REFERAT FORENSIK

download REFERAT FORENSIK

of 38

description

Referat forensik

Transcript of REFERAT FORENSIK

REFERATPEMERIKSAAN DNA UNTUK IDENTIFIKASI PERSONAL

Diajukan untuk memenuhi syarat Kepaniteraan Klinik Senior Di Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD Dr.R.M DJOELHAM BINJAISUMATRA UTARA

Disusun oleh:

Dosen Pembimbing: dr.Surjit Singh, MBBS, Sp.F, DMF

RSUD Dr.R.M DJOELHAM BINJAISUMATRA UTARA2015KATA PENGANTARPuji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan referat yang berjudul Pemeriksaan DNA Untuk Identifikasi Personal, tepat pada waktunya.Referat ini disusun diajukan untuk memenuhi syarat Kepaniteraan Klinik Senior Di Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Pada kesempatan ini, penyusun juga ingin mengucapkan terima kasih kepada: dr.Surjit Singh, MBBS, Sp.F, DMF dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas referat ini.Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam referat ini, maka penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak. Penyusun sangat berharap agar referat ini bermanfaat bagi kita semua.Akhir kata, kami sebagai penyusun mengucapkan banyak terima kasih, mudah-mudahan referat ini bisa bermanfaat dan bisa menjadi ilmu pembelajaran bagi penyusun dan bagi kita semua

Semarang, 7 Juli 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................................iDaftar Isi....................................................................................................................................iiBAB 1 Pendahuluan...................................................................................................................11.1 Latar belakang.....................................................................................................................11.2 Perumusan masalah............................................................................................................21.3 Tujuan..................................................................................................................................21.4 Manfaat...............................................................................................................................3BAB 2 Tinjauan Pustaka.............................................................................................................42.1 Identifikasi personal............................................................................................................42.2 DNA.....................................................................................................................................62.2.1 Struktur DNA....................................................................................................................72.2.2 Sumber sumber pemeriksaan.....................................................................................102.2.3 Teknik forensik yang digunakan untuk identifikasi DNA................................................122.2.4 Pemeriksaan DNA untuk identifikasi personal...............................................................24BAB 3 Penutup........................................................................................................................293.1 Kesimpulan........................................................................................................................293.2 Saran.................................................................................................................................30

BAB IPENDAHULUAN1. 1 Latar BelakangAsam deoksiribonukleat , lebih dikenal dengan DNA ( deoxyribonucleic acid ) adalah sejenis asam nukleat yang tergolong biomolekul utama penyusun berat kering setiap organisme. Di dalam sel, DNA umumnya terletak di dalam inti sel. Secara garis besar, peran DNA di dalam sebuah sel adalah sebagai materi genetik, yang berarti DNA menyimpan blueprint bagi segala aktifitas sel. Ini berlaku umum bagi setiap organisme.Saat ini, pemeriksaan DNA memegang peranan penting dalam identifikasi personal. Dasar ilmiah dari pemeriksaan ini ialah bahwa setiap individu kecuali kembar identik, mempunyai DNA yang berbeda dan unik. Teknik identifikasi personal dengan menggunakan DNA tersebut dikembangkan sejak 1970 sejak ditemukannya enzim restriksi yang dapat memotong DNA menjadi beberapa fragmen pasang basa pada titik yang dikehendaki.Pada tragedi WTC, kasus bom Bali, dan pemboman JW Marriot beberapa tahun lalu, semua korban yang meninggal harus dilakukan autopsi, untuk menentukan jenis perlukaan dan kekerasan penyebabnya, pencarian penyebab dan mekanisme kematian, saat kematian dan yang tak kalah pentingnya adalah identifikasi korban. Identifikasi DNA sangat diperlukan untuk pelacakan korban meninggal, yang beberapa diantaranya diperkirakan pelaku bom bunuh diri. Pada kasus kasus semacam ini hal penting yang harus dilakukan adalah pemeriksaan terhadap korban meninggal secara kedokteran forensik. Korban pemboman secara kedokteran forensik dicirikan oleh adanya perlukaan akibat ledakan, luka bakar, keracunan CO dan luka akibat serpihan yang mengenai tubuh. Autopsi forensik penting secara legal, karena akan memberikan alat bukti tindak pidana berupa alat bukti surat (visum et repertum) dan keterangan ahli dan akan memberikan keyakinan pada hakim. Atas dasar kedua hal tersebut, ditambah bukti-bukti lain maka hakim akan dapat secara mantap menjatuhkan vonis pada tersangka pelakunya secara adil, berdasarkan pasal 183 KUHAP.Mengingat pentinganya pemeriksaan DNA untuk identifikasi personal dalam kasus kasus di atas, maka topik ini kami anggap bermanfaat untuk menambah pengetahuan.1. 2 Perumusan Masalah1. Apa yang dimaksud dengan identifikasi personal ?2. Apa yang dimaksud dengan DNA ?3. Bagaimana struktur DNA ?4. Teknik pemeriksaan apa saja yang dapat digunakan untuk identifikasi DNA ?5. Bagaimana penggunaan DNA untuk identifikasi personal ?1. 3 Tujuan1.3. 1 Tujuan UmumMengetahui manfaat peneriksaan DNA dalam identifikasi personal.I. 3. 2Tujuan Khusus1. Mengetahui definisi dan klasifikasi dari identifikasi personal2. Mengetahui definisi, struktur, dan teknik pemeriksaan DNA3. Mengetahui manfaat, cara, serta aplikasi pemeriksaan DNA dalam identifikasi personal ?

1.4 Manfaat1. Menambah bahan referensi bagi dokter dalam memahami maupun melakukan identifikasi personal, terutama pemeriksaan DNA.2. Sebagai pengetahuan bagi dokter dan penegak hukum dalam menindaklanjuti kasus yang membutuhkan pemeriksaan DNA untuk identifikasi personal.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Deoxyribonucleic Acid (DNA)1,2Asam deoksiribonukleat , lebih dikenal dengan DNA ( deoxyribonucleic acid ) adalah sejenis asam nukleat yang tergolong biomolekul utama penyusun berat kering setiap organisme. Di dalam sel, DNA umumnya terletak di dalam inti sel. Secara garis besar, peran DNA di dalam sebuah sel adalah sebagai materi genetik, yang berarti DNA menyimpan blueprint bagi segala aktifitas sel. Ini berlaku umum bagi setiap organisme. Di antar perkecualian yang menonjol adalah beberapa jenis virus (dan virus tidak termasuk organisme) seperti HIV (Human Immunodeficiency Virus).Pemeriksaan DNA adalah metode untuk mengidentifikasi fragmen-fragmen dari DNA itu sendiri. Pemeriksaan DNA dilakukan untuk dua tujuan, yaitu: Tujuan pribadi, seperti penentuan perwalian anak atau penentuan orangtua dari anak. Tujuan hukum, yang meliputi masalah forensik seperti identifikasi korban yang telah hancur, sehingga untuk mengenali identitasnya diperlukan kecocokan antara DNA korban dengan terduga keluarga korban ataupun untuk pembuktian kejahatan semisal dalam kasus pemerkosaan atau pembunuhan.2.1.1 Struktur DNA1,2,3DNA merupakan polimer yang terdiri dari tiga komponen utama, yaitu gugus fosfat, gula deoksiribosa dan basa nitrogen. Sebuah unit monomer DNA yang terdiri dari tiga komponen tersebut dinamakan nukleotida. DNA terdiri dari DNA inti, atau yang dikenal dengan nDNA dan DNA mitokondria, atau yang dikenal dengan mtDNA.

Struktur DNA intiDNA inti merupakan dasar dari informasi genetik setiap individu. DNA adalah komponen yang sangat penting, terkandung dalam setiap sel berinti makhluk hidup. Karakteristik genetik akan diwariskan pada keturunannya.DNA manusia memiliki 46 kromosom, tiap kromosom mengandung kira-kira 550 gen. DNA tersebut terletak di inti sel sehingga disebut sebagai nuclear DNA (nDNA).Selanjutnya nDNA lebih dikenal sebagai DNA saja. Selain genom yang terletak di inti, manusia memiliki DNA lain yang terdapat dalam mitokondria.Sejarah perkembangan pengetahuan manusia tentang DNA dimulai pada tahun 1944, saat Oswald Avery mengemukakan DNA sebagai the vehicle of generational transference of heritable traits. Pada tahun 1953, James Watson dan Francis Crick menggambarkan struktur molekul DNA sebagai double helix.Strutur DNA digambarkan sebagai double-helix yaitu dua utas rangkaian polinukleotida yang saling membelit satu sama lain. Rangkaian tersebut terdiri atas: deoxyribosa, fosfat, dan pasangan basa. Gugus gula dan fosfat membentuk rangka utas DNA. Setiap gugus gula juga berkaitan dengan satu dari 4 basa, yaitu adenin, guanin, cytosin, dan timin. Pada DNA utas ganda, pasangan basa akan mengikat kedua utas. Adenin selalu berpasangan dengan timin, sedangkan guanin selalu bepasangan dengan cytosin. Pada setiap individu, rangka gugus gula dan fosfat adalah sama, namun terdapat variasi pada pasangan basa yang menjadi dasar karakteristik DNA yang berbeda pada masing-masing individu.Struktur DNA yang double-helix dipertahankan oleh adanya ikatan kovalen antara gugus gula dan fosfat, ikatan hidrogen pada pasangan basa, serta ikatan kovalen antara gugus gula dan basa. Struktur DNA mitokondrialSelain genom yang terletak di inti, manusia memiliki DNA lain yang terdapat dalam sitoplasma yaitu terletak di dalam mitokondria. Jumlah DNA mitokondrial (mtDNA) biasanya kurang dari 0,1 % dari semua DNA sel yang terdapat di dalam organel mitokondria. mtDNA merupakan molekul yang amat kecil dibandingkan dengan kromosom inti. Mitokondria memiliki sistem genetik yang berbeda dengan sistem genetik inti dan terdapat pada bagian matrik mitokondria. Setiap mitokondria memiliki dua sampai enam copy mtDNA.DNA mitokondria (mtDNA) merupakan DNA beruntai ganda berbentuk lingkaran tertutup yang telah diketahui urutan nukelotidanya secara lengkap. mtDNA yang berukuran 16.569 pb ( pasang basa ), padat gen dan hampir tidak punya intron mengandung 37 gen yang menyandi 13 polipeptida yang menyusun rantai respirasi, 22 tRNA dan 2 tRNA yang diperlukan untuk proses sintesis protein mitokondria. Di samping itu terdapat pula suatu daerah kontrol yang tidak menyandi protein ( non coding region ) yang disebut sebagai displacement loop ( D-loop ) sepanjang 1122 pb. D-loop merupakan daerah kontrol utama ekspresi mtDNA, selain berfungsi sebagai leading strand replication serta promotor utama untuk transkripsi.mtDNA terdiri atas 2 untai molekul yang saling berbentuk heliks yaitu untai H (heavy), kaya akan nukleotida G dan untai L (Light), kaya akan nukleotida C. Komposisi nukleotida untai L adalah 24,7 % T, 30,9 % A (55,6% AT ) dan 31,2 % C, 13,1% G ( 44,3 % GC ).Pada untai H mengkode gen-gen : 12S rRNA; 16S rRNA; tRNA untuk asam amino fenilalanin, valin, leusin, (UUR), isoleusin, metionin, triptofan, asam aspartat, lisin, glisin, histidin, serin (AGY), leusin (CUN), treonin, sitokrom b; dan kompleks 1 (NADH ubiquinon oksidoreduktase (ND)) subunit 1,2,3,4L dan 5. Pada untai L mengkode gen-gen tRNA untuk asam amino glutamin, alanin, asparagin, sistein, tirosin, serin (UCN), asam glutamat, prolin, dan kompleks 1 subunit 6.mtDNA memiliki laju mutasi yang jauh lebih tinggi (5-10 kali) dibandingkan dengan nDNA sehingga memiliki kemampuan diskriminasi yang tinggi. Hal ini disebabkan mtDNA memiliki mekanisme respirasi yang terbatas, tidak mempunyai protein histon sebagai pelindung dan memiliki kandungan radikal bebas yang tinggi.KarakteristikDNA intiDNA mitokondria

Ukuran3 milyar pb16.569 pb

Kopi/sel2Bisa > 1000

StrukturLinier, dikemas dalam kromosomSirkuler

PenurunanPaternal dan MaternalMaternal

RekombinasiYaTidak

Laju mutasiRendah5-10 kali inti

SekuensHuman Genome Project (2002)Anderson et al 1981

2.2 Identifikasi personal3,4,5Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal sering merupakan suatu masalah dalam suatu kasus perdata maupun pidana.Identifikasi personal dapat berarti upaya pembedaan individu satu dengan individu lainnya atau upaya untuk menentukan kepemilikan bagian tubuh, cairan tubuh atau bagian-bagian tubuh lain baik yang masih bagus atau yang sudah rusak bahkan yang sudah hancur sekalipun terhadap si empunya.Identifikasi personal pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 2 yaitu identifikasi personal dengan metode konvensional dan metode modern, identifikasi personal secara konvensional dikenal beberapa cara yaitu :1. Metode visual, yaitu dengan memperhatikan korban secara cermat, terutama wajah, dapat dilakukan oleh orang yang mengenali korban2. Pakaian, pencatatan yang teliti atas pakaian, bahan yang dipakai, mode serta adanya tulisan di pakaian, seperti : merk, penjahit, dan lain sebagainya3. Perhiasan, dapat berupa anting-anting, kalung, gelang serta cincin yang ada pada tubuh korban, khususnya bila ada perhiasan-perhiasan tersebut terdapat inisialnya4. Dokumen, dapat berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat Ijin Mengemudi (SIM), paspor, kartu golongan darah, tanda pembayaran dan lain sebagainya5. Medis, yaitu pemeriksaan fisik secara keseluruhan yang meliputi bentuk tubuh, tinggi dan berat badan, jenis kelamin, cacat tubuh, atau ciri fisik tertentu, seperti tatoo, jaringan parut dan sebagainya6. Gigi, bentuk gigi dan bentuk rahang merupakan ciri khusus dari seseorang, sedemikian khususnya sehingga dapat dikatakan tidak ada gigi atau rahang yang identik pada dua orang yang berbeda, bahkan pada kembar identik sekalipun7. Tulang, yaitu pemeriksaan tulang pada sisa tubuh yang sangat membusuk atau telah membusuk sempurna sehingga hanya tersisa tulang belulang. Pemeriksaan dapat menentukan jenis kelamin seseorang, perkiraan ras, usia, tinggi badan, dan berat badan serta cedera tulang yang dialami orang tersebut.8. Sidik Jari, dapat dikatakan juga bahwa tidak ada 2 orang yang mempunyai sidik jari yang sama, walaupun kedua orang tersebut kembar identik, sehingga sidik jari mempunyai nilai yang sangat tinggi untuk penentuan identitas seseorang9. Serologis, penentuan golongan darah yang diambil baik dari tubuh korban atau pelaku, maupun bercak darah yang terdapat di tempat kejadian perkara10. Eksklusi, metode ini pada umumnya hanya dipakai pada kasus dimana banyak tedapat korban (kecelakaan massal), seperti ledakan pesawat, tabrakan kereta api dan lain-lainIdentifikasi personal dengan cara modern ialah dengan menggunakan kode-kode genetik (DNA) seseorang. Dasar ilmiah dari pemeriksaan ini ialah bahwa setiap individu kecuali kembar identik, mempunyai DNA yang berbeda dan unik. Teknik identifikasi personal dengan menggunakan DNA tersebut dikembangkan sejak 1970 sejak ditemukannya enzim restriksi yang dapat memotong DNA menjadi beberapa fragmen pasang basa pada titik yang dikehendaki, fragmen tersebut kemudian diperiksa dengan menggunakan teknnik elektroforesis gel. Gambaran pita DNA sampel kemudia dibandingkan dengan marker (DNA yang sudah diketahui ukuran pasang basanya) dan probe ( template radioisotop yang telah diketahui urutan basanya)Pada tahun 1985, ditemukan teknik identifikasi personal yang dikenal sebagai DNA fingerprinting. Istilah DNA fingerprinting tersebut digunakan karena DNA setiap individu adalah unik dan khas, sebagaimana sidik jari untuk identifikasi personal, istilah DNA typing atau identifikasi DNA sebenarnya merupakan istilah yang lebih tepat dibandingkan DNA fingerprinting atau DNA profiling, akan tetapi istilah tersebut sama saja dan penggunaan istilah tersebut bervariasi tergantung pada preferensi seseorang.Identitas seseorang dipastikan bila paling sedikit dua metode yang digunakan memberikan hasil positif (tidak meragukan).2.2.1Sumber sampel pemeriksaan 1,2Pemeriksaan DNA dapat diambil dari sampel manapun, yang penting sel tersebut memiliki inti sel. Yang paling banyak digunakan adalah darah, namun bisa juga dari cairan sperma, tulang, rambut, air liur, urin, usapan mulut pada pipi bagian dalam, kuku, kotoran manusia. Untuk kasus kasus forensik, sampel biologis apa saja yang ditemukan di tempat kejadian perkara ( TKP ) dapat dijadikan sampel tes DNA.Tentunya pemeriksaan DNA ini harus memiliki sampel pembanding, yakni dari keluarga korban, terutama dari orangtua korban. Sumber sampel DNA :1. Daraha. Sel darah merah yang matang kehilangan nukleusnya, dan hampir seluruh sel darah merah yang bersirkulasi tidak memiliki nukleus dan DNA. Sedangkan sel darah putih memelihara nukleus mereka sepanjang kehidupannya. Sel darah putih merupakan sumber primer DNA pada cairan dan darah keringnya.2. Air liura. Air liur dapat ditemukan pada puntung rokok, amplop, permen karet dan objek lainnya dan dapat diperiksa dengan PCR / analisis DNA. Air liur terdiri dari materi seluler sehingga dapat dicari dengan analisis DNA. Proses PCR kemudian menjadi pilihan untuk menentukan tipe genetik kaqrena hanya sedikit sel yang dibutuhkan untuk analisis. Usap dari rongga mulut terutama dari daerah bukal memberikan lebih dari cukup sel dan DNA untuk ahli serologi untuk melakukan DNA typing.3. Rambuta. Jika di TKP ditemukan satu helai rambut maka bisa dijadikan sampel untuk pemeriksaan DNA inti asal ada akarnya. Namun untuk DNA mintokondria tidak harus ada akar, cukup potongan rambut karena pada ujung rambut terdapat DNA mitokondria sedangkan pada akar rambut terdapat DNA inti sel. RFLP / DNA merupakan tipe umum dari analisis DNA, dan dapat dilakukan jika terdapat jaringan yang cukup. Analisis RFLP/ DNA sudah dapat dilakukan dengan sampel kurang dari 100 ng DNA. Sedangkan sehelai rambut dapat mengandung 100 500 ng DNA. Saat ini beberapa teknik PCR yang telah digunakan, memberikan hasil yang memuaskan hanya dengan menggunakan akar rambut dan sedikit jaringan.4. Tulang dan gigia. Tulang dan gigi dapat digunakan untuk mengidentifikasi seseorang oleh antropolog forensik. Dengan menggunakan analisis PCR dan mtDNA, pulpa gigi dan sumsum tulang dapat memberikan hasil baik untuk identifikasi genetik kepada penyidik. Materi tulang dan gigi dapat digunakan untuk identifikasi beberapa tahun setelah terjadi pembusukan jaringan lunak. 5. Fesesa. Feses telah digunakan untuk pemeriksaan DNA sejak dulu. Meskipun saat itu dianggap hanya memiliki nilai bukti yang kecil. Namun seiring dengan perkembangan metode biologis yang semakin sensitif, anggapan tersebut sudah mengalami perubahan. Baru baru ini beberapa penyelidik melaporkan bahwa ternyata sel dan sepihan sel ditemukan dalam jumlah besar pada sampel ini.6. Kukua. Kuku telah mulai diselidiki sebagai sumber jaringan untuk pemeriksaan DNA. Hasil awal menunjukkan bahwa dengan PCR, analisis DNA telah berhasil dilakukan pada jaringan atau kulit yang melekat pada potongan kuku dan pada serpihan kuku dari TKP. Kuku adalah jaringan sama seperti rambut, bahkan kenyataannya mereka memiliki banyak sifat dan isi kandungan yang sama.7. Spermaa. Untuk kasus pemerkosaan pengambilan sampel yang diutamakan adalah kepala spermatozoa yang terdapat DNA inti sel di dalamnya. 2.2.3 Teknik forensik yang digunakan untuk identifikasi DNA: 5,6,7,8,9,10Penanda Genetik berdasar sekuens berulang1. VNTR (Variable Number of Tandem Repeat)/ RFLP ( Restriction Fragment Length Polymorphism)Merupakan teknik analisa DNA forensik yang pertama. Pada teknik ini DNA secara kimiawi dipotong menjadi beberapa fragmen, diletakan pada gel yang mengandung arus listrik sehingga DNA (yang bermuatan negatif) akan bergerak ke arah muatan positif berdasaaarkan ukuran atau pasang basa DNA. Kemudian DNA ditransfer pada membran nylon dan ditambahkan probe DNA radioaktif yang akan terikat pada sequence DNA yang sesuai. Sebuah film X-Ray diletakan pada membran. Pada saat film diproses maka akan tampak pola band/ pita yang disebut sebagai autoradiogram atau autorad.Kelebihan :1. Jumlah allele per lokus yang besar dan dikombinasikan dengan beberapa lokus memiliki kemampuan diskriminasi yang tinggi2. Jumlah allele yang besar efektif dalam menyelesaikan masalah bila terdapat DNA yang bercampur3. Database yang luas dari beberapa populasi mempermudah perhitunganLimitasi :1. Perbedaan yang sedikit antara allele yang berdekatan memerlukan perhitungan statistic yang rumit2. Jumlah lokus yang sudah tervalidasi terbatas3. Diperlukan DNA berkualitas baik dalam jumlah besar4. Pita tunggal biasanya menyebabkan keambiguan5. Process memakan banyak waktu, terutama bila menggunakan probe radioactive bahkan memerlukan waktu beberapa minggu

2. STR (Variable Number Short of Tandem Repeats)Metode ini menggunakan marker yang pendek, mengulang pola allele pada segmen mikrovarian antara 3-7 pasang basa.Kelebihan :1. Dapat digunakan sampel yang rusak2. Dapat dianalisis dengan jumlah DNA yang sedikit karena PCR dapat dilakukan3. Potensi dari jumlah lokus sangat besar dan menjadi penting ketika saudara atau kerabat terlibat4. Proses yang cepat dapat selesai dalam satu atau 2 hari5. Sistem ini bekerja secara automatis6. Kit telah tersedia dan dapat dikerjakan tanpa peralatanyang mahalLimitasi :1. Memiliki kekuatan diskriminasi yang lebih lemah dari VNTR2. Kemungkinan terjadinya kontaminasi DNA lebih besar karena adanya proses amplifikasi3. Terkadang peralatan yang digunakan relatif mahal dan dengan yang standar walaupun baik tetapi terbatas4. Stutter bands dan tinggi puncak yang tidak seimbang mungkin terjadi dan menyebabkan interpretasi menjadi lebih sulit.

3. Pentanucleotide RepeatsPrinsipnya sama dengan STRs tetapi hanya menggunakan panjang dari 5 basaKelebihan :1. Secara umum kelebihannya sama dengan STRs, sebagai tambahan :2. Amplifikasi yang lebih bersih dengan artefak yang lebih sedikit dan interpretasi lebih tepat karena rendahnya persentase stutter band artifacts.3. Beberapa lokus pentanucleotide menunjukan heterozigositas yang tinggi tanpa jumlah microvariant yang signifikan4. DNA berulang yang lebih panjang dan rendahnya microvariant menyediakan keleluasaan dalam teknik pemisahan5. Studi pre-eliminasi mengindikasikan beberapa pengulangan pentanucleotide bisa meningkatkan kemampuan menentukan ras dari pemilik sampel DNALimitasi :1. Secara umum limitasi sama dengan STRs2. Hal ini jarang pada genome bila dibandingkan dengan pengulangan DNA lain yang lebih pendekGenetic Markers Based on Nucleotide Site Polymorphisms 10, 11, 12, 13, 141. SNP (Single nucleotide polymorphisms)Single nucleotide polymorphisms (SNPs) mendeteksi perubahan-perubahan pada basa tunggal dari DNA, ada berjuta-juta basa tunggal per individu, sehingga kesempatan untuk perkembangan hampir tidak terhingga, dan sekarang digunakan secara luas untuk pembelajaran medical genetics dan human evolution. Dalam bidang forensik sendiri contohnya adalah HLA-DQA1 sering digunakan untuk membuktikan bahwa seseorang tersangka tidak bersalah bila DNAnya tidak cocok, seseorang korban salah tuduh memiliki kesempatan sebesar 95 % perse untuk dibuktikan tidak bersalah dan dengan menggabungkannya dengan 5 lokus lainnya dalam sistem polimarker kesempatan untuk dinyatakan tidak bersalah bisa sampai 99.9 %Kelebihan 1. Banyak berada dalam genom mamalia2. Banyak cara untuk deteksi SNP tersedia3. Amplifikasi dari allele mudah didapatkanLimitasi :1. Kebanyakan SNP bi-allele, walaupun tempat dengan 3 allele secara individut memiliki nilai diskriminasi terbatas2. Jumlah allele yang sedikit menyulitkan analisispada sampel yang sudah tercampur

2. HLA-DQA1Aplikasis PCR pertama kali di bidang forensik menggunakan SSO (sequence specific oligonucleotide), teknik untuk menganalisa polimorfisme nukleotida tunggal pada HLA-DQA1 (awal dikenal dengan DQ-) lokus terletak pada kromosom 6 (6p21.3) dan sering digunakan sebagai tes penyaring untuk secara cepat menyingkirkan tersangka yang tidak bersalah.

3. Polymarker (PM)Tes ini menggunakan 5 lokus yaitu (LDLR, GYPA, HBGG, D7S8,dan GC), yang ditambahkan pada primer HLA-DQA1, 3 lokus memiliki 2 allele yang dapat dibedakan oleh 2 probes dan 2 lokus dengan 3 allele, sehingga dalam satu PCR dan satu hibridisasi dengan 2 probe yang tetap, DQA1 dan PM strip, genotypenya dari keenam lokus dapat ditentukanKelebihan :1. Metodenya cepat dan mudah dan hasilnya dapat diinterpretasi secara visual, tidak memerlukan alat setelah dilakukan amplifikasi dengan PCR2. Familiar dan telah sangat luas digunakan3. Menggunakan metode PCR, sehingga mampu menganalisis sampel yang sedikit atau sudah rusakLimitasi :1. Karena jumlah allele dan lokus yang dikembangkan sedikit, sistem sekarang ini kurang memiliki kemampuan diskriminasi seperti VNTR dan STR2. Jumlah allele yang terbatas dalam satu lokus menyebabkan identifikasi pada DNA yang bercampur lebih sulit dibandingkan pada metode VNTR dan STR

4. Alu Sequences (Insertion Polymorphisms)Studi dari genetik pada populasi manusia dan forensik telah memungkinkan dilakukan analisis sejumlah marker mitokondria dan inti yang berbeda-beda. Insersi dari elemen-elemen genetik yang mobile ke dalam genome merepresentasikan suatu sumber alternatif untuk studi keragaman genom manusia yang mana kondisi pendahulu dari setiap polimorfisme diketahui dan allele individual adalah identik karena diturunkan. Alu family of short interspersed elements(SINEs), tersebar dalam genome primata dan kelas elemen mobile paling banyak yang ada dalam genome manusia. Elemen Alu beramplifikasi sebagai sebuah famili sekuens DNA yang berulang dalam 65 juta tahun terakhir dari evaluasi primata dan telah dipikirkan untuk menyebar ke genome melalui RNA-mediated transposition process (retroposition). Sekuens Alu telah menyebar ke genome manusia dalam suatu proses yang terus berlangsung selama periode waktu evolusi yang berbeda berakibat terjadi ekspansi subfamili pengulangan Alu pada tingkar umur-umur genetik yang berbeda. Subfamili sekuens Alu yang belakangan ini ditemukan dinamakan Y, Ya5, Ya8, dan Yb8. Banyak dari insersi Alu Muda (Ya5/8 and Yb8) baru diketahui bahwa mereka polimorfik baik ada ataupun tidak ada dalam populasi manusia.Kelebihan :1. Mudah dikerjakan dan cepat dengan menggunakan PCR2. Mempunyai struktur yang stabil yang jarang mengalami delesi3. Adanya elemen Alu menunjukan identitas secara keturunan4. Dapat digunakan untuk melacak hubungan di dalam populasi5. Beberapa dari lokus ini memiliki allele yang spesifik pada populasi dan memiliki frekuensi allele yang berbeda pada populasi yang berbeda

Systems With Sex-Specific Transmission 10, 11, 13, 15, 16, 17Mitochondrial DNA (mtDNA)Merupakan tipe PCR yang menggunakan primer dari area d-loop mtDNA, terutama untuk mengidentifikasi korban perang atau sampel yang sangat sedikit, sudah lama dan mengalami degradasi. Juga dipakai pada kasus untuk mengetahui hubungan kekerabatan terutama dari garis ibu, karena mtDNA hanya diturunkan dari garis ibu.Kelebihan:1. Dapat menggunakan sampel dalam jumlah yang sangat sedikit2. Molekul mtDNA yang kecil tidak terdegradasi secepat nDNA3. Berguna untuk melacak garis keturunan keluarga4. Memiliki kemampuan diskriminasi yang besarLimitasi :1. Tidak dapat digunakan untuk diferensiasi jika terhubung dalam garis darah ibu2. Kemampuan diskriminasi sistem ini terbatas tergantung dari database yang ada3. Heteroplasmi ( adanya lebih dari satu tipe mitochondria dalam sel tunggal atau individu) dapat menyulitkan analisis

Y Chromosome MarkersY chromosome diturunkan dari ayah kepada semua anak laki-lakinya sehingga DNA pada kromosom Y dapat digunakan untuk mencari keturunan dari garis keturunan pria dan biasanya digunakan untuk kasus-kasus kejahatan seksualKelebihan :1. Digunakan untuk melacak hubungan keluarga secara garis ayah2. Dapat digunakan untuk mengukur hubungan antar individu dalam suatu kondisi asal geografis yang umumLimitasi :1. Kemampuan diskriminasi tergantung pada ukuran database yang ada

Separation, Detection, and Amplification of DNA 10, 11, 16, 18, 191. Gel Electrophoresis Gel electrophoresis merupakan metode pemisahan fragmen DNA berdasarkan panjang DNA. Prinsip dari gel electrophoresis mengadaptasi dari proses electophoresis yaitu pergerakkan DNA ke kutub positif ketika di letakkan pada medan listrik. Kecepatan migrasi DNA melalui pores tergantung pada ukuran dari pore dari medium dan voltage dari electrophoresis. DNA dengan molekul kecil akan bergerak lebih cepat dibandingkan dengan yang bermolekul lebih besar. Molekul DNA kemudian dipisahkan berdasarkan panjangnya.Media umum dari gel electrophoresis adalah strach dan sekarang terdapat media baru berupa agarosa dan polyacrylamin yang berbentuk cairan dan dapat disimpan dalam bentuk gelatin padat sebelum digunakan. Electrophoresis gel agarose secara umum digunakan dengan VNTR dan Southern hybridization analysis sedangkan polyacrylamide gel umumnya digunakan dengan STRs dan pentanucleotide repeats.Ini dikarenakan gel agarosa lebih efektif untuk pemisahan DNA dengan molekul lebih besar (100 sampai 10000 basa) yang dihasilakan dari analisis restriksi) sedangkan polyacrylamide lebih efektif pada molekul yang lebih kecil (50 sampai 500 basa) yang dihasilkan dengan amplifikasi.2. Southern HybridizationDinamakan dari penemunya yaitu E.M Southern pada tahun 1975. Pemecahan genom DNA sampel pada manusia dengan restriksi endonuklease akan menghasilkan fragmen DNA dalam jumlah yang besar. Beberapa fragmen DNA lebih panjang dibandingkan yang lainnya. Pencampuran dengan gel electrophoresis akan menghasilkan gradasi fragmen di dalam gel berdasarkan ukuran, dibedakan berdasarkan panjangnya. Untuk membedakan ada atau tidaknya fragmen tertentu, seperti alel spesifik dari lokus VNTR, fragmen DNA yang telah dipisahkan dari sampel didenaturasi, dipisahkan menjadi kedua pita komponennya, biasanya dengan memberi alkali dan melewatkan ke membran selulosa atau nilon. Label diberikan pada posisi dari alel tertentu. Label dari radioaktif atau enzim yang dapat mengubah substrat menjadi hasil yang lebih terang. Bagaimanapun, energi yang terbentuk dapat ditangkap pada film untuk menampilkan posisi dari tiap alel. Ukuran dari alel dapat dibandingkan dengan ukuran standar untuk membantu proses ini.

3. Polymerase Chain Reaction (PCR)PCR merupakan suatu metode sistesis DNA secara in vitro. Prinsipnya sama dengan sistesis DNA secara in vivo (kloning), tetapi menggunakan 2 buah primer yang masing-masing komplementer terhadap kedua untaian DNA yang berlawanan. Dengan PCR satu molekul DNA dapat diperbanyak atau diamplifikasi sehingga diperoleh hasil akhir berupa sebuah fragmen DNA dengan ukuran tertentu yang dapat diamati dengan jelas dalam elektroforesis gel agarosa. PCR merupakan metode yang cepat untuk memperbanyak saru segmen DNA, sangat selektif, sehingga tidak diperlukan langkap pemurnian DNA sebelumnya. Hasil amplifikasi 106-108 kali lebih banyak bila dibandingkan dengan konsentrasi awalnya.Teknik PCR sangat sensitif dan dapat menganalisis sampel DNA hingga satu nanogram ( 1 nanogram =1/1.000.000.000 gram), akan tetapi sampel forensik untuk hasil optimal ialah 2-8 nanogram.PCR mirip dengan proses biologi replikasi DNA, tetapi terbatas pada sequence DNA tertentu. Pada proses PCR dilakukan denaturalisasi sampel DNA ke dalam strand yang terpisah dari individu. Dua DNA primer digunakan untuk menghibridisasi dua strand DNA yang cocok pada sisi yang berlawanan. Pada akhirnya terbentuk dua kopi dari potongan DNA yang diinginkan.Pengulangan denaturasi, hibridisasi, dan ekstensi menghasilkan peningkatan jumlah kopi DNA yang diinginkan secara eksponensial. Denaturasi umumnya dilakukan dengan cara pemanasan, menggunakan enzim replikasi yang tahan terhadap uhu tinggi (Taq DNA polymerase). Proses ini akan menghasilkan jutaan kelipatan kopi dalam 2 jam atau kurang.

4. Reverse Dot BlotReverse dot blot prosedur merupakan metode deteksi yang secara primer digunakan untuk mengidentifikasi SNPs dalam DNA yang diamplifikasi. DNA probes ditempelkan pada membran. Selama amplifikasi, label biotin digabungkan ke dalam allel-allel yang diamplifikasi. DNA yang diamplifikasi didenaturasi dan di hibridisasi dengan probes yang tidak mobile. Hibridisasi hanya terjadi untuk probes yang cocok dengan DNA sequence. Satu probe yang tidak mobile diletakan pada sisi tertentu dari membran dan digunakan untuk mendeteksi masing-masing sequence varian. Mengikuti hibridisasi dari denatured PCR product, konjugat enzim streptavidin akan berikatan dengan biotin-labeled PCR product yang dihibridisai ke immobilized probes. Substrat chromogenic ditambahkan dalam keadaan mengandung hybridized DNA sequence dan corresponding streptavidin enzyme, subtrat diubah kedalam presipitat berwarna biru pada membran, kemudian dilakukan identifikasi dari sequence yang cocok. Strips dari membran munkin mengandung multipel dots yang masing-masing mempunyai kemampuan untuk menganalisis ada atau tidaknya satu basa pada sequence.5. Capillary Electrophoresis (CE)CE dan slab gel electrophoresis memrupakan teknik standar untuk pemisahan dan analisisdari fragmen DNA. Pada aplikasi DNA , CE berarti pemisahan dengan electrophoresis yang dilakukan dalam capillary yang berdiameter kecil ( tabung panjang yang dibuat dari silica dengan diameter internal tabung sebesar 50 mikron )yang diisi dengan medium sieving. Medium sieving merupakan medium khusus yang dibuat untuk memisahkan DNA fragmen dalam ukuran standar. Dibandingkan dengan slab electrophoresis , CE memiliki kelebihan berupa waktu analisis yang lebih cepat untuk sampel dalam jumlah kecil dan meningkatkan automation. sistem CE sekarang yang umumnya untuk analisis dari sistem STRs menggunakan satu cappilary dn dapat secara otomatis menganalisism satu sampel setiap 30 menit.6. Miniaturization and Chip Technologies Pendekatan fotolitografi dan teknik chemical ething mirip dengan cara pembuatan chip microelektronik. Akan tetapi, microchannel etched untuk chip ini digunakan untuk memindahkan material sampel seperti darah atau DNA yang dimurnikan. Selain itu, transpor cairan reagen, seperti yang digunakan untuk melakukan banyak manipulasi sentral untuk analisis DNA cara lama, membuat proses ini dapat dilakukan dalam skala lebih kecil.Dimensi umum untuk microchannel adalah dalamnya 10 mikron dan lebarnya 10-100 mikron. Material pendukung dapat berupa gelas, silikon, atau plastik. Daripada menggunakan pompa seperti pada instrumen yang lebih besar, pergerakan cairan dilakukan dengan gaya elektrokinetik dicetuskan dengan memberi aliran listrik kecil pada regio chip tertentu. Hal ini memberi pengukuran yang lebih akurt dan pergerakan yang lebih baik dari cairan. Prosedur standar seperti menggunakan pipet, mencampur, dan memisahkan dapat digantikan dengan proses ini.Formulasi yang lebih komplex dari teknik ini menghasilkan versi diperkecil dari prosedur umum seperti persiapan sampel, PCR, capillary electrophoresi, dan deteksi serta analisis fragmen STR. Hardwiring design chip menentukan sifat natural dari tahapan analisis yang harus dilakukan, dan piranti lunak atau programya membuat dapat dilakukan variasi teknik pencampuran dan pemisahan. Keuntungan dari pendekatan ini adalah waktu yang diperlukan untuk pemanasan, pendinginan dan transfer sampel serta materi reagen lebih singkat, materi reagen yang diperlukan lebih sedikit akan memberikan keuntungan berupa biaya yang lebih murah, lebih aman dan bahan yang dibuang lebih sedikit. 547. Mass SpectrometryMass spectrometry terdiri dari beberapa langkah yang digunakan untuk mengukur molekul DNA secara akurat. Langkah-langkah tersebut adalah1. Sejumlah kecil produk DNA amplifikasi PCR dihasilkan dan diletakkan pada permukaan substrat, biasanya dengan menggunakan konfigurasi yang sudah disusun2. Produk kecil disiapkan untuk analisis oleh co-cristallization dengan matriks organik.

3. Produknya diukur secara akurat,dan tahap ini dikatakan lengkap apabila molekul matriks diobsorbsi oleh laser iradiasi sehingga terjadi volatilisasi dan ionisasi spontan dari matriks dan fragmen DNA. Untuk menentukan berat molekul dapat dilakukan pengukuran dari time of flight (TOF) yang proporsional dengan massa dalam mass spectometer. Proses ini disebut sebagai matrix-assited laser desorption atau ionzation timeof flight mass spectrometry (MALDI-TOF-MS).MALDI-TOF-MS memudahkan pengguna untuk mendapatkan hasil yan cepat, melakukan STR typing dalam beberapa detik persampel termasuk analisis computerized. Hasil dari ukuran mass dari fragmen DNA sangat akurat dan typing dapat dicapai tanpa membutuhkan allelic ladder. DNA diukur secara dan tidak membutuhkan label roadioaktif maupun florosensi. Menghilangkan manipulasi tangan dapat menghasilkan ketidaktepatan, sampel biasanya disiapkan dengan menggunakan sistem robotic dan pengumpulan data dilakukan secara automatisasi. Sistem ini mampu memproses seribu sampel perhari. Disamping keuntungan di atas, terdapat beberapa masalah dengan teknologi ini yaitu sensitivitas dan resolusi dari mass spectrometry menghilang ketika ukuran dari fragmen DNA atau kandungan garam sampel yang terlalu tinggi. Untuk mengurangi kandungan garam dari sampel dilakukan mikrodialisis.

2.2.4 Pemeriksaan DNA untuk identifikasi personal 10, 17, 18, 19, 20, 21 DNA inti untuk identifikasi personalMeskipun gen terdapat pada kromsosm di inti sel, hanya sejumlah kecil fraksi DNA yang membentuk gen. Hanya 2,5 3,3 % DNA manusia yang mempunyai fungsi. DNA tersebut adalah DNA coding, yang berfungsi membentuk enzim dan protein. DNA coding tersebut sangat penting untuk analisa genetik klinik, karena mutasi pada DNA coding tersebut akan menimbulkan kelainan genetika.Sebagian besar ( 95 % ) DNA pada kromosom manusia tidak mempunyai fungsi yang jelas. DNA tersebut adalah DNA non coding atau intron, DNA yang tidak mengkode atau tidak membentuk protein. Area DNA non coding terdiri dari sequence ( urutan ) basa tandem, yang diturunkan dari kedua orang tua. Urutan tandem tersebut membentuk sidik jari ( fingerprint ) DNA yang unik pada tiap individu kecuali pada kembar identik, karena jumlah repeated (ulangan) sequence bervariasi pada tiap individu. Urutan pasang basa DNA non coding tersebut disebut sebagai variable number tandem repeats ( VNTR ). Untuk keperluan di bidang forensik, maka analisa DNA menggunakan metode RFLP. Teknologi idetifikasi DNA standar yang digunakan semula adalah RFLP, namun sejak tahun 1997 laboratorium forensik di Kanada dan Eropa telah menggunakan metode identifikasi forensik short tandem repeat (STR) atau analisis genom. Teknik STR ditetapkan menjadi pilihan pertama untuk analisis bercak dan investigasi kriminal di Eropa. Pemeriksaan yang sering digunakan untuk pemeriksaan nuklear DNA( nDNA) adalah sampel darah, karena teknik ekstraksi nDNA paling mudah dan memiliki tingkat keberhasilan paling tinggi, sampel pemeriksaan nDNA yang lain adalah dari akar rambut, kuku, jaringan tubuh, sperma dan air liur. Sampel yang jarang digunakan adalah urin karena DNA yang dapat diekstraksikan dari urin sangat sedikit.Pemeriksaan dari sampel urin jarang dilakukan karena nDNA sulit teridentifikasi pada sampel yang sedikit atau sampe yang telah mengalami degradasi atau denaturasi protein hal ini dikarenakan hanya terdapat 2 copy nDNA pada setiap inti sel, sehingga nDNA sulit teridentifikasi pada sampel yang sangat sedikit. DNA mitokondrial untuk identifikasi personal 10, 13, 20, 21, 22Selain nDNA yang seringkali lebih dikenal dengan DNA, pada tahun 1981 ditemukan mitokondria DNA (mtDNA) yaitu DNA yang terdapat pada sitoplasma mitokondria, merupakan molekul yang berbentuk melingkar, double helix dan berukuran 16569 pasang basa. DNA mitokondria mengkode 2 rRNA, 22 tRNA dan 13 protein yang berfungsi dalam rantai respirasi, setiap sel memiliki 1000-10000 copy sehingga dapat ditemukan pada sampel yang sangat sedikit.Salah satu keunikan mtDNA yaitu memilki tingkat polimorfisme yang tinggi, dapat digunakan untuk mengetahui antar individu atau hubungan maternal. Pada daerah D-loop terdapat 2 daerah hipervariabel dimana derajat keragaman daerah tersebut antar individu yang tidak memilki hubungan kekerabatan cukup tinggi. Oleh karenanya, dalam penentuan identitas seseorang dapat hanya menggunakan D-loop saja. Apabila tidak terdapat mutasi baru pada mtDNA maka urutan mtDNA individu-individu yang mempunyai hubungan kekeluargaan secara maternal seperti saudara kandung laki-laki dan perempuan atau ibu dan anak perempuan akan tepat sama. Hal ini sangat mempermudah dalam penyelidikan kasus-kasus orang hilang dan keperluan forensik. Pada kedokteran forensik untuk mengetahui adanya variasi basa atau polimorfisme pada mtDNA biasanya dilakukan terlebih dahulu penggandaan DNA dengan menggunakan teknik PCR Untuk daerah D-loop, pendekatan yang dilakukan adalah dengan melipatgandakan satu fragmen DNA.Penelitian penelitian untuk mengidentifikasi korban perang, sampel yang sangat sedikit, sampel lama dan mengalami degradasi cenderung menggunakan analisis mtDNA daripada nDNA. Hal ini disebabkan di dalam satu sel terdapat ratusan hingga ribuan mitokondria dan masing masing mitokondria mempunyai beberapa kopi mtDNA, sehingga setiap sel dapat memiliki seribu hingga sepuluh ribu kopi mtDNA. Sedangkan dalam satu sel hanya terdapat sebuah inti sel yang mengandung 21 kromosom, yaitu 1 set paternal dan 1 set maternal, yang masing masing terdiri dari 23 kromosom. Walaupun nDNA mempunyai jumlah basa yang lebih banyak daripada mtDNA, tetapi dalam mtDNA terdapat jumlah kopi yang jauhlebih banyak dari nDNA. Oleh karenanya karakteristik mtDNA ini berguna bagi sampel dengan jumlah DNA yang sangat sedikit, seperti sampel sampel yang diambil dari kasus kriminalitas, yaitu rambut, tulang, gigi, dan cairan tubuh.

Perbedaan antara pemeriksaan DNA inti dan DNA mitokondria: 10, 17, 18, 23, 24DNA inti ditemukan dalam nukleus dari sel dan terdiri dari 46 kromosom, yang sering disebut kode genetik. Setiap manusia mewarisi setengah DNA inti dari ibu dan setengah lagi dari ayah.DNA mitokondria ditemukan dalam mitokondria, organel sel yang menghasilkan energi. Mitokondria mempunyai kode genetik komplit sendiri, tidak sama dengan DNA inti. DNA mitokondria didapatkan dari ibu.Tes dengan DNA inti banyak digunakan untuk penelitian genom manusia, untuk mencari penyakit yang berhubungan dengan kromosom tertetu, untuk membandingkan DNA dari 2/lebih individu seperti untuk tes paternal, dan untuk membandingkan DNA dari tempat kejadian perkara dengan tersangka. Tes DNA inti harus dibuat lebih spesifik, karena DNA inti terdiri dari banyak gen.DNA mitokondria lebih terbatas, karena mempunyai lebih sedikit gen. Biasa dignakan untuk mencari penyakit yang berhubungan dengan mitokondria, dan membandingkan keturunan dari garis ibu.DNA mitokondria berbeda dari DNA inti dalam hal lokasi, jumlahnya dalam sel, cara diwariskan, dan potongannya. Dalam sel bisa terdapat ratusan mitokondria yang satunya mengandung beberapa kopi dari DNA mitokondria. Karena itu DNA mitokondria berguna dalam situasi dimana jumlah sampel sangat terbatas. Sumber pemeriksaan yang cocok untuk tes DNA mitokondria biasanya dari rambut tanpa jaringan, tulang, dan gigi.DNA mitokondria hanya didapat dari ibu, karena itu akan sama persis pada individu yang terkait secara maternal (diluar adanya mutasi), seperti kakak dan adik atau ibu dan anak. Akan tetapi, tes DNA mitokondria akan menjadi terbatas apabila membedakan 2/lebih individu yang berasal dari 1 garis ibu.

BAB IIIPENUTUP3.1KESIMPULANProses identifikasi dapat menggunakan berbagai macam cara, baik secara konvensional maupun modern. Setiap cara tersebut memiliki keunggulan dan kelebihannya masing-masing, baik dari segi kemampuan melakukan diskriminasi, biaya yang diperlukan, kemudahan dalam dilakukan, tersedianya alat dan sumber daya manusia yang mengolahnya dan bahan atau sumber didapatkannya sampel.Salah satu teknik identifikasi yang saat ini banyak digunakan di seluruh dunia adalah identifikasi dengan penggunaan sampel DNA. DNA menjadi pilihan karena memiliki kemampuan mendiskriminasi atau identifikasi yang besar sehingga terjadinya kesalahan dalam proses identifikasi dapat diminimalisir sekecil mungkin. Tentu saja perkembangan DNA ini tidak luput karena kemajuan teknologi di bidang teknik pengisolasian DNA, ampifikasi DNA dan kemajuan dalam pemahaman tentang DNA yang lebih berkembang, termasuk di dalamnya penemuan dan kegunaan dari DNA mitokondria dan kromoson Y, sehingga dengan bahan dasar DNA tetap dapat dilakukan teknik-teknik yang berbeda pula.Baik teknik identifikasi maupun isolasi dan amplifikasi DNA memiliki kelebihan dan keterbatasan dalam pelaksanaannya, sehingga tugas seorang dokter atau dokter ahli forensik adalah memilih teknik yang terbaik dalam penggunaanya di dalam suatu kasus yang memerlukan identifikasi personal dengan penggunaan DNA.

3.2SARANTeknik identifikasi DNA memiliki kemampuan diskriminasi yang besar dan memiliki potensi yang besar dalam penggunaannya di bidang forensik serta masih terus berkembang dan diteliti di seluruh dunia. Teknik identifikasi DNA juga memiliki berbagai macam teknik dan sampel yang digunakan untuk melakukan identifikasi dengan kelebihan dan kekurangan baik terhadap pemeriksaan DNA itu sendiri atau identifikasi dengan menggunakan teknik konvensional. Melihat kedua hal tersebut penulis menyarankan agar dokter tidak tertinggal dalam perkembangan penelitian DNA dan penerapannya di dalam kasus-kasus medis serta terus melakukan pembelajaran secara kontinu karena teknik DNA tersebut akan sangat berpotensi di masa depan. Selain itu akan sangat bijak bila seorang dokter atau dokter ahli forensik dapat menentukan keuntungan dan kerugian yang akan didapat oleh pasien atau keluarga atau terdakwa dalam memilih teknik identifikasi yang akan dikerjakan pada suatu kasus.