psikiatri

41
Laporan Kasus Seorang Pasien dengan Skizofrenia Paranoid Oleh: Moh Rizki R Sarson 14014101067 Masa KKM : 18 Juni 2015 – 18 Juli 2015 Pembimbing: dr. Anita E. Dundu BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

description

kedokteran umum

Transcript of psikiatri

Laporan Kasus

Seorang Pasien dengan Skizofrenia Paranoid

Oleh:

Moh Rizki R Sarson

14014101067

Masa KKM : 18 Juni 2015 – 18 Juli 2015

Pembimbing:

dr. Anita E. Dundu

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2015

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus dengan Judul:

Seorang Pasien dengan Skizofrenia Paranoid

Telah dikoreksi dan dibacakan pada tanggal Juni 2015

Pembimbing,

Dr. Anita E. Dundu, SpKJ

i

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

LAPORAN KASUS ........................................................................................ 1

I. Identitas Pasien ....................................................................................... 1

II. Riwayat Psikiatrik .................................................................................. 1

III. Riwayat Kehidupan Pribadi ................................................................... 3

IV. Pemeriksaan Status Mental .................................................................... 7

V. Pemeriksaan Diagnostik Lebih Lanjut ................................................... 10

VI. Ikhtisar Penemuan Bermakna ................................................................. 11

VII. Formulasi Diagnostik ............................................................................. 12

VIII. Diagnosis Multiaksial ............................................................................. 12

IX. Problem .................................................................................................. 13

X. Rencana Terapi ....................................................................................... 13

XI. Prognosis ................................................................................................ 15

XII. Anjuran ................................................................................................... 15

XIII. Diskusi .................................................................................................... 16

XIV. Wawancara Psikiatri ............................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 25

LAMPIRAN .................................................................................................... 26

ii

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. Jefry Jacobus Sumendap

Umur : 43 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat/tanggal lahir : Manado, 21 Juni 1967

Status perkawinan : Sudah menikah

Jumlah anak : Satu

Pendidikan terakhir : SMA

Pekerjaan : Tidak ada pekerjaan

Suku/bangsa : Sanger / Indonesia

Agama : Kristen Protestan

Alamat sekarang : Jl. Babe Palar, Tanjung Baru, Wanea

Tanggal MRS : 06 Juni 2015

Cara MRS : Pasien diantar oleh Istri dan keluarganya

Tanggal pemeriksaan : 10 juni 2015

Tempat pemeriksaan : Ruangan dan teras Observasi Pria Waraney

Nomor telepon : Tidak ada

II. RIWAYAT PSIKIATRIK

Riwayat psikiatri diperoleh pada tanggal 10 Juni 2015, di Ruangan

Observasi Pria Waraney RS Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado dari:

- Autoanamnesis dengan pasien

- Aloanamnesis dengan:

Tn. Vera Aneke Tuuk, 48 tahun, Istri pasien, agama Kristen

Prostestan, suku Minahasa, pendidikan terakhir S1, pekerjaan PNS.

Ny. Yohanna Sumendep, 52 Tahun, kakak kandung pasien, agama

kristen protestan, suku sanger, pendidikan terakhir S1, pekerjaan

PNS

1

A. Keluhan utama

Marah-marah, dan merontak.

B. Riwayat Gangguan Sekarang

Pada tanggal 06 Juni 2015 pasien datang ke rumah sakit dengan

diantar istri dan keluarganya. Pasien di bawa ke rumah sakit karena sering

marah-marah, dan merontak. keluhan ini dialami 2 Hari sebelum masuk

rumah sakit. Menurut keluarga pasien 2 hari yang lalu pasien datang ke

rumah saudaranya. Menurut saudaranya di rumah, pasien mulai bertingkah

aneh. Pasien membuka pintu keponakannya yang sedang tidur dan melihat

ke dalam kamar tapi tidak masuk ke dalam. Pasien terlihat menatap ke

dalam kamar dengan tatapan kosong. Setelah itu pasien kembali ke ruang

tamu dan melihat gambar di dinding dan menatap dengan tatapan marah.

Saat di tanyakan kenapa, pasien hanya menjawab dengan nada lantang

“tidak ada apa-apa”. Setelah itu pasien datang ke kamar kosong, dan mulai

merontak, berteriak dan banyak berbicara. Akhirnya pasien di bawa istri

dan keluarganya ke RS Prof. Dr. V.L. Ratumbuysang. Saat berada di

rumah sakit pasien semakin merontak dan marah-marah sehingga akhirnya

pasien di fiksasi.

Saat di tanya menurut pasien, pasien sering melihat banyak bayangan roh

jahat yang selalu mengkutinya. Pasien mengatakan jika dia tidak melawan

dengan marah dan bersuara keras bayangan tersebut akan menjahatinya.

Pasien mengatakan hanya melihat bayangan namun tidak mendengarkan

bisikan-bisikan atau suara. Menurut pasien, dia mulai bisa melihat

bayangan ini semenjak tahun 1995.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

1. Riwayat gangguan psikiatrik

Pasien sudah lima belas kalinya dirawat di RS Prof. Dr.V.L.

Ratumbuysang. Pasien pertama kali dirawat pada tahun 1995 diantar oleh

keluarga di IGD jiwa dengan keluhan marah – marah dan bicara kacau.

2

Sebelumnya pasien stress akibat di PHK oleh perusahaan tempat dia

kerja. Pasien diberikan obat oleh dokter yaitu CPZ 3x1 dan THP. Selama

periode tahun 1995-1997 pasien sudah tujuh kali masuk rumah sakit

karena kurang patuh dalam meminum obat setelah tahun 1997 pasien

sudah mulai patuh dalam meminum obat namun pada tahun 2006 pasien

di bawa lagi dengan keluhan gejala yang sama, yaitu marah-marah dan

merontak. Setelah perawatan pasien di perkenankan pulang dengan syarat

untuk kembali patuh meminum obat, namun tidak dilakukannya sehingga

dalam periode tahun 2006-2007 pasien datang ke rumah sakit sebanyak

tujuh kali. Akhir tahun 2007 pasien sudah kembali normal dan mulai

patuh dalam meminum obat.

2. Riwayat gangguan medis

Sejak kecil pasien jarang sakit-sakitan, saat masih remaja pasien pernah

mengalami kecelakaan.

3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif

a. Rokok : Pasien merokok (merokok sampai sekarang)

b. Alkohol : Pasien mengkonsumsi alkohol disaat – saat tertentu,

misalnya saat ada acara, kumpul dengan teman – teman. Penderita

minum alkohol sampai mabuk berat

c. Ehabon : Tidak pernah di konsumsi

d. Bensin : Tidak pernah konsumsi.

e. Narkoba seperti ekstasi, sabu, dan putau tidak pernah dikonsumsi.

III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

A. Prenatal dan Perinatal

Pasien adalah anak ke empat dari lima bersaudara. Orang tua pasien

mengasihi dan menyayangi pasien. Selama masa kehamilan kondisi fisik dan

mental ibu pasien baik.

3

B. Stadium Perkembangan Psikoseksual (Sigmeun Freud)

1. Stadium Oral (usia 0 – 18 bulan)

Pada stadium oral, Pasien meminum ASI langsung dari ibunya sampai

umur 1 tahun dan setelah itu di teruskan dengan minum susu bubuk namun

tidak di minum teratur

2. Stadium Anal (usia 1-3 tahun)

Pada stadium anal, pasien mulai berbicara, berjalan, dan makan. Pasien

sudah bisa menggenggam benda-benda kecil dan sudah bisa mengucapkan

beberapa kata. Pasien belajar BAB dengan sendiri dan tanpa bimbingan.

Pasien diasuh dengan kasih sayang oleh kedua orang tuanya. Pasien sudah

bisa bermain, dan sering bermain dengan saudara-saudaranya, kadang

bertengkar tapi kemudian akur kembali. Pasien sudah bisa mengerjakan

perintah sederhana jika disuruh.

3. Stadium Urethral (Transisional)

Pada stadium uretheral (transisional), pasien belajar BAK di toilet (toilet

training) sendiri, dan dapat ke toilet sendiri saat ingin BAK.

4. Stadium Falik (usia 3-5 tahun)

Pada stadium falik, pasien berjenis kelamin laki-laki, saat kecil pasien

dekat dengan kedua orang tuanya. Setelah pasien mengetahui identitas

seksualnya adalah laki-laki, pasien mulai berpakaian seperti anak laki-laki

dan masuk ke toilet umum khusus laki-laki, setelah diajarkan,

memperhatikan, mengikuti kebiasaan berpakaian ayahnya. Pasien sudah tahu

dan mengerti untuk meminta maaf bila berbuat salah.

5. Stadium Latensi (usia 5-6 tahun sampai usia 11-13 tahun)

Pada stadium latensi, pasien senang bermain bersama dengan teman-

temannya, di sekolah maupun lingkungan rumah. Pasien juga senang bermain

dengan saudara-saudaranya di rumah. Inisiatif untuk bermain baik dan ketika

disuruh belajar, pasien menurut. Saat melakukan kesalahan dan dimarahi,

pasien hanya diam dan kemudian tidak melakukannya lagi. Pasien sering

berkelahi dengan saudara-saudaranya.

6. Stadium Genital (usia 11-13 tahun sampai dewasa muda)

4

Pada stadium genital, pasien mulai lebih mandiri, berusaha mengerjakan

tugas yang dibebankan kepadanya. Bergaul dengan sangat baik, namun

sedikit nakal.

C. Stadium Siklus Kehidupan (Menurut Erik Erikson)

1. Stadium 1. Kepercayaan Dasar Lawan Ketidakpercayaan Dasar (usia 0-

12 bulan)

Pada stadium kepercayaan dasar lawan ketidakpercayaan dasar, saat

ditinggalkan ayah atau ibu pasien keluar rumah pasien menangis, dan

langsung segera ditenangkan.

2. Stadium 2. Otonomi Lawan Rasa Malu dan Ragu-Ragu (usia 1-3 tahun)

Pada stadium otonomi lawan rasa malu dan ragu, pasien kadang dilarang

melakukan sesuatu hal seperti melarang pasien untuk bermain api dan pasien

menurut dan tidak melakukannya lagi

3. Stadium 3. Inisiatif Lawan Rasa Bersalah (usia 3-5 tahun)

Pada stadium ini, pasien jika dimarahi ayah atau ibunya kadang merasa

bersalah tetapi kadang juga membantah orang tua ataupun menangis. Saat

disuruh untuk belajar pasien sudah mulai ada kemauan untuk belajar.

4. Stadium 4. Industri Lawan Inferioritas (usia 6-11 tahun)

Pada stadium industri lawan inferioritas, pasien senang dalam hal belajar,

namun kurang rajin

5. Stadium 5. Identitas Lawan Difusi Peran (usia 11 tahun sampai akhir

masa remaja)

Pasien senang bermain dengan teman-temannya, mudah bergaul, namun

sering mudah terpancing amarahnya, sering mencuri buah-buahan tetangga,

sering mengintip orang mandi dan perbuatan negatif lainnya.

D. Riwayat Masa Dewasa

1. Riwayat Pendidikan

Pasien bersekolah hanya sampai SMA di karenakan orang tua pasien tidak

membiayai sekolah sampai sarjana.

2. Riwayat Pekerjaan

5

Setelah putus sekolah, pasien bekerja di perusaahan namun pada tahun

1995 pasien di PHK.

3. Riwayat Psikoseksual

Orientasi seksual pasien adalah lawan jenisnya

Riwayat Perkawinan

Pasien sudah menikah dan memiliki satu orang anak.

4. Kehidupan Beragama

Pasien beragama Kristen Protestan dan rajin mengikuti kegiatan

kerohanian dilingkungan tempat tinggal sebelum pasien masuk rumah sakit.

5. Riwayat Kehidupan Sosial

Pasien mempunyai hubungan yang baik dengan keluarga dan orang –

orang sekitarnya. Orang-orang di sekitar pasien juga memperlakukan pasien

dengan baik.

6. Riwayat Pelanggaran Hukum

Pasien sampai saat ini belum pernah melakukan pelanggaran hukum.

7. Situasi Kehidupan Sekarang

Pasien tinggal bersama istri dan anaknya di kos-kosan.

8. Riwayat Keluarga

Pasien adalah anak ke empat dari lima bersaudara. Keluarga pasien tidak

ada yang mengalami gangguan jiwa.

SILSILAH KELUARGA/GENOGRAM

= pasien

= keluarga Perempuan pasien = Keluarga Laki-laki pasien.

6

E. Persepsi Pasien tentang Diri dan Kehidupannya

Pasien menyangkal bahwa dirinya sakit.

IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Pasien adalah seorang laki-laki, penampilan sesuai dengan usianya, agak

kehitaman, menggunakan kaos berwarna gelap dan celana, menggunakan alas

kaki, gigi sedikit kuning, rambut pendek, kuku pendek dan tidak kotor.

2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor

Pasien dapat mengikuti wawancara dengan baik dengan suara lantang dan

keras. Selama wawancara pasien duduk gelisah dan sering melihat ke tempat

lain. Pasien merespon salam dari pemeriksa, pasien tidak menghindari kontak

mata dengan pemeriksa. Dalam menjawab pertanyaan pasien menjawab

pertanyaan dengan tepat. Selama proses wawancara pasien mudah

terpengaruh oleh situasi sekitar.

3. Sikap terhadap Pemeriksa

Secara umum pasien kooperatif, pasien menjawab pertanyaan pemeriksa

dengan baik.

B. Mood dan Afek

1. Mood : Irritable

2. Afek : Serasi

3. Keserasian : Sesuai Afek

C. Bicara

1. Kualitas : volume keras, suara lantang, intonasi berubah-ubah

sesuai dengan isi pembicaraan namun sering bertele-

tele.

2. Kuantitas : Pasien menjawab sesuai pertanyaan yang ditanyakan

3. Hendaya bahasa : Tidak ada hendaya bahasa

7

D. Gangguan Persepsi

Ada gangguan persepsi halusinasi visual, dimana pasien melihat banyak

bayangan-bayangan jahat yang ingin menjahatinya

E. Pikiran

1. Proses/arus pikir : Sirkumtansial (pasien berbicara bertele-tele)

2. Isi pikiran : Adanya gangguan isi pikiran berupa waham kejaran,

pasien kadang merasa bayangan yang di lihat ingin menjahatinya.

F. Kesadaran dan Kognitif

1. Taraf Kesadaran Dan Kesiagaan

Kompos mentis. Pasien dapat mengarahkan, mempertahankan,

mengalihkan dan memusatkan perhatiannya.

2. Orientasi

Orientasi waktu : Baik. Pasien dapat membedakan siang dan malam

Orientasi tempat : Baik, pasien mengetahui sedang berada di rumah

sakit

Orientasi orang : Baik, pasien dapat mengenali orang-orang

sekitarnya, termasuk perawat, teman, dokter yang

mewawancarai serta keluarganya.

3. Daya Ingat

Daya ingat jangka panjang : baik, pasien dapat menceritakan masa

sekolahnya

Daya ingat jangka sedang : secara umum baik

Daya ingat jangka pendek : baik, pasien dapat mengingat apa yang ia

makan tadi pagi.

Daya ingat segera : baik, dapat mengingat kembali beberapa

nama benda yang disebutkan pemeriksa

beberapa waktu sebelumnya

4. Konsentrasi dan Perhatian

Kurang, Ketika wawancara berlangsung pasien dapat memusatkan

perhatiannya terhadap pertanyaan pemeriksa namun sering teralihkan dengan

hal-hal tidak penting.

8

5. Kemampuan Membaca dan Menulis

Baik, pasien dapat membaca dan menulis dengan jelas.

6. Kemampuan Visuospatial

Baik, pasien dapat menggambarkan denah jalan ke rumah pasien dengan

baik dan benar.

7. Intelegensi dan Daya Informasi

Baik, Pertanyaan dijawab pasien dengan baik dan benar, sesuai dengan

tingkat pendidikan pasien.

8. Pengendalian Impuls

Baik. Pasien dapat mengikuti wawancara dalam jangka waktu yang cukup

lama dengan baik dan tenang walapun dalam berbicara pasien terlalu

berbelit-belit.

G. Daya Nilai dan Tilikan

1. Penilaian Realitas

Pasien sering merasa melihat bayangan-bayangan yang bersifat jahat,

bayangan tersebut ingin menjahatinya sehingga pasien harus melawan dengan

marah-marah.

2. Tilikan

Derajat Tilikan 1, (pasien menyangkal bahwa dirinya sakit).

H. Taraf Dapat Dipercaya

Beberapa hal yang diutarakan pasien bisa dapat dipercaya, namun masih

perlu tambahan informasi lagi dengan keluarga pasien

V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

A. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum : Baik, kesadaran kompos mentis

2. Tanda vital : TD: 140/100mmHg, N: 84x/m, R: 20x/m, S: 36,5oC

3. Mata : konjuntiva anemis -/-, sklera ikterik -/-

4. R. Thoraks : C: BJ I-II reguler, bising(-)

P: vesikuler, Rh-/-, Wh-/-

5. R. Abdomen : datar, lemas, BU (+) normal, Hepar dan Lien ttb

9

6. Ekstremitas : akral hangat, edema (-)

B. Status Neurologikus

Gejala rangsang selaput otak (-). Pupil: bulat isokor, reflreks cahaya +/+.

N. Kranialis : baik. Fungsi sensoris dan motoris di ekstremitas: baik. Refleks

fisiologis: normal. Refleks patologis (-). Tremor pada ekstremitas (-). Gejala

EPS (-).

C. Pemeriksaan Penunjang

Saat pertama MRS belum ada

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Berdasarkan anamnesis (secara autoanamnesis, alloanamnesis) didapatkan

pasien laki-laki berumur 43 tahun, pendidikan terakhir SMA, sudah menikah,

biaya kehidupan di tanggung oleh istrinya, agama Kristen Protestan, alamat

tempat jl. Babe palar, kec. Wanea, keluhan saat ini adalah marah-marah,

banyak bicara, sering melihat bayangan-bayangan roh jahat yang ingin

menjahatinya, sehingga dia harus melawannya dengan menatap dan

memperlihatkan amarah pada roh jahat tersebut. Tidak ada bisikan-bisikan

yang di dengar.

Riwayat penyakit sebelumnya pasien pernah mengalami gejala yang sama

pada tahun 1995 dan sering keluar masuk rumah sakit karena sering kambuh

akibat ketidak patuhan meminum obat.

Pada pemeriksaan status mental, pasien berpenampilan sesuai dengan

usianya, berpakaian sesuai, selama wawancara pasien duduk dengan tenang

dan bersikap kooperatif dalam menjawab setiap pertanyaan, intonasi suara

jelas dan lantang namun berbelit-belit dalam menjawab pertanyaan.

Pada wawancara didapatkan suasana mood eutimia dan afek serasi.

Ditemukan adanya halusinasi visual. Arus pikiran sirkumtansial, pasien

bertele-tele untuk mencapai tujuan maksud pembicaraan pasien. Isi pikir

ditemukan waham kejaran (persekutorik). Penilaian realitas terganggu.

Tingkat tilikan derajat 1, pasien menyangkal bahwa dirinya sakit.

10

VII. Formulasi Diagnostik

Formulasi diagnostik ini berdasarkan DSM V. Pada kasus ini, pasien

dalam keadaan psikotik, yang ditandai dengan adanya gejala-gejala seperti

halusinasi visual, sirkumtansial, sering marah-marah. Pada pasien ini yang

paling menonjol adalah halusinasi visual serta waham kejaran, dimana pasien

melihat bayangan-bayangan yang ingin menjahatinya. Afek serasi. Maka,

diagnosis yang diambil adalah skizofrenia paranoid.

Pada aksis I, hal ini sesuai dengan kriteria diagnostik skizofrenia paranoid.

Pada aksis II, ciri kepribadian antisosial

Pada aksis III, Pada pasien ditemukan gejala hipertensi dan asam urat.

Pada aksis IV, masalah pada pasien berkaitan dengan pekerjaan, pasien di

PHK dari tempat kerjanya.

Pada aksis V, Global Assesment of Functioning (GAF)scale, Current 40-

31 yaitu beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan

komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi. GAF scale High

Level Past Year (HLPY) 70-61, yaitu beberapa gejala ringan dan menetap,

disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.

VIII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

Aksis I : gangguan skizofrenia paranoid

Aksis II : ciri kepribadian antisosial

Aksis III : pada pasien ditemukan gejala hipertensi dan asam urat

Aksis IV : ditemukan adanya masalah berkaitan dengan pekerjaan, pasien

di PHK dari tempat kerjanya dan sudah tidak dapat menjadi

tulang punggung keluarga

Aksis V : Global Assesment of Functioning (GAF)scale, Current 40-31

yaitu beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan

komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi. GAF scale

High Level Past Year (HLPY) 70-61, yaitu beberapa gejala ringan

dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih

baik.

11

IX. PROBLEM

A. Organobiologi : Hipertensi

B. Psikologi :Halusinasi visual, sirkumtansial,

waham kejaran (persekutorik)

C. Lingkungan & sosial ekonomi : Tidak kesulitan dalam interaksi sosial,

keluarga pasien berkekurangan.

X. RENCANA TERAPI

A. Psikofarmako

Pada pasien ini direncanakan untuk terapi antipsikotik yaitu

-Chlorpromazine 100mg 3x1

-Trihexylpenydil 2mg 2x1

B. Psikoterapi dan Intervensi Psikososial

1. Psikoterapi

a. Terapi Perilaku

Terapi perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk

meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan diri sendiri, latihan

praktis, dan komunikasi interpersonal. Dengan demikian frekuensi

perilaku maladaptif atau menyimpang seperti marah-marah dan

merontak dapat dihindari.

b. Terapi Berorientasi Keluarga

Setelah periode pemulangan segera topik penting yang dibahas didalam

terapi keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lama dan

kecepatannya.

c. Terapi Kelompok

Terapi kelompok bagi skizofrenia paranoid biasanya memusatkan pada

rencana, masalah dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok

mungkin terorientasi secara perilaku, terorientasi secara psikodinamika

atau tilikan, atau suportif. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan

isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan dan meningkatkan tes realita

bagi pasien skizofrenia. Kelompok yang memimpin dengan cara

12

suportif, bukannya dalam cara interpretatif, tampaknya paling

membantu bagi pasien skizofrenia.

d. Psikoterapi Individu

Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang ditemukan

didalam pengobatan pasien non-psikotik. Menegakan hubungan

seringkali sulit dilakukan; pasien skizofrenia seringkali kesepian dan

menolak terhadap keakraban dan kepercayaan dan kemungkinan sikap

curiga, cemas, bermusuhan, atau teregresi jika ada yang mendekati.

Perintah sederhana, pengamantan dari jauh yang cermat, kesabaran,

ketulusan hati, dan kepekaan terhadap kaidah sosial adalah lebih disukai

daripada kehangatan persahabatan berlebihan yang tidak tepat.

2. Intervensi Psikososial

a. Terhadap Pasien

- Memberikan edukasi terhadap pasien agar memahami gangguannya

lebih lanjut, cara pengobatannya, efek samping yang kemungkinan

muncul, serta pentingnya kepatuhan dan keteraturan minum obat.

- Memberikan dukungan untuk meningkatkan rasa percaya diri, dan

pencapaian kualitas hidup yang baik.

- Memberikan motivasi kepada pasien agar pasien tidak merasa putus

asa dan agar semangat dalam menghadapi hidup ini.

b. Terhadap Keluarga Pasien

Dengan psiko-edukasi yang menyampaikan informasi kepada

keluarga mengenai berbagai kemungkinan penyebab penyakit,

perjalan]an penyakit, dan pengobatan sehingga keluarga dapat

memahami dan menerima kondisi pasien untuk minum obat dan

kontrol secara teratur serta mengenali gejala-gejala kekambuhan.

Meminta keluarga untuk tetap memastikan pasien tetap berada dalam

pengawasan keluarga

Memberikan edukasi kepada keluarga bahwa penyakit pasien

bukanlah berhubungan dengan hal-hal gaib, melainkan adanya

13

ketidakseimbangan neurotransmitter otak sehingga memunculkan

gejal yang aneh.

XI. PROGNOSIS

A. Ad vitam : dubia ad bonam

B. Ad fungsionam : dubia ad bonam

C. Ad sanationam : dubia ad bonam

XII. ANJURAN

Dianjurkan kepada keluarga pasien agar memberikan perhatian dan kasih

sayang, karena pasien membutuhkan dorongan motivasi untuk dapat sembuh dan

tidak terbeban dengan masalahnya. Memberikan nasehat edukasi pada pasien agar

mengerti keadaannya, rajin untuk minum obat. Memberikan pengertian kepada

keluarga akan pentingnya peran keluarga pada perjalanan penyakit. Memberikan

pengertian kepada keluarga akan pentingnya kepatuhan minum obat dan

meningkatkan pengawasan kepada pasien untuk selalu meminum obat secara

teratur.

XIII. DISKUSI

A. Formulasi Diagnostik.

Dalam kasus ini dapat dilihat bahwa keluhan pasien sering melihat bayangan-

bayangan, memiliki waham yaitu waham kejaran karena pasien merasa akan di

jahati oleh bayangan-bayangan yang di lihatnya, marah-marah, merontak. Gejala-

gejala ini merupakan gejala positif dari pasien Skizofrenia. Pasien juga

mempunyai episode psikotik yang jelas di masa lampau yang memenuhi kriteria

untuk diagnosis Skizofrenia, yaitu pasien sudah beberapa kali mengalami ini sejak

dari tahun 1995. Terdapat preokupasi dengan halusinasi visual yang menonjol.

Pasien sering melihat bayangan bayangan di sekitarnya yang ingin menjahatinya.

Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering. Hampir 1%

penduduk di dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka. Sebagian kecil

dari kehidupan mereka berada dalam kondisi akut dan sebagian besar pasien

berada lebih lama (bertahun-tahun) dalam fase paranoid yaitu fase yang

14

memperlihatkan gambaran penyakit yang “ringan”. Selama periode paranoid,

pasien lebih menarik diri atau mengisolasi, dan “aneh”.1

Formulasi diagnostik ini berdasarkan DSM-V. Kriteria diagnostik

skiozfrenia berdasarkan DSM-V, sebagai berikut:2

a. Terdapat dua (atau lebih) gejala berikut, masing-masing ada selama

sebagian waktu yang signifikan selama periode satu bulan (atau kurang

jika berhasil diobati). Setidaknya salah satu dari gejala (1), (2) dan (3)

harus ada:

1. Waham

2. Halusinasi

3. Bicara kacau

4. Perilaku katatonik

5. Gejala negatif

b. Selama sebagian waktu yang signifikan sejak onset gangguan, fungsi dari

satu atau lebih area, seperti pekerjaan, hubungan interpersonal, atau

perawatan diri, nyata dibawah tingkat dicapai sebelum onset.

c. Tanda-tanda terus-menerus dari gangguan ini menetap setidaknya 6 bulan.

Periode 6 bulan ini harus termasuk setidaknya 1 bulan gejala (atau kurang

jika berhasil diobati) dan ada kriteria a) (gejala fase aktif) dan mungkin

termasuk periode prodormal atau gejala negatif.

d. Gangguan skizoafektif dan gangguan depresif atau bipolar dengan gejalan

psikotik harus dikesampingkan karena salah satu 1) tidak ada episode

depresif atau maik yang telah terjadi bersama-sama dengan gejalan fase

aktif, atau 2) jika episode mood telah terjadi selama gejala fase aktif,

mereka telah ada selama minoritas dari total durasi periode aktif dan

paranoid dari penyakit.

e. Gangguan ini tidak disebabkan oleh pengaruh zat (misalnya

penyalahgunaan obat, medikasi) atau kondisi medis lain.

f. Jika terdapat riwayat gangguan spektrum autis atau gangguan komunikasi

dari onset anak, tambahan diagnosis dari skizofrenia dibuat hanya jika

waham atau halusinasi menonjol, tambahannya gejala skizofrenia ada

setidaknya 1 bulan (atau kurang jika berhasil diobati).

15

Skizofrenia paranoid memiliki kriteria diagnostik, yaitu:3

Suatu tipe skiozfrenia di mana kriteria berikut ini terpenuhi:

a. Preokupasi dengan satu atau lebih waham atau halusinasi dengar yang

menonjol.

b. Tidak ada dari berikut ini yang menonjol: bicara terdisorganisasi, perilaku

terdisorganisasi atau katatonik, atau afek yang datar atau tidak sesuai

(inappropriate affect).

c. Diagnosis pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis. Dari anamnesis

ditemukan gejala-gejala yang berkaitan dengan Skizofrenia paranoid.

B. Ciri Kepribadian

Kepribadian pasien di lihat saat pasien masih kanak-kanak dan remaja,

saat di tanya mengenai masa kanak-kanak pasien dan remaja pasien

ditemukan pasien adalah seorang yang nakal, sering berkelahi, mudah

tersinggung, mencuri, dan sering mengintip orang mandi.

Kepribadian sendiri dapat didefinisikan sebagai totalitas sifat emosional

dan perilaku yang menandai kehidupan seseorang dari hari ke hari dalam

kondisi yang biasanya. Gangguan kepribadian adalah suatu varian dari sifat

karakter tersebut yang diluar rentang yang ditemukan pada sebagian besar

orang. Gangguan kepribadian digolongkan ke dalam 3 kelompok, yaitu

kategori A (paranoid, skizoid, skizotipal), kategori B (antisosial, ambang,

histrionik, narsistik), dan kategori C (menghindar, dependen, obsesif-

kompulsif, gangguan kepribadian yang tidak ditentukan).

Oleh karena itu pada pasien di temukan adanya ciri kepribadian antisosial

yang menurut Kriteria DSM-V ditemukannya:

1. Terdapat pola pervasif dari sikap acuh tak acuh dan kekerasan untuk

berkuasa atas orang lain sejak 15 tahun, yang terdiri dari 3 atau lebih :

a. Gagal untuk menyesuaikan diri dengan norma sosial dan hormat pada

tindakan berdasarkan hukum, ditandai dengan berkali-kali melakukan

tindakan yang merupakan alasan ia ditahan

b. Ketidakjujuran, ditandai bohong berulang-ulang, menggunakan nama

lain/menipu

16

c. Impulsivitas/kegagalan untuk merencanakan sesuatu

d. Mudah tersinggung, agresif, ditandai perkelahian berulang

kali/penyerangan

e. Sikap acuh tak acuh yang sembrono terhadap keselamatan diri

sendiri/orang lain

f. Tindakan tidak bertanggung jawab yang konsisten ditandai dengan

kegagalan berulang dalam mempertahankan perilaku bekerja yang

konsisten/menghormati kewajiban keuangan

g. Kurangnya rasa penyesalan ditandai dengan biasa saja/merasionalisasi

dirinya disakiti, dicuri, dianiaya oleh orang lain

2. Berusia minimal 18 tahun

3. Bukti terjadinya gangguan tingkah laku timbul sebelum 15 tahun

4.Timbulnya perilaku antisosial yang tidak terjadi pada keadaan

skizofrenia/episode manik

Rencana Terapi

a. Psikofarmaka

Pada pasien ini di berikan obat anti-psikotik dengan pilihannya yaitu

Chlorpromazine 100mg 3x1. Chlorpromazine (CPZ) digunakan tehadap

sindrom psikosis pada pasien ini dengan gejala:waham dan halusinasi.

CPZ merupakan sedatif yang kuat untuk meredakan gejala marah-marah

dan hiperaktif pasien. Selain itu pada pasien ini digunakan CPZ karena

dari awal pasien sudah menggunakan CPZ dan memiliki efek yang bagus

untuk pasien.

Dengan menggunakan CPZ maka maka efek samping obat ini seperti

kondisi kekurangan dopamin dan kelebihan aksi asetilkolin pada pasien

Parkinson. Sehingga pasien juga diberikan Trihexyphenidyl (THP) 2mg

2x1 yaitu golongan obat antiparkinson. Trihexyphenidyl digunakan untuk

mengatasi efek samping ekstrapiramidal, mengurangi kegoyahan dan

gelisah yang dapat disebabkan oleh beberapa obat antipsikotik.

b. Psikoterapi

17

1. Psikoterapi

Ventilasi : memberikan kesempatan kepada pasien untuk

mengungkapkan perasaan dan keluhannya sehingga

pasien merasa dimengerti.

Konseling : memberikan penjelasan kepada pasien sehingga

dapat membantu pasien dalam memahami penyakit

dan cara mengatasinya

2. Sosioterapi

Memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang disekitar tentang

penyakit pasien sehingga dapat memberikan dukungan moral dan

menciptakan lingkungan yang kondusif sehingga dapat membantu

proses penyembuhan.

XIV. WAWANCARA PSIKIATRI

Wawancara dilakukan pemeriksan di depan ruangan Waraney RS. Prof.

Dr. V. L. Ratumbuysang Manado pada 11 Juni 2015, pukul 17.00 WITA.

Keterangan:

I : Pemeriksa

P : Pasien

I : selamat sore, perkenalkan ini dengan dokter muda rizki, bapa pe nama

sapa dang ?

P : kita pe nama jerri sumendap

I : umur berapa kang ?

P : 43 tahun dok

I : Tanggal lahir dang ?

P : 21 juni 1967

I : tinggal di mana dang ?

P : di kos kosan dok, di kleak link V

I : Agama apa dang

P : Kristen Protestan dok

I : Rajin ja ba ibadah dulu ?

18

P : oo.. rajinn skali qt dok, waktu dulu qt kwa...... ( pasien bercerita

mengenai keaktifannya dulu gereja)

I : so ada maitua ?

P : ada dok, napa dang di sablah ( pasien menunjuk istrinya)

I : bapak kerja apa dang ?

P : bagini dok, dulu kwa qta...... (pasien bercerita tentang kerja mulai dari

dia di PHK, stress, dan akhirnya tidak bekerja)

I : sekolah terakhir dang apa ?

P :SMA dok

I :kenapa nda lanjut kuliah?

P : nda ada biaya dok, dulu kwa qt pe mama ( pasien menceritakan tentang

keluarganya)

I : waktu SMP bapak banyak teman ?

P : qt kwa dok ( pasien bercerita tentang kenakalannya saat remaja, mulai

adri mencuri hingga mengintip orang mandi)

I : klo boleh tahu bapak dulu masuk rumah sakit karena apa kong sapa

yang bawa ?

P : kita leh nintau dok, qta ini Cuma darah tinggi deng bangka kaki, kong

dorang so bwa kamari, qt pe istri deng anak yang da bawa pa qt.

I : bapak ja dapa lia sesuatu ?

P : jadi bagini depe cerita dok waktu dulu kwa kita..... ( pasien

menceritakan pengalamannya melihat bayangan saat di motor sekitar

tahun 2007).

I : Kong skarang dang dapa lia, ?

P : sana e dok, oh pe banya dorang kong bekeng tako, dorang ja mo maso

pa qt kong mo ba jaha p qt.

I :kong bapak bikin apa kalo dorang mo maso ?

P : kita musti haga jaha pa dorang dok kong qt mo user, dulu kwa dok,

( pasien menceritakan pengalamannya mengusir bayangan)

I : kalo suara dang jaga dapa dengar ?

P : sebenarnya kwa dok... ( pasien bercerita hal-hal yang tidak penting)

nda ada d

19

I : bapak Berapa basudara dang ?

P : da lima, satu ada di amerika (pasien bercerita tentang saudaranya yang

di amerika).

I : bapak tahu dang ini da saki apa ?

P : qt kwa nda saki dok, mar nintau kiapa ni maitua bawa kamari.

I : bapak bisa gambar bapak pe denah rumah?

P : boleh dok (pasien menggambar sambil bercerita tentang rumahnya)

I : bapak tau ini tanggal berapa kong jam berapa ?

P :tau lah dok ( pasien menyebutkan tanggal dan waktu dengan benar

I : Oh oke dang bapak, nanti berikut kita datang lagi neh, mo tanya pa

bapak pe kakak deng maitua dulu.

P : oke dang dok.

Wawancara kedua dengan kakak pasien di teras depan Ruangan Waraney

RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado pada 10 juni 2015, pukul 17.30

WITA.

I : Pemeriksa

H : kakak pasien

I : Selamat sore ibu, maaf mengganggu, mo tanya sedikit pa ibu boleh ?

H : oh iyo boleh dok

I : bapak umur berapa kang ?

H : 53 tahun dok

I : Pekerjaan dang ibu ?

H : PNS dok.

I : bapak ada berapa bersaudara kang ?

H : dia anak k empat dok, cuman kita sandiri yang perempuan yang lain

laki-laki dok

I : kong ibu tau knapa bapak ada bawa kamari ?

H : dia so ba aneh ulang dok, dia da datang pa kita pe rumah kong ba buka

pintiu kita pe anak pe kamar kong dia haga-haga nda jelas itu kamar,

kong dia pigi ka kamar ba tutup kong mulai ba jadi.

20

I : dari kapan kang bapak begini ?

H : so lama dok, amper 20 tahun.

I : oh, kong bapak betul bisa ba liat bayangan??

H : iyo dok. Dia ja bilang bisa babalia aneh bagitu.

I : waktu kecil bapak bagaimana?

H : nakal skali dia dok, jaga bakalae kong ba hoba orang mandi.

I : dulu bapak waktu dari lahir bagaimana kang ?

H : dia dulu lahir normal dok, dia waktu lahir nda ada kelainan sama noh

deng anak normal. Dia kwa pernah cilaka waktu masih remaja, mar so

bae noh.

I : oh iyo dang ibu. Makasih ya bu atas ceritanya. Mudah-mudahan bapak

cepat sembuh.

H : Oh iyo dok. Sama-sama.

Wawancara ketiga dengan istri pasien di teras depan Ruangan Waraney

RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado pada 10 juni 2015, pukul 18.30

WITA.

I : Pemeriksa

L : istri pasien

I : Selamat sore ibu, maaf mengganggu, mo tanya sedikit pa ibu boleh ?

L : oh iyo boleh dok

I : ibu umur berapa kang ?

L : 42 tahun dok

I : Pekerjaan dang ibu ?

L : PNS dok.

I : ibu so berapa lama menikah ?

L : so amper 23 tahun dok

I : kong keluhan utama bapak da bawa kamari ?

L : so ba jadi ulang dok.

21

I : dari kapan kang bapak begini ?

L : so lama dok, dari tahun 1995, waktu itu kwa dia stress gara-gara dapa

PHK kong jaga bale-bale rumah sakit gara-gara itu noh.

I : oh, kong bapak betul bisa ba liat bayangan??

L : iyo dok.

I : ibu pe pernikahan dang bagaimana?

L : biasa dok, nda ada masalah.

I : bapak sebelum saki ja ba marah-marah bagini ?

L : nyanda dok, dulu kwa dia bae-bae

I : ada lagi yang ibu mo bilang tentang bapak.

L : nda ada dok, samua dorang so cerita.

I : oke dang ibu, makasih neh

L :ia dok, sama-sama.

22

DAFTAR PUSTAKA

1. Buchanan RW, Carpenter WT. Schizophrenia and Other Psychotic Disorders.

In: Sadock BJ, Sadock VA. Comprehensive textbook of psychiatry. Edisi 8.

Philadelphia: Lippicontt Wiliams and Wilkins. 2005.

2. Amir N. Skizofrenia. Dalam: Elvira SD, Hadisukanto G Buku Ajar Psikiatri.

Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. h.

170-95.

3. Kaplan H, Sadock B, Grebb J. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku

Psikiatri Klinis Jilid I. Binarupa Aksara Publisher; Tangerang. 2010.

4. Maslim R. Penggunaan Obat Psikotropik. Edisi Ketiga. Bagian Ilmu

Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya; Jakarta. 2007

23

Lampiran 1

Gambar 1. Foto bersama dengan pasien (Tn. RM) bersama ayahnya pada kunjungan

pertama di depan Ruangan Waraney

24