tugas psikiatri

28
1 SIMPTOMATOLOGI GANGGUAN JIWA Menurut pandangan patologi, gangguan jiwa atau tingkah laku abnormal adalah akibat dari keadaan sakit atau terganggu yang jelas kelihatan berdasarkan gejala- gejala klinis yang ditampilkan. Gejala-gejala tertentu yang ditampilkan tersebut berbeda dengan yang ditampilkan pada orang-orang yang tidak terganggu jiwanya (normal). Karena itu untuk melihat apakah seseorang itu terganggu jiwanya atau tidak, dapat dipelajari dari gejala-gejala yang ditampilkannya. Definisi Simptomatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala. Simptomatologi gangguan jiwa berarti ilmu yang mempelajari gejala-gejala gangguan jiwa. Dalam kerja psikiatri (ilmu tentang cara pengobatan jiwa yang sakit), mempelajari gejala-gejala sangat penting artinya. Tidak saja untuk menentukan atau mengklasifikasikan gangguan yang dialami penderita, tetapi yang lebih penting adalah untuk mengidentifikasi sebab-sebab dari gangguan tersebut (etiologi). Mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit/gangguan jiwa berarti upaya untuk menghilangkan suatu sebab dan bukan sekedar menghilangkan suatu gejala. Suatu gejala

Transcript of tugas psikiatri

Page 1: tugas psikiatri

1

SIMPTOMATOLOGI GANGGUAN JIWA

Menurut pandangan patologi, gangguan jiwa atau tingkah laku abnormal

adalah akibat dari keadaan sakit atau terganggu yang jelas kelihatan berdasarkan

gejala-gejala klinis yang ditampilkan. Gejala-gejala tertentu yang ditampilkan

tersebut berbeda dengan yang ditampilkan pada orang-orang yang tidak terganggu

jiwanya (normal). Karena itu untuk melihat apakah seseorang itu terganggu jiwanya

atau tidak, dapat dipelajari dari gejala-gejala yang ditampilkannya.

Definisi

Simptomatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala.

Simptomatologi gangguan jiwa berarti ilmu yang mempelajari gejala-gejala

gangguan jiwa. Dalam kerja psikiatri (ilmu tentang cara pengobatan jiwa yang sakit),

mempelajari gejala-gejala sangat penting artinya. Tidak saja untuk menentukan atau

mengklasifikasikan gangguan yang dialami penderita, tetapi yang lebih penting

adalah untuk mengidentifikasi sebab-sebab dari gangguan tersebut (etiologi).

Mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit/gangguan jiwa berarti upaya

untuk menghilangkan suatu sebab dan bukan sekedar menghilangkan suatu gejala.

Suatu gejala hanyalah manifestasi dari adanya gangguan dan bukan sebab, namun

untuk menemukan sesuatu yang menyebabkan gangguan tersebut dapat dilakukan

dengan mempelajari gejala-gejalanya.

Gejala adalah sesuatu yang adanya dipermukaan, sedang sebab adanya

dibalik atau di bawah gejala. Sesuatu gangguan dapat dengan mudah dikenali melalui

gejala-gejalanya, sedangkan untuk menemukan sebab-sebabnya harus dilakukan

melalui studi yang mendalam tentang gejala-gejalanya. Dalam pandangan

psikopatologi modern, dikatakan bahwa setiap gejala mempunyai arti yang dapat

menjelaskan perkembangan psikodinamik dari penyakit si penderita.

Pada hakekatnya, tiap gejala merupakan satu segi dari proses gangguan

secara keseluruhan. Misalnya seorang yang mengalami gangguan pikiran, bukan

berarti yang terganggu hanya pikirannya saja sementara aspek yang lain tetap sehat,

Page 2: tugas psikiatri

2

tetapi sebenarnya gangguan tersebut merupakan gangguan keseluruhan kepribadian.

Hanya yang lebih dominan atau lebih menjadi pusat perhatian kita pada aspek

pikirannya. Disamping itu, gejala yang dapat dialami atau dilihat dari dalam (misal

takut yang irrasional) atau dapat dilihat dari luar (misal berkeringat dingin pada

penderita katatonik).

Gejala gangguan mental pada umumnya bersifat kompleks dan merupakan

hasil interaksi antar unsur somatika, psikogenik, dan sosiobudaya. Karena itu, gejala

selalu menunjukkan adanya dekompresi proses adaptasi dan terdapat terutama dalam

pemikiran, perasaan, dan perilaku.

Secara umum, menurut Maramis (1990), pemeriksaan terhadap penderita

gangguan jiwa diperlukan untuk mendapatkan satu atau lebih hal-hal berikut ini:

1. Menemukan dan menilai gangguan jiwa yang ada, yang akan dipakai sebagai

dasar pembuatan dignosis serta menentukan tingkat gangguan pengobatannya

(indikasi pengobatan psikiatri khusus) dan selanjutnya penafsiran prognosisnya

(ramalan hasil atau akibat suatu penyakit yang diderita seseorang).

2. Menggambarkan struktur kepribadian yang mungkin dapat menerangkan riwayat

dan perkembangan gangguan jiwa yang dialami.

3. Menilai kemampuan dan kemauan pasien dalam berpartisipasi secara wajar

dalam pengobatan yang cocok baginya.

Hasil pemeriksaan jiwa pasien yang telah dilakukan, selanjutnya disusun

dalam bentuk laporan, diharapkan dapat menggambarkan keadaan jiwa pasien dalam

arti luas. Karena itu harus mengandung banyak hal tentang aspek kejiwaan manusia

itu sendiri, seperti : afek, emosi, cara berbicara (ucapan), proses berpikir (bentuk, isi,

dan jalan pikiran), kesadaran, psikomotor, persepsi, fungsi kognitif, termasuk

didalamnya persepsi, dan sebagainya. Karena itu pula studi tentang gangguan

kejiwaan juga mencakup tentang gangguan-gangguan dalam aspek tersebut.

Untuk memperoleh data tentang gejala-gejala dalam banyak hal tersebut,

caranya dapat dilakukan dengan tes maupun non-tes. Dengan tes misalnya melalui

tes-tes psikologik (tes intelegensi atau tes kepribadian). Dengan non-tes misalnya

melalui wawancara atau observasi terhadap reaksi-reaksi yang ditampilkan (yaitu

reaksi umum dan sikap badan, ekspresi muka, mata, reaksi terhadap apa yang

Page 3: tugas psikiatri

3

dikatakan dan diperbuat, reaksi otot, reaksi emosi yang tampak, reaksi bicara, wujud

tulisan, dan sebagainya).

Pada pasien yang dalam pemeriksaan menunjukkan perilaku tidak

kooperatif atau tidak mau bicara (diam), bukan berarti gejalanya tidak ada, sebab

tidak kooperatif atau tidak mau bicara itu sendirinsudah merupakan gejala yang

penting dalam pemeriksaan.

Dengan demikian, salah satu tujuan pemeriksaan penderita gangguan jiwa

adalah untuk menemukan gejala-gejala yang ada pada penderita tersebut, pembuatan

diagnosis, pembuatan jenis dan tingkat gangguan yang dialami, pilihan pengobatan

dan sebagainya.

Gejala-gejala gangguan jiwa pada umumnya dapat dipahami dari dua segi,

yaitu:

1. Deskriptif, hanya melukiskan bagaimana gejala itu terjadi tanpa menerangkan

makna dan dinamikanya. Misal: terjadi halusinasi berulang-ulang atau pada saat-

saat tertentu (pagi hari) tanpa menerangkan halusinasi apa dan sebagainya.

2. Psikodinamik, tidak hanya menerangkan tentang bagaimana gejala itu terjadi

tetapi juga dinamikanya. Misal : kapankah terjadinya, tentang apa gangguannya,

bagaimana prosesnya, reaksi psikologis yang ditampilkan kemudian, dan

sebagainya.

Dalam mempelajari gejala-gejala gangguan jiwa, perlu dipahami istilah penting

sebagai berikut:

a. Sindrom

Sindrom/sindroma adalah kumpulan gejala yang membedakan antara penyakita

atau gangguan yang satu dengan yang lain. Misalnya ada sejumlah gejala (a,b,c).

Ketiga gejala tersebut dapat dipahami tentang adanya penyakit tertentu. Jadi

sifatnya khas dan menunjukkan suatu penyjakit tertentu.

b. Sign

Sign adalah gejala-gejala yang dapat diobservasi (observable) dan pada umumnya

bersifat objektif (mengenai fisik).

Page 4: tugas psikiatri

4

c. Simptom

Simptom adalah gejala-gejala yang tidak dapat diobservasi (unobservable) oleh

orang lain, tetapi mungkin merupakan gejala bagi orang yang bersangkutan. Jadi

sifatnya subjektif, karena itu harus ditanyakan kepada yang bersangkutan.

d. Gejala primer primer & sekunder

Gejala primer dan sekunder dibedakan atas urutan munculnya gejala. Gejala

primer adalah gejala pertama yang dialami oleh seseorang, sedangkan gejala

sekunder gejala yang muncul kemudian. Misalnya seorang penderita insomnia

(sulit tidur) kemudian diikuti munculnya halusinasi. Ini berarti insomnia adalah

gejala primer dan halusinasi adalah gejala sekunder.

e. Gejala dasar dan gejala tambahan

Gejala dasar adalah gejala-gejala yang ada dalam tiap gangguan tertentu,

terutama setelah gangguan tersebut mencapai intensitas tertentu, atau gejala

utama dari suatu gangguan tertentu. Gejala ini penting untuk kepentingan

diagnosis. Sedangkan gejala tambahan adalah gejala-gejala yang belum tentu ada

pada setiap gangguan. Misalnya pada penderita skizophrenia, maka gejala

dasarnya adalah kerancuan pikiran, sedang gejala tambahannya dapat berupa

halusinasi, ilusi, dan sebagainya yang mungkin berbeda untuk setiap

penderitanya.

f. Gejala organogenik dan gejala psikogenik

Pembedaan gejala ini berdasarkan pada asal atau sebabnya. Gejala organogenik

adalah gejala-gejala yang muncul sebagai akibat dari adanya gangguan fungsi

organik. Sedangkan gejala psikogenik adalah gejala-gejala yang muncul dan

berasal dari adanya gangguan-gangguan dalam fungsi psikologis, yang terutama

berakar pada alam kesadarannya. Misalnya seseorang yang pusing karena banyak

pikiran, merupakan gejala psikogenik. Sedangkan orang yang pusing karena

keracunan makanan adalah gejala organogenik, sekalipun gejala yang

ditampakkan bersifat kejiwaan.

g. Gejala prodomal dan residual

Page 5: tugas psikiatri

5

Gejala prodomal adalah gejala-gejala yang ditunjukkan sebelum sakit, pada awal

sakit, atau selama fase sakit. Sedangkan gejala residual adalah gejala-gejala yang

ditunjukkan sesudah fase sakit.

h. Perilaku sakit, peran sakit, dan peran pasien (illness behavior, sick role, and

patient role)

Perilaku sakit (illness behavior) yaitu reaksi penderita terhadap pengalamannya

sebagai orang sakit yang merupakan respon unik individu tentang kesadarannya

bahwa ia sakit (orang yang sakit gigi responnya berbeda dengan yang sakit

kepala). Perilaku sakit ini misalnya; meraung-raung, teriak-teriak, dan

sebagainya.

Peran sakit (sick role) merupakan aspek lain dari perilaku sakit, yaitu peran

penderita yang diberikan masyarakat dalam kaitannya dengan kesadaran

sekeliling. Seperti dilayani, disuruh tidur, disuruh berobat, disuruh periksa, dan

perilaku mencari kesehatan (heakth seeking behavior). Bagamana peran

seseorang yang sakit sangat ditentukan oleh masyarakatnya.

Peran pasien (patient role) pengertiannya lebih sempit dibanding peran sakit,

karena merupakan salah satu akibat dari peran sakit dan hanya dijumpai pada

penderita yang sudah berstatus sebagai pasien. Peran sakit ini seperti ; patuh pada

otoritas dokter, minum obat teratur, dan banyak istirahat. Peran pasien sangat

ditentukan oleh pihak medis.

Beberapa contoh simptomatologi pada beberapa gangguan jiwa:

1) Gangguan Kesadaran/conciousness

Jenis-jenis gangguan kesadaran:

a. gangguan kesadaran kuantitatif

- Suf, kesadarannya seperti orang yang mengantuk.

- Somnolen, kesadarannya seperti orang tidur, tidak acuh terhadap

sekelilingnya, apatis, tetapi masih dapat memberikan jawaban dan reaksi.

- Sopor, kesadarannya seperti orang yang tidur lelap, dimana ingatan,

orientasi, dan pertimbangannya sudah hilang. Kalau dirangsang hanya

Page 6: tugas psikiatri

6

sedikit memberikan respon, dengan tidak acuh atau dengan membuka

mata sebentar kemudian tidur lagi.

- Apati, kesadarannyabaik, bisa berkomunikasi dengan baik tetapi

memerlukan intensitas yang tinggi.

- Koma, keadaan pingsan, tidak memberikan respon sedikitpun terhadap

rangsang dari luar. Refleksi pupil sudah tidak ada.

- Kesadaran yang meninggi, kesadaran dengan respon yang meninggi

terhadap rangsang, suara-suara terdengar lebih keras, warna-warna

kelihatan lebih jelas atau terang.

b. gangguan kesadaran kualitatif

- Stupor, kesadaran yang menyempit.

- Keadaan dini, kesadarannya mengabur, sering disertai dengan halusinasi

lihat dan dengar.

- Bingung/confusion, keadaan yang disifatkan dengan adanya gangguan-

gangguan asosiasi, disorientasi, kesulitan mengerti, dan ketidaktahuan apa

yang harus diperbuat, tercengang dan penuh pertanyaan.

- Disorientasi, kesadaran pemehaman diri dalam lingkungan seperti

disorientasi diri, tempat, waktu, dan situasi.

- Delirium, pengaburan kesadaran, ribut-gelisah, inkoheren, ilusi dan

halusinasi, sering disertai dengan cemas dan takut.

- Disosiasi, pemisahan diri secara psikologik dari kesadarannya, diikuti

dengan amnesia sebagian.

- Kesadaran berubah, kesadarannya tidak normal, tidak menurun, tidak

meninggi, tetapi kemampuan mengadakan hubungan dan pembatasan

terhadap dunia luardan dirinya sendiri sudah terganggu dalam taraf tidak

sesuai dengan kenyataan.

2) Gangguan Perhatian

Jenis-jenis gangguan perhatian:

a. Distractbility, yaitu ketidakmampuan mengarahkan perhatian dirinya,

perhatian mudah teralihkan pada rangsang atau stimuli yang tidak berarti.

Biasanya ditemukan pada pasien ADHD.

Page 7: tugas psikiatri

7

b. Aprosexia, yaitu ketidaksanggupan untuk memperhatikan secara tekun dalam

waktu yang singkat terhadap suatu situasi, dengan tidak memandang

pentingnya situasi itu.

c. Selective, yaitu perhatian yang kurang selektif sehingga mudah lupa dan sulit

mengenali.

d. Hipervigilance/hiperprosexia, yaitu konsentrasi yang berlebih-lebihan,

sehingga lapangan persepsi menjadi sangat sempit. Terjadi pada pasien

paranoid dan cemas.

3) Gangguan Emosi

Jenis-jenis gangguan emosi:

a. Afek

- Inappropiate, yaitu gangguan emosi ditandai dengan jelas adanya

perbedaan antara sifat emosi yang ditunjukkan dengan situasi yang

minumbulkannya.

- Blunted, yaitu kemiskinan afek dan emosi secara umum, afek/emosinya

datar, tumpul, atau dingin.

- Flat, yaitu datar, tidak ada perubahan roman muka.

- Labil, yaitu mudah berubah terbawa faktor eksternal.

- Restricted, yaitu terbatas/menyempit.

- Depresi, yaitu perasaan sedih tertekan.

b. Mood

- Expansive, yaitu perasaan menguasai lingkungan.

- Irritable, yaitu perasaan mudah tersinggung.

- Elevated

- Euphoria, yaitu emosi yang menyenangkan dalam tingkatan sedang,

mudah melambung.

- Exaltasi, yaitu elasi yang berlebih-lebihan, sering disertai dengan waham

kebesaran.

- Euthymia, yaitu perasaan wajar.

- Dysphoric, yaitu perasaan sedih, bersalah.

Page 8: tugas psikiatri

8

- Ectasy, yaitu emosi senang disertai dengan rasa hati yanhg aneh, penuh

kegairahan, perasaan aman, damai, dan tenang. Merasa hidup baru

kembali.

- Anhedonia, yaitu ketidakmampuan merasakan kesenangan,tidak timbul

senang dengan aktivitas yang biasanya menyenangkan.

4) Gangguan Psikomotor

Jenis-jenis gangguan psikomotor:

a. Katatonia

- Katalepsi, yaitu mempertahankan secara kaku posisi badan tertentu,

sekalipun hendak diubah orang lain.

- Stupor, yaitu reaksi terhadap lingkungan sangat berkurang, gerakan dan

aktivitas menjadi sangat lambat.

- Rigiditas, yaitu pengkakuan pada bagian tubuh tertentu.

- Posturing

- Fleksibilitas cerea, yaitu kelenturan dalam menggerakkan anggota badan

tetapi masih ada hambatan.

- Kataplexia, yaitu kehilangan tonus otot secara mendadak.

- Stereotipi, yaitu gerakan yang berulang-ulang.

- Echopraxia, yaitu menirukan gerakan orang lain pada saat dilihatnya.

- Echolalia, yaitu menirukan apa yang diucapkan orang lain.

b. Hiperaktif

- TIC, yaitu gerakan-gerakan muncul ketika cemas.

- Grimace

- Akatisia, yaitu gerakan bibir yang muncul ketika cemas.

- Raptus, yaitu mengamuk yang mendadak

- Mannerism, yaitu tangan seperti menghitung uang (jari bergerak-gerak).

- Kompulsi, terdiri dari kleptomania, satriasis, remphormia, trikotilomania

(suka mencabuti rambut sendiri).

c. Negativisme

- Aktif, respon berlebihan.

- Pasif, diam saja.

Page 9: tugas psikiatri

9

d. Otomatisme, yaitu menuruti apa yang disuruh tetapi tanpa dikoreksi.

5) Gangguan Proses pikir

Jenis-jenis gangguan proses pikir:

a. Bentuk pikir:

- Autistik, yaitu adanya kegagalan untuk membedakan batas antara

kenyataan dengan fantasi.

- Dereistik, yaitu ketidaksesuaian antara proses mental individu dengan

pengalamannya yang sedang berjalan. Ide-ide yang seakan-akan

cemerlang tetapi tidak mungkin realistis.

- Non-realistik, yaitu bentuk pikiran yang sama sekali tidak sesuai dengan

kenyataan.

b. Isi pikir:

- Waham, yaitu kesalahan dalam menilai diri sendiri, atau keyakinan

tentang isi pikirannya padahal tidak sesuai dengan kenyataan. Macamnya

ada waham sistematis (cemburu, kejar, curiga), bizarre, nihilistik,

kebesaran, magic-mystic, dosa, pengaruh, somatik, hubungan.

- Obsesi, yaitu isi pikiran yang kukuh/persisten dan datang berulang-ulang,

biarpun tak dikehendaki dan diketahui tidak wajar atau tidak mungkin

terjadi.

- Fobia, yaitu rasa takut yang irasional terhadap suatu benda atau keadaan

yang tidak dapat dihilangkan atau ditekan walaupun ia sendiri menyadari

bahwa itu tidak rasional adanya.

- Fantasi, yaitu isi pikiran tentang suatu keadaan atau kejadian yang

diharapkan atau diinginkan, tetapi sebenarnya tidak nyata.

c. Progesi/jalan pikir:

- Flight of ideas, yaitu pikiran yang melayang atau melompat-lompat.

- Assosiasi longgar, yaitu mengatakan sesuatu ide yang tidak ada

hubungannya antara ide satu dengan yang lain.

- Clang association, yaitu berbicara seperti berpantun.

- Circumstantiality, yaitu pikiran yang berbelit-belit, ngomong berputar-

putar tidak sampai isi.

Page 10: tugas psikiatri

10

- Tongentiality, yaitu pembicaraan semakin jauh dari pokok permasalahan.

- Inkoherensi, yaitu keadaan jalan pikiran yang kacau, sehingga satu ide

bercampur dengan ide yang lain.

- Verbigerasi, yaitu kata-kata yang diulang-ulang.

- Neologisme, yaitu membuat kata-kata baru yang tidak dipahami oleh

umum.

- Word salad, yaitu potongan-potongan kata yang tidak ada makna.

- Blocking, yaitu jalan pikirannya tiba-tiba terhenti, tidak tahu kenapa

berhenti.

6) Gangguan Pembicaraan

Jenis-jenis gangguan pembicaraan:

a. Logorhoe, yaitu berbicara terus.

b. Stuttering, yaitu susah berbicara, tetapi sekali berbicara tidak berhenti-

berhenti.

c. Miskin isi pembicaraan.

d. Mutisme, yaitu sejak awal tidak mau berbicara,

e. Remming, yaitu berbicara sangat pelan.

f. Blocking, yaitu tiba-tiba berhenti bicara tanpa sebab.

g. Irrelevan, yaitu jawaban-jawaban yang dikeluarkan tidak sesuai dengan

pertanyaan pemeriksa.

7) Gangguan Persepsi

Jenis-jenis gangguan persepsi:

a. Halusinasi:

- Auditorik

- Olfaktori

- Gustatorik

- Taktil

- Hipnagogik

- Hipnopompik

- Visual

b. Ilusi, yaitu persepsi yang salah.

Page 11: tugas psikiatri

11

c. Derealisasi, yaitu perasaan aneh tentang lingkungannya dan tidak menurut

kenyataan.

d. Depersonalisasi, yaitu perasaan aneh tentang dirinya atau perasaan bahwa

dirinya sudah tidak seperti dulu lagi.

8) Gangguan Memori

Jenis-jenis gangguan memori:

a. Amnesia, yaitu keadaan seseorang kehilangan ingatan, mungkin sebagian

atau seluruhnya. Ada dua macam amnesia, yaitu antegrade dan retrograde.

b. Paramnesia, yaitu ingatan yang keliru (ilusi ingatan) karena distorsi

pemanggilan kembali (recall), meliputi: konfabulasi, deja vu, jamais vu,

fausse reconnaissance.

c. Level of memory, terdiri dari intermediate, recent,recent past, remote.

d. Dementia, yaitu lupa dengan pengalaman-pengalaman baru

e. Hypermnesia, yaitu ingatan yang berlebih-lebihan, sehingga seseorang dapat

menggambarkan kejadian-kejadian secara mendetail.

9) Gangguan Insight/tilikan diri

Kemampuan memahami situasi/sakit yang dialami.

Page 12: tugas psikiatri

12

KLASIFIKASI GANGGUAN JIWA

Manfaat adanya klasifikasi gangguan jiwa antara lain (1) untuk

mempermudah komunikasi antar ahli sehingga pelayanan kesehatan dapat

meningkat; (2) mempermudah dalam bidang pendidikan; (3) memungkinkan

penelitian multicenter.

Sejarah klasifikasi gangguan jiwa, seperti digambarkan dibawah ini:

Nosologia Methodica: 1706

Synopsis Nosologiae Methodicae

International Classification of Causes of Death

International Classification of Deseasses

Daftar Penyebab Penyakit

International Classification of Diseasses & Causes of Death (ICD): V/F

Diagnostic Statistical Manual of

Mental Disorder (DSM)

Diagnostic Statistical Manual of

Mental Disorder (DSM IV)

Pedoman Penggolongan & Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III)

(mengacu pada DSM IV dan ICD 10)

Page 13: tugas psikiatri

13

Perkembangan PPDGJ

PPDGJ I (1973), yang mengacu pada ICD 8 dan DSM II, berisi:

- Numerik: 290 – 315

316: gangguan penyesuaian

317: culture bound phenomen (exotic syndrome)

- Tanpa kriteria diagnostik

- Monoaxial diagnose

PPDGJ II (1983), mengacu pada ICD 9 dan DSM III, berisi:

- Numerik: 290 – 319

- Kriteria diagnostik +

- Multiaxial diagnose

- Kode V: pusat perhatian (aksis I)

- Culture bound: symptom

PPDGJ III, mengacu pada ICD 10 dan DSM IV, berisi:

- Alfa numerik F...

- Pedoman diagnostik +

- Multiaxial evaluation

- Culture bound dihapus

Penggolongan gangguan jiwa pada PPDGJ-III menggunakan pendekatan

teoretik dan deskriptif. Urutan hierarki blok diagnosis (berdasarkan luasnya tanda

dan gejala, dimana urutan hierarki lebih tinggi memiliki tanda dan gejala yang

semakin luas):

1. F00-09 dan F10-19

2. F20-29

3. F30-39

4. F40-49

5. F50-59

6. F60-69

Page 14: tugas psikiatri

14

7. F70-79

8. F80-89

9. F90-98

10. Kondisi lain yang menjadi focus perhatian klinis (kode Z)

Klasifikasi Gangguan Jiwa

F0 Gangguan Mental Organik, termasuk Gangguan Mental Simtomatik

Gangguan mental organik = gangguan mental yang berkaitan dengan

penyakit/gangguan sistemik atau otak. Gangguan mental simtomatik = pengaruh

terhadap otak merupakan akibat sekunder penyakit/gangguuan sistemik di luar otak.

Gambaran utama:

Gangguan fungsi kongnitif.

Gangguan sensorium – kesadaran, perhatian.

Sindrom dengan manifestasi yang menonjol dalam bidang persepsi (halusinasi),

isi pikir (waham), mood dan emosi.

Fl Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Alkohol dan Zat

Psikoaktif Lainnya

F2 Skizofrenia, Gangguan Skizotipal dan Gangguan Waham

Skizofrenia ditandai dengan penyimpangan fundamental dan karakteristik dari

pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar atau tumpul. Kesadaran jernih

dan kemampuan intelektual tetap, walaupun kemunduran kognitif dapat berkembang

kemudian.

F3 Gangguan Suasana Perasaan (Mood/Afektif)

Kelainan fundamental perubahan suasana perasaan (mood) atau afek, biasanya

kearah depresi (dengan atau tanpa anxietas), atau kearah elasi (suasana perasaan yang

meningkat). Perubahan afek biasanya disertai perubahan keseluruhan tingkat

aktivitas dan kebanyakan gejala lain adalah sekunder terhadap perubahan itu.

Page 15: tugas psikiatri

15

F4 Gangguan Neurotik, Gangguan Somatoform dan Gangguan Terkait Stres

F5 Sindrom Perilaku yang Berhubungan dengan Gangguan Fisiologis dan

Faktor Fisik

F6 Gangguan Kepribadian dan Perilaku Masa dewasa

Kondisi klinis bermakna dan pola perilaku cenderung menetap, dan merupakan

ekspresi pola hidup yang khas dari seseorang dan cara berhubungan dengan diri

sendiri maupun orang lain. Beberapa kondisi dan pola perilaku tersebut berkembang

sejak dini dari masa pertumbuhan dan perkembangan dirinya sebagai hasil interaksi

faktor-faktor konstitusi dan pengalaman hidup, sedangkan lainnya didapat pada masa

kehidupan selanjutnya.

F7 Retardasi Mental

Keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama

ditandai oleh terjadinya hendaya ketrampilan selama masa perkembangan, sehingga

berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh. Dapat terjadi dengan atau

tanpa gangguan jiwa atau gangguan fisik lain. Hendaya perilaku adaptif selalu ada.

F8 Gangguan Perkembangan Psikologis

Gambaran umum

Onset bervariasi selama masa bayi atau kanak-kanak.

Adanya hendaya atau keterlambatan perkembangan fungsi-fungsi yang

berhubungan erat dengan kematangan biologis susunan saraf pusat.

Berlangsung terus-menerus tanpa remisi dan kekambuhan yang khas bagi banyak

gangguan jiwa.

Pada sebagian besar kasus, fungsi yang dipengaruji termasuk bahasa, ketrampilan

visuo-spasial, koordinasi motorik. Yang khas adalah hendayanya berkurang secara

progresif dengan bertambahnya usia.

Page 16: tugas psikiatri

16

F9 Gangguan Perilaku dan Emosional dengan Onset Biasanya Pada Masa

Kanak dan Remaja

Diagnosis Multiaksial

a) Aksis I:

- Gangguan Klinis (F00-09, F10-29, F20-29, F30-39, F40-48, F50-59, F62-68,

F80-89, F90-98, F99).

- Kondisi Lain yang Menjadi Focus Perhatian Klinis

b) Aksis II:

- Gangguan Kepribadian (F60-61, gambaran kepribadian maladaptif,

mekanisme defensi maladaptif)

- Retardasi Mental (F70-79)

c) Aksis III

- Kondisi Medik Umum

d) Aksis IV

- Masalah Psikososial dan Lingkungan (keluarga, lingkungan sosial,

pendidikan, pekerjaan, perumahan, ekonomi, akses pelayanan kesehatan,

hukum, psikososial)

e) Aksis V

- Penilaian Fungsi Secara Global (Global Assesment of Functioning = GAF

Scale)

100-91   gejala tidak ada, fungsi max, tidak ada masalah yang tidak

tertanggulangi.

90-81     gejala min, fungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalh harian

biasa.

80-71     gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam social.

70-61     beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi,

secara umum baik.

60-51     gejala dan disabilitas sedang.

50-41     gejala dan disabilitas berat.

Page 17: tugas psikiatri

17

40-31     beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi,

disabilitas berat dalam beberapa fungsi.

30-21     disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak mampu

berfungsi dalam hampir semua bidang.

20-11     bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas sangat berat dalam

komunikasi dan mengurus diri.

10-01     persisten dan  lebih serius.

0            informasi tidak adekuat

Tujuan diagnosis multiaksial

Informasi komprehensif sehingga membantu perencanaan terapi dan

meramalkan outcome.

Format mudah dan sistematik sehingga membantu menata dan

mengkomunikasikan informasi klinis, menangkap kompleksitas situasi klinis,

dan menggambarkan heterogenitas individu dengan diagnosis yang sama.

Penggunaan model bio-psiko-sosial.

Page 18: tugas psikiatri

18

DAFTAR PUSTAKA

Maslim R. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III. Jakarta:

PT Nuh Jaya.

MIF Baihaqi, Sunardi, Riksma N. Ridalti Akhlan, dan Euis Heryati. 2005. Psikiatri:

Konsep Dasar dan Gangguan-Gangguan. Bandung: PT Refika Aditama.

Page 19: tugas psikiatri

19

MAKALAH PSIKIATRI

SIMPTOMATOLOGI GANGGUAN JIWA DAN

KLASIFIKASI GANGGUAN JIWA

(Dosen Pengampu: Prof.Dr.dr.H. M. Fanani, Sp.KJ.)

Disusun Oleh:

Asri Setyo Prihatin

G0107029

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010