Referat Jiwa - Psikoterapi

67
Referat Ilmu Kesehatan Jiwa Psikoterapi Pembimbing : dr. Henny Riana, Sp.KJ(K) dr. Soehendro W., Sp.KJ(K) dr. Esther Margaretha, Sp.KJ dr. Karjana, Sp.KJ Disusun oleh : Julianti Mulya Utami 1102010138

description

jiwaaaa jiwa terapinyaa

Transcript of Referat Jiwa - Psikoterapi

A

Referat Ilmu Kesehatan Jiwa

Psikoterapi

Pembimbing :dr. Henny Riana, Sp.KJ(K)dr. Soehendro W., Sp.KJ(K)dr. Esther Margaretha, Sp.KJ

dr. Karjana, Sp.KJ

Disusun oleh :

Julianti Mulya Utami 1102010138Fakultas Kedokteran Universitas YARSIKepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa

Rumah Sakit Bhayangkara tk.I R.S. Sukanto-Jakarta

Periode: 27 Oktober 2014 29 November 2014KATA PENGANTARAssalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya, pembuatan karya tulis berupa referat bidang ilmu kesehatan jiwa yang berjudul Psikoterapi dapat tersusun dan terselesaikan tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan karya tulis referat ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas kepaniteraan ilmu kesehatan jiwa di RS POLRI Said Sukanto periode 27 Oktober 2014 29 November 2014 agar dapat menerima kelulusan pada bidang kepaniteraan yang bersangkutan.

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian pembuatan referat ini. Terutama pembimbing referat yang bersangkutan di bidang kesehatan jiwa: dr. Henny Riana, Sp.KJ(K), dr. Soehendro, Sp.KJ(K), dr. Esther Margaretha, Sp.KJ, dr. Karjana, Sp.KJ, serta para perawat bagian psikiatri dan semua pihak yang memberi arahan dan dukungan dalam proses penyelesaian referat ini.

Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna dan memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima segala kritik dan masukan yang diberikan agar referat ini menjadi lebih sempurna. Akhir kata, dengan mengucapkan Alhamdullilah, semoga Allah SWT selalu meridhoi kita semua dan semoga tulisan ini dapat bermanfaat.

Jakarta, November 2014

PenulisDaftar Isi

KATA PENGANTAR . 1

DAFTAR ISI 2

BAB I PENDAHULUAN . 3

I.1. Latar Belakang 3

I.2. Tujuan penulisan 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .. 5

2.1. Definisi .. 5

2.2. Tujuan Psikoterapi ................. 6

2.3. Penggolongan Psikoterapi..............6

2.4. Jenis psikoterapi ............ 8

2.5 Proses Psikoterapi........................................................................36

2.6Efektivitas psikoterapi.. 39

2.7 Hasil terapeutik.39BAB III PENUTUP ........ 40

3.1. Kesimpulan ........................................................................................... 40DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 41

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Dalam perspektif bahasa, psikoterapi berasal dari kata psyche dan therapy. Kata psyche berarti jiwa, sedangkan therapy yang berarti penyembuhan. Jika digabungkan psikoterapi mempunyai arti penyembuhan jiwa. Psikoterapi merupakan salah satu modalitas terapi yang terandalkan dalam tatalaksana pasien psikiatri disamping psikofarmaka dan terapi fisik. Sebetulnya dalam kehidupan sehari-hari, prinsip-prinsip dan beberapa kaidah yang ada dalam psikoterapi ternyata juga digunakan, antara lain dalam konseling, pendidikan dan pengajaran, atau pun pemasaran.

Seiring meningkatnya problematika kehidupan, saat ini semakin banyak orang memiliki masalah atau gangguan tidak hanya pada fisik namun juga pada mental. Kini tuntutan jaman yang semakin tinggi baik dari pendidikan, gaya hidup, lingkungan membuat orang lebih mudah terserang stress yang dapat berdampak pada hubungan intrapersonal maupun interpersonal dengan orang-orang disekitarnya. Data dari WHO, di tahun 2010 terjadi hampir 150 kematian setiap harinya di Indonesia akibat bunuh diri yang disebabkan masalah kejiwaan. Masalah kejiwaan yang sering kali terjadi yaitu gangguan depresi, gangguan cemas, serangan panik dan trauma di masa lalu. Keluhan yang seringkali muncul dapat diakibatkan adanya gangguan fisik, tapi dapat juga berkaitan langsung dengan problem emosional ataupun keduanya dalam waktu bersamaan. Sekitar 25-30% pasien datang berobat ke dokter umum dengan problem emosional. Di samping itu, faktor emosional merupakan faktor penting yang mempengaruhi kondisi penyakit terutama apabila pasien memiliki semangat dan pengharapan yang tinggi maka proses penyembuhan dapat berlangsung lebih cepat, namun bila pasien merasa sedih, tidak didukung oleh keluarga dan putus asa, proses penyembuhan dapat berjalan lambat.

Hal-hal tersebut mempengaruhi mekanisme daya tahan mental yang dapat menyebabkan terjadinya neurosis, yaitu suatu gangguan jiwa yang secara struktural tanpa kerusakan organik dan dapat mempengaruhi kepribadian pasien. Adanya konflik sering bermanifestasi dalam bentuk fenomena tertentu. Semua gangguan mekanisme daya tahan mental bersifat selalu melawan atau menentang usaha-usaha terapeutik yang bertujuan untuk mengubah atau meniadakan gangguan tersebut. Hal ini memunculkan peranan dari terapi alternatif salah satunya adalah psikoterapi.

Banyak orang yang mencari psikoterapi dengan berbagai alasan, tetapi kebanyakan dari mereka mencari psikoterapi karena mereka membutuhkan bantuan untuk masalah masalah yang sangat berat. Kebanyakan orang membicarakan masalahnya kepada teman dan keluarga, tetapi itu tidak mampu memperbaiki keadaan dirinya. Psikoterapi merupakan salah satu cara yang tepat untuk membicarakan masalah dan mendapatkan pemecahannya. Psikoterapi merupakan salah satu modalitas terapi yang terandalkan dalam tatalaksana pasien psikiatri disamping psikofarmaka dan terapi fisik. Dalam psikoterapi difokuskan pada proses-proses yang tidak sadar dalam diri pasien dan pengubahan struktur pribadi pasien. Oleh karena itu psikoterapi sangatlah dibutuhkan dalam penyembuhan pada orang-orang yang memiliki masalah terutama masalah kesehatan jiwa. Dalam psikoterapi, keberhasilan sangat ditentukan oleh kerja sama yang baik antara pasien dan terapis, karena peran terapis sangat penting dalam membantu, mengarahkan dan membimbing pasien serta menganalisa masalah dan merencanakan terapi-terapi yang akan diberikan. Dengan hubungan yang dilandasi kepercayaan maka terapi akan berlangsung dengan efektif.

1.2 TUJUAN PENULISAN

1. Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang definisi, tujuan, klasifikasi serta penggunaan berbagai jenis psikoterapi.

2. Untuk memenuhi tugas referat di bagian kepaniteraan Ilmu Jiwa RS. Polri Sukanto.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Psikoterapi adalah terapi atau pengobatan yang menggunakan cara-cara psikologik, dilakukan oleh seseorang yang terlatih khusus, yang menjalin hubungan kerjasama secara profesional dengan seorang pasien dengan tujuan untuk menghilangkan, mengubah atau menghambat gejala-gejala dan penderitaan akibat penyakit. Definisi yang lain yaitu psikoterapi adalah cara pengobatan dengan ilmu kedokteran terhadap gangguan mental emosional dengan mengubah pola pikiran, perasaan, dan perilaku agar terjadi keseimbangan dalam diri individu tersebut.Psikoterapi merupakan salah satu modalitas terapi yang terandalkan dalam tatalaksana pasien psikiatri disamping psikofarmaka dan terapi fisik. Terapi ini menggunakan metode dan teknik psikologik dan memanfaatkan pengaruh psikologik untuk mencapai hasil terapeutik. Psikoterapi sering disalahartikan sebagai konseling, padahal keduanya merupakan jenis intervensi yang berbeda, karena konseling merupakan proses dimana pasien dapat mengeksplorasi diri yang berfokus pada masalah yang dimiliki pasien yaitu dengan peningkatan kesadaran dapat memilih dan menyingkirkan hal-hal yang bersifat negative. Konseling berjangka waktu singkat serta hanya berfokus mengatasi krisis yang dihadapi oleh pasien. Sedangkan psikoterapi memusatkan pada proses-proses dalam diri pasien yang terjadi di dalam alam bawah sadar yang dapat mengubah struktur kepribadian pasien. Psikoterapi lebih berusaha untuk meraih pemahaman diri yang intensif tentang dinamika-dinamika yang bertanggung jawab atas terjadinya krisis kehidupan klien.Psikoterapi merupakan suatu proses pengobatan dengan seni, karena dibutuhkan kecocokan antara pasien dan terapis sehingga proses terapi dapat membuat perbedaan yang bermakna bagi pasien karena pasien merasa nyaman dengan metode terapi serta terapisnya. Psikoterapi memiliki angka gugur (drop out) yang cukup tinggi sehingga pasien seringkali menolak melanjutkan proses terapi kecuali pasien merasa benar-benar mendapat keuntungan atau merasakan adanya perbaikan dengan jenis terapi yang dijalankan. Terapi individual merupakan yang paling banyak digunakan dan jenisnya sangat bervariasi; terapi kelompok, keluarga dan perkawinan penggunaannya juga cukup luas. 2.2 TUJUAN PSIKOTERAPI1. Menguatkan daya tahan mental yang telah dimiliki atau membuat seseorang merasa bahagia dan sejahtera.

2. Mengembangkan mekanisme daya tahan mental yang baru dan lebih baik untuk mempertahankan fungsi pengontrolan diri, ataupun membuat seseorang lebih mengenal dan mengerti tentang dirinya sendiri.

3. Meningkatkan kemampuan adaptasi terhadap lingkungannya.

2.3 PENGGOLONGAN PSIKOTERAPI

a. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapaiWolberg menjelaskan terdapat tiga tingkatan psikoterapi berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, tiga tingkatan yaitu:

1. Tingkat Support (Memulihkan Keseimbangan Pasien)

Pada terapi suportif, psikoterapi bertujuan untuk memulihkan keseimbangan pasien secara cepat dan menghilangkan masalah-masalah neurotik yang ada. Terapi suportif dilakukan pada pasien yang sebenarnya memiliki penyesuaian diri yang baik, namun memiliki masalah akibat tekanan lingkungan yang terlalu berlebihan dan tidak mampu mengatasi kecemasan serta kurang memiliki motivasi atau intelegensia. Terapi ini dapat memperkuat mekanisme defense dan mekanisme pengendalian menjadi baru dan lebih baik sehingga menuju kearah perbaikan pada keadaan keseimbangan yang lebih adaptif.

Cara atau pendekatan: bimbingan, reassurance, katarsis emosional, hipnosis, desensitisasi, eksternalisasi minat, manipulasi lingkungan, terapi kelompok.

2. Tingkat Insight (Tujuan Reedukatif)

Terapi tingkatan insight dengan tujuan reedukatif untuk membantu pasien mencapai insight. Menurut Gelso dkk (dalam Kivlighan dkk, 2000). Istilah insight, menunjukkan derajat pemahaman pasien mengenai hal-hal yang digali selama proses terapi, yang bisa berupa pemahaman mengenai hubungan di dalam proses terapi, keberfungsian individu diluar terapi, atau aspek-aspek dinamika dan perilaku pasien. Secara teoritis, insight dialami pasien diduga akan meningkat selama proses psikoterapi dan gejala-gejala akan berkurang seiring dengan peningkatan tersebut. Individu yang mencapai insight selama proses terapi menunjukkan penurunan keluhan yang berkaitan dengan tekanan yang dirasakan. Terapi diharapkan dapat mengubah pola perilaku dengan meniadakan kebiasaan (habits) tertentu dan membentuk kebiasaan yang lebih menguntungkan.

Cara atau pendekatan: Terapi perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, psikodrama, dll.

3. Tingkat Insight Therapy (Tujuan Rekonstruktif)

Level ini bertujuan sebagai rekonstruktif. Level ini mengupayakan tercapainya kesadaran atas konflik-konflik yang tidak disadari dan dengannya dengan mekanisme pertahanan tertentu. Tujuan utamanya adalah merasakan emosional yang berawal dari pemahaman total melalui rekonstruksi kepribadian. Diharapkan dengan usaha mencapai perubahan luas struktur kepribadian seseorang maka dapat diperoleh pemahaman total dan mencapai tilikan (insight) akan konflik-konflik nirsadar.

Cara atau pendekatan: Psikoanalisis klasik dan Neo-Freudian (Adler, Jung, Sullivan, Horney, Reich, Fromm, Kohut, dll.), psikoterapi berorientasi psikoanalitik atau dinamik.

b. Menurut dalamnya, psikoterapi terdiri atas:

1.Superfisial yaitu yang menyentuh hanya kondisi atau proses pada permukaan, yang tidak menyentuh hal-hal yang nirsadar atau materi yang direpresi.

2. Mendalam (deep), yaitu yang menangani hal atau proses yang tersimpan dalam alam nirsadar atau materi yang direpresi.

c. Menurut teknik yang terutama digunakan (teknik perubahan), antara lain:

Psikoterapi ventilatif, sugestif, katarsis, ekspresif, operant conditioning, modeling, asosiasi bebas, interpretatif, dll.

d. Konsep teoritis mengenai motivasi dan perilaku

psikoterapi perilaku atau behavioral (kelainan mental-emosional dianggap teratasi bila deviasi perilaku telah dikoreksi)

psikoterapi kognitif (problem diatasi dengan mengkoreksi sambungan kognitif automatis yang keliru)

psikoterapi evokatif, analitik, dinamik (membawa ingatan, keinginan, dorongan, ketakutan, dll. yang nirsadar ke dalam kesadaran).

Psikoterapi kognitif dan perilaku banyak bersandar pada teori belajar, sedangkan psikoterapi dinamik berdasar pada konsep-konsep psikoanalitik Freud dan pasca-Freud.

e. Menurut setting anggota terapi: psikoterapi terdiri atas psikoterapi individual dan kelompok (terdiri atas terapi marital/pasangan, terapi keluarga, kelompok).

Terapi marital atau pasangan diindikasikan bila ada problem di antara pasangan, misalnya komunikasi, persepsi,dll.

Terapi keluarga, dilakukan bila struktur dan fungsi dalam suatu keluarga tidak berjalan sebagaimana mestinya. Bila salah satu anggota keluarga mengalami gangguan jiwa, akan mempengaruhi keadaan dan interaksi dalam keluarga dan sebaliknya, keadaan keluarga akan mempengaruhi gangguan serta prognosis pasien. Untuk itu seluruh anggota keluarga diwajibkan hadir pada setiap sesi terapi.

Terapi kelompok, dilakukan terhadap sekelompok pasien (misalnya enam atau delapan orang), oleh satu atau dua orang terapis. Metode dan caranya bervariasi; ada yang suportif dan bersifat edukasi, ada yang interpretatif dan analitik. Kelompok ini dapat terdiri atas pasien-pasien dengan gangguan yang berbeda, atau dengan problem yang sama, misalnya gangguan makan, penyalahgunaan zat, dll. Diharapkan mereka dapat saling memberikan dukungan dan harapan serta dapat belajar tentang cara baru mengatasi problem yang dihadapi.

f. Teknik tambahan khusus yang digabung dengan psikoterapi, misalnya narkoterapi, hypnoterapi, terapi musik, psikodrama, terapi permainan dan peragaan (play therapy), psikoterapi religius, dan latihan meditasi.2.4 JENIS PSIKOTERAPI Menurut konsep teoretis tentang motivasi dan perilaku, psikoterapi dapat dibedakan menjadi: psikoterapi perilaku atau behavioral (kelainan mental-emosional dianggap teratasi bila deviasi perilaku telah dikoreksi), psikoterapi kognitif, psikoterapi analitik, dinamik,intrapersonal,dan humanistik . Psikoterapi kognitif dan perilaku banyak bersandar pada teori belajar, sedangkan psikoterapi dinamik berdasar pada konsep-konsep psikoanalitik Freud dan pasca-Freud.1. Psikodinamik (psikoanalitik) psikoterapiadalah di mana seorang terapis psikoanalisis akan mendorong klien untuk mengatakan apa pun yang terjadi melalui pikirannya.Hal Ini akan membantu klien untuk menyadari makna tersembunyi atau pola dalam apa yang klien lakukan atau katakan yang mungkin berkontribusi terhadap masalahnya. Klien akan diberikan waktu untuk berpikir dan berbicara tentang perasaannya tentang diri sendiri dan orang lain (terutama keluarga dan orang-orang terdekat).Biasanya klien akan membahas apa yang terjadi dalam hidup klien saat ini, apa yang telah terjadi di masa lalu, bagaimana masa lalu dapat mempengaruhi bagaimana Anda merasa, berpikir dan berperilaku sekarang.2. Terapi perilaku kognitif adalah suatu bentuk psikoterapi dengan caramembantu klien dalam mengatasi masalah yaitu dengan mengubah cara klien berperilaku.Sebagai contoh, klien mungkin perlu untuk mengatasi rasa takut, atau fobia.Terapis akan membantu klien secara bertahap, dengan menggunakan lebih banyak waktu untuk situasi yang sedang klien rasakan, seperti rasa takut, penggunaan waktu yang lebih lama akan membantu klien merasa lebih nyaman dan santai dalam terapi ini.3. Terapi kognitif analitis adalah suatu bentuk pengobatan di mana seorang terapis membantu pasien untuk memahami hal-hal yang tidak beres di masa lalunya dan mengeksplorasi bagaimana untuk memastikan bahwa mereka tidak bersalah pada waktu yang akan datang.4. Terapi interpersonal adalah suatu bentuk psikoterapi untuk pengobatan untuk depresi. Hal ini bertujuan untuk membantu klien untuk memahami bagaimana masalah yang dihadapinya, dan membantu klien untuk mengetahui bagaimana memperkuat hubungan antar sesama dan menemukan bagaimana cara yang lebih baik untuk mengatasi masalah.5. Terapi humanistikadalah suatu bentuk psikoterapi yang berfokus untuk mengenali kemampuan manusia dalam bidang-bidang seperti kreativitas, pertumbuhan pribadi, dan pilihan.Tujuan utamanya adalah untuk mencari tahu bagaimana individu memandang diri mereka sendiri dan untuk mengenali pertumbuhan, pengarahan diri sendiri, dan tanggung jawab.Metode ini membantu klien dalam upaya untuk mengenali kekuatan mereka dengan pengalaman dan pemahaman.Unsur unsur psikoterapi dapat dipilih untuk masing masing pasien dan dimodifikasi dengan berlanjutnya terapi. Ciri ciri ini dapat diubah dengan berubahnya tujuan terapeutik, keadaan mental dan kebutuhan pasien. Psikoterapi ditandai dengan tujuan, lingkungan, format, jadwal waktu, teknik dan penggunaan bersamaan modalitas terapeutik lain.1. PSIKOANALISISPsikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia, dan metode psikoterapi. Secara historis, psikoanalisis adalah aliran pertama dari tiga aliran utama psikologi. Psikoanalisis dimulai dengan pengobatan pasien dengan hipnosis. Di tahun 1881 Anna O, seorang wanita muda neurotik yang menderita gangguan visual dan motorik yang multipel dan perubahan kesadaran, diobati oleh dokter ahli penyakit daiam dari Vienne, Josef Breuer. Ia mengamati bahwa gejala pasien menghilang jika ia mengekspresikannya secara verbal saat dihipnosis. Sigmeun Freud dan Breuer menggunakan teknik secara bersama, mereka mendorong pasiennya untuk berkonsentrasi dengan mata tertutup pada ingatan masa lalu yang berhubungan dengan gejala mereka. Metode konsentrasi tersebut akhirnya menjadi teknik asosiasi bebas. Freud menginstruksikan pasiennya untuk mengatakan apa saja yang datang ke dalam pikirannya, tanpa menyensor pikiran mereka. Metoda ini masih sering digunakan sekarang dan merupakan salah satu ciri psikoanalisis, melalui mana pikiran dan perasaan yang berada dalam alam bawah sadar dibawa ke dalam alam sadar.

Dalam The Interpretation of Drewns Freud menjelaskan model topografik dan pikiran yang terdiri dari alam sadar (conscious), alam prasadar (preconscious), dan alam bawah dasar (unconscious). Pikiran sadar dianggap sebagai kesiagaan. Prasadar, di mana pikiran dan perasaan mudah masuk ke kesadaran, dan bawah sadar, di mana pikiran dan perasaan tidak dapat disadari tanpa melewati tahanan yang kuat. Bawah sadar mengandung bentuk fungsi pikiran nonverbal dan membangkitkan mimpi, parapraksis (lidah terpeleset), dan gejala psikologis. Psikoanalisis menekankan konflik antara dorongan bawah sadar dan pertimbangan moral yang dimiliki pasien terhadap impuls mereka. Konflik tersebut menyebabkan fenomena represi, yang dianggap sebagai patologis. Asosiasi bebas memungkinkan ingatan yang terepresi diungkapkan kembali dan dengan demikian berperan dalam penyembuhan.

SADAR

SADAR

BAWAH SADAR

BAWAH SADAR

a. Konsep-konsep utama terapi psikoanalisis

struktur kepribadian

1. id

2. ego

3. super ego

Pandangan ttg sifat manusia

Pandangan Freud tentang sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministik, mekanistik dan reduksionistik.

kesadaran & ketidaksadaran a. konsep ketaksadaran

b. mimpi-mimpi merupakan representative simbolik dari kebutuhan, hasrat2 konflik

c. salah ucap / lupa terhadap nama yg dikenal

d. sugesti pascahipnotik

e. bahan yg berasal dari teknik2 asosiasi bebas

f. bahan yg berasal dari teknik proyektif

Kecemasan

Adalah suatu keadaan yg memotifasi kita untuk berbuat sesuatu

Fungsi memperingatkan adanya ancaman bahaya

3 macam kecemasan

a. Kecemasan realistis

b. Kecemasan neurotik

c, Kecemasan moral

b. Sumbangan utama psikoanalisis

1. kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami, dan pemahaman terhadap sifat manusia biasa diterapkan pada perbedaan penderitaan manusia

2. tingkah laku diketahui sering ditentukan oleh faktor tak sadar

3. perkembangan pada masa dini kanak-kanak memiliki pengaruh yg kuat terhadap kepribadian di masa dewasa

4. teori psikoanalisis menyediakan kerangka kerja yg berharga untuk memahami cara-cara yg digunakan oleh individu dalam mengatasi kecemasan.

5. terapi psikoanalisis telah memberikan cara-cara mencari keterangan dari ketidaksadaran melalui analisis atas mimpi-mimpi.

c. Tujuan psikoanalisisTujuan utama psikoanalitik adalah membentuk kembali struktur karakter individual dengan jalan membuat kesadaran yang tak disadari di dalam diri klien. Proses terapeutik difokuskan pada upaya mengalami kembali pengalaman kanak-kanak. Pengalaman-pengalaman masa lampau direkonstruksi, dibahas, dianalisis, dan ditafsirkan dengan sasaran merekonstruksi kepribadian. Terapi psikoanalitik menekankan dimensi afektif dari upaya menjadikan ketaksadaran diketahui. Pemahaman dan pengertian intelektual memiliki arti penting, tetapi perasaan-perasaan dan ingatan-ingatan yang berkaitan dengan pemahaman siri lebih penting lagi. d. Lingkungan AnalisisAnalisis terutama berurusan dengan usaha membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran keefektifan dalam melakukan hubungan personal, dalam menangani kecemasan secara realistis serta dalam memperoleh kendali atas tingkah laku yang impulsive dan interpersonal. Lingkungan analisis yang biasanya adalah pasien berbaring pada dipan atau sofa dan ahli analisis duduk di sebelahnya, sebagian atau sama sekali di luar lapangan pandang pasien. Dipan membantu ahli analisis menimbulkan regresi terkendali yang mempermudah timbulnya material yang rerepresi. Posisi pasien yang berbaring dengan kehadiran ahli analisis yang penuh perhatian, pada saat berbaring klien melaporkan perasaan-perasaan, pengalaman-pengalaman, asosiasi-asosiasi, ingatan-ingatan dan fantasi-fantasinya. Posisi juga membantu pasien memusatkan perhatian pada pikiran, perasaan, dan khayalan dalam, yang selanjutnya dapat menjadi pusat asosiasi bebas.e. Peranan AhIi AnalisisIdealnya, ahli analisis yang telah menjalani psikoanalisis pribadi sebagai bagian dan latihan mereka mampu untuk mempertahankan sikap objektivitas atau netralitas yang kepada pasien, mencoba untuk tidak menanamkan kepribadian atau sistem nilai dirinya sendiri.f. Lama TerapiPasien dan ahli psikoanalisis harus siap untuk terlibat dalam proses untuk jangka waktu yang tidak ditentukan. Psikoanalisis mernbutuhkan waktu antara tiga dan enam tahun, kadang-kadang lebih lama. Sesi biasanya dilakukan empat atau lebih dalarn seminggu masing-masingnya selama 45 sampai 50 menit. Beberapa analisis dilakukan dengan frekuensi yang lebih jarang dan dengan sesion yang bervaniasi dan 20 sampai 30 menit.g. MetodaTerapiAturan dasar psikoanalisis adalah bahwa pasien setuju untuk jujur sepenuhnya terhadap ahli analisis dan menceritakan segala sesuatu tanpa pilih-pilih. Freud menarnakan teknik yang memungkinkan kejujuran tersebut sebagai asosiasi bebas.

Asosiasi bebas. Dalam asosiasi bebas, pasien harus membersihkan pikirannya dari pemikiran-pemikiran dan renungan-renungan sehari-hari dan sebisa mungkin mengatakan segala sesuatu yang datang ke dalam pikirannya tanpa adanya penyensoran, terlepas dan apakah mereka rasakan pikiran tersebut tidak dapat diterima atau memalukan, itu tidak penting. 3Asosiasi bebas adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lampau dan pelepasan emosi-emosi yang berkautan dengan situasi-situasi traumatik masa lampau. Asosiasi dipimpin oleh tiga jenis tenaga bawah sadar: konflik patogenik neurosis, keinginan untuk sembuh, dan keinginan untuk menyenangkan ahli analisis. Peranan antara faktor-faktor tersebut menjadi kompleks.

Perhatian mengalir bebas (free-floating attention). Jawaban ahli analisis terhadap asosiasi bebas pasien adalah cara mendengarkan yang khusus, yang dinamakan perhatian mengalir bebas. Ahli analisis membiarkan asosiasi pasien menstimulasi asosiasi mereka sendiri dan dengan demikian mampu untuk melihat tema dalam asosiasi bebas pasien yang mungkin dicerminkan kembali kepada pasien kemudian atau pada beberapa waktu kemudian. Perhatian ahli analisis yang cermat kepada pengalaman subjektifnya sendini adalah bagian yang tidak dapat diterima dari analisis.

Aturan abstinensi. Dengan mengikuti aturan abstinensi, pasien mampu menunda pemuasan tiap keinginan instinktual seperti membicarakannya dalam terapi. Ketegangan yang ditimbulkan menghasilkan asosiasi relevan yang digunakan oleh ahil analisis untuk meningkatkan kesadaran pasien. Aturan tersebut tidak dimaksudkan abstinensi seksual, tetapi, dengan tidak mengijinkan lingkungan terapi memuaskan harapan infantil pasien akan cinta dan kasih sayang.h. Indikasi Terapi

Indikasi utama psikoanalisis adalah konflik psikologis yang berlangsung lama yang telah menimbulkan gejala atau gangguan yang signifikan sehingga pasien termotivasi secara waktu dan finansial untuk menjalani terapi. Sebelum menjalani terapi pasien harus mengerti bahwa terapi yang akan dijalani adalah suatu proses agar pasien lebih memahami. Pasien juga harus mempunyai pengertian bahwa terapi ini bertujuan agar mereka lebih mengerti diri mereka sendiri sehingga proses terapi ini bukan merupakan suatu usaha yang terburu-buru untuk mencapai kesembuhan.

Hubungan antara konflik dan gejala mungkin langsung atau tidak langsung. Psikoanalisis dianggap efektif dalam mengobati gangguan kecemasan tertentu, seperti fobia dan gangguan obsesif-kompulsif, gangguan depresif ringan (gangguan distimik), beberapa gangguan kepribadian, dan beberapa gangguan pengendalian impuls dan gangguan seksual. Tetapi, lebih penting dari diagnosis adalah kemampuan pasien untuk membentuk persetujuan analitik dan mempertahankan komitmen terhadap proses analitik yang semakin dalam yang membawa perubahan internal melalui peningkatkan kesadaran terhadap diri sendiri. Freud percaya bahwa pasien juga mampu membentuk perlekatan transferensi yang kuat kepada ahli analisis (dinamakan neurosis transferensi), tanpanya analisis tidak dimungkinkan. Hal tersebut mengecualikan sebagian besar pasien psikotik karena kesulitan mereka dalam membentuk ikatan afektif dan realistik yang penting untuk perkembangan dan resolusi neurosis transferensi. Ego pasien dalam analisis harus mampu mentoleransi frustrasi tanpa berespon dengan suatu bentuk penentangan (acting out) yang serius atau pindah dan satu pola patologis ke pola lain. Hal tersebut mengecualikan sebagian besar pasien ketergantungan obat, yang dianggap tidak mampu karena ego mereka tidak mampu menoleransi frustrasi dan kebutuhan emosional dan psikoanalisis.

i. Kontraindikasi TerapiBerbagai kontraindikasi untuk psikoanalisis adalah relatif, tetapi masing-masingnya harus dipertimbangkan sebelum melakukan terapi.

Usia. Biasanya, banyak ahli analisis percaya bahwa sebagian besar orang dewasa yang berusia di atas 40 tahun tidak memiliki fleksibilitas yang cukup untuk perubahan. Tetapi yang lebih penting dari usia adalah kapasitas pasien individual untuk introspeksi secara bijaksana dan keinginan untuk berubah. Calon ideal dalah biasanya dewasa muda, anak anak tidak mampu mengikuti aturan asosiasi bebas.

Pasien juga harus cukup cerdas untuk mengerti prosedur dan untuk bekerja sama dalam proses.

Klinisi dan peneliti percaya bahwa pasien dengan gangguan kepribadian anti sosial adalah prediktor paling negatif dari respon psikoterapi.

Pada pasien dengan keterbatasan waktu dapat dipertimbangkan terapi lain.

Psikoanalisis pada pasien psikotik tidak disarankan karena pasien-pasien psikotik sulit membentuk ikatan afektif dan realistik yang penting dalam transferensi. Selain pada pasien psikotik, pasien dengan ketergantungan obat juga sulit dilakukan karena mereka dianggap tidak mampu menoleransi frustasi dan kebutuhan emosional dari psikoanalisis.

Analisis dengan sifat hubungan teman, saudara dan kenalan di kontraindikasikan karena mengganggu transferensi dan objektifitas ahli analisis.

j. Hasil TerapiAnalisis membantu menurunkan kekuatan konflik dan membantu menemukan cara yang dapat diterima untuk menghadapi impuls yang tidak dapat diturunkan. Tujuan akhir adalah menghilangkan gejala, dengan demikian meningkatkan kemampuan pasien untuk bekerja, bersenang senang dan mengerti diri sendiri. Psikoanalisis dianggap efektif pada beberapa keadaan untuk banyak gangguan.

2. PSIKOTERAPI PSIKOANALITIKPsikoterapi psikoasialitik adalah terapi yang didasarkan pada rumusan psikoanalitik yang telah dimodifikasi secara konseptual dan teknik. Psikoterapi psikoanalitik adalah terapi yang berorientasi pada tilikan pasien. Tidak seperti psikoanalisis, yang sebagian permasalahan akhirnya mengungkapkan dan bekerja selanjutnya melalui konflik infantil saat timbul dalam neurosis transferensi, psikoterapi psikonalitik memusatkan perhatian pada konflik pasien sekarang dan pola dinamika sekarang yaitu, analisis masalah pasien dengan orang lain dan dengan dirinya sendiri. Juga tidak seperti psikoanalisis, yang sebagai tekniknya menggunakan asosiasi bebas dan analisis neurosis transferensi, psikoterapi psikoanalitik ditandai dengan teknik wawancara dan diskusi yang jarang menggunakan asosiasi bebas, Dan sekali lagi tidak seperti psikoanalisis, psikoterapi psikoanalitik biasanya membatasi kerjanya pada transferensi dengan suatu diskusi reaksi pasien terhadap dokter pskiatrik dan orang lain.a. Teknik TerapiPada psikoterapi psikoanalitik pasien dan ahli terapi biasanya saling bertatap-tatapan satu sama lainnya, yang membuat ahli terapi terlihat nyata dan bukan merupakan kumpulan khayaian yang diproyeksikan. Tipe terapi ini jauh lebih fleksibel dibandingkan. psikoanalisis, dan dapat lebih sering digunakan bersarna-sama dengan medikasi psikotropik dibandingkan psikoanalisis.

Psikoterapi psikoanalitik dapat terentang dari wawancara suportif tunggal, memusatkan pada masalah yang sekarang dan menekan, sampai terapi selama bertahun-tahun, dengan satu sampai tiga wawancara dalam seminggu dengan lama yang bervariasi. Berbeda dengan psikoanalisis, psikoterapi psikoanalitik mengobati sebagian besar gangguan yang dalam bidang psikopatologi.b. Tipe1. Psikoterapi berorientasi tilikan (psikoterapi ekspresif)Tilikan adalah pengertian pasien tentang fungsi psikologisnya dan kepribadiannya. Untuk mencapai tilikan, klinisi harus menyebutkan bidang atau tingkat pengertian atau pengalaman di mana pasien berada, Penekanan dokter psikiatrik pada terapi berorientasi tilikan (juga disebut terapi ekspresif dan psikoterapi psikoanalitik intensif) adalah pada nilai di mana pasien menggali sejumlah tilikan baru ke dalam dinamika perasaan, respon, perilaku sekarang dan khususnya, hubungan mereka sekarang dengan orang lain. Psikoterapi ekspresif ini bertujuan agar dapat meningkatkan kesadaran diri pasien untuk mencapai pemahaman yang berfokus pada masalah yang dihadapi pasien dari kejadian-kejadian interpersonal melalui proses eksplorasi dan dari persepsi pasien itu sendiri. Dari terapi diharapkan pasien dapat menghadapi konflik yang sedang dihadapi baik pada alam sadar maupun semi-sadar. Inilah perbedaan dari terapi psikoanalisis yang menekankan usaha untuk mengungkap motif pada masa lalu pasien.

Efektivitas terapi tidak tergantung semata-mata pada tilikan yang dikembangkan atau digunakan. Respon terapi pasien juga didasarkan pada faktor faktor tertentu seperti pengungkapan perasaaan dalam suasana yang tidak menghakimi tetapi memiliki batas-batas, identifikasi dengan ahli terapi, dan faktor hubungan lainnya. Hubungan terapetik tidak memerlukan suatu penerimaan tanpa pilih pilih sama sekali terhadap apa yang dikatakan dan dilakukan pasien. Kadang kadang ahli terapi harus mengintervensi sisi ego yang relatif lemah dengan memberikan bukti-bukti yang tidak dapat disanggah sehingga pasien dapat mencoba untuk mencapai penyesuaian yang lebik baik atau dengan menentukan batas yang realistik untuk perilaku maladaptif pasien.2. Psikoterapi suportifPsikoterapi suportif (juga disebut psikoterapi berorientasi hubungan) ini memiliki tujuan untuk memulihkan dan memperkuat pertahanan pasien dan mengintegrasikan kapasitas yang telah terganggu. Cara ini memberikan suatu periode penerimaan dan ketergantungan bagi pasien yang membutuhkan bantuan untuk menghadapi rasa bersalah, malu dan kecemasan dan dalam menghadapi frustasi atau tekanan eksternal yang mungkin terlalu kuat untuk dihadapi.Terapi suportif menggunakan sejumlah metoda, baik sendiri-sendiri atau kombinasi, termasuk:

Kepemimpinan yang kuat, hangat, dan ramah

Pemuasan kebutuhan tergantungan

Mendukung perkembangan kemandirian yang sah pada akhirnya

Membantu mengembangkan sublimasi yang menyenangkan (sebagai contohnya, hobi)

Istirahat dan penghiburan yang adekuat

Menghilangkan ketegangan eksternal yang berlebihan.jika mungkin

Perawatan di rumah sakit jika diindikasikan

Medikasi untuk menghilangkan gejala

Bimbingan dan nasehat dalam menghadapi masalah sekarang. Cara ini rnenggunakan teknik yang membantu pasien merasa aman, diterima, terlindungi, terdorong dan tidak merasa cemas.Psikoterapi suportif cocok untuk berbagai penyakit psikogenik. Terapi ini dapat dipilih jika penilaian diagnostic menyatakan bahwa proses kematangan yang bertahap didasarkan pada perluasan sasaran baru untuk identifikasi, adalah jalan yang paling menjanjikan untuk perbaikan.

Semua dokter kiranya harus dapat melakukan psikoterapi suportif jenis : katarsis, persusi, sugesti, penjaminan kembali, bimbingan dan penyuluhan (konseling). Oleh karena itu, hal ini akan dibicarakan secara singkat di bawah ini.

1. Ventilasi atau katarsisialah membiarkan pasien mengeluarkan isi hati sesukanya. Sesudahnya biasanya ia merasa lega dan kecemasannya (tentang penyakitnya) berkurang, karena ia lalu dapat melihat masalahnya dalam proporsi yang sebenarnya. Hal ini dibantu oleh dokter dengan sikap yang penuh pengertian (empati) dan dengan anjuran. Jangan terlalu banyak memotong bicaranya (menginterupsi). Yang dibicarakan ialah kekhawatiran, impuls-impuls, kecemasan, masalah keluarga, perasaan salah atau berdosa.

2. Persuasiialah menerangkan secara masuk akal tentang gejala-gejala penyakitnya yang timbul akibat cara berpikir, perasaan, dan sikapnya terhadap masalah yang dihadapinya. Kritik diri sendiri oleh pasien penting untuk dilakukan. Dengan demikian maka impuls-impuls yang tertentu dibangkitkan, diubah atau diperkuat dan impuls-impuls yang lain dihilangkan atau dikurangi, serta pasien dibebaskan dari impuls-impuls yang sangat menganggu. Pasien pelan-pelan menjadi yakin bahwa gejala-gejalanya akan hilang. Hal ini dibantu dokter dengan sikap membangun, mengubah dan menguatkan impuls tertentu serta membebaskan dari impuls yang menggangu secara masuk akal dan sesuai hati nurani. Berusaha meyakinkan pasien dengan alasan yang masuk akal bahwa gejalanya akan hilang.

3. Sugestiialah secara halus dan tidak langsung menanamkan pikiran pada pasien atau membangkitkan kepercayaan padanya bahwa gejala-gejala akan hilang. Dokter sendiri harus mempunyai sikap yang meyakinkan dan otoritas profesional serta menunjukkan empati. Pasien percaya pada dokter sehingga kritiknya berkurang dan emosinya terpengaruh serta perhatiannya menjadi sempit. Ia mengharap-harapkan sesuatu dan ia mulai percaya. Bila tidak terdapat gangguan kepribadian yang mendalam, maka sugesti akan efektif, umpamanya pada reaksi konversi yang baru dan dengan konflik yang dangkal atau pada neurosa cemas sesudah kecelakaan.

Sugesti dengan aliran listrik (faradisasi) atau dengan masasi kadang-kadang juga menolong, tetapi perbaikan itu cenderung untuk tidak menjadi tetap, karena pasien menganggap pengobatan itu datang dari luar dirinya. Jadi sugesti harus diikuti dengan reeduksi. Anak-anak dan orang dengan inteligensi yang sedikit kurang serta pasien yang berkepribadian tak matang atau histerik lebih mudah disugesti. Jangan memaksa-maksa pasien dan jangan memberikan kesan bahwa dokter menganggap ia membesar-besarkan gejalanya. Jangan menganggu rasa harga diri pasien. Pasien harus percaya bahwa gejala-gejalanya akan hilang dan bahwa tidak terdapat kerusakan organik sebagai penyebab gejala-gejala itu. Ia harus diyakinkan bahwa bila gejala-gejala itu hilang, hal itu terjadi karena ia sendiri mengenal maksud gejala-gejala itu dan bahwa timbulnya gejala itu tidak logis.4. Penjaminan kembaliatau reassurance dilakukan melalui komentar yang halus atau sambil lalu dan pertanyaan yang hati-hati, bahwa pasien mampu berfungsi secara adekuat (cukup, memadai). Dapat juga diberi secara tegas berdasarkan kenyataan atau dengan menekankan pada apa yang telah dicapai oleh pasien.25. Bimbinganialah memberi nasehat-nasehat yang praktis dan khusus (spesifik) yang berhubungan dengan masalah kesehatan (jiwa) pasien agar ia lebih sanggup mengatasinya, umpamanya tentang cara mengadakan hubungan antar manusia, cara berkomunikasi, bekerja dan belajar, dan sebagainya.

6. Penyuluhanatau konseling (counseling) ialah suatu bentuk wawancara untuk membantu pasien mengerti dirinya sendiri lebih baik, agar ia dapat mengatasi suatu masalah lingkungan atau dapat menyesuaikan diri. Konseling biasanya dilakukan sekitar masalah pendidikan, pekerjaan, pernikahan dan pribadi.7. Kerja kasus sosial(social casework) secara tradisional didefinisikan sebagai suatu proses bantuan oleh seorang yang terlatih (pekerja sosial atau social worker) kepada seorang pasien yang memerlukan satu atau lebih pelayanan sosial khusus. Fokusnya ialah pada masalah luar atau keadaan sosial dan tidak (seperti pada psikoterapi) pada gangguan dalam individu itu sendiri. Tidak diadakan usaha untuk mengubah pola dasar kepribadian, tujuannya ialah hanya hendak menangani masalah situasi pada tingkat realistik (nyata).

8. Terapi kerjadapat berupa sekedar memberi kesibukan kepada pasien, ataupun berupa latihan kerja tertentu agar ia terampil dalam hal itu dan berguna baginya untuk mencari nafkah kelak.

c. Beberapa contoh penerapan

Gangguan psikotik

Sikap terapis : berusaha menjadi orang yang dapat dipercaya pasien, misalnya dengan bicara penuh keakraban, ingat akan hari ulang tahunnya, makanan kesukaannya dan kesenangannya yang lain, serta penuh pengertian lainnya.

Pelaksanaan terapi :

Terapi ventilasi bila pasien mengalami banyak keluhan yang realistik, seperti makanan yang tidak enak, tidak diberi uang jajan, dilarang keluar rumah dan tidak boleh sering mandi.

Memberikan terapi reassurance bila pasien meragukan masa depannya setelah sembuh nanti

Memberikan bimbingan dan penyuluhan sehingga pasien lebih dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan setelah sembuh nanti

Gangguan somatisasi

Sikap terapis : dapat menerima keluhan fisik pasien dan tidak langsung menentangnya, tetapi terapis tidak melakukan eksplorasi keluhan fisik terlalu jauh.

Pelaksanaan terapi :

Memberikan bimbingan agar pasien dapat menghadapi gejala-gejalanya.

Terapi ventilasi agar pasien dapat mengemukakan semua perasaannya yang menjadi latar belakang gejala fisik tersebut.

Terapi penyuluhan agar pasien dapat menemukan strategi alternative dalam mengekspresikan perasaannya.

Gangguan penyesuaian

Sikap terapis : terapis memberikan perhatian, empati, dan memahami pasien secara berhati-hati agar tidak timbul keuntungan sekunder dalam proses psikoterapi tersebut.

Pelaksanaan terapi :

Terapi ventilasi agar pasien dapat mengemukakan semua keluhan cemas dan depresinya.

Bimbingan agar pasien dapat menghadapi gejalanya.

Memberikan penyuluhan agar pasien dapat mengatasi permasalahan yang mungin akan dihadapinya lagi.

Tabel 1. Indikasi untuk psikoterapi ekspresif dan suportif

Ekspresif (Berorientasi tilikan)Suportif

Motivasi kuat untuk mengerti

Penderitaan yang bermakna

Kemampuan beregresi untuk melayani ego

Toleransi terhadap frustasi

Kemampuan untuk memiliki tilikan

Tes realitas yang utuh

Hubungan objek (object relations) yang masih baik

Pengendalian impuls yang baik

Kemampuan untuk bekerja

Kemampuan berpikir dalam hal analogi dan metafora

Respon reflektif ketika dicoba untuk dilakukan interpretasiDefek ego yang bermakna dengan sifat jangka panjang

Krisis hidup yang berat

Toleransi frustasi yang buruk

Tilikan relatif lebih buruk

Tes realitas yang buruk

Hubungan objek yang terganggu parah

Pengendalian impuls yang buruk

Intelegensia rendah

kemampuan untuk mengobservasi diri sendiri yang terbatas

Disfungsi kognitif dengan dasar kelainan organik

Kemampuan yang lemah untuk membentuk ikatan terapeutik

Sumber : Sadock, BJ dan Virginia Alcott Sadock. 2007. Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatry 10th ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins

Tabel 2. Lingkup praktik Psikoanalitik: Suatu Rangkaian Klinik

KomponenPsikoanalisisPsikoterapi Psikoanalitik

EkspresifSuportif

FrekuensiTeratur 4 5 kali seminggu; 50 menitTeratur 1 3 kali seminggu; 0,5 1 jamFleksibel 1 kali seminggu; atau sesuai kebutuhan, 0,5 1 jam

DurasiJangka panjang; biasanya 3 - >5tahun Jangka pendek / panjang; beberapa sesi beberapa bulan/tahunJangka pendek/panjang intermiten; sesi tunggal seumur hidup

LingkunganPasien terutama berada pada dipan dengan ahli analis di luar pandangan pasienPasien dan ahli terapi berhadap-hadapan; kadang menggunakan dipanPasien dan ahli terapi berhadap-hadapan; dipan dikontraindikasikan

Modus operandiAnalisis sistematik semua transferensi (positif dan negatif) dan resistensi; fokus primer pada ahli analis dan kejadian dalam sesi; transferensi neurosis dipermudah; regresi didorongAnalisis parsial tentang dinamika dan pertahanan; pusatkan pada kejadian interpersonal sekarang dan transferensi kepada orang lain di luar sesi; analisis transferensi negatif; transferensi positif dibiarkan tidak digali kecuali akan berkembang; mendorong regresi terbatasPembentukan ikatan terapeutik dan hubungan objek yang nyata; analisis transferensi dikontraindikasikan dengan sedikit kekecualian; pusat pada kejadian eksternal yang disadari; regresi dihalangi

Peranan ahli analis-ahli terapiNetralitas absolut; frustrasi pasien; peranan reflektor-cerminNetralitas yang dimodifikasi; pemuasan pasien secara lengkap dan aktivitas besarNetralitas didukung; pemuasan eksplisit teratas, pengarahan, dan pengungkapan

Agen perubahan mutatifTilikan menguasai dalam lingkungan yang relatif terputusTilikan dalam lingkungan empatik; identifikasi dengan objek kebajikanEgo pelengkap atau wali sebagai pengganti sementara; mempertahankan lingkungan; tilikan kepada tingkat mungkin

Populasi pasienNeurosis; karakter psikopatologi ringanNeurosis; karakter psikopatologi ringan sedang, terutama gangguan kepribadian narsistik dan ambangGangguan karakter berat; psikosis laten atau manifes; krisis akut; penyakit fisik

Persyaratan pasienMotivasi tinggi; kesadaran psikologis; hubungan objek sebelumnya yang baik; kemampuan mempertahankan transferensi neurosis; toleransi frustasi yang baikMotivasi tinggi sedang dan kesadaran psikologis; kemampuan membentuk ikatan terapeutik; toleransi frustasi rendahSuatu tingkat motivasi dan kemampuan untuk membentuk ikatan terapeutik

Tujuan dasarReorganisasi struktural kepribadian; resolusi konflik bawah sadar; tilikan ke dalam kejadian intrapsikis; peredaran gejala adalah hasil tidak langsungReorganisasi parsial kepribadian dan pertahanan; resolusi konflik prasadar dan sadar; tilikan ke dalam kejadian interpersonal sekarang; memperbaiki hubungan objek; peredaan gejala adalah tujuan atau mendahului penggalian lebih jauhReintegrasi diri dan kemampuan untuk mengatasi masalah; stabilisasi atau restorasi keseimbangan sebelumnya; memperkuat pertahanan; penyesuaian/penerimaan yang lebih baik terhadap patologi; peredaran gejala dan restruktur lingkungan sebagai tujuan utama

Teknik utamaMetode asosiasi bebas menonjol; interpretasi dinamika lengkap (termasuk konfrontasi, penjelasan, dan melakukan) dengan penekanan pada rekonstruksi genetikAsosiasi bebas yang terbatas; konfrontasi, penjelasan, dan interpretasi parsial yang menonjol, dengan penekanan interpretasi di sini dan sekarang dan interpretasi genetik terbatasMetode asosiasi bebas dikontraindikasikan; sugesti (nasehat) menonjol; abreaksi berguna; konfrontasi, penjelasan, dan interpretasi di sini dan sekarang adalah sekunder; interpretasi genetik adalah dikontraindikasikan

Terapi pelengkapTerutama dihindari; jika digunakan, semua arti dan makna negatif dan positif dianalisis lengkapMungkin diperlukan (misalnya, obat psikotropik sebagai tindakan sementara); jika diberikan, arti negatif digali dan dihilangkanSering diperlukan (misalnya, obat psikotropik, terapi keluarga, terapi rehabilitatif, atau hospitalisasi); jika digunakan; arti positif ditekankan

Sumber : Sadock, BJ dan Virginia Alcott Sadock. 2007. Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatry 10th ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins3. PSIKOTERAPI SINGKAT

Terapi jangka pendek ini menggunakan konsep dasar psikoanalisis dengan kriteria pasien tertentu serta teknik yang dilakukan berdasarkan masalah yang ada. Diperkenalkan oleh Franz Alexander dan Thomas French yang mendesign sebuah terapi yang menempatkan pasien pada ketenangan, manipulasi transferensi dan menggunakan uji coba interpretasi yang fleksibel. Faktor penentu keberhasilan adalah motivasi pasien, diharapkan pasien dapat menghadapi konsep psikologis sehingga dapat berespon terhadap interpretasi, kemudian memusatkan perhatian pada pemecahan konflik di sekitarnya dan hal yang mendasari masalah tersebut.

Psikoterapi Fokal Singkat (Tavistock-Malan)

Tujuan yaitu menjelaskan sifat pertahanan, kecemasan dan impuls pasien serta menghubungkan masa kini, masa lalu dan transferensi segera kemudian menginterpretasikan dan menghubungkan dengan relasi pasien dengan orang disekitarnya. Sesi dilakukan 20-40 kali, dalam waktu + 1tahun. Pemilihan kriteria pasien diutamakan dalam teknik ini. Pasien dengan motivasi tinggi cenderung lebih berhasil dalam terapi. Kontraindikasi terapi ini adalah usaha bunuh diri serius, penyalahgunaan alcohol kronis, ketergantungan zat, tindakan destruktif pada diri sendiri dan sekitar, gejala obsesif kronis yang menimbulkan hendaya.

Psikoterapi Terbatas Waktu (Mann)

Tujuan terapi mengurangi/menghilangkan nyeri baik akut maupun kronis dan citra diri negative pada pasien. Terapi ini memusatkan perhatian pada masalah sentral yang spesifik. Terapi ini tidak memiliki kriteria pasien yang jelas, yang terpenting adalah menentukan konflik sentral pasien dan khususnya krisis maturasial dengan keluhan psikologis dan somatic pada remaja. Kontraindikasi terapi ini pasien dengan gangguan depresi berat yang mengganggu persetujuan terapi, pasien dalam kondisi psikosis akut, serta pasien dengan gangguan kepribadian ambang

Psikoterapi Dinamik Jangka Pendek

Teknik ini dilakukan pada pasien dengan konflik psikologis lebih dari satu, masalah neurotic kronis dan parah (obsesif kompulsif, fobia). Kriteria mirip dengan teknik Malan, yang mengutamakan respon pasisn terhadap interpretasi. Teknik fleksibel sesuai kebutuhan pasien. Diusahakan jangan sampai terjadi regresi atau ketergantungan pasien pada terapis. Penyulit pada terapi ini adalah jika pada pasien terjadi proyeksi, distorsi dan denial. Sementara pendukung keberhasilan terapi adalah motivasi tinggi. Terapis bertugas untuk menegakkan fokus psikoteraputik dan merumuskan psikodinamika masalah pasien. Lama terapi berkisar antara 5-40 sesi dan tidak ada waktu pengakhiran tertentu. Psikoterapi Jangka Pendek yang mencetuskan anxietas (Sifneous)

Disini pasien harus memilih satu masalah sebagai prioritas utama. Terapi dibagi menjadi 4 fase: pertemuan, terapi awal, terapi luas dan bukti perubahan di akhir psikoterapi.

4. PSIKOTERAPI INTERPERSONAL

Terapi ini merupakan terapi jangka pendek spesifik yang biasa digunakan pada gangguan depresi. Jangka waktu terapi yaitu selama 3-4 bulan yang terdiri dari sesi selama 45-50 menit setiap minggu. Dikatakan bahwa penyebab depresi sekaligus metode penyembuhannya adalah perilaku interpersonal, sehingga pasien diajak untuk melihat secara realistis bagaimana interaksi mereka dengan orang lain. Hal ini dilakukan agar mereka dapat menyadari bahwa tindakan diri sendiri dengan mengisolasi diri adalah hal yang menyebabkan dan memperberat kondisi depresi. Dengan nasihat yang diberikan selama terapi maka terapis dapat membantu pasien untuk memperjelas area konflik serta membantu dalam mengambil keputusan. Di sini sangat diperlukan sikap yang penuh empati, fleksibel dan suportif dari terapis.

5. PSIKOTERAPI KELOMPOKPsikoterapi kelompok adalah terapi di mana orang yang memiliki penyakit emosional yang telah dipilih secara cermat ditempatkan ke dalam kelompok yang dibimbing oleh ahli terapi yang terlatih untuk membantu satu sama lainnya dalarn menjalani perubahan kepribadian. Dengan menggunakan berbagai manuver teknik dan gagasan teoritis, pembimbing menggunakan interaksi anggota kelompok untuk membuat perubahan tersebut.

Psikoterapi kelompok meliputi spektrum terapi teoritik dalam psikiatri suportif, terstruktur, terbatas waktu (sebagai contohnya, kelornpok dengan orang psikotik yang kronis), kognitif perilaku, interpersonal, keluarga, dan kelompok berorientasi analitik. Dua kekuatan utama terapi kelompok, jika dibandingkan dengan terapi individual, adalah

(1) kesempatan untuk mendapatkan umpan balik segera dan teman sebaya pasien (2) kesempatan bagi pasien dan ahli terapi untuk mengobservasi respon psikologis, emosional, dan perilaku pasien terhadap berbagai orang, mendapatkan berbagai transferensi.4

Untuk menentukan kesesuaian pasien untuk psikoterapi kelompok, seorang terapis membutuhkan sejumlah besar informasi, yang dikumpulkan didalam wawancara penapisan. Psikiater harus membuat riwayat psikiatrik dan melakukan pemeriksaan status mental untuk mendapatkan informasi dinamik, perilaku dan diagostik tertentu.

a. Berbagai bentuk terapi kelompok1. Gaya Kepemimpinan

Pemimpin berperan sebagai konsultan yang diangkat oleh anggota kelompok, dimana pemimpinnya sangat aktif, mengarahkan dan terlibat pada sebagian besar interaksi dalam kelompok. Pemimpin dapat mengurus anggota yang berbeda dan berinteraksi dengan mereka sebagaimana ia melakukan terapi perorangan. Pemimpin juga dapat berperan sebagai konsultan yang di angkat oleh anggota kelompok dimana sebagian interaksi dan inisiatif terletak pada anggota kelompok.

Fokus dan sasaran

Kelompok dapat berbeda dalam fokus dan sasarannya, sesuai dari tujuan masing -masing, contoh dalam pendidikan, ketrampilan tertentu

Keanggotaan kelompok

Kelompok dapat berbeda dalam berat dan sifatnya penyakit psikologik anggota. Dapat diciptakan kelompok yang homogen dalam masalahnya dan gejala utama dari anggotanya. Kelompok dapat juga heterogen dalam masalah dn sifat demografiknya.

Struktur Kelompok

Kelompok dapat berbeda dalam parameter organisasinya, dari mulai frekuensi pertemuan, pembahasan masalah, keanggotaan kelompok yang terbuka atau tertutup dan ukuran atau jumlah anggota kelompok.

Orientasi Teoritis

Kelompok dapat bervariasi dari segi orientasi teoritis. Terdapat teori orientasi eksistensial dari terapi gestal, penekanan interaksi antar pribadi, orientasi psikoanalitik dari kelompok yang dijalankan melalui psikoanalisis, dan lain lain2.b. KlasifikasiBanyak klinisi bekerja di dalam kerangka referensi psikoanalitik, Teknik terapi lain adalah terapi kelompok transaksional, terapi kelompok perilaku, terapi kelompok Gestalt yang diciptakan dan teori Frederic Pens dan memungkinkan pasien untuk mengabreaksikan dan mengekspresikan dirinya sendiri secara penuh, psikoterapi kelompok berpusat klien (client-centered group psychotherapy), yang dikernbangkan oleh Carl Roger dan didasarkan pada ekspresi perasaan yang tidak mengadili dari anggota kelompok.4c. Pemilihan PasienUntuk menentukan kecocokan pasien untuk psikoterapi kelompok, ahli terapi memerlukan sejumlah besar informasi, yang digali dan wawancara skrining. Dokter psikiatrik harus menggali riwayat psikiatrik dan melakukan pemeriksaan.

Pasien dengan kecemasan kekuasaanmungkin dapat bekerja atau tidak dalam terapi kelompok. Tetapi mereka seringkali mereka menjadi baik di dalam lingkungan kelompok di banding lingkungan individu. Pasien dengan cemas kekuasaan yang cukup besar mungkin terhambat, cemas, menentang, dan tidak mau mengatakan pikiran dan perasaannya di dalam lingkungan individual, biasanya karena meraa takut akan kecaman atau penolakan dan ahli terapi.

Pasien dengan kecemasan teman sebayadengan gangguan kepribadian ambang dan skizoid, yang memiliki hubungan destruktif dengan teman sebayanya atau yang terisolasi secara ekstrim dan kontak teman sebaya biasanya beraksi secara negatif atau cemas jika ditempatkan di lain lingkungan kelompok. Tetapi, jika pasien tersebut dapat menghilangkan kecemasannya, terapi kelompok dapat membantu.

Diagnosisgangguan pasien juga sangat penting dalam menentukan pendekatan terapi yang terbaik dan dalam menilai motivasi pasien untuk terapi, kapasitas untuk berubah, dan kekuatan dan kelemahan struktur kepnibadian.

Terdapat beberapa kontraindikasi untuk terapi kelompok. Pasien antisosial biasanya tidak bekerja di dalam lingkungan kelompok heterogen karena mereka tidak dapat mengikuti standar kelompok. Tetapi, jika kelompok terdiri dari pasien antisosial lainnya mereka dapat berespon dengan lebih baik kepada teman sebayanya dibandingkan kepada tokoh yang dirasakan berkuasa. Pasien terdepresi menjadi baik setelah mereka mempercayai ahli terapinya. Pasien yang secara aktif mencoba bunuh diri atau pasien depresi tidak boleh diobati hanya dalam lingkungan kelompok. Pasien manik adalah kacau, tetapi, jika telah di bawah kendali psikofarmakologi, mereka bekerja baik di dalam lingkungan kelompok. Pasien yang delusional dan yang mungkin memasukkan sistem wahamnya ke dalam kelompok harus dikeluarkan, demikian juga pasien yang memiliki ancaman fisik kepada anggota kelompok lain karena ledakan agresif yang tidak dapat dikendalikan.4Kelompok Homogen vs Heterogen

Sebagian besar terapis yakin bahwa kelompok haruslah seheterogen mungkin untuk memastikan interaksi maksimum. Anggota dengan kategori diagnostic yang berbeda serta pola perilaku yang beragam, dari semua ras, tingkat social dan latar belakang pendidikan, serta dengan berbagai usia dan jenis kelamin sebaiknya dikumpulkan bersama. Pasien antara usia 20-65 tahun dapat dengan efektif dimasukkan ke dalam kelompok yang sama. Perbedaan usia membantu di dalam membangun model orang tua-anak dan model saudara laki-laki perempuan serta pasien memiliki kesempatan untuk memperbaiki kesulitan hubungan interpersonal yang mungkin tampak tidak dapat dihadapi. Anak dan remaja paling baik diterapi di dalam kelompok yang tersusun oleh sebagian besar orang-orang dengan kelompok usia mereka. Beberapa pasien remaja mampu memahami bahan-bahan dari kelompok dewaasa, tanpa memandang isi, tetapi mereka sebaiknya tidak kekurangan pengalaman sebaya yang konstruktif yang bisa tidak mereka dapatkan.

Kelompok Terbuka vs Tertutup

Kelompok tertutup memiliki angka dan komposisi pasien yang telah disusun. Jika anggota meninggalkan kelompok tidak ada anggota baru yang diterima. Di dala kelompok terbuka, keanggotaan lebih fleksibel dan anggota baru diambil kapanpun anggota lama meninggalkan kelompok.

Ukuran

Terapi kelompok telah berhasil dengan anggota minimal 3 orang dan maksimal 15 orang, namun sebagian besar ahli terapi merasa bahwa 8-10 anggota adalah ukuran yang optimal. Pada anggota yang lebih sedikit mungkin tidak cukup interaksi kecuali anggota-anggotanya adalah cukup verbal. Tetapi pada lebih dan 10 anggota interaksi mungkin terlalu besar untuk diikutii oleh anggota atau ahli terapi.

Frekuensi Sesi

Sebagian besar ahli psikoterapi kelompok melakukan sesi kelompok sekali seminggu. Mempertahankan kontinuitas dalam sesion adalah penting. Jika digunakan sesion berselang kelompok bertemu dua kali seminggu, sekali dengan ahli terapi, sekali tanpa ahli terapi. Pada umumnya, sesi kelompok berlangsung kapan saja dan satu sampai dua jam, tetapi pembatasan waktu harus tetap dilakukan.

Peranan Ahli Terapi

Walaupun terjadi perbedaan pendapat tentang seberapa aktifnya atau pasifnya ahli terapi, konsensusnya adalah bahwa peranan ahli terapi terutama adalah sebaga fasilitator. ldealnya, anggota kelompok sendiri adalah sumber primer penyembuhan dan perubahan.Iklim yang ditimbulkan oleh kepribadian ahli terapi adalah agen perubahan yang kuat. Ahli terapi lebih dan sekedar ahli yang menerapkan teknik; ahli terapi memberikan pengaruh pribadi yang menarik vaniabel tertentu seperti empati, kehangatan, dan rasa hormat.Tabel 3. 20 Faktor Terapeutik dalam Terapi kelompok

NoFaktorDefinisi

1Abreaksi Suatu proses di mana materi direpresi, terutama pengalaman/konflik yang menyakitkan, dibawa kembali ke kesadaran. Dalam proses ini, tidak hanya mengingat namun menghidupkan kembali materi dan disertai respon emosional yang sesuai; Terjadinya hal ini akan meningkatkan tilikan.

2PenerimaanPerasaan diterima oleh anggota kelompok lainnya; perbedaan pendapat ditoleransi, dan tidak ada kritikan yang kasar atau dijauhkan dari kelompok.

3AlturismeTindakan anggota kelompok untuk menolong anggota lainnya, menempatkan kebutuhan orang lain di atas kebutuhan sendiri dan belajar bahwa terdapat nilai dalam memberi kepada orang lain. Istilah ini diciptakan oleh Auguste Comte (1798-1857) dan Sigmund Freud yakin bahwa ini adalah faktor besar dalam membentuk keterikatan dan perasaan sebagai satu komunitas dalam kelompok.

4KatarsisEkspresi ide, pikiran, dan material yang tersupresi yang disertai oleh respon emosional yang menimbulkan kelegaan pada pasien.

5KohesiPerasaan bahwa kelompok bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, juga disebut dengan perasaan ke-kita-an; dianggap sebagai faktor yang paling berhubungan dengan efek terapeutik positif

6Pengesahan konsensualPenegakkan realitas dengan membandingkan konseptualisasi diri sendiri dengan anggota kelompok lain; distorsi interpersonal dengan demikian dikoreksi.

7PenularanProses di mana ekspresi emosi salah satu anggota kelompok menstimulasi kesadaran emosi yang sama pada anggota kelompok lain

8Pengalaman keluarga korektifKelompok menciptakan kembali keluarga asal untuk beberapa anggota yang tidak dapat mengatasi konflik dengan keluarga asal secara psikologis melalui interaksi kelompok (misalnya persaingan saudara kandung, kemarahan kepada orang tua)

9EmpatiKemampuan anggota kelompok untuk menempatkan dirinya ke dalam pikiran atau posisi anggota kelompok lain dan mengerti pikiran, perasaan, atau perilakunya

10IdentifikasiSuatu mekanisme pertahanan bawah sadar di mana orang menggabungkan karakteristik dan kualitas orang/objek lain ke dalam sistem egonya sendiri

11ImitasiMenyamai/meniru secara sadar perilaku diri sendiri mengikuti orang lain (juga disebut teladan [role modeling]); juga dikenal sebagai terapi penonton (spectator therapy) karena seorang pasien dapat belajar dari pasien lain

12TilikanKesadaran dan pengertian psikodinamika diri sendiri dan gejala perilaku maladaptif. Sebagian ahli terapi membedakan 2 jenis : (1) tilikan intelektual---pengetahuan dan kesadaran tanpa adanya perubahan perilaku maladaptif; (2) tilikan emosional---kesadaran dan pengertian yang menyebabkan perubahan positif dalam kepribadian dan perilaku

13InspirasiProses menanamkan rasa optimisme ke dalam anggota kelompok; kemampuan untuk mengetahui bahwa seseorang memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah; juga dikenal sebagai penanaman harapan

14InteraksiPertukaran ide dan gagasan secara bebas dan terbuka antaranggota kelompok

15InterpretasiProses dimana pimpinan kelompok merumuskan arti resistensi, pertahanan, dan simbol dari pasien; hasilnya adalah pasien memiliki kerangka kerja kognitif untuk mengerti perilakunya sendiri

16BelajarPasien mendapatkan pengetahuan tentang bidang baru, seperti keterampilan sosial dan perilaku seksual; mereka mendapatkan nasihat, bimbingan, dan berusaha mempengaruhi dan dipengaruhi anggota lain

17Tes realitasKemampuan orang untuk menilai secara objektif dunia di luar dirinya melalui pendapat orang lain

18TransferensiProyeksi perasaan, pikiran, dan harapan kepada ahli terapi yang telah mewakili suatu objek dari masa lalu pasien. Reaksi tsb bisa saja sesuai untuk kondisi sebelumnya, namun menjadi tidak sesuai ketika diaplikasi kepada kondisi terapis di masa sekarang. Pasien dapat juga mengarahkan perasaan tsb satu sama lain, proses ini disebut transferensi multiple

19UniversalisasiKesadaran pasien bahwa ia tidak sendirian memiliki masalah; orang lain memiliki keluhan yang sama/kesulitan dalam belajar;

20PengungkapanEkspresi perasaan, ide, atau kejadian yang tersupresi kepada anggota kelompok lain; membagi rahasia pribadi yang menghilangkan perasaan dosa/bersalah (juga dinamakan pengungkapan diri sendiri)

1. Psikoterapi Kelompok RawatTerapi kelompok adalah bagian penting dari pengalaman terapetik pasien yang dirawat di rumah sakit. Kelompok dapat disusun di bangsal dengan berbagai cara: dalam pertemuan komunitas, seluruh unit pasien rawat inap bertemu dengan semua anggota staf (sebagai contohnya, dokter psikiatri, ahli psikologi, dan perawat); dalam pertemuan tim, 15 sampai 20 pasien dan anggota staf bertemu; dan suatu kelompok regular atau kecil yang terdiri dan 8 sampai 10 pasien yang bertemu dengan satu atau dua ahli terapi, sebagai terapi kelompok yang tradisional. Walaupun tujuan dan masing-masing tipe kelompok adalah berbeda beda, mereka memiliki tujuan umum:

Meningkatkan kesadaran pasien terhadap dirinya sendiri melalui interaksi mereka dengan anggota kelompok lain, yang memberikan umpan balik tentang perilaku mereka

Memberikan pasien dengan keterampilan interpersonal dan sosial yang lebih baik

Membantu anggota beradaptasi dengan lingkungan rawat inap

Meningkatkan komunikasi antara pasien dan staf. Di samping itu, satu tipe pertemuan kelompok terdiri hanya staf rumah sakit rawat inap, ini digunakan untuk meningkatkan komunikasi antara anggota staf dan untuk memberikan dukungan dan dorongan yang saling menguntungkan dalam pekerjaan mereka sehari-hari dengan pasien. Pertemuan komunitas dan pertemuan tim, adalah lebih membantu dalam menghadapi masalah terapi pasien dibandingkan yang diberikan oleh terapi berorientasi tilikan, yang memiliki bidangnya dalam pertemuan terapi kelompok kecil.

Komposisi kelompok. Dua kunci utama dari kelompok rawat inap, yang umum untuk semua terapi jangka pendek, adalah heterogenitas anggotanya dan cepatnya pertukaran pasien. Di luar rumah sakit, ahli terapi merniliki banyak pilihan darimana pasien dipilih untuk terapi kelompok. Di bangsal, ahli terapi memiliki jumlah pasien yang terbatas darimana pasien dipilih dan lebih dibatasi lagi oleh pasien yang mau berperan serta dan layak untuk pengalaman kelompok kecil. Dalam situasi tertentu, peran serta kelompok mungkin diharuskan (sebagai contohnya, dalam penyalahgunaan alkohol dan unit ketergantungan zat). Tetapi hal tersebut tidak selalu berlaku untuk unit psikiatri umum.Pada kenyataannya, sebagian besar kelompok merasakan lebih baik jika pasien sendiri yang memilih untuk memasuki terapi kelompok.

2. Kelompok rawat Jalan lawan rawat inap. Walaupun faktor terapetik yang berperan untuk perubahan pada kelompok kecil rawat inap adalah serupa dengan yang berperan dalam lingkungan rawat jalan, terdapat perbedaan kualitatif. Sebagai contohnya, relatif tingginya pertukaran pasien di dalam kelempok rawat inap mempersulit proses perpaduan. Tetapi kenyataan bahwa semua anggota kelompok bersama-sama di dalam rumah sakit membantu perpaduan, seperti juga usaha ahli terapi untuk mempercepat proses, menekankan kemiripan lain. Berbagi informasi, universalisasi, dan katarsis adaiah faktor terapetik utama dalam bekerja pada kelompok rawat inap. Walaupun tilikan lebih mungkin terjadi pada kelompok rawat jalan karena sifat mereka yang jangka panjang, dalam keterbatasan sesion kelompok tunggal, beberapa pasien dapat memperoleh pengertian baru tentang susunan psikologis mereka. Kualitas unik dari kelompok rawat inap adalah kontak pasien di luar kelompok, yang luas, saat mereka tinggal bersama di bangsal yang sama.43. Kelompok Menolong Diri Sendiri.Kelompok menolong diri sendiri (self-help group) adalah orang yang ingin mengatasi masalah atau krisis kehidupan tertentu. Biasanya disusun dengan tugas tertentu, kelompok tersebut tidak berusaha untuk menggali psikodinamika individual secara sangat mendalam atau untuk mengubah fungsi kepribadian secara bermakna. Tetapi kelompok menolong diri sendiri telah meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan emosional banyak orang.

Suatu karakteristik yang membedakan kelompok menolong diri sendiri adalah homogenitasnya. Anggota ,staf menderita gangguan yang sama, dan mereka berbagi pengalaman mereka baik dan buruk, berhasil dan tidak berhasil satu sama lainnya. Dengan melakukan hal tersebut, mereka saling mendidik satu sama lainnya, memberikan dukungan yang saling menguntungkan, dan menghilangkan perasaan terasing yang biasanya dirasakan oleh orang yang ditarik ke tipe kelompok tersebut.

Kelompok menolong diri sendiri dan kelompok terapi telah mulai untuk bergabung. Kelompok menolong diri sendiri telah memungkinkan anggotanya menghentikan pola perilaku yang tidak diinginkan kelompok terapi membantu anggotanya mengerti mengapa dan bagaimana mereka seharusnya.4 Contoh kelompok ini adalah Alcohol Anonymous (AA), Gamblers Anonymous (GA). 6. TERAPI JENIS INDIVIDUALPsikoterapi wawasan (atau genetik dinamik) (insight psychotherapy) dibagi menjadi psikoterapi reedukatif dan psiktoerapi rekonstruktif.

a. Psikoterapi reedukatif :Untuk mencapai pengertian tentang konflik-konflik yang letaknya lebih banyak di alam sadar, dengan usaha berencana untuk menyesuaikan diri kembali, memodifikasikan tujuan dan membangkitkan serta mempergunakan potensi kreatif yang ada.2Cara-cara psikoterapi reedukatifantara lain ialah sebagai berikut:

1. Terapi hubungan antar manusia (relationship therapy)

2. Terapi sikap (attitude therapy)

3. Terapi wawancara (interview therapy)

4. Analisa dan sinthesa yang distributif (terapi psikobiologik Adolf Meyer)

5. Konseling terapetik

6. Terapi case work

7. Reconditioning

8. Terapi kelompok yang reedukatif

9. Terapi somatik

b. Psikoterapi rekonstruktifUntuk mencapai pengertian tentang konflik-konflik yang letaknya di alam tak sadar, dengan usaha untuk mendapatkan perubahan yang luas daripada struktur kepribadian dan perluasan daripada pertumbuhan kepribadian dengan pengembangan potensi penyesuaian diri yang baru.

Cara-cara psikoterapi rekonstruktif antara lain ialah sebagai berikut :

1. Psikoanalisa Freud

2. Psikoanalisa non Freudian

3. Psikoterapi yang berorientasi kepada psikoanalysa.

Cara :Asosiasi bebas, analisa mimpi, hipnoanalisa/sintesa, narkoterapi, terapi main, terapi seni, terapi kelompok analitik.7. PSIKOTERAPI KOMBINASI INDIVIDUAL DAN KELOMPOKDalam psikoterapi kombinasi individual dan kelompok, pasien ditemui secara individual oleh ahli terapi dan juga memiliki bagian dalam sesion kelompok. Ahli terapi untuk kelompok dan untuk sesion individual biasanya adalah orang yang sama.

Terapi kombinasi adalah suatu modalitas terapi yang khusus. Ini bukan suatu sistem di mana pasien individual dibekali oleh sesion kelompok yang kadang-kadang, dan juga tidak berarti partisipan terapi kelompk bertemu sendiri dengan ahli terapi dari waktu ke waktu. Malahan. ini adalah rencana yang berkelanjutan di mana kelompok mngalami interaksi yang penuh arti dengan sesion individual dan di mana umpan balik timbai balik membantu membentuk pengalaman terapetik yang terintegrasi.4HasilSebagian besar peneliti percaya bahwa terapi kombinasi memiliki keuntungan dari lingkungan individu dan lingkungan kelompok, tanpa mengorbankan kualitas masing masing. Pada banyak kasus, terapi kombinasi tampaknya membawa masalah ke permukaan dan menghilangkannya lebih cepat dibandingkan yang dimungkinkan oleh metoda tersebut masing-masing.8. PSIKODRAMAPsikodrama adalah metoda psikoterapi kelompok yang diciptakan oleh dokter psikiatrik kelahiran Vienna, Jacob Moreno dimana susunan kepribadian, hubungan interpersonal, konflik, dan masalah emosional digali dengan menggunakan metoda dramatik spesifik. Dramatisasi terapetik masalah emosional adalah termasuk

1. Pelaku utama atau pasien, orang yang memerankan masalah dengan bantuan

2. Peran pembantu (auxiliary egos), orang yang memerankan berbagai aspek pasien

3. Sutradara, psikodramatis, atau ahli terapi, orang yang membimbing drama tersebut dalam mencapai tilikan.

TeknikPsikodrama dapat memusatkan perhatian pada bidang fungsi tertentu ( suatu mimpi, keluarga atau situasi kominitas ), suatu peranan simbolik, suatu sikap bawah sadar atau bayangan situasi di masa depan. Gejala tertentu seperti waham dan halusinasi juga dapat diperankan di dalam kelompok. Teknik untuk menunjukan proses terapeutik ini adalah percakapan seorang diri (suatu cerita tentang pikiran dan perasaan yang terlihat dan tersembunyi ), pembalikan peran dan ganda multiple (beberapa orang berperan seperti pasien pada keadaan yang bervariasi) dan teknik cermin. Teknik lain adalah menggunakan hypnosis dan obat psikoaktif untuk memodifikasi memerankan perilaku dalam berbagai cara.9. PSIKOTERAPI JENIS PERILAKUTerapi ini mempunyai landasan utama pada teori belajar/learning theory. Perilaku yang aneh pada seseorang sebenarnya merupakan akibat yang tidak dikehendaki oleh seorang tersebut tetapi merupakan hasil dari cara belajar menghadapi situasi tertentu yang cenderung keliru. Tingkat keberhasilan cukup tinggi dengan menggunakan terapi ini.

Terapi perilaku (behavior therapy) berusaha menghilangkan masalah perilaku khusus secepat-cepatnya dengan mengawasi perilaku belajar pasien. Burus F. Skinner merupakan seorang yang terkenal dalam bidang ini.Ada tiga cara utama untuk mengawasi atau mengubah perilaku manusia, yaitu:

1. Perilaku dapat diubah dengan mengubah peristiwa-peristiwa yang mendahuluinya, yang membangkitkan bentuk perilaku khusus itu. Umpamanya seorang anak yang tidak berprestasi di sekolah dan nakal di kelas hanya dengan seorang guru tertentu dapat menjadi efektif dan rajin bila ia dipindahkan ke kelas lain diajar oleh seorang guru yang lain.

2. Suatu jenis perilaku yang timbul dalam suatu keadaan tertentu dapat diubah atau dimodifikasi. Umpamanya seorang anak dapat diajar untuk melihat dirinya sendiri dalam suatu kegiatan kompromi yang konstruktif dan tidak menunjukkan ledakan amarah bila ia menghadapi frustasi.

3. Akibatnya suatu perilaku tertentu dapat diubah dan dengan demikian perilaku itu dapat dimodifikasi. Umpamnya ia dihukum bila ia menganggu orang lain, dengan demikian rasa bermusuhan mungkin dapat diganti dengan sikap yang lebih kooperatif.

Terapi perilaku dapat dilakukan secara individual ataupun secara berkelompok. Indikasi utama ialah gangguan fobik dan perilaku kompulsif, disfungsi sexual (umpamanya impotensi dan frigiditas) dan deviasi sexual (umpamanya exhibisionisme). Dapat dicoba pada pikiran-pikiran obsesif, gangguan kebiasaan atau pengawasan impuls (umpamanya gagap, enuresis dan berjudi secara kompulsif), gangguan nafsu makan (obesitas dan anorexia) dan reaksi konversi. Terapi perilaku tidak berguna pada skizofrenia akut, depresi yang hebat dan hipomania.10. TERAPI KOGNITIFMenurut pencetusnya, Aaron Beck, terapi kognitif didasarkan pada rasional teoritis yang mendasari bahwa afek dan perilaku seseorang sebagian besar ditentukan oleh cara ia menstruktur dunia. Penstrukturan seseorang terhadap dunia didasarkan pada kognisi (gagasan verbal atau brgambar yang terdapat pada kesadaran), yang berdasarkan anggapan(skema yang dikembangkan dari pengalaman sebelumnya).

Terapi kognitif adalah terapi terstruktur jangka pendek yang menggunakan kerjasama aktif antara pasien dan ahli terapi untuk mencapai tujuan terapetik. Terapi ini berorientasi terhadap masalah sekarang dan pemecahannya. Terapi biasanya dilakukan atas dasar individual, walaupun metoda kelompok juga digunakan. Terapi juga dapat digunakan bersama-sama dengan obat.

Terapi kognitif telah diterapkan terutama untuk gangguan depresif (dengan atau tanpa gagasan bunuh din) tetapi, terapi ini juga telah digunakan pada kondisi lain, seperti gangguan panik, gangguan obsesif-kompulsif, dan gangguan kepribadian paranoid, dan gangguan somatoform. Terapi depresi dapat berperan sebagai paradigma pendekatan kognitif.4 Teori Kognitif Tentang DepresiTeori kognitif tentang depresi menyatakan bahwa disfungsi kognitif adalah inti dari depresi dan bahwa perubahan aktif dan fisik dari ciri penyerta lairiya dan depresi adalah akibat dan disfungsi kognitif. Sebagai contohnya, apati dan nergi yang rendah adalah akibat harapan seseorang tentang kegagalan pada semua bidang. Demikian juga, paralisis kemauan berasal dan pesimisme dan perasaan putus asa seseorang.

Trias kognitif dan depresi terdiri atas1. Persepsi diri yang negatif yang melihat seseorang sebagai tidak mampu, tidak adekuat, kekurangan, tidak berguna, dan tidak diharapkan

2. Memiliki kecenderungan untuk merasakan dunia sebagai tempat yang negatif, menuntut, mengalahkan diri sendiri serta mengharapkan kegagalan dan hukuman

3. Memiliki dugaan bahwa kesulitan, penderitaan, kekurangan, dan kegagalan akan terus menerus terjadi.

Tujuan terapi adalah untuk menghilangkan depresi dan mencegah rekurensinya dengan membantu pasien1. Mengidentifikasi dan menguji kognisi negatif

2. Mengembangkan skema alternatif dan lebih fleksibel

3. Mengulangi respon kognitif yang baru dan respon perilaku yang baru. Tujuannya adalah untuk mengubah cara seseorang berpikir dan selanjutnya untuk memperbaiki gangguan depresif.

Strategi dan Teknik

Secara keseluruhan terapi adalah relatif singkat, berlangsung sampai kira-kira 25 minggu. Jika pasien tidak membaik dalam periode terapi maka diagnosis harus diperiksa ulang. Terapi pemeliharaan dapat dilakukan selama periode beberapa tahun.

Seperti pada psikoterapi lainnya, peranan ahli terapi adalah penting untuk keberhasilan terapi. Ahli terapi harus mampu memancarkan pengalaman hidup yang hangat dan dimengerti dari masing masing pasien, dan benar-benar murni dan jujur dengan dirinya sendiri dan dengan pasiennya. Ahli terapi harus mampu berhubungan secara terampil dan interaktif dengan pasiennya. Ahli terapi kognitif membuat agenda pada awal masing-masing sesion, memberi tugas rumah yang harus dikerjakan di antara sesi, dan mengajarkan keterampilan baru. Ahli terapi dan pasien secara aktif bekerja sama. Terapi kognitif memiliki tiga komponen: aspek didaktik, teknik kognitif dan teknik perilaku. Aspek DidaktikAspek didaktik termasuk penjelasan kepada pasien tentang trias kognitif, skema, dan gangguan logika. Ahli terapi harus mengatakan kepada pasien bahwa mereka akan menyusun hipotesis bersama-sama dan mengujinya selama perjalanan terapi. Terapi kognitif mengharuskan penjelasan lengkap tentang hubungan antara depresi dan pikiran, afek, dan perilaku dan juga alasan semua aspek terapi. Penjelasan bertentangan dengan ahli terapi berorientasi psikoanalitik, yang hanya memerlukan sedikit penjelasan.4

Teknik KognitifPendekatan kognitif terdiri dan empat proses:

1. Mencetuskan pikiran otomatis (distorsi kognitif)Pikiran otomatis adalah kognisi yang timbul antara peristiwa eksternal dan reaksi emosional seseorang terhadap peristiwa. Suatu contoh dari pikiran otomatis adalah keyakinan bahwa setiap orang akan menertawakan saya jika mereka mengetahui betapa buruknya permainan bowling saya .2. Menguji pikiran otomatis

Dengan berperan sebagai guru, ahli terapis membantu pasien menguji keabsahan pikiran otomatis. Tujuannya adalah untuk mendorong pasien menolak pikiran otomatis yang tidak akurat atau berlebih lebihan setelah pemeriksaan yang cermat.

3. Mengidentifikasi anggapan dasar yang maladaptif

Saat pasien dan ahli terapis terus berusaha mengidentifiksi pikiran otomatis, pola biasanya menjadi tampak. Pola mewakili aturan atau anggapan umum yang maladaptif yang menuntun kehidupan pasien. Contoh Supaya gembira saya harus sempurna. Aturan tersebut akan menyebabkan kekecewaan dan kegagalan dan akhirnya depresi.

4. menguji keabsahan anggapan maladaptif.

Prosesnya serupa dengan menguji validitas pikiran otomatis. Satu tes yang cukup efektif adalah bagi ahli terapi untuk meminta pasien mempertahankan keabsahan suatu asumsi. Sebagai contohnya, jika pasien menyatakan bahwa ia harus selalu membangun kemampuannya. Ahli terapi dapat bertarya, Mengapa hal tersebut sangat penting bagi anda? Teknik PerilakuTeknik perilaku bekerja sama dengan teknik kognitif: Teknik perilaku digunakan untuk menguji dan mengubah kognisi maladaptif dan tidak akurat. Tujuan keseluruhan teknik adalah untuk membantu pasien mengerti ketidakakuratan asumsi kognitifnya dan mempelajari strategi dan cara baru tnenghadapi masalah tersebut.

Di antara teknik perilaku yang digunakan dalam terapi adalah menjadwalkan aktivitas, pengusaan dan kesenangan, menyusun tugas bertahap, latihan kognitif, latihan kepercayaan din, permainan peran (role playing), dan teknik pengalihan.ManfaatTerapi kognitif dapat digunakan sendiri dalam terapi gangguan depresif ringan sampai sedang atau bersarna-sama dengan medikasi antidepresan untuk gangguan depresif berat. Pilihan terapi ini merupakan salah satu intervensi psikoterapik yang paling berguna untuk gangguan depresif. Terapi kognitif juga telah dipelajari dalam hubungannya meningkatkan kepatuhan dengan lithium pada pasien gangguan bipolar I dan sebagai pengobatan putus heroin.2.5 PROSES PSIKOTERAPI

Dalam psikoterapi, begitu banyak variabel yang berperan sehingga kita dapat kehilangan arah dan terhalang oleh faktor-faktor yang mempengaruhi proses, baik dari sisi pasien, dokter maupun sifat hubungan antara dokter-pasien. Dari sisi pasien, faktor yang dapat mempengaruhi proses, antara lain adanya motivasi, fenomena transferensi, resistensi, mekanisme defensi, dsb. Transferensi adalah suatu distorsi persepsi pada pasien, yang secara nirsadar menganggap seorang terapis sebagai figur yang bermakna pada masa lalunya. Bila hal ini diketahui/disadari oleh terapis, justru dapat digunakan sebagai alat atau sarana untuk mencapai tujuan psikoterapi. Resistensi (berbeda dengan definisi menurut ilmu kedokteran umum - yang berarti daya tahan organisme terhadap penyakit) yaitu perlawanan pasien terhadap usaha-usaha untuk mengubah pola perilakunya, memberikan suatu tilikan, membuat unsur nirsadar menjadi sadar. Mekanisme defensi, yaitu mekanisme nirsadar untuk mengelakkan pengetahuan sadar tentang konflik dan ansietas yang berkaitan dengan hal itu.Dari pihak dokter atau terapis, hal yang sama dapat pula dialami, yaitu kontra-transferensi (salah persepsi terapis terhadap pasiennya), resistensi, dsb., disertai teknik dan ketrampilan yang dimiliki oleh sang terapis, turut mempengaruhi proses terapi. Secara garis besar, untuk psikoterapi yang terstruktur, terdapat kerangka umum yang terencana, sehingga seseorang dapat lebih terarah dan mantap dalam usaha untuk mencapai tujuan terapeutik yang bermakna. Kerangka kerja umum tersebut hendaknya cukup luwes dan luas (holistik), yang dapat mencakup berbagai orientasi dan disiplin. Adapun kerangka proses psikoterapi tersebut:1. Fase Awal:Tujuannya membentuk hubungan kerja dengan pasien. Tugas Terapeutik : 1. Memotivasi pasien untuk menerima terapi, 2. Menjelaskan dan menjernihkan salah pengertian mengenai terapi (bila ada), 3. Meyakinkan pasien bahwa terapis mengerti penderitaannya dan bahwa terapis mampu membantunya, 4. Menetapkan secara tentatif mengenai tujuan terapi.

Resistensi pada pasien dapat tampil dalam bentuk: 1. Tidak ada motivasi terapi dan tidak dapat menerima fakta bahwa ia dapat dibantu, 2.Penolakan terhadap arti dan situasi terapi, 3. Tidak dapat dipengaruhi, terdapat hostilitas dan agresi, dependensi yang mendalam, dan 4. Berbagai resistensi lain yang menghambat terjalinnya hubungan yang sehat dan hangat.

Masalah kontratransferensi dalam diri terapis, antara lain: 1. Tidak mampu bersimpati, berkomunikasi dan saling mengerti secara timbal balik,2. Timbul iritabilitas terhadap penolakan pasien untuk terapi dan terhadap terapis, 3. Tidak mampu memberi kehangatan kepada pasien, dan 4. Tidak dapat menunjukkan penerimaan dan pengertian terhadap pasien dan masalahnya.2. Fase Pertengahan:Tujuannya: menentukan perkiraan sebab dan dinamik gangguan yang dialami pasien, menerjemahkan tilikan dan pengertian (bila telah ada), menentukan langkah korektif. Tugas terapeutik: 1.Mengeksplorasi berbagai frustrasi terhadap lingkungan dan hubungan interpersonal yang menimbulkan ansietas. Bila melakukan psikoterapi dinamik, gunakan asosiasi, analsisi karakter, analisis transferensi, interpretasi mimpi. Pada terapi perilaku, kita menilai faktor-faktor yang perlu diperkuat dan gejala-gejala yang perlu dihilangkan. 2. Membantu pasien dalam mengatasi ansietas yang berhubungan dengan problem kehidupan.

Resistensi pada pasien dapat tampil dalam bentuk: 1. Rasa bersalah terhadap pernyataan dan pengakuan adanya gangguan dan kesulitan dalam hubungan interpersonal dengan lingkungan, 2. Tidak mau, atau tidak mampu (bila ego lemah), menghadapi dan mengatasi ansietas yang berhubungan dengan konflik, keinginan dan ketakutan

Masalah kontratransferensi dalam diri terapis dapat berupa: 1.Terapis mengelak dari problem pasien yang menimbulkan ansietas dalam diri terapis; 2. Ingin menyelidiki terlalu dalam dan cepat pada fase permulaan, 3. Merasa jengkel terhadap resistensi pasien.3. Fase akhir: Tujuannya yaitu: terminasi terapi. Tugas terapeutiknya antara lain: 1. Menganalisis elemen-elemen dependensi hubungan terapis pasien; 2. Mendefinisikan kembali situasi terapi untuk mendorong pasien membuat keputusan, menentukan nilai dan cita-cita sendiri. 3. Membantu pasien mencapai kemandirian dan ketegasan diri yang setinggi-tingginya.

Resistensi pada pasien dapat berupa: 1. Penolakan untuk melepaskan dependensi; 2. Ketakutan untuk mandiri dan asertif

Masalah kontratransferensi pada terapis: 1. Kecenderungan untuk mendominasi dan terlalu melindungi pasien; 2. Tidak mampu mengambil sikap/peran yang non direktif sebagai terapis.

2.6 EFEKTIVITAS PSIKOTERAPI

Dari berbagai penelitian statistik yang telah dilakukan, ternyata di antara sekian banyak bentuk dan jenis psikoterapi yang ada, tidak satu pun terbukti lebih unggul daripada yang lain. Perbaikan terapeutik yang dicapai, ditentukan oleh faktor-faktor:- tujuan yang ingin dicapai

- motivasi pasien

- kepribadian dan ketrampilan terapis

- teknik yang digunakan 2.7 HASIL TERAPEUTIKHasil utama dan terakhir dari suatu teknik pertolongan, berupa :

Bebas penyakit : Penyakit sakit Bebas penyakit

Sejahtera bahagia : Penderitaan Menderita Sejahtera BahagiaBAB IIIPENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Psikoterapi adalah cara cara atau pendekatan yang menggunakan teknik psikologik untuk menghadapi ketidakserasian atau gangguan mental. Psikoterapi menggarap hal hal yang dasar dan rasional, serta nirsadar dan irasional. Gejala gejala yang tampak secara klinis pada pasien, menggambarkan perilakunya menghadapi problematika hidup. Apabila ingin menyembuhkan jiwa atau mencari jalan untuk kesembuhan jiwa, kita harus memahami hal-hal yang mempengaruhi seseorang sejak masa dini hingga kini.

Dalam melakukan psikoterapi, hendaknya kita mengoptimalkan fungsi mendengar dengan seksama (theraupeutic or empathic listening) dan mengoptimalkan hubungan terapeutik (theraupetic alliance). Kita jangan berpreokupasi pada tujuan yang ingin dicapai (misanya harus memberikan saran apa bagi pasien). Semakin kita mendengar, kian jelas apa yang harus kita lakukan.Komunikasi antara dokter-pasien sangatlah penting. Ketika berhadapan dengan pasien, kita harus senantiasa membina hubungan interpersonal dengan optimal, mengerti dan sadar apa yang kita bicarakan, bagaimana cara penyampaiannya, bilamana, serta dalam konteks apa kita menyampaikan pernyataan atau pertanyaan-pertanyaan kita yang tentunya harus bersifat profesional dan tidak terkait dari respon emosional yang subyektif.

Di sini hubungan perasaan dokter - pasien bersifat empati (simpati netral), tanpa perasaan sentimental atau simpati berlebihan. Maka penting seorang dokter memiliki kemampuan dalam memberikan empati, yaitu dengan merasakan dengan penuh pengertian emosi dan pengertian perilaku orang lain. Hal ini harus terlihat dari segala gerak gerak, ucapan ucapan dan ajuk (mimik) dari seorang dokter.

Ketrampilan yang perlu dilatih terus-menerus ialah dalam mendengarkan dengan cermat (empathic listening), disertai observasi yang cermat, serta didasari oleh pengetahuan yang memadai tentang psikologi, psikopatologi dan proses-proses kejiwaan, kita akan mendapat gambaran yang tepat dan menyeluruh tentang pasien.

DAFTAR PUSTAKA1. Bachtiar, Didi. Tatalaksana Psikoterapi Untuk Pasien Mental. Grafika Utama Sakti. 1977.

2. Corey Gerald; Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, Refika Aditama.2009

3. Gabbard G.O. Individual Psychotherapy, in Psychodynamic Psychiatry Clinical Practice - The DSM - IV Edition, American Psychiatric Press, 2000Mansjoer, Arif, et al. Kapita selekta kedokteran. Media Aesculapius. 2001

4. Kaplan, Sadocks ; Psikoterapi, Sinopsis Psikiatri, Edisi Ketujuh, Jilid 2, 5. Maramis WF; Psikoterapi, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa ed. 7, Airlangga University, 2009 : hal : 478-490.6. Tomb, David A: Buku Saku Psikiatri, ed-6, EGC, 2004 SUPEREGO

Id

EGO

122