Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

68
Studi Pembuatan dan Aplikasi Bio-pestisida Nabati (Daun Nimba, Tomat dan Merica(Lada)) untuk Pengendalian Hama Lalat Buah (Bactrocera sp.) pada tanaman Jambu Kristal (Psidium guajava L.) Di UD.Bumiaji Sejahtera, Bumiaji, Batu MAGANG KERJA Oleh : DHANI GALIH RAHMAWANTO 105040213111036 UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN MALANG 2013

description

Laporan Hasil Magang Kerja Agroekoteknologi 2010

Transcript of Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

Page 1: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

Studi Pembuatan dan Aplikasi Bio-pestisida Nabati (Daun Nimba,Tomat dan Merica(Lada)) untuk Pengendalian Hama Lalat Buah

(Bactrocera sp.) pada tanaman Jambu Kristal (Psidium guajava L.)Di UD.Bumiaji Sejahtera, Bumiaji, Batu

MAGANG KERJA

Oleh :

DHANI GALIH RAHMAWANTO105040213111036

UNIVERSITAS BRAWIJAYAFAKULTAS PERTANIAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGIJURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

MALANG2013

Page 2: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

Studi Pembuatan dan Aplikasi Bio-pestisida Nabati (Daun Nimba,Tomat dan Merica(Lada)) untuk Pengendalian Hama Lalat Buah

(Bactrocera sp.) pada tanaman Jambu Kristal (Psidium guajava L.)Di UD.Bumiaji Sejahtera, Bumiaji, Batu

LAPORAN MAGANG KERJA

Oleh :

DHANI GALIH RAHMAWANTO105040213111036

MINAT HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

UNIVERSITAS BRAWIJAYAFAKULTAS PERTANIAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGIJURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

MALANG2013

Studi Pembuatan dan Aplikasi Bio-pestisida Nabati (Daun Nimba,Tomat dan Merica(Lada)) untuk Pengendalian Hama Lalat Buah

(Bactrocera sp.) pada tanaman Jambu Kristal (Psidium guajava L.)Di UD.Bumiaji Sejahtera, Bumiaji, Batu

LAPORAN MAGANG KERJA

Oleh :

DHANI GALIH RAHMAWANTO105040213111036

MINAT HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

UNIVERSITAS BRAWIJAYAFAKULTAS PERTANIAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGIJURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

MALANG2013

Studi Pembuatan dan Aplikasi Bio-pestisida Nabati (Daun Nimba,Tomat dan Merica(Lada)) untuk Pengendalian Hama Lalat Buah

(Bactrocera sp.) pada tanaman Jambu Kristal (Psidium guajava L.)Di UD.Bumiaji Sejahtera, Bumiaji, Batu

LAPORAN MAGANG KERJA

Oleh :

DHANI GALIH RAHMAWANTO105040213111036

MINAT HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

UNIVERSITAS BRAWIJAYAFAKULTAS PERTANIAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGIJURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

MALANG2013

Page 3: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

i

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN MAGANG KERJA

Studi Pembuatan dan Aplikasi Bio-pestisida Nabati (Daun Nimba,Tomat dan Merica(Lada)) untuk Pengendalian Hama Lalat Buah

(Bactrocera sp.) pada tanaman Jambu Kristal (Psidium guajava L.)Di UD.Bumiaji Sejahtera, Bumiaji, Batu

Disetujui Oleh :

Pembimbing lapang,

Rakhmad Hardiyanto, ST.

Pembimbing Utama,

Dr. Anton Muhibbudin, SP., MP.NIP.19771130 200501 1 002

Mengetahui,Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan

Ketua

Dr. Ir. Bambang Tri Raharjo, SU.NIP. 19550403 198303 1 003

Page 4: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

ii

RINGKASAN

DHANI GALIH RAHMAWANTO. 105040213111036. Studi Pembuatan danAplikasi Bio-pestisida Nabati (Daun Nimba, Tomat dan Merica(Lada)) untukPengendalian Hama Lalat Buah (Bactrocera sp.) pada tanaman JambuKristal (Psidium guajava L.) Di UD.Bumiaji Sejahtera, Bumiaji, Batu. Dibawah bimbingan Dr. Anton Muhibbudin, Sp., MP, sebagai pembimbingutama dan Rakhmad Hardiyanto, ST, serta Drs. Imam Ghozali,ST.,S.Pd.,MM sebagai pembimbing lapang.

Pengelolaan ekosistem pertanian dengan memakai bahan – bahan kimiasintetis. Dapat menyebabkan efek negatife pada lingkungan dan pada kesehatanmanusia. Pemakaian bahan kimia dalam proses budidaya pertanian memang dapatmempercepat dan meningkatkan pertumbuhan serta hasil panen. tetapi pemakainbahan kimia akan memberikan efek terhadap pertumbuhan tanaman, adanyaresurjensi – resistensi hama, dan ketergantungan secara ekonomis. Maka perluadanya pendekatan, dengan mengubah pola pikir petani kearah pertanian organikdengan memakai bahan dari alam. Dalam pertanian organik akan banyak hamadan penyakit yang menyerang tanaman, karena pertanian organik tidak memakaibahan kimia dalam proses budidaya. Salah satu penngendalian hama dan penyakitsecara organik yaitu mengubah pemakaian pestisida kimia sintetis, denganmenggunakan pestisida nabati atau pestisida hayati. Pestisida berbahan dasar daritumbuhan. Beberapa tumbuhan mempunyai bahan aktif yang berfungsi sebagaialat pertahanan alami terhadap pengganggu dan cepat terurai.

Kegiatan magang kerja ini di lakukan di UD. Bumiaji Sejahtera, DusunBanaran, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur. Magang kerjadilaksanakan pada tanggal 1 Juli – 30 September 2013. Magang kerjadilaksanakan dengan mengikuti jadwal kegiatan atau akativitas yang ada di UD.Bumiaji Sejahtera sebagai berikut : 1) Kegiatan Budidaya Jambu Kristal. 2)pembuatan biopestisida nabati untuk pengendalian hama lalat buah yangmenyerang jambu kristal, yang dilaksanakan pada lahan tanaman jambu kristal.

Pada UD. Bumiaji Sejahtera sebagai usaha dagang milik perseorangan yangbergerak pada bidang pemasaran buah jambu kristal. terdapat beberapa masalahyang belum dapat di atasi yaitu adanya serangan hama lalat buah (Bactrocera sp.).lalat buah merupakan hama utama pada tanaman holtikulturam, khususnya padatanman buah dan sayuran. Kerusakan akibat serangan hama ini dapatmenyebabkan penurunan hasil panen baik secara kwalitas maupun kwantitas.Usaha pengendalian hama ini di UD.bumiaji sejahtera di arahkan padapengendalian hayati dan nabati. Dengan penggunaan biopestisida nabati yangberasal dari tanaman atau tumbuhan yang mempunyai bahan aktif untukmengendalikan hama atau penyakit tanaman. Pemakaian pestisida nabati daridaun nimba, tomat dan lada untuk pengendalian hama lalat buah menunjukkanbahwa pestisida ini bersifat refellent dan dapat mematikan serangga hamatersebut.

Page 5: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

iii

SUMMARY

DHANI GALIH RAHMAWANTO. 105040213111036. Studi Pembuatan danAplikasi Bio-pestisida Nabati (Daun Nimba, Tomat dan Merica(Lada)) untukPengendalian Hama Lalat Buah (Bactrocera sp.) pada tanaman JambuKristal (Psidium guajava L.) Di UD.Bumiaji Sejahtera, Bumiaji, Batu. Dibawah bimbingan Dr. Anton Muhibbudin, Sp., MP, sebagai pembimbingutama dan Rakhmad Hardiyanto, ST, serta Drs. Imam Ghozali,ST.,S.Pd.,MM sebagai pembimbing lapang.

Management of agricultural ecosystems using the materials synthetic ofchemicals. Can causes negatife effects to the environment and on human health.Use of chemicals in the agriculture cultivation process can indeed accelerating andincrease growth and harvest. but the usage of of chemicals will give effect to plantgrowth, the resurgence of pest resistance, and economic dependence. So thereneeds to approach, to changing mindset of farmers toward organic farming usingthe natural materials. In the organic farming will be more pests and diseases thatattacks the crops, because organic farming does not use chemicals in thecultivation process. One of pest control diseases organically is changing usagesynthetic chemical pesticides, with using botanical pesticides or biologicalpesticides. Pesticides based from plant. Of some plants have active material thatserve as a natural defense against bullies and fast unraveled.

This internship program activities carried at UD. Bumiaji Sejahtera, DusunBanaran Bumiaji, Batu, East Java. Internship was held on 1 July to 30 September2013. Job training conducted by following a schedule of activities or activitiesthat there at UD. Bumiaji Sejahtera as follows: 1) The Crystal Guava Cultivation.2) the manufacture plant biopesticides for pest control the fruit fly attacking thecrystal guava, which implemented in crop land crystal guava

On the UD. Bumiaji Sejahtera as a private ownership trading businesseswhich operates in field of crystal guava fruit marketing. There are some problemsthat can not be solvedis the existence of pest the fruit fly (Bactrocera sp.). the fruitfly is a major pest in horticulture crops, especially in fruit and vegetable crops.Damage caused by these pests can cause a decrease in crop yields both in qualityand quantity. This pest control efforts at UD. Bumiaji Sejahtera directed atbiological control and nabaties. With the use of plant-based bio-pesticides arederived from plants or crops that have active ingredients to control pests or plantdiseases. Use of botanical pesticides from neem leaves, tomato and pepper forpest control the fruit fly showed that this pesticide is refellent and can be deadlyinsect pests..

Page 6: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Kehadirat Allah SWT yang atas

rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan proposal magang kerja

yang berjudul “Studi Pembuatan dan Aplikasi Bio-pestisida Nabati (Daun

Nimba, Tomat dan Merica(Lada)) untuk Pengendalian Hama Lalat Buah

(Bactrocera sp.) pada tanaman Jambu Kristal (Psidium guajava L.) Di

UD.Bumiaji Sejahtera, Bumiaji, Batu ”.

Kegiatan ini merupakan kewajiban setiap mahasiswa jenjang S-1 dengan

program studi Agroekoteknologi, Universitas Brawijaya dalam rangka

menyelesaikan program jenjang S-1. Kegiatan ini bertujuan untuk melatih

mahasiswa bersosialisasi di dunia kerja. Sehingga diharapakn dapat mencetak

mahasiswa berpengalaman dan berwawasan luas di bidang pertanian.

Dalam penyusunan proposal ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada

Bapak Dr. Ir. Bambang Tri Raharjo, SU. selaku Ketua Jurusan Hama dan

Penyakit Tumbuhan. Bapak Dr. Anton Muhibbudin, SP. M.Sc. selaku dosen

pembimbing utama dan kepada kedua orang tua yang selalu memberikan doa dan

dorongan secara materi, spiritual, dan motivasi. Karyawan UD.Bumiaji Sejahtera

yang telah membantu selama proses magang kerja berlangsung. Serta semua yang

terkait dalam pembuatan laporan magang kerja.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan magang kerja ini masih

terdapat kekurangan. Oleh karenanya, segala kritik dan saran yang bersifat

membangun sangat di harapakan untuk kesempurnaan laporan.

Malang, 12 November 2013

Penulis,

Page 7: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

v

Daftar Isi

Cover halaman

Judul halaman

Lembar pengesahan.................................................................................................. i

Ringkasan................................................................................................................ ii

Summary ................................................................................................................ iii

Kata pengantar ....................................................................................................... iv

Daftar Isi.................................................................................................................. v

Daftar gambar........................................................................................................ vii

Daftar tabel........................................................................................................... viii

Lampiran ................................................................................................................ ix

I. PENDAHULUAN.............................................................................................. 1

1.1 Latarbelakang .............................................................................................. 1

1.2 Tujuan.......................................................................................................... 2

1.3 Sasaran kompetensi yang di targetkan ........................................................ 3

II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................... 4

2.1 Pertanian organik......................................................................................... 4

2.2 Hama Lalat Buah (Bactrocera sp.) ............................................................. 7

2.2.1 Klasifikasi lalat buah (Bactrocera sp.)................................................. 7

2.2.2 Morfologi ............................................................................................. 7

2.2.3 Siklus hidup.......................................................................................... 9

2.2.4 Bioekologi .......................................................................................... 10

2.2.5 Serangan ............................................................................................. 11

2.2.6 Pengendalian secara umum ................................................................ 12

2.3 Bio-pestisida Nabati .................................................................................. 14

Page 8: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

vi

2.4 Tsianaman penghasil pestisida .................................................................. 16

III. METODE PELAKSANAAN.......................................................................... 21

3.1 Waktu dan tempat...................................................................................... 21

3.2 Metode pelaksanaan .................................................................................. 21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................... 22

4.1 Profil Perusahaan PO.Bumiaji Sejahtera................................................... 22

4.2 Kegiatan Magang Kerja ............................................................................ 23

4.2.1 Kegiatan di UD.Bumiaji Sejahtera..................................................... 23

4.2.2 Pembuatan pestisida nabati dan Aplikasi di UD.Bumiaji Sejahtera .. 34

4.2.2.1 pembuatan biopestisida nabati.......................................................34

4.2.2.2 aplikasi biopestisida nabati............................................................38

V. PENUTUP........................................................................................................ 45

5.1 Kesimpulan................................................................................................ 45

5.2 Saran.......................................................................................................... 45

Daftar Pustaka

Lampiran

Page 9: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

vii

Daftar Gambar

No Teks Hal

Gambar 1. Lalat buah (Bactrocera sp.)................................................................ 7

Gambar 2. Siklus Hidup Lalat Buah (Bactrocera sp.)......................................... 10

Gambar 3. Serangan Lalat Buah (Bactrocera sp.) pada buah jambu.................. 11

Gambar 4. Okulasi pada tanaman Jambu kristal di UD.Bumiaji Sejahtera......... 23

Gambar 5. Pencangkokan Tanaman jambu kristal.............................................. 24

Gambar 6. Pembuatan lubang tanam jambu kristal............................................. 25

Gambar 7. Penyiangan lahan jambu kristal......................................................... 26

Gambar 8. Perbaikan bedengan dan pembumbunan jambu kristal...................... 26

Gambar 9. Pemangkasan cabang dan pewiwilan jambu kristal........................... 27

Gambar 10. Pemupukan tanaman jambu kristal.................................................... 29

Gambar 11. Penyiraman bibit tanaman jambu kristal............................................ 29

Gambar 12. Penyemprotan tanaman jambu kristal................................................ 31

Gambar 13. Buah tanaman jambu kristal yang dilakukan penjarangan................. 31

Gambar 14. Pembungkusan buah tanaman jambu kristal...................................... 32

Gambar 15. Bahan yang digunakan untuk pembuatan biopestisida nabati............ 35

Gambar 16. Peralatan yang digunakan untuk pembuatan biopestisida nabati....... 35

Gambar 17. Alur kerja pembuatan larutan nimba 36

Gambar 18. Alur kerja pembuatan biopestsida nabati 37

Gambar 19. Alur kerja aplikasi biopestsida nabati di lapang................................ 38

Gambar 20. Aplikasi biopestsida pada tanaman jambu kristal.............................. 39

Gambar 21. Alur kerja aplikasi bipestisida nabati pada perangkap feromon........ 41

Gambar 22. Aplikasi biopestsida nabati pada perangkap feromon........................ 42

Page 10: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

viii

Daftar Table

No Table Hal

Tabel 1. Perbedaan sistem budidaya pertanian organik dengan pertanian nonorganik................................................................................................

6

Tabel 2. Komposisi kimia lada putih dan lada hitam....................................... 18

Page 11: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

ix

Lampiran

No Teks Hal

Lampiran 1. Kegiatan magang di UD.Bumiaji Sejahtera 45

Lampiran 2. Struktur perusahaan PO.Bumiaji Sejahtera 51

Lampiran 3. Pembuatan biopestisida nabati (Daun nimba, tomat danmerica(lada))

52

Page 12: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Tindakan pengelolaan (manipulasi) ekosistem dapat menyebabkan efek

samping tehadap sebagian besar ekosistem sumberdaya dan lingkungan

sekitarnya. Pemakaian bahan – bahan kimia dalam budidaya pertanian memang

dapat mempercepat dan meningkatkan pertumbuhan serta hasil panen. tetapi,

sebagai akibatnya dari pemakaian bahan kimia yang berlebih seperti pupuk kimia

dan pestisida kimia. Dapat memberikan efek terhadap pertumbuhan tanaman

budidaya misalnya adanya inflasi pertumbuhan gulma yang cepat yang

memberikan daya saing terhadap tanaman budidaya lebih kuat, hama serangga

menjadi kebal (resisten), adanya resurjensi hama target, induksi ledakan hama

sekunder, dan kontaminasi lingkungan (pencemaran) yang berakibat pada kondisi

lingkungan hidup manusia. (Damastuti & Dency, 1998)

Efek pemakaian bahan – bahan kimia yang paling berbahaya adalah

timbulnya peracunan yang membahayakan kesehatan manusia, yang bahkan dapat

menimbulkan kematian. Data WHO mencatat setidaknya dua juta orang

mengalami keracunan di seluruh dunia dan 40 ribu di antaranya meninggal dunia

dari jumlah tersebut setengah juta orang mengalami keracunan pestisida dan lima

ribu diantaranya meninggal dunia. Dan 75 % di seluruh kasu ini, sekitar 30 ribu

orang tinggal di negara – negara berkmbang. Selain menimbulkan kematian,

akibat jangka panjang pemakaian bahan kimia sintetis pada lingkungan pertanian

akan berakibat terhadap manusia adalah peningkatan kelahiran cacat dan kanker.

(Damastuti & Dency, 1998)

Upaya untuk menanggulangi ketergantungan pada bahan kimia sintetis pada

proses budidaya pertanian adalah melakukan pendekatan. Dengan mengubah pola

pikir petani dari pemakaian bahan kimia yang dapat menimbulkan banyak efek

samping terutama pada lingkungan. Kearah pertanian yang lebih mengayomi

lingkungan hidup, seperti pemakaian bahan – bahan organik pada proses budidaya

pertanian. Proses budidaya secara organik dapat mehasilkan produk pertanian

yang berkwalitas dengan kwantitas yang memadai, membudidayakan tanaman

secara alami, mendorong dan meningkatkan siklus hidup biologis dalam

ekosistem pertanian, memelihara dan meningkatkan keseburuan tanah jangka

Page 13: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

2

panjang, menghindarkan seluruh bentuk pencemaran yang di akibatkan penerapan

teknik pertanian, memelihara keragaman genetik sistem pertanian dan sekitarnya,

dan mempertimbangkan dan sosial dan ekologis yang lebih luas dalam sistem

usaha tani. (Sudirja, 2008)

Dalam budidaya pertanian secara organik pasti akan banyak hama dan

penyakit yang menyarang tanaman. Karena, bertanam secara organik tidak

memakai bahan – bahan kimia untuk menanggulangi serangan hama dan penyakit.

Melainkan dengan menggunakan bahan – bahan dari alam yang dapat

dimanfaatkan untuk mencegah adanya serangan hama dan penyakit pada tanaman

budidaya. Salah satu usaha untuk menanggulangi hama dan penyakit pada

budidaya pertanian organik ialah dengan menggunakan mikroorganisme dan

tumbuh – tumbuhan yang dapat mengendalikan OPT (Organisme Penggangu

Tanaman) pada tanaman.

Penggunaan pestisida dalam budidaya terutama pestisida sintetis atau kimia

memberikan keuntungan secara ekonomis, namun dapat mendatangkan kerugian

di antaranya residu yang tertinggal tidak hanya pada tanaman, tetapi juga pada air,

tanah dan udara dengan penggunaan terus – menerus akan mengakibatkan efek

resistensi dari beraia janis hama (Djafaruddin, 2001). Alternatif pilihan pengganti

pestisida kimia adalah penggunaan pestisida hayati yang berasal dari tumbuhan.

Pestisida nabati adalah salah satu pestisida yang berbahan dasar dari tumbuhan.

Tumbuhan mempunyai bahan aktif yang berfungsi sebagai alat pertahanan alami

terhadap pengganggu karena cepat terutai di tanah dan tidak membahayakan

hewan, manusia atau serangga yang bukan sasaran (Sastrodihardjo, 1999)

1.2 Tujuan

1. Melatih mahasiswa di lapangan untuk aspek pertanian, perkebunan atau

manajemen lingkungan yang tidak tercakup dalam proses perkuliahan.

2. Memberi kesempatan mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman kerja sektor

pertanian yang relevan dengan profesi yang akan dikembangkannya di

masyarakat.

3. Memberikan pengalaman bekerja mahasiswa di lingkungan profesional

pertanian atau agribisnis.

Page 14: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

3

4. Memberikan keterampilan tambahan yang dimungkinkan berguna untuk kerja

di masa depan.

1.3 Sasaran kompetensi yang di targetkan

Dengan adanya magang kerja dalam pendidikan strata satu, mahasiswa di

harapkan dapat mendapai standart kompetensi dalam dunia pendidikan dan

pekerjaan minimal sebagai berikut :

1. Mampu menerapkan dan mensosialisasikan IPTEKS dibidang pertanian

berdasarkan prinsip-prinsip pertanian berkelanjutan dan mengangkat kearifan

lokal.

2. Mampu mengimplementasikan dan mengembangkan usaha inovatif sistem

pertanian berkelanjutan dan mampu berkomunikasi dan menjalin kerjasama

secara efektif dengan mengikuti etika bisnis.

3. Mampu merencanakan, merancang, melaksanakan dan mengevaluasi sistem

pertanian yang efektif dan produktif, dan mampu mengaktualisasikan potensi

diri untuk bekerjasama dalam tim multidisiplin.

4. Mampu belajar sepanjang hayat, dan mampu berpikir analitik untuk

mengidentifikasi, merumuskan masalah dan akar masalah serta mencari solusi

berbasis ilmiah dalam sistem pertanian yang berkelanjutan.

Page 15: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pertanian organik

Pertanian organik adalah sistem yang tidak menggunakan sama sekali input

kimia anorganik, baik untuk pupuk maupun pestsida, herbisisda, tetapi hanya

menggunakan input alamiah (organik), sistem pertanian holistik yang mendukung

dan mempercepat biodiversiti, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah dan

terpadu dengan cara mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agroekosistem

secara alami sehingga menghasilkan pangan yang cukup, berkwalitas dan

berkelanjutan. Pertanian berkelanjutan secara ekologi dan ekonomi, tidak merusak

lingkungan, tingkat produktivitas memedai dan petani masih mendapatkan

keuntungan. Sistem pertanian ini merupakan sistem yang berusaha untuk

mengembalikan semua jenis bahan organik dalam bentuk limbah pertanian

maupun ternak (low return) yang bertujuan menyediakan hara untuk tanaman.

(Anonim (a), 2013).

Pertanian organik adalah suatu sistem pertanian yang mendorong tanaman

dan tanah tetap sehat melalui cara pengelolaan tanah dan tanaman yang

disyaratkan dengan pemanfaatan bahan – bahan organik atau alamiah sebagai

input, dan menghindari penggunaan pupuk buatan dan pestsisda kecuali untuk

bahan – bahan yang diperkenankan (IASA, 1990). Dari studi lain menyataakan

bahwa sistem pertanian yang sama sekali tidak menggunakan input kimia

anorganik (kecuali yang diizinkan) tetapi hanya menggunakan bahan alami berupa

bahan atau pupuk organik disebut sebagai sistem pertanian organik absolut.

Sistem pertanian yang menggunakan bahan bahan organik sebagai salah sati

masukan yang berfungsi sebagai pembenah tanah dari suplemen pupuk buatan

disertai dengan aplikasi herbisida dan pestisida secara selektif dan rasional di

sebut pertanian organik rasional (Fagi dan Las, 2007).

Produk organik adalah produk hasil tanaman atau ternak yang diproduksi

melalui praktek – praktek yang secara ekologi, sosial – ekonomi berkelanjutan,

dan mutunya baik (nilai gizi dan keamanan terhadap racun terjamin). Oleh karena

itu pertanian organik tidak berarti hanya meninggalkan praktek pemberian bahan

non organik, tetapi juga harus mperhatikan cara – cara budidaya lain, misalnya

pengendalian erosi, penyiangan , pemupukan , dan pengendalian hama dengan

Page 16: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

5

bahan – bahan organik atau non organik yang diizinkan. Dari segi sosial –

ekonomi, keuntungan yang diperoleh da produksi pertanian organik hendaknya

dirasakan secara adil oleh produsen, pedagang dan konsumen (Pierrot, 1991).

Prinsip dasar budidaya pertanian organik yang di rumuskan oleh IFOAM

(International Federation of Organic Agriculture Movement) (IFOAM, 1992).

Tenntang budidya tanaman organik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Lingkungan : hasur bebas dari kontaminasi bahan sintetik. Karena itu

pertanaman organik tidak boleh berdekatan dengan pertanaman yang

memakai bahan kimia.

2. Bahan tanam : varietas yang ditanam sebaiknya telah beradaptasi bai di

daerah yang bersangkutan dan tidak berdampak negatif pada lingkungan.

3. Pola tanam : berpijak pada prinsip konservasi tanah dan air, berwawasam

lingkungan menuju pertanian berkelanjutan.

4. Pemupukan : bahan organik sebagai pupuk dan tidak boleh memakai bahan

anorganik atai kimia sintetis.

5. Pengelolaan Organisme Pengganggu : Semua pestisida sintetis tidak boleh

digunakan, kecuali yang diizinkan dan terdaftar pada IFOAM, melainkan

hanya memakai pengendalian hayati. (Anonim (b). 2013)

Tabel 1. Perbedaan Sistem Budidaya Pertanian Organik dengan Pertanian Non

Organik

Proses Pertanian Non Organik Pertanian Organik

Persiapan tanah Maksimalisasi pengolahan

tanah memalui mekanisasi

pertanian yang berakibat

pemadatan tanah dan

matinya beberapa

organisme

Minimalisasi pengolahan

dan mekanisasi pertanian

yang memacu

pertumbuhan organisme

dan menjaga aerasi tanah

Persiapan bibit Bibit diperlakukan dengan

bahan kimia sinteis

Bibit diperlakukan

dengan alami

Penanaman Monokultur, rotasi

tanaman hanya dari satu

jenis tanaman dan tidak

Mutikultur, rotasi

bertahap, kombinasi

tanaman dalam satu

Page 17: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

6

ada kombinasi tanaman luasan lahan. Penanaman

habitat predator dan

pengendalian hama.

Tanaman pupuk hijau,

pestisisda hayati dan obat

– obatan alami

Pengairan Dapat menggunaman air

dari mana saja

Menggunakan air yang

bebas bahan kimia

sintetis

Pemupukan dan

pengendalian hama

serta gulam

Dominasi penggunaan

pupk kimia dan pestisida

Penggunaan pupuk

organik, pengendalian

hama berdasarkan

keseimbangan hayati

Panen dan pasca panen Produk mengandung

residu bahan kimia dan

menggunakan bahan kimia

sintesis

Tidak diperlakukan

bahan kimia dan sehat

untuk konsumen

Sumber : PPHP, 2005

Page 18: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

7

2.2 Hama Lalat Buah (Bactrocera sp.)

2.2.1Klasifikasi lalat buah (Bactrocera sp.)

Sistem klasifikasi lalat buah adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Class : Insecta

Ordo : Diptera

Sub Ordo : Cycloorhapha

Family : Tephritidae

Genus : Bactrocera

Sub Genus : Bactrocera

Species : Bactrocera sp.

(Drew, 1997)

Gambar 1. Lalat buah (Bactrocera sp.) (en.wikipedia.org)

2.2.2Morfologi

Ukuran tubuh lalat buah hampir sama dengan lalat rumah, atau sedikit lebih

besar. Namun, lalat buah berwarna lebih menarik, dengan kombinasi warna hitam

keabu – abuan, kuning, dan orange kecoklatan. Lalat buah mempunyai tubuh yang

berbuku – buku, baik ruas tubuh utama maupun alat tambahan, misalnya kaki dan

antena. Sebagai anggota kelas serangga, lalat buah mempunyai bagian tubuh,

yaitu sebagai berikut :

Page 19: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

8

a. Kepala (Cepal)

Kepala lalat buah terbentuk bulat agak lonjong, dan merupakan tempat

melekat antena dengan tiga ruas. Warna pada ruas antena ini merupakan salah

satu ciri khas spesies lalat buah tertentu. Selain itu, spesise lalat buah dapat

dibedakan berdasarkan ciri lain yang berupa bercak hitam bagian depan

wajah, atau warna tertentu pada daerah kepala (Siti Zubaidah, 2008).

b. Rongga dada (Toraks)

Bagian punggung (dorsal) rongga dada lalt buah mempunyai ciri khas

tertentu. Ciri tersebut dapat berupa garis di tengah, atau garis pinggir (lateral)

berwarna kuning di masing – masing sisi latero – dorsal skuntum. Dari arah

dorsal tampak warna dasar skutelum. Skutelum lalat buah biasanya berwarna

kuning, walaupun pada berbagai spesies terdapat tambahan warna lain,

misalnya warna hitam dengan pola bercak tertentu. Sayap lalat buah biasanya

mempunyai bercak – bercak pada bagian tepi posterior. Bercak – bercak

tersebut menutupi vena kosta serta subkosta dan vena – vena lain

disekitarnya. Kaki lalat buah juga mempunyai warna khas yang merupakan

ciri suatu spesies tertentu. Sementara itu, sel anal (sala satu vena sayap) pada

kebanyakan lalat buah mempunyai perpanjangan ke arah posterior (Siti

Zubaidah, 2008)

c. Rongga perut (Abdomen)

Dari arah dorsal, abdomen lalat buah mempunyai gambaran khas atau

pola – pola tertentu, misalnya huruf T yang jelas, atau hanya berupa bercak –

bercak hitam yang tidak jelas. Pada kebanyakan lalat buah abdomen berwarna

coklat tua.

Sebagai anggota ordo diptera, lalat buah hanya mempunyai dua sayap.

Sayap yang berkembang adalah sayap bagian depan. Sayap belakang

mengecil dan berubah menjadi alat keseimbangan yang disebut halter. Pada

permukaannya terdapat bulu – bulu halus yang berfungsi sebagai indera

penerima rangsang dari lingkungan, terutama kekuatan aliran udara.

Lalat buah mengalami perubahan bentuk tubuh atau metamorfosis

sempurna (holometabola). Pada tipe metamorfosisi ini, lalat buah akan

melalui telur, larva, pupa, dan lalat dewasa dalam satu siklus kehidupannya.

Page 20: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

9

Alat mulut lalat buah dewasa bertipe penjilat – penyerap. Apabila di

lihat sepintas, bentuknya menyerupai alat penyedot debu, berupa suatu

saluran yang bagian ujungnya melebar. Sementara, alat mulut larva lalat buah

berupa mandibula yang berbentuk kait berlubang (Boror, 2001)

2.2.3Siklus hidup

Umur imago atau lalat buah dewasa dapat mencapai 1 bulan. Lalat buah

dewasa meletakkan telur – telurnya yang berbentuk seperti pisang di bawah

permukaan buah atau batang, dan akan menetas dua – tiga hari kemudian.

Satu ekor lalat betina , menghasilkan telur 1200 – 1500 butir. Telur

berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan berkelompk 2 – 15 butir.

Seekor lalat buah betina dapat meletakkan telur 1 – 40 butir/hari (Kalshoven,

1981).

Larva yang disebut sindat atau singgat ini kemudian mulai menggerogoti

daging buah atau jaringan batang dan matang setelh tujuha sampai sepuluh hari.

Larva terdiri dari tigamasa instar atau tiga kali proses penggantia kulit. Larva lalat

buha yang bertipe asepala (yidak mempunyai kepala yang berbentuk jelas) ini

mempunyai perilaku unik, yaitu mampu melompat, terutama ketika masuk ke

instars ketiga, atau mejelang berpupa. Larva kemudian berpupa di dalam tanah, di

dalam sebuah selubung. Masa pupa rata – rata 19 hari, dan sangat di pengaruhi

oleh kondisi kelembapan tanah, yaitu umur pupa lebih pendek pada kelembapan

lebih tinggi. Namun, pada spesise Anastrepha ludens menunjukkan bahwa

fenologi buah berperan lebih penting dari pada kelembapan tanah dan suhu

(Montoya, 2008 : 643 – 650)

Lalat buah dewasa mebutuhkan pakan yang cukup karbohidrta, asam amino,

sterols, vitamin, dan mineral. Telur akan diletakkan pada jaringan tumbuhan yang

cocok (cukup nutrisi) bagi keturunannya. Dari kajian terdahulu bahwa lalat buah

memilih buah yang mulai masak agar lebih mudah di tembus oleh ovipositor,

memiliki kandungan gula yang mulai meningkat, kandungan air yang makin

rendah, dan ukuran yang makin besar (Messina et al, 1991: 197 – 208)

Page 21: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

10

Gambar 2. Siklus Hidup Lalat Buah (Bactrocera sp.)

(http://infohamapenyakittumbuhan.blogspot.com)

2.2.4Bioekologi

Dalam siklus hidupnya lalat buah mempunyia 4 stadium hidup yaitu , telus,

larva, pupa dan dewasa. Lalat buah betina memasukkan telus kedalam daging

buah atau di dalam luka atau cacat buah secara berkelompok. Lalat buah betina

bertelur sekitar 15 butir. Terlur berwarna putih tranparan berbentuk bulat panjang

dengan salah satu ujungnya runcing. Larva lalat buah hidup dan berkembang di

dalam daging bauh selama 6 – 9 hari. Larva pengorek daging buah sambil

mengelurkan enzim prusak atau pencerna yang berfungsi melunakkan daging

buah sehingga mudah di hisap dan di cerna. Enzim tersebut diketahui yang

mempercepat pembusukan, selain bakteri pembusuk yang mempercepat aktivitas

pembusukkan buah. Jika aktivitas pembusukan sudah mencapai tahapp lanjut,

buah akan jatuh ke tanah, bersamaan dengan masknya buah, larva lalat buah sipa

memasuki tahap pupa.

Pupa berwarna coklat dan berbentuk oval dengan panjang 5 mm. Lalat

dewasa berawarna kecoklatan, dada berwarna gelap dengan dua garis kuning

membujur dan pada bagian perut terdapat garis melintang. Lalat buah betina ujung

perutnya lebih runcing di bandingkan lalat jantan. Siklus telur menjadi dewasa

berlangsung selam 16 hari. Fase kritis tanaman yaitu pada saat tanaman mulai

Page 22: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

11

berbuah terutama pada saat buah menjelang masak. Lalat buah yang mempunyai

ukuran yang kurang baik. Suhu optimal untuk perkembangan lalat buha 26oC,

sedangkan kelembapan relatif sekitar 70%. Kelembapan tanah sangat berpengaruh

terhadap perkembangan pupa (Anonim (c), 2013)

2.2.5Serangan

Gejala serangan

Pada buah yang serangan biasanya terdapat lubang kecil di bagian tengah

kulitnya, serangan lalat buah ditemukan terutama pada buah yang hampir

masak. Gejala awal ditandai dengan noda/titik bekas tusukan ovipositor (alat

peleatk telur) lalat betina saat meletakkan telur kedalam buah, selanjutnya

karena aktivitas hama didalam buah, noda tersebut berkembang menjadi

meluas. Larva memakan daging buah sehingga menyebabkan buah busuk

sebelum masak. Apabila di belah pada daging buah terdapat belatung – belatung

kecil dengan ukuran 4 – 10 mm yang biasanya meloncat apabila tersenut.

Kerugian yang disebabkan oleh hama ini mencapai 30 – 60 %. Kerusakan yang

ditimbulkan oleh larvanya akan menyebabkan gugurnya buah sebelum

kematangan yang diingikan (Anonim (c), 2013).

Gambar 3. Serangan Lalat Buah (Bactrocera sp.) pada buah jambu

(http://infohamapenyakittumbuhan.blogspot.com)

Page 23: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

12

2.2.6Pengendalian secara umum

1. Pembukusan buah

Cara ini dilakukan dengan mebungkus buah yang muali ranum atau

berubah menuju ke fase masak. Pembungkusan dapat dilakukan menggunakan

kertas semen, kertas koran atau plastik. Bisa juga dengan menggunakan kantung.

Pada bagian ujung bawah pembungkus dibuat lubang untuk mengalirkan air

yang mungkin masuk dari bagian atas. Pembungkusan dengan kertas kurang

efektif karena mudah sobek dan hancur apabila terekna hujan. Cara ini efeketif,

tetapi apabila pembungkusan dilakukan saat buah masih terlalu muda akan

menghambat pertumbuhan dan perkembangan buah (Anonim (c),2013)

2. Mulsa

Mulsa dipasang di bawah tanaman akan menghalangi larva instar terakhir

untuk berpupa di dalam tanah. Jenis mulsa yang dapat digunakan adalah platik,

atau potongan jerami kering. Mulsa plastik berfungsi untuk memutus siklus

hidup lalat buah yatu menghalangi larva instar terakhir untuk masuk dan berpupa

di dalam tanah sedangkan mulsa jerami di percaya menumbuhkan jamur parasit

yang dapat menyerang pupa (Anonim (c),2013)

3. Pemanfaatan musuh alami

Musuh alami lalat buah yang paling penting adalah parasitoid dan

beberapa predator, misalnya tawon dari famili Braconidae, contoh predator lalat

buah adalah semut Oecophyla smaragdina dan O.denticula. di alam lalat buah

mempunyai musuh alami berupa parasitoid dari genus biosteres dan opius

(famili Branconidae). Biosteres sp dapat ditemukan pada lalat buah yang

menyerang mangga, balimbing dan jambu biji dengan parasitasi 5,17 – 10,31% ,

sedangkan Ophius sp.banyak ditemukan pada lalat buah yang menyerang

mangga dengan tingkat parasitasi 0 – 6,6% (Putra, 1997).

4. Penggunaan perangkap metil eugenol

Metil eugenol merupakan zat yang bersifat volatile atau menguap dan

melepaskan aroma wangi. Susunan kimia metil eugenol terdiri dari unsur C, H,

dan O (C12H24O2). Zat ini merupakan food lure atau dibutuhkan oleh lalat

buah jantan untuk dikonsumsi. Dengan demikian, jika mencium aroma metil

eugenol, lalat buah jantan akan berusahan mencari sumber aroma tersebut dan

Page 24: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

13

memakannya. Radius aroma antraktan dari metil eugenol ini mencapai 20-100

m, tetapi jika di bantu angin, jangkauannya bisa mencapai 3 km.

Di dalam tubuh lalat buah jantan, metil eugenol di proses menjadi zat pemikat

yang akan berguna dalam proses perkawinan. Dalam proses perkawinan

tersebut, lalat buah betina akan memilih lalat buah jantan yang telah

mengonsumsi metil eugenol karena lalat buah jantan tersebut mampu

mengeluarkan aroma yang berfungsi sebagai sex pheromone (daya pikat

seksual).

Di alam, lalat buah jantan memperoleh metil eugenol dari berbagai jenis

tanaman, seperti treggula dan selasih. Lalat buah jantan memperoleh metil

eugenol dengan cara mengisap bunga atau daun tanaman penghasil metil

eugenol sehingga tidak jarang dilihat kerumunan lalat buah yang sedang

mengerumuti tanaman penghasil metil eugenol. (Kardinan, 2003)

5. Perangkap warna/likat kuning

Serangga hama tertentu juga lebih tertarik terhadap warna. Warna yang

disukai serangga biasanya warna-warna kontras seperti kuning cerah.

Keunggulan dari penggunaan perangkap warna ini adalah murah, efisien juga

praktis. Namun perangkap ini hanya bisa digunakan pada hama siang hari saja.

Prinsip kerjanya pun tidak jauh berbeda dengan perangkap cahaya dimana

serangga yang datang pada tanaman dialihkan perhatiannya pada perangkap

warna yang dipasang. Serangga yang tertarik perhatiannya dengan warna

tersebut akan mendekati bahkan menempel pada warna tersebut. Bila pada

obyek warna tersebut telah dilapisi semacam lem, perekat atau getah maka

serangga tersebut akan menempel dan mati. (Asri A.,2003)

6. Pengendalian lalat buah secara kultur teknis

a. Sanitasi lingkungan, yaitu pengumpulan buah – buah yang terserang, baik

yang jatuh maupun yang masih di pohon. Kemudian dimusnahkan dengan

menimbun yang terserang ke dalam tanah (pastikan bahwa kedalaman tanah

tidakn memungkinkan larva dapat berkembang menjadi pupa).

b. Tanah di sekitarnya dicangkul dan di balik agar pupa yang bersembunyi

terkena siar matahari dan mati.

c. Tanaman perangkap, yaitu menanam selasih di sekeliling kebun

Page 25: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

14

d. Pengasapan dengan membakar sampah kering dan bagian atasnya di tutupi

sampah basah, agar dapat dihasilkan asap dan tidak sampai terbakar.

Kepulan asap yang menyebar ke seluruh bagian tanaman akan mengusir

keberadaan hama.

e. Pembungkusan buah dengan kertas atau kantong plastik

f. Penggunaan perangkap atraktan dalam alat perangkap yang terbuat dari

botol bekas air minum mineral yang di beri lubang untuk masuknya lalat

buah. Bahan atraktan : metil eugenol (ME), protein hidrolisa, atau selasih.

(Anonim (d), 2013)

7. Pengendalian kimia

Pengendalian lalat buah secara kimiawi dapat dilakukan dengan memasang

alat perangkap yang terbuat dari botol aqua dengan jarak ± 10 meter. Dalam

perangkap tersebut diberi buah – buahan yang aromanya disukai lalat (misal

nangka, timun) kemudian dicampur insektisida berbahan aktif metomil. Selain

itu juga dapat dilakukan penyemprotan menggunakan insektisida berbahan aktif

sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida,

atau dimehipo dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Penyemprotan menggunakan insektisida sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dan

dicampur dengan gula pasir sebanyak dua sendok makan per-tangki untuk

memancing lalat memakan pestisida tersebut.

(Anonim (d), 2013)

2.3 Bio-pestisida Nabati

Pestisida nabati adalah bahan pengendalian hama dan penyakit tanaman

yang beerbahan aktof berasasl dari tumbuh – tumbuhan. Secara umum, pestisida

nabati merupakan suatu pestisida dengan bahan dasar berasal dari tumbuhan.

Pembuatannya relatif mudah dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas.

Pestisida nabati bersifat mudah terurai (biodegradable) di alam serta manusia dan

ternak (Soenandar M.& Tjacyono Heru R.,2012).

Berikut beberapa fungsi pestisida nabati untuk mengendalikan hama dan

penyakit tanaman :

1. Sebagai penolak kehadiran serangga (repelent)

Page 26: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

15

2. Sebagai antifidan sehingga hama tidak menyukai tanaman yang telah di

semprot pestisida nabati.

3. Terhambatnya proses metamorfosis serangga, misalnya, perkembangan

telur, larva dan pupa menjadi tidak sempurna.

4. Terhambatya reproduksi serangga betina dan mengacaukan sistem

hormon pada serangga.

Dari hasil penelitian terdahulu, beberapa jenis tanaman yang mempunyai

indikasi sebagai pestisida nabati di antaranya mimba, kunyit, jahe, serai, temu

hitam, laos, gadung, biji bengkuang, dan sirih. Pestisida nabati juga memiliki sifat

yang menguntungkan, seperti tidak mencemari lingkungan, lebih spesifik terhadap

hama, dan residu lebih pendek (Soenandar M.& Tjacyono Heru R.,2012).

a. Keunggulan pestisida nabati

1. Tidak terjadi resistensi pada hama

2. Tidak berdampak merugikan bagi musuh alami hama

3. Tidak menyebabkan kerusakan lingkungan dan persediaan air tanah

4. Mengurangi resiko terjadinya letusan serangan hama kedua (sekunder)

5. Mengurangi bahaya bagi kesehatan manusia dan ternak

6. Mengurangi biaya produksi dan ketergantungan petani terhadap pestisida

kimia.

b. Kelemahan pestisida nabati

1. Kurang praktis dalam aplikasinya. Karena, bahan nabati mudah terdegradasi

oleh pengaruh fisik, kimia dan biotik dari lingkungan. efeknya, saat

pengaplikasian memerlukan frekuensi yang berulang – ulang dengan dosis

yang lebih banyak dibandingkan dengan pestisida kimia.

2. Memerlukan bahan pengemulsi sebagai pelarut, karena pestisida nabati sulit

terlarut.

3. Memerlukan bahan baku bahan tanaman dengan volume yang cukup banyak

agar mencapai dosis yang dianjurkan

4. Ketersediaan bahan baku tanaman yang tidak konsisten sehingga relatif

menyulitkan petani.

Page 27: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

16

2.4 Tanaman penghasil pestisida

a. Mimba (Azadirachta indica)m

Daun dan biji tanaman mimba dapat digunakan untuk mengendalikan hama

ulat, kumbang, serta kutu daun yang selalu menyerang tanaman pangan dan

holtikultura. Zat yang terkandung dalam mimba mampu menghambat

pertumbuhan serangga hama. Tanaman mimba mengandung zat azadirachtin,

triol, salanin dan nimbin.

Daun dan biji mimba yang digunakan unutuk mengendalikan hama dan

penyakit diformulasikan dalam bentuk minyak atau serbuk. Kandungan ratcun

(zadirachtin) pada biji mimba labih tinggi dibandingkan dengan kandungan racun

pada daun mimba. Minyak dari biji mimba telah banyak ditemukan di pasaran

dengan dosis 5 – 10 ml/lt air. Minyak mimba cukup efektif digunakan untuk

mengendalikan beberapa jenis hama serta tidak meninggalkan residu berbahaya

pada tanaman dan lingkungan (Soenandar M.& Tjacyono Heru R.,2012).

Senyawa kimia tersebut dapat berperan sebagai penghambat pertumbuhan

serangga, penolak makan (antifeedant) dan repelen bagi serangga (Rachmawati,

2009).

Azadirachtin merupakan senyawa yang paling banyak terdapat dalam biji

mimba, dan dalam 1 gram biji kira – kira terdapat 2 – 4 mg azadiractin namun

ada juga yang samapi 9 mg. Bahan aktif ini tidak langsung membunuh, namun

akhirnya akan dapat mematikan serangga melalui mekanisme menolak makan,

mengganggu pertumbuhan dan reproduksi (Sudarmadji, 1993). Azadiracthin juga

berperan sebagai ecdyson blocker atau zat yang dapat menghambat kerja hormon

ecdyson, yaitu hormon yang berfungsi dalam proses metamorfosa serangga.

Serangga akan terganggu pada proses pergantian kulit, atau proses perubahan dari

telur menjadi larva, atau dari larva menjadi kepompong atau dari kepompong

menjadi dewasa. Biasanya kegagalan dalam proses ini mengakibatkan kematian

(Chiu, 1988)

Salanin mempunyai daya kerja sebagai penghambat makan, namun tidak

mempengaruhi proses ganti kulit pada serangga (Sudarmadji, 1993). Penggunaan

pestisida nabati yang berasal dari mimba seringkali tidak menyebabkan hama

langsung mati setelah di semprot, biasanya memerlukan waktu 4 – 5 hari untuk

Page 28: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

17

mati. Namun demikian, daya rusak hama sudah sangat menurun karena dalam

keadaan sakit (Ruskin, 1992).

Meliontriol, senyawa ini dalam konsentrasi yang sangat randah mampu

menolak serangga untuk makan. Senyawa ini berperan sebagai penghalau

(repellent) yang menyebabkan serangga enggan mendekati zat tersebut

(Sudarmadji, 1993).

Nimbin berperan sebagai anti mikroorganisme seperti anti virus, bakterisida,

dan fungisida yang bermanfaat untuk digunakan dalam mengendalikan penyakit

tanaman (Ruskin, 1992). Senyawa ini juga mempunyai potensi untuk digunakan

sebagai pengendali virus yang menyerang tanaman dan ternak (Sudarmadji,

1993).

Bermacam – macam ekstrak mimba dilaporkan mempengaruhi serangga

melalui berbagai macam cara anatara lain :

1. Penghambatan perkembangan telur, larva, atau pupa

2. Memblokir proses ganti kulit selama stadium larva

3. Gangguan terhadap proses kawin serangga, terutama gangguan dalam

proses komunikasi seksual

4. Penolakan makan terhadap larva dan dewasa

5. Mencegah betina untuk meletakkan telur

6. Membuat serangga mandul

7. Meracuni larva dan dewasa

8. Menghambat pembentukan khitin

(Ruskin, 1992)

b. Lada atau Merica (Piper nigrum L.)

Komponen kimia lada atau merica terdiri atas air, pati, selulosa, abu,

minyak volatil dan mineral – mineral. Kandungan kimia pada lada ini berbeda –

beda tergantung dari varietas lada dan derah penanaman lada yang berhubungan

langsung dengan perbedaan iklim, keadaan tanah dan faktor lingkungan lainnya.

Komposisi kimia lada lebih jelas dapat di lihat pada tabel 2.

Page 29: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

18

Tabel 2. Komposisi kimia lada putih dan lada hitam

Komponen kimia (%)Lada hitam Lada putih

Min Max Min Max

Air 9,56 15,60 9,90 16,50

Nitrogen total 1,56 2,60 1,55 2,60

Nitrogen EENV* 2,70 4,33 0,00 0,00

Minyak volatil 1,00 2,00 1,00 2,20

Pati dan karbohidrat lain 32,10 50,00 54,30 69,00

Selulosa 11,90 15,50 4,20 7,80

Piperine 1,70 7,40 0,00 0,00

Abu 3,40 5,90 0,80 3,00

Sumber : Aksi Agraris Kanisius, 1980.

*Nitrogen dalam Ekstrak Ether non Volatil

Total nitrogen dalam lada yaotu sekitar 82% merupakan non protein

nitrogen, misalnya alkoloid. Dari non protein nitrogen ini lebih dari setengahnya

terdiri dari asam amino sederhana yang langsung dapat digunakan oleh tubuh

(Pruthi, 1976).

Komposisi minyak volatil menetukan secara langsung sifat oeganoleptik

lada yaitu odor dan flavor, sedangkan sifat rasa pedas lada disebabkan oleh

alkoloid – alkoloid non volatil dimana piperine merupakan zat yang terpenting

(Purseglove et al., 1981 dan Govindarajan, 1977).

Ektrak eter lada yang bersifat non volatil (non volatil ether extract) yang

cukup banyak mengandung alkoloid pembentuk zat pedas sering digunakan

sebagai indikator kasar tingkat kepedasan bahan ini (Govindarajan, 1977).

Lada mengandung minyak atsiri dan oleoresin. Adapun untuk mendapatkan

secara optimal maka minyak atsiri pada lada tersebut, dilakukan penyulingan

terlebih dahulu, kemudian sisa penyulingan di ekstrak kembali dengan pelarut

organik sehingga di peroleh oleoresin (Somaatmadja, 1981). Komponen kimia

oleoresin terdiri dari poperine chavicine, poperida – piperida lain seperti piperitin,

minyak yang mudah meguap, alkoloid dan resin (Guenther, 1987).

Piperine adalah komponen alkoloid utama pembentuk rasa pedas lada.

Isomer trans – trnas dari 1-piperonyl piperidine yang diisolasi pertama kali oleh

Page 30: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

19

Oested pada tahun 1820 dan kemudian diidentifikasi dengan rumus molekul

C15H19NO3. Bahan ini larut sebagian dalam air dingin dan petroleumeter,

sedangkan dalam air panas, alkohol, kloroform, benzenen dan asam asetat larut

sepenuhnya. Jika di pecah akan menjadi piperidine dan “piperic acid”. Berat

molekul 285.33 dan titik leburnya adala 130oC (Purseglove et al., 1981 dan pruthi,

1976).

Lada hitam dapat digolongkan ke dalam tanaman yang mempunyai daya

insektisida (Mc Indoo & Sievers, 1924). Sejak saat itu, penelitian terhadap

insektisisda alami nabati dilakukan secara intensif. Dari penelitian lebih lanjut,

bahwa bubuk lada hitam bertindak sebagai repellent atau zat penolak terhadap

hama jagung Heliothis obsoleta pada saat akan bertelur (Freeborn & Wymore,

1929).

Pada tanaman lada terdapat tiga kompenen aktif yang diidentifikasi sebagai

peepuloidin, guineensine dan pipricidie yang merupakan bentuk isobutyl dan

piperine dengan gugus alkil yang bervariasi. Ketiga zat aktif ini mempunyai efek

meumpuhkan kaki serangga, tetapi yang paling toksik adalah guineensine

(Kumari & Majumder 1981).

Lada hitam (Piper Nigrum L.) merupakan salah satu tanaman yang memiliki

efek insektisida. Sejauh ini senyawa – senyawa dalam lada hitam yang barhasil

diidentifikasi mempunyai efek insektisisda selain piperine adalah golongan

alkoloid : isobutylamise alkoloid, pellitorine, gineensine, pipercide dan

piperidine. Senyawa – senyawa ini bekerja sebagai antikolinesterase.

Antikolinesterase bekerja dengan menghambat kerja kolinesterase dan

mengakibatkan suatu keadaan yang mirip dengan perangsangan saraf kolinergik

secara terus menerus dan mengakibatkan kekejangan dan kematian (Maulani

R.,2010)

Pada lalat Musca domestica membuktikan bahwa ektrak lada hitam pada

konsentrasi 10%, 7% dan 4%. Memiliki efek insektisisda di atas LD50. Peneletian

ini membuktikan bahwa senyawa limonene dan linalool yang terdapat pada lada

efektif membunuh lalat. Senyawa – senyawa ini tergabung dalam minyak

essential yang bersifat volateli dan menguap pada suhu kamar dan penguapan

Page 31: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

20

akan semakin besar dengan kenaikan suhu dan kelembapan relatif yang rendah

(Rosalia, 2005)

c. Tomat ( Solanum lycopersicum Linn)

Tomat merupakan buah yang kaya akan manfaat dan merupakan bahan

pokok pembuatan berbagai macam jenis saus. Banyak orang telah memanfaatkan

buah tomat untuk di konsumsi sebagai sayur maupun buah, sebagau bahan baku

pembuatan saus, untuk minuman, khasiat kecantikan, bahkan banyak juga

masyarakat yang tidak mengetahui bahwa bagian tanaman tomat juga memiliki

manfaat sebagai insektisida dan repellent. Kandungan kimia daun tomat diduga

berpotensi sebagai insektisida yaitu alkoloid solanine dan alkoloid solanidine

(Syarif, A. dkk. 2005)

Ektrak etanol daun tomat memliki kandungan kimia alkoloid solanine dan

alkolid soladinidine yang berfungsi sebagai racun kontak pada nyamuk Culex sp.

zat ini akan menghambat kerja enzim acetylcholinesterase, kemudian kejang

sehingga dapat menyebabkan kematian. (Dinnarwika, Syarah. 2012).

Tomat berupa daun dan batang mengandung senaya yang rasanya tidak

disenangi oleh aham sehingga efektif untuk mengendalikan hama pada tanaman

dan juga sebagai fungsida ringan (Kuruseng, 2008). Tomat mengandung racun

alami yang termasuk golongan glikoalkaloid. Racun ini menyebabkan tomat hijau

berasa pahit saat dikomsumsi. Untuk mencegah terjadinya keracunan, sabaiknya

hindari mengkomsumsi tomat hijau dan jangan pernah mengkomsumsi daun dan

batang tanaman tomat. Daun tomat bagus sebagai insektisisda dan fungsida alami.

Pada tomat hijau, kandungan senyawa penghambat gliko alkoloid tomatin labih

tinggi, yang mampu menghmbat pertumbuhan miselium patogen Botrytis cinera.

Akibatnya, jamur mampu membentuk apresorium dan melakukan pemantakan

pada buah tomat hijau, perkembangan hifa lebih lanjut dapat dihambat dengan

konsentrasi solanin di dalam buah, yang bersifat fungitoksin (Soesanto, Loekas.

2007). Dapat digunakan untuk membasmi kutu, ulat bulu, telur serangga,

belalang, ngengat, lalat putih, jamur dan bakteri pembusuk (Supriadi, Dani. 2012).

Page 32: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

21

III. METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan tempat

Kegiatan magang kerja di lakukan di PO. Bumiaji Sejahtera,Dusun Banaran

Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Magang kerja di

laksanakan pada tanggal 01 Juli sampai dengan tanggal 30 September 2013. Jenis

kegiatan magang yang dilaksanakan sesuai dengan kegiatan yang ada pada

perusahaan atau instansi tempat magang kerja.

3.2 Metode pelaksanaan

Adapun metode pelaksanaan magang kerja yang dilakukan pada tempat atau

Instansi Magang kerja ini adalah:

a. Praktek kerja langsung sesuai dengan aktivitas yang ada di perusahaan.

Kegiatan yang dilakukan menyesuaikan dengan kegiatan yang ada di lapang.

Kegiatan ini dilakukan dengan cara mengikuti secara langsung semua

kegiatan di lapang.

b. Diskusi dan wawancara dengan staf perusahaan.

Kegiatan ini ialah kegiatan wawancara dan diskusi dengan pembimbing

lapang, karyawan dan para pekerja lapang.

c. Pengumpulan data primer dan sekunder sebagai data pelengkap.

1. Pengumpulan data primer

Data diperoleh secara langsung dengan observasi di lapang sesuai

dengan aktivitas yang ada pada tempat magang. Data primer yang akan

diambil meliputi gambar atau foto yang ada di lapang.

2. Pengumpulan data sekunder

Pengumpulan data ini dengan menggunakan metode dokumenter

yaitu data yang diperoleh dari studi literatur, dokumentasi dan arsip

perusahaan.

Page 33: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Perusahaan PO.Bumiaji Sejahtera

1) Personal company

Nama Perusahaan : Bumiaji Sejahtera

Pemilik : Imam Ghozali

Direktur : Rakhmad Hardiyanto

Alamat : Jl. Kopral Kasdi 75 Banaran, Bumiaji, Kota Wisata Batu

Telepon : (0341) 594 286

HP : 081 7960 4950

Nomor Ijin Usaha : 510/218/422.208/SIUP MI-025/2013

Visi Perusahaan

a. Menjadikan Bumiaji sebagai sentra agritourism Kota Wisata Batu pada

2014

b. Menjadikan Bumiaji sebagai sentra home industry makanan olahan Kota

Wisata Batu pada 2014

Misi Perusahaan

a. Menciptakan sumber daya manusia jujur, kreatif, inovatif dan berjiwa

entrepreneur

b. Mengeksplorasi potensi pariwisata dan ekonomi kreatif berbasis

pemberdayaan masyarakat

2) Luas Lahan di UD.Bumiaji Sejahtera

Di UD.Bumiaji Sejahtera yang bergerak pada bidang pertanian, pariwisata

dan home industri. Pada perusahaan ini yang diutamakan adalah pada bidang

agrotourism (wisata pertanian), komoditas utama yang di miliki untuk agrowisata

ialah tanaman jambu kristal (Psidium guajava). Lahan yang di miliki di

UD.Bumiaji Sejahtera total keseluruhan lahan 24.000 m2, dengan rician lahan :

1. Lahan di daerah Junggo, Kecamatan Bumiaji, Batu :15.000 m2

2. Lahan di daerah Dayakan, Kecamatan Bumiaji, Batu : 2.500 m2

3. Lahan di daerah Keramat, Kecamatan Bumaji, Batu : 2.000 m2

4. Lahan di daerah Banaran Barat, Kec. Bumiaji, Batu : 4.500 m2

Luas lahan produktif untuk jambu kristal sebanyak 2.600 m2 yang terletak

pada dua tempat yang berbeda yaitu pada kebun Dayakan (2.500 m2) dan kebun

Page 34: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

23

Keramat (100m2). Sedangkan sisa lahan yang lain pada kebun Keramat ditanami

tumpang sari jambu kristal belum produktif, jeruk manis dan berbagai macam

sayuran. Pada lahan Junggo setengah dari total lahan ditanami apel dan

setengahnya ditanami berbagai macam sayuran. Untuk lahan Banaran Barat masih

dalam proses penumbuhan hasil okulasi antara pohon awal jambu merah dan

diokulasi jambu kristal serta dilakukan tumpangsari dengan berbagai sayuran.

Dengan tenaga kerja yang di gunakan berjumlah 3 orang pekerja dengan bidang

yang berbeda yaitu pada bidang perbanyakan jumlah bibit tanaman jambu kristal

serta perawatan tanaman jambu kristal, dan pada bidang tanaman holtikultura.

Gaji karyawan yang bekerja berkisar antara Rp. 25.000/hr.

4.2 Kegiatan Magang Kerja

4.2.1Kegiatan di UD.Bumiaji Sejahtera

Proses budidaya tanaman jambu kristal

1. Persiapan budidaya tanaman jambu kristal

a. Perbanyakan tanaman jambu kristal

1) Okulasi

- Pilih batang bawah yang memenuhi syarat yaitu telah berumur 5 bulan

- Ambil mata tunas tempel dari cabang atau batang sehat yang berasal

dari pohon jambu krital varietas unggul yang telah terbukti

keunggulannya.

- Buat lidah kulit batang yang terbuka pada batang bawah setinggi ± 20

cm dari pangkal batang dengan ukuran yang sesuai dengan mata

tempel.

- Masukkan mata tempel ke dalam lidah batang bawah sehingga

menempel dengan baik

- Setelah 2 -3 minggu, ikatan tempelan dapat dibuka dan disemprot

dengan ZPT.

- Pada okulasi yang jadi, kerat batang sekitar 2 cm di atas okulasi dengan

posisi melintang sedikit condong keatas sedalam 2/3 bagian

penampang.

Page 35: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

24

Gambar 4. Okulasi pada tanaman Jambu Kristal di UD.Bumiaji Sejahtera

2) Cangkok

- Memlih dahan tanaman yang bergaris tangah ± 2 cm.panjang dahan ±

100 cm dan dahan tumbuh tegak.

- Menyayat kulit cabang secara melingkar sepanjang 3 – 5 cm. kulit

cabang yang di sayat sebaiknya berada tepat di bawah kuncup daun.

- Mengkerat kulit dengan ujung pisau. Kikis kambium yang mungkin

masih melekat pada bagian kayu, dan buang lendir yang

membasahinya.

- Mengeringkan bagian dahan yang telah di kupas dengan

membiarkannya selama 2 – 5 hari.

- Membungkus dahan yang telah di kelupas dengan mos atau serabut

kelapa. Dan ikat bagian bawah lembaran pembungkus ± 6 cm di bawah

sayatan.

- Memasukkan tanah basah yang telah dicampur pupuk kancang ke

dalam pembungkus.

- Merapikan sehingga dahan yang terkelupas tertutup tanah seluruhnya.

Kemudian ikat bagian atas lembaran pembungkus.

- Menyiram secara teratur pada pagi dan sore hari terutama jika tidak

terjadi hujan.

- Cangkokan yang telah tumbuh jangan langsung dilakukan penanaman

di lahan. Sebelumnya tanam terlebih dahulu hasil cangkokan pada

polybag dengan campuran tanah gembur dan pupuk kandang.

Page 36: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

25

- Setelah umur cangkokan pada polybag mencapai 3 bulan, maka

cangkokan telah siap untuk dipindahkan ke lahan yang siap untuk di

tanami.

Gambar 5. Pencangkokan tanaman jambu kristal

2. Teknik penanaman jambu kristal

a. Pengolahan tanah

Lahan yang akan ditanami tanaman jambu kristal sebelumnya dilakukan

pengolahan tanah terlebih dahulu. Pengolahan tanah pada lhan di fungsikan

sebagai sanitasi lahan dan pembersihan dari OPT yang berada di dalam tanah

agar pada saat di tanaman OPT tersebut tidak akan menyerang tanaman jambu

kristal. Dengan cara membalik tanah dan membuat bedengan – bedengan

denagn ukuran 1 m x 5 m. Membalik tanah bagian bawah selain untuk

mengendalikan hama atau penyakit yang ada di dalam tanah, juga berfungsi

untuk memberikan hara yang ada di lapisan top soil tanah agar berada di atas

dan mudah dalam penyerapan hara untuk tanaman.

b. Penentuan jarak tanaman

Tanaman jambu kristal dapat di budidayakan secara monokulture

maupun intercropping dengan tanaman di bawahnya. Jarak tanam jambu kristal

yang di lakasanakan di UD.Bumiaji Sejahtera di desa Bumiaji, Kecamatan

Bumiaji, Kota Batu. Di peruntukan dengan jarak tanam 300 cm x 400 cm

dengan secara mono kulture, sedang dengan pola tanam intercroping di

lakukan pada bagian bawah tanaman jambu kristal, yaitu di tanam tanaman

yang tidak membutuhkan penyinaran yang lama dan cahaya yang sedikit.

Page 37: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

26

c. Pembuatan lubang tanam

Ukuran lubang tanam untuk penanaman jambu kristal di PO. Bumiaji

Sejahtera yaitu 30 cm x 50 cm x 50 cm. dimana tanah hasil galian pada bagian

atas dan tanah bagian bawah di campur menjadi satu dengan menggunakan

pupuk kandang sebanyak 1 kg/lubang tanam

Gambar 6. Pembuatan Lubang Tanam Jambu Kristal

3. Pemeliharaan tanaman

a. Penyiangan

Proses penyiangan tanaman jambu akan dilaksanakan apabila terdapat

gulma yang mengganggu pertumbuhan tanaman. Pada tanaman yang berjarak

tanam rapat makan tidak perlu untuk di lakukan penyiangan, karena tajuk

tanaman jambu yang rapat akan menggangu pertumbuhan gulma pada bagian

bawah pohon tanaman jambu. Penyiangan dilakukan pada saat awal musim

penghujan dimana semua tanaman mulai tumbuh, pada saat sebelum musim

penghujan maka lahan yang ada di sekitar tanaman jambu digemburkan

kembali untuk agar gulma pada sekitar tanaman jambu tidak tumbuh kembali.

Page 38: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

27

Gambar 7. Penyiangan Lahan Jambu Kristal

b. Pembubunan tanaman

Tanaman jambu kristal dilakukan pembumbunan pada saat musim

penghujan. Dengan kondisi tanah yang kering dan terkena air makan tanah

akan terbawa oleh air, yang menyebabkan tanah yang ada di sekitar tanaman

jambu menjadi berkurang dan menggenangi tanaman jambu kristal. dengan

pembumbunan tanaman maka air akan dapat mengalir dengan lancar dan tidak

menggenangi tanaman jambu.

Gambar 8. Perbaikan bedengan dan Pembumbunan Jambu Kristal

c. Pemangkasan

Pemangkasan yang dilakukan untuk tanaman jambu kristal ini bertujuan

untuk memaksimalkan hasil fotosintat dari hasil proses fotosintesis ke jaringan

tanaman yang lebih muda atau tunas baru yang masih dapat melakukan proses

fase vegetatif yang cepat. Dengan cara memangkas bagian dahan atau ranting

Page 39: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

28

tanaman yang sudah tua atau sudah tidak dapat berproduksi, atau pada tangkai

yang telah dipetik. Tangkai tanaman yang menghasilkan buah dan telah dipetik

tidak dapat memproduksi bunga, maka dengan pemangkasan bisa

memaksimalkan produksi bunga pada tanaman pada cabang baru setelah

pemangkasan cabang tanaman yang telah tua.

Selain itu, pemangkasan yang pada jambu kristal dapat mempercepat

proses pembungaan pada cabang baru atau tunas baru. Dengan mempercepat

proses pembungaan makan produksi buah meningkat. Karena pemangkasan

yang dilakukan dapat memusatkan hasil fotosintesis tanaman pada cabang baru

dengan bunga dari calon buah tanaman jambu kristal.

Dengan pemengkasan juga dapatn membuat sinar matahari dapat masuk

melewati sela – sela daun. Dengan penyinaran yang maksimal maka pada

bagian bawah dari tajuk tanaman tidak ternaungi dan tidak menyebabkan

kelembapan menjadi tinggi. Kelembapan yang tinggi dapat menjadikan tempat

tinggal dari penyakit – penyakit tanaman berupa jamur, bakteri dll, serta juga

dapat menjadi tempat tinggal beberapa hama tanaman jambu. Pemangkasan

tanaman jambu kristal ini akan dilakukan setelah umur 3 – 6 bulan.

Gambar 9. Pemangkasan Cabang dan Pewiwilan Jambu Kristal

d. Pemupukan tanaman

Pemupukan dilakukan pada 3 tahap daiman pada tahap pertama umur 0 –

6 bulan, tahap kedua pada umur 6 – 12 bulan dan tahap ketiga umur 12 – 24

bulan.

1) Tahap pertama ( 0 – 6 bulan)

Page 40: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

29

Pemupukan tahap awal diman tanaman di tanam sampai tanaman

berumur 6 bulan dilakukan pemupukan dengan menggunakan pupuk

kandang atau kompos sebanyak 5 kg/1000 m2 sebagai pupuk dasar untuk

penanaman jambu kristal, dan selanjutnya dilakukan pemupukan dengan

menggunakan pupuk aorganik berupa Urea : Tsp : ZK ( 3 : 2 : 1 ) per 1000

m2. Dengan cara kocor, dimana pupuk dilarutkan kedalam air agar pupuk

dapat di serap langsung oleh tanaman.

Pemupukan pada umur 0 – 6 bulan dilakukan setiap 2 minggu sekali,

dengan tujuan untuk mempercepat proses vegetatif tanaman. setelah proses

vegetatif tanaman pertumbuhannya lebih cepat maka tanaman akan cepat

untuk berbungan dan menghasilkan buah.

2) Tahap kedua (6 – 12 bulan)

Pada umur 6 – 12 bulan tanaman dilakukan pemupukan dengan

menggunakan pupuk yang sama dan dosis yang sama, yaitu Urea : Tsp :

ZK ( 3 : 2 : 1 ) per 1000 m2. Tetapi jarak waktu pemberian pupuk lebih

lama di bandingkan pada awal fase vegetatif dengan selang waktu 1 bulan

sekali. Pemberian pupuk pada umur 6 – 12 bulan dengan cara di taburkan

pada daerah areal perakaran tanaman jambu secara melingkar. Karena

pada tahap ini sudah memulai fase generatif atau pembentukan bunga.

Maka asupan pupuk yang diberikan dikurangi untuk mempercepat

pembuahan pada tanaman.

3) Tahap ketiga (12 – 24 bulan)

Pada umur tanaman jambu yang telah mencapai 2 tahun takaran

pupuk yang digunakan tetap sama dengan umur 6 – 12 bulan, tetapi selang

waktu pemupukan yang digunakan dikurangi, dengan tujuan untuk

mepercepat proses pemasakan buah. Jarak waktu yang digunakan untuk

pemupukan tanaman umur 12 – 24 bulan, dilakukan setiap 3 bulan sekali.

Page 41: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

30

Gambar 10. Pemupukan Tanaman Jambu Kristal

e. Pengairan tanaman

Pemberian air pada tanaman jamb ukristal ini dilakukan 2 kali dalam

minggu pertama setelah penanam, yaitu pada pagi dan sore hari. Setelah

tanaman telah mulai beradapatasu dengan lingkungan sekitar dapat

dikurangiimenjadi sekali dalam sehari. Setelah tanaman tumbuh kuat frekuensi

penyiraman dapat dikurangi lagi atau penyiraman dilakukan saat diperlukan

saja. Jika turun hujan yang lebat diusahakan agar sekeliling tanaman tidak

tergenang air dengan cara membuat lubang saluran untuk mengalirkan air.

Sebaliknya pada musim kemarau tanah akan terlihat mengering dan merakah

maka di perlukan penyiraman yang lebih dari pada penyiraman yang terdahulu

dan dilakukan sehari sekali setiap sore hari.

Gambar 11. Penyiraman bibit tanaman Jambu Kristal

Page 42: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

31

f. Pengendalian OPT (Organisme Penggangu Tanaman)

1) Tahap pertama (0 – 6 bulan)

Pengendalian OPT pada awal tanam sampai tanaman berumur 6 bulan

dilakukan dengan menggunakan pestisida anorganik. Pestisida yang

digunakan adalah Dorstick (pelekat, penabur) sebanyak 25 cc/100 Lt,

ANTONIK (zat perangsang tumbuh tanaman) sebanyak 25 cc/100 Lt, dan

menggunakan fungsida yaitu CABRIO 250EC sebanyak 25 cc/ 100 Lt dan

FOLICUR 25WP sebanyak 25 cc/100 Lt.

2) Tahap kedua (6 – 12 bulan)

Pengendalian OPT pada umur tanaman mencapai 6 – 12 bulan.

Pengandalian tetap menggunakan dosis yang sama, akan tetapi penggunaan

air dan dosis pestisida ditambahkan 10 % dari takaran air seblumnya

menjadi 110 Lt air yang digunakan pada saat penyemprotan dengan dosis

Dorstick (pelekat, penabur) menjadi 35 cc/110 Lt, ANTONIK (zat

perangsang tumbuh tanaman) sebanyak 35 cc/110 Lt, dan menggunakan

fungsida yaitu CABRIO 250EC sebanyak 35 cc/ 110 Lt dan FOLICUR

25WP sebanyak 35 cc/110 Lt.

3) Tahap ketiga (12 – 24 bulan)

Dengan bertambahnya umur tanaman yang sudah mencapai dua tahun

maka takaran air dan dosis yang digunakan untuk menyemprot tanaman

bertambah manjadi 20 %. Maka takaran air dan dosis dalam penyemprotan

atau pengendalian OPT pada umur tanaman mancapai 2 tahun di perlukan

dosis Dorstick (pelekat, penabur) menjadi 55 cc/130 Lt, ANTONIK (zat

perangsang tumbuh tanaman) sebanyak 55 cc/130 Lt, dan menggunakan

fungsida yaitu CABRIO 250EC sebanyak 55 cc/ 130 Lt dan FOLICUR

25WP sebanyak 55 cc/130 Lt.

Page 43: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

32

Gambar 12. Penyemprotan Tanaman Jambu Kristal

g. Pemeliharaan lain

1) Penjarangan buah

Penjarangan dilakukan untuk meningkatkan kualitas buah yaitu besar

seragam, kulit baik, dan sehat, dilakukan dengan membuang buah yang tidak

normal (terserang hama penyakit atau kecil-kecil). Untuk mendapatkan buah

yang baik satu tunas hendaknya berisi 3 – 5 buah.

Gambar 13. buah tanaman jambu kristal yang dilakukan penjarangan

2) Pembungkusan buah

Pembungkuasn buah tanaman jamb dilakukan pada saat buah tanaman

sudah sudah berumur 1,5 bulan atau bakal buah tanaman, dengan cara

membungkusnya dengan menggunakan plastik bening ukuran 15 x 35 cm.

Dan pada bagaian pucuk plastik dipotong untuk memberikan lubang udara

Page 44: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

33

pada buah, lubang udara berfungsi sebagai pembuang air yang dikeluar oleh

proses penguapan buah tanaman. pembungkusan bertujuan untuk

menghindari keruskan secara mekanis dari tanaman itu sendir dan serangan

serangga hama yang akan merusak buah tanaman jambu.

Gambar 14. Pembungkusan Buah Tanaman Jambu Kristal

Page 45: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

34

4.2.2Pembuatan Biopestisida Nabati dan Aplikasinya di UD.Bumiaji Sejahtera

4.2.2.1 Pembuatan Biopestisida nabati (Daun nimba, Tomat dan Merica)Di perusahaan UD. Bumiaji Sejahtera yang terletak di desa Bumiaji,

Kecamatan Bumiaji, Batu. Bergerak pada bidang pendistribusian buah jambu dan

bibit tanaman jambu serta sebagai tempat pariwisata. Telah mulai mengacu pada

sistem pertanian yang bertaraf lingkungan dengan salah satunya adalah

pembuatan dan pemakain biopestisida nabati yang berasal dari tumbuh –

tumbuhan salah satu yang di gunakan untuk pestisida nabati pada UD. Bumiaji

Sejahtera yaitu daun tanaman nimba, buah tomat yang telah masak, dan biji

merica atau lada. Untuk mempercepat proses dekomposisi bahan – bahan tersebut

perusahaan menggunakan dekomposer yaitu superdegra serta sari apel yang

digunakan untuk menggantika molase. Pestisida nabati ini di UD.Bumiaji

Sejahtera berfungsi sebagai pengendalian lalat buah yang menyerang buah

tanaman jambu kristal secara nabati, pemilihan bahan – bahan tersebut

berdasarkan pengalaman pemilik perusahan UD. Bumiaji Sejahtera dan informasi

– informasi yang didapat dari luar seperti pengamalan orang lain, majalah

pertanian, buku pedoman dll.

Pemilihan daun tanaman nimba, karena daun nimba diketahui mempunyai

zat yang dapat digunakan untuk mengendalikan beberapa hama dan penyakit pada

tanaman. Tanaman nimba diketahui dapat menghambat pertumbuhan serangga,

penolak atau refellent, dan penolak makan serangga atau antifedant. Karena,

dalam tumbuhan nimba merupakan jenis tumbuhan yang mempunyai senyawa –

senyawa bioaktif yang termasuk kedalam kelompok limonoid (triterpenoid) dan

setidaknya terdapat sembilan senyawa limonoid yang telah di ketahui diantaranya

azadiracthin, meliantriol, salanin, nimbin, nimbidin. Senyawa utamanya

Azadirachtin (C35H44O16) merupakan salah satu jenis senyawa yang cukup aktif

yang tidak langsung mematikan serangga akan tetapi mlalui proses mekanisme

menolak makan, mengganggu pertumbuhan dan reproduksi serangga, menggangu

pertumbuhan dan reproduksi serangga. Hal ini disebabkan oleh adanya sifat daya

antifeedant dan repellent terhadap serangga (Kardinan, 2002). Selain itu tanaman

nimba banyak terdapat di pulau jawa, dan biasanya di tanaman pada sepanjang

jalan raya dan tidak dimanfaatkan oleh orang, keuntungan lainnya bahwa

azadirachtin pada nimba mudah terabsorbsi oleh tanaman, bekerja secara sistemik,

Page 46: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

35

sedikit racun kontak dan aman bagi serangga musuh alami (Isman, 1994). Dengan

ketersedian bahan yang melimpah maka UD.Bumiaji Sejahtera memanfaatkan

tanaman tersebut untuk digunakan sebagai bahan baku untuk biopestisida nabati

untuk pengendalian serangan hama lalat buah.

Pemakaian bahan baku berasal dari merica atau lada, karena merica

meruapakan bahan rempah – rampah yang biasanya dimanfaatkan untuk bahan

masakan dan mudah untuk di dapatkan, maka UD.Bumiaji Sejahtera

memanfaatkan merica untuk digunakan sebagai bahan pembuatan pestisida nabati,

dan diketaihui merica atau lada mengandung zat piperine kemudian diidentifkasi

dengan rumus molekul C15H19NO3 yang bersifat sebagai penolak atau repellent

pada serangga (Purseglove et al., 1981 dan pruthi, 1976), dan beberapa zat aktif

lain yang diketahui merupakan bentuk isobutyl dan piperine dengan gugus alkil

yang bervariasi. Ketiga zat aktif dapat melumpuhkan kaki serangga (Kumari &

Majumder 1981). Maka pemakai bahan baku rempah – rampah yaitu merica

digunakan sebagai campuran untuk mengendalikan serangan hama lalat buah.

Dan satu bahan lagi yang berasal dari buah yaitu tomat, buah tomat yang

digunakan untuk pestisida ini berupa tomat yang telah masak. Buah tomat di pakai

karena bahan yang mudah di dapat dan banyak. Dan dalam ekstrak etanol tomat

memliki kandungan kimia alkoloid solanine dan alkolid soladinidine zat ini akan

menghambat kerja enzim acetylcholinesterase, kemudian kejang sehingga dapat

menyebabkan kematian (Dinnarwika, Syarah. 2012). Tomat di ketahui dapat

digunakan sebagai bahan untuk insektisida alami dan fungsida alami, oleh karena

itu tomat digunakan sebagai campuran bahan untuk pestsida nabati untuk

mengendalikan serangan hama lalat buah di UD. Bumiaji Sejahtera.

Proses pembuatan biopestisida nabati dari bahan baku daun nimba, lada

(merica) dan buah tomat in iadalah sebagai berikut :

a. Bahan yang digunakan dalam pembuatan Biopestisida Nabati untuk

pengendalian hama lalat buah yaitu adalah sebagai berikut :

1. Daun Nimba : @ 1 kilogram

2. Lada (Merica) : @ 100 gram

3. Buah Tomat : @ 500 gram

4. Air : @ 5 liter

Page 47: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

36

5. Molase (Sari Apel) : @ 100 ml (larutan nimba) - @ 50 ml

6. Super Degra (Dekomposer) : @ 100 ml (larutan nimba) - @ 50 ml

Gambar 15. Bahan yang digunakan untuk pembuatan Biopestisida nabati

b. Alat yang digunakan dalam pembuatan Biopestisida Nabati adalah sebagai

berikut :

1. Pisau : @ 1 buah

2. Talenan : @ 1 buah

3. Jirigen 5 lt : @ 2 buah

4. Mug Takaran : @ 1 buah

Gambar 16. Peralatan yang digunakan untuk pembuatan Biopestisida Nabati

c. Proses pembuatan Biopestisida Nabati untuk mengendalikan hama lalat buah

1. Pembuatan larutan Nimba

Terlebih dahulu menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

sebagai pembuatan larutan ekstrak daun nimba, kemudian menimbang daun

nimba seberat 1 kilogram dan langkah selanjuntnya memotong atau

mencacah daun nimba sampai daun nimba berukuran kecil. Setelah itu daun

nimba yang telah di potong - potong di masukkan kedalam jirigen dengan

volume 5 liter untuk 1 kg daun nimba yang telah di cacah. Selanjuntnya

Page 48: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

37

menambahkan air secukupnya dan di beri sari apel (Molase) sebanyak 100

ml, serta Super Degra (Dekomposer) sebanyak 100 ml. Setelah semua bahan

tercampur menjadi satu kemudian langkah selanjutnya adalam melakukan

proses fermentasi atau dekomposisi untuk mendapatkan ekstrakan daun

nimba, proses dekomposisi untuk mendapatkan ekstrak daun nimba

dibutuhkan ± 14 hari.

Pembuatan ektrak daun nimba di lakukan terlebih dahulu, karena daun

nimba mempunyai tektur daun yang keras dan sulit untuk terurai walaupun

telah di lakukan proses fermentasi. Maka untuk mendapatkan ekstrak daun

nimba di butuhkan waktu yang lama. Proses yang lama ini mengakibatkan

tingkat peluruhan zat pada daun nimba menjadi lebih sulit.

Gambar 17. Alur kerja pembuatan larutan nimba

2. Pembuatan Biopestisida Nabati

Terlebih dahulu menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam

pembuatan pestisida nabati. Kemudian buah tomat dan biji merica (lada) di

timbang untuk buha tomat seberat 500 gram sedang untuk merica seberat

100 gram, setelah buah tomat dan merica di timbang selanjutnya memotong

– motong buah tomat sampai berbentuk dadu dan memasukkannya kedalam

Page 49: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

38

jirigen dengan volume 5 liter, sedemikian juga dengan biji mericanya di

haluskan dengan memblendernya, setelah biji merica halus dimasukkan

kedalam jirigen dengan volume 5 liter. Selanjutnya menambahkan sari apel

sebanyak 50 cc dan superdegra sebanyak 50 cc, dan ditambahkan dengan

hasil dari ekstraksi daun nimba yang telah terdekomposisi selama 7 hari.

Penambahan dekomposer serta gula hanya sedikit karena sebelumnya pada

larutan hasil ekstraksi juga telah menggunakan bahan dekomposes serta

gula, dan tidak di tambahkan air karena larutan nimba di gunakan sebagai

pengganti air. Setelah semuai selesai dimasukkan kedalam jirigen maka di

lakukan kembali proses dekomposisi untuk mendapatkan ekstrak larutan

pestsida nabatti ± 7 hari.

Gambar 18. Alur kerja pembuatan biopestisida nabati

4.2.2.1 Aplikasi Biopestisida nabati (Daun nimba, Tomat dan Merica)Setelah proses yang cukup panjang dan lama maka di dapatkan larutan

biopestisida nabati berbahan daun nimba, buah tomat dan merica. Untuk

penggunakan biopestisida nabati ini karena masih dalam bentuk larutan maka

dibutuhkan air untuk mengencerkan larutan tersebut dan siap untuk di aplikasikan

Page 50: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

39

untuk mengendalikan serangan hama lalat buah. Proses aplikasinya adalah sebagai

berikut antara lain :

1) Aplikasi pada tanaman jambu kristal

Bahan yang digunakan untuk aplikasi Biopestisida nabati dengan campuran

EM yaitu sebagai berikut :

1. Biopestisida nabati : 1 liter

2. EM : 1 liter

3. Air jernih mentah : 100 liter

4. Perekat “Latron 750 L : 100 ml

alat yang digunakan untuk aplikasi Biopestisida nabati dan campuran EM

adalah sebagai berikut :

1. Mesin sprayer “Power Sprayer IndoKoyo SC-30” 10 – 40 BAR : 1 set

2. Selang spraayer dan nozzle : 100 meter

3. Drum kapasitas 100 liter : 1 buah

4. Kayu pengaduk : 1 buah

5. Gelas takar ukuran 500 ml : 1 buah

Gambar 19. Alur kerja aplikasi biopestisida nabati di lapang

Fungsi mesin “Power Sprayer IndoKoyo SC-30” tekanan 10 -40 BAR

dengan bahan bakar bensin untuk menyemprotkan campuran larutan Bio-pestisida

nabati ,EM dan perekat “Latron” 750 L. Selang sprayer berguna dalam

Menyiapkan alat danbahan yang digunakan

Menambahkan airsebanyak 100 liter

kedalam drum

Memasukkanbiopestisida nabati

sebanyak 1 liter dan EM1 liter serta perekat 100

ml

Mengaduk dengan kayupengaduk hinggalarutan homogen

Menyalakan mesinsprayer

Menyambungkanselang penyedot dengan

nozzle

Memasukkan selangpenyedot yang

terpasang penyaring kedalam drum

Membuka kran yangterhubung nozzle,

kemudian semprotkan ketanaman jambu kristal

Aplikasi untukmendapatkan hasil

maksimal dilakukan 3 x1 minggu

Page 51: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

40

menyalurkan campuran homogen EM, pestisida nabati dan perekat “Latron” 750

L berbahan aktif alkil gleserol flalat. Sedangkan nozzle untuk mengatur bentuk

semprotan. Drum untuk wadah mencampur bahan-bahan. Kayu pengaduk

berfungsi menghomogenkan bahan-bahan. Kaleng cat untuk mengambil air dari

saluran irigasi untuk diletakkan ke drum. Gelas takar untuk mengetahui ukuran

bahan mikroorganisme efektif, pestisida nabati dan perekat.

Proses aplikasi biopestisida dari bahan daun nimba, tomat dan lada (merica).

Setelah dilakukan proses fermentasi selama ± 7 hari. Maka ektrak dari bahan

tersebut telah siap untuk di aplikasikan ke lahan jambu kristal. ekstrakan hasil

fermentasi tersebut masih dalam bentuk larutan pekat yang apabila langsung di

gunakan pada tanaman akan mengakibatkan efek negatif pada tanaman.

penyemprtan di lapang menggunakan mesin sprayer “Power Sprayer IndoKoyo

SC-30” tekanan 10 -40 BAR, dengan bahan bakar bensin. Dosis yang digunakan

pada saat pengaplikasian di lapang adalah 1 liter ektrak biopestisida nabati serta

EM sebanyak 1 liter untuk 100 liter air dan ditambahkan perekat sebanyak 100 ml

(Latron 750 L berbahan aktif alkil gleserol flalat). Kemudian dilakukan

pengadukan bahan agar bahan tercampur homogen. Setelah semua bahan telah

tercampur maka telah siap untuk di aplikasikan ke lahan jambu kristal untuk

mengendalikan serangan lalat buah.

Gambar 20. Aplikasi Biopestisida pada tanaman jambu kristal

Penggunaan biopestisida dilapang hanya di gunakan 1 kali aplikasi, karena

masih dalam tahap percobaan. Dimana perusahaan masih dalam proses menuju ke

pertanian organik yang berwawasan lingkungan atau bersahabat dengan

lingkungan. Aplikasi dengan dosis 1 liter/100 liter air menunjukkan untuk luasan

Page 52: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

41

lahan 100 m2. Untuk aplikasi pada lahan produktif tanaman jambu kristal di

UD.Bumiaji Sejahtera berkisar antara 2.600 m2, maka di butuhkan dosis

biopestisida nabati serta EM sebanyak 26 liter untuk lahan produktif di

UD.Bumiaji Sejahtera. Jumlah tenaga kerja yang di butuhkan sebanyak 2 orang

untuk aplikasi biopestsida serta EM, gaji tenaga kerja berkisar antara Rp.

25.000/hari, untuk memaksimalkan aplikasi di butuhkan waktu 3 x 1 minggu.

Maka selama 1 bulan aplikasi dibtuhkan biaya untuk tenaga kerja sebanyak Rp.

300.000/bulan. Tetapi karena aplikasi ini hanya bersifat pengujian maka

dilakukan hanya 1 kali dan menunjukkan bahwa dalam 3 hari setelah aplikasi

biopestisida nabati. Serangan lalat buah menurun dan kehadiran atau

kenampakkan lalat buah pada lahan tidak diketahui.

Maka dapat dikatakan bahwa penggunakan biopestisida nabati dari ekstrak

daun nimba, tomat dan lada (merica) menunjukkan hasil bahwa biopestisida

nabati ini bersifat repellant,atau sebagai zat yang dapat berfungsi sebagai penolak

atau penghalau serangga hama. Dari hasil penelitian terdahulu (Sudarmadji, 1993)

menyatakan bahwa zat Melintriol, pada Nimba dalam konsentrasi yang sangat

rendah mampu menolak serangga untuk makan, senyawa ini menyebabkan

serangga enggan mendekati zat tersebut atau repellant. Selain itu, toksi dari zat

Azadirachtin yang masuk kedalam sistem metabolisme serangga dapat

menggangu sel neurosekretori yang akhirnya berakibat adanya gangguan pada

stimulasi protein dan pengaturan metamorfosa. Gangguan yang berat akan

menyababkan mortalitas larva, sedang gangguan yang rignan menyababkan

pertumbuhan terhambat (Mordue & Blackwell, 1993).

Sedangkan pada lada dari penelitian (Freeborn & Wymore, 1929)

menyatakan ekstrak bubuk lada hitam dapat bertindak sebagai repellent atau zat

penolak terhadap hama jagung Heliothis obselata pada saat akan bertelur. Dari

penelitian (Aswin D, Subandi. 2011) bahwa bau yang tajam dari lada hitam atau

komponen alkoloid dari piperine yaitu amide dari 5-(2,4 dioxymethylenen-

phenyl)-heza-2,4-dienoic acid (piperinic acid). Karena ekstrak lada hitam

mengandung senyawa piperine yang menguap serta mengandung aroma yang

tidak disukai oleh serangga. Efek lada hitam memiliki efek repellent yang lebih

stabil pada konsentrasi 0,75% dalam berfungsi menolak kehadiran semut api

Page 53: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

42

Solenopsis sp. semut api bergantung pada feromon yang disebarkan oleh semut

api lainnya dalam mencari makan. Feromon adalah isyarat yang digunakan di

antara hewan ang sama spesies dan biasanya diproduksi dan di terima di odorant

binding protein di antena, dan aroma yang ditimbulkan oleh piperine yaitu amide

dari 5-(2,4 dioxymethylenen-phenyl)-heza-2,4-dienoic acid (piperinic acid) akan

menggangu penghantaran dan penerimaan feromon yang menybabkan kehilangan

jaringan komunikasi yang menjadi salah satu sistem terpenting dalam kompleks

sosial semut. Dan tomat menurut (Syarif, A. dkk. 2005) semua bagian tomat juga

memiliki manfaat sebagai insektisida dan repellent. Dimana dalam daun tomat

terdapat zat alkoloid solanine dan alkoloid solanidine.

2) Aplikasi pada hama lalat buah jantan pada perangkap feromon

Adapun bahan yang digunakan untuk melakukan aplikasi pada perangkap

feromon adalah sebagai berikut :

1. Biopestisida nabati : 10 ml

2. Air jernih mentah : 1 liter

Dan alat yang digunakan untuk aplikasi Biopestisida nabati pada perangkap

feromon adalah sebagai berikut :

1. Mug takaran : 1 buah

2. Hand sprayer volume 2 liter : 1 buah

Gambar 21. Alur kerja aplikasi pada perangkap feromon

Menyiapkan alat danbahan yang

dipergunakan

Menakar biopestsidanabati sebanyak 10 ml

Memasukkankedalam botol

handsprayer volume 2liter

Menambahkan airjernih sebanyak 1 liter

Menutup handsprayerdengan semprotan

handsprayer

Menghomogenkanlarutan dengan di

kocok

Kemudian semprotkanpada hama lalat buahyang terperangkap diperangkap feromon

Aplikasi hanya dilakukan 1 kali untuk

mengetahui keefektifanbiopestisida

Page 54: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

43

Dan pada saat di lakukan aplikasi dengan menggunakan hand sprayer

dengan dosis 10 ml untuk 1 liter air. Kemudian di lakukan penyemprotan pada

serangga yang hidup dalam perangkap feromon yang telah di pasang di tanaman

jambu kristal. Pada perangkap feromon terdapat beberapa hama lalat buah jantan

yang tertangkap dan diberi perlakuan dengan menyemprotkan larutan biopestisida

nabati. 2 – 3 hari setelah pengaplikasian biopestisida nabati pada hama lalat buah

jantan yang terperangkap tidak menunjukkan adanya tanda kehidupan. Maka

dapat dikatakan biopestisida nabati dari daun nimba, buah tomat dan lada (merica)

dapat mematikan hama lalat buah jantan pada fase dewasa. Aplikasi ini bertujuan

untuk mengetahu keektifitasan Biopestisida nabati pada hama lalat buah pada fase

dewasa.

Gambar 22. Aplikasi Biopestsida nabati pada perangkap feromon

Dalam penelitian yang di lakukan oleh (Ruskin, 1992) bahwa petisida nabati

yang berasal dari nimba seringkali tidak menyebabkan hama langsung mati

setelah di semprot, melainkan memerlukan waktu 4 – 5 hari untuk mati. Namun

demikian, daya rusak hama sudah menurun karena dalam keadaan sakit. Menurut

(Sudarmadji, 1993) zat Salanin yang terkandung dalam nimba mempunyai daya

kerja sebagai penghambat makan, namun tidak mempengaruhi proses pergantian

kulit pada serangga.

Pada penelitian (Rosalia, 2005) padap lalat Musca Domestica membuktikan

bahwa ekstrak lada hitam pada konsentrasi 10%, 7% dan 4% memiliki efek

insektsida di atas LD50. Penelitian ini membuktikan bahwa senyawa limonene

dan linatool yang terdapat dalam lada hitam efektif membunuh lalat Musca

Domestica. Dan hasil penelitian (Kumari & Majumder, 1981) juga membuktikan

Page 55: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

44

pada tanaman lada terdapat tiga komponen aktif yang diidentifikasi sebagai

peepuloidin, guineensine dan pipricidie, yang mempunyai efek melumpuhkan

kaki serangga.

Sedangkan tomat dari hasil (Dinnarwika, Syarah. 2012) menunjukkan

ekstrak etanol daun tomat memiliki kandungan kimi alkolid solanine dan alkoloid

soladinidine yang berfungsi sebagai racun kontak pada nyamuk Culex sp. zat ini

akan menghambat kinerja enzim acetylcholinesterase, kemudian mengakibatkan

kejang sehingga dapat menyebabkan kematian.

Page 56: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

45

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil magang yang di laksanakan di UD.Bumiaji Sejahtera didapatkan

bahwa pengaplikasian biopestisida nabati di lapang atau dilahan jambu kristal

dengan dosis 1 liter untuk 100 liter air, dilakukan penyemprotan dengan

menggunakan sprayer mesin diesel. setelah 3 hari pengaplikasian Biopestisida

Nabati, lalat buah tidak tampak pada lahan. Maka dapat di nyatakan bahwa

Biopestisida Nabati ekstrak daun nimba, buah tomat dan lada (merica), sebagai

pestisida yang bersifat repellent (penghalau serangga). Sedang setelah di

aplikasikan pada lalat buah jantan yang terperangkap pada perangkap feromon

dengan dosis 10 cc untuk 1 liter air, didapati lalat buah jantan setelah 2 – 3 hari

mengalami kematian.

Dengan pemakaian biopestisida nabati yang berasal dari tanaman atau alam.

Maka dapat meminimalisir penggunaan bahan anorganik dalam mengendalikan

hama. Pada UD.Bumiaji Sejahtera dengan menggunakan pestisida nabati dapat

meminimalkan penggunakan insektisida kimia untuk pengendalian hama lalat

buah, serta dapat digunakan berulangkali karena bahan yang mudah terdegradasi.

5.2 Saran

Dalam pengaplikasian Biopestisida Nabati hanya menggunakan dosis sesuai

dengan pengalaman pemilik instansi yang telah dilaksanakan dahulu. Maka perlu

diadakan penilitian lanjutan untuk mengetahui dosis yang tepat. Agar lebih efisien

dalam penggunaan bahan serta kebutuhan bahan yang di perlukan

Page 57: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

46

Daftar pustaka

Anonimous (a), 2013. Sutanto, 2002. Suatu sistem produksi pertanaman yangberazaskan daur ulang hara secara hayatihttp://diperta.jabarprov.go.id/assets/. Diakses tanggal 03 – 10 – 2013.

_ (b), 2013. P. Tandisau dan Hermawati, 2012.Sulsel.libang.depatan.go.id/index/Prinsip-dasar-pengembangan-pertanian-organik. Diakses tanggal 03 – 10 – 2013.

_ (c), 2013. Ganang, 2012. Identifikasi lalat buah pada manggamalam. http://eprints.uny.ac.id/9256/1/cover%20-2018.pdf. Diaksestanggal 03 – 10 – 2013.

(d), 2013. Novik kurnianti. 24/05/2013. Lalat Buah (Bactrocera sp.).http://www.tanijogonegoro.com/2013/05/lalat-buah.html. diaksestanggal 03 - 10 – 2013.

Aksi Agraria Kanisius. 1980. Bercocok tanam lada. Penerbit yayasan kanisius.Yogyakarta

Aswin D.,Subandi. 2011. Uji efekitivitas ekstrak lada hitam (Piper nigrum)sebagai penolak (Repellent) semut api Solenopsis sp. Jurnal mahasiswaprogram studi pendidikan dokter FKUB

Chui, S.F., 1988. Recent advances in reserch on botanical insecticides in China.South China Agriculture University, Ghuangzou. P.69 – 77.

Djafaruddin. 2001. Dasar- dasar Perlindungan Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta

Dinnarwika, Syarah. 2012. Uji Potensi Ekstrak Etanol Daun Tomat (Solanumlycopersicum Linn.) sebagai insektisida terhadap nyamuk Culex sp.Dengan Metode Elektrik. Tugas Akhir. Fakultas KedokteranUniversitas Brawijaya.

Fagi,A.M., dan I.Las, 2007. Membekali petani dengan teknologi maju berbasikearifan lokal pada era revolusi hijau lestari.

Freeborn,S.B. dan H.Wymore. 1929. Attempts to Protect Sweet Corn fromInfestation of the corn erworm, Heliothis obsoleta (Fab). J. Econ.Entomol. 22 : 666 – 671.

IASA, 1990. Planting The Future : A Source Guide to Sustainable Agriculture inThe Third Word. Minneapolis.

Page 58: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

47

IFOAM, 1992. Basic Standart of Organic Agriculture and Food Processing.International Federation of Organic Agriculture Movement. Tholey –Theley. 24p.

Govindarajan, V.S. 1977. Pepper – Chemistry, Thecnology and QualityEvaluation. CRC Press, Inc., Cleveland, Ohio.

Guenther,E. 1987. Minyak Atsiri I. Terjemahan dari The Essential Oils. Oleh S.Ketaren. UI press. Jakarta.

Isman MB. 1994. Botanical insectidies, detterents and repellent in modernagriculture and increasingly regulated world. Annual review ofentomology, 51:45 – 66.

Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Jakarta: PT. IchtiarBaru Van Hoeve

Kumari, M.K.,Krishna dan S.K.Majumder. 1981. Insecticidal Action of Blackpepper dan Pepper Product. Central Food Technological ReseacrhInstitute, Mysore, India.

Kardinan, A. 2002. Pestisida nabati ramuan dan aplikasi, PT. Penebar Swadaya.Jakarta.

Maulani R, 2010. Efek lama penyimpanan ekstrak biji lada hitam (Piper nigrum)sebagai insektisida terhadap lalat Musca domestica dengan metodesemprot. Program studi pendidikan dokter Fakultas Kedokteran,Universitas Brawijaya.

Mc Inddo, N.E. & A.F.Sievers. 1924. Plants tested for reported to prossesInsecticidal properties. U.S.Dept.Agric.Dept.Bull. 1201.61 pp.

Mordue AJ, Blackwell A. 1993. Azadiracthin: an update. Journal of insectphysiologhy, 39 (11): 903 – 924.

Pierrot J.M.,1991. Basic Standart dor Organic Coffea and Tea. In FisrtInternational Conference on Organic Coffea and Tea. Switzerland,June 2nd to 4th.

Pruthi,J.S. 1976. Spices dan Condiments. Mational book trust. New Delhi, India.

Purseglove, J.W., Brown, E.G.,Green,C.L.&Robbins,S.R., 1981. Spices. Vol I &II. Longmans Inc.,London and New York.

Rachmawati, R. 2009. Pengaruh Ekstrak Biji Nimba (Azadiracta indica (A.Juss))pada pola perkembangan dan pola protein lalat buah Bactroceracarambolea Drew dan Hancock (Diptera: Tephritidae). Tesis.Universitas Brawijaya Malang.

Page 59: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

48

Ruskin,F.R., 1992. Neem :A tree for solving global problem. National academypress. Washington D.C. 141 pp

Sastrodiharjo, S. 1999. Arah pembangunan dan strategi penggunaan pestisidanabati. Makalah disajikan pada forum komunikasi pemanfaatanpestisida nabati, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. 9 – 10November. Bogor

Soenandar,M.&Tjahyono Heru,R., 2012. Membuat Pestisida Organik. PT.AgroMedia Pustaka. Jakarta Selatan. Edisi I : 79 – 88

Soesanto, Loekas. 2007. Penyakit Pascapanen : Sebuah Pengantar. Kanisius.Yogyakarta.

Sudarmadji, D. 1993. Prospek dan kendala dalam pemanfaatan mimba sebagaiinsektisida nabati. Prosiding seminar hasil penelitian dalam rangkapemanfaatam pestisida nabati. Bogor. Hal 222 – 229.

Supriadi, Dani. 2012. Pemanfaatan Kulit Ubi Kayu Dan Daun Tomat SebagaiInsektisida Nabati Dalam Mengendalikan Ulat Grayak Spodopteralitura L. (Lepidoptera: Noctuidae) Pada Tanaman Sawi. Skirpsi.Universitas Sumatera Utara.

Somaatmadja,D. 1981. Prospek pengembangan Oleoresin di Indonesia. BPPIHP.

Syarif, A., Setiawati, A., Muchtar, H. 2005. Farmakologi dan Terapi Edisi 4.Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Jakarta, hal 40-56.

Page 60: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

49

Lampiran

Lampiran 1

Kegiatan Magang kerja

UD. Bumiaji Sejahtera, Bumiaji, Batu

Nama : Dhani Galih Rahmawanto

NIM : 105040213111036

Pembimbing Utama : Dr. H. Anton Muhibbudin,SP.,MP

Pembimbing Lapang :

1. Rahkmad Hardiyanto,ST.

2. Drs. Imam Gozhali,ST.,S.Pd.,MM

Waktu Kegiatan1 juli 2013 - Menyiram bibit jambu kristal

- Menyiangi, memangkas dan meremajakantanaman strawberry

- Menyiangi dan memperbaiki bedengan jambukristal

- Perawatan tanaman tomat- Memangkas tanaman jambu kristal- Evaluasi dan kejaringan

2 juli 2013 - Mengairi tanaman jambu kristal- Memangkas tanaman jambu kristal- Memindahkan cangkokan lecy china pada

polybag3 juli 2013 - Melakukan penggemburan tanah pada media

strowberry4 juli 2013 - Pemangkasan tanaman jambu kristal

- Melakukan pembenahan mulsa yanamanketumbar

- Sharing kegiatan selanjutnya5 juli 2013 - Menggemburkan media stowberry

- Peremajaan strowberry- Pemangkasan jambu kristal- Penjarangan buah tanaman jambu kristal- Sharing kegiatan lapang

6 juli 2013 - Pemupukan tanaman jamb ukristal, brokoli danjeruk

8 juli 2013 - Pemupukan strowberry- Pemanenan buah tomat dan memberi tali- Pemindahan bibit jambu kristal pada polybag- Melakukan okulasi mata tunas jambu kristal

9 juli 2013 - Penyiangan, penggemburan dan pemupukan

Page 61: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

50

bokhasi pada lahan jmabu kristal- Pemangkasan dan penjarangan tanaman

strowberry- Sharing dan evaluasai kegiatan lapang

10 juli 2013 - Penanaman biji sukini- Pewiwilan cabang tanaman tomat- Pemanenan buah cabe hijau- Pemanena jagung manis

11 juli 2013 - Pewiwilan cabang tanaman jambu kristal- Pemindahan bibit jambu kristal pada polybag- Kunjungan pada toko bumiaji sjahtera

13 juli 2013 - Pemberian ajir dan pengikatan tanaman jambukristal

- Pemupukan yanaman zukini- Pemanenan buah tomat- Pemanenan buah jambu kristal

14 juli 2013 - Penanam bibit tanaman jambu kristal- Pemberian ajir dan pengikatan jamb ukristal- Pemangkasan jeruk, apel dan jambu kristal- Pembuatan irigasi pada lahan jambu kristal- Penyiraman persemauan tomat- Pemanenab bua jamb ukristal `

15 juli 2013 - Pengambilan bibit letus- Penanaman bibit letus- Penyiaraman bibit letus

16 juli 2013 - Pengambilan bibit letus- Penanaman bibit letus- Penyiaraman bibit letus

17 juli 2013 - Pengambilan bibit andewi- Penyiraman tanaman letus- Penanamn bibit andewi- Pemanena buah tomat

18 juli 2013 - Pembungkusan buah jamb ukristal- Pembuatan media untuk pembibitan strowberry- Penyemaian biji andewi merah dan sawi

daging- Pemasangan trap feromon pada lahan jambu

kristal20 juli 2013 - Penyiraman persemaian andewi merah dan

sawi daging- Penyiraman tanaman andewi, letus dan

ketumbar- Pemanenan buah strowberry- Pengemasan buah strowberry

22 juli 2013 - Penyiraman letus dan ketumbar, andewi- Pemanenan tanaman jagung manis- Penyiraman tanaman strowberry

23 juli 2013 - Penyiraman bibit tanaman jambu kristal

Page 62: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

51

okulasi- Pemupukan tanaman andewi- Pemanenan buah tomat- Pengamasan keripik ubi jalar

24 juli 2013 - Penyiraman bibit tanaman jambu kristal- Pemanenan buah jambu kristal dan strowberry- Pendistribusian keripik

25 juli 2013 - Penyiraman bibit jambu kristal yang telah diokulasi

- Penyemprotan tanaman letus, andewi danketumbar

- Penyiangan letus dan andewi27 juli 2013 - Penyiraman bibit jambu kristal

- Penyiangan andewi, letus dan ketumbar- Pemupukan andewi, dan letus- Perawatan strowberry

28 juli 2013 - Penyiraman tanaman letus, andewi danketumbar

- Pemanenan tanaman brokoli- Penataan bibit jambu kristal- Pengemasan keripik

29 juli 2013 - Penyiraman bibit jambu kristal- Sanitasai gudang pada lahan jambu kristal

30 Juli 2013 - Penyiraman bibit jambu kristal- Penyiraman tanaman strowberry- Distribusi keripik

31 juli 2013 - Pengambilan bibit tanaman letus- Penanaman bibit letus- Penyiraman tanaman letus- Penyiraman bibit jambu kristal- Pemanenan tanaman brokoli

1 agustus 2013 - Penanamn bibit letus- Penyiraman letus- Penyiraman bibit jambu kristal- Distribusi keripik

2 agustus 2013 - Pengambilan bibit letus- Penyiraman letus- Penyiraman bibit jambu kristal- Penyiraman persemaian andewi merah dan

sawi daging3 agustus 2013 - Penyiraman bibit jambu kristal yang diokulasi

- Penyiraman persemaian andewi merah dansawi daging

- Penanamn bibit letus- Pengairan lahan jambu kristal- Penyiraman tanaman strowberry

14 agustus 2013 - Penyiangan tanaman ketumbar, letus danandewi

Page 63: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

52

- Pemangkasan dan penjarangan buah jambukristal

- Pendistribusian jambu kristal15 agustus 2013 - Penyiraman tanaman strowberry

- Penyiangan tanaman strowberry- Penanaman bibit tomat- Penanaman bibit sawi daging

16 agustus 2013 - Penanaman bibit sawi daging- Penyiangan tanaman tomat

17 agustus 2013 - Pemindahan bibit tanaman jambu kristal- Bersih gudang- Pengangkutan sekam untuk transplanting bibit

jambu kristal19 agustus 2013 - Penyiraman tanaman strowberry

- Penyiangan tanaman strowberry- Perbanyaan tanaman strowberry- Pembuatan biopestisida nabati

20 agustus 2013 - Pemangkasan tanaman strowberry- Penyiangan tanaman strowberry- Pemanenan buah jambu kristal- Distribusi keripik

22 agustus 2013 - Pemangkasan tanaman strowberry- Penyiangan tanaman ketumbar, letus dan

andewi- Pemanenan tanaman ketumbar

23 agustus 2013 - Pengendalian OPT pada tanaman apel24 agustus 2013 - Penyiangan tanaman ketumbar, letus dan

andewi- Sharing pembuatan proposal budidaya jambu

kristal di bumiaji25 agustus 2013 - Penyemprotan tanaman jambu kristal

- Pengambilan pupuk kandang- Pengairan lahan jambu kristal- Pembuatan proposal budidaya jambu kristal di

bumiaji26 agustus 2013 - Penyiraman bibit jambu kristal

- Pengambialan dokumentasi untu proposal- Penyemprotan bibit jambu kristal- Transplanting bibit jambu kristal

27 agustus 2013 - Pembuatan proposal standarisasi budidayajambu kristal

- Pemanenan buah jambu kristal28 agustus 2013 - Penyiraman bibit jambu kristal

- Membuat lubang tanam brokoli- Pemanenan buah jambu kristal dan zukini

31 agustus 2013 - Mengikuti kegiatan karnival pada UD bumiajisejahtera, batu

1 september 2013 - Penyiraman bibit jambu kristal

Page 64: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

53

- Pemanenan tanaman andewi- Pembuatan MOL

2 september 2013 - Mengairi lahan jambu kristal- Pemanenan sawi dan andewi- Pemanenan buah jambu kristal- Sharing pembuatan strandarisasi budidaya

jambu kristal3 september 2013 - Sharing dan bertemu dengan dosen

pembimbing magang4 september 2013 - Pemanenan bauh jambu kristal

- Pengemasan dan pembersihan buah jambukristal

- Pengairan lahan jambu kristal5 september 2013 - Pemanenan buah jambu kristal

- Pengemasan buah jambu kristal- Pengairan lahan jambu kristal- Sharing dan evaluasi

6 september 2013 - Pemanenan buah jambu kristal- Pembersihan buah jambu kristal- Pendistribusian jambu kristal

7 september 2013 - Pemanenan buah jambu kristal- Pendistribusian buah jambu kristal- Pembuatan biopestsida dari daun sirsak

8 september 2013 - Mencari bahan untuk pembuatan biopestisidanabati

- Pembuatan biopestisida nabati dari daunnimba, tomat dan lada (merica)

- Pemanenan buah jambu kristal9 september 2013 - Pembungkusan buah jambu kristal10 september 2013 - Sanitasi lahan jambu kristal

- Pembungkusan buah jambu kristal11 september 2013 - Pemanenan sayur andewi, letus dan kailan

- Sanitasi lahan sayuran12 september 2013 - Melakukan uji kandungan gizi pada buah

jambu kristal di FTP UB14 september 2013 - Pemanenan buah jambu kristal

- Memaking keripik singkong15 september 2013 - Memupuk tanaman jambu kristal

- Memanena buah jambu kristal- Pengaplikasian biopestisida nabati dan EM

pada tanaman Jambu kristal16 september 2013 - Melakukan perawatan tomat

- Menyiram bibit jambu kristal- Aplikasi biopestsida nabati pada buah jambu

kristal- Membuat pupuk kandang dengan

menggunakan EM- Pemanenan buah jambu kristal

Page 65: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

54

18 sptember 2013 - Penyiraman bibit jambu kristal- Penanaman andewi merah- Meberi ZPT pada jambu kristal- Mencangkok jambu kristal

19 september 2013 - Penyiraman bibit jambu kristal- Memupuk tanaman ketumbar- Aplikasi biopestsida nabati pada buah jambu

kristal dan mengamati20 september 2013 - Melakukan distribusi dan pemasaran21 september 2013 - Penyiraman bibit jambu kristal

- Memperbaiki guludan- Membungkus buah jambu kristal

25 september 2013 - Memindahkan bibit jambu kristal- Memanen buah jambu kristal

23 september 2013 - Mendistribusikan jambu kristal (bibit danbuah)

26 september 2013 - Memanen buah tanaman jambu kristal- Mendistribusikan keripik- Memindahkan etalase dari gudang

27 september 2013 - Pengemasan keripik- Memanen buah jambu kristal- Mendistribusikan buah jambu kristal

28 september 2013 - Melakukan sanitasi lahan sayuran- Memanen zukini- Menyiram tanaman jambu kristal- Melakukan pendistribusian dan pemasaran

30 september 2013 - Melakukan distribusi dan pemasaran

Page 66: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

55

Lampiran 2

Direktur utamaUD.Bumiaji Sejahtera

OwnerUD.Bumiaji Sejahtera

Man. HRD danKeuangan

Kep. Agroindustry danpemasaran

Kepala Kebun jambu Kepala Kebun Sayur Pemasaran sayur

Asisten Kepala Kebun

Struktur UD. Bumiaji Sejahtera

KaryawanKaryawan Karyawan

Page 67: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

56

Lampiran 3

Pembuatan biopestisida nabati (Daun nimba, tomat dan merica(lada))

a. Pembuatan ektraks daun nimba

Alur kerja1. Alat dan bahan2. Mencacah nimba dan memasukkan ke jirigen3. Menakar super degra (100 ml) dan memasukkan

kejirigen4. Mnakar sari apel (100 ml) dan memasukkan ke

jirigen5. Menambahkan air sebanyak 5 liter6. Menutup jirigen dan mengocok jirigen sampai

bahan tercampur

1 2 2 3

3445

66

Page 68: Studi Pembuatan Dan Aplikasi Biopestisida Nabati

57

b. Pembuatan biopestisida nabati (daun nimba, tomat dan merica)

1 2 2

2333

4 5 6 7