MODUL PSIKIATRI

30
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang Manusia adalah makhluk yang kompleks, kekompleksitasan manusia itu tiada taranya di muka bumi ini. Manusia lebih rumit dari makhluk apapun yang bisa dijumpai dan jauh lebih rumit dari mesin apapun yang bisa dibuat. Manusia juga sulit dipahami karena keunikannya. Dengan keunikannya, manusia adalah makhluk tersendiri dan berbeda dengan makhluk apapun. Juga dengan sesamanya. Tetapi, bagaimanapun sulitnya atau apapun hambatannya, manusia ternyata tidak pernah berhenti berusaha menemukan jawaban yang dicarinya itu. Dan barang kali sudah menjadi ciri atau sifat manusia juga untuk selalu mencari tahu dan tidak pernah puas dengan pengetahuan- pengetahuan yang diperolehnya, termasuk pengetahuan tentang dirinya sendiri dan sesamanya. Sekian banyak upaya yang telah diarahkan untuk memahami manusia. Tetapi tidak semua upaya tersebut membawa hasil, namun upaya pemahaman tentang manusia tetap memiliki arti penting dan tetap harus dilaksanakan. Bisa dikatakan bahwa kualitas hidup manusia, tergantung kepada peningkatan pemahaman kita tentang manusia. Berpangkal pada kenyataan bahwa kepribadian manusia itu sangat bermacam-macam sekali, mungkin sama banyaknya dengan banyaknya orang, segolongan ahli berusaha menggolong-golongkan manusia ke dalam tipe-tipe tertentu, karena mereka berpendapat bahwa cara itulah paling efektif untuk mengenal sesama manusia

description

JIWA

Transcript of MODUL PSIKIATRI

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang kompleks, kekompleksitasan manusia itu tiada taranya di muka bumi ini. Manusia lebih rumit dari makhluk apapun yang bisa dijumpai dan jauh lebih rumit dari mesin apapun yang bisa dibuat. Manusia juga sulit dipahami karena keunikannya. Dengan keunikannya, manusia adalah makhluk tersendiri dan berbeda dengan makhluk apapun. Juga dengan sesamanya. Tetapi, bagaimanapun sulitnya atau apapun hambatannya, manusia ternyata tidak pernah berhenti berusaha menemukan jawaban yang dicarinya itu. Dan barang kali sudah menjadi ciri atau sifat manusia juga untuk selalu mencari tahu dan tidak pernah puas dengan pengetahuan-pengetahuan yang diperolehnya, termasuk pengetahuan tentang dirinya sendiri dan sesamanya. Sekian banyak upaya yang telah diarahkan untuk memahami manusia. Tetapi tidak semua upaya tersebut membawa hasil, namun upaya pemahaman tentang manusia tetap memiliki arti penting dan tetap harus dilaksanakan. Bisa dikatakan bahwa kualitas hidup manusia, tergantung kepada peningkatan pemahaman kita tentang manusia. Berpangkal pada kenyataan bahwa kepribadian manusia itu sangat bermacam-macam sekali, mungkin sama banyaknya dengan banyaknya orang, segolongan ahli berusaha menggolong-golongkan manusia ke dalam tipe-tipe tertentu, karena mereka berpendapat bahwa cara itulah paling efektif untuk mengenal sesama manusia dengan baik. Pada sisi lain, sekelompok ahli berpendapat, bahwa cara bekerja seperti dikemukakan di atas itu tidak memenuhi tujuan psikologi kepribadian, yaitu mengenal sesama manusia menurut apa adanya, menurut sifat-sifatnya yang khas, karena dengan penggolongan ke dalam tipe-tipe itu orang justru menyembunyikan kekhususan sifat-sifat seseorang.

1.2 Rumusan Masalah1. Jelaskan definisi perilaku?2. Jelaskan definisi kepribadian?3. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian?4. Jelaskan struktur kepribadian?5. Jelaskan definisi pertahanan ego?6. Jelaskan jenis-jenis pertahanan ego?7. Jelaskan mengenai gangguan mental?1.3 Tujuan1. Mengetahui definisi perilaku2. Mengetahui definisi kepribadian3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian4. Mengetagui struktur kepribadian5. Mengetahui definisi pertahanan ego6. Mengetahui jenis-jenis pertahanan ego7. Mengetahui apa itu gangguan mental

1.4 Manfaat Sebagai referensi tambahan mengenai tentang pengembangan kepribadian dan mekanisme pertahanan ego. Memberikan informasi kepada mahasiswa/I Fakultas Kedokteran mengenai tentang pengembangan kepribadian dan mekanisme pertahanan ego. Juga sebagai tambahan ilmu bagi masyarakat mengenai tentang pengembangan kepribadian dan mekanisme pertahanan ego.

BAB IISUB PEMBAHASAN2.1 SkenarioSEMESTER VIII MODUL XXII (PERILAKU & JIWA)SKENARIO 1SAMA TAPI BEDASi A dan si B sebaya,ulang tahun mereka hanya beebeda hari.saat ini usia mereka sudah 18 tahun lebuh 2 bulan.sejak kecil selalu bersama-sama.tetapi keduanya berbeda dalam berperilaku,orang-orang yang dekat dengan mereka tidak tahu apa sebabnya.masalah sosio ekonomi keluarga mereka juga tidak jauh berbeda,bahkan boleh dikatakn lebih kurang sama.si A lebih santun,hormat dan lebih mampu menyesuaikan diri sedangkan si B justru kebalikannya.setelah diselidiki ternyata antara keduanya diasuh orang tua secara berbeda,dimana si B diasuh secara permisif oleh orang tua nya.saat ini si A dan si B sama-sama kuliah di suatu perguruan tinggi swasta.si B dikenal oleh teman-temannya sebagai orang yang pandai berkilah dan hampir bisa dianggap sebagai mahasiswa yang agak aneh.beberapa kali mengikuti ujian lebih banyak gagalnya tetapi dia selalu menanggapinya dengan cuek saja.pada saat dia kalah ujian sementara teman-temannya banyak yang lulus,apabila ditanyakan mengapa sampai bisa gagal,jawabnya bagaimana tidak gagal karna begitu dia mau belajar untuk persiapan ujian tiba-tiba listrik dimatikan PLN.2.2 Learning Objective Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan definisi perilaku Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan definisi kepribadian Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan struktur kepribadian Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan definisi pertahanan ego Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan jenis-jenis pertahanan ego Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan apa itu gangguan mentalBAB IIIPEMBAHASAN

3.1 Definisi PerilakuPerilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. (Notoatmodjo, 2003).Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori S-O-R atau Stimulus Organisme Respon.Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :1. Perilaku tertutup (convert behavior)Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.2. Perilaku terbuka (overt behavior)Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku adalah:a. Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya. b. Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya. c. Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

3.2 Definisi kepribadian Kepribadian merupakan pola khas seseorang dalam berpikir, merasakan dan berperilaku yang relatif stabil dan dapat diperkirakan (Dorland, 2002). Kepribadian juga merupakan jumlah total kecenderungan bawaan atau herediter dengan berbagai pengaruh dari lingkungan serta pendidikan, yang membentuk kondisi kejiwaan seseorang dan mempengaruhi sikapnya terhadap kehidupan (Weller, 2005). Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepribadian meliputi segala corak perilaku dan sifat yang khas dan dapat diperkirakan pada diri seseorang, yang digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap rangsangan, sehingga corak tingkah lakunya itu merupakan satu kesatuan fungsional yang khas bagi individu itu.

3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadianFaktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian seseorang adalah sebagai berikut:1. Faktor Internal Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri orang itu sendiri. Faktor internal ini biasanya merupakan faktor genetis atau bawaan. Faktor genetis berupa bawaan sejak lahir dan merupakan pengaruh keturunan dari salah satu sifat yang dimiliki salah satu dari kedua orang tuanya atau bisa jadi kombinasi dari sifat kedua orang tuanya. Faktor genetis lain seperti keadaan jasmani manusia yang meliputi keadaan organ-organ tubuh, peredaran darah, bentuk tubuh dan lain-lain. Setiap manusia dilahirkan dengan keadaan jasmani yang berbeda. Hal tersebut menunjukkan bahwa sifat-sifat jasmani yang ada pada setiap orang merupakan keturunan atau pembawaan anak/orang itu sendiri. Keadaan jasmani yang berlainan menyebabkan sikap dan sifat serta tempramen yang berbeda.2. Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar orang tersebut. Faktor eksternal biasanya merupakan pengaruh yang berasal dari lingkungan sesorang mulai dari lingkungan terkecilnya, yakni keluarga, teman, tetangga hingga pengaruh dari berbagai media seperti TV, internet, media cetak dan lain sebagainya.a. KeluargaFaktor eksternal yang pertama adalah keluarga. Lingkungan keluarga sangat mempengaruhi kepribadian anak. Terutama dari cara orang tua dalam mendidik anak. Misalnya saja, orang tua sering menyuruh anak-anaknya untuk bilang kepada orang yang mencari ayah/ibu bahwa mereka sedang tidak keluar rumah karena ayah/ibu akan tidur. Peristiwa tersebut adalah suatu pendidikan kepada anak bahwa berbohong boleh atau dihalalkan. Akibatnya, anak juga melakukan perilaku bohong kepada orang lain termasuk kepada orang tua yang telah mencontohinya. Karena anak melakukan proses imitasi dari orang tuanya.Ada Sembilan tipe kepribadian orang tua dalam membesarkan anaknya yang juga dapat berpengaruh pada kepribadian anak, yaitu sebagai berikut: Penasihat moral, terlalu menekankan pada perincian, analisis dan moral. Penolong terlalu mengutamakan kebutuhan anak dengan mengabaikan akibat dari tindakan anak. Pengatur, selalu ingin bekerja sama dengan si anak dan menciptakan tugas-tugas yang akan membantu memperbaiki keadaan. Pemimpi, selalu berupaya untuk berhubungan secara emosional dengan anak-anak dalam setiap keadaan dan mencari solusi kreatif bersama-sama. Pengamat, selalu mencari sudut pandang yang menyeluruh, berupaya mengutamakan objektivitas. Pencemas, selalu melakukan tanya jawab mental dan terus bertanya-tanya, ragu-ragu dan memiliki gambaran terburuk sampai mereka yakin bahwa anak mereka benar-benar memahami situasi. Penghibur, selalu menerapkan gaya yang lebih santai. Pelindung, cenderung untuk mengambil alih tanggung jawab dan bersikap melindungi. Pendamai, dipengaruhi kepribadian mereka yang selalu menghindar dari konflik.Keadaan dan suasana keluarga yang berlainan, memberikan pengaruh yang bermacam-macam pula terhadap perkembangan pribadi anak. Keluarga yang besar (banyak anggota keluarganya) berlainan pengaruhnya dengan keluarga yang kecil. Keluarga yang lebih berpendidikan lain pula pengaruhnya dengan keluarga yang kurang berpendidikan. Pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan anak sejak kecil adalah sangat mendalam dan menentukan perkembangan pribadi anak selanjutnya. Hal ini disebabkan karena : Pengaruh itu merupakan pengalaman yang pertama. Pengaruh yang diterima anak masih terbatas jumlah dan luasnya. Intensitas pengaruh tinggi karena berlangsung secara terus menerus dari siang hingga malam. Umumnya pengaruh diterima dalam suasana aman dan bersifat intim dan bernada emosional.

b. BudayaPerkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri masing- masing orang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di mana seseorang itu dibesarkan. Beberapa aspek kebudayaan yang sangat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan kepribadian antara lain: Nilai-nilai (Values) Di dalam setiap kebudayaan terdapat nilai-nilai hidup yang dijunjung tinggi oleh manusia-manusia yang hidup dalam kebudayaan itu. Untuk dapat diterima sebagai anggota suatu masyarakat, kita harus memiliki kepribadian yang selaras dengan kebudayaan yang berlaku di masyarakat itu. Misalnya saja mereka yang tinggal di kawasan agamis, mereka tidak boleh membunyikan suara yang keras jika tetangga sedang melakukan ibadah. Adat dan Tradisi. Adat dan tradisi yang berlaku di suatu daerah, di samping menentukan nilai-nilai yang harus ditaati oleh anggota-anggotanya, juga menentukan pula cara-cara bertindak dan bertingkah laku yang akan berdampak pada kepribadian seseorang. Misalnya pada adat Jawa, jika sedang berbicara dengan orang yang lebih tua harus sopan dan menggunakan bahasa krama inggil, jika melewati orang yang lebih tua maka harus membungkuk. Pengetahuan dan Keterampilan. Tinggi rendahnya pengetahuan dan keterampilan seseorang atau suatu masyarakat mencerminkan pula tinggi rendahnya kebudayaan masyarakat itu. Makin tinggi kebudayaan suatu masyarakat makin berkembang pula sikap hidup dan cara-cara kehidupannya. Misalnya orang yang mempunyai pengetahuan yang lebih memiliki sifat rendah hati atau malah sombong. Bahasa Di samping faktor-faktor kebudayaan yang telah diuraikan di atas, bahasa merupakan salah satu faktor yang turut menentukan ciri-ciri khas dari suatu kebudayaan. Betapa erat hubungan bahasa dengan kepribadian manusia yang memiliki bahasa itu. Karena bahasa merupakan alat komunikasi dan alat berpikir yang dapat menunjukkan bagaimana seseorang itu bersikap, bertindak dan bereaksi serta bergaul dengan orang lain. Misalnya anak yang selalu menggunakan kata-kata kotor sudah pasti kepribadiannya juga buruk. Milik Kebendaan (material possessions) Semakin maju kebudayaan suatu masyarakat atau bangsa, makin maju dan modern pula alat-alat yang dipergunakan bagi keperluan hidupnya. Hal itu semua sangat mempengaruhi kepribadian manusia yang memiliki kebudayaan itu. Misalnya sifat konsumtif yang sekarang sedang rawan terjadi.

3.4 Struktur kepribadian Sigmund Freud mengemukakan tiga struktur spesifik kepribadian yaitu Id, Ego dan Superego,ketiga unsur tersebut diyakininya terbentuk secara mendasar pada usia tujuh tahun.Struktur ini dapat ditampilkan secara diagramatik dalam kaitannya dengan aksesibilitas bagi kesadaran atau jangkauan kesadaran individu. Id merupakan libido murni atau energi psikis yang bersifat irasional. Id merupakan sebuah keinginan yang dituntun oleh prinsip kenikmatan dan berusaha untuk memuaskan kebutuhan ini.

Teori Kepribadian, Id, Ego, Superego Menurut Sigmund Freud.

1. Id. Id ini adalah merupakan bagian dari komponen kepribadian yang asli natural yang dibawa sejak lahirnya seorang individu. Id juga merupakan komponen dari psikologi yang mempunyai sifat primitif dan naluriah. Menurut Freud, id adalah sumber segala energi psikis, sehingga komponen utama kepribadian. Id akan di dorong oleh prinsip kesenangan, yang berusaha untuk mendapatkan kepuasan segera dari semua keinginan dan kebutuhan. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka hasilnya adalah kecemasan atau ketegangan.Contoh mudahnya adalah bila seorang bayi menangis karena lapar atau pun haus maka ia akan mengkomunikasikan hal tersebut kepada ibunya dengan cara menangis. Karena dengan adanya peningkatan rasa lapar atau haus yang dirasakan bayi atau anak maka ia harus menghasilkan upaya segera untuk mendapatkan makan atau minum. Id ini sangat penting awal dalam hidup, karena itu memastikan bahwa kebutuhan bayi terpenuhi dengan baik.2. Ego. Prinsip kepribadian jenis ego ini adalah seputar mengenai hal yang berhubungan dengan realitas serta kenyataan yang ada. Ego ini juga dimulai serta dibawa sejak lahir, tetapi berkembang bersamaan dengan hubungan individu dengan lingkungan sekitarnya. Untuk bisa bertahan dalam suatu kehidupan, maka individu tersebut tidak bisa hanya semata-mata bertindak sekedar mengikuti impuls-impuls atau dorongan-dorongan, individu harus belajar menghadapi realitas yang ada. Dan ini lebih kompleks dari sekedar Id saja. Contoh mudahnya adalah bila seorang anak merasakan lapar maka ia akan akan berusaha untuk mendapatkan makanan untuk mengatasi rasa laparnya. Hanya saja sekarang ia akan berusaha melihat kenyataan bagaimana cara mendapatkan makanan dengan baik tanpa ada yang merasa disalahkan atau pun ia salah dalam melakukan tindakan mendapatkan makanan terbut karena didorong oleh rasa laparnya tersebut. Menurut Freud, ego adalah struktur kepribadian yang berurusan dengan tuntutan realita, yang berisi penalaran dan pemahaman yang tepat. Ego berusaha menahan tindakan sampai dia memiliki kesempatan untuk memahami realitas secara akurat, memahami apa yang sudah terjadi didalam situasi yang berupa dimasa lalu, dan membuat rencana yang realistik dimasa depan. Tujuan ego adalah menemukan cara yang realistis dalam rangka memuaskan Id. Fungsi ego ini juga berguna untuk menyaring dorongan-dorongan yang ingin dipuaskan oleh Id berdasarkan kenyataan yang ada.

3. Superego Super Ego atau pun aspek sosiologis adalah merupakan sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya evaluatif (menyangkut hal yang berhubungan dengan baik-buruk). Super ego lebih merupakan kesempurnaan daripada kesenangan, karena itu super ego dapat dianggap sebagai aspek moral daripada kepribadian itu sendiri. Dan juga merupakan aspek kepribadian yang menampung semua standar internalisasi moral dan cita-cita yang kita peroleh dari kedua orang tua serta masyarakat.Superego memberikan pedoman untuk membuat sebuah penilaian.

Fungsi manfaat superego adalah : Sebagai pengendali dorongan-dorongan atau impuls-impuls naluri id agar impuls-impuls teresbut disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat. Mengarahkan ego pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan moral dari pada dengan kenyataan. Mendorong individu kepada kesempurnaan.

Bersama-sama dengan ego, super ego mengatur dan mengarahkan tingkah laku manusia yang bermaksud untuk memuaskan dorongan-dorongan dari Id, yaitu melalui aturan-aturan dalam masyarakat, agama, atau keyakinan-keyakinan tertentu mengenai perilaku yang baik dan buruk. Freud berpendapat manusia sebagai suatu sistem yang kompleks memakai energi untuk berbagai tujuan seperti halnya bernafas, bergerak, mengamati, dan mengingat. Kegiatan psikologik juga membutuhkan energi, yang disebutnya energy psikis (psychic energy) energi yang ditransform dari energi fisik melalui id beserta instink-instinknya. Ini sesuai dengan kaidah fisika, bahwasannya energi tidak dapat hilang, tetapi dapat pindah dan berubah bentuk.

3.5 Definisi mekanisme pertahanan ego

Dalam aliran psikoanalisis dari Sigmund Freud, mekanisme pertahanan ego adalah strategi psikologis yang dilakukan seseorang, sekelompok orang, atau bahkan suatu bangsa untuk berhadapan dengan kenyataan dan mempertahankan citra-diri. Orang yang sehat biasa menggunakan berbagai mekanisme pertahanan selama hidupnya. Mekanisme tersebut menjadi patologis bila penggunaannya secara terus menerus membuat seseorang berperilaku maladaptif sehingga kesehatan fisik dan/atau mental orang itu turut terpengaruhi. Kegunaan mekanisme pertahan ego adalah untuk melindungi pikiran/diri/ego dari kecemasan, sanksi sosial atau untuk menjadi tempat "mengungsi" dari situasi yang tidak sanggup untuk dihadapi.Mekanisme pertahanan dilakukan oleh ego sebagai salah satu bagian dalam struktur kepribadian menurut psikoanalisis Freud selain id, dan super ego. Mekanisme tersebut diperlukan saat impuls-impuls dari id mengalami konflik satu sama lain, atau impuls itu mengalami konflik dengan nilai dan kepercayaan dalam super ego, atau bila ada ancaman dari luar yang dihadapi ego.Faktor penyebab perlunya dilakukan mekanisme pertahanan adalah kecemasan. Bila kecemasan sudah membuat seseorang merasa sangat terganggu, maka ego perlu menerapkan mekanisme pertahanan untuk melindungi individu. Rasa bersalah dan malu sering menyertai perasaan cemas. Kecemasan dirasakan sebagai peningkatan ketegangan fisik dan mental. Perasaan demikian akan terdorong untuk bertindak defensif terhadap apa yang dianggap membahayakannya. Penggunaan mekanisme pertahanan dilakukan dengan membelokan impuls id ke dalam bentuk yang bisa diterima, atau dengan tanpa disadari menghambat impuls tersebut.

3.6 Jenis-jenis pertahanan ego1. Represi (Repression), merupakan bentuk pertahanan ego dengan menyingkirkan pikiran-pikiran atau ingatan-ingatan yang tidak diinginkan. Ia akan sengaja melupakan kenangan atau pikiran yang tidak menyenangkan atau tidak sesuai dengan keinginannya. Contoh : Seorang wanita yang diputuskan secara sepihak oleh pacarnya. Karena ia tidak ingin mengingat kenangan-kenangan itu. Walaupun ia sudah sengaja melupakannya alias kejadian ini tidak berlangsung berlarut-larut, tetapi ingatan tersebut tetap membekas di pikiran bawah sadar dia dalam bentuk trauma psikis.2. Kompensasi, yaitu dengan cara menutupi kelemahan dalam dirinya dengan menonjol-nonjolkan sifat lain, lalu dicari kepuasan secara berlebihan dalam bidang lain tersebut.Contoh : anak yang merasa tak pandai di sekolahnya menjadi bersikap seolah-olah seperti jagoan di sekolah agar ditakuti oleh teman-temannya.3. Konversi (Convertion), adalah mekanisme konflik emosional yang diekspresikan ke luar. Misal : Seseorang yang sedang stress menjadi marah-marah, teriak-teriak, atau berolah raga.4. Penyangkalan atau Denial, adalah mekanisme dimana seseorang menghindari kenyataan dan secara asadar menyangkal adanya kenyataan tersebut. Ia menyangkal realita yang dapat menimbulkan rasa sakit, malu, atau cemas. Contoh : Seorang ibu yang tidak terima bahwa anaknya terlahir dengan cacat sehingga ia menitipkan anaknya ke saudaranya yang jauh.

5. Pemindahan (Displacement), dimana emosi-emosi yang terjadi pada dirinya DILAMPIASKAN ke objek-objek atau orang lain.Contoh : Seorang anak yang habis dimarahi ibunya. Karena kesal, ia lalu memukul adiknya atau menendang kucingnya.6. Disosiasi, dengan cara memutuskan atau mengubah beban emosi dalam dirinya. Contoh : Seseorang yang sedih ditinggal mati oleh kekasihnya, kemudian ia menghibur dirinya sendiri dengan mengatakan sudah takdirnya atau sekarang ia sudah bahagia di surga.7. Fantasi atau Khayalan, yaitu tindakan melamun atau berkhayal untuk melakukan pelarian dari kenyataan dengan memperoleh kesenangan atau kepuasan yang bersifat khayal atau tidak nyata. Contoh : Seseorang yang frustasi dan depresi karena menjomblo kemudian ia berkhayal sudah punya pasangan bahkan mungkin mau menikahi pasangan yang tidak real tersebut.8. Identifikasi, dimana seseorang mempertinggi harga dirinya dengan mempolakan dirinya serupa dengan orang lain (biasanya seorang idola atau figur). Kemudian berusaha menyamakan penampilan/dandandan, cara bicara, maupun logatnya. Contoh : Seseorang yg ngefans berat dengan penyanyi Rhoma Irama, lalu berdandan persis dengannya dan meniru gaya-gaya bicaranya.9. Introyeksi, proses dimana seseorang mengambil emosi ke dalam bentuk egonya sendiri, kemudian dianggap sebagai unsur kepribadiannya sendiri. Contoh : Seorang anak yang membenci seseorang, kemudian ia kesal tetapi ia memukul-mukul dirinya sendiri.10. Negativisme, yaitu proses perlawanan pasif maupun aktif terhadap keharusan terhadap dirinya dengan melakukan hal yang kebalikan dengan seharusnya. Contoh : Seorang anak yang disekolahkan oleh orangtuanya di sekolahan X. Namun karena si anak tidak suka bersekolah di sekolahan tersebut entah karena gurunya, teman barunya, atau lingkungannya, maka ia kemudian sering membolos.11. Proyeksi, yaitu seseorang yang melindungi dirinya dari tabiat-tabiat, sikap, dan karakternya sendiri, ataupun perasaannya dengan melemparkan atau menyalahkannya ke orang lain. Contoh : Seorang mahasiswa yang tidak lolos mata kuliah, lalu ia mengatakan bahwa dosennya sentimen terhadap dirinya.12. Rasionalisasi, seseorang yang mencari alasan-alasan yang dibenarkan atau dapat diterima oleh norma maupun orang lain terhadap tindakannya atau pikirannya. Contoh : Seseorang yang diajak main bulutangkis menolak dengan beralasan bahwa ia sedang sakit atau besok mau ujian, padahal karena takut kalah. Contoh lain : Seseorang yang benci terhadap Justin Beiber, lau ia mengatakan bahwa alasannya ia hanya tidak selera dengan genre lagu yang dinyanyikan oleh JB, karena ia takut dimusuhi oleh fans-fans JB.13. Pembentukan Reaksi, proses dimana mengambil objek ke dalam struktur egonya sendiri agar tidak menuruti keinginannya yang jelek dan diambil sikap yang sebaliknya. Contoh : Seorang mahasiswa yang bersikap hormat secara berlebihan kepada dosen yang paling tidak disukai.14. Regresi, adalah keadaan seseorang yang kembali ke tingkat awal menjadi kurang matang dan kurang adaptif. Contoh : Seorang anak yang lebih tua tiba-tiba kembali punya kebiasaan hisap jempol atau mengompol karena ia merasa cemburu terhadap ibunya yang terlalu memperhatikan adiknya.15. Sublimasi, yaitu kehendak-kehendak atau pikiran-pikiran atau tindakan-tindakan asadar yang tidak dapat diterima oleh lingkungan atau masyarakat disalurkan menjadi aktifitas yang memiliki nilai sosial yang tinggi. Contoh : Seseorang yang suka berkelahi kemudian beralih menjadi atlet petinju.16. Menghapuskan (Undoing), mekanisme dimana seseorang secara simbolik mengkompensasi tindakan atau pikirannya yang dianggap buruk oleh masyarakat maupun egonya sendiri.Contoh : Seorang suami yang berselingkuh, kemudian ia sering memberi macam-macam hadiah kepada istrinya agak tak ketahuan.17. Simpatisme, yaitu berusaha untuk mendapatkan simpati dari orang lain dengan cara menceritakan berbagai kesedihan & kesukarannya.Contoh : Seorang siswi remaja menangis dan menceritakan secara terlalu dramatisir kepada teman-teman dan sahabatnya tentang peristiwa ia diputuskan secara sepihak oleh pacarnya, dan berharap teman-teman dan sahabatnya simpati padanya dan kemudian berharap mereka melabrak mantan pacarnya.

3.7 Gangguan mentalPengertian gangguan mental adalah suatu keadaan dimana fungsi mental seseorang mengalami disfungsi. Yang dimaksud dengan gangguan adalah hal-hal yang menyebabkan ketidak beresan (ketidakwarasan) atau ketidakwajaran terhadap kesehatan metal atau jiwa. Dalam terminologi yang lain gangguan mental ialah adanya ketidakseimbangan yang terjadi dalam diri kita, berpusat pada perasaan, emosional dan dorongan (motif/ nafsu), yang mengakibatkan pada ketidakharmonisan antara fungsi-fungsi jiwa, yang menyebabkan kehilangan daya tahan jiwa, pada akhirnya jiwa menjadi labil dan cenderung mudah terpengaruh pada hal-hal yang negatif, serta dirinya tidak mampu merasakan kebahagiaan serta tidak mampu mengaktualisasikan potensi-potensi (kemampuan) yang ada dalam dirinya secara wajar.Dalam kamus besar Bahasa Indonesia didefinisikan gangguan mental ialah ketidakseimbangan jiwa yang mengakibatkan terjadinya ketidaknormalan sikap dan tingkah laku yang dapat menghambat dalam proses penyesuaian diri. Dengan demikian gangguan mental ialah kondisi kejiwaan yang lemah (sakit), yang bisa merusak kepribadian dengan tingkah lakunya yang tidak normal (abnormal), serta mengakibatkan seseorang atau individu mengalami kesulitan bersosialisasi, beraktualisasi, dan beradaptasi, yakni mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.Orang yang mengalami gangguan mental ialah kebalikan dari orang yang sehat mentalnya, sebagaimana penjelasan Dadang Hawari menurutnya, orang yang sehat mentalnya (jasmani/ jiwa, psikis) ialah orang yang pikiran, perasaan, serta perilakunya itu baik, tidak melanggar hukum, norma, dan etika, serta tidak merugikan orang lain ataupun lingkungannya.Sementara itu Dr. Kartini Kartono gangguan mental (mental disorder) ialah bentuk penyakit atau gangguan dan kekacauan fungsi mental atau kesehatan mental yang disebabkan oleh kegagalan mereaksinya mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi kejiwaan/ mental terhadap stimuli eksternal dan ketegangan-ketegangan; sehingga muncul gangguan fungsional atau gangguan strukural dari satu bagian atau lebih dari sistem kejiwaan.Zakiyah Daradjat, mengungkapkan dalam penelitiannya bahwa; gangguan mental adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak wajar (normal) baik yang berhubungan dengan fisik (tingkah laku), kepribadian, kejiwaan, maupun psikis (psikologis). Orang yang terganggu mentalnya biasanya, pikirannya pendek, tidak memiliki pandangan hidup yang luas, sikap hidupnya penuh perasaan pesimis, dan biasanya suka menunda-nunda waktu, serta cenderung mengeluh. Apabila telah mengalami kondisi psikologis semacam itu jelas kondisi psikis kita terganggu. Ciri yang paling mudah dikenali dari kondisi mental yang tidak sehat yaitu perasaan selalu malas berbuat sesuatu, kondisi tubuh merasa selalu capek, isi pikiran dan hati diliputi perasaan iri, dengki, curiga, dan pikiran-pikiran aneh lain dan selalu diliputi keinginan-keinginan yang tidak masuk akal (irrasional).Gangguan mental sekecil apapun dapat merusak kepribadian atau citra diri. Maka deteksi dini mutlak perlu dilakukan terhadap diri kita dengan tujuan untuk mengenal kondisi kesehatan mental sedini mungkin, sehingga kita dapat mengarahkan diri agar tidak menderita gangguan mental. Deteksi diri (psycho-diagnostic) terhadap gangguan mental sejak dini perlu dilakukan oleh siapapun, yang menyadari betapa penting dan berharganya kesehatan metal yang melebihi hal apapun. Hal ini bisa dilakukan sendiri maupun dengan bantuan orang lain.

BAB IVANALISA KASUSJadi,pada skenario ini kami menyimpulkan bahwa si B mengalami gannguan perilaku,dan si B menggunakan mekanisme pertahan ego proyeksi,dimana si B melindungi dirinya dari tabiat-tabiat, sikap, dan karakternya sendiri, ataupun perasaannya dengan melemparkan atau menyalahkannya ke orang lain.Mengapa kami mengambil kesimpulan bahwa si B menggunakan mekanisme pertahan ego proyeksi karna pada saat dia kalah ujian sementara teman-temannya banyak yang lulus,apabila ditanyakan mengapa sampai bisa gagal,jawabnya bagaimana tidak gagal karna begitu dia mau belajar untuk persiapan ujian tiba-tiba listrik dimatikan PLN.Sedangkan untuk penanganan si B bisa membawanya ke psikolog,atau dengan cara selalu menasehatinya dengan hal-hal yang baik.dan disini pun peran orang tua sangat penting dalam hal ini,selain orang tua,lingkungan pun sangat berperan penting.namun dalam mengatasi kasus si B,tidak bs dilakukan dengan instan,smuanya butuh proses,bisa membutuhkan waktu yang lama.

BAB VPENUTUPDemikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.Penulis banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan berikutnya.Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan para pembaca pada umumnya. Terima kasih.

5.1 KESIMPULAN Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.Sedangkan kepribadian meliputi segala corak perilaku dan sifat yang khas dan dapat diperkirakan pada diri seseorang, yang digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap rangsangan, sehingga corak tingkah lakunya itu merupakan satu kesatuan fungsional yang khas bagi individu itu.

5.2 SARANDalam penyelesaian makalah ini kami juga memberikan saran bagi pembaca dan mahasiswa yang akan melakukan pembuatan makalah berikutnya. Kombinasikan pembuatan makalah berikutnya. Pembahasan secara langsung dengan informasi yang benar-benar up to date.

Beberapa poin di atas merupakan saran yang kami berikan apabila ada pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian terhadap makalah ini.Dan demikian makalah ini disusun serta besar harapan nantinya makalah ini dapat berguna bagi pembaca khususnya, mahasiswa-mahasiswi, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Islam Utara khususnya Semester VII dalam penambahan wawasan bagi ilmu pengetahuan.

DAFTAR PUSTAKA

Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Rosda Karya Remaja.Arif I S.2006.Topografis dan Pandangan Struktural Tentang Kepribadian.In:Rose herlina,eds.Dinamika Kepribadian.Bandung:Refika Aditama.Baihaqi M.I.F., dkk.2007.Psikiatri Konsep Dasar dan Gangguan-Gangguan.Bandung: Refika AditamaBienenfeld D.2006. Psychotherapy in clinical practice Psychodynamic theory for clinician.Philadelphia lippincott:williams&wilkinsElvira SD. 2005.kumpulan makalah psikoterapi.jakata:FKUIGabbard GO.2007.Psychodynamic Pschiatry in Clinical Practice,the DSM-IV Edition.washington:American Paycgiatric Press.Kaplan H I,Sadock B J,Grebb J A.2010.Gangguan kepribadian.In:I Made Wiguna S,eds.sinopsis psikiatri jilid 2.tanggerang:Bina rupa aksara Lubis DB.1993.Pengantar Psikiatri Klinik.jakarta:Balai Penerbit FKUIMaramis,W F.1998.Catatan Kedokteran Jiwa.Airlangga University Press.Notoatmodjo, Soekidjo, & Sarwono, Solita. 1985. Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Badan Penerbit Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.Purwanto, Ngalim. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Remaja Rosdakarya.Sjarkawi. 2011. PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK : Peran Moral Intelektual, Emosional, dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri. Jakarta : Bumi Aksara.Universitas Sumatera Utara.2011.(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26923/4/chapter%2011.pdf) diakses

1