Rangkuman Manajemen Operasi - Heizer Chapter 12

37
BAB 12 Inventory Management Importance of Inventory Tujuan dari pengelolaan persediaan adalah untuk menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dan pelayanan ke pelanggan. Di satu sisi persediaan perlu dikendalikan agar tidak mengalami over stock yang berakibat pada peningkatan biaya bunga karena adanya inventory yang over dan juga adanya pemakaian space gudang yang tinggi sehingga menjadikan biaya pergudangan juga menjadi meningkat. Di sisi lain persediaan juga harus dijaga agar tidak menjadikan under stock yang menyebabkan kerugian opportunity sales, bahkan terjadi kekecewaan di pelanggan karena apa yang diminta tidak bisa direalisasikan. Pengelolaan persediaan berpengaruh terhadap semua fungsi bisnis ( operation, marketing, dan finance). Berkaitan dengan persediaan ini terdapat konflik kepentingan diantara fungsi bisnis tersebut. Finance menghendaki tingkat persediaan yang rendah, sedangkan Marketing dan operasi menginginkan tingkat persediaan yang tinggi agar kebutuhan konsumen dan kebutuhan produksi dapat dipenuhi. Berkaitan dengan kondisi di atas, maka perlu ada pengaturan terhadap jumlah persediaan, baik bahan- bahan maupun produk jadi, sehingga kebutuhan proses produksi maupun kebutuhan pelanggan dapat dipenuhi. 1

description

Rangkuman manajemen operasi jay Heizer chapter 12

Transcript of Rangkuman Manajemen Operasi - Heizer Chapter 12

Page 1: Rangkuman Manajemen Operasi - Heizer Chapter 12

BAB 12

Inventory Management

Importance of Inventory

Tujuan dari pengelolaan persediaan adalah untuk menentukan

keseimbangan antara investasi persediaan dan pelayanan ke pelanggan.

Di satu sisi persediaan perlu dikendalikan agar tidak mengalami over

stock yang berakibat pada peningkatan biaya bunga karena adanya

inventory yang over dan juga adanya pemakaian space gudang yang

tinggi sehingga menjadikan biaya pergudangan juga menjadi meningkat.

Di sisi lain persediaan juga harus dijaga agar tidak menjadikan under

stock yang menyebabkan kerugian opportunity sales, bahkan terjadi

kekecewaan di pelanggan karena apa yang diminta tidak bisa

direalisasikan.

Pengelolaan persediaan berpengaruh terhadap semua fungsi

bisnis ( operation, marketing, dan finance). Berkaitan dengan persediaan

ini terdapat konflik kepentingan diantara fungsi bisnis tersebut. Finance

menghendaki tingkat persediaan yang rendah, sedangkan Marketing dan

operasi menginginkan tingkat persediaan yang tinggi agar kebutuhan

konsumen dan kebutuhan produksi dapat dipenuhi.

Berkaitan dengan kondisi di atas, maka perlu ada pengaturan

terhadap jumlah persediaan, baik bahan-bahan maupun produk jadi,

sehingga kebutuhan proses produksi maupun kebutuhan pelanggan

dapat dipenuhi. Tujuan utama dari pengendalian persediaan adalah agar

perusahaan selalu mempunyai persediaan dalam jumlah yang tepat, pada

waktu yang tepat, dan dalam spesifikasi atau mutu yang telah ditentukan

sehingga kontinuitas usaha dapat terjamin (tidak terganggu).

Usaha untuk mencapai tujuan tersebut tidak terlepas dari prinsip-

prinsip ekonomi, yaitu jangan sampai biaya-biaya yang dikeluarkan terlalu

tinggi. Baik persediaan yang terlalu banyak, maupun terlalu sedikit akan

minimbulkan membengkaknya biaya persediaan. Jika persediaan terlalu

banyak, maka akan timbul biaya-biaya yang disebut carrying cost, yaitu

biaya-biaya yang terjadi karena perusahaan memiliki persediaan yang

1

Page 2: Rangkuman Manajemen Operasi - Heizer Chapter 12

banyak, seperti : biaya yang tertanam dalam persediaan, biaya modal

(termasuk biaya kesempatan pendapatan atas dana yang tertanam dalam

persediaan), sewa gudang, biaya administrasi pergudangan, gaji

pegawai pergudangan, biaya asuransi, biaya pemeliharaan persediaan,

biaya kerusakan/kehilangan.

Begitu juga apabila persediaan terlalu sedikit akan menimbulkan biaya

akibat kekurangan persediaan yang biasa disebut stock out cost seperti :

mahalnya harga karena membeli dalam partai kecil, terganggunya proses

produksi, tidak tersedianya produk jadi untuk pelanggan.Jika tidak

memiliki persediaan produk jadi terdapat 3 kemungkinan, yaitu :

1). Konsumen menangguhkan pembelian (jika kebutuhannya tidak

mendesak). Hal ini akan mengakibatkan tertundanya kesempatan

memperoleh keuntungan.

2). Konsumen membeli dari pesaing, dan kembali ke perusahaan (jika

kebutuhan mendesak dan masih setia). Hal ini akan menimbulkan

kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan selama persediaan

tidak ada.

3). Yang terparah jika pelanggan membeli dari pesaing dan terus pindah

menjadi pelanggan pesaing, artinya kita kehilangan konsumen.

Selain biaya di atas dikenal juga biaya pemesanan (ordering cost)

yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan

pemesanan sejak penempatan pesanan sampai tersedianya

bahan/barang di gudang. Biaya-biaya tersebut antara lain : biaya telepon,

biaya surat menyurat, biaya adminisrasi dan penempatan pesanan, biaya

pemilihan pemasok, biaya pengangkutan dan bongkar muat, biaya

penerimaan dan pemeriksaan bahan/barang.

Functions of Inventory

Beberapa fungsi dari persediaan adalah sebagai berikut :

1. Fungsi Decoupling adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan

dapat memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung pada

supplier.

2

Page 3: Rangkuman Manajemen Operasi - Heizer Chapter 12

2. Fungsi  Economic Lot Sizing, persediaan ini perlu mempertimbangkan

penghematan atau potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit

menjadi lebih murah dan sebagainya.

3. Fungsi Antisipasi, apabila perusahaan menghadapi fluktuasi

permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasarkan

pengalaman atau data-data masa lalu yaitu permintaaan musiman.

4. Fungsi Menahan terjadinya kenaikkan harga yang disebabkan adanya

inflasi, sehingga bisa menjadi keuntungan kompetitif bagi perusahaan.

Types of Inventory

Berikut ini merupakan tipe-tipe persediaan :

1. Persediaan Bahan Mentah (Raw Material), yaitu persediaan barang-

barang berwujud, seperti besi, kayu serta komponen-komponen

lainnya yang digunakan dalam proses produksi. Persediaan ini dapat

diperoleh dari sumber-sumber alam atau dibeli dari para Supplier atau

dibuat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses

produksi selanjutnya

2. Persediaan Barang Dalam Proses (Work In Process), yaitu persediaan

barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam

proses produksi.

3. Persediaan MRO (Maintenance-Repair-Operating). Persediaan yang

membantu atau menolong peralatan (Supplies), agar mesin dan

peralatan yang ada, bisa berjalan secara optimal dan produktif.

4. Persediaan Barang Jadi (Finished Goods), yaitu persediaan barang-

barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap

untuk dijual atau dikirim kepada pelanggan.

Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa setiap jenis persediaan

memiliki karakteristik tersendiri dan cara pengelolaan yang berbeda.

3

Page 4: Rangkuman Manajemen Operasi - Heizer Chapter 12

Figure 12.1 The Material Flow Cycle

Gambar di atas menunjukkan siklus aliran material. Dimana

sebagian terbesar waktu bekerja dalam tahapa proses kerja, adalah

waktu yang tidak produktif yang mencapai hingga +/- 95%.

Managing Inventory

Manajer Operasional perlu memahami sistem dalam mengelola

persediaan, yang dibedakan menjadi 2 hal, yakni :

1. Bagaimana item persediaan bisa diklasifikasikan ? Contoh adalah

ABC Analysis.

2. Bagaimana memastikan catatan persediaan berikut fisiknya bisa

sesuai dan dipertanggungjawabkan.

ABC Analysis

System ABC adalah teknik manajemen persediaan dengan

membagai persediaan kedalam tiga golongan sesuai dengan tingkat

penurunan kepentingan yang didasarkan pada nilai rupiah pada investasi

masing – masing golongang persediaan.

4

Figure 12.1

Input Wait for Wait to Move Wait in queue Setup Run Outputinspection be moved time for operator time time

Page 5: Rangkuman Manajemen Operasi - Heizer Chapter 12

Figure 12.2 Graphic Representation of ABC Analysis

Kriteria lain yang dapat dijadikan sebagai pedoman klasifikasi item

adalah :

Tingginya kekurangan persediaan

Antisipasi perubahan mesin peralatan

Masalah pengiriman

Masalah kualitas

Berikut ini merupakan kebijakan-kebijakan yang didasarkan pada

Analisis ABC :

Lebih menekankan pada pengembangan supplier untuk produk

kategori item “A”

Pengendalian fisik persediaan khususnya di kategori “A”

Lebih memberikan estimasi pada kategori “A”

5

A Items

B Items| | | | | | | | | |

10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Per

cent

age

of a

nnua

l dol

lar

usag

e

80 –70 –60 –50 –40 –30 –20 –10 –

0 –

Percentage of inventory items

C Items

Page 6: Rangkuman Manajemen Operasi - Heizer Chapter 12

Record Of Accuracy

Catatan yang akurat merupakan unsur kritis dalam sistem

produksi dan persediaan.

Pencatatan persediaan bisa dilakukan dari 2 sistem yakni :

1. Sistem Periodik

Sistem ini mengharuskan pengecekkan persediaan secara

regular. Variasi dari sistem periodik adalah Two Bin System.

2. Sistem Perpetual

Sistem ini mengikuti proses penerimaan dan pengeluaran pada

basis yang berlanjut (Sistem ini bisa dilakukan secara semi

otomatis).

Berikut ini beberapa hal yang harus dilakukan untuk memastikan

proses pencatatan yang akurasi :

1. Pencatatan produk masukan dan keluaran harus dilakukan

secara akurat.

2. Ruangan persediaan seharusnya diamankan.

3. Hal yang penting adalah membuat keputusan untuk melakukan

pesanan, penjadualan kiriman dan kiriman.

Cycle Counting

Dalam proses perhitungan siklus, semua item-item persediaan

dihitung dan catatan yang ada diupdate pada sebuah basis periodik.

Dimana proses rekonsiliasi data dan fisik ini dilakukan secara terus

menerus.

Pada proses ini, sering digunakan bersamaan dengan Analisis ABC.

Berikut ini merupakan beberapa keuntungan dari adanya perhitungan

siklus :

1. Mensolusikan gangguan dan pemberhentian dari produksi

khususnya untuk persediaan fisik tahunan.

2. Mengantisipasi penyesuaian persediaan secara tahunan.

3. Melatih personal audit untuk persediaan yang akurat

6

Page 7: Rangkuman Manajemen Operasi - Heizer Chapter 12

4. Bisa mengidentifikasikan dan membenarkan kesalahan-

kesalahan dalam proses

5. Menjaga catatan persediaan secara akurat.

Example 2 Cycle Counting At A Truck Manufacturer

Berdasarkan contoh di atas bisa diketahui dari 3 kategori A, B dan C

memiliki jadual perhitungan yang berbeda, dan jumlah item yang

dihitung juga bisa diketahui.

Kategori A dilakukan perhitungan 25 item per hari

Kategori B dilakukan perhitungan 29 item per hari

Kategori B dilakukan perhitungan 23 item per hari

Total keseluruhan 3 kategori produk dapat dilakukan 77 item per

harinya.

Control Service Inventory

7

5,000 items in inventory, 500 A items, 1,750 B items, 2,750 C items

Policy is to count A items every month (20 working days), B items every quarter (60 days), and C items every six months (120 days)

Page 8: Rangkuman Manajemen Operasi - Heizer Chapter 12

Proses ini menjadi sebuah komponen keuntungan yang penting.

Kerugian bisa terjadi dari shrinkage dan pilferage. Shrinkage adalah

persediaan dalam retail yang tidak bisa dihitung (produk hilang atau rusak)

saat proses penerimaan hingga proses penjualan.

Pilferage adalah nilai persediaan yang dicuri oleh pencuri.

Teknik-teknik yang bisa diaplikasikan atas proses pengawasan ini meliputi

beberapa langkah sebagai berikut :

1. Proses seleksi penerimaan, pelatihan dan pendisiplinan dari

karyawan/personnel.

2. Pengawasan yang ketat dari proses penerimaan dan pengeluaran

kiriman.

3. Pengawasan yang efektif untuk seluruh produk yang keluar.

Inventory Models

Model Persediaan dibedakan menjadi 2, yakni :

1. Model Persediaan untuk Permintaan yang independen

Permintaan untuk item bebas dan tidak tergantung pada permintaan

dari beberapa item lain.

2. Model Persediaan untuk Permintaan yang dependent

Permintaan untuk item tergantung pada permintaan dari beberapa

item lain.

Terdapat beberapa istilah biaya dalam model persediaan yang perlu

dipahami, yakni sebagai berikut :

1. Holding Costs

Biaya yang ditimbulkan oleh penyimpanan persediaan dalam gudang

pada periode waktu tertentu, termasuk pula di dalamnya biaya

asuransi, penyusutan, bunga dan lain-lainnya.

2. Ordering Costs

Biaya yang ditimbulkan oleh adanya kegiatan pemesanan persediaan

dalam sekali pesan, misal: formulir, supplies, proses pemesanan dan

administrasi; selama bahan/barang belum tersedia untuk diproses

lebih lanjut.

3. Setup Costs

8

Page 9: Rangkuman Manajemen Operasi - Heizer Chapter 12

Biaya untuk mempersiapkan mesin atau proses produksi untuk

membuat suatu pesanan atau biaya-biaya yang dibutuhkan untuk

melakukan penyesuaian pada saat bahan/barang diproses. Secara

prinsip, setup cost adalah order cost pada saat bahan telah/sedang

diproses. Pada banyak kasus, setup cost sangat berkorelasi dengan

setup time (setup time dapat dieliminasi dengan inovasi mesin dan

perbaikan standard bahan baku).

Istilah ini juga dihubungkan dengan waktu persiapan mesin agar bisa

beroperasional.

Berikut ini merupakan gambaran contoh dari jenis-jenis biaya yang perlu

dievaluasi dalam menentukan Holding Costs :

TABLE

12.1 Determining Inventory Holding Costs

CATEGORY

COST (AND RANGE)

AS A PERCENT OF

INVENTORY VALUE

Housing costs (building rent or

depreciation, operating costs, taxes,

insurance)

6% (3 - 10%)

Material handling costs

(equipment lease or depreciation,

power, operating cost)

3% (1 - 3.5%)

Labor cost (receiving, warehousing,

security)

3% (3 - 5%)

9

Page 10: Rangkuman Manajemen Operasi - Heizer Chapter 12

Investment costs (borrowing costs,

taxes, and insurance on inventory)

11% (6 - 24%)

Pilferage, space, and

obsolescence (much higher in

industries undergoing rapid change

like PCs and cell phones)

3% (2 - 5%)

Overall carrying cost 26%

Variasi dari biaya Holding Cost bergantung pada jenis bisnis, lokasi

bisnis, dan tingkat suku bunga yang diperhitungkan sebagai biaya akibat

overtime dan over stock.

Umumnya biaya holding cost berkisar di 15%-an, dan khusus untuk jenis

bisnis teknologi dan fashion, maka holding cost-nya bisa mencapai lebih

dari 40%.

Inventory Models for Independent Demand

Model persediaan ini dibutuhkan untuk menentukan kapan dan

seberapa banyak dibutuhkan besaran order untuk dijadikan persediaan.

Model-modelnya meliputi :

Model Kuantitas Pesanan Ekonomis - Economic Order Quantity (EOQ

Model)

Model EOQ merupakan model persediaan yang sederhana yang

bertujuan untuk menentukan ukuran pemesanan yang ekonomis dan

dapat meminimumkan biaya total persediaan.

Model ini dapat diterapkan apabila terdapat asumsi-asumsi berikut :

a. kebutuhan permintaan adalah tetap dan diketahui

b. lead time (waktu tunggu) adalah tetap

c. harga beli per unit tetap

d. biaya simpan dan biaya setiap kali pesan tetap

e. diskon kuantitas tidak diperkenankan

f. tidak terjadi kekurangan persediaan atau back order

10

Page 11: Rangkuman Manajemen Operasi - Heizer Chapter 12

Figure 12.3 Inventory Usage Over Time

Gambar : Grafik Siklus Persediaan Sederhana

Dalam kaitannya dengan model persediaan tersebut, biaya-biaya

yang relevan dengan model ini adalah biaya pemesanan dan biaya

penyimpanan. Jika D adalah jumlah permintaan, dalam kasus ini per

minggu, Q adalah kuantitas pesanan, dan S adalah biaya setiap kali

pesan, maka biaya pemesanan per minggu dirumuskan:

Biaya pemesanan per minggu =S D

Q

Biaya simpan mingguan dihitung dengan mencari rata-rata biaya

penyimpanan tiap bulan yang dikonversi menjadi mingguan. Rata-

rata persediaan dihitung sebanyak setengah kali kuantitas pesanan

dikali biaya simpan per unit dan nilai ini akan berkurang terus-

menerus hingga mencapai nol, sehingga biaya simpan dapat

dirumuskan:

Biaya penyimpanan =H Q

2

11

Order quantity = Q

(maximum inventory

level)

Usage rateAverage inventory on han

dQ2

Minimum

inventor

y

Inve

ntor

y le

vel

Time0

Total order received

Page 12: Rangkuman Manajemen Operasi - Heizer Chapter 12

Berdasarkan persamaan biaya pemesanan dan biaya

penyimpanan, maka biaya yang muncul dalam persediaan adalah

hasil penjumlahan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan per

periode waktu, dalam kasus ini adalah per minggu, dan dapat

dirumuskan sebagai:

Biaya persediaan per minggu (TC) =S D

Q+H Q

2

Hubungan dari ketiga persamaan tersebut dapat dilihat dalam

Gambar sebagai berikut :

Figure 12.4 Costs as a Function of Order Quality

Dari Gambar di atas, dapat diilustrasikan bahwa total biaya

persediaan akan mencapai nilai minimum pada saat biaya simpan

dan biaya pesan mencapai titik yang sama, sehingga titik minimal

kurva biaya total dapat dicari dengan turunan TC terhadap Q sama

dengan 0, yaitu:

δTCδQ

= 0

δSDδQ2

+ δHQδQ .Q

= 0

H2

−SDQ2 = 0

12

Ann

ual

cos

t

Order quantity

Total cost of holding and

setup (order)

Holding cost

Setup (order) cost

Minimum total cost

Optimal order

quantity (Q*)

Page 13: Rangkuman Manajemen Operasi - Heizer Chapter 12

H2

=SDQ2

sehingga diperoleh qty order yang optimal sebagai berikut :

Q2 = 2SDH

Q = √ 2 SDH

keterangan:

D = jumlah permintaan per periode (unit)

H = IP, biaya simpan per periode (Rp/unit/periode)

S = biaya pemesanan per periode (Rp/pesan)

Q = kuantitas pesanan yang optimal (unit)

P = harga satuan unit (Rp/unit)

I = biaya simpan dalam persentase persediaan (%)

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan beberapa

upaya untuk meminimalkan biaya persediaan bisa dilakukan dengan

beberapa hal sebagai berikut :

1) Meminimalkan penjumlahan dari biaya setup (order) dan holding cost,

sehingga total cost akan diminimalkan secara otomatis.

2) Optimalkan besaran order qty yang akan meminimalkan total cost

3) Mengurangi setiap biaya yang mempengaruhi total cost

4) Optimalkan kuantitas order sampai dalam kondisi holding cost dan

setup cost menjadi sama.

Robust Model

Keuntungan dari penerapan model EOQ disebut dengan Robust

Model. Model Robust diperlukan bila semua paramater dan asumsi-

asumsi tidak terpenuhi.

13

Page 14: Rangkuman Manajemen Operasi - Heizer Chapter 12

Dalam Kurva ditunjukkan Total biaya akan secara relatif datar di area

EOQ.

Reorder Point (ROP)

Reorder Point atau titik pemesanan kembali adalah saat persediaan

mencapai titik dimana perlu dilakukan pemesanan kembali yang

dinyatakan dalam persamaan berikut :

Titik persamaan kembali = tenggang waktu x pemakaian

ROP berguna untuk mengetahui kapan suatu perusahaan

mengadakan pemesanan. Terjadi apabila jumlah persediaan yang

terdapat dalam stock berkurang terus sehingga harus ditentukan berapa

banyak batas minimal tingkat persediaan yang harus dipertimbangkan

sehingga tidak terjadi kekurangan persediaan.

Jumlah yang diharapkan tersebut dihitung selama masa tenggang,

ditambah dengan persediaan pengaman (safety stock) yang biasanya

mengacu kepada probabilitas atau kemungkinan terjadinya kekurangan

stok selama masa tenggang (lead time).

Untuk tingkat pelayanan dari siklus pemesanan, semakin besar

tingkat permintaan atau masa tenggang menyebabkan jumlah safety

stock harus lebih banyak sehingga dapat memenuhi tingkat pelayanan

yang diinginkan.

Dengan penentuan/penetapan reorder point diperhatikan faktor-faktor,

sebagai berikut :

1. Procurement  lead time, yaitu penggunaan material  selama tenggang

waktu mendapatkan barang.

2. Besarnya  safety  stock,  dimaksudkan  dengan  pengertian

"procurement lead time" adalah waktu dimana meliputi saat

dimulainya usaha-usaha yang diperlukan untuk memesan barang

sampai barang/material diterima dan ditempatkan dalam gudang

penugasan.

Berikut ini merupakan formula dalam menetukan ROP :

14

Page 15: Rangkuman Manajemen Operasi - Heizer Chapter 12

Berdasarkan perhitungan formula di atas maka dapat diperoleh

gambaran titik pemesanan kembali diperoleh dari total permintaan selama

satu tahun dibagi dengan jumlah hari kerja dalam satu tahun.

Figure 12.5 The Reorder Point (ROP)

Berdasarkan kurva di atas dapat diketahui Jumlah unit yang tepat untuk

dilakukan ROP dengan mempertimbangkan lead time.

Production Order Quantity Model

15

ROP = Lead time for a new order

in days

Demand per

day

= d x L

d = DNumber of working days in a year

Q*

ROP (units)In

vent

ory

leve

l (un

its)

Time (days)Lead time = L

Slope = units/day = d

Resupply takes place as order arrives

Page 16: Rangkuman Manajemen Operasi - Heizer Chapter 12

Model ini merupakan model Economic Order Quantity yang

diperuntukkan untuk pesanan produksi.

Model ini digunakan untuk beberapa kondisi sebagai berikut :

1) Ketika persediaan secara terus-menerus dibuat atau dlakukan

selama periode tertentu setelah pesanan diterima.

2) Ketika unit produk yang diproduksi dan dijual secara

bersamaan.

Berikut ini merupakan gambaran dari model kuantitas order produksi :

Figure 12.6 Change in Inventory Levels Over Time For the

Production Model

Dari gambaran di atas dapat disampaikan terdapat variabel untuk

tingkat persediaan dan variabel waktu, dimana tingkat maksimum

persediaan dapat ditetapkan saat proses awal saat masih belum ada

demand.

Berikut ini adalah beberapa formula dari mkodel kuantitas order

produksi :

16

Inve

nto

ry le

vel

Time

Demand part of cycle with no production (only usage)

Part of inventory cycle during which production (and usage) is taking place

t

Maximum

inventory

Q = Number of pieces per order p = Daily production rate

H = Holding cost per unit per year d =Daily demand/usage rate

t = Length of the production run in days

Page 17: Rangkuman Manajemen Operasi - Heizer Chapter 12

Setup cost = (D /Q )SHolding cost = 1

2HQ [1−(d / p ) ]

17

= (Average inventory level) xAnnual inventor

y holding

cost

Holding cost

per unit per year

= (Maximum inventory level)/2Annual inventory

level

= –Maximum

inventory

level

Total produced during the production

run

Total used

during the

production run

= pt – dt

However, Q = total produced = pt ; thus t = Q/p

Maximum inventory level = p – d = Q 1 –

Qp

Qp

dp

Holding cost = (H) = 1 – H dp

Q

2Maximum inventory level

2

Page 18: Rangkuman Manajemen Operasi - Heizer Chapter 12

DQS=1

2HQ [1−(d / p ) ]

Q2=2DSH [1−(d / p ) ]

Qp¿ =√2DS

H [1−(d / p ) ]

Model kuantitas order produksi sebenarnya menekankan pada

kondisi Setup Cost dikonsidikan sama dengan Holding Cost.

Dengan demikian akan diperoleh kuantitas produksi yang paling tepat.

Ketika data tahunan digunakan maka persamaan formulanya menjadi

sebagai berikut :

Qp¿ =√ 2DS

H (1−Annual demand rateAnnual production rate )

Quantity Discount Models

Untuk analisa discount, semua unit discount menggambarkan

bahwa semua unit order mempunyai harga dengan beberapa tingkat

diskon, dimana peningkatan diskon menggambarkan bahwa unit order

mempunyai peningkatan harga dengan perbedaan tingkat diskon yang

didasarkan pada pemenuhan jumlah (break quantities). Anda juga dapat

menspesifikasikan penyimpanan, kekurangan persediaan, biaya

kehilangan penujalan konstan, atau diskon. Data yang diminta meliputi

permintaan per periode, biaya order atau setup per order, biaya

penyimpanan per unit per periode, biaya shortage per unit per periode,

biaya hilangnya penjualan per unit, tingkat produksi per periode, lead time

untuk order baru dalam satu periode, biaya unit, tingkat diskon, dan

persentase diskon. Nilai yang lain biarkan sama dengan nilai untuk data

EOQ.

18

Page 19: Rangkuman Manajemen Operasi - Heizer Chapter 12

Model ini menunjukkan adanya pengurangan harga saat terjadi

pembelian kuantitas tertentu.

Berikut ini merupakan contoh tabel yang menunjukkan adanya kuantitas

diskon :

TABLE 12.2 A Quantity Discount Schedule

DISCOUNT

NUMBER

DISCOUNT

QUANTITY

DISCOUNT

(%)

DISCOUNT

PRICE (P)

1 0 to 999 No discount $5.00

2 1,000 to 1,999 4 $4.80

3 2,000 and over 5 $4.75

Berikut ini merupakan formula dari model kuantitas diskon :

TC=DQS+Q

2H+PD

Q¿=√ 2DSIP

19

Because unit price varies, holding cost (H) is expressed as a percent (I) of unit price (P)

where Q = Quantity ordered P = Price per unitD = Annual demand in units H = Holding cost per unit per yearS = Ordering or setup cost per order

Total annual cost = Setup cost + Holding cost + Product cost

Q¿=√ 2DSIP

Page 20: Rangkuman Manajemen Operasi - Heizer Chapter 12

Langkah-langkah dalam menganalisa kuantitas discount, sebagai

berikut :

1) Setiap potongan harga, dihitung Q*

2) Bila Q* untuk sebuah potongan harga tidak menarik, maka pilih

kuantitasnya yang paling rendah namun tetap memungkinkan

mendapatkan potongan harga.

3) Hitung total biaya dari masing-masing Q* atau penyesuian nilai

dari step 2

4) Pilih Q* yang memberikan biaya total yang paling rendah.

Berikut ini merupakan gambaran grafik dari model kuantitas

discount :

Figure 12.7 Total Cost Curve for The Quantity Discount Model

20

Page 21: Rangkuman Manajemen Operasi - Heizer Chapter 12

Gambaran Model ini dapat diketahui dari formula serbagai :

Berikut ini merupakan contoh dari penentuan kuantitas diskon :

21

1,000 2,000

To

tal c

ost

$

0

Order quantity

Q* for discount 2 is below the allowable range at point a and must be adjusted upward to 1,000 units at point b

ab

1st price break

2nd price break

Total cost

curve for

discount 1

Total cost curve for discount 2

Page 22: Rangkuman Manajemen Operasi - Heizer Chapter 12

Berdasarkan contoh di atas maka dapat diputuskan bahwa harga dan

kuantitas yang menunjukkan total cost paling rendah adalah nomor 2,

yakni hanya $ 24,725 .

Probabilistic Models and Safety Stock

Model inventori probabilistik adalah model pada sistem inventori

yang diterapkan pada suatu perusahaan dengan permintaan barang yang

tidak diketahui dengan pasti tetapi bisa dilakukan suatu pendekatan yaitu

dengan distribusi peluang.

Dengan kata lain, Model pengendalian probabilistik digunakan

apabila salah satu dari permintaan, lead time atau keduanya tidak dapat

diketahui dengan pasti. Suatu hal yang harus diperhatikan dalam model

ini adalah adanya kemungkinan stock out yang timbul karena pemakaian

persediaan bahan baku yang tidak diharapkan atau karena waktu

penerimaan yang lebih lama dari lead time yang diharapkan.Untuk

menghindari stock out perlu diadakan suatu fungsi persediaan pengaman

yaitu suatu persediaan tambahan untuk melindungi atau menjaga

kemungkinan terjadinya stock out.

Dalam model probabilistik yang menjadi hal pokok adalah analisis

perilaku persediaan selama lead time.

Karena pada kondisi ini, lead time dan demand bersifat probabilistik,

maka akan ada tiga kemungkinan yang dapat terjadi:

a) Tingkat demand konstan, namun periode waktu datangnya

pesananan (lead time) berubah

b) Lead time tetap sementara demand berubah

c) Demand dan lead time berubah

Adapun formula yang digunakan pada model probabilistis ini sebagai

berikut :

22

Page 23: Rangkuman Manajemen Operasi - Heizer Chapter 12

Annual stockout costs =

Sum of the Units short x the probability x stock out cost /unit x the number

of orders per year.

Berikut ini merupakan contoh dari model probabilistik di admisi :

Figure 12.8 Probabilistic Demand for a Hospital Item

Model probabilistik menggunakan tingkat pelayanan (Service level)untuk

menentukan keamanan persediaan ketika biaya stock outs dapat

ditetapkan.

Atas kondisi itu, maka formula ROP = demand during lead time + Zq.

Z = Number of standard deviation

QdlT = Standar deviasi dari permintaan dari permintaan selama waktu

lead time

Berikut merupakan gambaran dari demand probabilistic.

23

ROP = d x L + ss

Page 24: Rangkuman Manajemen Operasi - Heizer Chapter 12

Other Probabilistic Models

Model Probabilistik lainnya, terjadi saat Saat data permintaan selama lead

time adalah tidak tersedia, maka ada beberapa model lain yang bisa

dilakukan :

1) Ketika permintaan bervariasi dan waktu menunggu konstan

2) Ketika lead time adalah variabel dan permintaan yang konstan

3) Ketika keduanya permintaan dan lead time adalah variabel

Dalam model ini, maka permintaan merupakan variabel dan lead time

adalah konstan/conatan

Berikut ini merupakan beberapa formula yang dibutuhkan melalui model

probabilistik lain :

24

ROP = (Average daily demand x Lead time in days) + ZsdLT

Page 25: Rangkuman Manajemen Operasi - Heizer Chapter 12

Sebaliknya dalam kondisi lead time merupakan variabel dan

demand konstan, maka berikut ini merupakan formula yang lebih tepat :

Sebaliknya dalam kondisi lead time dan demand adalah variabel maka

berikut ini merupakan formula :

25

ROP = (Average daily demand x Average lead time) + ZsdLT

where sLT = Standard deviation of lead time in days

ROP = (Daily demand x Average lead time in days) + Z x (Daily demand) x sLT

where sdLT = sd Lead time

sd = standard deviation of demand per day

Page 26: Rangkuman Manajemen Operasi - Heizer Chapter 12

Single-Period Model

Model persediaan periode tunggal digunakan untuk

mengidentifikasi jumlah persediaan untuk membeli dan hanya satu kali

pesan.

Model ini sering disebut sebagai model statis. Pemesanan dan

persediaan dinalisis berdasarkan trade off dengan menggunakan analisis

marginal. Marginal analisis di sini hanya akan cocok bila ada informasi

mengenai probabilitas kejadian. Dalam situasi ini, perlu dilihat mengenai

laba yang diharap (expected profit) dan kerugian yang diharap (expected

loss). Dengan demikian bila laba yang diharap lebih besar atau sama

dengan kerugian yang diharap, maka situasi yang demikian adalah

menguntungkan.

Berikut ini merupakan beberapa pemahaman terkait formula untuk model

single period :

    Co atau Co = Cost of shortage = sales price/Unit – Cost / unit

    Cu atau Cs = Cost of overage = Cost/unit – Salvage value

    μ = rata-rata jumlah unit yang terjual selama horizon perencanaan

    σ = standar deviasi dari unit yang terjual selama horizon perencanaan

Posisi Service Level sendiri diformulakan sebagai berikut :

26

where sd = Standard deviation of demand per day

sLT = Standard deviation of lead time in days

sdLT= (Average lead time x sd2) + (Average daily demand)2s2

LT

Page 27: Rangkuman Manajemen Operasi - Heizer Chapter 12

Fixed-Period (P) Systems

Pada sistem periode tetap, inventori dihitung hanya pada waktu-

waktu tertentu, misalnya setiap minggu atau setiap bulan. Dengan

demikian pada sistim ini, jumlah yang dipesan untuk setiap kali

pemesanan tergantung pada tingkat penggunaan selama periode

monitoring.

Perbedaan pokok sistim Fixed-Time Periode (P model) dengan

Fixed-Order Quantity (Q Model) adalah sebagai berikut :

Aspek Q Model/ FOQ P Model/ FTP

1 Jumlah yang

dipesan

Konstan, jumlah yang

dipesan setiap waktu

sama

Variabel, jumlah yang

dipesan untuk setiap

kali pesan senantiasi

bervariasi

2 Waktu

pemesanan

Pemesanan/

pemesanan kembali

Pemesanan/pemesanan

kembali dilakukan pada

27

Service level = Cs

Cs + Co

Page 28: Rangkuman Manajemen Operasi - Heizer Chapter 12

dilakukan pada saat

inventori berada pada

tingkat reorder (R)

saat dilakukan review

yang dilakukan secara

berkala dengan

tenggang waktu yang

tetap.

3 Pencatatan Pencatatan dilakukan

setiap kali ada

penambahan atau

pengurangan inventori

Dihitung hanya pada

saat periode review tiba.

4 Ukuran

Inventori

Lebih sedikit dibanding

P model

Lebih banyak dibanding

Q model

5 Waktu

pemeliharaan

Lebih tinggi karena

pencatatan dilakukan

secara perpetual

6 Jenis item Harganya lebih mahal,

kritikal, dan penting.

Pada model sistem fixed period ini pesanan-pesanan dilakukan pada

akhir dari periode yang sudah fix atau ada. Pesanan menyebabkan

persediaan meningkat, dan hanya biaya yang berhubungan dengan yang

diorder dan yang disimpan. Item-item tidak saling tergantung satu dengan

yang lain.

Berikut ini merupakan gambar dari sistem fixed periode :

Figure 12.9 Inventory Level in A Fixed Period (P) Systems

28

Page 29: Rangkuman Manajemen Operasi - Heizer Chapter 12

Sistem Fixed Period ini memiliki beberapa ciri sebagai berikut :

1) Persediaan hanya dihitung pada akhir periode

2) Mungkin dijadualkan pada waktu yang tepat

3) Tepat dijalankan pada situasi yang rutin

4) Bisa terjadi stock kosong di antara periode

5) Memerlukan peningkatan safety stock

Pada sistem periode tetap, persediaan dipesan di akhir periode

tertentu. Setelah itu, baru persediaan yang ada dihitung. Yang dipesan

hanya sebesar jumlah yang diperlukan untuk menaikkan persediaan

sampai ke tingkat target tertentu. Keuntungan sistem periode tetap adalah

bahwa tidak ada penghitungan fisik atas unit yang dimasukkan ke

persediaan setelah ada unit yang diambil—penghitungan hanya terjadi

bila tiba waktunya untuk pengulasan yang berikutnya).

Prosedur ini juga secara administratif lebih memudahkan,

terutama bila pengendalian persediaan hanya merupakan salah satu

tugas karyawan. Sistem periode-tetap sesuai untuk perusahaan yang

secara rutin mengunjungi konsumen (dalam arti kunjungan dilakukan

dengan interval waktu yang tetap) untuk menerima pesanan baru atau

untuk pembeli yang ingin menggabungkan pesanannya agar biaya

pemesanan dan pengangkutan bisa dikurangi (dengan demikian, mereka

akan mempunyai periode pengulasan yang sama untuk butir persediaan

yang serupa).

29

On

-ha

nd in

vent

ory

Time

Q1

Q2

Target quantity (T)

P

Q3

Q4

P

P

Page 30: Rangkuman Manajemen Operasi - Heizer Chapter 12

Kerugian diterapkannya sistem ini adalah bahwa karena tidak ada

segunung persediaan pada masa periode pengulasan, tidak mungkin bagi

perusahaan untuk mengalami kehabisan stok pada periode itu. Skenario

ini mungkin terjadi bila suatu pesanan dalam jumlah besar menarik tingkat

persediaan ke bawah sampai tingkat nol segera setelah dilakukan

pemesanan. Maka, harus dipertahankan tingkat persediaan pengaman

yang lebih besar (dibandingkan yang dianjurkan sistem jumlah tetap) agar

dapat melindungi perusahaan dari keadaan kehabisan stok selama waktu

lowong antara waktu pengulasan dengan lead time.

Demikian disampaikan atas pengelolaan persediaan yang menjadi

salah satu keputusan penting yang harus diambil oleh seorang manajer

operasional. Pengelolaan persediaan yang tepat selain bisa mendukung

operasional sales agar bisa optimal namun di sisi lain tetap dalam kondisi

terkontrol agar tidak menimbulkan biaya over stock yang berdampak pada

biaya bunga dan juga over utilisasi space gudang yang tentunya juga

berhubungan dengan biaya yang meningkat.

30