Referat Anak 2BAB II
Transcript of Referat Anak 2BAB II
8/6/2019 Referat Anak 2BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/referat-anak-2bab-ii 1/24
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejang merupakan gejala yang lazim terjadi pada bayi, baik dengan penyebab
yang diketahui maupun yang tidak diketahui. Secara fisiologis, ditandai dengan
disritmia serebral dan secara klinis, ditandai dengan berbagai kombinasi gerakan
involunter baik umum maupun fokal, juga adanya stimulus sensoris yang
stereotipe serta perubahan tingkah laku dan menurunnya kesadaran.1
Dalam memutuskan apakah seseorang menderita kejang atau tidak, sering
terdapat kesulitan. Kecuali jika dapat menyaksikan episode kejang itu, sehingga
pengambilan anamnesa yang tepat harus benar-benar dilakukan. Dari sifatnya,
jarang dapat dibuat diagnosis penyebab, karena kebanyakan mirip antara satu tipe
dengan tipe yang lain, kecuali pada petit mal dan spasme infantil. Berdasarkan hal
tersebut, maka diagnosis harus benar-benar ditegakkan, karena mempengaruhi
pemberian terapi juga.2
Sangat penting untuk menentukan apakah anak tampak
sehat di antara serangan kejang atau tidak, karena jika tidak, atau anak menderita
gejala seperti perubahan personaliti, maka diagnosisnya pasti lebih serius.
2
Penanganan kejang harus dilakukan dengan benar, karena jika tidak maka
justru akan menambah komplikasi yang baru. Selain itu penggunaan obat anti
kejang juga harus memperhatikan dosisnya, agar tidak terjadi toksisitas.2,3
Pengaruh kejang meliputi gangguan fungsional yang berhubungan dengan
otak, juga pada aspek sosial, dimana anak yang menderita kejang akan mengalami
berbagai perlakuan dalam masyarakat serta gangguan pada perkembangan
intelegensia dan mental.1
B. Batasan Masalah
Adanya kasus kejang dan komplikasinya yang berat yaitu berupa kerusakan
otak memerlukan pengetahuan yang lebih mendalam dan mendetail mengenai
8/6/2019 Referat Anak 2BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/referat-anak-2bab-ii 2/24
2
kasus kejang sehingga kasus kejang dapat ditegakkan secara etiologi sejak dini
dan dapat memberikan terapi yang cepat dan tepat sehingga terhindar dari
komplikasi berat yang bisa berupa kerusakan otak.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan referat dengan judul kejang pada bayi ini adalah untuk
mengetahui dan memahami tentang definisi, epidemiologi, etiologi, jenis kejang,
patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi serta
prognosis dari kasus kejang.
8/6/2019 Referat Anak 2BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/referat-anak-2bab-ii 3/24
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Kejang adalah suatu keadaan tiba-tiba, akibat gangguan fungsi otak sepintas,
yang ditandai dengan gerakan involunter, sensoris dan otonomi atau adanya
gejala-gejala psikis baik tunggal maupun kombinasi, yang sering disertai dengan
menurunnya atau hilangnya kesadaran.3
Kejang dapat terjadi sesudah gangguan metabolik sepintas (transient
metabolic), akibat trauma, anoksia serta infeksi yang menyerang otak.1,2,3
Istilah kejang biasanya disinonimkan dengan konvulsi, seizure dan fit.
Konvulsi merupakan istilah yang sering digunakan dan sebagai terjemahan
langsung, sedangkan seizure memiliki arti yang sama (dari bahasa Inggris). Fit
lebih sering dipakai sebagai istilah kejang pada bayi. Istilah epilepsi adalah
keadaan berulangnya kejang, tetapi pada lapangan ilmu kesehatan anak harus
dipakai secara hati-hati karena bunyi istilahnya dapat menimbulkan hal yang tidak
enak dimana ada anggapan bahwa di masa kehidupan selanjutnya anak berada
dalam keadaan cacat fisik mental dan sosial.1
B. Klasifikasi
Berdasarkan umur atau masa kehidupan, juga manifestasi klinik dan asalnya
maka kejang dapat diklasifikasikan sebagai berikut :1,2,3
I. Klasifikasi kejang berdasarkan umur/masa kehidupan :2
1. Kejang dalam masa neonatus, yang paling mungkin terjadi karena:
a.
Cacat otak/kerusakan anoksik pada otak b. Hipoglikemia
c. Hipokalsemia
d. Infeksi
e. Hiponatremia/hipernatremia
8/6/2019 Referat Anak 2BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/referat-anak-2bab-ii 4/24
4
f. Kern ikterus
2. Kejang pada masa anak-anak (setelah masa neonatus) yang disebabkan
oleh :
a. Kejang demam
b. Konvulsi menahan nafas
c. Spasme infantil,
d. Epilepsi,
e. Pingsan/sinkope dan sindrom surkadiak
f. Histeri dan tetani akibat over ventilasi
g. Trauma, cacat otak dan hemiplegi infantil akut
h. Infeksi
i. Keadaan metabolik seperti hipoglikemia, hipokalsemia,
hipoparatiroidisme, sindroma di George, dehidrasi,
j. Racun dan obat-obatan
II. Klasifikasi kejang berdasarkan manifestasi klinik :1
1. Manifestasi klinik yang erat hubungannya dengan maturitas serebral, yaitu
a. Kejang pada neonatus
b. Kejang mioklonik
c. Kejang demam
d. Petit mal
2. Manifetasi klinik yang tidak harus berhubungan dengan maturitas
serebral, yaitu:
a. Serangan kejang umum
b. Grand mal
c. Kejang akinetik
d. Serangan vokal
e. Serangan motorik
f. Serangan sensorik
g. Psikomotor (lobus temporalis)
h. Epilepsi Jackson
8/6/2019 Referat Anak 2BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/referat-anak-2bab-ii 5/24
5
III. Klasifikasi kejang berdasarkan asalnya/penyebab yang dapat digolongkan
atas :3
1. Kejang intrakranial,
kejang dengan penyebab yang berasal dari otak, yang dapat berupa :
a. Gangguan pertumbuhan otak (penyakit otak degeneratif),
b. Penyakit otak kongenital
2. Kejang ekstrakranial,
Kejang dengan penyebab yang tidak berasal dari otak, yang dapat berupa :
a. Kejang akibat infeksi (misalnya ensefalitis dan meningitis)
b. Kejang akibat trauma (pada cedera otak)
c. Kejang akibat zat dan obat-obatan.
Pada pembahasan ini kejang yang dibicarakan adalah yang terjadi pada anak-
anak dengan umur lebih dari 1 bulan hingga 12 tahun (masa bayi/infant sampai
anak-anak/child).
C. Epidemiologi
Angka kejadian kejang pada bayi baru lahir berkisar antara 0,2-1,2%7. Angka
kejadian kejang pada anak di bawah umur 5 tahun sekitar 6-7% dari seluruh
anak, sedangkan pada kelompok usia lebih dari 6 bulan ± 3 tahun lebih dari 50%.
Pada anak bermental subnormal sekitar 20% dan anak yang menderita serebral
palsy sekitar 35%. Anak yang menderita hemoplegispatik sekitar 40%, sedangkan
anak yang menderita atetoid sekitar 10 % dan yang paling jarang adalah anak
dengan ataksia kongenital.1,2,3,4,5
D. Patofisiologi
Sel-sel otak dikelilingi oleh suatu membran dengan permukaan dalam adalah
lipoid dan permukaan luar adalah ionik. Secara normal membran sel dapat dilalui
dengan mudah oleh oleh ion kalium (K +) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium
(Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl
-). Dengan demikian maka
8/6/2019 Referat Anak 2BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/referat-anak-2bab-ii 6/24
6
konsentrasi ion kalium dalam sel lebih tinggi dari ion natrium, sedangkan di luar
sel keadaan sebaiknya.4,5
Karena terdapat perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel,
maka terdapat perbedaan potensial yang disebut dengan potensial membran sel
otak. Untuk menjaga keseimbangan beda potensial membran tersebut diperlukan
energi dan bantuan enzim Na-K-ATP-ase. Energi diperoleh dari oksidasi glukosa
menjadi CO2 dan air, dimana oksigen diperoleh dengan perantaraan fungsi paru-
paru dan diteruskan oleh sistem kardiovaskuler. Enzim Na-K-ATP ase adalah
enzim yang terdapat pada permukaan sel dan memiliki kemampuan untuk
berikatan dengan membran sel.5
Oleh adanya suatu sebab, maka keseimbangan potensial membran tersebut
akan terganggu. Gangguan ini dapat berupa :
1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler,
2. Rangsangan yang datangnya mendadak, seperti mekanis, kimiawi atau aliran
listrik dari sekitarnya,
3. Perubahan fisiologis dari membran sendiri karena adanya suatu penyakit atau
karena faktor genetik (herediter).5
Dengan terganggunya potensial membran, maka dalam waktu yang singkat
terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium melalui membran sel, sehingga
menyebabkan terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik yang
sedemikian besar, dapat meluas ke seluruh sel, hingga mencapai sel-sel yang
saling berdekatan, dengan bantuan suatu bahan yang disebut dengan
neurotransmiter. Rangsangan pada sel-sel saraf ini akan mengaktifkan berbagai
sel sel lewat neurotransmiter. Tak terkecuali juga sel-sel otot. Dengan aktifnya
aktin dan miosin maka otot-otot akan mengalami kontraksi. Sehingga timbullah
berbagai gerakan involunter. Hal ini berakibat terjadinya kejang.3,5
Setiap individu memiliki batasan untuk menjadi kejang. Batasan ini disebut
dengan ambang kejang, yang umumnya berbeda antara satu individu dengan
individu yang lain. Rendahnya ambang kejang ini dipengaruhi oleh faktor
genetik. Kejang dapat juga terjadi pada setiap orang, jika kepadanya diberikan
8/6/2019 Referat Anak 2BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/referat-anak-2bab-ii 7/24
7
rangsangan dengan elektrokonvulsif atau berbagai zat prokonvulsif, dimana hal
ini bergantung pada ambang kejangnya.5
Dengan adanya berbagai kelainan pada otak maka kejang dapat juga terjadi.
Chao (1958) mengemukakan bahwa epilepsi ditimbulkan oleh kelainan serebral
yang timbul secara berulang.5
E. Manifestasi klinis
Sebagaimana klasifikasi kejang pada masa kehidupan, maka kejang pada
masa anak-anak besifat lebih kompleks. Pada umumnya sebab tersering adalah
akibat infeksi akut, dimana ditandai dengan peningkatan suhu (sering disebut
sebagai kejang demam). Walaupun demikian, harus diingat bahwa kejang
merupakan hasil akhir dari berbagai jenis proses patologi.2,3,4,5
1. KEJANG DEMAM
Setelah minggu pertama kehidupan dan sampai dengan usia 4 tahun,
kejang demam menjadi sebab yang paling umum. Kejang demam harus
dibedakan dengan epilepsi, karena terapi dan prognosisnya berbeda.2,5
Kriteria yang digunakan untuk menegakkan diagnosis kejang
demam adalah kriteria Livingstone yang dimodifikasi, yaitu :2,5
1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun.
2. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit.
3. Kejang bersifat umum
4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam.
5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal.
6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal
tidak menunjukkan kelainan.
7. Frekuensi bangkitan kejang didalam 1 tahun tidak melebihi 4x.
8/6/2019 Referat Anak 2BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/referat-anak-2bab-ii 8/24
8
Harus berhati-hati dalam menegakkan diagnosa kejang demam
benigna, karena jika anak bermental subnormal atau terdapat cerebral palsy,
maka kemungkinan epilepsi. Oleh karena itu diagnosis yang tepat harus
benar-benar dilakukan, dimana kurang dari 3 % anak yang mengalami kejang
sesuai kriteria, akan kembali menderita kejang nantinya, sementara 97 % anak
yang mengalami kejang oleh sebab lainnya, kemungkinan akan menderita
epilepsi.2,5
Jika anak menderita infeksi yang menyebabkan peningkatan suhu
tubuh dan kemudian menjadi kejang, maka suhu tubuh dapat turun saat akan
diobati. Sehingga gambaran yang lebih penting adalah adanya riwayat infeksi
yang jelas daripada terjadinya peningkatan suhu.5
Sering ditemukan adanya riwayat keluarga yang kejang demam, tetapi
jika ada juga riwayat epilepsi, maka diagnosis kejang demam akan menjadi
ragu-ragu. Paling penting diperhatikan bahwa meningitis piogenik pada anak
yang kecil (antara 1 sampai 3 tahun), biasanya dimulai dengan demam dan
kejang (15 %) dan ada yang memperlihatkan gejala tanpa meningitis, tidak
terjadi kaku kuduk, serta tidak ditemukan tanda Kernig atau gejala meningitis
lainnya. Oleh karena itu pada anak kecil yang memiliki gejala demikian,
dianjurkan untuk dilakukan punksi lumbal.2,5
2. KONVULSI MENAHAN NAPAS (BREATH HOLDING SPELLS)
Keadaan ini bisa timbul pada usia kapanpun, di antara 1 sampai 5
tahun (serendah-rendahnya 6 bulan) dan jarang pada usia sesudahnya. Usia
yang sering terjadi adalah pada satu tahun pertama (kira-kira sampai 18
bulan). Keadaan ini terjadi jika anak merasa diperlakukan dengan buruk atau
mengalami cedera, maka ia bisa menahan napas saat ekspirasi atau saat
menangis, sehingga akan tejadi sianosis segera, dan jika napas ditahan selama
10 sampai 15 detik lagi, maka ia akan mengalami kejang utama yang tidak
dapat dibedakan dengan epilepsi. Tetapi yang khas sering ditemukan
epistotonus dan kadang-kadang muntah atau ngompol. Penyebab dari hal ini
8/6/2019 Referat Anak 2BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/referat-anak-2bab-ii 9/24
9
adalah menurunnya curah jantung akibat berkurangnya aliran balik ke jantung
sebagai akibat terjadinya peningkatan tekanan intrathoraks karena menahan
napas. Sering ditemukan refleks okulokardiak hipersensitif, yaitu
melambatnya detak jantung akibat kompresi bola mata.2
Keadaan ini dibagi atas dua tipe, yaitu :
1. Tipe sianotis, yaitu anak menjadi biru saat mengalami konvulsi menahan
napas,
2. Tipe non sianotis, yaitu anak tidak menjadi biru saat mengalami konvulsi
menahan napas.
Seorang ahli neurologi dari Toronto telah menguraikan serangan
menahan napas jenis pucat yang biasanya timbul setelah nyeri atau ketakutan,
menurunnya kesadaran yang cepat, tetapi tanpa didahului dengan sianotis, ini
adalah bentuk sinkope, dimana riwayat keluarga juga menentukan.2
Banyak yang beranggapan bahwa serangan kejang akibat menahan
napas hanya merupakan masalah tingkah laku, yang hanya timbul jika anak
mengalami berbagai masalah tanpa jalan keluar. Kenyataannya kejang ini juga
terjadi jika anak mengalami cedera. Ada fakta yang mengemukakan bahwa
kejang ini berhubungan juga dengan anemia hipokromik. Obat antiepilepsi
tidak mempengaruhi serangan, hanya sebagai tes terapi saja jika ragu-ragu
menetapkan. EEG normal dan tidak memerlukan pemeriksaan lain.2,4
3. SPASME INFANTIL
Keadaan ini dinamakan juga dengan spasme ´salam´ atau ´kejang
mioklonik´ atau juga ´serangan hipsaritmik´, terdiri atas fleksi cepat
mendadak pada tubuh, yang berlangsung sepersekian detik. Serangan ini
biasanya dimulai selama 6 bulan pertama (70 % kasus) dan biasanya berhenti
pada umur 18 bulan, tetapi lazim diganti oleh kejang yang utama. Sehingga
sering dikelirukan dengan epilepsi petit mal. Serangan ini diakibatkan oleh
banyak penyebab, seperti :2
8/6/2019 Referat Anak 2BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/referat-anak-2bab-ii 10/24
10
1. Malformasi atau kerusakan otak parah,
2. Anoksia,
3. Efusi subdural,
4. Fenilketonuria,
5. Sifilis,
6. Meningitis dan infeksi intrakranial,
7. Hipoglikemia,
8. Neurodermatosis (misalnya sklerosis tuberosa, neurofibromatosis,
sindroma Sturge-Weber berupa warna ´portwine´ pada wajah dengan
mental subnormal),
9. Cerebral palsy dan kejang,
10. Penyakit Tay-Sach,
11. Penyakit infeksi (virus dan bakteri), dan lain-lain.
Sepertiga dari penyebab spasme infantil tidak ditemukan
penyebabnya. Salah satu sebab yang telah dikenal adalah Sindroma Aicardi,
berupa agenesis korpus kalosum, mental subabnormal dan korioretinopati.
Pada pemeriksaan EGG, menunjukkan adanya hipsaritmik yang khas, yaitu
puncak aktivitas listrik yang timbul mendadak.2
Spasme infantil harus dibedakan dengan petit mal, dimana pada petit
mal timbul pada kelompok usia yang lebih tua.
4. EPILEPSI
Kejang ini terjadi setelah usia 5 tahun. Banyak anak yang menderita
grand mal dianggap sebagai petit mal. Oleh karena itu kedua keadaan
tersebut harus dapat dibedakan. Petit mal terdiri dari kehilangan kesadaran
yang singkat, dimana berlangsung sampai 20 detik tanpa didahului dengan
aura, tanpa adanya gerakan kejang dan tidak diikuti oleh tertidurnya anak.
Serangan ini lazim disebut dengan ´dizzy spells´ atau ´fainting turn´.
Anak bisa dalam keadaan berdiri dan menatap sesuatu. Kelopak mata
kadang-kadang berkedip-kedip dan mata mengalami deviasi ke atas.
8/6/2019 Referat Anak 2BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/referat-anak-2bab-ii 11/24
11
Kedutan pada ekstremitas juga untuk sementara waktu akan hilang. Warna
muka tidak ada perubahan. Jika anak memegang sesuatu maka ia akan
melepaskannya. Serangan ini hampir selalu dicetuskan olehoverventilasi
paksa.2,5
Beda antara petit mal dan grand mal adalah :2
1. Petit mal merupakan bentuk kejang yang relatif jarang pada anak-
anak,
2. Sifat kejang pada petit mal tanpa disertai dengan perubahan sikap dan
rona wajah,
3. Lama kejang pada petit mal tidak lebih dari 20 detik, tetapi berurutan
secara cepat,
4. Serangan petit mal biasanya dapat dicetuskan oleh over ventilasi,
5. Pada petit mal tidak disertai dengan tertidurnya anak dan rasa muntah,
6. EEG pada petit mal memperlihatkan aktivitas dengan ´spike´ dan
´wave´ per detik, sedangkan pada grand mal sering tampak normal.
beda antara petit mal dan spasme infantil :2
1. Usia, dimana pada spasme infantil usia anak 4 ± 6 bulan dan berhenti
setelah umur 3 tahun, sedangkan petit mal timbul pada usia4 ± 8 tahun
dan berhenti setelah mencapai pubertas,
2. Lama serangan, petit mal memiliki serangan yang lebih lama dari
spasme infantil,
3. Defisiensi mental, biasanya selalu menyertai spasme infantil
sedangkan petit mal mempunyai IQ yang normal,
4. EEG, pada spasme infantil memperlihatkan muatan listrik yang
mendadak memuncak sedangkan sedangkan petit mal memperlihatkan
aktivitas 3 spike dan wave per detik.
Beberapa bentuk kejang epilepsi adalah :2
a. Epilepsi lobus frontalis
Terjadi aura berupa halusinasi penciuman, pengecapan dan
penglihatan atau pendengaran. Juga mungkin ada perasaan takut atau
8/6/2019 Referat Anak 2BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/referat-anak-2bab-ii 12/24
12
nyeri abdomen. Bisa juga timbul gerakan mengunyah yang aneh,
takikardia mendadak, kepucatan yang diikuti dengan muka merah,
konfusi paroksismal, kata tak berarti, ketawa dalam muka yang tolol,
waham, halusinasi dan marah yang hebat. Keadaan ini biasanya
diakibatkan oleh anoksia, meningitis piogenik, ensefalitis, trauma
kapitis, kejang lama dengan penyebab apapun, sklerosis tuberosa dan
fenilketonuria.
b. Epilepsi psikomotor
Timbul serangan marah dan jeritan yang tidak dapat dijelaskan.
Terjadi juga automatisme, yaitu tindakan yang tidak rasional dan
mendadak atau melakukan hal-hal yang tidak wajar.
5. PINGSAN/SINKOPE DAN SINDROMA SURKADIAK
Pingsan adalah penurunan kesadaran tiba-tiba karena aliran darah ke
otak menjadi berkurang. Pingsan biasanya timbul pada awal pubertas dan
jarang pada anak kecil, diakibatkan oleh keadaan tubuh yang lama berdiri
atau sikap tubuh yang berubah (terutama pada saat bangun tidur atau
sewaktu akan tidur). Pada EEG, keadaan kejang yang menyertai pingsan
akan ditemukan gambaran seperti grand mal.2,4,5
Serangan sinkope bisa timbul pada anak dengan interval QT
memanjang tanpa ketulian, juga bisa terdapat pada tumor fossa posterior
Sinkop batuk timbul bersama asma. Serangan sinkope dapat timbul juga
pada keadaan trauma atau pada penyakit jantung Tetralogi Fallot yang
tidak diobati yang disertai dengan takikardia supraventrikel periodik.2
Sindroma surkadiak, sebagaimana yang dikemukakan oleh Rabe, adalah
keadaan autosomal resesif yang terdiri dari tulu kongenital, interval QT
memanjang dan serangan pingsan, yang dimulai pada akhir masa bayi atau
awal masa kanak-kanak.2
8/6/2019 Referat Anak 2BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/referat-anak-2bab-ii 13/24
13
6. HISTERI DAN TETANI AKIBAT OVER VENTILASI
Keadaan ini jarang ditemukan pada anak yang kecil. Riwayat
overventilasi yang diikuti oleh parestesi pada ekstremitas serta kekakuan
kaki dan tangan lebih mengarah pada tetani. Kejang pada tetani khas
terlihat pada ekstremitas, dimana ibu jari tangan tertarik ke dalam telapak
tangan, tangan terabduksi dengan pergelangan tangan fleksi dan ekstensi
pada sendi distal.2
7. TRAUMA, CACAT OTAK DAN HEMIPLEGI INFANTIL AKUT
Cacat otak kongenital seperti kista atau agregasi serebrum merupakan
sebab kejang yang paling sering, dan biasanya timbul bersama-sama
dengan mental subnormal dan cerebral palsy. Kejang timbul dalam
berbagai neurodermatosis, terutama sklerosis tuberosa, khas jika ada lesi
wajah dan biasanya dengan pemeriksaan lampu dari Wood akan
memperlihatkan bercak hipopigmentasi.2
Trauma kapitis yang parah, abses serebrum atau efusi subdural dapat
diikuti oleh kejang sesudah beberapa bulan atau beberapa tahun.
Dalam 10 % anak yang kejang mengikuti keadaan ini, maka kejang
pertama mungkin tidak akan timbul sampai 10 tahun atau lebih.2,5
Hemiplegi infantil akut disebabkan oleh berbagai keadaan seperti
anomali vaskular, infeksi, trauma, penyakit jantung kongenital, lupus
eritromatous diseminata, periartritis, anemia sel sabit, homosistinuria,
displasia fibromuskular, epilepsi, polisitemia, purpuratrombositopenia dan
dehidrasi. Pada keadaan ini anak akan mengalami kejang utama yang
berlarut-larut, diikuti oleh koma, kemudian mengalami hemiplagi.2,5
8. INFEKSI
Infeksi dengan demam akan mengakibatkan kejang, dimana infeksi
dapat disebabkan oleh virus, bakteri atau jamur. Penyakit yang dapat
timbul adalah ensefalitis, meningitis, tetanus, poliomielitis dan malaria.1,2,5
8/6/2019 Referat Anak 2BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/referat-anak-2bab-ii 14/24
14
Pansefalitis sklerotikan subakuta biasanya berhubungan dengan virus
morbili lambat. Pada tetanus dapat juga terjadi kejang, dimana akan
tampak tonus otot yang berlebihan bersama kekakuan di antara gerakan
kejang, juga adanya riwayat trauma.2
Pada poliomielitis atau malaria juga dapat timbul kejang demikian
juga komplikasi pertusis.2
Kejang dapat ditimbulkan oleh jamur, yaitu moniliasis yang terjadi
akibat toksin jamur diangkut oleh darah ke otak.2,3,4
Kejang yang mengikuti imunisasi juga dapat terjadi, biasanya karena
adanya sindroma menahan napas, atau peningkatan suhu tubuh, pingsan
dan sinkope.2
9. KEADAAN METABOLIK
Pada hipoglikemi terjadi kejang karena kelebihan insulin, dimana
serangannya tampak berulang dan dapat menyebabkan kerusakan otak
yang tidak dapat diperbaiki. Hal ini lazim didahului dengan kelemahan,
pucat dan berkeringat, yang dapat disebabkan oleh hiperplasia atau tumor
pulau Langerhans, hipopituitarisme, insufisiensi korteks adrenal,
glikogenesis, penyakit hati serta intoleransi karbohidrat.2
Hipokalsemia setelah masa neonatus disebabkan oleh berbagai hal,
seperti rakitis, steatore, alkalosis, nipoparatiroidisme (kerusakan glandula
paratiroid setelah tiroidektomi).2
Pada hipoparatiroidisme, kejang biasanya terjadi jika ada riwayat
pertumbuhan gigi yang lambat, nyeri otot, kulit kering dan kemunduran
mental juga disertai dengan moniliasis kuku dan mukosa mulut, alopesia
dan katarak.2
Bayi yang menderita sindroma Di George juga dapat mengalami
kejang, dimana sindroma ini ditandai dengan aplasia timus,
hipoparatiroidisme, kegagalan pertumbuhan, adanya infeksi virus dan
8/6/2019 Referat Anak 2BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/referat-anak-2bab-ii 15/24
15
jamur, juga adanya anomali kongenital pada mulut, leher dan pembuluh
darah besar.2
Dehidrasi setelah gastroenteritis dapat disertai dengan kejang, karena
adanya gangguan elektrolit seperti hiponatremia, hipokalsemia,
hidranemia sebagai akibat overhidrasi, hipertermia dan trombosis serebri.2
10. RACUN DAN OBAT-OBATAN
Racun merupakan sebab yang penting pada kejang, seperti asam borat,
dikofan, kamfer, karbon tetraklorida, merkuri, inhibitor monoamine
oksidase, piretrum, rotenon, striknin, timah hitam, insektisida dan
sebagian tumbuh-tumbuhan.2
Lebih dari tujuh puluh obat bisa mengakibatkan kejang, seperti
amfetamin, aminofilin, amiltriptilin, antihistamin, asam nalidiksat,
azetazolamid, difenoksilat, klorpromasin, metoklopramid, metronidazol,
pririmetamin, sikloserin dan beberapa obat tetes hidung.2
F. Diagnosis
ANAMNESIS
Berdasarkan anamnesa, perlu ditanyakan keadaan sebelum kejang,
kesadarannya, penyakit yang menyertainya, apakah pernah kontak dengan bahan-
bahan beracun atau pernah minum obat-obatan yang dapat menyebabkan kejang.
Juga perlu ditanyakan berapa lamanya kejang terjadi dan bagaimana keadaan
tubuh saat kejang, mimik dan warna mukanya. Apakah ada hipersalivasi atau
tidak.1,2,4
Riwayat kejang juga harus ditanyakan. Sering kali didapatkan juga adanya
riwayat kejang pada keluarga. EEG yang dilakukan pada salah seorang anggota
keluarga, secara klinis seringkali abnormal.1
8/6/2019 Referat Anak 2BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/referat-anak-2bab-ii 16/24
16
PEMERIKSAAN
Pada pemeriksaan harus dilihat keadaan umum dari bayi, apakah terjadi
penurunan kesadaran atau tidak, adanya peningkatan tekanan darah, nadi atau
respirasi serta suhu badan. Perhatikan juga status lolkalis baik, seperti kepala,
thorax, abdomen hingga ekstremitas. Penting dalam pemeriksaan adalah
menentukan prognosis dan intelegensia.1,3
Pemeriksaan penunjang seperti laboratorium dan imaging, hanya dilakukan
untuk menentukan diagnosa penyebab dan lokasinya. Pemeriksaan laboratorium
sangat penting, jika kejang diduga akibat adanya infeksi (virus, bakteri dan
jamur), atau adanya gangguan metabolik (hipoglikemi, hipokalsemi dan lain-
lain).1,2,3
Pemeriksaan dengan electroencephalogram (EEG) hanya untuk pertimbangan
jika diperlukan melihat aktifitas listrik di otak, sering pada epilepsi, penting untuk
menunjukkan aktifitas epilepsiform. Pada EEG juga dapa dilihat adanya
perubahan ritme dasar sesuai dengan maturasi otak dan tingkat kesadaran.1,2,3,5
G. Terapi
Prinsip pengobatan kejang adalah sebagai berikut :1,3,5
1. Pengobatan dengan obat yang disesuaikan dengan keadaan klinik yang terjadi,
2. Dimulai dengan pemberian satu macam obat dengan dosis konvensional,
kemudian perlahan-lahan ditambahkan sebagai kontrol,
3. Berikan nasehat pada orangtua penderita dan penderita sendiri bahwa
penggunaan obat antikejang tidak akan menyebabkan kemunduran mental
yang permanen, juga dapat sebagai pencegahan jika timbul kejang
selanjutnya,
4. Cek interval pemberian obat, juga obat-obat kausatif agar tidak terjadi
kelebihan dosis, bersama-sama juga kontrol laboratorium dan evaluasi
kembali periode neurologik,
5. Lanjutkan pemberian obat antikejang, hingga penderita benar-benar bebas
kejang selama 2 tahun atau lebih,
8/6/2019 Referat Anak 2BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/referat-anak-2bab-ii 17/24
17
6. Antikejang tidak perlu dihentikan jika akan dilakukan pemeriksaan EEG,
7. Anti kejang jangan dilanjutkan dengan bertahap, apalagi jika dihentikan
pemberian antikejang lalu anak kembali kejang, maka harus diberikan
kembali dengan dosis pemeliharaan (maintenance) selama 2 tahun atau lebih.
Pilihan obat untuk profilaksis jangka panjang tergantung pada jenis
kejangnya. Dosis yang diberikan adalah dosis yang terendah yang dapat
mengendalikan kejang, akan tetapi bila timbul kejang maka dosis harus dinaikkan
atau dipakai obat lain sebagai tambahan untuk mengendalikan kejang.2,5
Efek samping yang sering ditemukan pada obat antikejang dapat berupa :3
1. Reaksi alergi berupa rash, jika obat diberikan terputus-putus,
2. Tanda-tanda keracunan obat, jika pemberian overdosis sehingga dosis harus
dikurangi, kira-kira 25 ± 30 % per hari,
3. Efek sedatif, yang dapat dicegah dengan pemberian kopi atau
dekstroamfetamin sulfat 2,5 ± 5 mg saat sarapan dan 2,5 mg pada malam hari,
4. Hiperplasia gingival sekunder, biasanya ditimbulkan oleh fenitoin jika
diberikan selama 6 bulan sesudah obat dihentikan.
Kadar terapetik obat dalam serum hanya digunakan sebagai pedoman dengan
dosis perkiraan :1
1. Fenobarbital, dosis sekali atau dua kali sehari, dengan kadar serum terapetik
lebih dari 15 µg/ml dan kadar toksik lebih dari 40 µg/ml, efek toksiknya
berupa hiperaktivitas, iritabilitas, tidak dapat memusatkan perhatian (terutama
pada anak kecil), linglung dan ataksia, ruam, riketsia serta anemia
megaloblastik,
2. Pirimidon, dibagi dalam tiga dosis, dengan kadar serum terapetik mencapai 5
µg/ml dan kadar toksik lebih dari 12 µg/ml, efek toksiknya sama seperti pada
fenobarbital ,
3. Fenitoin, dosis 1 atau tiga kali sehari, dengan kadar serum terapetik 10 µg/ml,
efek toksik berupa mengantuk, linglung, ataksia, nistagmus, hipertrofi gusi,
ruam dan kelainan darah,
8/6/2019 Referat Anak 2BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/referat-anak-2bab-ii 18/24
18
4. Karbamazepin, dosis 2 ± 3 kali sehari, dengan kadar serum terapetik 4 µg/ml
dan kadar toksi lebih dari 8 µg/ml, efek toksik berupa anemia aplastik,
leukopenia, pusing, ikterus dan gangguan pencernaan,
5. Etosuksimid, dosis 2 ± 3 kali sehari, dengan kadar serum terapetik 40 µg/ml
dan kadar toksik lebih dari 100 µg/ml, efek toksik berupa mengantuk, pusing,
sakit kepala ataksia, kelainan darah, sistemik lupus eritematous (sangat
jarang) dan albuminuria,
6. Natrium Valproat, dosis 2 ± 3 kali sehari dengan kadar serum terapetik
50 ± 100 µg/ml, dapat menyebabkan meningkatnya kadar serum barbiturat
jika diberikan bersama-sama, efek toksik berupa alopesia (kadang-kadang),
mual, mengantuk, perubahan napsu makan, kelainan tingkah laku,
hiperamonemia dan kegagalan fungsi hati,
7. Klonazepam (Rivotril), dosis 3 kali sehari, efek toksik berupa mengantuk,
ataksia, linglung vertigo dan perubahan napsu makan,
8. Nitrazepam (Mogadon), dosis awal 0,25 mg/kg BB/hari dibagi 2 dosis, efek
toksik mengantuk, ataksia dan linglung.
8/6/2019 Referat Anak 2BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/referat-anak-2bab-ii 19/24
19
TATA LAKSANA KEJANG PADA ANAK
(1) Pengobatan Fase Akut
KEJANG diazepam rektal 0,5mg/KgBB atau
BB <10 kg = 5mgBB >10 kg = 10mg atau
diazepam I.V. 0,3-0,5 mg/KgBB
1-2mg/menit dosis (max.10mg)
0-5 mnt - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
KEJANG (-)
fenobarbital langsung setelah kejang berhenti
usia 1bln-1thn 50mg IM
>1thn 75mg IM
4 jam kemudian berikan ³fenobarbital rumatan´
2 hari pertama 8-10mg/KgBB/hari dlm 2 dosis
Hari berikutnya 4-5mg/KgBB/hari dlm 2 dosis
Dosis max : 200mg
KEJANG (+)
Diulang selama 5 menit
5-10 mnt - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
KEJANG (-) KEJANG (+)Fenitoin 4-8mg/KgBB/hari fenitoin I.V. 10-20 mg/KgBB dlm
12 jam setelah dosis terakhir 50 cc NaCl 0,9% dgn kec 25mg/KgBB
Dosis max : 1 gr
10-15 mnt - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
KEJANG (-) KEJANG (+)
Fenobarbital 3-4mg/KgBB fenobarbital I.V 10-20 mg/KgBB dlm
12 jam setelah dosis terakhir kecepatan >10 mnt
Dosis max : 1 gr
KEJANG (+)
ICU
Midazolam 0,2mg/KgBB bolus I.V.
Pentonal 5-8mg/KgBB I.V
8/6/2019 Referat Anak 2BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/referat-anak-2bab-ii 20/24
20
(2) Mencari Penyebab
(3) Pengobatan Profilaksisa. Profilaksis intermiten
Diazepam oral 0,3-0,5mg/KgBB/hari dibagi dalam 3 dosis saat pasien
demam atau rektal tiap 8 jam <10kg : 5mg
>10kg : 10mg
Antipiretik : parasetamol 10-15mg/KgBB sehari 4 kali
Ibuprofen 10mg/KgBB sehari 3 kali
b. Profilaksis terus menerus untuk mencegah kejang berat berulang dan
mencegah kerusakan otak
Fenobarbital 4-5mg/KgBB/hari dibagi 2 hari atau
Asam valproat 15-40mg/KgBB/hari
Diberikan selama 1-2 tahun setelah kejang terakhir dan dihentikan
bertahap1-2 bulan
8/6/2019 Referat Anak 2BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/referat-anak-2bab-ii 21/24
21
TATA LAKSANA KEJANG PADA NEONATUS
(1) Cari kausa kejang
(2) Oksigenasi
(3) Pasang jalur IV ( jenis cairan tergantung umur dan penyebab)(4) Anti convulsan :
Kejang pada neonatus
FenobarbitalLoading dose 15 mg/kg BB IV pelan atau IM
Masih kejang dalam 60menit
Kejang (-) Kejang(+)
Fenobarbital dosis rumatan fenobarbital 10mg/KgBB/kali IM5-8mg/KgBB/hari IM atau peroral atau IV pelan
Dalam 2 dosis (dosis max 30mg/KgBB/hari)
Kejang (-) Kejang(+)
Fenobarbital dosis rumatan fenitoin loading dose5-8mg/KgBB/hari IM atau peroral 15mg/KgBB IV secara pelanDalam 2 dosis 1ml/KgBB/menit
Fenitoin dosis rumatan
5-8mg/KgBB/hari IV atau peroral dibagi 3-4 dosis,
diberikan bersama fenobarbitaldosis rumatan
(5) Terapi etiologi spesifik
a. Dekstrose 10% 2 ml/kg BB intravena bolus pelan dalam 5 menit (bila
duga hipoglikemi)
8/6/2019 Referat Anak 2BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/referat-anak-2bab-ii 22/24
22
b. Kalsium glukonas 10 % 200 mg/kg BB intravena (2 ml/kg BB) diencerkan
aquades diberikan secara intra vena dalam 5 menit (bila diduga
hipokalsemia)
c. Antibiotika bila dicurigai sepsis atau meningitis
d. Piridoksin (B6) 50mg/KgBB/kali IV atau IM satu kali pemberian pada
defisiensi piridoksin,
(6) Pantau pernapasan, tekanan darah dan kadar glukosa darah
(7) Jaga suhu tubuh stabil
Referensi
Standar Pelayanan Medis RS dr.Sardjito. Jilid 2. Edisi III. Medika, Fakultas Kedokteran UGM.
2005. hal.58-59
H. Prognosis
Prognosis pada anak yang menderita kejang dipengaruhi oleh :1,4,5
1. Umur, saat mengalami kejang, dimana usia semakin muda saat menderita
kejang maka prognosisnya akan buruk,
2. Frekuensi terjadinya kejang dalam masa kehidupan, jika kejang terjadi
berulang-ulang pasti keadaan selanjutnya tidak akan baik,
3. Penyebab atau asal kejang, dengan penyebab yang multipel maka pada tahap
selanjutnya terjadi gejala yang lebih berat,
4. Penyakit atau keadaan lain yang menyertai kejang,
5. Waktu penanganan kejang, semakin cepat penanganan kejang dilakukan,
maka prognosisnya akan lebih baik.
6. Pada umumnya bayi yang menderita kejang harus mendapat perhatian yang
khusus, terutama jika mengalami kejang yang berulang. Kejang yang
menyebabkan kerusakan otak yang berat, akan memperburuk keadaan dan
prognosis. Oleh karena itu sedapat mungkin harus dicegah komplikasi yang
lebih lanjut saat terjadi kejang.1
8/6/2019 Referat Anak 2BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/referat-anak-2bab-ii 23/24
23
BAB III
KESIMPULAN
1. Kejang merupakan gejala yang lazim terjadi pada bayi, baik dengan penyebab
yang diketahui maupun yang tidak diketahui.
2. Angka kejadian kejang pada bayi baru lahir berkisar antara 0,2-1,2%, pada
kelompok usia lebih dari 6 bulan ± 3 tahun lebih dari 50%. Angka kejadian
kejang pada anak di bawah umur 5 tahun sekitar 6-7% dari seluruh anak,
3. Terganggunya potensial membran, maka dalam waktu yang singkat terjadi
difusi dari ion kalium maupun ion natrium melalui membran sel, sehingga
menyebabkan terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik yang
sedemikian besar, dapat meluas ke seluruh sel, hingga mencapai sel-sel yang
saling berdekatan, dengan bantuan suatu bahan yang disebut dengan
neurotransmiter. Rangsangan pada sel-sel saraf ini akan mengaktifkan
berbagai sel sel lewat neurotransmiter. Tak terkecuali juga sel-sel otot.
Dengan aktifnya aktin dan miosin maka otot-otot akan mengalami kontraksi.
Sehingga timbullah berbagai gerakan involunter. Hal ini berakibat terjadinya
kejang.
4. Penegakan diagnosis dapat dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan
fisikdan pemeriksaan pemunjang
5. Penanganan kejang harus dilakukan dengan benar, karena jika tidak maka
justru akan menambah komplikasi yang baru. Selain itu penggunaan obat
antikejang juga harus memperhatikan dosisnya, agar tidak terjadi toksisitas
6. Pengaruh kejang pada bayi meliputi gangguan fungsional yang berhubungan
dengan otak, juga pada aspek sosial serta gangguan pada perkembangan
intelegensia dan mental.
8/6/2019 Referat Anak 2BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/referat-anak-2bab-ii 24/24
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Rendle SJ, Gray OP, Dodge JA. Penyakit Sistem Neurologis. Dalam : Ikhtisar
Penyakit Anak. Edisi keenam. JilidD
ua. Bina Rupa Aksara. Jakarta ; 1994 :60 ± 69.
2. Ilingwort RS. Diagnosis Banding Gejala yang Lazim pada Anak. Edisi 8. EGC
Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta ; 1988 : 173 ± 183.
3. Hathaway WE, Hay WW, Groothuis JR, Paisley JW. Neurologis & Muscular
Disorder. In : Current Pediatric Diagnosis & Treatment. 8th
ed. Prentice Hall Int.
Inc. Colorado ; 1991 : 687 ± 697.
4. Ganstorp I. Convultion. In : Paedriatric Neurology. 2nd
ed. Butterwoth. London ;
1985 : 97 ± 107.
5. Staf Pengajar IKA FK UI. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. Percetakan
INFOMEDICA. Jakarta ; 1985 : 847 ± 861.
6. Harsono. Epilepsi. Dalam : Kapita Selekta Neurology. Gajah Mada University
Press. Jakarta ; 1995 : 71 ± 84.
7. Staf Pengajar IKA FK UI. Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak. Percetakan
INFOMEDICA. Jakarta ; 1985 : 1137 ± 1147.
8. Standar Pelayanan Medis RS dr.Sardjito. Jilid 2. Edisi III. Medika, Fakultas
Kedokteran UGM. 2005. hal.58-59