RANGkuman m1b9
Embed Size (px)
description
Transcript of RANGkuman m1b9

MODUL 1 BLOK 9
GASTROENTEROLOGI DAN NEUROLOGI
D iare
Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah
padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain
memakai frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari. Buang air besar encer tersebut
dapat/tanpa disertai lendir dan darah.9
Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Sedangkan menurut World
Gastroenterology Organisation Global Guidelines 2005, diare akut didefinisikan sebagai pasase tinja yang
cair/lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari. 9
Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari. Sebenarnya para pakar di dunia telah
mengajukan beberapa criteria mengenai batasan kronik pada kasus diare tersebut, ada yang 15 hari, 3
minggu, 1 bulan dan 3 bulan, tetapi di Indonesia dipilih waktu lebih 15 hari agar dokter tidak lengah, dapat
lebih cepat menginvestigasinya penyebab diare dengan lebih tepat. 9
Diare persisten merupakan istilah yang dipakai di luar negeri yang menyatakan diare yang
berlangsung 15-30 hari yang merupakan kelanjutan dari diare akut (peralihan antara diare akut dan kronik,
dimana lama diare kronik yang dianut yaitu yang berlangsung lebih dari 30 hari). 9
Diare infektif adalah bila penyebabnya infeksi. Sedangkan diare noninfektif bila tidak ditemukan
infeksi sebagai penyebab kasus tersebut. 9
Diare organik adalah bila ditemukan penyebab anatomik, bakteriologik, hormonal atau toksikologi.
Diare fungsional bila tidak ditemukan penyebab organik. 9
Klasifikasi
Diare akut
Adalah diare yang bersifat mendadak dan berlangsung dalam waktu < 2 minggu.
Diare kronis
Adalah diare yang berlangsung > 2 minggu.
- Intractable diarrhoea
- Protracted diarrhoea
- Persistent diarrhoea : diare dengan penyebab infeksi yang berlangsung > 2 minggu tanpa periode
sembuh.
- Diare rekuren : diare > 2 minggu dengan periode sembuh.
• Tinja berair
• Tinja berlemak
• Tinja berdarah
1

Diare bermasalah
1. Disentri berat
2. Diare dengan KEP berat
Diare dengan penyakit penyerta
Patofisiologi/Patomekanisme
Diare disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi/patomekanisme sebagai berikut : 1. Osmolaritas
intraluminal yang meninggi, disebut diare osmotik, 2. Sekresi cairan dan elektrolit meninggi, disebut diare
sekretorik, 3. Malabsorpsi asam empedu, malabsorpsi lemak, 4. Defek sistem pertukaran anion/transport
elektrolit aktif di enterosit, 5. Motilitas dan waktu transit usus abnormal, 6. Gangguan permeabilitas usus, 7.
Inflamasi dinding usus, disebut diare inflamatorik, 8. Infeksi dinding usus, disebut diare infeksi. 9
Diare osmotik
Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus halus yang disebabkan
oleh obat-obatan/zat kimia yang hiperosmotika, malabsorpsi umum dan defek dalam absorbs mukosa usus
misal pada defisiensi disararidase, malabsorpsi glukosa/galaktosa.9
Diare sekretorik
Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus, menurunnya
absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak
sekali. Diare tipe ini akan tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/minum. Penyebab dari diare
tipe ini antara lain karena efek enterotoksin pada infeksi V.cholerae, atau E.coli, penyakit yang menghasilkan
hormon (VIPoma), reseksi ileum (gangguan absorpsi garam empedu), dan efek obat laksatif.9
Malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak
Diare tipe ini didapatkan pada gangguan pembentukan/produksi micelle empedu dan penyakit-
penyakit saluran bilier dan hati. Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit: diare
tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif Na+K+ATPase di enterosit dan absorpsi
Na+ dan air yang abnormal.9
Motilitas dan waktu transit usus abnormal
Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus sehingga menyebabkan
absorbs yang abnormal di usus halus. Penyebab gangguan motilitas antara lain : diabetes mellitus, pasca
vagotomi, hipertiroid.
Gangguan permeabilitas usus
Diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang abnormal disebabkan adanya kelainan morfologi
membrane epitel spesifik pada usus halus.
Inflamasi dinding usus (diare inflamatorik)
Diare tipe ini disebabkan adanya kerusakan mukosa usus karena proses inflamasi, sehingga terjadi
produksi mucus yang berlebihan dan eksudasi air dan elektrolit ke dalam lumen, gangguan absorpsi air-
elektrolit. Inflamasi mukosa usus halus dapat disebabkan infeksi (disentri Shigella) atau non infeksi (colitis
ulseratif dan penyakit Crohn).
2

Diare infeksi
Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering diare.9
Diare Akut
1. Etiologi
Terapi obat. Antibiotik, kemoterapi, antasid, dll.
Tindakan tertentu seperti gastrektomi, gastroenterostomi, dosis tinggi terapi radiasi.
Lain-lain: sindrom Zollinger-Ellisons, neuropati autonomic (neuropati diabetic).
2. Patogenesis
a. Diare karena bakteri non-invasif (enterotoksigenik). Bakteri yang tidak merusak mukosa missal
V.cholerae. Entrotoksin ini menyebabkan kegiatan berlebihan nikotinamid adenine dinukleotid pada
dinding sel usus, sehingga meningkatkan kadar adenosine 3’,5’-siklik monofosfat (siklik AMP)
dalam sel yang menyebabkan sekresi aktif anion klorida ke dalam lumen usus yang diikuti oleh air,
ion bikarbonat, kation natrium dan kalium.
b. Diare karena bakteri/parasit invasive (enterovasif). Bakteri yang merusak (invasive) antara lain
Shigella. Diare ini disebabkan oelh kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi. Sifat
diarenya sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat tercampur lendir dan darah.
Diare Kronik
1. Diare osmotik
Dijelaskan dengan adanya faktor malabsorpsi akibat adanya gangguan absorpsi karbohidrat, lemak
atau protein, dan tersering adalah malabsorpsi lemak. Feses berbentuk steatore.
3

2. Diare sekretorik
Terdapat gangguan transpor akibat adanya perbedaan osmotik intralumen dengan mukosa yang besar
sehingga terjadi penarikan cairan dan elektrolit ke dalam lumen usus dalam jumlah besar. Feses akan seperti
air. Diare sekresi terbagi dua berdasarkan pengaruh puasa terhadap diare. Pertama, diare sekresi yang
dipengaruhi keadaan puasa berhubungan dengan proses intralumen, dan diakibatkan oleh:
Bahan-bahan yang tidak dapat diabsorpsi (seperti obat-obatan dengan unsure magnesium tinggi,
contoh antacid, multivitamin dan mineral, serta obat-obat yang bersifat laksatif).
Malabsorpsi karbohidrat. Proses metabolisme karbohidrat oleh bakteri usus akan menghasilkan
gas H2 dan CO2 sehingga timbul kembung dan flatus berlebihan serta nyeri perut dalam bentuk
kram.
Defisiensi laktosa yang mengakibatkan intoleransi laktosa.
Diare sekresi yang dipengaruhi keadaan puasa sering dijumpai pada sindrom kolon iritatif, yang
gejala klinisnya diare tanpa nyeri, dan banyak disebabkan faktor psikososial, sehingga disebut sebagai diare
fungsional. Kedua, diare cair yang tidak dipengaruhi keadaan puasa terdapat pada sindrom karsinoid,
VIP (vasoactive intestinal polypeptide) oma, karsinoma tiroid edular, adenoma vilosa, dan diare diabetic.
Diare yang disebabkan penyakit tersebut dihubngkan dengan proses hormonal dan neurogen yang
berpengaruh terhadap motilitas.
3. Diare inflamasi
Diare dengan kerusakan dan kematian enterosit disertai peradangan. Feses berdarah. Kelompok ini
paling sering ditemukan. Terbagi dua yaitu inflamasi nonspesifik dan spesifik.
Penatalaksanaan Diare
1. Penggantian Cairan dan elektrolit10
Aspek paling penting dari terapi diare adalah untuk menjaga hidrasi yang adekuat dan keseimbangan
elektrolit selama episode akut. Ini dilakukan dengan rehidrasi oral, dimana harus dilakukan pada semua
pasien kecuali yang tidak dapat minum atau yang terkena diare hebat yang memerlukan hidrasi intavena
yang membahayakan jiwa.
Cairan rehidrasi oral harus terdiri dari 3,5 g Natrium klorida, dan 2,5 g Natrium bikarbonat, 1,5 g
kalium klorida, dan 20 g glukosa per liter air. Cairan rehidrasi oral pengganti dapat dibuat dengan
menambahkan ½ sendok teh garam, ½ sendok teh baking soda, dan 2 – 4 sendok makan gula per liter air.
Dua pisang atau 1 cangkir jus jeruk diberikan untuk mengganti kalium.
Rehidrasi Intra Vena
PEMBERIAN CAIRAN PADA NEONATUS :
Macam cairan : NaCl 0,18% = 1/4 IVFD : Glucosa 10%
Glucosa
4

NSD : Glucosa 5%
Bila ada acidosis ………. NaBic 2% ………… 8cc/kgBB/hari
Bila ada hipokalemia ………. KCl 15% ………… 1cc/kgBB/hari
Oral KCl 3% ………… 2,5 cc/kgBB/hari
DEHIDRASI BERAT : 2 jam pertama 5 tetes/kgBB/menit I.V.
(Bila ada shock, darah 10cc/kgBB dalam spluit)
22 jam berikutnya 3 tetes/kgBB/menit…..I.V.
DEHIDRASI SEDANG : 3 tetes/kgBB/menit …….. I.V./NSD
merata dalam 24 jam
DEHIDRASI RINGAN : 2 tetes/kgBB/menit …….……….. NSD
merata dalam 24 jam, atau
150cc/kgBB/hari ………………… OraL
Bagian tubuh yang
diperiksa
Nilai untuk gejala yang ditemukan
0 1 2
Keadaan umum
Kekenyalan kulit
Mata
Ubun-ubun besar
Mulut
Denyut nadi/menit
Sehat
Normal
Normal
Normal
Normal
Kuat < 120
Gelisah, cengeng, apatis, ngantuk
Sedikit kurang
Sedikit cekung
Sedikit cekung
Kering
Sedang (120 – 140)
Mengigau, koma atau syok
Sangat kurang
Sangat cekung
Sangat cekung
Kering & sianosis
Lemah > 140
5

Skor Maurice King
Nilai : 0 - 2 = d. ringan, 3 - 6 = d. sedang, 7 - 12 = d. berat
Jika terapi intra vena diperlukan, cairan normotonik seperti cairan saline normal atau laktat Ringer
harus diberikan dengan suplementasi kalium sebagaimana panduan kimia darah. Status hidrasi harus
dimonitor dengan baik dengan memperhatikan tanda-tanda vital, pernapasan, dan urin, dan penyesuaian infus
jika diperlukan. Pemberian harus diubah ke cairan rehidrasi oral sesegera mungkin.
2. Memberikan antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi, karena 40% kasus
diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan
pada : Pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada feses,
mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare
pada pelancong, dan pasien immunocompromised. Pemberian antibiotik secara empiris dapat dilakukan
(tabel 2), tetapi terapi antibiotik spesifik diberikan berdasarkan kultur dan resistensi kuman.
3. Memberikan obat anti diare
a. Kelompok antisekresi selektif
Perbaikan fungsi akan menormalkan sekresi dari elektrolit sehingga keseimbangan cairan dapat
dikembalikan secara normal. Di Indonesia saat ini tersedia di bawah nama hidrasec sebagai generasi pertama
jenis obat baru anti diare yang dapat pula digunakan lebih aman pada anak6.
b. Kelompok opiat
Dalam kelompok ini tergolong kodein fosfat, loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan
atropin sulfat (lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2 – 4 mg/ 3 – 4x sehari dan
lomotil 5mg 3 – 4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi penghambatan propulsi, peningkatan
absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekwensi diare. Bila
diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat mengurangi frekwensi defekasi sampai
80%. Bila diare akut dengan gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan.
c. Kelompok absorbent
6

Adsorben digunakan untuk mengobati gejala yang timbul pada diare (terapi simptomatik). Obat-obat
ini tidak membutuhkan resep dokter dan tidak menimbulkan toksik, tetapi keefektifannya masih belum dapat
dibuktikan. Aksi kerja dari adsorben sendiri tidak spesifik. Obat ini mengadsobsi nutrien, toxin (racun), obat-
obat, dan sari-sari buah yang tercerna. Bila penderita meminum obat ini bersama dengan obat lain maka
jumlah obat adsorben dalam darah dapat berkurang. FDA (Food and Drug Administration)
merekomendasikan penggunaan polycarbophil atau karboadsorben sebagai adsorben yang efektif.
Polycarbophil dapat mengadsobsi 60 kali dibanding beratnya dalam air.Di Indonesia terdapat beberapa
adsorben antara lain karboadsorben, attapulgit, kombinasi kaolin dan pektin, kombinasi attapulgit dan pektin.
Sediaan generik tidak tersedia 7
Patofisiologi
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi :
Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan asam-
basa :
• asidosis metabolik
ion H meningkat (nafas kussmaul)
sekresi NaHCO3 meningkat
ketosis (lapar)
oliguria
Na2+ meningkat (gak seimbang)
• hipokalemia ion K menurun (lemas otot, peristaltik menurun, kembung)
• hipernatremia ion Na meningkat (haus,kejang,iritabbilitas meningkat,pada anak muntah-muntah)
Penatalaksanaan
Untuk dapat memberikan terapi terbaik bagi penderita diare, perlu dilakukan hal-hal di bawah ini secara
sistematik :
1. Anamnesis
a. Diare
b. Muntah
c. Kencing
d. Adakah penyakit lain yang menyertai
e. Makanan dan minuman sebelum dan selama diare
f. Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare
g. Riwayat imunisasi
2. Pemeriksaan fisik
• Periksa apakah ada tanda-tanda dehidrasi, dehidrasi ringan, sedang atau berat
• periksa apakah ada penyakit-penyakit lain : OMP, faringitis, bronkhitis, bronkhopnemonia
• periksa dan tentukan status gizinya
7

3. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan tinja
• makroskopik dan mikroskopik
• pH, dan clinitest
• bila perlu, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi (culture dan sensitivity test)
b. Pemeriksaan analisa gas darah
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
d. Pemeriksaan serum elektrolit
e. Pemeriksaan kadar glukosa darah bila terdapat tanda-tanda hipoglikemia
4. Pengobatan
Dasar pengobatan diare adalah :
a. Pengobatan kausal
• Pengobatan yang tepat terhadap kausa diare diberikan setelah diketahui penyebabnya yang pasti
• Jika kausa diare ini penyakit parenteral, diberikan antibiotik sistemik
• Jika tidak terdapat infeksi parenteral, antibiotika baru diberikan bila pada pemeriksaan
laboratorium (kultur tinja) ditemukan kuman patogen atau ditemukan 10 - 20 lekosit/LP
• Pada penderita diare antibiotika hanya boleh diberikan kalau :
- Ditemukan bakteri patogen pada biakan tinja
- Pemeriksaan tinja makroskopik / mikroskopik ditemukan darah pada tinja
- Secara klinis terdapat tanda-tanda yang menyokong adanya infeksi enteral
- Pada neonatus jika diduga terjadi infeksi nosokomial
b. Pemberian cairan
Ada 4 prinsip yang harus diingat (4 J) :
a. Jumlah cairan
b. Jenis cairan
c. Jadwal pemberian
d. Jalur pemberian
Terapi cairan
Ada 2 jenis :
1. Terapi rehidrasi untuk mengganti cairan dan elektrolit yang telah hilang
2. Terapi rumatan untuk mengganti cairan yang hilang sampai diare berhenti
Kehilangan cairan dan elektrolit ini dapat diganti baik secara oral maupun parenteral
Jenis cairan
• CAIRAN REHIDRASI ORAL ( CRO )
– Pada dehidrasi ringan - sedang
– Oralit Formula lengkap mengandung NaCl, KCl, NaHCO3 dan Glukosa
8

– Formula sederhana (tidak lengkap) tidak mengandung salah satu / lebih unsur di atas
Cairan Rumah Tangga
Contoh : Air tajin, Larutan gula garam, Sup, Air masak
Meskipun komposisinya tidak setepat larutan oralit untuk mengobati dehidrasi, cairan rumah
tangga ini harus segera diberikan kepada anak saat mulai diare.
Tujuan pemberian cairan rumah tangga :
• Mencegah terjadinya dehidrasi
• Memudahkan penerusan pemberian makanan karena nafsu makan terpelihara
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
• Bila cairan mengandung garam, kandungan natriumnya harus sekitar 50 mmol/L (3 gr
garam dapur dalam 1 liter air)
• Cairan yang berasal dari makanan yang mengandung tepung lebih baik daripada yang
mengandung sukrosa, karena mempunyai osmolaritas rendah
• Bila yang diberikan hanya cairan yang bebas garam, pemberian makanan yang
mengandung garam harus diteruskan
• ASI harus diberikan
• Teh yang sangat manis, soft drink dan minuman buah komersial yang manis harus
dihindarkan
• Cairan dengan efek laksatif seperti kopi juga harus dihindarkan
• CAIRAN REHIDRASI PARENTERAL ( CRP )
– Pada dehidrasi sedang - berat
Jalur pemberian
• Peroral untuk dehidrasi ringan, sedang, dan tanpa dehidrasi dan bila anak mau minum serta
kesadaran baik
• Intragastrik untuk dehidrasi ringan, sedang atau tanpa dehidrasi, tetapi anak tidak mau minum,
atau kesadaran menurun.
• Intravena untuk dehidrasi berat
Jumlah cairan
9

c. PENGOBATAN DIETETIK ( PEMBERIAN MAKANAN )
Pada diare akut penyerapan zat-zat makanan dapat berkurang sekitar 30%, hal ini disebabkan karena:
o Kerusakan sel epitel vili usus
o Defisiensi disakaride
o Berkurangnya konsentrasi asam empedu yang dibutuhkan untuk absorbsi lemak
o Transit makanan yang sangat cepat
Keuntungan meneruskan memberi makanan :
o Mencegah terjadinya penurunan BB / gangguan gizi
o Mempercepat penyembuhan mukosa
o Merangsang pemulihan dini fungsi pancreas dan produksi enzim disakaride oleh mikrovili usus
o Mempercepat pulihnya fungsi pencernaan dan absorpsi zat-zat makanan ke keadaan normal
PEMBERIAN MAKANAN SELAMA DIARE
1. ASI
• Selama diare, ASI diteruskan
• Berikan ASI lebih sering
• Meneruskan pemberian ASI penting oleh karena ASI mengandung zat-zat gizi yang nilainya
tinggi dan mudah dicerna
• Disamping itu ASI mengandung faktor proteksi : imunoglobulin (S Ig A), lekosit, makrofag
dan antibodi lainnya dapat membantu mempercepat penyembuhan diare
2. Makanan padat atau lunak :
• Bila anak sudah dapat makanan padat atau lunak (MP ASI), makanan ini harus diteruskan
dan disesuaikan dengan umurnya
10

• Bayi umur 6 bulan atau lebih harus mulai diberi makanan lunak, bila belum pernah diberi
• Paling tidak 50% dari energi diet harus berasal dari makanan
3. Intoleransi terhadap susu sapi :
Bila terdapat tanda-tanda intoleransi terhadap laktosa, berikan untuk sementara susu rendah
laktosa atau bebas laktosa sampai diare berhenti, selanjutnya kembali ke susu semula yang
diminum sebelum anak diare
4. Vitamin A
• Selama diare absorbsi vitamin A berkurang
• Anak yang menderita campak sebulan sebelumnya harus diberi vitamin A dosis tunggal
• Selanjutnya ibu dinasehatkan untuk memberi makanan yang banyak mengandung vitamin A
seperti buah-buahan, wortel, ubi rambat, pisang dan sayuran yang berwarna hijau tua
Dehidrasi
Dehidrasi adalah suatu keadaan dimana tubuh kehilangan cairan-cairan yang sangat penting ,
contohnya adalah mineral dan elektrolit, hal ini mengakibatkan perubahan-perubahan mendasar terhadap
metabolisme tubuh sehingga tekanan darah menjadi turun, nadi meningkat, suhu meningkat, dari
pemeriksaan fisik terlihat ubun-ubun besar cekung, mata cowong, turgor kulit menurun, dan oliguria,
kehilangan cairan tubuh dapat melalui muntah berlebihan, diare, asupan yang kurang.
Etiologi
- Muntah yang berlebihan
- Diare yang banyak
- Asupan cairan yang kurang
- Infeksi
Derajat dehidrasi
Derajat dehidrasi dapat ditentukan sebagai berikut : 1,5
- Berdasarkan Berat Badan :
1. Ringan : pe↓ BB < 5 %
2. Sedang : pe↓ BB 5 – 10 %
3. Berat : pe↓ BB > 10 %
- Menurut Haroen Noerasid :
1. Ringan : Rasa haus & Oliguria ringan
2. Sedang : Tanda diatas + turgor kulit↓,ubun2 & mata cekung
11

3. Berat : Tanda diatas + voume darah berkurang,denyut jantung cepat, denyut nadi cepat
dan kecil, tekanan darah menurun, lemah, kesadaran menurun(apatis, somnolendan
kadang kadang sampai soporokomatus) , syok, nafas kussmaul
- Berdasarkan jumlah cairan :
1. Dehidrasi hipotonik : bila kadar natrium dalam plasma kurang dari 130 mEq/L
2. Dehidrasi isotonik : bila kadar natrium dalam plasma 130-150 mEL/L
3. Dehidrasi Hipertonik : bila kadar natrium dalam plasma lebih dari 150 mEq/L
Pada dehidrasi isotonic dan hioptonik penderita tampaknya tidak begitu haus,
tetapi pada penderita dehidrasi hipertonik rasa haus akan nyata sekali dan sering disertai
kelainan neurologis seperti kejang, hiperfleksi dan kesadaran yang menurun, sedangkan
turgor dan tonus tidak begitu buruk.
Penanganan
1. Jenis cairan
a. Cairan rehidrasi oral
o Formula lengkap mengandung NaCl, NaHCO3, KCl dan glukosa. Kadar 90 mEq/L
untuk kolera dan diare akut pada anak diatas 6 bulan pada dehidrasi ringan dan sedang.
Kadar natrium 50-60 mEq/L untuk diare akut non-kolera pada anak di bawah 6 tahun.
o Formula sederhana hanya mengandung NaCl dan sukrosa atau karbohidrat lain;
misalnya larutan gula garam, larutan air tajin garam, larutan tepung beras garam dan
sebagainya.
b. Cairan parenteral
- DG aa (1 bagian larutan Darrow+ 1 bagian glukosa 5%)
- RL g (1 bagian Ringer Laktat+1 bagian glukosa 5%)
- Cairan 4:1 (4 bagian glukosa5-10%+1 bagian NaHCO3 1,5% atau 4 bagian glukosa 5-10%
+ 1 bagian NaCl 0,9%)
2. Jalan pemberian cairan
a. Peroral untuk dehidrasi ringan, sedang dan bila anak mau minum serta kesadaran baik
b. Intragastrik untuk dehidrasi ringan dan sedang tetapi anak tidak mau minum atau kesadaran
menurun
c. Intravena untuk dehidrasi berat.
12

Klasifikasi
Ringan <5 % Sedang 5-9 % Berat 10 %
Tekanan Darah Normal Normal sampai sampai
Tekanan Nadi Normal Normal sampai
Frekuensi Jantung Normal Naik Takikardia
Kulit Normal Turgor Menurun Turgor Menurun
Fontanela Normal Normal Cekung
Membrana Mukosa Sedikit Kering Kering Kering
Ekstremitas TerperfusiPengisian kembali ke
kapiler lambat
Dingin, Berbintik
(mottled)
Status Mental Normal Normal sampai lesu Lesu, koma
Keluaran Urin Sedikit Mengurang Mengurang Tidak Ada
Haus
Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran bertambah), sehingga
terjadi penurunan berat badan dalam waktu yang singkat. Hal ini terjadi oleh karena :
a. Makanan sering dihentikan oleh orangtua karena takut diare / muntah bertambah hebat
b. Orangtua sering hanya memberikan air teh saja
c. Walaupun susu diteruskan sering diencerkan dalam waktu yang lama
d. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicema dan diabsorbsi dengan baik karena adanya
hiperperistaltik
Hipoglikemia
2 - 3% dari anak-anak dengan diare
Hal ini terjadi karena :
a. Penyimpanan / persediaan glikogen dalam hati terganggu.
b. Adanya gangguan absorbsi glukosa (jarang)
Gejala :
13

• timbul bila kadar glukosa darah :
- pada bayi < 40 mg%
- pada anak < 50 mg%
• lemas, apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat pucat, syok, kejang sampai koma
Gangguan sirkulasi darah
KEJANG DEMAM
Yang dimaksud dengan kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi
pada kenaikan suhu tubuh (suhu recktal diatas 38 derajat celcius ) yang disebabkan oleh proses
ekstracranium. Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak,
teruptama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hamper 3% dari anak yang berumur dibawah 5
tahun pernah menderita kejang demam. (Ngastiyah, 1997; 229).
A. Etiologi Kejang Demam
Penyebab kejang demam menurut Buku Kapita Selekta Kedokteran belum diketahui dengan pasti,
namun disebutkan penyebab utama kejang demam ialah demam yag tinggi. Demam yang terjadi sering
disebabkan oleh :
1. Infeksi Saluran Pernapasan Atas
(ISPA)
2. Gangguan metabolik
3. Penyakit infeksi diluar susunan
saraf misalnya tonsilitis, otitis
media, bronchitis.
4. Keracunan obat
5. Faktor herediter
6. Idiopatik
B. Patofisiologi Kejang Demam
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak perlu diperlukan energy yang didapat dari
metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat prose situ adlah
oksidasi dengan perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melalu system kardiovaskuler.
14

Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa sumber energy otak adalah glukosa yang melalui proses
oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membrane yang terdiri dari permukaan dalam
adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionic. Dalam keadaan normal membrane sel neuron dapat dilalui
dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elaktrolit lainnya.,
kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah,
sedangkan di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion dalam
dan diluar sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membrane ini diperlukan energy dan bantuan
enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada oermukaan sel. Keseimbangan potensial membrane ini dapat
dirubah oleh adanya :
1. perubahan konsentrasi ion diruang ekstraseluler.
2. rangsangan yang datangnya mendadakmisalnya mekanis, kimiawi, atau aliran listerik
dari sekitarnya.
3. perubahan patofisiologi dari membrane sendiri karena penyakit atau keturunan.
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme baal 10%-15%
dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai
65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu
tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangaan dari membrane sel neuron dan dalam waktu yang
singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium melalui membrane tadi, dengan akibat terjadinya
lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel
maupun sel membrane sel tetanggganya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter dan terjadilah
kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung tinggi rendahnya ambang kejang
seseorang anak akan menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu . pada anak dengan ambang kejang yang
rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38o sedang anak dengan ambang kejang yang tinggi kejang baru
terjadi bila suhu mencapai 40oC atau lebih. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa berulangnya kejang
demam lebih sering terjadi pada anak dengan ambang kejang yang rendah sehingga dalam
penanggulangannya perlu memperhatikan pada tingkat suh uberapa pasien menderita kejang. Kejang demam
yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang
yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan
energy untuk kontraksi oto skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan
oleh metabolisme anaerobic, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh
makin meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktivitas otot, dan selanjutnya menyebabkan
metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian diatas adalah factor penyebab hingga terjadinya kerusakan
neuron otak selama berlangsungnya kejang lama. Factor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang
mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang
mengakibatkan kerusakan sel neuron otak.
Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejan yang berlangsung lama
dapat menjadi matang dikemudan hari sehingga terjadi serangan epilepsy yang spontan. Karena itu kejang
demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsy.
15

C. Klasifikasi Kejang Demam
Menurut Livingston ( 1954) Kejang demam di bagi atas :
Kejang demam sederhana : Kejang demam yang berlangsung singkat. Yang digolongkan kejang
demma sederhana adalah
a. kejang umum
b. waktunya singkat
c. umur serangan kurang dari 6 tahun
d. frekuensi serangan 1-4 kali per tahun
e. EEG normal
Sedangkan menurut subbagian saraf anak FKUI, memodifikasi criteria livingston untuk membuat
diagnosis kejang demam sederhana yaitu :
a. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun
b. Kejang berlangsung sebentar, tidak melebihi 15 menit.
c. Kejang bersifat umum.
d. Kejang timbul dalam 16 jam pertama
e. Pemeriksaan neurologist sebelum dan sesudah kejang normal
f. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu setelah suhu normal tidak menunjukkan
kelainan.
g. Frekuensi bangkitan kejang dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali.
D. Manifestasi klinis
Menurut Livingstone( 1954, 1963) kejang dibagi menjadi 2 :
1. Kejang demam sederhana :
• Umur : 6 bln – 4 Thn
• Lama kejang : < 15 menit
• Sifat umum
• 16 jam pertama timbulnya demam
• Tidak ada kelainan neurologi
• Frek. < 4x 1 tahun
• EEG normal
2. Kejang demam kompleks
Lama kejang > 15 menit
Kejang parsial atau kejang satu sisi tubuh
Kejang umum disertai kejang parsial
Kejang berulang > 1 kali dalam 24 jam
Selain itu, gejala timbulnya kejang demam adalah :
16

1. anak mengalami demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang terjadi secara tiba-
tiba),
2. kejang tonik-klonik atau grand mal,
3. pingsan yang berlangsung selama 30 detik-5 menit (hampir selalu terjadi pada anak-anak yang
mengalami kejang demam).
4. Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya berlangsung selama 10-20
detik),
5. gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama, biasanya berlangsung selama 1-
2 menit),
6. lidah atau pipinya tergigit, gigi atau rahangnya terkatup rapat,
7. inkontinensia (mengeluarkan air kemih atau tinja diluar kesadarannya), gangguan pernafasan, apneu
(henti nafas), dan kulitnya kebiruan.
PROGNOSIS
Dengan penangulangan yang tepat dan cepat prognosisnya baik dan tidak perlu menyebabkan
kematian. Angka kejadian epilepsy berbeda-beda tergantung dari cara penelitiannya.
Resiko yang akan dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita kejang demam tergantung dari factor :
1. riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga
2. kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf seeblum anak menderita keajng demam
3. kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal.
Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor tersebut diatas, maka kemudian hari akan mengalami serangan
kejang tanpa demam sekitar 13%, dibanding bila hanya terdapat 1 atau tidak sama sekali factor tersebut
diatas, serangan kejang tanpa demam hanya 2%-3% saja.
Hemiparesis biasanya terjadi pada pasien yang mengalami kejang lama (berlangsung lebih dari 30
menit) baik bersifat umum atau local. Kelumpuhannya sesuai dengan kejang fokal yang terjadi. Mula mula
kelumpuhan bersifat flaksid, tetapi setelah 2 minggu timbul spasitas.
Dari suatu penelitian terhadap 431 pasien dengan kejang demam sederhana, tidak terdpat kelainan pada IQ,
tetapi pada pasien dengan kejang demam yang sebelumnya telah terdapat gangguan perkembangan atau
kelianan neurologis akan didapat IQ yang lebih rendah disbanding dengan saudaranya. Jika kejang demam
diikuti dengan terulangnya kejang demam, retardasi mental akan terjadi 5 kali lebih besar.
DIAGNOSIS BANDING
Menghadapi soerang anak yang menderita demam kejang, harus sipikirkan apakah penyebab dari
kejang itu didalam atau diluar susunan saraf pusat (otak). Kelainan didalam otak biasanya karena infeksi,
misalnya meningitis, ensefalitis, abses otak dan lain-lain. Oleh sebab itu perlu waspada untuk menyingkirkan
dahulu apakah ada kelainan organis otak.
17

Baru sesudah itu dipikirkan apakah kejang demam ini tergolong dalam kejang demam sederhana atau
epilepsy yang di provokasi oleh demam.
Gejala berupa :
1. Suhu anak tinggi.
2. Anak pucat / diam saja
3. Mata terbelalak ke atas disertai kekakuan dan kelemahan.
4. Umumnya kejang demam berlangsung singkat.
5. Gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekauan atau hanya sentakan atau kekakuan fokal.
6. Serangan tonik klonik ( dapat berhenti sendiri )
7. Kejang dapat diikuti sementara berlangsung beberapa menit
8. Seringkali kejang berhenti sendiri.
E. Komplikasi
Menurut Taslim S. Soetomenggolo dapat mengakibatkan :
1. Kerusakan sel otak
2. Penurunan IQ pada kejang demam yang berlangsung lama lebih dari 15 menit dan bersifat
unilateral
3. Kelumpuhan (Lumbatobing,1989)
F. Pemeriksaan laboratorium
1. EEG
Untuk membuktikan jenis kejang fokal / gangguan difusi otak akibat lesi organik, melalui
pengukuran EEG ini dilakukan 1 minggu atau kurang setelah kejang.
2. CT SCAN
Untuk mengidentifikasi lesi serebral, mis: infark, hematoma, edema serebral, dan Abses.
3. Pungsi Lumbal
Pungsi lumbal adalah pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan yang ada di otak dan kanal tulang
belakang) untuk meneliti kecurigaan meningitis
4. Laboratorium
Darah tepi, lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, Trombosit ) mengetahui sejak dini apabila ada komplikasi
dan penyakit kejang demam.
PENANGGULANGAN
Dalam penangguulangan kejang demam ada 4 faktor yaitu :
1. Memberantas kejang demam secepat mungkin
Bila penderita dating dalam keadaan status konvulsifus, obat pilihan utama dalah diazepam yang
diberikan secara intravena.Keampuhan diazepam tak perlu diragukan lagi karena keberhasilan untuk
18

menekan kejang adalah sekitar 80 – 90 %. Efek terapetiknya sangat cepat, yaitu antara 30 detik sampai 5
menit dan efek toksik yang serius hamper tidak dijumpai dan apabila diberikan secara perlahan dan dosis
tidak melebihi 50 mg persuntikan.
DIAZEPAM : I.v. :0,3 mg/kgBB/X
5 menit Rektal : < 10 kg : 5 mg
> 10 kg : 10 mg
KEJANG (-) MASIH KEJANG :
ULANGI DIAZEPAM DGN
PHENOBARBITAL CARA DAN DOSIS SAMA
5 menit
10-20 mg/Kg/BB
MASIH KEJANG : Rujuk RSU
Diazepam i.v.
5 menit
MASIH KEJANG :
24 jam kemudian - Fenitoin 10-20mg/Kg/BBi.v
dengan kecepatan 1 mg/Kg/BB/m
4-8 mg/Kg/BB/ hari
12-24 jam
4-8 mg/Kg/BB/hari
2. Pengobatan Penunjang
Sebelum memberantas kejang, jangan lupa dengan pengobatan penunjang. Semua pakaian harus
dilonggarkan. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung. Penting sekali
mengusahakan jalan napas yang bebas agar oksigenasi terjamin, kalau perlu dillakukan intubasi atau
trakeostomi. Pengisapan lendir dilakukan secara teratur dan pengobatan ditambah dengan pemberian
Oksigen.
Fungsi vital seperti kesadaran, suhu, tekanan darah, pernafasan dan fungsi jantung diawasi secara ketat.
Cairan intravena sebaiknya diberikan dengan monitoring untuk kelainan metabolic dan elektrolit Bila
terdapat tanda tekanan intracranial yang meninggi jangan diberikan cairan dengan Obat untuk hibernasi
adalah klorpromazin,prometazin. Untuk mencegah terjadinya edema otak, diberikan kortikostreoid yaitu
dengan dosis 20 – 30 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis atau sebaiknya glukokortiroid misalnya
deksametason 0,5 – 1 ampul setiap 6 jam sampai keadaan metabolic.
3. Pengobatan Rumat
19

Setelah kejang diatasi harus disusul dengan pengobatan rumat. Daya kerja diazepam sangat singkat yaitu
berkisar antara 45 – 60 menit sesudah disuntik. Oleh sebab itu harus diberikan obat antiepileptic dengan
daya kerja lebih lama misalnya fenobarbital atau difenilhidantoin. Fenobarbital diberikan langsung
setelah kejang berhenti dengan diazepam. Pengobatan ini dibagi atas 2 bagian :
a. Profilaksis Intermitten.
Untuk mencegah terulangnya kejang kembali dikemudian hari, penderita yang menderita kejang
demam sederhana, diberikan obat campuran antikonvulsan dan antipiretika, yang harus
diberikankepada anak bila menderita demamm lagi. Antikonvulsan yang diberikan adalah
fenobarbital dengan dosis 4 – 5 mg/kgBB/hari yang mempunyai efek samping paling sedikit
dibandingkan antikonvulsan lainnya. Obat antipiretika yang digunakan adalah aspirin. Dosis aspirin
yang dipakai adalah 60 mg/tahun/kali, sehari diberikan 3 kali. Kadar maksimal dalam darah tercapai
dalam 2 jam pemberian oral.
Profilaksis ini sebaiknya diberikan sampai kemungkinan anak untuk menderita kejang demam
sederhana sangat kecil, yaitu sekitarumur 4 tahun.
b. Profilaksis Jangka Panjang
Profilaksis jangkan panjang gunanya untuk menjamin terdapatnya dosis teraupetik yang stabil dan
cukup di dalam darah penderita untuk mencegah terulangnya kejang di kemudian hari.
Diberikan pada keadaan ;
1. Epilepsi yang diprovokasi oleh demam
2. Keadaan yang telah disepakati pada Konsensus bersama, yaitu pada semua kejang demam yang
mempunyai cirri :
a. Terdapatnya gangguan perkembangan syaraf seperti serebral palsy, retardasi perkembangan
dan mikrosefali.
b. Bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit, bersifat fokal atau diikuti kelainan saraf yang
sementara atau ,menetap
c. Riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetic pada orang tua atau saudara kandung
d. Kadang – kadang kejang berulang atau kejang demam pada bayi yang berumur dibawah 12
bulan.
Obat yang dipakai adalah :
1. Fenobarbital
Dosis 4 – 5 mg/kgbb/hari. Akibat samping dari fenobarbital adalah perubahan anak menjadi
hiperaktif, perubahan siklus tidur dan gangguan kognitif atau fungsi luhur.
2. Sodium Valproat / Asam Valproat, dapat menurunkan terulangnya kejang dengan memuaskan.
Dosisnya adalah 20 -30 mg/kgbb/hari dalam 3 dosis. Kekurangannya adalah harganya jauh lebih
mahal disbanding fenobarbital dan gejal toksis berupa rasa mual, kerusakan hepar dan
pancreas.
3. Fenitoin
20

Diberikan pada anak yang sebelumnya sudah menunjukkan gangguan sifat berupa hiperaktif
sebagai pengganti fenobarbital.
4. Mencari dan mengobati Penyebab.
21