referat jiwa

29
REFERAT Perbedaan Gejala Psikotik pada Penyakit Organik dan Fungsional Pembimbing: dr. K Maria Poluan, Sp.KJ (K) Disusun oleh: Alvin Bernard (07120090025) Intan Ekarulita (07120090026) KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN KESEHATAN JIWA RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

description

referat jiwa

Transcript of referat jiwa

REFERATPerbedaan Gejala Psikotik pada Penyakit Organik dan Fungsional

Pembimbing:dr. K Maria Poluan, Sp.KJ (K)Disusun oleh:Alvin Bernard (07120090025)Intan Ekarulita (07120090026)

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN KESEHATAN JIWARUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTOUNIVERSITAS PELITA HARAPAN16 SEPTEMBER 2013 12 OKTOBER 2013

Daftar IsiREFERAT1Daftar Isi2KATA PENGANTAR3Pendahuluan4Tujuan4Isi5A.Definisi5B.Epidemiologi7C.Gejala psikosis pada penyakit organik7D.Penanganan14Kesimpulan16Lampiran17Daftar Pustaka19

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan ridho-NYA penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul Perbedaan Gejala Psikotik pada Penyakit Organik dan Fungsional.Referat yang berjudul Perbedaan Gejala Psikotik pada Penyakit Organik dan Fungsional ini bertujuan untuk mengetahui tentang kelainan dan mengenali perbedaan gejala psikotik pada penyakit organik dan fungsional secara lebih luas melalui gejala klinis, diagnosis, diagnosis banding, penatalaksanaan, komplikasi, prognosis, dan pencegahan.Penyusun menyadari dalam penulisan referat ini masih banyak kekurangan dan masih banyak yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna menambah ilmu dan pengetahuan penyusun dalam ruang lingkup Ilmu Psikiatri, khususnya yang berhubungan dengan referat ini.Tak lupa penyusun ucapkan terima kasih pada seluruh pembimbing di Departemen Psikiatri RSPAD Gatot Soebroto Jakarta, atas ilmu dan bimbingannya selama ini, khususnya kepada dr. K. Maria Poluan, Sp. KJ selaku pembimbing dalam penyusunan referat ini. Semoga referat ini bermanfaat bagi para pembaca.

Jakarta, Oktober 2013

Penyusun

Pendahuluan

Gejala psikotik pada pasien dengan penyakit organik sering kali terjadi secara tiba-tiba dan kerap menimbulkan kebingungan dalam mengambil diagnosis. Ini sering kali dilupakan dalam pengambilan diagnosa pada pasien dengan penyakit organik. Pengambilan diagnosis sering dibingungkan karena kesulitan pada anamesa dengan pasien yang kurang memungkinkan untuk pengambilan anamesa pada pasien psikotik pada skizofrenia. Melalui penulisan referat Perbedaan Gejala Psikotik pada Pasien Organik dan Fungsional, diharapkan dokter-dokter lebih teliti dalam pengambilan diagnosis psikotik pada pasien organik dengan melihat ciri psikotik yang muncul dibandingkan dengan psikotik pada pasien fungsional atau non-organik. Ciri psikotik menjadi salah satu penilaian selain pemeriksaan fisik, laboratorium, dan foto radiologi. Sebagai proses belajar profesi dokter umum, hal-hal yang perlu dipelajari dan dimengerti salah satunya adalah cara mendiagnosa pasien yang mengalami gejala psikotik pada kelainan organik dengan cepat karena hal tersebut menentukan morbiditas pasien.

Tujuan

1. Mempermudah penegakan diagnosa pada pasien dengan gejala psikotik pada penyakit organik dari ciri psikotik.2. Membantu pengambilan keputusan dalam penatalaksaan pasien melalui ciri psikotik.3. Menentukan prognosa yang pada pasien psikotik dengan kelainan organik.4. untuk dapat memberikan pengetahuan tentang psikosis akibat organik dan non organik dan dapat menjadi bahan acuan apabila ada referat yang berjudul sama5. IsiA. DefinisiKata psikosis pertama kali digunakan oleh Ernst von Feuchtersleben pada tahun 1845 sebagai alternatif untuk kegilaan dan mania dan berasal dari bahasa Yunani'''' (psikosis), "jiwa yang memberikan atau hidup, menghidupkan , mempercepat" dan bahwa dari '' '' ('' psyche'')," jiwa "dan akhiran''-'' (''-osis''), dalam hal ini" kondisi normal ". Kata ini digunakan untuk membedakan gangguan yang dianggap gangguan pikiran, sebagai lawan dari "neurosis", yang dianggap berasal dari gangguan sistem saraf.

Psikosis secara sederhana dapat didefinisikan sebagai berikut : suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality). Hal ini diketahui dengan terganggunya pada hidup perasaan (afek dan emosi), proses berpikir, psikomotorik, dan kemauan, sedemikian rupa sehingga semua ini tidak sesuai dengan kenyataan lagi. Penderita tidak dapat dimengerti dan tidak dapat dirasai lagi oleh orang normal, karena itu seorang awam pun dapat mengatakan bahwa orang itu gila, bila psikosa itu sudah jelas. Penderita sendiri juga tidak memahami penyakitnya, ia tidak merasa ia sakit.

Keadaan ini dapat digambarkan dengan cara lain yaitu sebagai berikut : psikosa ialah suatu gangguan jiwa yang serius, yang timbul karena penyebab organic atau pun emosional (fungsional) dan menunjukan gangguan kemampuan berpikir, bereaksi secara emosional, mengingat, berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan bertindak sesuai dengan kenyataan itu, sedemikian rupa sehingga kemampuan untuk memnuhi tuntutan hidup sehari-hari sangat terganggu. Psikosa ditandai oleh perilaku agresif impuls-impuls serta waham dan halusinasi. Istilah psikosa dapat dipakai untuk keadaan seperti yang disebutkan di atas dengan variasi yang luas mengenai berat dan lamanya.

Menninger telah menyebutkan 5 sindrom klasik yang menyertai sebagian besar pola psikotik, yaitu :1. Perasaan sedih, bersalah, dan tidak mampu yang mendalam2. Keadaan terangsang yang tidak menentu dan tidak terorganisasi, disertai pembicaraan dan motorik yang berlebihan3. Regresi ke autism (autism) manerisme pembicaraan dan perilaku, isi pikiran yang berwaham, acuh tak acuh terhadap harapan social. 4. Preokupasi yang berwaham, disertai kecurigaan, kecenderungan membela diri atau rasa kebesaran5. Keadaan bingung dan delirium dengan disorientasi dan halusinasi.

Psikosa dapat dibagi menjadi dua kelompok yang besar, yaitu : psikosa yang berhubungan dengan sindrom otak organik dan psikosa fungsional. Pada penulisan ini, akan lebih dibahas tentang kelainan psikosis oleh penyakit organik. Sindrom otak organik (SOO) ialah gangguan jiwa yang psikotik atau nonpsikotik yang disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak. Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama mengenai otak (umpama meningo-ensefalitis, gangguan pembuluh darah otak, tumor otak, dan sebagainya) atau yang teruta,a di luar otak atau tengkorak (misalnya tifus, endomtritis, payah jantung, toxemia kehamilan, intoxikasi, dan sebagainya). Untuk mengetahui etiologi penyakit badaniah dari gejala psikotik, perlu dilakukan pemeriksaan intern dan nerologis yang teliti.Bila bagian otak yang terganggu itu luas, maka gangguan dasar mengenai fungsi mental sama saja, tidak tergantung pada penyakit yang menyebabkan. Bila hanya bagian otak dengan fungsi tertentu saja yang terganggu, maka lokalisasi inilah yang menentukan gejala dan sindrom, bukan penyakit yang menyebabkannya. Sindrom otak organik dinyatakan akut atau menahun berdasarkan dapat atau tidak dapat kembalinya (reversibilitas) gangguan jaringan otak atau sindrom otak organic itu dan bukan berdasarkan penyebabnya, permulaan, gejala atau lamanya penyakit yang menyebabkannya.Pada dasarnya harus dibedakan terlebih dahulu gejala psikosis dengan delirium. Psikosis lebih menjurus pada gangguan realita karena terdapatnya halusinasi, delusi atau pemikiran yang kacau. Psikosis dapat disebabkan oleh penyakit organik dimana penyebabknya dapat diketahui. Delirium lebih menunjukan pada sindroma otak organik yang secara keseluruhan menyebabkan gangguan kognitif, dengan disorientasi, gangguan memori, dan gangguan kesadaran. Penyakit-penyakit yang menyebabkan delirium sering mengancam hidup, dan delirium harus disadari menjadi kedaruratan medis. Gejala lain yang membedakan dengan psikosis adalah adanya fluktuasi atau gangguan level kesadaran, menurunnya kesigapan terhadap lingkungan, afek yang labil, gangguan keputusan atau tilikan, gejala ketidak normalan autonomic pada tekanan darah, nadi, temperature, keringat, kemerahan, dll.

B. EpidemiologiData epidemiologis yang relevan mengenai gangguan psikotik yang disebabkan oleh medis umum dan gangguan psikotik akibat zat tidak ada. Gangguan paling sering ditemukan pada pasien yang kecanduan alkohol atau zat lain dalam jangka panjang. Menurut British Journal of Psychiatry (1987), terdapat gejala psikosis akut pada penyakit organik ditemukan pada 74 pasien yang diperiksa menggunakan PSE (Presernt State Examination) dari 100 pasien. Gejala delusi, kelainan persepsi, gangguan pikiran, dan gangguan emosi dikategorikan dan dibandingkan dengan 74 pasien skizofrenia akut.C. Gejala psikosis pada penyakit organikGejala psikosis pada kelainan organik menjadi tingkat pertama diagnosa banding dari penegakkan diagnosa pasien skizofrenia yang harus disingkirkan untuk menindak lanjuti pengobatan pasien. Pada gejala psikotik awal, perlu dilihat keseluruhan sistem dan penilaian fisik yang meliputi evaluasi neurologikal. Ditambah dengan pemeriksaan lab, antara lain : pemeriksaan darah lengkap, elektorlit, serum kreatinin, blood urea nitrogen (BUN), tes fungsi tiroid, tes penyakit kelamin, urinalisis, dan pemeriksaan toksik. Bila tampak adanya gejala dan tanda yang meliputi asimetri, kelemahan, dan gangguan sensori, perlu dilakukan pemeriksaan brain magnetic resonance imaging (MRI) atau computerized axial tomography (CAT). Pada pasien yang tidak kooperatif untuk dilakukan pemeriksaan neurologikal, perlu dilakukan pemeriksaan elektroensefalogram (EEG).Gejala psikosis pada penyakit organik, terjadi biasanya lebih tiba-tiba dibandingkan dengan pasien skizofrenia yang biasa dimulai dengan ide-ide yang kemudian berkembang menjadi waham. Adanya pemeriksaan yang menyeluruh dapat menyingkirkan diagnosa banding gejala psikosis non-organik atau fungsional. Kriteria diagnosis psikosis dengan terdapat gangguan medis lain oleh DSM IV :A. Halusinasi atau delusi yang jelasB. Terdapat bukti dari sejarah pasien, pemeriksaan fisik, atau penemuan laboratorium yang mengaarah pada gangguan psikologis akibat dari kondisi medis umumC. Gangguan tidak lebih baik untuk oleh gangguan mental lainnyaD. Gangguan tidak terjadi secara khusus pada saat delirium sajaTerdapat kode berbasis gejala predominan : Dengan delusi : apabila delusi merupakan gejala predominan Dengan halusinasi : apabila halusinasi merupakan gejala predominan Catatan kode : termasuk ke dalam nama kondisi medis umum pada Axis I, dengan contoh gangguan psikosis diakibatkan oleh neoplasma maligna paru paru, dengan delusi; maka diberikan kode atau tanda pada kondisi medis di Axis III. Catatan kode : apabila delusi merupakan gejala bagian dari dementia vaskular, bisa diindikasikan delusi dengan kode subtype yang sesuai, seperti, dementia vaskular dengan delusi.Kriteria diagnosis psikosis akibat dari pemakaian obat atau bahan yang mencetuskan psikosis oleh DSM IV :A. halusinasi atau delusi yang jelas. Catatan : jangan memasukkan halusinasi kalau pasien memiliki tilikan bahwa mereka merupakan pemakai obat obatan. B. Terdapat bukti dari riwayat pasien, pemeriksaan fisik, atau penemuan laboratoris baik nomor (1) atau (2) :1. gejala pada kriteria A terjadi saat, atau pada saat sebulan dari saat, intoksikasi dari obat atau pemakaian obat tersebut berhenti2. pengobatan yang diberikan berhubungan dengan penyebab dari gangguan tersebutC. Gangguan tidak lebih baik diperhitungkan oleh gangguan psikosis yang tidak diakibatkan oleh penggunaan obat obatan. Bukti yang ada terlihat bahwa gejala lebih baik diperhitungkan untuk gangguan psikosis yang bukan merupakan akibat dari pemakaian obat obatan; gejala gejala yang ada dimulai awalnya oleh karena penggunaan obat obatan; gejala gejala memiliki jangka waktu tertentu (contoh, sebulan) setelah penghentian atau intoksikasi berat, atau terlalu banyak pengeluaran dari apa yang telah diekspektasikan atau jumlah dari obat obatan yang digunakan atau durasi dari pemakaian obat obatan; atau terdapat bukti lain yang memperlihatkan keberadaan dari gangguan psikosis karena penggunaan obat obatan (contoh, riwayat dari penggunaan obat obatan yang berulang)D. Gangguan tidak selalu terjadi pada saat pasien delirium. Catatan : diagnosis ini harus dibuat walaupun diagnosis akibat dari intoksikasi obat obatan atau penghentian obat obatan hanya pada saat gejala gejala yang ada terlalu berlebih pada gejala yang biasanya berhubungan dengan intoksikasi atau sindrom pemberhentian obat dan pada saat gejala gejala tersebut cukup berat untuk memperingatkan atensi klinis.Dikhususkan apabila : Dengan gejala awal saat intoksikasi : apabila kriteria yang ada cocok dengan intoksikasi obat obatan dan gejala gejala yang timbul saat sindrom intoksikasiDengan gejala awal saat pemberhentian : apabila kriteria yang ada cocok saat pemberhentian dari obat obatan dan gejala gejala timbul pada saat atau singkat setelah sindrom pemberhentian obat obatan. Sedangkan diagnosis kriteria pada gangguan psikosis non organik, antara lain :Gangguan psikosis yang tidak memenuhi kriteria schizophrenia atau untuk jenis jenis psikosis dari gangguan mood (afek), dan gangguan psikosis yang tidak memenuhi kriteria simtomatis untuk gangguan delusi yang persisten yang dapat ditandakan di sini (gangguan halusinasi persisten adalah sebagai contohnya). Kombinasi dari gejala gejala yang tidak ditutup oleh kategori kategori, seperti delusi, lain dari yang terdapat pada daftar schizophrenic di bawah kriteria G1(1)b atau d untuk schizophrenia dapat dimasukkan di sini.Psikosis yang timbul dari organik (non-psikologis) kondisi kadang-kadang dikenal sebagai psikosis sekunder. Hal ini dapat dikaitkan dengan patologi berikut:a) Penyakit neurological progresif : Multipel sklerosis Huntingtons chorea Penyakit Alzheimerb) Infeksi sistem saraf sentral Ensefalitis Meningitis, HIVc) Lesi intracranial dalam otak (SOL) Tumor orak abses otak perdarahan otakd) Penyakit metabolic Gangguan elektrolit Acute intermittent porphyria Wilsons disease SLE (systemic lupus erythematosis)e) Kelainan endokrin Hipotiroid Cushings syndrome Hipoglikemik (termasuk pemakaian insulin)f) Malnutrisi atau kekurangan nutrisi Kekurangan Thiamine (sindrom amnesia Wernicke-Korsakoff) Kekurangan asam nikotinik (Pellegra) Kekurangan beberapa B kompleks Kekurangan Zincg) Kejang atau epilepsy lobus temporal oleh withdrawal obat antiepilepsi, tranqulizer atau mood stabilizersh) Obat-obatan Legal : psikostimulan (Ritalin, Effexor, Wellbutrin, Adderall, Strattera, dan Amphetamines); SSRIs; antipsikotik; transquilizer; L-DOPA; fensiklidin Illegal : kokain, methamphetamine, ekstasi, Dexedrine, LSD, Halusinogen

Pada penelitian yang dilakukan oleh J Cutting, mengatakan bahwa terdapat perbedaan gejala psikotik yang dialami oleh pasien dengan penyakit organik dan non-organik baik waham, halusinasi, gangguan emosi dan gangguan proses dan isi pikir.WahamMenurut DSM IV, waham akibat zat dan waham sekunder biasanya ada dalam keadaan sadar penuh. Pasien tidak mengalami perubahan tingkat kesadaran, meskipun gangguan kognitif ringan dapat ditemukan. Pasien tampak bingung, kusut, atau eksentrik, dengan bicara tangensial atau bahkan inkoheren. Hiperaktivitas dan apati dapat timbul, sering disertai mood disforik. Waham dapat sistematis atau terfragmentasi, dengan isi pikiran bervariasi, tetapi waham kejar paling sering. Hal ini tidak seluruhnya sama dengan hasil penelitian yang dilakukan J Cutting. Pada 35 dari 74 pasien gangguan organik memiliki waham yang 8 darinya hanya berisi waham paranoid yang sederhana (tabel I). Sembilan darinya memiliki waham serta gangguan mood (tabel II). Hanya satu pasien yang dengan gangguan waham disertai dengan elasi, satunya memiliki gambaran afektif yang acak, dan ketujuh lainnya memiliki waham depresi. Sedangkan pada tabel III menunjukan bahwa pasien memiliki gejala gangguan mood tanpa disertai waham paranoid. (Tabel I, II, III terdapat pada lembar lampiran) Seluruh hasil pengamatan gejala psikotik dibandingkan dengan 74 pasien skizofrenia non-organik dalam tabel IV. Gejala psikotik organik lebih menunjukan adanya jumlah yang sangat minimal pada waham first-rank sangat jarang, serta waham paranoid disertai gangguan mood sangat umum terjadi. Penelitian pada pasien psikotik organik dengan delusi, seperempatnya dan hampir setengahnya menceritakan wahamnya dengan tema dekat dengan bencana atau nasib sial atau kejadian bizarre yang tibat-tiba terjadi di sekitarnya, dan hal tersebut sangat jarang terjadi pada pasien skizofrenia pada umumnya. Gambaran intinya muncul sebagai banyaknya beberapa tragedy atau kelakuan jahat dari orang lain tanpa ada yang peduli atau membantu. Walau pasien skizofrenia memiliki gejala serupa, gejalanya lebih melibatkan dirinya.

PersepsiMenurut DSM IV, halusinasi dapat terjadi pada satu atau lebih modalitas sensorik. Halusinasi taktil (seperti sensasi dirayapi kutu pada kulit) khas pada penggunaan kokain. Halusinasi pendengaran biasanya disebabkan penyalahgunaan zat psikoaktif; halusinasi pendengaran juga dapat terjadi pada pasien tuli. Halusinasi penghidu dapat disebabkan epilepsy lobus temporalis; halusinasi penglihatan dapat terjadi pada pasien buta akibat katarak. Halusinasi dapat bersifat baik rekuren maupun persisten yang dialami pada keadaan sadar penuh atau siaga; pasien yang mengalami halusinasi tidak memperlihatkan adanya perubahan fungsi kognitif yang signifikan. Halusinasi penglihatan sering mengambil bentuk gambar yang melibatkan gambar manusia kerdil (liliput) atau hewan kecil. Halusinasi musik yang langka biasanya berupa lagu rohani. Pasien dengan gangguan psikotik akibat kondisi medis umum dan akibat zat dapat bertindak berdasarkan halusinasinya. Pada halusinasi akibat alkohol, suara ancaman, kritis, atau menghina dari orang ketiga berbicara mengenai pasien dan dapat memberitahu mereka agar mencelakakan diri mereka sendiri atau orang lain. Pasien tersebut berbahaya dan beresiko signofikan untuk melakukan bunuh diri atau pembunuhan. Pada 25 pasien psikotik organik, 25 nya memiliki halusinasi visual yaitu 11 kasus melihat manusia, 5 melihat manusia dan hewan, 6 pada binatang atau serangga, serta 3 pada benda). Halusinasi auditori muncul pada 13 kasus yang meliputi tagisan bayi, kerabat yang meminta pertolongan, percakapan tentang percintaan dan gossip, serta suara Tuhan. Tiga pasien memiliki halusinasi taktil seperti mencengkram pasien, kasur terasa basah, serta kasur yang bergerak. Tiga lainnya ada memiliki distorsi visual. Yang memberdakan dengan pasien skizofrenia adalah pasien psikotik organik terlibat pada kesalahan identifikasi orang-orang baik staf di rumah sakit atau keluarga terdekat yang menjenguknya dan hal itu jarang terjadi pada pasien skizofrenia.Isi dan proses pikirGangguan isi dan proses pikir terjadi pada 47 pasien organik. Hasil penilaian PSE yang menggunakan Andersons scale terdapat 2 pasien dengan flight of ideas yang juga mendapat tekanan, 14 nya terdapat disorientasi fantasi yang terlihat ilogikal, 6 pasien memiliki percakapan tangensial dengan irrelevant manners. Dibandingkan dengan pasien non-organik, pasien organik lebih menunjukan kemiskinan isi pikir, lambat, ilogikal, dan tangensial.Gangguan emosiTidak terdapat hasil yang signifikan pada keduanya, namun pasien psikotik organik lebih menunjukan adanya gejala hipomanik atau labil.

D. Penanganan

Penatalaksanaan dapat diberikan dengan cara kita mengidentifikasi penyakit apa yang menyertai pasien atau obat obatan apa yang dikonsumsi oleh pasien sehingga pasien menderita psikosis. Penanganan ini langsung ditujukan pada kondisi medis yang menyertai dari pasien dan control juga dari kebiasaan kebiasaan pasien. Pasien juga dapat menjalani rawat inap supaya kita dapat terus memantau kondisi dari pasien tersebut. Obat obat antipsikosis (contoh : olanzapine, haloperidol) dapat diberikan apabila diperlukan untuk pengobatan jangka pendek dan mendapatkan kontrol dari tingkah laku pasien tersebut, tetapi dapat pula diberikan benzodiazepine apabila pasien tersebut terdapat agitasi dan cemas berlebihan.Setelah fiksasi pasien pada kondisi gawat darurat, pengevaluasian perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis serta etiologi gejala psikosis. Rujukan tetap harus dilakukan oleh dokter psikiatri yang berwenang untuk menegakkan diagnosis pasti dan memberikan penatalaksanaan dini yang kemudian penatalaksanaan berlanjut untuk menangani etiologi penyakit yang menyertai sehingga dapat dirujuk kepada dokter ahli dibidang tersebut. Diagnosa dini

PasienIGDLive Threating SymptomYATIDAKStabilisasi kondisiassesmentassesmentGejalaPerilaku yang tidak terkendali. Gaduh gelisahUsaha bunuh diri, ide bunuh diriPanik, kecemasan dengan keluhan somatic berlebihPerilaku/perasaan siap menyerang/membunuh (agitatif)Bicara kacau, eksplosif (marah, maki, teriak)KebingunganBertindak diluar kendali/ impulsiveCuriga/ sikap bermusuhan berlebihanApakah ada perubahan kesadaran?Apakah ada perubahan pemusatan, pertahanan, dan pengalihan perhatian ?Apakah ada fluktuasi gejala ?Konsul Konsulen PsikiatriYATIDAKGangguan Mental OrganikKesimpulanPada serangan psikotik pada pasien yang mengalami penyakit organik merupakan salah satu bentuk kedawat daruratan pada ilmu bidang kejiwaan. Cara mengatasi pasien yang mengalami gangguan psikotik sering kali terhambat karena penegakan diagnosis harus dilakukan oleh evaluasi yang menyeluruh baik anamesa, pemeriksaan fisik serta neurologi, pemeriksaan laboratorium lengkap, serta foto imaging, beberapa memerlukan pemeriksaan fungsi organ tertentu. Pada pasien dengan penyakit organik sering kurang kooperatif dan kesulitan dapat pemeriksaan serta anamesa, oleh karena itu pada penulisan referat ini, memberi informasi tambahan perbedaan gejala psikotik antara pasien organik dan fungsional. Gangguan psikotik melibatkan adanya gangguan waham, persepsi, dan gangguan isi serta proses pikir yang dapat disertai atau tidak disertai dengan gangguan mood. Gangguan waham yang terjadi pada pasien penyakit organik sering muncul dalam bentuk paranoid atau bizarre yang paling banyak tanpa disertai first-rank-symptoms dan disertai oleh gangguan mood. Gangguan halusinasi pada pasien psikotik organik sering muncul aneh yaitu pasien yang buta mengalami halusinasi penglihatan, pasien tuli mengalami halusinasi pendengaran, dan sebagainya. Selain itu, halusinasi yang membedakan dengan gejala psikotik pada pasien skizofrenia adalah halusinasi terjadi pada orang-orang yang didekatnya seperti staf perawat dan kerabat yang sedang menjenguk. Dibandingkan dengan pasien non-organik, pasien organik lebih menunjukan kemiskinan isi pikir, lambat, ilogikal, dan tangensial. Tidak terdapat hasil yang signifikan pada keduanya, namun pasien psikotik organik lebih menunjukan adanya gejala hipomanik atau labil.

Lampiran

Daftar Pustaka

1. Sadock B J, Sadock V A. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Kaplan & Sadock. Ed.2. EGD : Jakarta, 2012.2. Maramis W F, Maramis A A. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press. Ed.2. UNAIR : Surabaya, 20093. Sheitman B B, Lee H, Strauss R, and Jeffrey A. The Evaluation and Treatment of First-Episode Psychosis. Schizophrenia Bulletin . 23(4):653-661, 19974. Cutting J. The Phenomenology of Acute Organic Psychosis. Comparison with Acute Schizophrenia. The British Journal of Psychiatry. 151:324-332, 1987