REFERAT HERPES ZOSTER REVISI.doc

36
KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji dan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan ilmu, akal, pikiran dan waktu sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “ Herpes Zoster Oftalmikus ” . Referat ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada para konsulen dan semua pihak yang telah membantu dalam penulisan referat ini. Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan referat ini. Akhir kata, semoga referat ini bermanfaat bagi kita semua. 1

Transcript of REFERAT HERPES ZOSTER REVISI.doc

Page 1: REFERAT  HERPES ZOSTER REVISI.doc

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah

SWT yang telah melimpahkan ilmu, akal, pikiran dan waktu sehingga penulis

dapat menyelesaikan referat yang berjudul “ Herpes Zoster Oftalmikus ” .

Referat ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti

Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran

Universitas Yarsi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada para konsulen dan

semua pihak yang telah membantu dalam penulisan referat ini. Penulis menyadari

bahwa referat ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, dengan kerendahan

hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak

demi kesempurnaan referat ini. Akhir kata, semoga referat ini bermanfaat bagi

kita semua.

Jakarta. Agustus 2015

Penulis

1

Page 2: REFERAT  HERPES ZOSTER REVISI.doc

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... 1

DAFTAR ISI................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 4

1.1. Latar Belakang........................................................................ 4

1.2. Tujuan .................................................................................... 5

1.3. Manfaat................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 6

2.1. Etiologi................................................................................... 6

2.2. Epidemiologi........................................................................... 7

2.3. Faktor predisposisi.................................................................. 7

2.4. Patogenesis............................................................................. 8

2.5. Manifestasi klinis .................................................................. 10

2.6. Diagnosis ............................................................................... 14

2.7. Diagnosis banding ............................................................... 16

2

Page 3: REFERAT  HERPES ZOSTER REVISI.doc

2.8. Penatalaksanaan ..................................................................... 17

2.9 Komplikasi ............................................................................. 18

2.10 Pencegahan ........................................................................... 21

2.11 Prognosis ............................................................................... 21

BAB III PENUTUP..................................................................................... 22

3.1. Kesimpulan............................................................................. 22

3.2. Saran....................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA

3

Page 4: REFERAT  HERPES ZOSTER REVISI.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Herpes zoster oftalmikus adalah infeksi virus herpes zoster yang menyerang

bagian ganglion gasseri  yang menerima serabut saraf dari cabang oftalmikus

saraf trigeminus (N.V) yang ditandai dengan erupsi herpetik unilateral pada

kulit.1 Insidensi herpers zoster terjadi pada 20 % populasi dunia dan 10 %

diantaranya adalah herpes zoster oftalmikus.2 Penyakit ini cukup berbahaya

karena dapat menimbulkan penurunan visus. Virus Varicella Zoster dapat

laten pada sel syaraf tubuh dan pada frekuensi yang kecil di sel non-neuronal

satelit dari akar dorsal, berhubung dengan saraf tengkorak dan saraf

autonomic ganglion, tanpa menyebabkan gejala apapun. Infeksi herpes zoster

biasanya terjadi pada pasien usia tua dimana specific cell mediated immunity

pada umumnya menurun seiring dengan bertambahnya usia atau pasien yang

mengalami penurunan sistem imun seluler. Morbiditas kebanyakan terjadi

pada individu dengan imunosupresi (HIV/AIDS), pasien yang mendapat terapi

dengan imunosupresif dan pada usia tua.3 Herpes zoster oftalmik merupakan

bentuk manifestasi lanjut setelah serangan varicella. Virus ini dapat

menyerang saraf cranial V. Pada nervus trigeminus, bila yang terserang antara

pons dan ganglion gasseri, maka akan terjadi gangguan pada ketiga cabang

nervus V (cabang oftalmik, maksilar, mandibular) akan tetapi yang biasa

terkena adalah ganglion gasseri dan yang terganggu adalah cabang oftalmik.

Bila cabang oftalmik yang terkena, maka terjadi pembengkakan kulit di daerah

dahi, alis, dan kelopak mata disertai kemerahan yang dapat disertai vesikel,

dapat mengalami supurasi, yang bila pecah akan menimbulkan sikatriks. 4 Bila

4

Page 5: REFERAT  HERPES ZOSTER REVISI.doc

cabang nasosiliar yang terkena, kemungkinan komplikasi pada mata sekitar 76

%. Jika saraf ini tidak terkena maka resiko komplikasi pada mata hanya sekitar

3,4%. Virus herpes zoster bisa dorman atau menetap (laten) pada ganglion

N.V dan reaktivasinya didahului oleh gejala prodormal seperti demam,

malaise, sakit kepala dan nyeri pada daerah saraf yang terkena tapi

sebelumnya terbentuk lesi kulit. Kulit kelopak mata dan sekitarnya berwarna

merah dan bengkak diikuti terbentuknya vesikel, kemudian menjadi pustul

lalu pecah menjadi krusta. Jika krusta lepas akan meninggalkan jaringan

sikatrik.5 Penatalaksanaan infeksi akut herpes zoster oftalmikus yaitu antivirus,

kortikosteroid sistemik, antidepresan, dan analgesic yang adekuat. Jika terjadi

komplikasi mata seperti keratitis, iritis dan iridosiklitis dapat diberikan steroid

topical dan siklopegik. Pengobatan akan optimal bila dimulai dalam 72 jam

dari onset ruam kulit.2

1.2 Tujuan

Tujuan penulisan referat ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam

mengikuti Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit Mata Fakultas

Kedokteran Universitas Yarsi.

1.3 Manfaat

Manfaat penulisan referat ini adalah untuk menambah wawasan dan

pengetahuan tentang penyakit herpes zoster oftalmikus.

5

Page 6: REFERAT  HERPES ZOSTER REVISI.doc

BAB II

PEMBAHASAN

HERPES ZOSTER OFTALMIKUS

2.1. Etiologi

Herpes zoster disebabkan oleh Varisela Zoster Virus (VZV). VZV

mempunyai kapsid yang tersusun dari 162 sub unit protein dan berbentuk

simetri isohedral dengan diameter 100 nm. Virion lengkapnya berdiameter

150-200 nm, dan hanya virion yang berselubung yang bersifat infeksius.

Infeksiositas virus ini dengan cepat dapat dihancurkan oleh bahan organik,

deterjen, enzim proteolitik, panas, dan lingkungan dengan pH yang tinggi.

HZO merupakan reaktivasi dari VZV di N.V divisi oftalmik (N.V1).5

2.2. Epidemiologi

Lebih dari 90% dari dewasa di Amerika Serikat mempunyai bukti

serologik mengenai infeksi VZV dan merupakan resiko untuk HZ. Laporan

tahunan insidens HZ bervariasi daripada 1.5 – 3.4 kasus per 1000 orang. 6,7

Faktor resiko untuk perkembangan HZ ini ialah kekebalan imun sistem yang

rendah berasosiasi juga dengan proses penuaan yang normal. Bagaimanapun,

insidens ini terjadi pada individu berusia di atas 75 tahun rata – ratanya iaitu

10 kasus per 1000 orang. 6,7

HZO khas mempengaruhi 10-20 % populasi. HZO biasanya

berpengaruh pada usia tua dengan meningkatnya pertambahan usia. Dari data

insiden terjadinya HZO pada populasi Caucasian adalah 131 : 100.000.9

Populasi American-Afrika mempunyai insiden 50 % dari Caucasian. Alasan

6

Page 7: REFERAT  HERPES ZOSTER REVISI.doc

untuk perbedaan ini tidak sepenuhnya dipahami. Kebanyakan kasus HZO

disebabkan reaktivasi dari virus laten.

Lebih dari 90 % dewasa di Amerika terbukti mempunyai serologi yang

terinfeksi VZV. Dari hasil tahunan, insiden dari herpes zoster bervariasi, dari

1,5 – 3, 4 kasus per 1000 orang. Faktor resiko dari perkembangan oleh herpes

zoster adalah menyusutnya sel mediated dari sistem imun yang berhubungan

dengan perkembangan usia. Insiden HZO pada usia 75 tahun ke atas melebihi

10 kasus per 1.000 orang per tahun, dan risiko seumur hidup diperkirakan 10-

20 %.10

Faktor risiko lain untuk herpes zoster diperoleh dari hambatan respon

sel mediated imun, seperti pada pasien dengan obat imunosupresif dan HIV,

dan yang lebih spesifik dengan AIDS. Pada kenyataannya, risiko relatif dari

herper zoster sedikitnya 15x lebih besar dengan HIV dibandingkan tanpa HIV.

HZO terdapat 10-25 % dari semua kasus herpes zoster. Resiko komplikasi

oftalmik pada pasien herpes zoster tidak terlihat berhubungan dengan umur,

jenis kelamin, atau keganasan dari ruam kulit.10

2.3. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi timbulnya herpes zoster oftalmikus ini adalah :

a. Kondisi imunocompromise (penurunan imunitas sel T)

- Usia tua

- HIV

- Kanker

- Kemoterapi

b. Faktor reaktivasi

- Trauma lokal

- Demam

- Sinar UV

- Udara dingin

7

Page 8: REFERAT  HERPES ZOSTER REVISI.doc

- Penyakit sistemik

- Menstruasi

- Stres dan emosi

2.4. Patogenesis

Penyebab penyakit herpes zoster oftalmika adalah Virus Varicella-

Zoster. Periode inkubasi Varicella-zoster sampai menimbulkan penyakit yang

khas adalah 10-21 hari. Varicella-Zoster masuk ke dalam tubuh manusia

melalui mukosa saluran napas bagian atas, orofaring atau konjungtiva. Siklus

replikasi virus pertama terjadi pada hari ke 2-4 yang berlokasi pada nodus

limfe regional yang kemudian diikuti penyebaran virus dalam jumlah yang

sedikit melalui darah dan kelenjar limfe yang menyebabkan terjadinya viremia

primer (biasanya terjadi pada hari ke 4-6 setelah infeksi pertama). Pada

sebagian besar penderita yang terinfeksi, replikasi virus tersebut dapat

mengalahkan mekanisme pertahanan tubuh sehingga akan berlanjut pada

siklus replikasi viru kedua yang terjadi di hepar dan limpa, yang

mengakibatkan terjadinya viremia sekunder. Pada fase ini, partikel virus akan

menyebar ke seluruh tubuh dan mencapai epidermis pada hari ke 14-16, yang

menyebabkan timbul lesi kulit yang khas.11,12

Kerusakan jaringan yang terlihat pada wajah disebabkan oleh infeksi

yang menghasilkan inflamasi kronik dan iskemik pembuluh darah pada

cabang N. V. Hal ini terjadi sebagai respon langsung terhadap invasi virus

pada berbagai jaringan. Walaupun sulit dimengerti, penyebaran dermatom

pada N. V dan daerah torak paling banyak terkena.6,7

Tanda-tanda dan gejala HZO terjadi ketika N.V1 diserang virus, dan

akhirnya akan mengakibatkan ruam, vesikel pada ujung hidung (dikenal

sebagai tanda Hutchinson), yang merupakan indikasi untuk resiko lebih tinggi

terkena gannguan penglihatan. Dalam suatu studi, 76% pasien dengan tanda

Hutchinson mempunyai gangguan penglihatan.

8

Page 9: REFERAT  HERPES ZOSTER REVISI.doc

Pada herpes zoster oftalmika, patogenesisnya belum sepenuhnya

diketahui. Selama terjadinya varisela, Virus Varicella-Zoster berpindah tempat

dari lesi kulit dan permukaan mukosa ke ujung syaraf sensorik dan

ditransportasikan secara centripetal melalui serabut syaraf sensorik ke

ganglion sensoris. Pada ganglion tersebut terjadi infeksi laten (dorman),

dimana virus tersebut tidak lagi menular dan tidak bermultiplikasi, tetapi tetap

mempunyai kemampuan untuk berubah menjadi infeksius apabila terjadi

reaktivasi virus. Reaktivasi virus tersebut dapat diakibatkan oleh suatu

keadaan yang menurunkan imunitas seluler sehingga virus kembali

bermultiplikasi menyebabkan peradangan dan merusak ganglion sensoris.

Kemudian virus akan menyebar ke sumsum tulang serta batang otak, jika

mengenai N.trigeminus dapat menyebar ke N. oftalmikus melalui serabut

syaraf sensoris sehingga menyebabkan timbulnya manifestasi klinis.11,12

Gambar 1. Tanda Hutchinson.

Gambar dikutip dari C. Stephen Foster, MD, Massachusetts Eye Research and Surgery

Institute, Harvard Medical School.

Mekanisme dari keterlibatan okular adalah sebagai berikut :

1. Infeksi virus langsung dapat menyebabkan konjungtivitis dan keratitis

epitelial

9

Page 10: REFERAT  HERPES ZOSTER REVISI.doc

2. Infeksi sekunder dan vaskulitis oklusif dapat menyebabkan episkleritis,

skleritis, keratitis, uveitis, neuritis optik, dan kelumpuhan saraf kranial.

Inflamasi dan kerusakan nervus perifer dan ganglia sentral, atau

pemrosesan sinyal yang diubah dalam SSP mungkin bertanggung

jawab untuk postherpetic neuralgia.

3. Reaktivasi menyebabkan nekrosis dan peradangan pada ganglia

sensoris yang terkena, menyebabkan anestesi kornea yang dapat

mengakibatkan keratitis neurotropik.13

2.5. Manifestasi Klinis

Adapun manifestasi klinis HZO ini, antara lain:

a. Prodormal (didahului ruam sampai beberapa hari)13

Gejala-gejala prodormal terjadi pada 5 % penderita, terutama pada anak-

anak, dan timbul 1 - 2 hari sebelum terjadi erupsi.

- Nyeri lateral sampai mengenai mata

- Demam

- Malaise

- Sakit kepala

- Kuduk terasa kaku

b. Dermatitis

c. Nyeri mata

d. Lakrimasi

e. Perubahan visual

f. Mata merah unilateral

10

Page 11: REFERAT  HERPES ZOSTER REVISI.doc

Gambar 2. Defek epitel dan infeksi sekunder Varicella-Zoster Virus.

Gambar dikutip daripada C. Stephen Foster, MD, Massachusetts Eye Research and

Surgery Institute, Harvard Medical School.

Kelainan pada mata

Kelainan mata akut :

1. Keratitis epitelia akut

Keratitis epitel akut berkembang di lebih dari 50% dari pasien dalam

waktu 2 hari dari timbulnya ruam dan biasanya sembuh secara spontan

dalam beberapa hari. Hal ini ditandai dengan lesi dendritik yang lebih

kecil dan lebih halus dari herpes simplex dendrit, multipel, lesi vocal

dengan fluoresen atau rose Bengal. Pengobatan, jika diperlukan,

adalah dengan antivirus topikal.

2. Konjungtivitis

Konjungtivitis adalah salah satu komplikasi terbanyak pada HZO.

Pada konjungtiva sering terdapat injeksi konjungtiva dan edema, dan

kadang disertai timbulnya petechie. Ini biasanya terjadi 1 minggu.

Infeksi sekunder akibat S. aureus bisa berkembang di kemudian hari.

11

Page 12: REFERAT  HERPES ZOSTER REVISI.doc

3. Episkleritis

Episkleritis terjadi pada awal ruam dan biasanya sembuh secara

spontan. Anti inflamasi non steroid ringan dapat digunakan jika

diperlukan.

4. Skleritis dan sklerokeratitis

Skleritis dan sclerokeratitis jarang terjadi dan dapat berkembang pada

akhir minggu pertama. Pengobatan lesi adalah dengan flurbiprofen oral

(Froben) 100mg. Kadang-kadang, steroid oral dengan antivirus

mungkin diperlukan untuk keterlibatan parah

5. Keratitis numularis

Keratitis numular biasanya berkembang di lokasi lesi epitel sekitar 10

hari setelah onset ruam. Hal ini ditandai dengan deposit subepitel

granular halus dikelilingi oleh lingkaran stroma kabut. Lesi memudar

jika diberikan steroid topikal tetapi kambuh jika pengobatan dihentikan

secara prematur

6. Keratitis stromal (intersisial)

Keratitis stroma berkembang pada sekitar 5% kasus, terjadi tiga

minggu setelah timbulnya ruam.

7. Keratitis Diciform

Keratitis disciform kurang umum daripada dengan herpes simpleks

infeksi, tetapi dapat menyebabkan dekompensasi kornea. Pengobatan

dengan steroid topikal

8. Uveitis anterior

Uveitis anterior mempengaruhi setidaknya sepertiga dari pasien dan

dapat dikaitkan dengan sektoral iris iskemia dan atrofi.

9. TIO

TIO harus dipantau sebagai elevasi umum, termasuk steroid diinduksi.

Sering menyebabkan peningkatan TIO. Tanpa perawatan yang baik

penyakit ini bisa menyebabkan glaukoma dan katarak. Derivatif

prostaglandin harus dihindari jika pengobatan diperlukan.

12

Page 13: REFERAT  HERPES ZOSTER REVISI.doc

10. Komplikasi neurologik

Komplikasi neurologis mungkin memerlukan antivirus intravena dan

steroid sistemik.

− Kelumpuhan saraf kranial yang mempengaruhi saraf ketiga (paling

umum), 4 dan 6 biasanya sembuh dalam waktu 6 bulan

− Neuritis optik jarang

− Manifestasi SSP jarang terjadi tetapi termasuk ensefalitis, arteritis

kranial, dan Syndrome Guillain Barre.13

Gambar 3. Herpes zoster oftalmika mengenai cabang nervus oftalmikus

Dikutip dari (http://medicalera.com/3/26866/komplikasi-mata-pada-herpes-

zoster#.Ul1zFlN3qus)

Kelainan mata kronik

1. Keratitis neurotropik

Neurotropik keratitis berkembang pada sekitar 50% kasus, meskipun

biasanya relatif ringan dan mengendap selama beberapa bulan.

2. Skleritis

Skleritis dapat menjadi kronis dan menyebabkan athropy scleral

13

Page 14: REFERAT  HERPES ZOSTER REVISI.doc

3. Mucous plaque keratitis

Mucous plaque keratitis berkembang pada sekitar 50% pasien, paling

sering antara 3 dan bulan ke-6. Hal ini ditandai dengan kemunculan

tiba-tiba plak mukosa tinggi yang diwarnai dengan Bengal Rose.

Pengobatan melibatkan kombinasi steroid topikal dan asetilsistein.

Setelah diobati, plak sembuh setelah beberapa bulan, meninggalkan

kabut kornea.

4. Degenerasi lipid

Degenerasi lipid dapat berkembang pada mata dengan nummular

persisten berat atau keratitis disciform.

5. Lipid-filled granulomata

Lipid-filled granulomata dapat berkembang di bawah konjungtiva

tarsal, bersama-sama dengan jaringan parut subconjunctival.

6. Sikatrik palpebra

Jaringan parut kelopak mata dapat mengakibatkan ptosis, entropion

cicatricial dan kadang-kadang ektropion, trikiasis, lid notching dan

madarosis.13

Kelainan mata relaps

Tahap lesi dapat muncul kembali beberapa tahun setelah episode akut, yang

mungkin telah sembuh, jaringan parut kelopak mata mungkin satu-satunya

petunjuk diagnostik. Reaktivasi keratitis, episkleritis, skleritis atau iritis dapat

terjadi.13

2.6. Penegakan Diagnosis

Anamnesis

- Fase prodormal pada herpes zoster oftalmikus biasanya terdapat

influenza –like illness seperti lemah, malaise, demam derajat rendah yang

mungkin berakhir sehingga 1 minggu sebelum perkembangan rash

unilateral menyelubungi daerah kepala, atas kening dan hidung (divisi

dermatome pertama daripada nervus trigeminus).5,7

14

Page 15: REFERAT  HERPES ZOSTER REVISI.doc

- Kira – kira 60% pasien mempunyai variasi derajat gejala nyeri dermatom

sebelum erupsi kemerahan. Akibatnya, makula eritematosus muncul

keliatan yang lama kelamaan akan membentuk kluster yang terdiri

daripada papula dan vesikel. Lesi ini akan membentuk pustula dan

seterusnya lisis dan membentuk krusta dalam masa 5 – 7 hari.

Pemeriksaan Fisik

- Periksa struktur eksternal/superfisial dahulu secara sistematik mengikut

urutan daripada bulu mata, kunjungtiva dan pembengkakan sklera.

- Periksa keadaan integritas motorik ekstraokular dan defisiensi lapang

pandang.8

- Lakukan pemeriksaan funduskopi dan coba untuk mengeradikasi fotofobia

untuk menetapkan kemungkinan terdapatnya iritis. Pengurangan

sensitivitas kornea dapat dilihat dengan apabila dicoba dengan serat

cotton.

- Lesi epitel kornea dapat dilihat setelah diberikan fluorescein. Defek epitel

dan ulkus kornea akan jelas terlihat dengan pemeriksaan ini.

- Pemeriksaan slit lamp seharusnya dilakukan untuk melihat sel dalam

segmen anterior dan kewujudan infiltrat stroma

- Setelah ditetes anestesi mata, ukur tekanan intraokular (tekanan normal

ialah dibawah 12 – 15 mmHg).

Pemeriksaan Laboratorium

Diagnosis laboratorium terdiri dari beberapa pemeriksaan, yaitu:6

a. Pemeriksaaan langsung secara mikroskopik

15

Page 16: REFERAT  HERPES ZOSTER REVISI.doc

- Kerokan palpebra diwarnai dengan Giemsa, untuk melihat adanya sel-

sel raksasa berinti banyak (Tzanck) yang khas dengan badan inklusi

intranukleus asidofil

b. Pemeriksaaan serologik.

- HZ dapat terjadi pada individu yang terinfeksi dengan HIV yang

kadangkala asimtomatik, pemeriksaan serologik untuk mendeteksi

retrovirus sesuai untuk pasien dengan faktor resiko untuk HZ (individu

muda daripada 50 tahun yang nonimunosupresi).

c. Isolasi dan identifikasi virus dengan teknik Polymerase Chain Reaction.

2.7. Diagnosis Banding

a. Kondisi yang memperlihatkan penampakan luar yang sama

− Herpes simplek

− Ulkus blefaritis

b. Kondisi yang menyebabkan penyebaran nyeri

− Tic Douloureux3

− Migrain

− Pseudotumor orbita

− Selulitis orbita

− Nyeri akibat sakit gigi

c. Kondisi yang menyebabkan inflamasi stromal kornea

− Epstein-Barr Virus

− Sifilis

2.8. Penatalaksanaan

Sebagian besar kasus herpes zoster dapat didiagnosis dari anamnesis

dan pemeriksaan fisik. Cara terbaru dalam mendiagnosis herpes zoster adalah

16

Page 17: REFERAT  HERPES ZOSTER REVISI.doc

dengan tes DFA (Direct Immunofluorence with Fluorescein-tagged Antibody)

dan PCR (jika ada), terbukti lebih efektif dan spesifik dalam membedakan

infeksi akibat VZV dengan HSV. Tes bisa dilanjutkan dengan kultur virus.13

Pasien dengan herpes zoster oftalmikus dapat diterapi dengan

Acyclovir (5 x 800 mg sehari) selama 7-10 hari. Penelitian menunjukkan

pemakaian Acyclovir, terutama dalam 3 hari setelah gejala muncul, dapat

mengurangi nyeri pada herpes zoster oftalmikus. Onset Acyclovir dalam 72

jam pertama menunjukkan mampu mempercepat penyembuhan lesi kulit,

menekan jumlah virus, dan mengurangi kemungkinan terjadinya dendritis,

stromal keratitis, serta uveitis anterior.13

Terapi lain dengan menggunakan Valacyclovir yang memiliki

bioavaibilitas yang lebih tinggi, menunjukkan efektivitas yang sama terhadap

herpes zoster oftalmikus pada dosis 3 x 1000 mg sehari. Pemakaian

Valacyclovir dalam 7 hari menunjukkan mampu mencegah komplikasi herpes

zoster oftalmikus, seperti konjungtivitis, keratitis, dan nyeri. Pada pasien

imunocompromise dapat digunakan Valacyclovir intravena. Untuk

mengurangi nyeri akut pada pasien herpes zoster oftalmikus dapat digunakan

analgetik oral.13,14

Untuk mengobati berbagai komplikasi yang ditimbulkan oleh herpes

zoster oftalmikus disesuaikan dengan gejala yang ditimbulkan. Pada

blefarokonjungtivitis, untuk blefaritis dan konjungtivitisnya, diterapi secara

paliatif, yaitu dengan kompres dingin dan topikal lubrikasi, serta pada indikasi

infeksi sekunder oleh bakteri (biasanya S. aureus). Pada keratitis, jika hanya

mengenai epitel bisa didebridemant, jika mengenai stromal dapat digunakan

topikal steroid, pada neurotropik keratitis diterapi dengan lubrikasi topikal,

serta dapat digunakan antibiotik jika terdapat infeksi sekunder bakteri.9

Untuk neuralgia pasca herpetik obat yang direkomendasikan di

antaranya Gabapentin dosisnya 1,800 mg - 2,400 mg sehari. Hari pertama

dosisnya 300 mg sehari diberikan sebelum tidur, setiap 3 hari dosis dinaikkan

300 mg sehari sehingga mencapai 1,800 mg sehari.10

17

Page 18: REFERAT  HERPES ZOSTER REVISI.doc

Antibiotik sebaiknya digunakan jika terdapat infeksi bakterial.

Antibiotik pada kasus ini ialah ampicillin dan tetes mata gentamisin,

merupakan antibakteri spektrum luas. Isprinol yang diberikan oleh spesialis

kulit pada penderita di atas termasuk obat imunomodulator yang bekerja

memperbaiki sistem imun.

Vitamin neurotropik berupa neurodex digunakan sebagai vitamin

untuk saraf. Pada umumnya direkomendasikan pemberian NSAID topikal 4

kali sehari dan ibuprofen sebagai analgetik oral. Ahli THT memberikan obat

kumur tantum verde yang berisi benzydamine hydrochloride,8 merupakan anti

inflamasi non steroid lokal pada mulut dan tengggorokan. Penderita di atas

juga mendapatkan antioksidan berupa asthin force dari ahli penyakit dalam

untuk perlindungan kesehatan kulit.

Sindrom Ramsay Hunt dapat diberikan Prednison dengan dosis 3 x 20

mg sehari, setelah seminggu dosis diturunkan secara bertahap. Dengan dosis

prednison setinggi itu imunitas akan tertekan sehingga lebih baik digabung

dengan obat antiviral. Dikatakan kegunaannya untuk mencegah fibrosis

ganglion.8

2.9. Komplikasi

Hampir semua pasien akan pulih sempurna dalam beberapa minggu, meskipun

ada beberapa yang mengalami komplikasi. Hal ini tidak berhubungan dengan

umur dan luasnya ruam, tetapi bergantung pada daya tahan tubuh penderita.

Ini akan terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun setelah serangan awal.7

- Komplikasi mata terjadi pada 50 % kasus. Nyeri terjadi pada 93% dari

pasien tersebut, 31% nya masih ada sampai 6 bulan berikutnya. Pengaruh

itu semua, terjadi anterior uveitis pada 92% dan keratitis 52%. Pada 6

bulan, 28% mengenai mata dengan uveitis kronik, keratitis, dan ulkus

neuropatik.

- Komplikasi mata yang jarang, termasuk optik neuritis, retinitis, dan

kelumpuhan nervus kranial okuler. Ancaman ganguan penglihatan oleh

18

Page 19: REFERAT  HERPES ZOSTER REVISI.doc

keratitis neuropatik, perforasi, glaukoma sekunder, posterior skleritis,

optik neuritis, dan nekrosis retina akut.

- Komplikasi jangka panjang, bisa berhubungan dengan lemahnya sensasi

dari kornea dan fungsi motor palpebra. Ini beresiko pada ulkus neuropati

dan keratopati. Resiko jangka panjang ini juga terjadi pada pasien yang

memiliki riwayat HZO, 6-14% rekuren.

- Infeksi permanen zoster oftalmik bisa termasuk inflamasi okuler kronik

dan kehilangan penglihatan.5

Komplikasi yang dapat terjadi, yaitu :

− Myelitis. Merupakan komplikasi di luar mata yang pernah dilaporkan oleh

Gordon dan Tucker, demikian juga encephalitis dan hemiplegi walaupun

jarang ditemukan tetapi pernah dilaporkan. Hal ini diperkirakan karena

penjalaran virus ke otak.

− Konjungtiva. Pada mata komplikasi yang dapat timbul adalah kemosis

yang ada hubungannya dengan pembengkakan palpebra. Pada saat ini

biasanya disertai dengan penurunan sensibilitas kornea dan kadang-kadang

oedema kornea yang ringan. Dapat juga timbul vesikel-vesikel di

conjunctiva tetapi jarang terjadi ulserasi. Pernah dilaporkan adanya

kanaliculitis yang ada hubungannya dengan zoster.

− Kornea. Bila comea terkena maka akan timbul infiltrat yang berbentuk

tidak khas dengan batas yang tidak tegas , tetapi kadang-kadang

infiltratnya dapat menyerupai herpes simplex. Proses yang terjadi pada

dasamya berupa keratitis profunda yang bersifat khronis dan dapat

bertahan beberapa minggu setelah kelainan kulit sembuh. Akibat

kekeruhan kornea yang terjadi maka visus akan menurun.

− Iris. Adanya laesi diujung hidung sangat penting untuk diperhatikan

karena kemungkinan besar iris akan ikut terkena mengingat n. nasociliaris

merupakan cabang dari n.ophthalmicus yang juga menginervasi daerah

iris, corpus ciliaze dan cornea. Iritis/iridocyclitis dapat merupakan

19

Page 20: REFERAT  HERPES ZOSTER REVISI.doc

penjalaran dari keratitis ataupun berdiri sendiri. Iritis biasanya

ringan,jarang menimbulkan eksudat, pada yang berat kadang-kadang

disertai dengan hypopion atau secundair glaucoma. Akibat dari iritis ini

sering timbul sequele berupa iris atropi yang biasanya sektoral. Pada

beberapa kasus dapat disertai massive iris atropi dengan kerusakan

sphincter pupillae.

− Sklera. Skleritis merupakan komplikasi yang jarang ditemukan, biasanya

merupakan lanjutan dari iridocyclitis. Pada sclera akan terlihat nodulus

dengan injeksi lokal yang dapat timbul beberapa bulan sesudah

sembuhnya laesi di kulit. Nodulusnya bersifat khronis, dapat bertahan

beberapa bulan, bila sembuh akan meninggalkan sikatrik dengan

hyperpigmentasi. Skleritis ini dapat kambuh lagi.

− Ocular palsy. Dapat timbul bila mengenai N III, N IV, N V1, N III dan N

IV dapat sekaligus terkena. Pernah pula dilaporkan timbulnya

ophthalmoplegi totalis dua bulan setelah menderita herpes zoster

ophthalmicus. Paralyse dari otot-otot extra-oculer ini mungkin karena

perluasan peradangan dari N Trigeminus di daerah sinus cavemosus.

Timbulnya paralyse biasanya dua sampai tiga minggu setelah gejala

permulaan dari zoster dirasakan, walaupun ada juga yang timbul

sebelumnya. Prognosa otot-otot yang paralyse pada umumnya baik dan

akan kembali normal kira-kira dua bulan kemudian.

− Retina. Kelainan retina yang ada hubungannya dengan zoster jarang

ditemukan. Kelainan tersebut berupa choroiditis dan perdarahan retina,

yang umumnya disebabkan adanya retinal vasculitis.

− Neuritis optik. Neuritis optik juga jarang ditemukan; tetapi bila ada dapat

menyebabkan kebutaan karena timbulnya atropi n. opticus. Gejalanya

berupa skotoma sentral yang dalam beberapa minggu akan terjadi

penurunan visus sampai menjadi buta. 3,8,10

2.10. Pencegahan

20

Page 21: REFERAT  HERPES ZOSTER REVISI.doc

Tindakan preventif yang harus dilakukan penderita ialah tidak

mengusap-usap mata, menyentuh lesi kulit, dan menggaruk luka untuk

menghindari penyebaran gejala. Bagi orang sekitar hendaknya menghindari

kontak langsung dengan penderita terutama anak-anak. Obat-obatan antiviral

seperti asiklovir, valasiklovir, dan famsiklovir merupakan terapi utama yang

lebih efektif dalam mencegah keterlibatan okuler terutama jika obat diberikan

tiga hari pertama munculnya gejala. Berdasarkan rekomendasi dari National

Guidelines Clearinghouse, dosis asiklovir oral untuk dewasa ialah 800 mg 5

kali sehari selama 7 sampai 10 hari.8 Sedangkan antiviral topikal tidak

dianjurkan karena tidak efektif. Antiviral digunakan untuk mempercepat

resolusi lesi kulit, mencegah replikasi virus, dan menurunkan insiden keratitis

stroma dan uveitis anterior.

2.11. Prognosis

Umumnya baik, pada herpes zoster oftalmikus prognosis bergantung

pada tindakan perawatan secara dini. Prognosis dari segi visus penderita baik

karena asiklovir dapat mencegah penyakit-penyakit mata yang menurunkan

visus. Kesembuhan penyakit ini umunya baik pada dewasa dan anak-anak

dengan perawatan secara dini. Prognosis ke arah fungsi vital diperkirakan ke

arah baik dengan pencegahan paralisis motorik dan menghindari komplikasi

ke mata sampai kehilangan penglihatan. Prognosis kosmetikam pada mata

penderita tersebut baik karena bengkak dan merah pada mata dapat hilang.

Pada kulit dapat menimbulkan makula hiperpigmentasi atau sikatrik.7,8

BAB III

PENUTUPAN

3.1. Kesimpulan

21

Page 22: REFERAT  HERPES ZOSTER REVISI.doc

Herpes zoster oftalmikus adalah infeksi virus herpes zoster yang

menyerang bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf dari

cabang oftalmikus saraf trigeminus (N.V) yang ditandai dengan erupsi

herpetik unilateral pada kulit.

Herpes zoster oftalmik merupakan bentuk manifestasi lanjut setelah

serangan varicella.Virus ini dapat menyerang saraf cranial V. Pada nervus

trigeminus, bila yang terserang antara pons dan ganglion gasseri, maka

akan terjadi gangguan pada ketiga cabang nervus V (cabang oftalmik,

maksilar, mandibular) akan tetapi yang biasa terkena adalah ganglion

gasseri dan yang terganggu adalah cabang oftalmik.

Manifestasi herpes zoster oftalmikus antara lain sakit mata, mata

merah, penurunan visus dan mata berair. Penegakan diagnosis sebagian

besar dilihat dari manifestasi nyeri dan gambaran ruam dermatom serta

adanya riwayat menderita cacar air. Penatalaksanaan infeksi akut herpes

zoster oftalmikus yaitu antivirus, kortikosteroid sistemik, antidepresan,

dan analgesic yang adekuat. Jika terjadi komplikasi mata seperti keratitis,

iritis dan iridosiklitis dapat diberikan steroid topical dan siklopegik.

Pengobatan akan optimal bila dimulai dalam 72 jam dari onset ruam kulit.

3.2. Saran

Sebagai dokter muda, yang terpenting adalah kita mampu

menganalisis dan mengolah setiap kasus yang akan kita dapat di Rumah

Sakit. Pendekatan terbaik adalah dengan kita mempelajari kasus herpes

zoster oftalmikus dan untuk melakukannya itu semua tergantung etika dan

moral kita sebagai seorang dokter.

22

Page 23: REFERAT  HERPES ZOSTER REVISI.doc

DAFTAR PUSTAKA

1. Herpes zoster from http://www.emedicine.com/oph[disc257.htm,2006

2. Herpes zoster from www.optometry.co.uk

3. Ilyas, Sidarta. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, 2000.

4. American Academy of Ophtalmology. External cornea and disease. Section 8.

2005-2006.

5. Vaughan. Oftamologi Umum.Edisi 17. Jakarta: EGC. 2014.

6. Suwarji H. Infeksi viral dan strategi pengobatan anti viral pada penyakit mata.

Diakses dari http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/08InfeksiViral087.pdf .

Oktober 2006.

7. Moses S. Herpes zoster ophtalmicus. Diakses dari www.fpnotebook.com.

January 13, 2008.

8. Gurwood AS. Herpes zoster ophthalmicus. Diakses dari

www.optometry.co.uk. November 16, 2001.

9. Maria M Diaz. Herpes zoster ophthalmicus. Diakses dari

http://emedicine.medscape.com/article . Disember 10 , 2009.

10. Web MD. Herpes of the eye. Diakses dari

http://www.medicinenet.com/herpeseye/. November 2009.

11. Shaikh S. Evaluation and management of herpes zoster. Diakses dari:

www.aafp.org. November 1, 2002.

12. Jawetz at all. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 23. Jakarta : EGC ; 2008. Hal.

458-450.

13. Kansky, Jack J. Clinical Opthalmology : a systemic approach. 7th ed. Elsevier.

2011

23

Page 24: REFERAT  HERPES ZOSTER REVISI.doc

14. Gerstenblith, Adam T. The Wills Eye Manual. 6th ed. Lippincott Williams and

Wilkins. 2012

24