Referat forensik
-
Upload
che-ainil-zainodin -
Category
Documents
-
view
220 -
download
5
description
Transcript of Referat forensik
ASPEK MEDIKOLEGAL REKAYASA GENETIK
a. Pendahuluan
Genetik adalah ilmu tentang keturunan yang mempelajari berbagai
problematika manusia seperti kesehatannya, cacat lahirnya jasmani maupun
mental, pewarisan ciri–ciri dan kelainan bawaan, bahkan sampai merekayasanya.1
Dalam arti paling luas, rekayasa genetik merupakan modifikasi genetik
untuk kepentingan manusia akan tetapi para ilmuwan sekarang lebih bersepakat
dengan batasan yang lebih sempit, yaitu penerapan teknik-teknik genetik
molekuler untuk mengubah susunan genetik dalam kromosom atau mengubah
sistem ekspresi genetik yang diarahkan pada kemanfaatan tertentu.2
Dalam beberapa dekade terakhir, perkembangan teknologi dan biomedis
telah membuka jalan untuk potensi keuntungan yang sangat besar bagi
pengobatan dan bagi manusia pada umumnya. Seiring dengan perkembangan ini,
telah muncul juga banyak isu etik dan legal yang pada awalnya tidak terpikirkan.
Pemanfaatan rekayasa genetik kini tidak hanya terhadap hewan maupun tumbuhan
tetapi juga pada manusia. Salah satu perkembangan teknologi yang cukup banyak
memgandung isu etik dan legal didalamnya adalah teknologi dalam bidang
reproduksi misalnya proses bayi tabung.1,2
Pada dasarnya upaya untuk mendapatkan suatu produk yang diinginkan
melibatkan beberapa metode tertentu seperti in vitro fertilization, kloning dan
DNA rekombinan. Namun, di dalam referat ini penulis cuma akan membahas
aspek medikolegal pada rekayasa genetik metode kloning.3
Kloning manusia merupakan topik sains fiksi selama ratusan tahun, dan
menjadi nyata dengan kemunculan Dolly, sebuah domba kloning pada tahun
1997. Kloning sejak awal menyebabkan perdebatan dan kontroversi di seluruh
dunia dan terkait dengan banyak isu medikolegal, etik dan isu sosial.4
1
b. Pengertian Rekayasa Genetik
Rekayasa genetik adalah manipulasi kimiawi terhadap informasi genetik
yang ada pada hewan, tumbuhan dan manusia yang menyebabkan terjadinya
perubahan biologis pada sel dan struktur organik. Informasi genetik tersimpan
dalam nukleus setiap benda hidup dan gen yang mengandung informasi ini
disusun sepanjang struktur fibrotik yang dikenal sebagai kromosom.2,3
Rekayasa genetik dapat dilakukan dengan 2 cara, bergantung dari jenis
selnya. Ketika sel yang hendak direkayasa adalah sel somatik, maka perubahan
hanya akan terjadi pada individu yang bersangkutan dan tidak dapat diturunkan.
Ketika sel yang hendak direkayasa adalah sel germinal (sperma atau ovum) maka
perubahan tidak hanya terjadi pada individu yang bersangkutan tetapi juga pada
keturunannya.3
Kloning
Klon berarti satu atau sekelompok sel, organisme atau tanaman yang identik
secara genetik diperoleh secara reproduksi vegetatif dari single parent.3
Kata "klon" berasal dari kata Yunani untuk mengambil pemotongan dari
tanaman. Para ilmuwan secara tradisional menggunakan istilah "kloning" untuk
menggambarkan proses menduplikasi bahan biologis. Dalam istilah sederhana,
kloning manusia adalah proses memproduksi manusia identik secara genetik.
Dalam istilah biologi, kloning manusia didefinisikan sebagai "replikasi aseksual
dari genom yang ada atau individu, atau replika dari urutan DNA, seperti gen,
yang dihasilkan oleh rekayasa genetika".4
Kloning merupakan teknologi yang memungkinkan makhluk hidup
memberikan keturunan yang memiliki sifat yang persis dengan dirinya. Nukleus
sel akan bereplikasi merupakan hasil operasi mikro terhadap nukleus dari sel
ovum. Sel yang dimodifikasi kemudian membelah dan tumbuh guna
menghasilkan salinan dari organisme original. Melalui kloning, ada kemungkinan
untuk menciptakan organisme eugenik yang memiliki karakteristik yang persis
sama dengan induknya. 4
2
c. Pandangan terhadap rekayasa genetika pada manusia
Rekayasa genetika adalah kontroversial dan subjek yang rumit,karena ada
keprihatinan tentang manfaat dan risiko terhadap lingkungan dan kesehatan
manusia, tetapi ada juga kekhawatiran tentang apakah itu hak untuk memodifikasi
genetik organisme di tempat pertama. Rekayasa genetika memungkinkan ilmuwan
untuk mengganggu proses evolusi alami,dan dengan sepenuhnya mengubah
organisme. Rekayasa genetika dipandang oleh banyak orang sebagai”bermain
Tuhan” atau menempatkan orang-orang di tempat Sang Pencipta, karena
memberikan kepada beberapa orang yang kemampuan untuk mengubah dunia
alam sepenuhnya. Oleh modifikasi genetik organisme, ilmuwan mengasumsikan
bahwa ilmu ini sangat baru yang lebih baik untuk mengisi dunia daripada Tuhan
atau Pencipta lainnya, termasuk evolusi alami dan seleksi alam. Kelompok agama
mungkin memiliki alasan khusus untuk keberatan terhadap rekayasa genetik.
Sebagai contoh, Muslim akan keberatan dengan gen babi yang dimasukkan ke
sayuran dan buah-buahan, terutama jika dimodifikasi produk tidak jelas diberi
label sebagai mengandung babi gen. Vegetarian pasti akan keberatan dengan
hewan gen yang dimasukkan dalam buah-buahan dan sayuran, karena mereka
tidak bisa lagi makan produk mereka jika mereka merasa kuat tentang tidak
makandaging. Manusia memodifikasi dunia dengan cara yang tidak akan terjadi
secara alami. Selain atas isu-isu, ada kekhawatiran tentang melanggar hak asasi
manusia, dan juga tentang apakah genetik rekayasa jauh berbeda dari yang sangat
tua praktek pembiakan selektif.2,5,6
d. Argument dan asumsi alam
Dengan mempertimbangkan luasnya bidang rekayasa genetik dan berbagai
implikasinya terhadap identitas manusia dan pribadi,maka berfokus pembahasan
ini berfokus pada kemungkinan modifikasi genetik pada manusia. Selain
itu,dikatakan bahwa modifikasi genetik mempengaruhi bukan hanya sel-sel
somatik dari individu-individu yang diobati tetapi juga sel-sel germinal, dan
bahwa modifikasi ini, akan diturunkan ke generasi berikutnya.7
3
e. Aspek Medikolegal
Pemanfaatan rekayasa genetik pada manusia sudah menjadi perdebatan di
seluruh dunia. Pada tahun 2005, United Nations Declaration on Human Cloning
mendeklarasikan hal sebagai berikut:8
(a) Member States are called upon to adopt all measures necessary to protect
adequately human life in the application of life sciences
(Negara anggota yang terpanggil untuk mengadopsi segala aturan yang
layak dalam aplikasi ilmu sains untuk melindungi kehidupan manusia) 8
(b) Member States are called upon to prohibit all forms of human cloning
inasmuch as they are incompatible with human dignity and the protection of
human life 8
(Negara anggota terpanggil untuk menghindari segala bentuk kloning
manusia karena tidak sesuai dengan takdir manusia dan perlindungan
kehidupan manusia) 8
(c) Member States are further called upon to adopt the measures necessary to
prohibit the application of genetic engineering techniques that may be
contrary to human dignity
(Negara anggota terpanggi; untuk mengadopsi segala aturan yang melarang
aplikasi teknik rekayasa genetik yang bertentangan dengan takdir manusia) 8
(d) Member States are called upon to take measures to prevent the exploitation
of women in the application of life sciences
(Negara anggota terpanggil untuk menghindari segala bentuk eksploitasi
wanita dalam aplikasi ilmu sains) 8
(e) Member States are also called upon to adopt and implement without delay
national legislation to bring into effect paragraphs (a) to (d)
(Negara anggota juga terpanggil untuk mengadopsi dan tidak menunda
penerapan legislasi nasional guna membawa efek seperti pada poin a hingga
d) 8
(f) Member States are further called upon, in their financing of medical
research, including of life sciences, to take into account the pressing global
4
issues such as HIV/AIDS, tuberculosis and malaria, which affect in
particular the developing countries.
(Negara anggota juga terpanggil, dalam pendanaan penelitian medis
termasuk sains kehidupan, untuk penanganan masalah global seperti
HIV/AIDS, tuberkulosis, dan malaria yang mana terjadi di beberapa negara
berkembang. 8
f. Peraturan Di Beberapa Negara Mengenai Rekayasa Genetika Pada Manusia
Indonesia
Di Indonesia, perihal kloning tidak dijelaskan dengan terperinci. Dalam
Undang-Undang No. 23/1992 tentang Penyidikan, pada pasal 81
disebutkan, barang siapa dengan sengaja menyelenggarakan penelitian
dan atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan pada
manusia tanpa memperhatikan kesehatan dan keselamatan yang
bersangkutan serta norma yang berlaku dalam masyarakat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 69 ayat (2) dan ayat (3); dipidana dengan pidana
penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau pidana denda paling banyak
Rp 140.000.000,00 (seratus empat puluh juta rupiah).9
Malaysia
Pada tahun 2002 sebuah konferensi publik nasional yang diselenggarakan
oleh Kementerian Luar Negeri di Institut Strategis dan Studi Internasional
dari Malaysia diadakan di Kuala Lumpur untuk membahas tentang kloning
manusia dan untuk merumuskan posisi Malaysia di negosiasi United
Nations. Di Malaysia, otoritas keagamaan tertinggi, Dewan Fatwa
Nasional, mendukung penelitian sel induk embrio berdasarkan sabda Nabi
Muhammad bahwa sebelum 120 hari embrio belum diresapi dengan jiwa.10
India
5
Status Kloning di India memungkinkan eksperimen dengan penelitian sel
induk. Di India terminasi kehamilan diizinkan di bawah Undang-Undang
MTP 1971. Hasil jaringan janin tersebut, yang tersedia secara bebas di
Klinik MTP dan rumah sakit dapat dimanfaatkan untuk tujuan penelitian.
Terminasi kehamilan untuk mendapatkan janin untuk penelitian sel induk
atau untuk transplantasi tidak diizinkan. Dan tidak diperbolehkan mencipta
embrio semata-mata untuk mendapatkan sel stemnya. Di India, hanya
penelitian program dan bukan transplantasi terapi diperbolehkan saat ini.4
Australia
Pemerintah Australia telah melarang terapi germline,dan menjadikannya
sebagai subjek pelanggaran untuk sanksi pidana di bawah Larangan
Kloning Manusia (UU Pasal 18). apa saja "Embrio manusia yang
mengandung sel manusia (dalam arti Pasal 18) yang genom telah diubah
sedemikian rupa perubahan yang diwariskan oleh manusia yang telah
diubah dianggap sebagai suatu larangan yang di atur dalam UU yang
sama (Pasal 22).11
Kanada
Menurut UU dalam Menghormati Assistensi mengenai Reproduksi
Manusia dan Penelitian Terkait pada 2004, perubahan genetik germline
dilarang dan disetujui oleh klausul pidana dan Berdasarkan UU ini,
perubahan genetik germline didefinisikan sebagai "mengubah DNA
manusia,sperma, telur, atau embrio sehingga perubahan dapat ditularkan
kepada anak-anak orang tersebut dan semua generasi untuk mengikuti.
Undang-undang Kanada melindungi dan melestarikan
"Individualitas manusia dan keragaman, dan integritas dari genom
manusia" dan karena itu diperlukan bahwa setiap orang yang mengubah,
memanipulasi, memperlakukan, atau membuat penggunaan
6
dalam embrio in vitro harus melakukannya sesuai dengan peraturan dan
memiliki lisensi. 11,12
Cina
Di Cina, sistem peraturan mengatur uji klinis pada manusia dan terapi gen
produk. Studi praklinis untuk produk terapi gen harus
mematuhi Poin ke Pertimbangan untuk Terapi Gen Manusia dan Kualitas
Produk obat. 11
Prancis
Di Perancis, UU No.94-654 yang mengatur sumbangan dan penggunaan
elemen dan produk dari tubuh manusia, reproduksi dengan bantuan medis,
dan diagnosis prenatal yang telah diubah pada tahun 2004 dengan Undang-
Undang Bioetika no.2004-800, mengatur terapi gen dan produk terapi gen.
Hukum Bioetika mendirikan Badan Biomedik Prancis, yang berada di
bawah pengawasan Menteri Kesehatan dan bertanggung jawab untuk
jaminan kualitas dan memastikan praktek etika dalam penelitian biomedis.
Pada 23 Februari 2000 ditentukan kriteria untuk otorisasi dan
pemberitahuan sehubungan dengan impor dan ekspor jaringan dan sel
yang diperoleh dari jaringan manusia dan gen dan produk terapi sel yang
digunakan untuk tujuan terapeutik. 11
Bab VI UU Bioetika mengatur terapi gen dan produk terapi gen
tertentu. Menurut hukum Perancis, produk terapi gen tidak dapat
diproduksi, dilestarikan, didistribusikan, digunakan untuk tujuan
komersial, diimpor, diekspor atau kecuali telah diperoleh otorisasi. Setiap
orang yang tidak menghormati ketentuan hukum dikenakan sanksi pidana.
Hukum Bioetika eksplisit melarang terapi germline dan menganggap
praktek eugenic sebagai kejahatan terhadap umat manusia. Selanjutnya,
dalam rangka melindungi bioteknologi intervensi, hukum Perancis
menyatakan bahwa proses modifikasi genetik manusia
identitasnya tidak dapat dipatenkan (Pasal 17). 11,13
7
Jerman
Perubahan buatan dari germline manusia dikriminalisasi oleh
Perlindungan Embrio dalam Hukum (pasal 5, par. 1). Demikian juga,
hukum menghukum siapa saja yang menggunakan atau mencoba untuk
menggunakan sel germinal manusia dengan informasi genetik artifisial
diubah untuk pembuahan (pasal 5).Pengecualian terhadap larangan ini
adalah mungkin jika perubahan garis kuman bukanlah tujuan, tetapihanya
efek samping dari pengobatan medis. 11
g. Hak Asasi Manusia dan Hak Identitas Manusia
Kerangka hukum internasional mengenai hak asasi manusia telah
"ditemukan" hak untuk identitas dan diluncurkan ke dalam arena hukum
internasional. Selain referensi eksplisit dalam Konvensi PBB tentang Hak Anak,
yang tegas mengakui hak atas identitas, yang terakhir telah berulang dipanggil
dalam kasus hukum dari Pengadilan HAM Eropa di Strasbourg (ECtHR), yaitu
melalui interpretasi yurisprudensi hak untuk menghormati kehidupan pribadi
seseorang, sebagaimana diatur dalam Pasal 8 Convention. Meskipun tidak secara
khusus disebutkan dalam salah satu artikel dari Konvensi Eropa tentang Hak
Asasi Manusia (ECHR), Pengadilan di Strasbourg telah diturunkan hak identitas
dari "hak untuk kehidupan pribadi seseorang", yang diabadikan dalam ECHR
(dengan cara yang sama untuk hak atas privasi). 7
Pendekatan baru dengan hak atas identitas pribadi didasarkan pada
eksistensial dan makna perkembangan identitas. Identitas tidak memandang
sebagai jumlah dari unsur yang berbeda, perwakilan dari identitas seseorang dan
subjek yang disalahpahami dan dipalsukan, tetapi sebagai narasi, cerita batin
individu yang setiap orang perlu untuk membangun, mengembangkan dan
menulis ulang dari waktu ke waktu untuk menentukan arti mereka. 14
Dalam Pasal 3 dari Deklarasi Internasional Human Genetik sangat
relevan, karena mengacu pada "identitas orang" yang meliputi tidak hanya
komponen genetik masing-masing individu, tetapi juga "pendidikan, faktor
lingkungan dan pribadi yang kompleks dan, ikatan sosial, spiritual dan kultural 8
emosional dengan orang lain.(human genetic) Hak Asasi Manusia (seperti
ECHR), hak asasi manusia internasional merupakan alat hukum di bidang
genetika yang mengekspos hak yang agak tidak diartikulasikan dan berhubungan
dengan identitas genetik. 7
h. Hukum Internasional Manipulasi Genetika Manusia (Peraturan Genom
Manusia)
Tujuan mendasar di balik hukum internasional tentang manipulasi genetik
manusia dan regulasi genome manusia adalah perlindungan identitas genetik dari
kedua individu manusia dan spesies manusia. Di antara konstruksi hukum yang
berbeda yang muncul untuk melindungi identitas genetik dari spesies manusia,
yang paling diakui adalah yang disebut Hak untuk Integritas Genetik dan Hak
atas Warisan Genetik Non-Modified. 7
Dalam konteks terapi gen, hak untuk integritas genetik menghambat
modifikasi dari kode genetik dari individu. Hak ini yang pada awalnya disebut
dalam 1982 Rekomendasi dari Majelis Parlemen Dewan of Eropa on Rekayasa
Genetika sebagai "hak untuk warisan genetik non-dimodifikasi". Sadar akan
bahaya yang ditimbulkan oleh "penggunaan teknik ilmiah baru untuk artifisial
merekombinasi materi genetik dari organisme hidup, disebut sebagai 'rekayasa
genetika'", Majelis Parlementer memutuskan untuk mengabadikan sebuah hak
asasi manusia yang menyangkut: "hak untuk mewarisi pola genetik yang belum
artifisial berubah ",yang terdiri dari hak-hak untuk hidup dan untuk martabat
manusia, hak ini tidak dirangkum secara absolut, karena menngkut pengecualian
untuk aplikasi terapi (terapi gen). Melalui rekomendasi itu, perlindungan dari
genom manusia dianggap sebagai langkah mendasar dalam menjamin
penghormatan atas martabat manusia di kedua aspek individu dan kolektif nya. 7,15,16
Peraturan mengenai gen manusia saat ini diatur dalam dua instrumen
internasional menganggap relevansi khusus: Deklarasi Universal tentang Genom
Manusia dan Hak Asasi Manusia (UDHGHR) dan Konvensi Oviedo Hak Asasi
Manusia dan Biomedik (Oviedo Convention). 7
9
Berdasarkan Rekomendasi tahun 1982, Konvensi Oviedo menekankan
perlindungan martabat dan identitas semua manusia (pasal 1), sehingga hanya
intervensi yang berusaha untuk memodifikasi genom manusia untuk pencegahan
tujuan, diagnostik atau terapeutik (pasal 13), sementara UDHGHR menyatakan
dalam pasal pertama bahwa genom manusia "mendasari kesatuan mendasar dari
semua anggota keluarga manusia, serta pengakuan martabat yang melekat pada
manusia dan keragaman". Kontribusi kepada kerangka hukum internasional,
dengan mendeklarasikan genom manusia sebagai Warisan umum manusia. 7,17
i. Aspek Etik (Moral)
Pada tahun 1988 Organisasi Kesehatan Dunia menegaskan bahwa kloning
untuk replikasi individu manusia secara etis tidak dapat diterima dan bertentangan
dengan martabat mansia dan integritas. Alasan yang mendasari bahwa kloning
melanggar martabat manusia adalah bahwa:18,19
Martabat erat berkaitan dengan otonomi dan Keunikan, adalah
kekhawatiran bahwa klon bersifat otonomi akan dikompromikan dan
keunikan akan hilang karena genom identik 19
Tindakan Kloning dapat terlibat sebagai niat untuk, “melanggar hak-hak
kloning di masa depan”,karena produk hasil Kloning tidak dibuat untuk
keuntungan mereka sendiri melainkan untuk kepentingan orang lain.15
Kasus etika yang paling mendasar kloning manusia adalah bahwa”manusia
tidak dibentuk dari genetiknya sendiri secara lengkap atau manusia
dibentuk dari genetic orang lain 18
Kloning adalah “Replikasi”dan bukan “Reproduksi”proses aseksual
merupakan proses yang tidak alamiah dan ditemukan hanya pada
kehidupan tingkat rendah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
kloning menurunkan martabat manusia.19
j. Aspek Religius (Agama)
10
Kebanyakan argumen utama untuk suatu larangan langsung pada kloning
manusia termasuk bahwa manusia memiliki hak untuk "lahir dengan cara manusia
dan tidak di laboratorium" dan bahwa hidup dimaksudkan untuk datang dari
Tuhan melalui hubungan antara seorang pria dan seorang wanita.4
Argumen lain termasuk yang "Kita semua memiliki hak untuk dilahirkan
melalui cinta". Ketika embrio yang dihasilkan melalui tabung uji atau piring petrie
"mereka dapat dibekukan, dituangkan ke wastafel dan diperlakukan sebagai obyek
bukan subyek dari nilai manusia yang tak terbatas." 4
Kloning menurut Kristen
Ajaran Katolik menentang proses kloning, apakah terapeutik atau
reproduksi, walaupun tujuan berbeda. Pendapat resmi dari Gereja Katolik Roma
adalah bahwa "setiap tindakan yang memungkinkan tindakan kloning manusia
adalah berniat jahat" dan tidak pernah akan dibenarkan. 4
Gereja Katolik tegas mengutuk setiap upaya yang bertujuan untuk kloning
manusia, menyebutnya sebagai tindakan tidak etis yang melanggar martabat
manusia. Dalam kritik dari kloning manusia, Gereja Katolik sebagian besar
mengacu pada argumen teologis dan etis, yang paling penting adalah
mengabaikan martabat manusia, instrumentalization umat manusia, dan
melemahnya peran keluarga. 20,21
Beberapa pemikir Katolik Roma dan Protestan telah menegaskan dan
memperkuat argumen masa lalu. Misalnya, teolog Protestan Allen Verhey
menentang argumen Paul Ramsey dan menyimpulkan bahwa kehidupan yang baik
dalam keluarga adalah yang tidak terkait dengan kloning manusia. 20
Pendapat ini sangat berbeda dengan ajaran dari kitab Injil. Menurut
Genesis 1:28, “Dan Tuhan memberkati mereka, dan Tuhan memberitahu kepada
mereka, berbuahlah dan berkembang biak”. 3
Namun, beberapa pemikir Protestan, dalam merefleksikan arti kemitraan
manusia dengan aktivitas kreatif Tuhan yang sedang berlangsung, telah
menyatakan dukungan untuk penelitian kloning yang memenuhi syarat dan untuk
membuat anak-anak menggunakan sel somatik teknik transfer inti. 20
11
Kloning menurut Yahudi
Beberapa pemikir Yahudi menyokong upaya penelitian pada pada hewan
dan bahkan pada kemungkinan kloning manusia (hanya dalam mengejar tujuan
yang layak). 20
Kloning menurut Hindu
Pandangan agama Hindu terhadap kloning manusia masih dalam
perdebatan. 4
Kloning menurut Islam
Ahli hukum Islam (Fuqua), untuk bagian mereka, melihat kloning manusia
sebagai "haram" (dilarang oleh agama), dan mereka memberi berbagai argumen
untuk menentangnya. Dalam pandangan mereka, kloning manusia adalah "haram"
untuk alasan teologis, fiqh, etika, sosial, psikologis dan ilmiah. Mereka melihat
kloning manusia sebagai sarana melemahnya keyakinan agama, mengubah ciptaan
Allah, melanggar martabat manusia, mengganggu kehidupan keluarga, dan
menyebabkan warisan dan keturunan menjadi kacau. Oleh karena itu mereka
memegang kloning bahkan untuk kebaikan hidup bersama menjadi tidak sah.22,23
Argumen teologis yang paling penting dari ulama Islam terhadap isu
kloning manusia merangkumi poin-poin berikut : 1) meragukan; 2) isu mukjizat;
3) tantangan terhadap Allah yang bersifat menciptakan; 4) melanggar tradisi
keanekaragaman; 5) membahayakan agama Islam; dan 6) bermain dengan
makhluk dengan mengubah gen mereka. Dan atas dasar hukum agama argumen
utama mereka adalah bahwa kloning 1) berakhir keperluan untuk reproduksi
seksual; 2) membingungkan garis keturunan; 3) menciptakan ketidakpastian
tentang afiliasi keluarga; 4) menyebabkan kebingungan tentang peraturan
tunjangan dan warisan; 5) menghapuskan institusi perkawinan dan keluarga; 6)
membuat membatalkan arti kebebasan; 7) memungkinkan hubungan tidak sah; 8)
mendorong homoseksualitas. 23
12
Kloning menurut Agama Lainnya
Buddha dan Hindu di sisi lain tampaknya memiliki pendekatan yang
berbeda terhadap kloning manusia. Misalnya, Korea Buddhisme melarang
pembunuhan hidup dan karena itu menerima kloning manusia untuk pasangan
tanpa anak, sementara Thervada-Buddha di Thailand menerima terapi kloning
manusia.10
DAFTAR PUSTAKA
1. Glenn LM. Ethical Issues in Genetic Engineering and Transgenics.
Actionbioscience 2013; p.1-4.
2. Carlson T. Genetic Engineering: A Question of Ethics. MDH 2000: p.1-8.
3. Harding JR. Beyond Abortion: Human Genetics and the New Eugenics.
Pepperdine Law Review 1991; 18: p.471-475, 496-500.
13
4. Kanchan T, Kumar TSM, Kumar A, Das S. Multifaceted Aspects of Human
Cloning. JK Science 2006; 8: p.125-128.
5. Kingston HM. ABC of Clinical Genetics. London: BMJ Publishing Group;
2002: p.8-13.
6. Jones DG. Genetic Privacy and The Use of Archival Human Material in
Genetic Studies – Current Perspectives. Medicolegal and Bioethics 2015; 5:
p.43-52.
7. Andrade NNG. Human Genetic Manipulation And The Right To Identity: The
Contradictions Of Human Rights Law In Regulating The Human Genome.
SCRIPTed 2010; 7: p.430-435.
8. United Nations. United Declarations on Human Cloning. General Assembly
2005; 59(280): p.1-2.
9. Presiden Republik Indonesia. Undang Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang
Kesehatan. LN 1992/100; TLN No. 3495.
10. Kasmo MA, Usman AH, Said MMM et al. The Perception of Human Cloning:
A Comparative Study Between Difference Faith in Malaysia. Review of
European Studies 2015; 7: p.178-185.
11. Isasi RM, Nguyen TM, Knoppers BM et al. National Regulatory Frameworks
Regarding Human Genetic Modification Technologies (Somatic and Germline
Modification). Canada: CRDP; 2006: p. 1-8.
12. Michaelis RC, Flanders RG, Wulff PH. A Litigator’s Guide to DNA. London:
Elsevier Inc; 2008: p. 215-219.
13. Goodwin W, Linacare A, Hadi S. An Introduction to Forensics Genetics.
England: John Wiley & Sons Ltd; 2007: p.97-100.
14. Lanphier E. Don’t Edit The Human Germ Line. Nature 2015; 519: p. 410-411.
15. Eckert WG. Introduction to Forensic Sciences. New York: CRC Press LLC;
1997: p.90-95.
16. Alexander DR. Uses and Abuses of Genetic Engineering. Postgradmedj 2014;
p.249-251.
17. Yulinar SKM, Kartika E, Wibiayu A. Pangan Produk Rekayasa Genetika dan
Pengkajian Keamanannya di Indonesia. Badan POM RI 2010; 9: p.1-5.
14
18. Gardner RJM, Sutherland GR. Chromosome Abnormalities and Genetic
Counseling. Australia: Oxford University Press; 2004: p.15-22.
19. Nemie P. The Medical Profession, Societal Demands And Developing Legal
Standards. Malayan Law Journal Articles 2014; 5: p.1-7.
20. Religious Perspective. Religion and Human Cloning: A Historical Overview.
p. 39-43.
21. Kenney NJ, McGowan ML. Egg Donation Compensation: Ethical and Legal
Challenges. Medicolegal and Bioethics 2014; 4: p.15-24.
22. Kenney NJ, McGowan ML. Egg Donation Compensation: Ethical and Legal
Challenges. Medicolegal and Bioethics 2014; 4: p.15-24.
23. Damad SMM. Human Cloning from the Viewpoint of Fiqh and Ethics.
Journal of Medical Law 2012; 1: p.25-32.
15