Real Estate Process

10
Komang Tria Prabawati NIM 25209023 Tugas 3 1 A. Faktor Penentu Pengambilan Keputusan Investasi 1. Faktor Penentu Pengambilan Keputusan Investasi Dari penelitian yang telah dilakukan terhadap karakterisitik Highest Best Use (HBU) ditemukan bahwa HBU adalah suatu konsep sebuah paradigma yang terus berkembang berdasarkan kepada kondisi lokasi tertentu yang berkaitan dengan faktor ekonomi, finansial, dan real estat. Selain HBU, ditemukan beberapa konsep dalam menentukan penggunaan tertinggi dan terbaik, yaitu Model penaksiran berbasis Highest Best Use (HBU), Most Frequent Use (MFU) dan Most Probable Use (MPU) yang dijelaskan dengan memahami perbedaan dan persamaan atribut-atribut penting yang berperan dalam menentukan model terbaik untuk proses penaksiran ini. Terdapat persamaan umum diantara HBU dan MFU dalam jangka waktu proses, dimana kedua-duanya merupakan proses jangka waktu panjang dan mempunyai kekuatan yang lebih bersifat makro. Penaksiran MFU dan MPU juga mempunyai banyak persamaan berdasarkan ciri-ciri yang dipertimbangkan dalam melihat suatu permasalahan. Pada dasarnya, kedua model penaksiran ini mementingkan hasil optimal dalam membuat keputusan dan berbeda dengan penaksiran secara HBU yang lebih mengutamakan keuntunagn maksimal. Ini dengan langsung, mempengaruhi aplikasi akhir proses penaksiran ini, yang mana HBU lebih cocok digunakan sebagai portfolio konsep untuk pembuatan keputusan pada peringkat publik atau pemerintah, dan MFU serta MPU lebih bersifat penaksiran untuk proyek yang bersifat privat. Secra lengkapnya, perbedaan antara HBU, MFU, dan MPU dapat disimpulkan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ssebagai berikut : Atribut HBU MFU MPU Faktor Pembuatan Keputusan Maksimal Optimal/ Memuaskan Optimal/ Memuaskan Bentuk Model Statis – sama seperti ketika proses penaksiran dibuat Dinamis – Dipengaruhi jarak proses Dinamis – Dipengaruhi jarak proses Sudut Pandang Resiko Konsep yang jelas – direpresentasi dengan pasti dan tidak membenarkan perubahaan/ perbedaan Konsep masih mempertimbangkan ketidakpastian Dipengaruhi jarak proses Konsep masih mempertimbangkan ketidakpastian Dipengaruhi jarak proses Perspektif Waktu Jangka waktu panjang – seperti yang didukung undangundang dan penggunaan konsep sementara serta perspektif nilai hakiki Jangka waktu panjang – berdasarkan sifat kesatuan dan keterbatasan yang didefinisikan Jangka waktu pendek – berdasarkan sifat keterbatasan yang menyatu

Transcript of Real Estate Process

Page 1: Real Estate Process

Komang Tria Prabawati  NIM 25209023 Tugas 3 

     

 

  A. Faktor Penentu Pengambilan Keputusan Investasi 

  1. Faktor Penentu Pengambilan Keputusan Investasi  Dari penelitian yang telah dilakukan terhadap karakterisitik Highest Best Use (HBU) ditemukan bahwa HBU adalah suatu konsep sebuah paradigma yang terus berkembang berdasarkan kepada kondisi lokasi tertentu yang berkaitan dengan faktor ekonomi, finansial, dan real estat. Selain HBU, ditemukan beberapa konsep dalam menentukan penggunaan tertinggi dan terbaik, yaitu Model penaksiran berbasis Highest Best Use (HBU), Most Frequent Use (MFU) dan Most Probable Use (MPU) yang dijelaskan dengan memahami perbedaan dan persamaan atribut-atribut penting yang berperan dalam menentukan model terbaik untuk proses penaksiran ini. Terdapat persamaan umum diantara HBU dan MFU dalam jangka waktu proses, dimana kedua-duanya merupakan proses jangka waktu panjang dan mempunyai kekuatan yang lebih bersifat makro. Penaksiran MFU dan MPU juga mempunyai banyak persamaan berdasarkan ciri-ciri yang dipertimbangkan dalam melihat suatu permasalahan. Pada dasarnya, kedua model penaksiran ini mementingkan hasil optimal dalam membuat keputusan dan berbeda dengan penaksiran secara HBU yang lebih mengutamakan keuntunagn maksimal. Ini dengan langsung, mempengaruhi aplikasi akhir proses penaksiran ini, yang mana HBU lebih cocok digunakan sebagai portfolio konsep untuk pembuatan keputusan pada peringkat publik atau pemerintah, dan MFU serta MPU lebih bersifat penaksiran untuk proyek yang bersifat privat. Secra lengkapnya, perbedaan antara HBU, MFU, dan MPU dapat disimpulkan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ssebagai berikut :

Atribut  HBU  MFU  MPU 

Faktor Pembuatan Keputusan 

Maksimal Optimal/ 

Memuaskan Optimal/ 

Memuaskan 

Bentuk Model Statis – sama seperti 

ketika proses penaksiran dibuat 

Dinamis – Dipengaruhi jarak 

proses 

Dinamis – Dipengaruhi jarak 

proses 

Sudut Pandang Resiko 

Konsep yang jelas – direpresentasi 

dengan pasti dan tidak membenarkan 

perubahaan/ perbedaan 

Konsep masih mempertimbangkan ketidakpastian ‐ Dipengaruhi jarak 

proses  

Konsep masih mempertimbangkan ketidakpastian ‐ Dipengaruhi jarak 

proses 

Perspektif Waktu 

Jangka waktu panjang – seperti yang didukung 

undang‐undang dan penggunaan konsep sementara serta 

perspektif nilai hakiki 

Jangka waktu panjang – 

berdasarkan sifat kesatuan dan 

keterbatasan yang didefinisikan 

Jangka waktu pendek – 

berdasarkan sifat keterbatasan yang 

menyatu 

Page 2: Real Estate Process

Komang Tria Prabawati  NIM 25209023 Tugas 3 

     

 

Magnitud 

Perspektif 

Model makro – berdasarkan pilihan masyarakat dan 

magnitud keterbatasan dari 

faktor luar 

Model makro – berdasarkan 

keterbatasan yang menyatu  

Model mikro – atas dasar keterbatasan yang dipengaruhi 

site 

Orientasi Keputusan  

Orientasi kebijakan berdasarkan pertimbangan penaksiran 

Orientasi pasar –direpresentasi oleh batas biaya dari 

pihak pembekal dan prilaku permintaan 

Orientasi pasar –direpresentasi oleh batas biaya dari 

pihak pembekal dan prilaku permintaan 

Sifat Model 

Berdasarkan kaidah karena merupakan model bersifat ideal yang mementingkan 

keuntungan maksimal, maka dengan itu, tidak merepresentasikan proses pembuatan keputusan dan 

jangka waktu proses sebenarnya 

Berdasarkan kaidah, dan 

mempertimbangkan keseimbangan idealis dalam kesanggupan 

menanggung kerugian, dengan itu merepresentasi kondisi sebenar 

pasar 

Pragmatis, dengan itu 

merepresentasikan proyek individual sebagai hasil dari pertimbangan site 

spesifik 

Applikasi 

Sebagai portfolio konsep, untuk pembuatan keputusan di 

peringkat publik atau pemerintah kerana memasukan objektif 

yang memaksimalkan keuntungan publik 

Sebagai portfolio konsep, untuk 

analisa jangka waktu panjang proyek 

publik atau pribadi yang merupakan 

pembuat keputusan tata guna lahan. Ini 

disebabkan keterbatasan definisi 

konsep ini. 

Untuk analisa proyek pribadi, hasil dari pertimbangan 

kondisi site‐spesifik 

Logika Model Deduktif – Arus 

logika yang bersifat umum dan spesifik 

Induktif – Pengenalan terhadap faktor keterbatasan dapat mengawali 

analisa penggunaan spesifik 

Induktif – Pengenalan terhadap faktor keterbatasan dapat mengawali 

analisa penggunaan spesifik.  

Informasi umum kemudiannya 

dipertimbangkan untuk merubah 

keseluruhan konsep dasar 

Page 3: Real Estate Process

Komang Tria Prabawati  NIM 25209023 Tugas 3 

     

 

Dalam  melakukan  analisa  HBU,  ditemukan  terdapat  beberapa  variabel  yang  perlu dipertimbangkan  dalam  menentukan  penggunaan  terbaik  dalam  investasi  real  estat diantaranya:   

1. Aspek pasar meliputi:  jumlah permintaan,  lokasi  lahan, komposisi  tanah, kondisi di sekitar lokasi lahan, skala investasi, harga jual dan skema pembayaran 

2. Aspek  legal meliputi: RUTR,  sertifikasi  tanah, perijinan. dan peraturan pemerintah lainnya. 

3. Aspek  teknis  dan  lingkungan  meliputi:  rancangan,  biaya  konstruksi  dan  jadwal konstruksi. 

4. Aspek  finansial  meliputi:  biaya  modal,  estimasi  pengeluaran,  pendapatan  dan jadwal,  kebijaksanaan  perusahaan  yang  berkaitan  dengan  struktur  dan  sumber pembiayaan, sistem kontrak dengan kontraktor dan profitibilitas cashflow 

 Selain  konsep  HBU, MFU,  dan MPU,  ternyata  ditemukan  konsep  lain  dalam  penggunaan tertinggi dan  terbaik,  yaitu   Pemeliharan penggunaan  lingkungan  realestat  yang  signifikan yang  dapat menjadikannya  sebagai  sebuah  penggunaan  tertinggi  dan  terbaik.  Konsep  ini berlaku  pada    lahan  yang memiliki  komoditi  untuk  dipelihara  (contohnya:  rawa,  padang pasir, dll) yang secara mekanis  lahan tersebut tidak memungkinkan untuk dibangun karena membutuhkan  biaya  yang  tidak  sedikit  dan  tidak  signifikan.  Dua  konsep  yang  perlu dijelaskan    sebelum melakukan analisa, yaitu konsep mengenai pemeliharaan penggunaan lingkungan real estat yang signifikan, dan aplikasi penggunaan tertinggi dan terbaik.  Realestat  yang  signifikan  secara  lingkungan  dapat  dijelaskan  sebagai  satu  bentuk  hak properti  pribadi  yang mengawasi  penggunaan  lahan  dengan  berdasarkan  faktor  ‐  faktor geografi, biologi, ekologi, arkeologi, paleontology, budaya, dan/atau sejarah yang signifikan kepada masyarakat.  Pemeliharaan  penggunaan  didefinisikan  sebagai  proses memelihara, mempertahankan,  rehabilitasi  dengan  memperhatikan  ciri‐ciri  geografi,  biologi,  ekologi, arkeologi, paleontologi, budaya, dan/atau sejarah yang signifikan pada lahan tersebut.             Terdapat empat kriteria dalam mengaplikasikan analisa penggunaan tertinggi dan terbaik dengan memelihara dan menggunakan lingkungan realestat secara signifikan. Keterbatasan eksplisit dan implisit definisi nilai pasar merupakan ciri‐ciri dalam mengaplikasi analisa penggunaan tertinggi dan terbaik dalam pemeliharan penggunaan lingkungan real estat yang signifikan. Kriteria tersebut adalah: 

 • Kriteria komoditi: Lahan real estat signifikan yang ingin dipelihara harus memiliki 

nilai komoditi (layak untuk di preserve). • Kriteria ekonomi:  Lahan real estat signifikan yang ingin dipelihara harus memiliki 

nilai aktivitas ekonomi. • Kriteria private real property rights market:  Lahan real estat signifikan yang ingin 

dipelihara harus berkoresponden dengan  private real property rights market   • Kriteria  definisi  nilai  pasar:  transaksi  di  dalam  pasar  secara  umum  beserta 

penilaian yang dilakukan harus memenuhi definisi nilai pasar. 

Selain  kriteria  di  atas  beberapa  faktor  yang  harus  diperhatikan  dalam  melakukan Pemeliharan penggunaan lingkungan realestat yang signifikan adalah kemungkinan secara fisik,  ijin  hukum,  kelayakan  secara  financial  dan menghasilkan  keuntungan  bersih  yang paling tinggi kepada pemilik. 

 

Page 4: Real Estate Process

Komang Tria Prabawati  NIM 25209023 Tugas 3 

     

 

2. Konsep dan Strategi Pengambilan Keputusan  Dari  kajian  konsep  dan  strategi  pengambilan  keputusan  pada  pasar  real  estat,  telah dibuktikan  bahwa  sebuah  konsep  strategi  kerangka  kerja  untuk  rea  lestat  harus mampu untuk menyediakan  sebuah  landasan dalam mendapatkan pengetahuan disiplin  real estat, bagaimana menentukan harga produksi dan pengalokasian  � lter dalam  real estat  investasi  dengan  berdasarkan  landasan  teoritik  dan  � lternati  serta  melibatkan  bidang  keilmuan psikologi,  ekonomi,  matematik/statistik,  ilmu  pengetahuan  sosial,  sejarah    dan  juga merepresentasikan cara untuk menghubungkan pendekatan secara strategi untuk kegiatan jual‐beli real estat. Dengan memahami proses real estat, pengaruh strategi terhadap proses transaksi  yang  terjadi  setelah  proses  jual‐beli  real  estat  dapat  diidentifikasi.  Pengaruh strategi  ini  juga berfungsi sebagai strategi yang penting bagi pemasaran dalam real estate, yang  kemudiannya menjadi  bagian  dari  strategi  perusahaan  keseluruhan.  Setiap  � lternat dianggap unik, maka dari itu, setiap proses transaksi juga unik dan tidak dapat diaplikasikan secara merata pada aktivitas real estat di wilayah yang berbeda. 

 Salah  satu  contoh  strategi  dalam menentukan  pengunaan  nilai  terbaik  diantara  2  pilihan investasi  pada  objek  studi  pengembangan  lapangan  golf  dan  perumahan  yaitu  dengan melakukan  tahapan  analisa  berupa:    mendeskripsikan  kondisi  pasar  diantara  2  pilihan kemungkinan  investasi,  kemudiannya  dilanjutkan  dengan menganalisa  peramalan  jumlah konsumen  antara 2 pilihan  tersebut dan menganalisa  cash  flow dan  analisa  resiko.  Selain konsep analisa di atas terdapat juga Sebuah sistem infomasi geografi (GIS) yang merupakan sebuah sistem yang berguna dalam proses membuat keputusan dalam Real estate. Sistem ini  mampu  � ltern  laporan  mengenai  perkembangan  � lternati  Real  Estat  Geographical Information System  (REGIS) dengan cara mengintegrasikan  teori Fuzzy Set  (FZ), Rule‐based System  (RBS) dan Sistem  Informasi Geografi  (GIS). Fungsi sistem‐sistem  ini pada bisnis real estat adalah untuk membantu para pembuat keputusan untuk penjual dan pembeli,  serta pengurus  � lternat. Untuk  agen  real estate,  sistem  ini dapat digunakan  sebagai  alat bantu untuk  menjual  dan  mengurus  � lternat.  Untuk  pembeli,  REGIS  dapat  berfungsi  sebagai konsultan dalam proses membuat keputusan dalam pembelian properti. 

 B. Aspek Pasar dan Pemasaran 

1. Preferensi  Dengan  meneliti  aspek  pasar  dan  pemasaran,  preferensi  menjadi  faktor  utama  yang mempengaruhi  pasar  real  estat.  Temuan‐temuan  yang  didapat  antara  lain  dari  beberapa jurnal  dapat  dirangkum  temuan  bahwa  preferensi  konsumen  terhadap  produk  realestat dipengaruhi oleh beberapa variabel diantaranya: 

 1. Harga Rumah  Harga  rumah merupakan  faktor penentu utama preferensi  konsumen  terhadap produk real  estat.  Harga  rumah  yang  sesuai  dengan  kualitas  dan  kondisi  ekonomi  konsumen disekitar produk real estat memiliki nilai preferensi yang tinggi  2. Pendapatan  Tingkat  pendapatan  konsumen  di  sekitar  produk  real  estat  mempengaruhi  daya  beli konsumen dan preferensi konsumen yang sesuai dengan tingkat pendapatan. Pertimbangan  tiap golongan  terhadap pemilihan  rumah berdasarkan pendapatan dapat dibagi dalam 3 bagian berdasarkan pendapatan : 

Page 5: Real Estate Process

Komang Tria Prabawati  NIM 25209023 Tugas 3 

     

 

 Masyarakat berpenghasilan  rendah  cenderung memilih  rumah yang dapat dibeli  secara kredit, cicilan murah, tanpa uang muka, lantai keramik dan lokasi perumahan dilalui oleh kendaraan umum karena mereka tidak memiliki kendaraan pribadi 

 Masyarakat  perbenghasilan menengah  cenderung membeli  rumah  dengaan  cara  yang sama  pada masyarakat  berpenghasilan  rendah  namun  kualitas  rumah  yang  lebih  baik yaitu  kualitas  kayu  jati,  lantai  keramik.  Masyarakat  berpenghasilan  tinggi  cenderung membeli  rumah  dengan  harga  yang  sesuai  dengan  mutu  bangunan,  kualitas  lantai marmer, terdapat pelayanan terhadap peningkatan mutu bangunan, bangunan yang luas.  

 3. Lokasi Faktor  lokasi  yang  berhubungan  dengan  kemudahan  aksesbilitas,  lokasi  yang  strategi  , kondisi  lingkungan  sekitar,  struktur  sosial masyarakat  sekitar, mempengaruhi preferens konsumen  4. Luasan Rumah dan Desain Rumah Luasan rumah mempengaruhi jenis konsumen dengan preferensi yang  berbeda pada tiap jenisnya.  Pengklasifikasian  konsumen  berdasarkan  tingkat  pendapatan,  umur,  dan pendidikan  mampu  menjawab  preferensi  luasan  rumah  dan  desain  rumah  yang cenderung dipilih pada masing – masing pengklasifikasian konsumen. 

 Salah  satu  contoh  perumahan  yang  dibangun  dengan  tidak  memperhatikan  klasifikasi preferensi  konsumen  adalah  Perumahan  PERUMNAS  yang  dibangun  dengan menyamaratakan  kebutuhan  seluruh  calon  penghuninya  dengan  menggunakan  prinsip rasionalisasi,  antara  lain  rasionalisasi  ukuran,  bentuk,  bahan  bangunan  yang  digunakan maupun  konstruksi  yang  dipilih.  Kondisi  ini  mempengaruhi  tingkat  kepuasan  penghuni terhadap  huniannya,  serta  reaksi  penghuni  dalam  melakukan  penyesuaian  terhadap huniannya. Pemilihan tipe rumah di PERUMNAS sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan terahir  kepala  keluarga  saat  itu.  Faktor pendapatan dan pekerjaan walaupun  tidak  secara signifikan mempengaruhi  pemilihan  tipe  rumah,  namun  berbanding  lurus  dengan  tingkat pendidikan responden. 

2. Lahan (Lokasi, Komposisi, Kondisi Sekitar) 

Terdapat semboyan bahwa yang terpenting dalam real estat adalah lokasi, lokasi dan lokasi hal ini dikarenakan lokasi merupakan salah satu keputusan penting yang harus diambil oleh pengembang.   Beberapa  temuan  mengenai  faktor‐faktor  utama  yang  harus  dipertimbangkan  dalam memilih lokasi diantaranya: 

 ‐ Aksesbilitas ‐ Demografi ‐ Ketersediaan Air ‐ Ruang terbuka Hijau  ‐ Pendapatan masyarakat sekitar lokasi  ‐ Fasilitas yang tersedia di sekitar lokasi ‐ Sarana Infrastruktur   

Page 6: Real Estate Process

Komang Tria Prabawati  NIM 25209023 Tugas 3 

     

 

Selain faktor – faktor di atas yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan lokasi, ditemukan juga  faktor  lain  yang mempengaruhi  yaitu  analisa  empiris  terhadap  efek  dari  biaya  yang dikeluarkan  pengembang  sebagai  dampak  aktivitas  pembangunan  terhadap  lingkungan sekitar yang berpengaruh terhadap nilai harga tanah pada kawasan perumahan.  Impact fees yang lebih tinggi akan menyebabkan nilai harga lot yang tinggi, sehingga menjadi salah satu hal yang patut dipertimbangkan.   Salah satu konsep yang dapat dipakai dalam menentukan pola tata guna lahan yang optimal adalah  Kerangka model MULBO  (Multicriteria  Landscape  Assesment  and  Optimization) yang merupakan metode  pendukung  yang  tegas  yang  berdasarkan  evaluasi  resiko  untuk fungsi  lanskap. Tujuan utamanya adalah untuk menciptakan pola guna  lahan yang optimal yang berbentuk skenario, yang kemudiannya akan menjadi bagian yang seimbang diantara tujuan‐tujuan  evaluasi  resiko  yang  sering  bertentangan.  Tahapan  dalam  menyususn kerangka model MULBO adalah:  

1. Penjelasan mengenai objektif/ tujuan      

2. Pengumpulan data dan pemilihan metode & algoritma penilaian   

3. Penilaian tahap pertama 

4. Mengoptimalkan lanskap  

5. Pengembangan  draft  perancangan  lanskap  untuk  dimasukkan  infomasi  kultural berkaiatan struktur             

6. Penilaian tahap kedua                                                           

7. Membuat usulan tindakan (action plan) 

 

3. Pemasaran dan Implementasi Strategi 

Hal  penting  lainnya  dalam  penelitian  aspek  pasar  dan  pemasaran  adalah  yang  berkaitan dengan  pemasaran  dan  implementasi  strategi.  Dalam  merangka  strategi‐  strategi  yang dimaksudkan,  dari  hasil  penelitian  antara  lain  adalah  dalam  mengembangkan  strategi positioning  real estat  terdapat  tiga  tahapan dasar yaitu melakukan analisis pasar, analisis internal perusahaan, dan analisis pesaing.  Setelah melakukan  analisa dari beberapa data didapat  bahwa  atribut  proyek  (lokasi,  tema,  fasilitas,  dan  lingkungan)   merupakan  faktor yang paling berpengaruh dalam menentukan positioning  Terdapat sembilan temuan cara yang sering digunakan dalam melakukan analisa pasar real estate diantaranya :  

1. Ringkasan  dan  peninjauan  luas  terhadap  kondisi  pasar  sebagai  dasar  dalam menentukan cara‐cara untuk memperbaiki proyek pemasaran yang  berlaku. 

2. Acuan regional berupa kondisi ekonomi setempat 3. Studi  awal  terhadap  kondisi  pasar  harus  mencerminkan  gaya  serta  perbedaan 

golongan/  tipe  pekerjaan  serta  gaya  yang  berkembang  dari  pengaruh  luar (exogenous) yang mempengaruhi pola pasar 

Page 7: Real Estate Process

Komang Tria Prabawati  NIM 25209023 Tugas 3 

     

 

4. Ramalan  secara  long  term  tentang  permintaan  yang  dapats  digunakan  untuk mendukung analisa kemungkinan finansial   

5. Ramalan  harus mencerminkan  status  jangka waktu  panjang  status  kondisi  pasar, kebutuhan/ permintaan, keseimbangan atau kelebihan pasaran. 

6. Analisa pasaran  seharusnya diikutsertakan bersama praktek pembagian  tipe pasar dan perbedaan produk yang dipasarkan 

7. Studi  terhadap  produk  yang  dapat/cocok  untuk  dipasarkan  pada  kondisi  pasar tersebut 

8. Analisa  pasar  harus  menggunakan  appraiser’s  grid  yang  dimodifikasi  untuk menganalisa proyek yang sebanding dengan subjek proyek. 

9. Hasil  presentasi  akhir  terhadap  analisa  pasar  harus menyatakan  range  hasil  akhir yang mencerminkan  bagaimana  ketidaktentuan  yang  dihadapi  dalam menganalisa pasar dipengaruhi oleh banyak faktor yang berbeda pada tiap pasar sehingga perlu dilakukan replikasi analitikal pada pasar yang berbeda. 

 Strategi alternatif dalam strategi penjualan rumah adalah dengan menambah fasilitas umum sehingga konsumen memiliki kenyamanan dalam menempati  rumah  tersebut. Hasil  survei menunjukkan bahwa alasan utama konsumen membeli rumah adalah harga yang terjangkau sedangkan penyediaan  fasilitas umum dalam perumahan merupakan urutan  ke‐4. Namun perumahan yang memiliki  fasilitas umum yang  lengkap  lebih cepat berkembang dalam arti lebih  cepat  terjual  dan  dihuni.  Pada  objek  studi  perumahan  “GCA”  terdapat  beberapa fasilitas yang diharapkan antara lain tempat ibadah, klinik, dan sekolah. 

   

C. Aspek Teknis dan Lingkungan 

1. Aspek yang diputuskan dalam mendesain perumahan kaitannya dengan teknis dan lingkungan 

Dalam  memutuskan  aspek‐aspek  utama  dalam  mendesain  perumahan  yang  merepons teknis dan  lingkungan ditemukan bahwa perencanaan tapak perumahan terdiri dari konsep perencanaan, tata guna lahan, perencanaan jalan dan prinsip pembagian kapling.

Konsep Perencanaan:

Konsep perencanaan dan pola jalan merupakan dua hal utama dalam perencanaan realestat. Secara  teori  dalam  perencanaan  realestat  terdapat  tiga  (3)  konsep  perencanaan  yaitu konsep neotradisional atau konvensional, cluster dan Planned Unit Development (PUD). Dari 53  realestat  yang  ada  di  Surabaya  sebagian  besar  (92,45%)  menerapkan  konsep neotraditional.  Perencanaan Jalan:  Elemen  yang  sangat  penting  dalam  perencanaan  tapak  adalah  jalan,  karena  sangat berpengaruh terhadap  luas dan harga  jual kapling. Dari hasil analisis korelasi menunjukkan adanya  pengaruh  antara  lebar  jalan  dengan  luas  kapling  dan  harga  jual  kapling  pada keempat  perumahan.  Sedangkan  dari  uji  anova  menunjukkan  adanya  perbedaan  yang signifikan dari  keempat perumahan  terhadap  variabel  lebar  jalan,  luas  kapling, harga  jual kapling perm2 dan harga jual kapling.  

Page 8: Real Estate Process

Komang Tria Prabawati  NIM 25209023 Tugas 3 

     

 

Tata Guna Lahan:  Temuan menjelaskan  sebuah  kerangka  kerja  konseptual  yang menghubungkan  bentukan kawasan urban dengan penggunaan energi di  kawasan perumahan melalui  tiga penyebab utama: penyebaran arus listrik dan kehilangan energi akibat proses distribusi, keperluan arus energi  yang berbeda untuk  tipe perumahan  yang berbeda dan  keperluan pemanasan dan penyejukan  ruang  yang  berkait  langsung  dengan  pemanasan  kawasan  urban.  Perumahan yang  berkembang  secara  acak  di  kawasakn  perkotaan menggunakan  lebih  banyak  energi dibandingkan dengan perumahan kawasan perkotaan yang ‘compact’.  

 D. Real Estate Development 

1. Real estate development 

Temuan‐temuan  yang  didapat  pada  penelitian  –  penelitian  yang  membahas  mengenai perkembangan  realestat  antara  lain  ‐ Elemen terpenting yang membentuk kawasan urban adalah hasil dari pasaran real estate, begitu pula pola perkembangan real estat dipengaruhi oleh struktur urban sehingga terjadi hubungan yang timbale balik. Didalam dunia praktek, adalah menjadi sesuatu yang mustahil untuk memisahkan struktur fisik suatu kota dari struktur ekonomi dan sosial. Kelangsungan hidup (viability) juga sering dipengaruhi kebijakan publik melalui penyediaan sosial housing. Jurnal – jurnal dalam pengelompokkan ini menemukan bahwa perkembangan realestat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : 1. Struktur Kota Perencanaan kota diharuskan untuk menyediakan rencana perancangan yang komprehensif/ menyeluruh sesuai dengan peraturan dalam rangka menyediakan kerangka perancangan pengembangan properti, termasuk juga menyediakan sarana infrastruktur yang cukup dan layak dipakai. Infrastruktur ini harus disediakan sebelum kerja development dimulai dan sistem pelayanan urban termasuk sebagai salah satu teknik implementasi yang diwajibkan 2. Kondisi Sosial Ekonomi Biaya yang lebih mahal dalam melakukan pengembangan di pusat kota menyebabkan lebih banyak orang memilih utk tinggal dikawasan pinggir kota (fringe areas) dengan alas an pengembangan properti lebih murah untuk dilakukan atas dasar biaya pengembangan yang lebih murah (utk membangun infrastruktur, penyediaan titik2 kerja, dll). Dengan kurangnya pengembangan berencana di kawasan urban yang menyebabkan  lebih banyak yg memilih utk  tinggal  di  kawasan  luar  kota  telah  mengakibatkan  program  'smart  growth'  gagal dilaksanakan.  3. Jalur Transportasi  Dari variabel yg diteliti, penelitian membuktikan bahwa pengembangan kawasan perumahan akan menjadi lebih baik jika berada tidak terlalu dekat dengan jalur transportasi interchange (jalur kereta api, airport, jalan tol). Jalur transportasi mempengaruhi faktor aksesbilitas dan kestrategisan  lokasi,  pengembang  cenderung melakukan  produksi  real  estate  pada  lokasi yang didukung oleh aksesbilitas tinggi.  

Page 9: Real Estate Process

Komang Tria Prabawati  NIM 25209023 Tugas 3 

     

 

4. Titik – titik pekerjaan  Titik2 pekerjaan di kawasan suburban yang tidak terpusat memberi dampak negatif kepada pola pengembangan properti karena titiktitik pekerjaan suburban yang tidak terpusat akan membentuk pola pengembangan yang tidak compact dan akan membentuk pengembangan kawasan perumahan yang menyebar.  5. Peraturan yang berkaitan pola pengembangan spatial  Peraturan legislatif untuk tujuan pengembangan properti dibentuk dan harus dipatuhi setiap developer  untuk  memastikan  setiap  development  baru  mematuhi  syarat‐syarat  untuk menyediakan  infrastruktur yang diperlukan  supaya memberi kesan positif kepada  struktur kota.  •  Selain  dari  faktor  –  faktor  yang mempengaruhi  pola  perkembangan  real  estat  tersebut ternyata ditemukan juga bahwa pengembang memainkan peran penting dalam menentukan distribusi  spasial pertumbuhan perumahan  karena pengembang membuat  locational  awal komitmen dalam membangun spekulatif dari penawaran rumah baru.  •  Terdapat  pendekatan  lain  dimana  pendekatan  studi  mengenai  proses  pembangunan perumahan  dilakukan  secara  konseptual  dan  empiris  locational  pemeriksaan  perilaku pengembang  dalam  produksi  perumahan  keluarga  tunggal  sub-divisi  untuk  pasar perumahan perkotaan. Pola pertumbuhan perumahan  cenderung mendekati masalah dari sudut pandang rumah tangga sebagai konsumen dimana kebanyakan pembeli rumah hanya mementingkan  rumah  itu  sendiri  dibanding  faktor  lain  seperti  lokasi  dan  pola  subdivisi kawasan rumah serta kondisi kawasan perumahan itu dibangun (pola pengembangan rumah dilakukan secara spekulatif).  

 6. Perilaku Developer 

Perilaku developr / pengembang juga mempengaruhi dalam menentukan perkembangan realestat. Salah satu temuan yang menggambarkan bagaimana aktivitas investasi pengembang pada suatu Negara dapat mempengaruhi pola/bentuk perkembangan realestat adalah penelitian mengenai aktivitas investasi pengembang lokal di Perancis dilakukan secara besar – besaran, long term dan spekulatif sehingga menimbulkan kerugian dan krisis ekonomi di Perancis. Hal ini mengundang pengembang dan investor luar untuk membeli saham dan melakukan investasi di perancis, dengan belajar dari kesalahan yang dilakukan oleh investor lokal di Perancis, investor luar melakukan kegiatan investasi secara short term dan bersifat regional sehingga mampu memperbaiki kondisi ekonomi Perancis yang mengalami krisis pada saati itu. Hal ini menggambarkan bahwa pengembang harus memiliki strategi tertentu dalam melakukan aktivitas investasinya, pengembangan secara regional dan short term cenderung lebih menguntungkan apabila dibandingkan dengan pengembangan secara spekulatif besar – besaran. Ditemukan terdapat perbedaan perilaku dan dampak antara pengembang kecil dan pengembang berskala besar, dan erdasarkan analisa yang dilakukan oleh peneliti didapat temuan bahwa perilaku pengembang kecil dalam melakukan kegiatan investasinya mempunyai ciri – ciri sebagai berikut: 1. Pembebasan lahan dilakukan secara sporadis 2. Pembangunan dilakukan secara Mandiri 3. KPR sebagai satu – satunya sumber penjualan

Page 10: Real Estate Process

Komang Tria Prabawati  NIM 25209023 Tugas 3 

     

10 

 

4. Pola Pengadaan tanah secara bertahap karena keterbatasan modal Untuk memahami perilaku sistem informasi (IS) para developer sepanjang proses perkembangan IS (ISD) digunakan kerangka kerja empat paradigma yang digunakan oleh Hirschheim dan rekanrekan (1995), yang telah memperkenalkan pendekatan ini untuk mengungkapkan hubungan diantara asumsi developer dan hal yang berkaitan dengan perilakunya. Isu utama disini adalah untuk mengetahui bagaimana kerangka kerja empat paradigma ini bisa dioperasikan untuk mengklasifikasi perilaku IS para developer. Dengan mengambil studi kasus dari tiga organisasi pelayanan kesehatan nasional UK di daerah Utara Inggris, peneliti memusatkan penelitian terhadap isu perilaku berbanding aspek-aspek yang bersifat kognitif (asumsi) pendekatan empat paradigma tersebut. Empat paradigma yang dipakai untuk mengevaluasi perilaku developer  1. Paradigma Fungsional Bersifat  fungsional, mekanistik,  rasionalistik dan memiliki prosedur metodologi. Paradigma fungsional menolak keterlibatan stakeholder dalam proses penelitian IS. (lebih menekankan pada aturan dan objektif)  2. Paradigma Relatif Sosial Paradigma ini mencoba untuk memahami sistem social dari perspektif patrisipan. Keperluan dan persyaratan IS disusun berdasarkan kepada struktur sosial sehingga keperluan dan persyaratan IS berdasarkan persepsi partisispan. (lebih menekankan pada aturan dan subjektif)   3. Paradigma Strukturalis Radikal Berdasarkan premis persaingan kelas diantara pihak manajemen dan karyawan, maka dari itu sistem  ini mengidentifikasi konflik yang  terjadi diantara manajemen dan karyawan dan mengharuskan para sistem developer untuk memilih keberpihakan antara karyawan dan manajemen. Paradigma strukturalis  radikal bertujuan untuk merubah struktur  IS dari pada menjelaskan IS (lebih menekankan pada Objektif dan konflik)  4. Paradigma Neo Humanist Bertujuan untuk mencari perubahan radikal, emansipasi, dan member penekanan terhadap perbedaan peran diantara  tingkat  sosial dan organisasi dalam melakukan dan memahami perubahan.  Lebih bersifat  teoritikal dan dibangun dari  teori bukan berdasarkan penelitian empiris. (lebih menekankan pada subjektif dan konflik)  Hasil  penelitian  menyimpulkan  bahwa  pendekatan  empat  paradigma  ini  mampu  untuk mengklasifikasi perilaku developer sesuai paradigmanya.