New Referat Jiwa Ragil
-
Upload
husein-assagaf -
Category
Documents
-
view
146 -
download
15
Transcript of New Referat Jiwa Ragil
OBAT ANTIPSIKOTIK TIPIKAL
I. PENDAHULUAN
Antipsikotik merupakan salah satu obat golongan psikotropik. Obat
psikotropik adalah obat yang mempengaruhi fungsi psikis, kelakukan atau
pengalaman (WHO, 1966). Obat antipsikotik dapat juga disebut sebagai
neuroleptics, major tranquillizers, ataractics, antipsycotics, antipsycotic drugs,
neuroleptik. Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan perubahan
pola pikir yang terjadi pada skizofrenia.1
Psikotropik mulai diperkenalkan sejak lahirnya suatu cabang ilmu
farmakologi yakni psikofarmakologi atau psikotropik. Sekarang
psikofarmakologi menjadi titik pertemuan antara cabang ilmu klinik dan
preklinik yaitu farmakologi, fisiologi, biokimia, genetika serta ilmu medik
lainnya. Berbeda dengan antibiotik, pengobatan dengan psikotropik bersifat
simtomatik dan didasarkan pada pengetahuan empirik. Hal ini dapat dipahami,
karena patofisiologi penyakit jiwa sendiri belum jelas. Psikotropik hanya
mengubah keadaan jiwa penderita sehingga lebih kooperatif dan dapat
menerima psikoterapi dengan baik.1,2
Penemuan obat antipsikotik yang pertama yaitu clorpromazine (CPZ),
menjelma menjadi anti histamine super untuk bedah, seperti yang disebutkan
swazey. Efek obat tersebut secara dramatis mengubah tata laksana skizofrenia
seperti kesulitan obat dalam tata laksana pasien dibangsal psikiatri.1
Antipsikotik atipikal sekarang dianggap sebagai pengobatan garis pertama
untuk skizofrenia dan secara bertahap menggantikan antipsikotik tipikal.
Dimasa lalu sebagian besar peneliti sepakat bahwa karakteristik
mendefenisikan suatu antipsikotik atipikal adalah kecenderungan efek samping
ekstrapiramidal (EPS) (Farah A. 2005) dan tidak adanya elevasi prolaktin
berkelanjutan. (Seeman P. February 2002) terminologi tersebut dapat tepat.
Yang dimaksud dengan “atypicality” didasarkan atas tidak adanya efek
samping ektrapiramidal, tapi sekarang ada pemahaman yang jelas bahwa
antipsikotik atipikal masih dapat menyebabkan efek tersebut (meskipun pada
1
tingkat yang lebih rendah daripada antipsikotik tipikal) (Seeman P. February
2002).2,3
Berdasarkan afinitas terhadap reseptor dopamin tipe 2 (D2) dan efek
samping yang ditimbulkannya, obat ini dibagi dalam kedua kelompok yakni
antipsikotik generasi pertama (tipikal) dan antipsikotik generasi kedua
(atipikal). Pada referat ini akan dibahas antipsikotik tipikal.
II. MEKANISME KERJA
Antipsikotik generasi pertama (APG 1) mempunyai cara kerja dengan
memblok reseptor D2 khususnya di mesolimbik dopamine pathways, oleh
karena itu sering disebut juga dengan antagonis reseptor dopamin (ARD) atau
antipsikotik konvensional atau antipsikotik tipikal. Kerja dari APG 1
menurunkan hiperaktivitas dopamine dijalur mesolimbik sehingga
menyebabkan gejala positif menurun tetapi ternyata APG 1 tidak hanya
memblok reseptor D2 di mesolimbik tetapi juga di tempat lain seperti dijalur
mesokortikal, nigrostriatal, dan tuberoinfundibular.4
Apabila APG 1 memblok reseptor D2 dijalur mesokortikal, dapat
memperberat gejala negatif dan gejala kognitif disebabkan penurunan dopamin
di jalur tersebut. Jika hal ini terjadi, maka merupakan sebuah tantangan terapi,
karena blokade reseptor dopamin di jalur ini secara teoritis akan menyebabkan
memburuknya gejala negatif dan kognitif. 4
Blokade reseptor D2 di nigrostriatal dapat menyebabkan timbulnya
gangguan dalam mobilitas seperti pada parkinson, bila pemakaian secara
kronik dapat menyebabkan gangguan pergerakan hiperkinetik (tardive
dyskinesia). Jalur nigrostriatal dopamin, sebagai bagian dari sistem saraf
ekstrapiramidal, mengontrol movements atau pergerakan.4
Blokade reseptor D2 di tuberoinfundibular oleh APG 1 menyebabkan
peningkatan kadar prolaktin sehingga dapat terjadi disfungsi seksual dan
peningkat berat badan. Fungsi normal jalur dopamin tuberoinfundibular
menghambat pelepasan prolaktin. Pada wanita postpartum, aktivitas di jalur ini
menurun, sehingga memungkinkan laktasi.4
2
APG 1 selain menyebabkan terjadinya blokade reseptor D2 pada keempat
jalur dopamine, juga menyebabkan terjadinya blokade reseptor kolinergik
muskarinik sehingga timbul efek samping antikolinergik berupa mulut kering,
pandangan kabur, konstipasi dan kognitif tumpul. APG 1 juga memblok
reseptor histamin (H1) sehingga timbul efek samping mengantuk dan
meningkatkan berat badan. APG 1 juga memblok reseptor alfa1 adrenergik
sehingga dapat menimbulkan efek samping pada kardiovaskuler berupa
hipotensi ortostatic, mengantuk, pusing, dan tekanan darah menurun.4
III. JENIS-JENIS OBAT
Pembagian antipsikotik tipikal4,5
A. Berdasarkan Potensi
a) Potensi Tinggi
Potensi tinggi bila dosis APG 1 yang digunakan kurang atau sama dengan
10mg. APG 1 potensi tinggi diantaranya Haloperidol, Fluphenazine,
trifluoperazine, dan thiothixene. Potensi antidopaminergik tinggi, kemungkinan
efek samping tinggi seperti distonia, akatisia, dan parkinsonisme. Pengaruhnya
terhadap tekanan darah rendah.
b) Potensi Sedang
Potensi sedang bila dosis APG 1 yang digunakan antara 10-50mg. APG 1
potensi sedang diantaranya adalah perphenazine, loxapine dan molindone.
Digunakan untuk penderita yang sulit terhadap toleransi efek samping APG 1
potensi tinggi dan potensi rendah.
c) Potensi Rendah
Potensi rendah bila dosis APG 1 yang digunakan lebih dari 50mg. APG 1
potensi rendah diantaranya adalah clorpromazine, thioridazine, dan
mesoridazine. Mempunyai efek samping sedasi, hipotensi ortostatic, letargi dan
simptom antikolinergik meningkat. Simptom antikolinergik berupa mulut
kering, retensi urine , pandangan kabur, dan konstipasi.
B. Berdasarkan Rumus Kimia2,5,7
3
1. Phenothiazine
- Rantai aliphatic : Chlorpromazine, Levomepromazine
- Rantai piperazine : Perphenazine, Trifloperazine, Fluphenazine
- Rantai piperidine : Thioridazine
2. Non Phenothiazine
- Butyrophenone : Haloperidol
No Golongan Obat Sediaan Dosis Anjuran
1. Phenothiazine
ChorpromazineTablet 25 dan 100 mg
Injeksi 25 mg/ml150 – 600 mg/hari
Perphenazin Tablet 2,4,8 mg 12 – 24 mg/hari
Trifluoperazin Tablet 1 dan 5 mg 10 – 15 mg/hari
FluphenazineTablet 2,5 mg dan 5
mg10 – 15 mg/hari
ThioridazinTablet 50 mg dan 100
mg150 – 600 mg/hari
2. ButyrophenoneHaloperidol
Tablet 0,5 mg, 1,5 mg,
5 mg
Injeksi 5 mg/ml
5 – 15 mg/hari
Droperidol Ampul 2,5 mg/ml 7,5 – 15 mg/hari
3.Diphenyl-butyl-
piperidinePimozide Tablet 1 mg dan 4 mg
1 – 4
mg/hari
- Diphenylbutyl- piperidine : Pimozide
1. Chlorpromazin2,5
Farmakodinamik
4
Susunan Saraf Pusat
Chlorpromazine (CPZ) menimbulkan efek Sedasi dan sikap acuh tak
acuh terhadap lingkungan. Pada pemakaian yang lama dapat menimbulkan
toleransi terhadap efek sedasi. Timbulnya efek sedasi amat tergantung dari
status emosional penderita sebelum minum obat.
Chlorpromazine berefek antipsikosis terlepas efek sedasinya. Pada
manusia, kepandaian pekerjaan tangan yang memerlukan cekatan dan daya
pemikiran berkurang. Aktivitas motorik terganggu antara lain terlihat sebgai
efek epileptik. Efek ini juga dimiliki obat lain misalnya barbiturat, narkotik,
dan klordiazepoksid.
Berbeda dengan barbiturat, CPZ tidak dapat mencegah timbulnya
konvulsi akibat rangsang oleh obat. Semua derivat fenotiazin mempengaruhi
ganglia basal, sehingga menimbulkan gejala parkinsonisme (efek
ektrapiramidal).
CPZ dapat mencegah atau mengurangi muntah yang disebabkan oleh
rangsangan pada trigger zone. Muntah yang disebabkan akibat kelainan saluran
cerna atau vestibuler, kurang mempengaruhi, tetapi fenotiazin potensi tinggi,
dapat berguna untuk keadaan tersebut.
Fenotiazin terutama yang potensinya rendah dapat menurunkan ambang
bangkitan sehingga penggunaannya pada pasien epilepsi harus sangat berhati-
hati. Derivat piperazin dapat digunakan pada penderita epilepsi bila dosis
diberikan bertahap dan bersama antikonvulsan.
Otot Rangka:
CPZ menimbulkan relaksasi otot skelet yang dalam keadaan spastik.
Cara kerja relaksasi ini diduga bersifat sentral, sebab sambungan saraf otot dan
medula spinalis tidak dipengaruhi CPZ.
Endokrin:
5
CPZ menghambat ovulasi dan menstruasi. CPZ juga menghambat sekresi
ACTH. Efek terhadap sistem endokrin ini terjadi berdasarkan efeknya
terhadap hipotalamus.
Semua fenotiazin, kecuali klozapin menimbulkan hiperprolaktinemia
lewat penghambatan efek sentral dopamin.
Kardiovaskular:
CPZ dapat menimbulkan hipotensi berdasarkan beberapa hal, yaitu:
1) Refleks presor yang penting untuk mempertahankan tekanan darah
dihambat oleh CPZ.
2) CPZ berefek alfa bloker, dan
3) CPZ menimbulkan efek inotropik negatif pada jantung. Toleransi dapat
timbul terhadap efek hipotensi CPZ.
Farmakokinetik
Pada umumnya semua fenotiazin diabsorpsi dengan baik bila diberikan
peroral maupun parenteral. Penyebaran luas kesemua jaringan dengan kadar
tertinggi di paru-paru, hati, kelenjar suprarenal dan limpa. Sebagian
fenotiazin mengalami hidroksilasi dan konyugasi, sebagian lagi diubah
menjadi sulfoksid yang kemudian diekskresi bersama feses dan urin. Setelah
pemberian CPZ dosis besar, maka masih ditemukan ekskresi CPZ atau
metabolitnya selama 6-12 bulan.
Efek Samping
Batas keamanan CPZ cukup lebar, sehingga obat ini cukup aman. Efek
samping umumnya merupakan perluasan efek farmakodinamiknya. Gejala
idiosinkrasi mungkin timbul, berupa ikterus, dermatitis dan leukopenia.
Reaksi ini disertai eosinofilia dalam darah perifer.
Neurologik
Pada dosis berlebihan, semua derivat fenotiazin dapat menyebabkan gejala
ekstrapiramidal serupa dengan yang terlihat pada parkinsonisme. Dikenal 6
gejala sindrom neorologik yang karakteristik dari obat ini. Empat diantaranya
6
terjadi sewaktu minum obat yaitu distonia akut (spasme otot lidah, wajah,
leher, dan punggung. Dapat menyerupai bangkitan, bukan histeria.), akatisia (
ketidaktenangan (restlessness) motorik, bukan ansietas atau agitasi),
parkinsonisme (bradikinesia, rigiditas, macam-macam tremor, wajah-topeng,
suffling gait) dan sindrom neuroleptik malignant (katatonik, stupor, dema,
tekanan darah tidak stabil, mioglobinemia) yang terakhir jarang terjadi.
Dua sindrom yang lain terjadi setelah pengobatan berbulan-bulan sampai
bertahun-tahun, berupa tremor perioral (sejenis parkinsonisme yang datang
terlambat) dan diskinesia tardif (diskinesia mulut-wajah, koreoatetosis atau
distonia meluas).
Indikasi
Indikasi utama ialah skizofrenia merupakan gangguan psikosis yang
sering ditemukan. Walaupun antipsikosis sangat bermanfaat untuk mengatasi
gejala psikosis akut, namun penggunaan antipsikosis saja tidak cukup untuk
merawat pasien psikotik. Perawatan dan dukungan mental-spritual terhadap
pasein sangatlah penting. CPZ juga diindikasikan pada mual dan muntah
karena merupakan antagonis dopamin. CPZ merupakan obat terpilih untuk
menghilangkan hiccup. Obat ini hanya diberikan pada hiccup yang
berlangsung berhari-hari sangat mengganggu.
2. Haloperidol2,6
Haloperidol adalah antipsikotik yang kuat. Haloperidol adalah obat
yang dikategorikan ke dalam agen antipsikotik, antidiskinetik, dan antiemetik.
Obat ini digunakan sebagai terapi rumatan untuk psikotik akut dan kronik,
seperti skizofrenia, gangguan mania, dan psikosis yang diinduksi obat
misalnya psikosis karena steroid. Haloperidol juga berguna pada penanganan
pasien agresif dan teragitasi. Selain itu, obat ini dapat digunakan pada pasien
sindrom mental organik dan retardasi mental. Pada anak haloperidol sering
digunakan untuk mengatasi gangguan perilaku yang berat.
7
Secara umum haloperidol menghasilkan efek selektif pada sistem saraf
pusat melalui penghambatan kompetitif reseptor dopamin (D2) postsinaptik
pada sistem dopaminergik mesolimbik. Selain itu, haloperidol bekerja sebagai
antipsikotik dengan meningkatkan siklus pertukaran dopamin otak. Pada
terapi subkronik, efek antipsikotik dihasilkan melalui penghambatan
depolarisasi saraf dopaminergik.
Farmakodinamik
Struktur haloperidol berbeda dengan fenotiazin, tetapi butirofenon
memperlihatkan bahan sifat fenotiazin. Pada orang normal, efek haloperidol
mirip fenotiazin piperazin. Haloperidol memperlihatkan antipsikosis yang
kuat dan efektif untuk fase mania penyakit manik depresif dan skizofrenia.
Efek fenotiazin piperazin dan butirofenon selain menghambat efek dopamin
juga meningkatkan efek turnover ratenya.
Susunan Saraf Pusat
Haloperidol menenangkan dan menyebabkan tidur pada orang yang
mengalami ekstasi. Efek sedatif haloperidol kurang kuat dibanding CPZ
yakni memperlambat dan menghambat jumlah gelombang teta. Haloperidol
dan CPZ sama kuat menurunkan ambang rangsang konvulsif. Haloperidol
menghambat sistem dopamin dan hipotalamus, juga menghambat muntah
yang ditimbulkan oleh apomorfin.
Sistem Saraf Otonom
Efek haloperidol terhadap sistem saraf otonom lebih kecil daripada efek
antipsikotik lainnya; walaupun demikian haloperidol dapat menyebabkan
pandangan kabur (blur-ring of vision). Obat ini menghambat aktivasi reseptor
alfa yang disebabkan oleh amin simpatometik, tetapi hambatannya tidak
sekuat hambatan CPZ.
Sistem Kardiovaskular dan Respirasi
Haloperidol menyebabkan hipotensi, tetapi tidak sesering dan sehebat akibat
CPZ. Haloperidol menyebabkan takikardia meskipun kelainan EKG belum
8
pernah dilaporkan. CPZ atau haloperidol dapat menimbulkan potensiasi
dengan penghambat respirasi.
Farmakokinetik
Konsentrasi plasma terapi obat ini berkisar 4-20 nanogram per mL
(0.01-0.05 mikromol per L). Ikatan haloperidol dengan protein dalam darah
sangat tinggi yaitu mencapai 92%. Pada penggunaan secara oral, tingkat
absorpsi haloperidol adalah 60%. Haloperidol cepat diserap dari saluran
cerna. Kadar puncaknya dalam plasma tercapai dalam waktu 2-6jam sejak
menelan obat, menetap sampai 72 jam dan masih dapat ditemukan dalam
plasma sampai berminggu-minggu. Obat ini ditimbun dalam hati dan kira-
kira 1% dari dosis yang diberikan diekskresi melalui empedu. Ekskresi
haloperidol lambat melalui ginjal, kira-kira 40% obat dikeluarkan selama 5
hari sesudah pemberian dosis tunggal.
Tindakan untuk mengurangi gejala ekstrapiramidal adalah dengan tablet
trihexyphenidyl (artane) 3-4 x 2mg/hr, sulfas atropin 0,50-0,75 mg (IM).
Haloperidol selain antipsikotik dapat digunakan sebagai antianxietas dengan
dosis rendah dimana 100 CPZ setara dengan 1,5 – 2,5 mg haloperidol.
Rapid Neuroleptization
Haloperidol 5-10mg (IM) dapat diualngi setiap 30 menit, dosis
maksimum adalah 100mg dalam 24jam. Biasanya dalam 6 jam sudah dapat
mengatasi gejala-gejala akut sindrom psikosis.
Efek Samping dan Intoksikasi
Haloperidol menimbulkan reaksi ektrapiramidal dengan insidens yang
tinggi, terutama pada penderita usia muda. Pengobatan dengan haloperidol
9
harus dimulai dengan hati-hati. Dapat terjadi depresi akibat reversi keadaan
mania atau sebagai efek samping yang sebenarnya. Perubahan hematologik
ringan dan selintas dapat terjadi, tetapi hanya leukopenia dan agranulositosis
sering dilaporkan. Frekuensi kejadian ikterus akibat haloperidol rendah.
Haloperidol sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil sampai terdapat
bukti bahwa obat ini tidak menimbulkan efek teratogenik.
Indikasi
Indikasi utama haloperidol ialah untuk psikosis. Butirofenon merupakan
obat pilihan untuk mengobati sindrom Gilles de la Tourette, suatu kelainan
neurologik yang aneh yang ditandai dengan kejang otot hebat, menyeringai
(grimacing) dan explosive utterances of foul expletive (coprolalia,
mengeluarkan kata-kata jorok)
3. Pimozide5,8
Pimozide adalah turunan diphenylbutylpiperidine dengan sifat neuroleptik
yang berguna dalam pengelolaan pasien skizofrenia kronis. Hal ini relatif
tidak menenangkan dan dapat diberikan dalam dosis tunggal harian.
Hal ini diasumsikan bahwa mekanisme pimozide adalah terkait dengan
reseptor dopaminergik pusat. Tampaknya memiliki kemampuan selektif
untuk memblokir reseptor dopaminergik sentral, meskipun mempengaruhi
omset norepinefrin pada dosis yang lebih tinggi. Efek ekstrapiramidal
neuroleptik lain terlihat juga pada pimozide, tetapi tampaknya memiliki efek
otonom lebih sedikit. Seperti neuroleptik lainnya, efek endokrin dan
perubahan EKG juga telah dilaporkan pada pimozide.
Farmakodinamik
Potensiasi efek obat yang bekerja pada SSP (anestesi, opiat, alkohol, dll)
serta atropin dan insektisida organophosphorous mungkin terjadi dengan
10
penggunaan pimozide. Baik hewan dan manusia menunjukkan bahwa
pimozide dapat menghalangi aksi amfetamin. Oleh karena itu, penggunaan 2
obat secara bersamaan tidak dianjurkan.
Karena pimozide memperpanjang interval QT dari EKG, efek aditif pada
interval QT akan diantisipasi jika diberikan dengan obat lain, seperti
fenotiazin, antidepresan trisiklik atau agen antiarrhythmic, yang
memperpanjang interval QT. Administrasi bersamaan tersebut tidak boleh
dilakukan.
Farmakokinetik
Tingkat puncak dalam plasma manusia terjadi antara 3 dan 8 jam setelah
pemberian dan kadar plasma menurun perlahan-lahan menjadi sekitar 50%
dari tingkat puncak pada 48 sampai 72 jam setelah pemberian dosis. Dalam
studi dosis tunggal yang melibatkan sukarelawan sehat, plasma berarti paruh
pimozide tritiated (radioaktivitas total) ditemukan menjadi 29 + / -10 (SD)
jam. Dalam sebuah studi dosis ulangan durasi pendek yang melibatkan
penderita skizofrenia kronis plasma paruh berarti adalah 55 + / -20 (SD) jam.
Ada perbedaan 13 kali lipat antarindividu di daerah di bawah kurva
konsentrasi-waktu pimozide serum dan gelar setara variasi dalam tingkat
serum puncak di antara pasien yang diteliti. Signifikansi hal ini tidak jelas
karena ada beberapa korelasi antara kadar plasma dan temuan klinis. Dalam
studi dosis tunggal, 19% (kisaran 8-32%) radioaktivitas itu diekskresikan
dalam urin dalam 24 jam. Sekitar 40 sampai 50% diekskresikan dalam urin
dan 20% dalam tinja dalam waktu 1 minggu. Metabolit utama dalam kedua
urin dan kotoran adalah 4-bis (p-fluorophenyl) asam butirat. Pimozide
berubah merupakan setidaknya 50% dari radioaktivitas tinja tetapi hanya
sebagian sangat kecil dari plasma dan urin radioaktivitas.
Efek Samping
Gejala ekstrapiramidal yang terdiri dari akatisia, distonia, dan parkinson
adalah efek samping yang paling sering diamati terapi pimozide.
11
Perilaku:
Insomnia, gelisah, agitasi, mengantuk, penurunan perhatian, kelelahan dan
depresi telah paling umum diamati. Lekas marah, ketegangan, jitteriness,
kegembiraan, agresivitas, kecemasan, kebingungan, mimpi buruk dan
halusinasi juga telah direkam. Dalam beberapa kasus, kejengkelan gejala
psikotik pasien telah terjadi. Toxix confusional beracun dan euforia telah
dilaporkan dengan terapi antipsikotik lainnya.
Neurologis:
Reaksi yang paling sering dilaporkan merugikan neurologis ekstrapiramidal,
termasuk parkinson. Seperti kebanyakan neuroleptik, laporan efek samping
parkinsonian, seperti tremor, kekakuan dan sialorrhea, tidak biasa. Akatisia
terjadi relatif sering, tetapi biasanya dapat dikelola dengan mengurangi dosis
pimozide atau dengan administrasi seiring agen antiparkinson.
Dyskinesia dyskinesias:
Seperti dengan semua agen antipsikotik, tardive dyskinesia mungkin muncul
pada beberapa pasien pada terapi jangka panjang atau mungkin muncul
setelah terapi obat telah dihentikan. Risiko tampaknya lebih besar pada pasien
usia lanjut pada terapi dosis tinggi, terutama perempuan. Gejala pada
beberapa pasien tampaknya ireversibel.
Otonom:
Mulut kering, penglihatan kabur, kesulitan dengan akomodasi, retensi urin,
dan inkontinensia urin dan tinja telah terjadi dengan pimozide. Hidung
tersumbat, ileus paralitik dan efek epinefrin terbalik telah dilaporkan dengan
penggunaan antipsikotik lainnya.
Kardiovaskular:
Hipotensi, takikardia dan fluktuasi tekanan darah telah terjadi dengan
pimozide. Hipertensi telah sesekali terjadi. Perubahan pada EKG juga telah
diamati dan termasuk perpanjangan interval QT, serta menurunkan dan
inversi gelombang T dan perubahan ST.
Endokrin:
Ketidakteraturan menstruasi, seperti amenore dan dismenore, dan galaktorea
12
ringan telah dilaporkan. Penurunan berat badan dengan pasien yang
menerima pimozide telah lebih sering diamati dari kenaikan berat badan.
Indikasi
Pengelolaan manifestasi skizofrenia kronis di mana manifestasi utama
tidak termasuk kegembiraan, agitasi atau hiperaktif. Pimozide memiliki
tindakan penenang relatif kecil dan dapat digunakan sebagai obat sehari-hari.
Pimozide tidak diindikasikan dalam manajemen pasien dengan mania atau
skizofrenia akut.
4. Fluphenazine 9
Fluphenazine adalah obat antipsikotik yang biasa digunakan untuk
pengobatan gangguan psikosis seperti skizofrenia dan fase mania akut pada
gangguan bipolar. Fluphenazine merupakan rantai aliphatic dari golongan
Phenothiazine
Kegunaan utamanya adalah sebagai injeksi kerja panjang1 kali setiap 2
atau 3 minggu untuk pasien dengan skizofrenia yang sering kambuh. Selain
itu, profil efeknya mirip dengan haloperidol, yaitu terutama efek memblokade
dopamin yang menimbulkan akatisia, parkinson dan tremor. Efek samping
jangka panjang termasuk tardive dyskinesia berpotensi ireversibel dan
berpotensi terjadinya sindrom neuroleptik Maligna (SNM). Bentuk sediaan
Injeksi Sebagai Dekanoat, 25 mg/ml, Tablet Sebagai HCl, 1 mg, 2,5 mg, 5
mg, 10 mg dengan nama dagang: Modecate, Permitil, Prolixin.
Farmakodinamik
Efek dari fluphenazine dekanoat adalah sama dengan fluphenazine HCl,
namun dengan efek lepas lambat memerlukan onset aktivitas obat yang
cukup panjang. Setelah dilepaskan dalam darah, fluphenazine dekanoat
dengan cepat dihidrolisa oleh darah. Umumnya muncul antara 24 sampai 72
jam setelah injeksi, dan efek dari obat untuk gejala psikotik menjadi
13
signifikan dalam waktu 48 sampai 96 jam. Perbaikan gejala kemudian terus-
menerus selama 1 sampai 8 minggu dengan durasi rata-rata 3 sampai 4
minggu. Terdapat variasi yang berbeda pada respon individu, penggunaann
dan terapi pemeliharaan dari fluphenazine memerlukan pengawasan. Seperti
fenotiazin lainnya fluphenazine diberikan pada berbagai tingkat SSP seperti
halnya pada sistem organ perifer sesuai dengan tindakan antipsikotik dan efek
sampingnya. Bukti secara tidak langsung menunjukkan bahwa efek
antipsikoti fenotiazin terkait dengan blokade reseptor dopamine dan reseptor
katekolamin lainnya.
Fluphenazine berbeda dari beberapa derivatif fenotiazin lainnya dalam
beberapa hal seperti kurangnya efek potensial untuk terjadinya depresi SSP
dan efek anestesi tampaknya kurang menenangkan. Sementara hipotensi
dapat terjadi lebih jarang dibandingkan dengan fenotiazin lainnya, tindakan
pencegahan yang tepat harus diamati ketika menggunakan fluphenazine
dekanoat. Walau bagaimanapun fenotiazin tergolong dalam derivative
fenotiazin menunjukkan kecenderungan yang besar untuk menghasilkan
reaksi ekstrapiramidal.
Indikasi
Terapi parenteral injeksi untuk managemen dari manifestasi skizofrenia
untuk pasien yang tidak mau atau sulit teratur minum obat ataupun yang tidak
efektif terhadap medikasi oral. Pemberian obat anti-psikotik “long acting”
hanya untuk terapi stabilisasi dan pemeliharaan (mantainance therapy)
terhadap kasus Skizofrenia. 15-25% kasus menunjukkan toleransi yang baik
terhadap efek samping ekstrapiramidal.
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap flufenazin atau komponen formulasi lainnya.
Mungkin terjadi reaktivitas silang antara fenotiazin. Depresi SSP berat, koma,
kerusakan otak subkortikal, diskrasia darah, penyakit hati.
5. Trifluopherazine10,11
Trifluopherazine adalah tipikal anti psikotik yang tergolong dalam rantai
piperidine dari kelas phenothiazine secara struktur mirip dengan perphenazine
14
dan fluphenazine. Trifluoperazine digunakan secara primer untuk skizofrenia
dan dapat juga digunakan pada kasus agitasi dan pasien dengan gangguan
keperibadian, nausea berat dan vomitus yang sering terlihat pada kondisi
anxietas.
Farmakodinamik
Trifluoperazine memiliki efek antiadrenergik, antidopaminergik dan
antikolinergik yang minimal. Bekerja dengan memblokade reseptor dopamine
D1 dan D2 pada jalur mesokortikal dan mesolimbik, meredakan atau
meminimalkan gejala-gejala skizofrenia seperti halusinasi, delusi serta
disorganisasi pikiran dan verbalisasi.
Farmakokinetik
Trifluoperazine dapat cepat diserap setelah pemberian secara oral, tetapi
ada pasien dengan puncak konsentrasi plasma yang berbeda karena obat
mengalami metabolisme dalam mukosa lambung. Setelah pemberian IM, obat
yang tidak berubah mencapai sirkulasi sistemik dari dari rute oral karena
melewati metabolisme di hati. Dengan efek antipsikotik yang bertahap dan
variasi yang berbeda pada individu, kemungkinan efek puncak mungkin tidak
terjadi selama 6 minggu sampai 6 bulan.
Fenotiazin didistribusikan secara luas ke jaringan tubuh, cairan dan
melewati sawar darah otak. Trifluoperazine sangat terikat dengan protein
plasma (91-99%) terutama dengan suatu asam-glikoprotein. Obat dapat
melewati plasenta dan dapat di ekskresi melalui ASI meskipun belum ada
data spesifik yang ditemukan. Beberapa hasil metabolisme tidak aktif ada
yang terkonjugasi dengan glukoronid dan ada yang tidak. Sebagian besar
ditemukan dalam urin dan sejumlah kecil ditemuka dalam keadaan obat yang
tidak berubah. Kemungkinan ekskresi dapat melalui saluran empedu dan
feses.
Indikasi
Trifluoperazine diindikasikan untuk:
15
1. Keadaan anxietas. Mengkontrol anxietas, keadaan tegang dan agitasi yang
dapat dilihat pada kasus berhubungan dengan kondisi somatic.
2. Sebagai terapi untuk mencegah nausea dan vomitus oleh beberapa
penyebab.
3. Sebagai managemen penyakit psikotik seperti katatonik akut atau kronik,
skizofrenia hebefrenik dan paranoi; gangguan psikotik yang disebabkan oleh
kerusakan otak, psikotik toksik, dan sindrom mania.
Kontraindikasi
Pada kondisi koma yang disebabkan oleh depresi SSP, penyakit diskrasia
darah, depresi SST dan gangguan pada hepar.
IV. KESIMPULAN
Antipsikotika adalah obat-obat yang dapat menekan fungsi-fungsi psikis
tertentu tanpa mempengaruhi fungsi-fungsi umum (berfikir dan kelakuan
normal). Antipsikotika dapat meredam agregasi maupun emosi serta dapat
pula menghilangkan atau mengurangi gangguan jiwa, seperti impian dan
pikiran khayal serta menormalkan perilaku tidak normal. Obat antipsikotik
sangat efektif untuk menghilangkan halusinasi dan konfusi dari suatu episode
skizofrenia akut serta membantu pemulihan proses berfikir yang rasional.
Obat ini tidak menyembuhkan skizofrenia, akan tetapi membantu pasien agar
dapat berfungsi diluar rumah sakit.
Antipsikotik dapat mempersingkat masa perawatan pasien dan mencegah
kekambuhan.
Antipsikotik generasi pertama (APG 1) mempunyai cara kerja dengan
memblok reseptor D2 khususnya di mesolimbik, namun tidak hanya
memblok reseptor D2 di mesolimbik tetapi juga di tempat lain seperti dijalur
mesokortikal, nigrostriatal, dan tuberoinfundibular.
Pada awal terapi, beberapa pasien merasakan distonia dan pseudoparkinson.
Tidak ada efek samping tersebut yang berbahaya, dan sekitar setengah pasien
tidak mengalaminya. Distonia, pseudoparkinson, dan akathisia secara umum
dapat dikurangi dengan menambahkan obat antiparkinson atau dengan
16
mengurangi dosis. Efek inipenting untuk dicatat dan efek sedasi umumnya
hilang beberapa minggu.
Beberapa efek samping lain seperti konstipasi dan pandangan kabur
kejadiannya rendah. Agranulositosis sangat jarang dan terjadi terutama pada
usia tua dan minggu pertama terapi. Leukopeni lebih sering. Kuning jarang
terjadi pada penggunaan CPZ dan ringan.
Efek samping terburuk adalah tardive dyskinesia yaitu gerakan abnormal
yang lambat, biasanya bermanifestasi sebgai gerakan mengunyah, terkadang
protusi lidah, mengecapkan bibir, gerakan choreiformis minor dari jari dan
jempol dan kadang juga pda ekstremitas besar dan badan. Hampir semua
terjadi pada pasien yang menggunakan secara jangka panjang namun ringan.
Kondisi ini hilang dalam beberapa bulan atau tahun setelah menghentikan
obat. Sayangnya tidak ada cara menghindari kondisi ini sambil terapi
skizofrenia.
DAFTAR PUSTAKA
17
1. Malim, Rusdi, dr.,SpKJ. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat
Psikotropik – Edisi III. Jakarta: 2007.
2. Ganiswarna S G. Antipsikotik. Farmakologi dan Terapi Edisi 4, Bagian
Farmakologi FK-UI. Jakarta: 1995
3. Stern T. A, Herman J.B. Antiphsychotic Drugs in Massachusetts
General Hospital Psychiatry Update and Board Preparation Second
Edition. New York: 2003
4. Bennett, Brown. Clinical Pharmacology Ninth Edition. USA: 2003
5. Malim, Rusdi, dr.,SpKJ. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat
Psikotropik (Psychotropic Medication). Jakarta. 2007
6. Almazina, P. Haloperidol, Antipsikotik untuk Berbagai Usia. Stetoscop,
[online]. 2011. [cited 2011 October 17] available from:
http://myhealing.wordpress.com/2008/05/24/haloperidol-antipsikotik-untuk-
berbagai-usia/
7. Kevin Leehey,M D. Antypsychotic Medications (“Typicals”) Used for
Psychosis, Schizophrenia, Bipolar Disorder, Severe Impulsive
Aggression, Tourette's, Paranoia. [online]. 2011. [cited 2011 October 17]
available from: http://www.leeheymd.com/charts/typs1.html.
8. Phillip W. Long, M.D. Pimozide. [online]. 2011. [cited 2011 October 17]
available from: www.mentalhealth.com/drug/p30-o01.html
9. Phillip W. Long, M.D. Fluphenazine Decanoate. [online]. 2011. [cited
2011 October 24] available from: www.mentalhealth.com/drug/p30- m03 .html
10. Phillip W. Long, M.D. Trifluophenazine. [online]. 2011. [cited 2011
October 24] available from: www.mentalhealth.com/drug/p30- s04 .html
11. John Cottingham. Trifluoperazine/ Stelazine TM, Vesprin TM.
[online]. 2011. [cited 2011 October 24] available
from:http://www.parkinsons-information-exchange-network-online.com/
drugdb/132.html
LAPORAN KASUS
18
SKIZOFRENIA PARANOID (F20.0)
AUTOANAMNESIS
Nama : Tn. T
Umur : 30 thn
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Status perkawinan : Sudah menikah
Agama : Islam
Suku bangsa : Mandari
Warga Negara : Indonesia
Alamat : Dusun Delua, Kecamatan Anreapi, Polmas, Sulawesi Barat
Pekerjaan : Peladang kelapa sawit
Pend. Terakhir : Tidak tamat SD
ALLOANAMNESIS
Diperoleh dari
1. Nama : Ny. Martinah
Alamat : Dusun Delua, Kecamatan Anreapi, Polmas, Sulawesi Barat
Pend. terakhir : SMP
Hub dgn pasien: saudara kandung (kakak) pasien
Tanggal MRS : 19 – 10 – 2011
LAPORAN PSIKIATRI
I. RIWAYAT PENYAKIT
A. Keluhan Utama
Mengamuk
B. Riwayat Gangguan Sekarang
19
Dialami sejak setengah bulan yang lalu. Pasien mengamuk sendiri,
tidak bisa tidur dan terlihat ketakutan. Apabila mengamuk pasien hanya
berbicara sendiri sambil marah-marah pada keluarga ataupun tetangga.
Pasien merasa ketakutan karena selalu mendengar bisikan-bisikan seperti
banyak orang yang ingin memukul dan memboronginya. Disebabkan oleh
ketakutannya pasien selalu membawa parang tetapi tidak pernah
memukul orang lain ataupun menggunakan parang tersebut. Rasa cemas
menyebabkan pasien seperti mau jalan terus ke luar rumah tetapi apabila
di luar rumah pasien juga takut karena mendengar bisikan-bisikan seperti
orang banyak yang mau memukulnya. Pasien juga suka berbicara sendiri,
tertawa sendiri dan pernah menangis karena pasien mendengar suara-
suara yang membuat dirinya takut namun orang lain tidak mendengarnya.
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien terlihat berubah semenjak
pulang dari Sarawak, Malaysia. Pasien bekerja di ladang kelapa sawit di
Malaysia selama 10 tahun sejak tahun 2005 dan kembali ke Polmas 7
bulan yang lalu karena banyak keluarga yang menasehati untuk pulang ke
kampung halaman. Selain itu keluarga menambahkan bahwa
kemungkinan juga disebabkan oleh masalah pasien dengan pacarnya
sekitar 1 bulan yang lalu. Pasien sudah cukup lama berpacaran sejak
sebelum bekerja di Malaysia tetapi pacarnya dalam waktu terdekat ini
akan menikah dengan orang lain.
Hendaya (disfungsi):
Hendaya sosial : (+)
Hendaya pekerjaan : (+)
Hendaya waktu senggang : (+)
Faktor stressor psikososial:
Pasien mempunyai masalah dengan pacar sejak 1 bulan yang lalu karena
pacar mau menikah dengan orang lain.
Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan psikis
sebelumnya:
20
Tidak pernah menderita gangguan seperti ini sebelumnya
C. Riwayat Gangguan sebelumnya
Riwayat penyakit terdahulu
Infeksi (-)
Trauma(-) :
Kejang(-)
NAPZA :
- Narkotik (-)
- Alkohol (-)
- Merokok (+) : Biasanya 2 bungkus rokok/hari
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
Riwayat Pranatal
Lahir normal, matur, dibantu oleh dukun
Ibu sehat selama kehamilan
Anak yang diharapkan dan direncanakan
Masa kanak-kanak awal (sejak lahir hingga usia 3 tahun)
Petumbuhan dan perkembangan seperti anak seusianya
Masa kanak-kanak pertengahan (usia 3-11 tahun)
Pendidikan SD tetapi tidak tamat
Masa kanak-kanak akhir (dari pubertas hingga remaja)
Tidak melanjutkan pendidikan karena salah satunya masalah
ekonomi dan bagi keluarga pasien itu merupakan hal yang biasa
pada kebanyakan orang pada waktu itu.
Masa dewasa
Riwayat pekerjaan
Pasien bekerja di ladang kelapa sawit di Sarawak, Malaysia selama
10 tahun sejak tahun 2004 kemudian kembali ke Polmas 7 bulan
yang lalu.
Aktivitas sosial
Pasien dapat bergaul dengan baik tetapi pasien cenderung pendiam,
sabar dan jenis orang yang memilih dalam pertemanan.
21
Kehidupan seksual dan riwayat perkawinan
Status pernikahan pasien sekarang adalah duda. Pasien sudah
menduda cukup lama sekitar lebih dari 10 tahun. Sebelumnya
pasien pernah menikah 2x. Pasien cerai dengan isteri pertama,
kemudian menikah lagi dan cerai dengan isteri keduanya.
Dikatakan cerai karena faktor tidak cocok dan ada masalah
keuangan.
E. Riwayat Keluarga:
Anak ke-2 dari 2 bersaudara (P, L )
Pasien tidak memiliki anak
Hubungan dengan keluarga baik
Paman pasien dari sebelah bapak mengalami gangguan jiwa tetapi
tidak seberat kondisi pasien.
F. Situasi Sekarang:
Pasien tinggal serumah dengan tante yang dianggap sebagai ibu sendiri
dan kakak kandung.
G. Persepsi (tanggapan) pasien tentang diri dan kehidupannya:
Pasien merasa dirinya tidak sakit
AUTOANAMNESIS (19 – 10 – 2011)
DM : Assalamu alaikum, pak. Perkenalkan saya dokter muda, nama saya Ragil.
P : ....
DM : Boleh saya bicara sebentar sama bapak?
P : Iye.
DM : Siapa nama bapak?
P : Tasmin, dok.
22
DM : Berapa umur bapak sekarang?
P : Tidak kutau,.. 30 tahun dok..
DM : Bapak tahu dimana bapak sekarang?
P : Di rumah sakit.
DM : Rumah sakit apa,pak?
P : ….
DM : Bapak tahu siapa yang bawa bapak kesini?
P : Tanteku seperti ibuku sendiri sama martinah,.eee kakak kandungku.
DM : Kenapa bisa sampai bapak dibawa kesini?
P : …(hanya diam)
DM : Pak Tasmin?...
P : ….(diam)….tidak tau
DM : Jadi pak Tasmin tidak tau kenapa pak Tasmin bisa sampai di sini?.
P : Saya takut-takut dok
DM : Oooo..jadi bapak di bawa kesini sama tante dan ibu karena bapak takut2?
P : iye…
DM : Apa yang kita’ takutkan pak Tasmin?
P : Saya takut-takut dok..(sambil memainkan jari tangannya)
DM: Kenapa pak Tasmin bisa sampai ketakutan?
P : Saya takut-takut…setan itu..
DM : Apakah pak Tasmin merasa seperti ada setan yang menakuti pak Tasmin?
23
P : Iye..setan saya dengar. Takut-takut saya dok.
DM : Apakah bapak mendengar ada suara setan yang berbisik di telinga bapak?
P : Iye setan bicara di telingaku (sambil menunjuk di telinganya) saya takut-
takut ( Intonasi suara mulai meningkat)
DM: Apakah bapak hanya mendengar 1 suara yang bicara di telinga bapak atau
seperti ada banyak suara-suara yang bicara di telinga bapak?
P: Banyak suara-suara..saya takut-takut
DM: Apa yang suara-suara itu katakana sampai bapak ketakutan?
P : Itu setan selalu bilang “Mana Taru”..takut-takut saya, setan bicara di
telingaku.
DM: Apa itu artinya “Mana Taru” pak?
P : …(hanya diam)
DM: Pak Tasmin..apa itu artinya “Mana Taru” pak?
P : Tidak kutau dok.Tapi saya rasa seperti mau dipukul.
DM: apakah suara-suara itu menyuruh atau memerintah bapak yang membuat
bapak jadi mengamuk?
P : Itu suara-suara saya dengar buatkan saya takut-takut dok, saya mau
dipukul itu saya mengamuk.
DM: Apakah bapak rasa ketakutan sampai bapak harus pegang parang?.
P : Iye saya takut-takut dok, tapi itu setan suruh saya simpan kembali
parangnya. Jadi saya kasih kembali itu parang di bawah tempat duduk.
(sambil memperagakan seolah-olah memegang parang). Takut-takut dok.
DM: Sejak kapan bapak dengar suara-suara itu?
24
P : Tidak kuingat,.Takut-takut.
DM: Apakah bapak pernah bekerja di Malaysia?
P : …(diam)…iye (sambil menganggukkan kepala).
Dm: Apakah bapak sudah pernah mendengar suara-suara seperti ini sejak bapak
kerja di Malaysia?
P: Iye pernah dok.
DM: Bapak masih ingat tidak kapan suara itu mulai muncul di telinga bapak
sewaktu bapak di Malaysia?
P: …(diam sejenak). Tidak kutau dok.
DM : Biasanya waktu-waktu kapan saja bapak dengar lagi itu suara?
P : Dengar terus dok, pagi, siang, malam biar tidur.
DM: Kalau sekarang, siang hari seperti ini apa dengar juga pak Tasmin?
P : Iye dengar terus dok tidak pernah berhenti. Saya takut-takut dok.
Dm : Apakah bapak pernah melihat setan-setan yang selalu bisikan di telinga
bapak itu?
P : …tidak
Dm: Atau mungkin bapak pernah melihat sesuatu yang orang lain tidak lihat
dan membuat bapak ketakutan?
P : Tidak kutau. Tidak pernah barangkali dok. Tidak. Cuma suara-suara bicara
ditelinga buat saya takut-takut.
DM : Pak ada yang mau saya tanyakan, apakah bapak masih ingat bapak sekolah
dimana waktu SD?
P : Dusun Delua, Polmas
25
DM : Kalau bapak temukan dompet di jalan bagaimana pak?
P : Biarkan saja dok, kuliat-liati trus saya kembalikan nanti di cari orangnya
DM : Di kembalikan kemana pak?
P : di kembalikan ke situ…eee..eee..jalan. Nanti dicari itu.
DM: Bapak tau tidak peribahasa yang biasa orang bilang “panjang tangan”. Bapak
tau artinya?
P : Suka mencuri.
DM : Coba kita ulang nomor yang saya sebut,. 126975!
P : ….(Hanya diam)
DM: Bapak merokok tidak?
P : …( diam hanya menganggukkan kepala)
DM: Berapa harga rokok satu batang pak Tasmin?
P : 500
DM: Kalau ada orang mau beli rokok persis rokok ta, harganya juga persis.
Orang itu mau beli 3 batang jadi berapa harus di bayar pak Tasmin?
P : 1500
DM : Pak Tasmin masih ingat tidak siapa nama saya?
P : …( diam sejenak) eee..ar..argil.dr. Argil?
DM : Ragil pak. Oh iya, kalau begitu sekarang bapak istirahat. Nanti kita cerita-
cerita lagi Pak Tasmin.
P : Iye, dok.
DM : Terima kasih ya pak Tasmin
26
P : … Iye Sama-sama.
II. STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
Penampilan:
Tampak seorang laki – laki, memakai baju kemeja kotak-kotak warna
hitam dan celana jeans panjang memakai sepatu. Rambut pendek dan
sedikit beruban. Cukup rapi, sesuai umur.
Kesadaran:
Berubah
Perilaku dan aktivitas psikomotor:
Tenang namun terlihat agak cemas
Pembicaraan:
Intonasi kecil dan agak cadel namun masih dapat berkomunikasi
dengan baik dan dapat dimengerti.
Sikap terhadap pemeriksa
Cukup kooperatif
B. Kelainan Afektif (Mood), Perasaa, Empati, Perhatian
Mood : Takut
Afek : Inapropriate
Empati : Tidak dapat dirabarasakan
Keserasian : Tidak serasi
C. Fungsi Intelektual (Kognitif)
Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan
Sesuai tingkat pendidikan
Daya konsentrasi
Kurang
Orientasi (waktu, tempat, orang)
Baik
Daya ingat (jangka panjang, pendek, segera)
Baik
27
Pikiran abstrak
Baik
Bakat kreatif
Tidak Ada
Kemampuan menolong diri sendiri
Cukup
Gangguan Persepsi
Halusinasi : Auditorik (+): berupa suara-suara setan secara
terus-menerus mengatakan “Mana Taru” yang membuat pasien
ketakutan dan pasien merasa seperti ingin dipukul.
Ilusi : Tidak ada
Depersonalisasi : Tidak ada
Derealisasi : Tidak ada
D. Proses Pikir
Arus pikiran
Produktifitas
Kurang
Kontinuitas
Relevan, Koheren
Hendaya berbahasa:
Tidak ada
Isi pikiran
Preokupasi:
Takut-takut karena mendengar suara-suara setan
Gangguan isi pikiran:
Waham kejaran (+): Pasien ketakutan karena mendengar suara-suara
setan sampai pasien keluar dari rumah sambil membawa parang.
Waham dikendalikan (+): Sewaktu membawa parang pasien
mendengar suara-suara setan yang menyuruhnya untuk
28
mengembalikan parang kemudian pasien mengikuti dan
mengembalikan parang tersebut di bawah kursi.
E. Pengendalian Impuls:
Terganggu
F. Daya Nilai:
1. Norma Sosial : Terganggu
2. Uji Daya Nilai : Terganggu
3. Penilaian Realitas : Terganggu
G. Tilikan (Insight):
Derajat 1
H. Taraf dapat dipercaya:
Dapat dipercaya
III. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PASIENS LEBIH LANJUT
A. Status Internus
Tensi : 120/80 mmHg
Nadi : 96 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 37,0 °C
B. Status Neurologis
GCS : E4M6V5
Pupil bulat, isokor
Refleks cahaya +/+
Fungsi motorik dan sensorik dalam batas normal
Refleks patologis -/-
IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Seorang laki-laki berusia 30 tahun datang ke Rumah Sakit Dadi
dengan keluhan mengamuk yang dialami sejak setengah bulan yang lalu.
Pasien mengamuk sendiri, tidak bisa tidur dan terlihat ketakutan. Apabila
mengamuk pasien hanya berbicara sendiri sambil marah-marah pada keluarga
29
ataupun tetangga. Pasien merasa ketakutan karena selalu mendengar bisikan-
bisikan seperti banyak orang yang ingin memukul dan memboronginya.
Disebabkan oleh ketakutannya pasien selalu membawa parang tetapi tidak
pernah memukul orang lain ataupun menggunakan parang tersebut. Rasa
cemas menyebabkan pasien seperti mau jalan terus ke luar rumah tetapi
apabila di luar rumah pasien juga takut karena mendengar bisikan-bisikan
seperti orang banyak yang mau memukulnya. Pasien juga suka berbicara
sendiri, tertawa sendiri dan pernah menangis karena pasien mendengar suara-
suara yang membuat dirinya takut namun orang lain tidak mendengarnya.
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien terlihat berubah semenjak
pulang dari Sarawak, Malaysia. Pasien bekerja di ladang kelapa sawit di
Malaysia selama 10 tahun sejak tahun 2005 dan kembali ke Polmas 7 bulan
yang lalu karena banyak keluarga yang menasehati untuk pulang ke kampung
halaman. Selain itu keluarga menambahkan bahwa kemungkinan juga
disebabkan oleh masalah pasien dengan pacarnya sekitar 1 bulan yang lalu.
Pasien sudah cukup lama berpacaran sejak sebelum bekerja di Malaysia tetapi
pacarnya dalam waktu terdekat ini akan menikah dengan orang lain.
Dari pemeriksaan status mental didapatkan seorang laki - laki dengan
perawakan sesuai usia, kulit sawo matang, kuku agak panjang, rambut pendek
dan agak beruban. Memakai baju kemeja kotak-kotak warna hitam dan celana
jeans panjang memakai sepatu, cukup rapi. Tinggi badan tinggi dan kurus.
Perilaku dan aktivitas psikomotor tenang, pembicaraan Intonasi kecil dan agak
cadel namun masih dapat berkomunikasi dengan baik dan dapat dimengerti,
cukup kooperatif. Mood takut, afek inapropriate, empati tidak dapat
dirabarasakan. Fungsi intelektual sesuai taraf pendidikan, produktivitas
kurang, kontinutas koheren dan relevan, terdapat gangguan persepsi berupa
halusinasi auditorik yang terus menerus. Terdapat gangguan isi pikir yaitu
waham kejaran dan waham dikendalikan. Pengendalian impuls, norma sosial,
uji daya nilai, dan penilaian realitas terganggu. Tilikan 1, dapat dipercaya.
V. EVALUASI MULTI AKSIAL
30
A. Aksis I
Berdasarkan alloanamnesis, autoanamnesis, dan penilaian status mental,
didapatkan gejala klinis yang bermakna berupa perilaku mengamuk. Keadaan
ini menimbulkan penderitaan (distress) kepada pasien dan orang sekitar dan
terdapat hendaya berat dalam fungsi pekerjaan dan waktu senggang sehingga
pasien dapat disimpulkan mengalami gangguan jiwa. Pada pemeriksaan
status mental ditemukan hendaya berat dalam menilai realita, yaitu adanya
halusinasi sehingga didiagnosis gangguan jiwa psikotik. Pada pemeriksaan
status internus dan neurologis tidak ditemukan adanya kelainan maka dapat
didiagnosis gangguan jiwa psikotik non-organik.
Dari autoanamnesa dan pemeriksaan status mental didapatkan gangguan
persepsi berupa halusinasi auditorik yang dialami sejak lebih dari satu bulan
yang lalu, kemungkinan adanya halusinasi visual dan afek tumpul sehingga
berdasarkan PPDGJ-III dapat didiagnosis sebagai skizofrenia (F20). Dari
autoanamnesa dan pemeriksaan status mental didapatkan gangguan persepsi
berupa halusinasi auditorik berupa pasien selalu mendengar suara-suara setan
yang menakutinya, adanya waham kejaran berupa ketakutan karena
mendengar suara-suara setan sampai pasien keluar dari rumah sambil
membawa parang dan adanya waham dikendalikan berupa pasien mendengar
suara-suara setan yang menyuruhnya untuk mengembalikan parang kemudian
pasien mengikuti dan mengembalikan parang tersebut di bawah kursi
sehingga berdasarkan PPDGJ-III dapat didiagnosis sebagai Skizofrenia
Paranoid (F20.0).
B. Aksis II
Pasien dapat bergaul dengan baik tetapi pasien cenderung pendiam, sabar
dan jenis orang yang memilih dalam pertemanan
C. Aksis III
Tidak ada
D. Aksis IV
31
Pasien mempunyai masalah dengan pacar sejak 1 bulan yang lalu karena
pacar mau menikah dengan orang lain.
E. Aksis V
GAF Scale 50 - 41. Gejala berat (serious), disabilitas berat.
VI. DAFTAR MASALAH
A. Organobiologik
Tidak ditemukan kelainan fisik yang bermakna, tetapi diduga terdapat
ketidakseimbangan neurotransmitter, sehingga memerlukan farmakoterapi.
B. Psikologik
Ditemukan hendaya berat dalam menilai realita berupa halusinasi auditorik
dan waham, sehingga diperlukan psikoterapi.
C. Sosiologik
Ditemukan hendaya berat dalam bidang sosial, pekerjaan, dan penggunaan
waktu senggang, sehingga diperlukan sosioterapi.
VII.PROGNOSIS PASIEN
Prognosis pasien : Jelek
Faktor pendukung
Tidak ada kelainan organobiologik
Gejala positif
Pasien agak cemas disebabkan oleh hubungannya dengan pacar
Faktor penghambat
Terdapat riwayat gangguan jiwa dalam keluarga.
Status pernikahan saat ini duda dan pernah menikah 2 kali
sebelumnya.
Usia muda
Adanya dukungan keluarga yang baik
VIII. RENCANA TERAPI
32
Psikofarmaka
Haloperidol 1,5 mg 3x1
Chlorpromazine 100 mg 0-0-1
Psikoterapi
- Konseling : Memberikan penjelasan dan pengertian tentang penyakitnya
dengan sebaik-baiknya dan cara untuk menghilangkan gejalanya sampai
menyembuhkan penyakitnya secara tuntas.
- Ventilasi: Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menceritakan
keluhan dan isi hati sehingga perasaan pasien memnjadi lega.
Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada keluarga pasien dan orang sekitarnya
tentang penyakit pasien sehingga tercipta dukungan social dalam
lingkungan yang kondusif sehingga dapat membantu proses penyembuhan
pasien.
IX. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum dan perkembangan penyakit pasien serta efektivitas
terapi dan efek samping obat yang diberikan.
X. PEMBAHASAN / TINJAUAN PUSTAKA
Gangguan skizofrenia umumnya ditandai oleh adanya distorsi pikiran dan
persepsi yang mendasar dan khas, dan oleh adanya afek yang tidak wajar.
Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab dan
perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada
perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.
Pada kasus ini, didiagnosa Skizofrenia Paranoid karena berdasarkan PPDGJ
III, seseorang didiagnosa Skizofrenia Paranoid bila memenuhi kriteria
tambahan sebagai berikut:
Halusinasi dan/atau waham harus menonjol
33
a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah,
atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit
(whistling) mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing).
b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau
lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang
menonjol.
c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusion of control), dipengaruhi (dilusion of influence), atau
‘passivity’ (delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar.
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata/ tidak menonjol.
Dari autoanamnesa dan pemeriksaan status mental didapatkan
perilaku dan aktivitas psikomotor tenang, pembicaraan kurang, intonasi
kecil dan selalu mengatakan “takut-takut” serta cukup kooperatif. Mood
sulit dinilai, afek tumpul, empati tidak dapat dirabarasakan. Fungsi
intelektual sesuai taraf pendidikan, produktivitas kurang, kontinutas
koheren dan relevan, terdapat gangguan persepsi berupa halusinasi
auditorik yang terus menerus dan kemungkinan adanya halusinasi visual.
Terdapat gangguan isi pikir yaitu waham yang dikendalikan dapat
didiagnosis sebagai skizofrenia (F20). Dari autoanamnesa dan
pemeriksaan status mental didapatkan gangguan persepsi berupa halusinasi
auditorik berupa pasien selalu mendengar suara-suara setan yang
menakutinya, adanya waham yang dikendalikan berupa pasien mengikuti
suara-suara setan untuk menyimpan kembali parang yang dipegang oleh
pasien,dan kemungkinan adanya halusinasi visual karena pasien cukup
ragu-ragu untuk menyatakan ada tidaknya halusinasi visual tersebut
sehingga dapat didiagnosis sebagai Skizofrenia Paranoid (F20.0).
34