Rangkuman Biopestisida Firnanda

4
Buat rangkuman dengan judul: BIOPESTISIDA DARI BAHAN DAUN TEMBAKAU DENGAN TEKNIK PIROLISIS Layout I. Biopestisida (suwahyono dan Djunaedy) : (1 ½ - 2 halaman) II. Daun tembakau (nama latin, komposisi, di Indonesia dimana, produksi pertahun berapa atau ekspor, penggunaan untuk apa saja) (maksmu ¾ halaman) III. Ekstraksi PLE (2 halaman dengan gambar) a. Apa itu PLE b. Kondisi operasi umumnya c. Jenis Reaktor2 yang ada Bahan-bahan sbb: I. Suwahyono, U. (2010). Biopestisida. Penebar Swadaya. Jakarta Biopestisida dapat diartikan sebagai semua bahan hayati, baik berupa tanaman, hewan, mikroba, atau protozoa yang dapat digunakan untuk memusnahkan hama dan penyakit pada manusia, hewan dan tanaman (Suwahyono, 2010; Djunaedy, 2009). Penebar Swadaya. Jakarta. Dalam istilah Indonesia sering juga para pakar di bidang ini menyebutnya dengan istilah agensia pengendali hayati. Beberapa kelebihan biopestisida secara umum antara lain : 1. Biopestisida memiliki kandungan racun yang rendah, sehingga resiko bahaya yang ditimbulkan juga kecil. 2. Biopestisida hanya berpengaruh pada OPT sasaran dan organisme lain yang berdekatan kerabatnya. 3. Biopestisida umumnya efektif pada dosis rendah dan cepat terurai sehingga pemaparannya lebih rendah dan terhindar dari masalah pencemaran. 4. Penggunaan biopestisida dalam program pengendalian hama terpadu dapat mengurangi banyak sekali penggunaan pestisida konvensional dengan hasil panen tetap tinggi. Proses biologi pengendalian biopestisida berbahan aktif organisme hidup atau agen hayati sampai sekarang masih menjadi misteri. Virus, bakteri, jamur, dan protozoa memiliki mekanisme proses hidup yang

description

rangkuman

Transcript of Rangkuman Biopestisida Firnanda

Page 1: Rangkuman Biopestisida Firnanda

Buat rangkuman dengan judul:

BIOPESTISIDA DARI BAHAN DAUN TEMBAKAU DENGAN TEKNIK PIROLISIS

LayoutI. Biopestisida (suwahyono dan Djunaedy) : (1 ½ - 2 halaman)II. Daun tembakau (nama latin, komposisi, di Indonesia dimana, produksi pertahun berapa

atau ekspor, penggunaan untuk apa saja) (maksmu ¾ halaman)III. Ekstraksi PLE (2 halaman dengan gambar)

a. Apa itu PLEb. Kondisi operasi umumnya c. Jenis Reaktor2 yang ada

Bahan-bahan sbb:

I. Suwahyono, U. (2010). Biopestisida. Penebar Swadaya. Jakarta

Biopestisida dapat diartikan sebagai semua bahan hayati, baik berupa tanaman, hewan, mikroba, atau protozoa yang dapat digunakan untuk memusnahkan hama dan penyakit pada manusia, hewan dan tanaman (Suwahyono, 2010; Djunaedy, 2009). Penebar Swadaya. Jakarta. Dalam istilah Indonesia sering juga para pakar di bidang ini menyebutnya dengan istilah agensia pengendali hayati. Beberapa kelebihan biopestisida secara umum antara lain :

1. Biopestisida memiliki kandungan racun yang rendah, sehingga resiko bahaya yang ditimbulkan juga kecil.

2. Biopestisida hanya berpengaruh pada OPT sasaran dan organisme lain yang berdekatan kerabatnya.

3. Biopestisida umumnya efektif pada dosis rendah dan cepat terurai sehingga pemaparannya lebih rendah dan terhindar dari masalah pencemaran.

4. Penggunaan biopestisida dalam program pengendalian hama terpadu dapat mengurangi banyak sekali penggunaan pestisida konvensional dengan hasil panen tetap tinggi.

Proses biologi pengendalian biopestisida berbahan aktif organisme hidup atau agen hayati sampai sekarang masih menjadi misteri. Virus, bakteri, jamur, dan protozoa memiliki mekanisme proses hidup yang lebih komplek. Proses ini terjadi karena adanya enzim dan antibiotik serta senyawa racun yang dapat merusak saraf, sistem pernafasan, dan pencernaan pada serangga. Pada lingkup jamur dan bakteri sebagai biopestisida untuk memberikan suatu gambaran yang lebih jelas dari fenomena alamiah. Berikut ini mekanisme senyawa atau bahan atau proses kerja jamur sehingga bisa berperan sebagai pengendali hayati tanaman.

 

A.     Substansi Aktif

Page 2: Rangkuman Biopestisida Firnanda

Substansi aktif adalah bahan-bahan yang mempunyai aktivitas tertentu yang dihasilkan oleh makhluk hidup. Substansi aktif yang dihasilkan oleh mikroorganisme umumnya digolongkan menjadi dua macam, yaitu metabolit primer dan metabolit sekunder. Metabolit primer biasanya bersifat intraseluler dan terdapat di dalam sel. Biasanya metabolit primer dihasilkan dalam jumlah yang relatif kecil. Metabolit sekunder adalah hasil dari metabolisme di dalam sel yang disekresikan keluar dari sel atau dikumpulkan dalam kantong-kantong khusus di antara sel atau jaringan di dalam tubuhnya.

Beberapa substansi aktif diketahui mempunyai rentang aktivitas penghambatan terhadap obyek target, sebab target OPT sangat luas, misalnya jamur Trichoderma spp. banyak menghasilkan substansi aktif seperti senyawaprotein enzim ataupun senyawa lain dari golongan fural atau fenol. Namun, reaksi terhadap setiap jenis patogen berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Jenice L. De Marco dan temannya pada enzim hidrolitik yang dihasilkan oleh jamur Trichoderma harzianum dijelaskan bahwa enzim protease lebih berperan pada saat berinteraksi dengan jamur Rizoctonia solanii. Namun pada patogen lain, Crinipelis perniciosa, yang lebih dominan adalah enzim khitinase. Kedua contoh di atas dapat memberikan gambaran bahwa aktivitas dari substansi aktif terhadap patogen ternyata memberikan gambaran mekanisme yang sangat kompleks. Secara umum dapat dikatakan bahwa pengaruh dari substansi aktif terhadap patogen tanaman diklasifikasikan sebagai aktivitas antibiosis, efek langsung terhadap penghambatan pertumbuhan patogen pada sistem perakaran, dan induksi pembangkitan sistem kekebalan terhadap tanaman.

 

B.     Antibiosis

Antibiosis merupakan senyawa kimia hasil metabolisme yang mempunyai sifat sebagai antibiotik. Proses pengendalian dari mekanisme biologi zat biokimia ini dapat bekerja secara tunggal dari satu jenis substansi aktif maupun bekerja bersama dengan aktivitas substansi lain. Sebagai contoh fenomena antagonistik antara jamur Trichoderma spp. dengan jamur patogen. Penelitian yang dilakukan oleh Lien A dan rekannya pada tahun 1994 menjelaskan bahwa proses mekanisme antibiosis dari substansi aktif yang dihasilkan oleh jamur Trichoderma viridae yang disebut trikolin. Senyawa tersebut merusak dan menyebabkan hilangnya formasi organ liposom yang terdapat di dalam sel. Liposom ini berperan dalam pembentukan protein pada jamur patogen Rhizoctonia solanii sehingga proses sintesis protein terganggu dan mengakibatkan pertumbuhannya terhambat.

 

C.     Mikoparasit

 

1. Mikoparasit pada jamur

Salah satu contoh jamur yang sudah banyak dikenal sebagai jamur hiperparasit terhadap jamur patogen tular tanah adalah Trichoderma spp. Mekanisme proses mikoparasitik adalah pada awalnya hifa jamur Trichoderma spp. tumbuh paralel dengan jamur inang. Miselium saling menempel dengan membentuk satu lekukan pada miselium jamur inang. Jamur parasit akan membentuk semacam pengait pada ujungnya dari cabang pendek. Interaksi ini diikuti dengan proses penetrasi pada miselium jamur inang yang secara parsial terjadi proses peluruhan pada dinding sel. Kemudian terlihat pula ada peliitan hifa jamur parasit pada miselium jamur inang serta proses pencernaan dan peluruhan. Proses  ini tidak

Page 3: Rangkuman Biopestisida Firnanda

terlepas dari aktivitas enzim yang dihasilkan oleh jamur parasit Trichoderma spp. yaitu enzim β-1,3-glukanase dan kitinase.

 

2. Mikoparasitik pada serangga

Jamur-jamur entomopatogen yang biasa digunakan antara lain Beauveria bassiana, Verticillium lecanii, Metarrhizium anisopliae. Mekanisme infeksi jamur terhadap serangga diawali pada saat jamur yang dalam bentuk spora atau konidia menempel pada permukaan tubuh serangga. Konidia tersebut menempel pada lapisan dinding atau kulit luar (integumen) serangga. Pada kondisi suhu dan kelembaban yang sesuai, konidia akan tumbuh dan menembus tubuh serangga. Jamur akan memperbanyak diri di dalam sebuh serangga sehingga tubuh serangga tertutup miselium yang berupa benang-benang halus. Dalam bentuk seperti ini diistilahkan sebagai propagul. Penetrasi jamur ke dalam tubuh serangga bisa melalui proses mekanis dan kimia. Hal tersebut terjadi karena jamur memproduksi enzim tertentu seperti enzim kitinase, glukanase, dan protease yang dapat meluruhkan kulit luar serangga, kemudian setelah konidia tumbuh, miselium akan mengeluarkan senyawa aktif yang bersifat antibiosis yang dapat bersifat racun atau menghambat proses metabolisme di dalam sel serangga.

 

Paparan diatas memberikan gambaran bahwa biopestisida sangat berbeda dengan pestisida kimiawi. Mekanisme kerja biopestisida umumnya memerlukan tenggang waktu, tidak radikal seperti pestisida kimia, sehingga anggapan pestisida kurang ampuh tidak menjadi kendala di lapangan.

 Ambil juga dari Djunaedy ya (saya emailkan)

II. Belum ada bahanIII. Saya emailkan ada beberapa bahan