dari

kedua orangtuanya. Pasien sudah berpisah dengan istrinya.

E. Riwayat Keluarga

Pasien merupakan anak kedua.

F. Pohon Keluarga

Keterangan Gambar:

: tanda gambar untuk jenis kelamin perempuan

: tanda gambar untuk jenis kelamin laki-laki.

: tanda gambar untuk jenis kelamin laki-laki yang

meninggal

Dunia

: blok hitam menunjukkan memiliki gangguan jiwa

: tinggal dalam satu rumah

III. STATUS MENTAL

A. Gambaran Umum

1. Penampilan

12

Page 13: Referat Dan Preskas Jiwa

Seorang laki-laki, 40 tahun tampak sesuai umurnya, rambut pendek

warna hitam, kulit warna cokelat sawo matang, memakai baju kaos

billabong, perawatan diri cukup.

2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor

Pasien dapat duduk dengan tenang dan menjawab pertanyaan saat

diwawancarai

3. Sikap Terhadap Pemeriksa

Kooperatif. Saat ditanya, pasien bersedia untuk menjawab

pertanyaan yang diajukan.

B. Kesadaran

1. Kuantitatif : compos mentis, GCS E4V5M6

2. Kualitatif : berubah

C. Pembicaraan

Jawaban spontan, intonasi jelas, artikulasi jelas, volume cukup.

Menjawab denga bahasa Indonesia, kadang bahasa Jawa, dan kadang

disertai neologisme.

D. Alam Perasaan

1. Mood : disforik

2. Afek : tumpul

3. Keserasian : tidak serasi (inappropriate)

E. Gangguan Persepsi

1. Halusinasi :.auditorik (pasien sering mendengar bisikan dari

seorang laki-laki)

visual (pasien sering melihat sosok tentara)

2. Ilusi : (-)

3. Depersonalisasi : Tidak didapatkan

4. Derealisasi : Tidak didapatkan

F. Proses Pikir

13

Page 14: Referat Dan Preskas Jiwa

1. Arus Pikir :

a. Kontinuitas : tidak relevan

b. Produktivitas : normal

c. Hendaya berbahasa : logorrhea, neologisme

2. Isi Pikir : waham kejar (+)

waham bizarre (+)

3. Bentuk : nonrealistik

G. Kesadaran dan Kognisi

1. Orientasi

a. Orang : baik, pasien dapat mengenali keluarganya

b. Tempat : baik, pasien merasa di rumah sakit

c. Waktu : baik, pasien mengetahui waktu saat dilakukan

………………pemeriksaan

d. Situasi : baik, pasien dapat mengenali kondisi sekitar saat

……………... pemeriksaan.

2. Daya Ingat :

a. Jangka panjang : buruk, pasien tidak dapat mengingat dimana dia

sekolah dulu.

b. Jangka sedang : menurun, pasien tidak ingat apa yang dilakukan

sebelum masuk RSJ

c. Jangka pendek : baik, pasien dapat mengingat apa yang dimakan

untuk sarapan

3. Daya Konsentrasi dan Perhatian

a. Konsentrasi : berkurang

b. Perhatian : menurun

4. Kemampuan Abstrak

Pasien dapat membedakan dan menggambarkan perbedaan antara

apel dan jeruk.

5. Kemampuan Menolong Diri Sendiri

Baik. Pasien dapat makan, mandi, dan minum tanpa bantuan orang

lain.

14

Page 15: Referat Dan Preskas Jiwa

H. Tilikan

Derajat I, pasien menyangkal bahwa dirinya sakit jiwa.

I. Taraf Dapat Dipercaya

Secara keseluruhan informasi di atas dapat dipercaya.

J. Pengendalian Impuls

Pasien dapat mengendalikan impuls dengan baik dan tidak menunjukkan

agresivitas.

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

Pemeriksaan fisik

A. Status interna :

1. Keadaan Umum: baik, kesan status gizi normoweight.

2. Tanda vital :

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Frekuensi Nadi : 86 x/menit

Frekuensi Pernapasan : 20 x/menit

Suhu : 36,5 oC

3. Kepala : mesochepal, rambut hitam

4. Mata : conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

5. Thoraks :

Pulmo :.suara dasar vesikuler (+/+), wheezing (-/-), suara

..tambahan (-/-)

Cor : .bunyi jantung I, II normal, reguler, bising (-)

6. Abdomen : supel, bising usus (+) normal, timpani, hepar dan

lien

tidak teraba membesar

Kesan : Pemeriksaan status interna dalam batas normal

B. Status Neurologi

1. Fungsi kesadaran : GCS E4V5M6

15

Page 16: Referat Dan Preskas Jiwa

2. Fungsi luhur : baik

3. Fungsi kognitif : baik

4. Fungsi sensorik : baik

N N

N N

5. Fungsi motorik : baik

Kontraksi otot Tonus otot

+5 +5 N N

+5 +5 N N

Reflek fisiologis Reflek patologis

+2 +2 - -

+2 +2 - -

6. Nervus cranialis : N III, VII, XII dalam batas normal.

Kesan : Pemeriksaan status neurologi dalam batas normal

V. FORMULASI DIAGNOSTIK

Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan pola perilaku dan

psikologis yang secara klinis bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan

(distress) dan hendaya (disability) dalam melakukan aktivitas kehidupan

sehari-hari yang biasa dan fungsi pekerjaan. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa pasien ini menderita gangguan jiwa.

Diagnosis Axis I

Pada status mental didapatkan bentuk pikir non realistik sehingga pasien

tergolong psikotik. Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya kelainan

yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit pada pasien ini. Pada pasien

juga tidak didapatkan adanya kejang ataupun trauma kepala yang berat

sehingga sehingga diagnosis gangguan mental organik dapat disingkirkan.

Dari anamnesis tidak didapatkan riwayat penggunaan zat-zat adiktif dan

psikoaktif sebelumnya sehingga diagnosis gangguan mental dan perilaku

akibat zat psikoaktif (F10-F19) juga dapat disingkirkan.

Pada status mentalis didapatkan gangguan persepsi yaitu halusinasi

auditorik, gangguan proses pikir berupa waham kejar dan waham bizarre

16

Page 17: Referat Dan Preskas Jiwa

yang menetap sehingga pasien masuk golongan psikotik. Dengan

mempertimbangkan onset pasien lebih dari 1 bulan, penurunan realita yang

terganggu dan gejala tersebut menimbulkan perubahan perilaku pribadi

secara keseluruhan maka pasien memenuhi kriteria skizofrenia. Perubahan

perilaku saat remaja dimana pasien sering marah dan pernah dirawat di RSJ

Surakarta maka diagnosis banding bisa skizofrenia hebefrenik.

Berdasarkan data-data yang telah disebutkan diatas, maka sesuai dengan

kriteria PPGDJ III diusulkan diagnosis axis 1 pasien ini dengan: F.20.0 yaitu

skizofrenia paranoid

Diagnosis axis II

Pada pemeriksaan tidak didapatkan adanya suatu gangguan

perkembangan mental yang terhenti an tidak lengkap, pasien memiliki

intelegensia yang baik sehingga Retradasi mental (F.70-79) dapat

disingkirkan.

Pasien masih mudah marah jika keinginan tidak dipenuhi. Kepribadian

pasien membutuh kan wawancara tingkat lanjut, sehingga pasien ini masih

belum ada diagnosis

Diagnosis axis III

Berdasarkan hasil pemeriksaan status interna, neurologis, dan

pemeriksaan laboratorium tidak didapatkan kelainan.

Diagnosis axis IV

Masalah ekonomi dan keluarga. Pasien pengangguran hanya bergantung

pada ibunya. Masalah kurangnya kasih sayang dari istri pasien.

Diagnosis axis V

Skala GAF saat ini adalah 50-41 karena pasien memiliki gejala berat dan

disabilitas berat.

V. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

17

Page 18: Referat Dan Preskas Jiwa

Axis I : F.20.0 Skizofrenia Paranoid

DD F.20.1 Skizofrenia Hebefrenik

Axis II : Belum ada diagnosis

Axis III : Tidak ada diagnosa

Axis IV : Masalah ekonomi dan keluarga

Axis V : GAF saat ini 50-41

VI. DAFTAR MASALAH

1. Organobiologik : tidak ada kelainan

2. Psikologik

a. Gangguan Pembicaraan

b. Gangguan Alam Perasaan (mood dan afek )

c. Gangguan Persepsi (halusinasi auditorik, visual, ilusi)

d. Gangguan Proses Pikir (bentuk pikir, arus pikir, isi pikir)

e. Gangguan tilikan diri

VII. RENCANA PENGOBATAN LENGKAP

A. Psikofarmaka

Halloperidol 3 x 5mg

Clorpromazine (CPZ) 1x100 mg

Trihexilphenidine (THP) 3x2 mg

B. Psikoterapi

1. Pengenalan terhadap penyakitnya, manfaat pengobatan, cara

pengobatan, efek samping pengobatan.

2. Memotivasi pasien agar minum obat secara teratur dan rajin kontrol

setelah pulang dari perawatan.

3. Membantu pasien untuk menerima realita dan menghadapinya.

4. Membantu pasien agar dapat kembali melakukan aktivitas sehari-hari

secara bertahap.

5. Menambah kegiatan dengan ketrampilan yang dimiliki.

C. Psikoedukasi

18

Page 19: Referat Dan Preskas Jiwa

Kepada keluarga :

1. Memberikan pengertian kepada keluarga pasien tentang gangguan yang

dialami pasien.

2. Menyarankan kepada keluarga pasien agar memberikan

suasana/lingkungan yang kondusif bagi penyembuhan dan pemeliharaan

pasien.

3. Menyarankan kepada keluarga agar lebih berpartisipasi dalam pengobatan

pasien yaitu membawa pasien kontrol secara teratur

VIII.PROGNOSIS

Prognosis : ad vitam : ad bonam

ad sanam : dubia ad malam

ad fungsionam: dubia ad malam

19

Page 20: Referat Dan Preskas Jiwa

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 KONSEP SKIZOFRENIA

3.1.1 Definisi Skizofrenia

Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu

gangguan psikiatrik mayor yang ditandai dengan adanya perubahan pada persepsi,

pikiran, afek, dan perilaku seseorang. Kesadaran yang jernih dan kemampuan

intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun defisit kognitif tertentu dapat

berkembang kemudian (Sadock, 2003).

Gejala skizofrenia secara garis besar dapat di bagi dalam dua kelompok,

yaitu gejala positif dan gejala negatif. Gejala positif berupa delusi, halusinasi,

kekacauan pikiran, gaduh gelisah dan perilaku aneh atau bermusuhan. Gejala

negatif adalah alam perasaan (afek) tumpul atau mendatar, menarik diri atau

isolasi diri dari pergaulan, ‘miskin’ kontak emosional (pendiam, sulit diajak

bicara), pasif, apatis atau acuh tak acuh, sulit berpikir abstrak dan kehilangan

dorongan kehendak atau inisiatif

3.1.2 Epidemiologi

Skizofrenia dapat ditemukan pada semua kelompok masyarakat dan di

berbagai daerah. Insiden dan tingkat prevalensi sepanjang hidup secara kasar

hampir sama di seluruh dunia. Gangguan ini mengenai hampir 1% populasi

dewasa dan biasanya onsetnya pada usia remaja akhir atau awal masa dewasa.

Pada laki-laki biasanya gangguan ini mulai pada usia lebih muda yaitu 15-

25 tahun sedangkan pada perempuan lebih lambat yaitu sekitar 25-35 tahun.

Insiden skizofrenia lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan dan lebih besar

di daerah urban dibandingkan daerah rural (Sadock, 2003).

Pasien skizofrenia beresiko meningkatkan risiko penyalahgunaan zat,

terutama ketergantungan nikotin. Hampir 90% pasien mengalami ketergantungan

nikotin. Pasien skizofrenia juga berisiko untuk bunuh diri dan perilaku

menyerang. Bunuh diri merupakan penyebab kematian pasien skizofrenia yang

20

Page 21: Referat Dan Preskas Jiwa

terbanyak, hampir 10% dari pasien skizofrenia yang melakukan bunuh diri

(Kazadi, 2008).

Menurut Howard, Castle, Wessely, dan Murray, 1993 di seluruh dunia

prevalensi seumur hidup skizofrenia kira-kira sama antara laki-laki dan

perempuan diperkirakan sekitar 0,2%-1,5%. Meskipun ada beberapa

ketidaksepakatan tentang distribusi skizofrenia di antara laki-laki dan perempuan,

perbedaan di antara kedua jenis kelamin dalam hal umur dan onset-nya jelas.

Onset untuk perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki, yaitu sampai umur

36 tahun, yang perbandingan risiko onsetnya menjadi terbalik, sehingga lebih

banyak perempuan yang mengalami skizofrenia pada usia yang lebih lanjut bila

dibandingkan dengan laki-laki (Durand, 2007).

3.1.3 Etiologi

Terdapat beberapa pendekatan yang dominan dalam menganalisa penyebab

skizofrenia, antara lain :

3.1.3.1 Faktor Genetik

Menurut Maramis (1995), faktor keturunan juga menentukan timbulnya

skizofrenia. Hal ini telah dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga-keluarga

penderita skizofrenia terutama anak-anak kembar satu telur. Angka kesakitan bagi

saudara tiri ialah 0,9 - 1,8%; bagi saudara kandung 7 – 15%; bagi anak dengan

salah satu orangtua yang menderita skizofrenia 7 – 16%; bila kedua orangtua

menderita skizofrenia 40 – 68%; bagi kembar dua telur (heterozigot) 2 -15%; bagi

kembar satu telur (monozigot) 61 – 86%.

Skizofrenia melibatkan lebih dari satu gen, sebuah fenomena yang disebut

quantitative trait loci. Skizofrenia yang paling sering kita lihat mungkin

disebabkan oleh beberapa gen yang berlokasi di tempat-tempat yang berbeda di

seluruh kromosom. Ini juga mengklarifikasikan mengapa ada gradasi tingkat

keparahan pada orang-orang yang mengalami gangguan ini (dari ringan sampai

berat) dan mengapa risiko untuk mengalami skizofrenia semakin tinggi dengan

semakin banyaknya jumlah anggota keluarga yang memiliki penyakit ini (Durand

& Barlow, 2007).

21

Page 22: Referat Dan Preskas Jiwa

3.1.3.2 Faktor Biokimia

Skizofrenia mungkin berasal dari ketidakseimbangan kimiawi otak yang

disebut neurotransmitter, yaitu kimiawi otak yang memungkinkan neuron-neuron

berkomunikasi satu sama lain. Beberapa ahli mengatakan bahwa skizofrenia

berasal dari aktivitas neurotransmitter dopamine yang berlebihan di bagian-

bagian tertentu otak atau dikarenakan sensitivitas yang abnormal terhadap

dopamine. Banyak ahli yang berpendapat bahwa aktivitas dopamine yang

berlebihan saja tidak cukup untuk skizofrenia. Beberapa neurotransmitter lain

seperti serotonin dan norepinephrine tampaknya juga memainkan peranan

(Durand, 2007).

3.1.3.3 Faktor Psikologis dan Sosial

Faktor psikososial meliputi adanya kerawanan herediter yang semakin lama

semakin kuat, adanya trauma yang bersifat kejiwaan, adanya hubungan orang tua-

anak yang patogenik, serta interaksi yang patogenik dalam keluarga

(Wiraminaradja & Sutardjo, 2005).

Banyak penelitian yang mempelajari bagaimana interaksi dalam keluarga

mempengaruhi penderita skizofrenia. Sebagai contoh, istilah schizophregenic

mother kadang-kadang digunakan untuk mendeskripsikan tentang ibu yang

memiliki sifat dingin, dominan, dan penolak, yang diperkirakan menjadi penyebab

skizofrenia pada anak-anaknya (Durand & Barlow, 2007).

Menurut Coleman dan Maramis (1994 dalam Baihaqi et al, 2005), keluarga

pada masa kanak-kanak memegang peranan penting dalam pembentukan

kepribadian. Orangtua terkadang bertindak terlalu banyak untuk anak dan tidak

memberi kesempatan anak untuk berkembang, ada kalanya orangtua bertindak

terlalu sedikit dan tidak merangsang anak, atau tidak memberi bimbingan dan

anjuran yang dibutuhkannya.

3.1.4 Perjalanan Penyakit

Perjalanan penyakit skizofrenia sangat bervariasi pada tiap-tiap individu.

Perjalanan klinis skizofrenia berlangsung secara perlahan-lahan, meliputi

beberapa fase yang dimulai dari keadaan premorbid, prodromal, fase aktif dan

keadaan residual (Sadock, 2003; Buchanan, 2005).

22

Page 23: Referat Dan Preskas Jiwa

Pola gejala premorbid merupakan tanda pertama penyakit skizofrenia,

walaupun gejala yang ada dikenali hanya secara retrospektif. Karakteristik gejala

skizofrenia yang dimulai pada masa remaja akhir atau permulaan masa dewasa

akan diikuti dengan perkembangan gejala prodromal yang berlangsung beberapa

hari sampai beberapa bulan. Tanda dan gejala prodromal skizofrenia dapat berupa

cemas, gundah (gelisah), merasa diteror atau depresi. Penelitian retrospektif

terhadap pasien dengan skizofrenia menyatakan bahwa sebagian penderita

mengeluhkan gejala somatik, seperti nyeri kepala, nyeri punggung dan otot,

kelemahan dan masalah pencernaan (Sadock, 2003).

Fase aktif skizofrenia ditandai dengan gangguan jiwa yang nyata secara

klinis, yaitu adanya kekacauan dalam pikiran, perasaan dan perilaku. Penilaian

pasien skizofrenia terhadap realita terganggu dan pemahaman diri (tilikan) buruk

sampai tidak ada. Fase residual ditandai dengan menghilangnya beberapa gejala

klinis skizofrenia. Yang tinggal hanya satu atau dua gejala sisa yang tidak terlalu

nyata secara klinis, yaitu dapat berupa penarikan diri (withdrawal) dan perilaku

aneh (Buchanan, 2005).

3.1.5 Tipe-tipe Skizofrenia

Diagnosa Skizofrenia berawal dari Diagnostik and Statistical Manual of

Mental Disorders (DSM) yaitu: DSM-III (American Psychiatric Assosiation,

1980) dan berlanjut dalam DSM-IV (American Psychiatric Assosiation,1994) dan

DSM-IV-TR (American Psychiatric Assosiation,2000). Berikut ini adalah tipe

skizofrenia dari DSM-IV-TR 2000. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala yang

dominan yaitu (Davison, 2006) :

3.1.5.1 Tipe Paranoid

Ciri utama skizofrenia tipe ini adalah waham yang mencolok atau halusinasi

auditorik dalam konteks terdapatnya fungsi kognitif dan afektif yang relatif masih

terjaga. Waham biasanya adalah waham kejar atau waham kebesaran, atau

keduanya, tetapi waham dengan tema lain (misalnya waham kecemburuan,

keagamaan, atau somalisas) mungkin juga muncul. Ciri-ciri lainnya meliputi

ansietas, kemarahan, menjaga jarak dan suka berargumentasi, dan agresif.

3.1.5.2 Tipe Disorganized (tidak terorganisasi)

23

Page 24: Referat Dan Preskas Jiwa

Ciri utama skizofrenia tipe disorganized adalah pembicaraan kacau, tingkah

laku kacau dan afek yang datar atau inappropriate. Pembicaraan yang kacau dapat

disertai kekonyolan dan tertawa yang tidak erat kaitannya dengan isi pembicaraan.

Disorganisasi tingkah laku dapat membawa pada gangguan yang serius pada

berbagai aktivitas hidup sehari-hari.

3.1.5.3 Tipe Katatonik

Ciri utama skizofrenia tipe ini adalah gangguan pada psikomotor yang dapat

meliputi ketidakbergerakan motorik (waxy flexibility). Aktivitas motor yang

berlebihan, negativism yang ekstrim, sama sekali tidak mau bicara dan

berkomunikasi (mutism), gerakan-gerakan yang tidak terkendali, mengulang

ucapan orang lain (echolalia) atau mengikuti tingkah laku orang lain

(echopraxia).

3.1.5.4 Tipe Undifferentiated

Tipe Undifferentiated merupakan tipe skizofrenia yang menampilkan

perubahan pola simptom-simptom yang cepat menyangkut semua indikator

skizofrenia. Misalnya, indikasi yang sangat ruwet, kebingungan (confusion),

emosi yang tidak dapat dipegang karena berubah-ubah, adanya delusi, referensi

yang berubah-ubah atau salah, adanya ketergugahan yang sangat besar, autisme

seperti mimpi, depresi, dan sewaktu-waktu juga ada fase yang menunjukkan

ketakutan.

3.1.5.5 Tipe Residual

Tipe ini merupakan kategori yang dianggap telah terlepas dari skizofrenia

tetapi masih memperlihatkan gejala-gejala residual atau sisa, seperti keyakinan-

keyakinan negatif, atau mungkin masih memiliki ide-ide tidak wajar yang tidak

sepenuhnya delusional. Gejala-gejala residual itu dapat meliputi menarik diri

secara sosial, pikiran-pikiran ganjil, inaktivitas, dan afek datar.

3.1.6 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada pasien skizofrenia dapat berupa terapi biologis, dan

terapi psikososial.

3.1.6.1 Terapi Biologis

24

Page 25: Referat Dan Preskas Jiwa

Pada penatalaksanaan terapi biologis terdapat tiga bagian yaitu terapi

dengan menggunakan obat antipsikosis, terapi elektrokonvulsif, dan pembedahan

bagian otak. Terapi dengan penggunaan obat antipsikosis dapat meredakan gejala-

gejala skizofrenia. Obat yang digunakan adalah chlorpromazine (thorazine) dan

fluphenazine decanoate (prolixin). Kedua obat tersebut termasuk kelompok obat

phenothiazines, reserpine (serpasil), dan haloperidol (haldol). Obat ini disebut

obat penenang utama. Obat tersebut dapat menimbulkan rasa kantuk dan kelesuan,

tetapi tidak mengakibatkan tidur yang lelap, sekalipun dalam dosis yang sangat

tinggi (orang tersebut dapat dengan mudah terbangun). Obat ini cukup tepat bagi

penderita skizofrenia yang tampaknya tidak dapat menyaring stimulus yang tidak

relevan (Durand, 2007).

Terapi Elektrokonvulsif juga dikenal sebagai terapi electroshock pada

penatalaksanaan terapi biologis. Pada akhir 1930-an, electroconvulsive therapy

(ECT) diperkenalkan sebagai penanganan untuk skizofrenia.Tetapi terapi ini telah

menjadi pokok perdebatan dan keprihatinan masyarakat karena beberapa alasan.

ECT ini digunakan di berbagai rumah sakit jiwa pada berbagai gangguan jiwa,

termasuk skizofrenia.

Menurut Fink dan Sackeim (1996) antusiasme awal terhadap ECT semakin

memudar karena metode ini kemudian diketahui tidak menguntungkan bagi

sebagian besar penderita skizofrenia meskipun penggunaan terapi ini masih

dilakukan hingga saat ini. Sebelum prosedur ECT yang lebih manusiawi

dikembangkan, ECT merupakan pengalaman yang sangat menakutkan pasien.

Pasien seringkali tidak bangun lagi setelah aliran listrik dialirkan ke tubuhnya dan

mengakibatkan ketidaksadaran sementara, serta seringkali menderita kerancuan

pikiran dan hilangnya ingatan setelah itu. Adakalanya, intensitas kekejangan otot

yang menyertai serangan otak mengakibatkan berbagai cacat fisik (Durand, 2007).

Pada terapi biologis lainnya seperti pembedahan bagian otak Moniz (1935,

dalam Davison, et al., 1994) memperkenalkan prefrontal lobotomy, yaitu proses

operasi primitif dengan cara membuang “stone of madness” atau disebut dengan

batu gila yang dianggap menjadi penyebab perilaku yang terganggu. Menurut

Moniz, cara ini cukup berhasil dalam proses penyembuhan yang dilakukannya,

khususnya pada penderita yang berperilaku kasar. Akan tetapi, pada tahun 1950-

25

Page 26: Referat Dan Preskas Jiwa

an cara ini ditinggalkan karena menyebabkan penderita kehilangan kemampuan

kognitifnya, otak tumpul, tidak bergairah, bahkan meninggal.

3.1.6.2 Terapi Psikososial

Gejala-gejala gangguan skizofrenia yang kronik mengakibatkan situasi

pengobatan di dalam maupun di luar Rumah Sakit Jiwa (RSJ) menjadi monoton

dan menjemukan. Secara historis, sejumlah penanganan psikososial telah

diberikan pada pasien skizofrenia, yang mencerminkan adanya keyakinan bahwa

gangguan ini merupakan akibat masalah adaptasi terhadap dunia karena berbagai

pengalaman yang dialami di usia dini. Pada terapi psikosial terdapat dua bagian

yaitu terapi kelompok dan terapi keluarga (Durand, 2007).

Terapi kelompok merupakan salah satu jenis terapi humanistik. Pada terapi

ini, beberapa klien berkumpul dan saling berkomunikasi dan terapist berperan

sebagai fasilitator dan sebagai pemberi arah di dalamnya. Para peserta terapi

saling memberikan feedback tentang pikiran dan perasaan yang dialami. Peserta

diposisikan pada situasi sosial yang mendorong peserta untuk berkomunikasi,

sehingga dapat memperkaya pengalaman peserta dalam kemampuan

berkomunikasi.

Pada terapi keluarga merupakan suatu bentuk khusus dari terapi kelompok.

Terapi ini digunakan untuk penderita yang telah keluar dari rumah sakit jiwa dan

tinggal bersama keluarganya. Keluarga berusaha untuk menghindari ungkapan-

ungkapan emosi yang bisa mengakibatkan penyakit penderita kambuh kembali.

Dalam hal ini, keluarga diberi informasi tentang cara-cara untuk mengekspresikan

perasaan-perasaan, baik yang positif maupun yang negatif secara konstruktif dan

jelas, dan untuk memecahkan setiap persoalan secara bersama-sama. Keluarga

diberi pengetahuan tentang keadaan penderita dan cara-cara untuk

menghadapinya. Dari beberapa penelitian, seperti yang dilakukan oleh Fallon

(Davison, et al., 1994; Rathus, et al., 1991) ternyata campur tangan keluarga

sangat membantu dalam proses penyembuhan, atau sekurang-kurangnya

mencegah kambuhnya penyakit penderita, dibandingkan dengan terapi-terapi

secara individual.

26

Page 27: Referat Dan Preskas Jiwa

3.2 KEKAMBUHAN KEMBALI (RELAPS)

Kekambuhan pasien skizofrenia adalah istilah yang secara relatif

merefleksikan perburukan gejala atau perilaku yang membahayakan pasien dan

atau lingkungannya. Tingkat kekambuhan sering di ukur dengan menilai waktu

antara lepas rawat dari perawatan terakhir sampai perawatan berikutnya dan

jumlah rawat inap pada periode tertentu (Pratt, 2006).

Keputusan untuk melakukan rawat inap di rumah sakit pada pasien

skizofrenia adalah hal terutama yang dilakukan atas indikasi keamanan pasien

karena adanya kekambuhan yang tampak dengan tindakan seperti ide bunuh diri

atau mencelakakan orang lain, dan bila terdapat perilaku yang sangat

terdisorganisasi atau tidak wajar termasuk bila pasien tidak mampu memenuhi

kebutuhan dasar berupa makan, perawatan diri dan tempat tinggalnya. Selain itu

rawat inap rumah sakit diperlukan untuk hal-hal yang berkaitan dengan diagnostik

dan stabilisasi pemberian medikasi (Durand, 2007).

Perawatan pasien skizofrenia cenderung berulang (recurrent), apapun

bentuk subtipe penyakitnya. Tingkat kekambuhan lebih tinggi pada pasien

skizofrenia yang hidup bersama anggota keluarga yang penuh ketegangan,

permusuhan dan keluarga yang memperlihatkan kecemasan yang berlebihan.

Tingkat kekambuhan dipengaruhi juga oleh stress dalam kehidupan, seperti hal

yang berkaitan dengan keuangan dan pekerjaan. Keluarga merupakan bagian yang

penting dalam proses pengobatan pasien dengan skizofrenia.

Keluarga berperan dalam deteksi dini, proses penyembuhan dan pencegahan

kekambuhan. Penelitian pada keluarga di Amerika, membuktikan bahwa peranan

keluarga yang baik akan mengurangi angka perawatan di rumah sakit,

kekambuhan, dan memperpanjang waktu antara kekambuhan.

Meskipun angka kekambuhan tidak secara otomatis dapat dijadikan sebagai

kriteria kesuksesan suatu pengobatan skizofrenia, tetapi parameter ini cukup

signifikan dalam beberapa aspek. Setiap kekambuhan berpotensi menimbulkan

bahaya bagi pasien dan keluarganya, yakni seringkali mengakibatkan perawatan

kembali/rehospitalisasi dan membengkaknya biaya pengobatan.

27

Page 28: Referat Dan Preskas Jiwa

3.3 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKPATUHAN

MINUM OBAT

Faktor yang paling penting sehubungan dengan kekambuhan pada

skizofrenia adalah ketidakpatuhan meminum obat. Salah satu terapi pada pasien

skizofrenia adalah pemberian antipsikosis. Obat tersebut akan bekerja bila dipakai

dengan benar tetapi banyak dijumpai pasien skizofrenia tidak menggunakan obat

mereka secara rutin. Kira-kira 7% orang-orang yang diberi resep obat-obat

antipsikotik menolak memakainya (Hoge, 1990).

Penelitian tentang prevalensi ketidakpatuhan menunjukkan bahwa sebagian

besar penderita skizofrenia berhenti memakai obat dari waktu ke waktu. Sebuah

studi follow-up sebagai contoh menemukan bahwa selama kurun waktu dua tahun,

tiga diantara empat pasien yang diteliti menolak memakai obat antipsikotiknya

selama paling tidak seminggu (Durand, 2007).

Menurut Tambayong (2002) faktor ketidakpatuhan terhadap pengobatan

adalah kurang pahamnya pasien tentang tujuan pengobatan, tidak mengertinya

pasien tentang pentingnya mengikuti aturan pengobatan yang ditetapkan

sehubungan dengan prognosisnya, sukarnya memperoleh obat di luar rumah sakit,

mahalnya harga obat, dan kurangnya perhatian dan kepedulian keluarga yang

mungkin bertanggung jawab atas pembelian atau pemberian obat kepada pasien.

Terapi obat yang efektif dan aman hanya dapat dicapai bila pasien mengetahui

seluk beluk pengobatan serta kegunaannya.

Menurut Siregar (2006) ketidakpatuhan pemakaian obat akan

mengakibatkan penggunaan suatu obat yang berkurang. Dengan demikian, pasien

akan kehilangan manfaat terapi yang diantisipasi dan kemungkinan

mengakibatkan kondisi yang diobati secara bertahap menjadi buruk. Adapun

berbagai faktor yang berkaitan dengan ketidakpatuhan, antara lain :

3.3.1 Penyakit

Sifat kesakitan pasien dalam beberapa keadaan, dapat berkontribusi pada

ketidakpatuhan. Pada pasien dengan gangguan psikiatrik, kemampuan untuk

bekerja sama, demikian juga sikap terhadap pengobatan mungkin dirusak oleh

adanya kesakitan, dan individu-individu ini lebih mungkin tidak patuh daripada

pasien lain. Berbagai studi dari pasien dengan kondisi seperti pasien skizofrenia

28

Page 29: Referat Dan Preskas Jiwa

telah menunjukkan suatu kejadian ketidakpatuhan yang tinggi. Pasien cenderung

menjadi putus asa dengan program terapi yang lama dan tidak menghasilkan

kesembuhan kondisi. Apabila seorang pasien mengalami gejala yang signifikan

dan terapi dihentikan sebelum waktunya, ia akan lebih memperhatikan

menggunakan obatnya dengan benar. Beberapa studi menunjukkan adanya suatu

korelasi antara keparahan penyakit dan kepatuhan, hal itu tidak dapat dianggap

bahwa pasien ini akan patuh dengan regimen terapi mereka. Hubungan antara

tingkat ketidakmampuan yang disebabkan suatu penyakit dan kepatuhan dapat

lebih baik, serta diharapkan bahwa meningkatnya ketidakmampuan akan

memotivasi kepatuhan pada kebanyakan pasien.

Permasalahan yang lain adalah model kepercayaan pasien tentang

kesehatannya, dimana menggambarkan pikiran pasien tentang penyebab dan

keparahan penyakit mereka. Banyak orang menilai bahwa skizofrenia adalah

penyakit yang kurang penting dan tidak begitu serius dibandingkan penyakit

penyakit lain seperti diabetes, epilepsi dan kanker. Jadi jelas bahwa jika mereka

mempercayai penyakitnya tidak begitu serius dan tidak penting untuk diterapi

maka ketidakpatuhan dapat terjadi. Begitu juga persepsi sosial juga berpengaruh.

Jika persepsi sosial buruk maka pasien akan berusaha menghindari setiap hal

tentang penyakitnya termasuk pengobatan. Sikap pasien terhadap pengobatan juga

perlu diperhitungkan dalam hubungannya terhadap kepatuhan pasien terhadap

pengobatan. Sangatlah penting untuk mengamati, berdiskusi dan jika

memungkinkan mencoba untuk merubah sikap pasien terhadap pengobatan. Pada

pasien skizofrenia sikap pasien terhadap pengobatan dengan antipsikotik

bervariasi dari yang sangat negatif sampai sangat positif.

3.3.2. Regimen Terapi

3.3.2.1. Terapi Multi Obat

Pada umumnya, makin banyak jenis dan jumlah obat yang digunakan

pasien, semakin tinggi resiko ketidakpatuhan. Bahkan, apabila instruksi dosis

tertentu untuk obat telah diberikan, masalah masih dapat terjadi. Kesamaan

penampilan (misalnya, ukuran, warna, dan bentuk) obat-obat tertentu dapat

berkontribusi pada kebingungan yang dapat terjadi dalam penggunaan multi obat.

29

Page 30: Referat Dan Preskas Jiwa

3.3.2.2. Frekuensi Pemberian

Pemberian obat pada jangka waktu yang sering membuat ketidakpatuhan

lebih mungkin karena jadwal rutin normal atau jadwal kerja pasien akan

terganggu untuk pengambilan satu dosis obat dan dalam banyak kasus pasien akan

lupa, tidak ingin susah atau malu berbuat demikian.

Sikap pasien terhadap kesakitan dan regimen pengobatan mereka juga perlu

diantisipasi dan diperhatikan. Dalam kebanyakan situasi adalah wajar

mengharapkan bahwa pasien akan setuju dan lebih cenderung patuh dengan suatu

regimen dosis yang sederhana dan menyenangkan.

3.3.2.3. Durasi dan Terapi

Berbagai studi menunjukkan bahwa tingkat ketidakpatuhan menjadi lebih

besar, apabila periode pengobatan lama. Seperti telah disebutkan, suatu risiko

yang lebih besar dari ketidakpatuhan perlu diantisipasi dalam pasien yang

mempunyai penyakit kronik, terutama jika penghentian terapi mungkin tidak

berhubungan dengan terjadinya kembali segera atau memburuknya kesakitan.

Ketaatan pada pengobatan jangka panjang lebih sulit dicapai. Walaupun tidak ada

intervensi tunggal yang berguna untuk meningkatkan ketaatan, kombinasi

instruksi yang jelas, pemantauan sendiri oleh pasien, dukungan sosial, petunjuk

bila menggunakan obat, dan diskusi kelompok.

3.3.2.4. Efek Merugikan

Perkembangan dari efek suatu obat tidak menyenangkan, memungkinkan

menghindar dari kepatuhan, walaupun berbagai studi menyarankan bahwa hal ini

tidak merupakan faktor penting sebagaimana diharapkan. Dalam beberapa situasi

adalah mungkin mengubah dosis atau menggunakan obat alternatif untuk

meminimalkan efek merugikan. Namun, dalam kasus lain alternatif dapat

ditiadakan dan manfaat yang diharapkan dari terapi harus dipertimbangkan

terhadap risiko.

Penurunan mutu kehidupan yang diakibatkan efek, seperti mual dan muntah

yang hebat, mungkin begitu penting bagi beberapa individu sehingga mereka

tidak patuh dengan suatu regimen. Kemampuan beberapa obat tertentu

menyebabkan disfungsi seksual, juga telah disebut sebagai suatu alasan untuk

ketidakpatuhan oleh beberapa pasien dengan zat antipsikotik dan antihipertensi.

30

Page 31: Referat Dan Preskas Jiwa

Bahkan, suatu peringatan tentang kemungkinan reaksi merugikan dapat terjadi

pada beberapa individu yang tidak patuh dengan instruksi.

3.3.2.5. Pasien Asimtomatik (Tidak Ada Gejala) atau Gejala Sudah Reda

Sulit meyakinkan seorang pasien tentang nilai terapi obat, apabila pasien

tidak mengalami gejala sebelum memulai terapi. Pada suatu kondisi dimana

manfaat terapi obat tidak secara langsung nyata, termasuk keadaan bahwa suatu

obat digunakan berbasis profilaksis. Dalam kondisi lain, pasien dapat merasa baik

setelah menggunakan obat dan merasa bahwa ia tidak perlu lebih lama

menggunakan obatnya setelah reda. Situasi sering terjadi ketika seorang pasien

tidak menghabiskan obatnya ketika menghabiskan obatnya selama terapi

antibiotik, setelah ia merasa bahwa infeksi telah terkendali. Praktik ini

meningkatkan kemungkinan terjadinya kembali infeksi dan pasien wajib diberi

nasihat untuk menggunakan seluruh obat selama terapi antibiotik.

3.3.2.6. Harga Obat

Walaupun ketidakpatuhan sering terjadi dengan penggunaan obat yang

relatif tidak mahal, dapat diantisipasi bahwa pasien akan lebih enggan mematuhi

instruksi penggunaan obat yang lebih mahal. Biaya yang terlibat telah disebut oleh

beberapa pasien sebagai alasan untuk tidak menebus resepnya sama sekali, sedang

dalam kasus lain obat digunakan kurang sering dari yang dimaksudkan atau

penghentian penggunaan sebelum waktunya disebabkan harga.

3.3.2.7. Pemberian/Konsumsi Obat

Walau seorang pasien mungkin bermaksud secara penuh untuk patuh pada

instruksi, ia mungkin kurang hati-hati menerima kuantitas obat yang salah

disebabkan pengukuran obat yang tidak benar atau penggunaan alat ukur yang

tidak tepat. Misalnya, sendok teh mungkin volumenya berkisar antara 2mL

sampai 9mL. Ketidakakurasian penggunaan sendok teh untuk mengkonsumsi obat

cair dipersulit oleh kemungkinan tumpah apabila pasien diminta mengukur

dengan sendok teh. Walaupun masalah ini telah lama diketahui, masih belum

diperhatikan secara efektif dan pentingnya menyediakan mangkok ukur bagi

pasien, sempril oral atau alat penetes yang telah dikalibrasi untuk penggunaan

cairan oral adalah jelas. Akurasi dalam pengukuran obat, harus ditekankan dan

apoteker mempunyai suatu tanggung jawab penting untuk memberikan informasi

31

Page 32: Referat Dan Preskas Jiwa

serta jika perlu, menyediakan alat yang tepat untuk memastikan pemberian jumlah

obat yang dimaksudkan.

3.3.2.8. Rasa Obat

Rasa obat-obatan adalah yang paling umum dihadapi dengan penggunaan

cairan oral. Oleh karena itu, dalam formulasi obat cair oral, penambah penawar

rasa, dan zat warna adalah praktik yang umum dilakukan oleh industri farmasi

untuk daya tarik serta pendekatan formulasi demikian dapat mempermudah

pemberian obat kepada pasien.

3.3.3 Interaksi Pasien dengan Profesional Kesehatan

Keadaan sekeliling kunjungan seorang pasien ke dokter dan/atau apoteker,

serta mutu dan keberhasilan (keefektifan) interaksi profesional kesehatan dengan

pasien adalah penentu utama untuk pengertian serta sikap pasien terhadap

kesakitannya dan regimen terapi. Salah satu kebutuhan terbesar pasien adalah

dukungan psikologis yang diberikan dengan rasa sayang. Selain itu, telah diamati

bahwa pasien cenderung untuk lebih mematuhi instruksi seorang dokter yang

merka kenal betul dan dihormati, serta dari siapa saja mereka menerima informasi

dan kepastian tentang kesakitan dan obat-obat mereka.

Berbagai faktor berikut adalah di antara faktor yang dapat mempengaruhi

kepatuhan secara merugikan, jika perhatian yang tidak memadai diberikan pada

lingkup dan mutu interaksi dengan pasien.

3.3.3.1. Menunggu Dokter atau Apoteker

Apabila seorang pasien mengalami suatu waktu menunggu yang signifikan

untuk bertemu dengan dokter atau untuk mengerjakan (mengisi) resepnya,

kejengkelan dapat berkontribusi pada kepatuhan yang yang lebih buruk terhadap

instruksi yang diberikan. Dari suatu penelitian ditunjukkan bahwa hanya 31% dari

pasien yang biasanya menunggu lebih dari 60 menit untuk bertemu dengan

dokternya yang benar-benar patuh, sedangkan yang menunggu dalam 30 menit,

67% dari pasien tersebut benar-benar patuh.

3.3.3.2. Sikap dan Keterampilan Komunikasi Profesional Kesehatan

Berbagai studi menunjukkan ketidakpuasan pasien terhadap sikap pelaku

pelayan kesehatan. Uraian yang umum tentang pelaku pelayan kesehatan di rumah

32

Page 33: Referat Dan Preskas Jiwa

sakit mencakup dingin, tidak tertarik, tidak sopan, agresif, kasar, dan otoriter.

Walaupun uraian demikian tersebut tidak demikian bagi banyak praktisi yang

mengabdi dan terampil, sikap yang tidak pantas terhadap pasien telah cukup

terbukti menunjukkan suatu masalah yang signifikan.

Pelaku pelayan kesehatan cenderung menggunakan terminologi sehingga

pasien tidak dapat mengerti dengan mudah, mereka sering kurang pengetahuan

tentang teori dan praktik perilaku, dan mereka mempunyai kesadaran yang

terbatas pada tingkat, masalah, dan penyebabpasien tidak taat pada pengobatan.

Ketaatan pada pengobatan, berhubungan dengan kejelasan penjelasan dokter

penulis resep, pasien sering merasa bahwa instruksi dinyatakan kurang jelas atau

sama sekali tidak jelas. Ketepatan waktu dan kejelasan suatu pesan sangat kuat

mempengaruhi bagaimana itu diterima, dimengerti, dan diingat. Pasien mengingat

dengan sangat baik instruksi pertama yang diberikan; instruksi yang perlu

penekanan adalah lebih baik diingatkan kembali; makin sedikit instruksi

diberikan, semakin besar bagian yang diingat. Jadi suatu pesan tidak saja harus

jelas dinyatakan, tetapi juga harus diorganisasikan dan disampaikan sedemikian

rupa sehingga memungkinkan pasien yang mengikuti dan memproses informasi

secara sempurna.

3.3.3.3. Gagal Mengerti Pentingnya Terapi

Alasan utama untuk tidak patuh adalah bahwa pentingnya terapi obat dan

akibat yang mungkin, jika obat tidak digunakan sesuai dengan instruksi yang tidak

mengesankan pasien. Pasien biasanya mengetahui relatif sedikit tentang kesakitan

mereka, apalagi manfaat dan masalah terapi yang diakibatkan terapi obat.

Oleh karena itu, mereka menyimpulkan pikiran sendiri berkenaan dengan

kondisi dan pengharapan yang berkaitan dengan efek terapi obat. Jika terapi tidak

memenuhi pengharapan, mereka lebih cenderung menjadi tidak patuh. Perhatian

yang lebih besar diperlukan untuk memberi edukasi pada pasien tentang

kondisinya, dan manfaat serta keterbatasan dari terapi obat, akan berkontribusi

pada pengertian yang lebih baik dari pihak pasien tentang pentingnya

menggunakan obat dengan cara yang dimaksudkan.

3.3.3.4. Pengertian yang Buruk Pada Instruksi

33

Page 34: Referat Dan Preskas Jiwa

Berbagai investigasi telah menguraikan masalah dari jenis ini. Dari suatu

studi pada sekitar 6000 resep, 4% dari resep itu terdapat instruksi pasien ditulis

“Sesuai Petunjuk”. Akibat yang mungkin dari salah pengertian dapat serius.

Misalnya, seorang pasien menggunakan tiga kali dua kapsul fenitoin (100mg)

sehari, daripada seharusnya tiga kali satu kapsul sehari seperti instruksi dokter.

Pada pasien skizofrenia yang menggunakan obat antipsikotik haloperidol 2,5

mg/hari dan fluphenazine Hydrochloride 2,5 mg/hari.

Alasan untuk penggunaan instruksi oleh beberapa dokter “Gunakan sesuai

petunjuk” telah diteliti. Walaupun penggunaan penandaan ini diadakan dalam

situasi yang terseleksi dipertahankan, kemungkinan untuk membingungkan dan

mengakibatkan kesulitan, dibuktikan dalam penelitian serta menyimpulkan bahwa

perlu membuat instruksi penggunaan obat sespesifik mungkin. Bahkan, apabila

petunjuk kepada pasien sudah lebih spesifik dari “ sesuai petunjuk” kebingungan

masih dapat terjadi.

3.3.3.5. Pasien takut bertanya

Pasien sering ragu bertanya kepada tim pelaku pelayan kesehatan untuk

menjelaskan kondisi kesehatan mereka atau pengobatan yang diajukan. Keragu-

raguan ini dapat dihubungkan pada ketakutan dianggap bodoh, perbedaan status

sosial, dan bahasa atau tidak didorong oleh pelaku pelayan kesehatan tersebut.

Interaksi pasien dengan pelaku pelayan kesehatan yang lebih berhasil dapat

didorong dengan meningkatkan kepekaan pada pihak pelaku pelayan kesehatan.

3.3.3.6. Ketidakcukupan waktu konsultasi

Profesional pelayan kesehatan kebanyakan bersifat kurang berinteraksi

dengan pasien karena tekanan pekerjaan. Dalam beberapa bagian rumah sakit,

waktu atau praktik sibuk, waktu konsultasi sangat terbatas dan ini jelas menjadi

sautu masalah. Jika seorang pasien diberi hanya satu atau dua menit untuk waktu

konsultasi, dapat terjadi hal yang lebih buruk. Biaya yang dikeluarkan pasien

tinggi, berkenaan dengan waktu, transport dan pengeluaran untuk obat. Hal ini

dapat meningkatkan ketidakpatuhan pasien terhadap instruksi karena mereka

merasa bahwa profesional pelayan kesehatan tidak ada perhatian pada

penyembuhan penyakit mereka. Untuk itu pentingnya rumah sakit agar

mempertimbangkan untuk memperpanjang waktu konsultasi bagi pasien.

34

Page 35: Referat Dan Preskas Jiwa

Profesional pelayan kesehatan harus didorong untuk mengerti bahwa komunikasi

yang efektif dengan pasien bukanlah suatu ideal yang tidak realistik, tetapi

merupakan suatu aspek inti dari keberhasilan praktik klinik.

3.3.3.7. Kesediaan Informasi Tercetak

Ketaatan pada pengobatan mungkin meningkat, dengan tersedianya

informasi tercetak dalam bahasa yang sederhana. Di beberapa negara maju, semua

IFRS (Instalasi Farmasi Rumah Sakit) harus mempunyai lembaran informasi

untuk pasien, tersedia untuk setiap obat. Instruksi sederhana untuk obat yang

paling banyak digunakan dan obat yang paling banyak disalahgunakan dapat

dicetak pada kertas murah.

35

Page 36: Referat Dan Preskas Jiwa

BAB IV

PENJELASAN

Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tidak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik,fisik, dan sosial budaya.

Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karekteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunt). Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasa tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.

Pedoman Diagnostik

Harus ada sedikitnya satu atau dua gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas)

a. “Thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitas berbeda ; atau“Thought insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil kelua oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal) ; atau

“Thought broadcasting” = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya.

b. “Delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan dai luar; atau“Delusion of influence” = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau

“Delusion of passivity” = waham tentang dirinya tidak berdaya atau pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar

“Delusion of percepsion” = pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasa bersifat mistik atau mukjizat.

c. Halusinasi auditorik :

36

Page 37: Referat Dan Preskas Jiwa

- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau

- Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau

- Jenis suara halusinasi yang berasal dari salah satu bagian tubuh

d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya bisa mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).

Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas :

e. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai ide-ide belebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus-menerus;

f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme

g. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativism, mutisme, dan stupor;

h. Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, respon emosional yang menumpul dan tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

Adanya gejala-gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih

Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku peribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.

Skizofrenia Paranoid :

- Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

- Sebagai tambahan : halusinasi dan/ waham harus menonjol

37

Page 38: Referat Dan Preskas Jiwa

a. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing);

b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol;

c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of control), waham dipengaruhi (delusion of influence), atau passivity (delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas;

d. Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relative tidak nyata, tidak menonjol.

38

Page 39: Referat Dan Preskas Jiwa

BAB V

KESIMPULAN

Skizofrenia merupakan psikosis fungsional paling berat, dan menimbulkan

disorganisasi personalitas terbesar, pasien tidak mempunyai realitas, sehingga

pemikiran dan perilakunya abnormal.

Skizofrenia berasal dari dua kata “Skizo” yang artinya retak atau pecah

(spilit), dan “frenia” yang artinya jiwa. Dengan demikian seseorang yang

menderita gangguan jiwa Skizofernia adalah orang yang mengalami keretakan

jiwa atau keretakan kepribadian (splittingof of personality).

Secara klasik skizofrenia tipe paranoid ditandai terutama oleh adanya

waham kebesaran atau waham kejar, jalannya penyakit agak konstan (Kaplan dan

Sadock, 1998). Pikiran melayang (Flight of ideas) lebih sering terdapat pada

mania, pada skizofrenia lebih sering inkoherensi (Maramis, 2005). Kriteria

waktunya berdasarkan pada teori Townsend (1998), yang mengatakan kondisi

klien jiwa sulit diramalkan, karena setiap saat dapat berubah.

Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan

karekteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar

(inappropriate) atau tumpul (blunt). Kesadaran yang jernih (clear consciousness)

dan kemampuan intelektual biasa tetap terpelihara, walaupun kemunduran

kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.

39

Page 40: Referat Dan Preskas Jiwa

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Iman Setiadi. 2006. Skizofrenia Memahami Dinamika Keluarga Pasien.

Jakarta : Refika Aditya

Chandra,LS. 2008. Kenali Gejala Dini Skizofrenia demi Penyembuhannya.

http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0501/31/humaniora/1230010.htm.

diakses pada tanggal 8 Februari 2013.

Danardi Sosrosumiharjo. 2007. Kesehatan Jiwa Masyarakat, Kesehatan Jiwa

Bangsa. http://masdanang.co.cc/?p=27 diakses pada tanggal 8 Februari 2013

Dorland. 2007. Ilustrated Medical Dictionary Kamus Kedokteran. Jakarta: EGC

Indarini D. 2009. Hubungan antara Bentuk Dukungan Keluarga dengan Periode

Kekambuhan Penderita Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Prof.Soeroyo

Magelang. Skripsi. Program Sarjana. Jakarta. FKM UI

Gunadi, Paul. 2008. Gangguan Skizofrenia.

http://www.telaga.org/audio/gangguan_skizofrenia. diakses pada tanggal 8

Februari 2013

Iyus Yosep. 2008. Penyuluhan Kesehatan Jiwa dan Bahaya Napza di Desa Legok

Kidul Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang.

http://www.google.co.id/search?q=gangguan+jiwa&hl=id&start=10&sa=N.

diakses pada tanggal 8 Februari 2013

Kaplan and Shaddock. 2002. Sinopsis Psikiatri Edisi 7. Jakarta: Binarupa Aksara

Maramis, WF. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga

University Press.

Maslim Rusdi. 2001. Diagnosa Gangguan Jiwa; Rujukan Ringkas dari PPDGJ

III.

40