TUGAS PSIKIATRI
Transcript of TUGAS PSIKIATRI
TUGAS PSIKIATRI
KEPERAWATAN PASIEN PSIKOSIS
(WAHAM)
OLEH :
KELOMPOK III
1. Ucik Rosida
2. Tambrin Efendi
3. Budi Pasetyo
4. Ita Maria Ulfa
5. Ni Made Ayu Erna Kusuma Dewi
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
TAHUN AJARAN 2009 – 2010
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai dengan fakta dan
keyakinan tersebut mungkin “aneh” (misal, mata saya adalah komputer yang dapat
mengontrol dunia) atau bisa pula “tidak aneh” hanya sangat tidak mungkin, misal, “FBI
mengikuti saya”) dan tetap dipertahankan meskipun telah diperlihatkan bukti-bukti yang
jelas untuk mengoreksinya. waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa
bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada skizofrenia. semakin akut psikosis
semakin sering ditemui waham disorganisasi dan waham tidak sistematis.
Pasien ini tidak memperlihatkan gangguan pikiran dan mood yang perfasif seperti yang
ditemukan pada kondisi psikotik lain. tidak ada afek datar atau afek tidak serasi, halusinasi
yang menonjol, atau waham aneh yang nyata. pasien memiliki satu atau beberapa waham,
sering berupa waham kejar, dan ketidaksetiaan dan dapat juga berbentuk waham kebesaran,
somatik, atau eretomania.
Pasien – pasien ini (cenderung berusia 40 -an) mungkin tidak dapat dikenali sampai sistem
waham mereka disadari oleh keluarga atau teman – temannya. Diagnosis mungkin sulit
karena pasien sangat tidak percaya pada pemeriksa dan tidak mencari pengobatan secara
sukarela. mereka sering sangat sensitif, argumentatif. meskipun ia dapat melakukan
pekerjaan dengan baik dan dalam hal – hal di luar waham mereka, ia cenderung mengalami
isolasi sosial baik karena keinginan mereka sendiria tau akibat ketidakramahan mereka
(misal, pasangannya sering mengabaikan mereka). Apabila terdapat disfungsi pekerjaan dan
sosial, biasanya hal ini merupakan respon langsung terhadap waham mereka.
Kondisi ini sering tampak membentuk kesinambungan klinis dengan kondisi seperti
kepribadian paranoid, skizofrenia paranoid, penggambaran mengenai batas – batas setiap
sindrom menunggu penelitian lebih lanjut. Singkirkan gangguan afektif, ide – ide paranoid
dan cemburu sering terdapat pada depresi. paranoid sering terdapat pada orang tua dan pada
orang yang menyalahgunakan zat stimulan. reaksi paranoid akut sering ditemui pada pasien
dengan delirium ringan dan pasien yang harus berada ditempat tidur karena sakit (dan
sensorisnya terganggu). Saat ini, kebermaknaan keadaan keluarga seperti ini sebagai etiologi
belum pasti. mekanisme pertahanan spesifik yang digunakan oleh pasien biasanya
penyangkalan, proyeksi, dan regresi.
Tujuan
Pembuatan makalah bertujuan agar mahasiswa keperawatan mengerti mengenai waham dan
juga cara membuat asuhan keperawatan sebagai panduan dalam melakukan praktik klinik
keperawatanjiwadirumahsakit.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN WAHAM
Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai
dengan fakta dan keyakinan tersebut mungkin “aneh” (misal, mata saya
adalah komputer yang dapat mengontrol dunia) atau bisa pula “tidak
aneh” hanya sangat tidak mungkin, misal, “FBI mengikuti saya”) dan
tetap dipertahankan meskipun telah diperlihatkan bukti-bukti yang jelas
untuk mengoreksinya. waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat
dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada
skizofrenia. semakin akut psikosis semakin sering ditemui waham
disorganisasi dan waham tidak sistematis. Adapun macam – macam
waham yaitu :
Waham bingung yang aneh
waham kejar, terutama bentuk tidak sistematis
Waham kebesaran
Waham mempengaruhi, pasien yakin bahwa mereka dapat mengontrol
suatu presitiwa melalui telepati.
Waham rujukan, pasien meyakini ada arti di balik peristiwa – peristiwa
dan meyakini perbuatan orang lain seolah – seolah secara khusus
diarahkan pada mereka.
Waham penyiaran pikiran, keyakinan bahwa orang lain dapat
mendengar pikiran mereka
Waham penyisipan pikiran, keyakinan bahwa pikiran orang lain
dimasukkan dalam benak pasien.
B. GANGGUAN WAHAM
Pasien ini tidak memperlihatkan gangguan pikiran dan mood yang
perfasif seperti yang ditemukan pada kondisi psikotik lain. tidak ada afek
datar atau afek tidak serasi, halusinasi yang menonjol, atau waham aneh
yang nyata. pasien memiliki satu atau beberapa waham, sering berupa
waham kejar, dan ketidaksetiaan dan dapat juga berbentuk waham
kebesaran, somatik, atau eretomania yang :
• Biasanya spesial (misal, melibatkan orang, kelompok, tempat, atau waktu tertentu, atau
aktivitas tertentu)
• Biasanya terorganisasi dengan baik (misal, “orang jahat ini” mengumpulkan alasan – alasan
tentang sesuatu yang sedang dikerjakannya yang dapat dijelaskannya secara rinci).
• Biasanya waham kebesaran (misal, sekelompok yang berkuasa tertarik hanya kepadanya)
• Wahamnya tidak cukup aneh untuk mengesankan skizofrenia.
Pasien – pasien ini (cenderung berusia 40 -an) mungkin tidak dapat
dikenali sampai sistem waham mereka disadari oleh keluarga atau teman
– temannya. Diagnosis mungkin sulit karena pasien sangat tidak percaya
pada pemeriksa dan tidak mencari pengobatan secara sukarela. mereka
sering sangat sensitif, argumentatif. meskipun ia dapat melakukan
pekerjaan dengan baik dan dalam hal – hal di luar waham mereka, ia
cenderung mengalami isolasi sosial baik karena keinginan mereka
sendiria tau akibat ketidakramahan mereka (misal, pasangannya sering
mengabaikan mereka). Apabila terdapat disfungsi pekerjaan dan sosial,
biasanya hal ini merupakan respon langsung terhadap waham mereka.
Kondisi ini sering tampak membentuk kesinambungan klinis dengan
kondisi seperti kepribadian paranoid, skizofrenia paranoid, penggambaran
mengenai batas – batas setiap sindrom menunggu penelitian lebih lanjut.
Singkirkan gangguan afektif, ide – ide paranoid dan cemburu sering
terdapat pada depresi. paranoid sering terdapat pada orang tua dan pada
orang yang menyalahgunakan zat stimulan. reaksi paranoid akut sering
ditemui pada pasien dengan delirium ringan dan pasien yang harus
berada ditempat tidur karena sakit (dan sensorisnya terganggu).
Etiologi tidak diketahui. tidak ada faktor genetik atau biologik yang
telah diidentifikasi. insidennya lebih tinggi pada kelompok pengungsi,
kelompok minoritas, dan orang dengan gangguan pendengaran. ada
kecenderungan hubunhan di dalam keluarganya yang ditandai dengan
kekacauan, tidak berperasaan, dingin. Saat ini, kebermaknaan keadaan
keluarga seperti ini sebagai etiologi belum pasti. mekanisme pertahanan
spesifik yang digunakan oleh pasien biasanya penyangkalan, proyeksi,
dan regresi.
C. RENTANG RESPON WAHAM
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Pikiran logis Distorsi pikiran Gangguan pikiran
/waham
Persepsi akurat
Emosi konsisten
dg pengalaman
Perilaku sesuai
Berhubungan sosial
D. KATEGORI WAHAM
Waham sistematis: konsisten, berdasarkan pemikiran mungkin terjadi walaupun hanya
secara teoritis.
Waham nonsistematis: tidak konsisten, yang secara logis dan teoritis tidak mungkin
Ilusi
Reaksi emosi berlebihan /kurang
Perilaku aneh/tdk biasa
Sulit berespon emosi
Perilaku kacau
Isolasi sosial
E. PENGKAJIAN
Faktor Predisposisi
Genetis; diturunkan
Neurobiologis; adanya gangguan pada kosteks pre frontal dan kosteks limbik
Neurotransmiter; abnormalitas pada dopamin, serotonin, dan glutamat
Virus: paparan virus influenza pd trimester III
Psikologis: ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tdk peduli
Faktor Presipitasi
Proses pengolahan informasi yang berlebihan
Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal
Adanya gejala pemicu
Mekanisme Koping
Regresi
Proyeksi
Menarik diri
Pada keluarga: mengingkari
PERILAKU WAHAM
Waham agama: percaya bahwa seseorang menjadi kesayangan supranatural atau alat
supranatural
Waham somatik: percaya adanya gangguan pada bagian tubuh
Waham kebesaran: percaya memiliki kehebatan atau kekuatan luar biasa
Waham curiga: kecurigaan yang berlebihan atau irasional dan tidak percaya dg orang lain
Siar pikir: percaya bahwa pikirannya disiarkan ke dunia luar
Sisip pikir: percaya ada pikiran orang lain yang masuk dalam pikirannya
Kontrol pikir: merasa perilakunya dikendalikan oleh pikiran orang lain
POHON MASALAH
Masalah Kerusakan komunikasi verbal
Problem Perubahan proses pikir: waham
Etiologi Gangguan konsep diri: harga diri rendah
BAB III
DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn M DENGAN
WAHAM KEBESARAN DI PKJM LICIN
Pengkajian
Selama pengkajian, perawat harus mendengarkan, memerhatikan, dan mendokumentasikan
semua informasi, baik melalui wawancara maupun observasi yang diberikan oleh pasien
tentang wahamnya. Berikut merupakan beberapa contoh pertanyaan yang dapat digunakan
sebagai panduan untuk mengkaji pasien waham: (Budi Anna Keliat, 153)
Apakah pasien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang diungkapkan dan menetap?
Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien cemas secara
berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?
Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda disekitarnya aneh dan tidak nyata?
Apakah pasien pernah merasakan bahwaia berada di luar tubuhnya?
Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?
Apakah pasien merasa bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang lain atau
kekuatan dari luar?
Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau kekuatan lainnya atau
yakn bahwa orang lain bisa membaca pikirannya?
Berikut ini format dokumentasi pengkajian dari diagnosis keparawatan waham:
Berikan tanda (√) pada kolom yang sesuai dengan data pada pasien
Proses Pikir
[ ] Sirkumstansial [ ] Tangensial
[ ] Flight of ideas [ ] Bloking
[ ] Kehilangan asosiasi [ ] Pengulangan Bicara
Isi Pikir
[ ] Obsesi [ ] Fobia
[ ] Depersonalisasi [ ] Ide terkait
[ ] Hipokondria [ ] Pikiran magis
Proses Pikir
[ ] Agama [ ] Somatik [ ] Kebesaran [ ] Curiga
[ ] Nihilistik [ ] Sisip Pikir [ ] Siar Pikir [ ] Kontrol Pikir
Diagnosis Keperawatan
Perilaku Kekerasan
Gangguan Proses Pikir: Waham
Gangguan konsep diri : Kehilangan, harga diri rendah
Setelah pengkajian dilakukan dan data subjektif maupun objektif ditemukan pada pasien,
diagnosis keperawatan yang dapat ditegakkan adalah gangguan proses pikir: Waham
(Budi Anna Keliat, 2006).
Tindakan Keperawatan
Selanjutnya, setelah diagnosis ditegakkan, perawat melakukan tindakan keperawatan bukan
hanya kepada pasien, tetapi juga pada keluarga. Tindakan tersebut meliputi:
Tindakan Keperawatan pada Pasien
Tujuan Tindakan Keperawatan pada Pasien:
Pasien dapat berorientasi pada realitas secara bertahap
Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
Tindakan Keperawatan
Membina hubungan saling percaya
Sebelum memulai mengkaji pasien waham perawat harus membina hubungan saling
percaya terlebih dahulu agar pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi
dengan perawat. Tindakan yang harus perawat lakukan dalam rangka membina
hubungan saling percaya, yaitu:
Mengucapkan salam terapeutik
Berjabat tangan
Menjelaskan tujuan interaksi
Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien
Membantu orientasi realitas
Tidak mendukung atau membantah waham pasien
Meyakinkan pasien berada dalam keadaan aman
Mengobservasi pengaruh waham pada aktivitas sehari-hari
Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya, dengarkan tanpa memberikan
dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti membicarakannya.
Memberikan pujian jika penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan realitas
Mendiskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga
menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah.
Meningkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional pasien
Mendiskusikan tentang kemampuan positif yang dimiliki
Membantu melakukan kemampuan yang dimiliki
Mendiskusikan tentang obat yang diminum
Melatih minum onat yang benar
SP1 Pasien: Membina hubungan saling percaya; Mengidentifikasi kebutuhan yang tidak
terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan; mempraltikkan pemenuhuan kebutuhan yang tidak
terpenuhi.
Contoh Komunikasi:
Orientasi
”Selamat pagi, perkenalkan nama saya A, saya perawat yang dinas di ruang Melati. Saya
dinas dari jam 7 sampai jam 2 siang nanti, saya akan merawat anda hari ini. Nama anda
siapa, senang dipanggil apa?”
”Boleh kita berbincang-bincang tantang apa yang B rasakan sekarang?”
”Berapa lama B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 30 menit?”
”Di mana enaknya kita berbincang-bincang, B?”
Kerja
”Saya mengerti B merasa bahwa B adalah seorang nabi, tetapi sulit bagi saya untuk
memercayainya karena setahu saya semua nabi sudah tidak ada lagi. Bisa kita lanjutkan
pembicaraan yang tadi putus B?”
”Tampaknya B gelisah sekali, bisa B ceritakan apa yang B rasakan?”
”O... jadi B merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak untuk
mengatur diri B sendiri?”
”Siapa menurut B yang sering mengatur-atur diri B?”
”Jadi, ibu yang terlalu mengatur-atur ya B, juga kakak dan adik B yang lain?”
”Kalu B sendiri, inginnya seperti apa?”
”Bagus, B sudah punya rencana dan jadwal untuk diri sendiri!”
”Coba kita tuliskan rencana dan jadwal tersebut B!”
”Wah bagus sekali! Jadi setiap harinya B ingin ada kegiatan diluar rumah karena bosan selalu
dirumah terus ya?”
Terminasi
”Bagaimana perasaan B setelah berbincang-bincang dengan saya?”
”Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus!”
”Bagaimana kalau jadwal ini coba B lakukan, setuju?”
”Bagaimana kalau saya datang kembali dua jam lagi?”
”Kalu kita bercakap-cakap tantang kemampuan yang pernah B miliki?”
”Mau dimana kita bercakap-cakap?”
”Bagaimana kalau di sini lagi?”
SP2 Pasien: Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu mempraktikkannya
Contoh Komunikasi:
Orientasi
”Selamat pagi B, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus!”
”Apakah B sudah mengingat-ingat apa saja hobi B?”
”Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?”
”Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi B tersebut?”
”Berapa lama B mau kita berbicang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?”
Kerja
”Apa saja hobi B? Saya catat ya B, terus apa lagi?”
”Wah, rupanya B pandai main bola voli ya, tidak semua orang bisa bermain bola voli seperti
itu lho B.”
”Dapatkah B ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main voli, siapa yang dulu
mengajarkannya kepada B, diman?”
”Dapatkah B peragakan kepada saya bagaimana bermain voli yang baik itu?”
”Wah, baik sekali permainannya.”
”Coba kita buat jadwal untuk kemampuan B ini ya, berapa kali sehari/seminggu B mau
bermain bola voli?”
”Apa yang B harapkan dari kemampuan bermain voli ini?”
”Ada tidak hobi B yang lain selain voli?”
Terminasi
”Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap tentang hobi dan kemampuan B?”
”Setelah ini, coba B lakukan latihan voli sesuai dengan jadwal yang telah kita buat ya!”
”Besok kita ketemu lagi ya B? Bagaimana kalau nanti sebelum makan siang? Di kamar
makan saja ya?”
”Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus B minum, setuju?”
SP3 Pasien: Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar.
Contoh Komunikasi:
Orientasi
”Selamat pagi B! Bagaimana B sudah coba latihan volinya? Bagus sekali!”
”Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu, bagaimana kalau sekarang kita membicarakan
tentang obat yang B minum?”
”Dimana kita mau berbicara?”
”Berapa lama B mau kita berbicara? Bagaimana kalau 30 menit?”
Kerja
”B, berapa macam obat yang diminum? Jam berapa saja obat diminum?”
”B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang. Obatnya ada tiga
macam, yang berwarna orange namanya CPZ gunanya untuk menenangkan, yang berwarna
putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang warna merah jambu ini namanya HLP
gunanya agar pikiran tenang. Semua ini diminum 3 kali seahri jam 7 pagi, jam 1 siang, dan
jam 7 malam. Jika nanti setelah minum obat mulut B terasa kering, untuk membantu
mengatasinya B bisa banyak minum dan mengisap-isap es batu. Sebelum minum obat ini, B
mengecek dulu label di kotak obat apakah benar nama B tertulis disitu, berapa dosis atau
butir yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya
sudah benar!”
”Obat-oabt ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus diminum dalam
waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi, sebaiknya B tidak menghentikan sendiri obat
yang harus diminum sebelum membicarakannya dengan dokter.”
Terminasi
”Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap tentang obat yang B minum?”
”Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?”
”Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan B. Jangan lupa minum obatnya dan nanti saat
makan minta sendiri obatnya pada suster.”
”Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya B!”
”B, besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah dilaksanakan.
Bagaimana kalau seperti biasa, jam 10 pagi dan ditempat yang sama? Sampai besok!”
Tindakan Keperawatan pada Keluarga
Tujuan tindakan keperawatan pada keluarga:
Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien
Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi kebutuhan yang dipenuhi oleh
wahamnya
Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien secara optimal
Tindakan Keperawatan
Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga saat merawat pasien dirumah
Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien
Diskusikan dengan keluarga tentang:
Cara merawat pasien waham dirumah
Tindakan tindak lanjut dan pengobatan yang teratur
Lingkungan yang tepat untuk pasien
Obat pasien (nama obat, dosis, frekuensi, efek samping, akibat penghentian obat)
Kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera
Berikan latihan kepada keluarga tentang cara merawat pasien waham
Menyusun rencana pulang pasien bersama keluarga
SP1 Keluarga: Membina hubungan saling percaya dengan keluarga; mengidentifikasi
masalah; menjelaskan proses terjadinya masalah; dan membantu pasien untuk patuh minum
obat.
Contoh Komunikasi:
Orientasi
”Selamat pagi Pak, Bu, perkenalkan nama saya A, saya perawat yang dinas di ruang ini. Saya
yang merawat B selama ini. Nama Bapak dan Ibu siapa, senangya dipanggil apa?”
”Bagaimana kalau kita sekarang kita membicarakan tentan masalah B dan cara merawat B
dirumah?”
”Dimana kita mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau kita diruang wawancara?”
”Berapa lama waktu Bapak dan Ibu?”
”Bagaimana kalau 30 Menit?”
Kerja
”Pak, Bu, apa masalah yang anda rasakan dalam merawat B? Tindakan apa saja yang sudah
dilakukan di rumah?”
”Dalam mengahadapi sikap anak Bapak dan Ibu yang selalu mengaku sebagai nabi, tetapi
nyatanya bukan nabi merupakan salah satu gangguan proses berpikir. Untuk itu, akan saya
jelaskan sikap dan cara menghadapinya. Setiap kali anak Bapak dan Ibu berkata bahwa ia
seorang nabi, Bapak/Ibu dengan mengatakan pertama, ”Bapak/Ibu mengerti B merasa
seorang nabi, tetapi sulit bagi Bapak/Ibu mempercayainya karena setahu Bapak/Ibu semua
nabi sudah meninggal”, kedua, Bapak dan Ibu harus lebih sering memuji B jika ia
melakukan hal-hal yang baik, dan ketiga hala-hala ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh
keluarga yang berinteraksi dengan B. Bapak/Ibu dapat bercakap-cakap dengan B kebutuhan
yang diinginkan B, misalnya dengan mengatakan, ”bapak/Ibu percaya B punya kemampuan
dan keinginan. Coba ceritakan pada Bapak/Ibu! B kan punya kemampuan...(kemampuan
yang pernah dimiliki oleh anak).”
”Keempat, katakan, ”Bagaimana kalau dicoba lagi sekarang?” jika B mau mencoba,
berikan pujian!”
”Pak, Bu, B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang. Obatnya
ada tiga macam, yang berwarna orange namanya CPZ gunanya agar tenang, yang putih ini
namanya THP gunanya supaya rileks, dan yang merah jambu ini namanya HLP gunanya agar
pikirannya tenang semuanya harus diminum secara teratur 3 kali sehari jam 7 pagi, 1 siang,
dan jam 7 malam, jangan dihentikan sebelum berkonsultasi dengan dokter karena dapat
menyebabkan B kambuh kembali.” (Libatkan keluarga saat memberikan penjelasan tentang
obat kepada pasien).
”B sudah mempunyai jadwal minum obat. Jika B minta obat sesuai jamnya, segera beri
pujian!”
Terminasi
”Bagaimana perasaan Bapak dan Ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat B
dirumah?”
”Setelah ini coba Bapak dan Ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi setiap kali
berkunjung ke rumah sakit.”
”Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi Bapak dan Ibu datang kembali ke sini dan kita akan
mencoba melakukan langsung cara merawat B sesuai dengan pembicaraan kita tadi.”
”Jam berapa Bapak dan Ibu bisa kemari? Baik saya tunggu, kita ketemu lagi ditempat ini ya
Pak, Bu.”
SP2 Keluarga: Melatih keluarga cara merawat pasien
Orientasi
”Selamat pagi Pak, Bu, sesuai janji kita dua hari yang lalu kita sekarang bertemu lagi.”
”Bagaimana Pak, Bu, ada pertanyaan tentang cara merawat B yang kita bicarakan dua hari
yang lalu?”
”Sekarang kita akan latihan cara-cara merawat tersebut ya Pak, Bu? Kita akan coba disini
dulu, setelah itu baru kita coba langsung ke B ya?”
”Berapa lama Bapak dan Ibu punya waktu?”
Kerja
”Sekarang anggap saya B yang sedang mengaku sebagai nabi, coba Bapak dan Ibu
praktikkan cara bicara yang benar jika B sedang dalam keadaan yang seperti ini.”
”Bagus, betul begitu caranya!”
”Sekarang coba praktikkan cara memberi pujian pada kemampuan yang dimiliki B. Bagus!”
”Sekarang coba cara memotivasi B minum obat dan melakukan kegiatan positifnya sesuai
jadwal?”
”Bagus sekali, ternyata Bapak dan Ibu sudah mengerti cara merawat B.”
”Bagaimana kalau sekarang kita mencobanya langsung kepada B?”(Ulangi lagi semua cara
diatas langsung kepada pasien)
Terminasi
”Bagaimana perasaan Bapak dan Ibu setelah kita berlatih cara merawat B?”
”Setelah ini, coba Bapak dan Ibu lakukanapa yang sudah dilatih tadi setiap kali Bapak dan
Ibu membesuk B.”
”Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi Bapak dan Ibu datang kembali lagi kesini dan kita
akan mencoba lagi cara merawat B sampai Bapak dan Ibu lancar melakukannya.”
”Pukul berapa Bapak dan Ibu kemari?”
”Baik saya tunggu, kita ketemu lagi ditempat ini ya Pak, Bu.”
SP3 Keluarga: Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
Orientasi
“Selamat pagi Pak, Bu, karena B sudah boleh pulang maka kita bicarakan jadwal B selam
dirumah.”
”Bagaiman Pak, Bu, selama Bapak dan Ibu besuk apakah sudah terus dilatih cara merawat
B?”
”Nah sekarang bagaimana jika kita bicarakan jadwal di rumah? Mari Bapak dan Ibu duduk
disini!”
”Berapa lama Bapak dan Ibu punya waktu? Baik, 30 menit saja sebelum Bapak/Ibu
menyelesaikan administrasi di depan.”
Kerja
”Pak, Bu, ini jadwal B selama di rumah sakit. Coba perhatikan! Apakah kira-kira dapat
dilaksanakan semua dirumah? Jangan lupa memperhatikan B, agar ia tetap menjalankan
dirumah, dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri), B (bantuan), T (tidak melaksanakan).”
”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh anak
Bapak dan Ibu dirumah. Jika, misalnya B mengaku sebagai seorang nabi terus-menerus dan
tidak memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat, atau memperlihatkan perilakju
membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi suster E di Puskesmas Permata
Indah, puskesmas terdekat dari rumah Ibu dan Bapak, ini nomor telepon puskesmasnya
(0321) 456789.”
”Selanjutnya suster E yang akan membantu memantau perkembangan B selama di rumah.”
Terminasi
”Apa yang ingin Bapak/Ibu tanyakan? Bagaimana perasaan Bapak/Ibu? Sudah siap
melanjutkan dirumah?”
”Ini jadwal kegiatan hariannya. Ini rujukan untuk suster E di PKM Permata Indah. Jika ada
apa/apa boleh juga menghubungi kami. Silahkan menyelesaikan administrasi di kantor
depan.”
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
TAK yang dapat dilakukan untuk pasien waham meliputi hal-hal sebagai berikut:
TAK orientasi realitas
Sesi 1: Pengenalan orang
Sesi 2: Pengenalan tempat
Sesi 3: Pengenalan waktu
TAK sosialisasi
Sesi 1: Kemampuan memperkenalkan diri
Sesi 2: Kemampuan berkenalan
Sesi 3: Kemampuan berbicara
Sesi 4: Kemampuan berbicara topik tertentu
Sesi 5: Kemampuan berbicara masalah pribadi
Sesi 6: Kemampuan bekerjasama
Sesi 7: Evaluasi kemampuan sosialisasi
Evaluasi Keperawatan
Selanjutnya, setelah dilakukan tindakan keperawatan, evaluasi dilakukan terhadap
kemampuan pasien waham dan keluarganya. Serta kemampuan perawat dalam merawat
pasien waham.
Dibawah ini merupakan format untuk evaluasi kemampuan pasien waham dan keluarganya
serta kemampuan perawat dalam merawat pasien waham.
Evaluasi Kemampuan Pasien Waham dan Keluarganya
Nama Pasien : ................Ruangan : ................Nama perawat : ................Petunjuk:Berilah tanda cheklist (√) jika pasien mampu melakukan kemampuan di bawah ini.Tuliskan tanggal setiap dilakukan supervisiNo Kemampuan Tanggal
A Pasien
1 Berkomunikasi sesuai dengan kenyataan
2 Menyebutkan cara memenuhi kebutuhan yang
tidak terpenuhi
3 Mempraktikkan cara memenuhi kebutuhan
yang tidak terpenuhi
4 Menyebutkan kemampuan positif yang dimiliki
5 Mempraktikkan kemampuan positif yang
dimiliki
6 Menyebutkan jenis, jadwal, dan waktu minum
obat
7 Melakukan jadwal aktivitas dan minum obat
sehari-hari
B Keluarga
1 Menyebutkan pengertian waham dan proses
terjadinya waham
2 Menyebutkan cara merawat pasien waham
3 Mempraktikkan cara merawat pasien waham
4 Membuat jadwal aktivitas dan minum obat
pasien di rumah (perencanaan pulang)
Evaluasi Kemampuan Perawat dalam Merawat Pasien Waham
Nama Pasien : ................Ruangan : ................Nama perawat : ................PetunjukBerilah tanda cheklist (√) pada tiap kemampuan yang ditampilkanEvaluasi tindakan keperawatan untuk setiap SP yang dilakukan, menggunakan instrumen evaluasi penampilan klinik
perawat MPKPMasukkan nilai tiap Evaluasi Penampilan Klinik Perawat MPKP ke dalam baris nilai SP.No Kemampuan Tanggal
A Pasien
SP1 Pasien
1 Membantu orientasi realita
2 Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
3 Membantu pasien memenuhi kebutuhannya
Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
Nilai SP1 Pasien
SP2 Pasien
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Berdiskusi tentang kemampuan yang dimiliki
3 Melatih kemampuan yang dimiliki
Nilai SP2 Pasien
SP3 Pasien
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Memberikan pendidikan kesehatan tentang
penggunaan obat secara teratur
3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
Nilai SP3 Pasien
B Keluarga
SP1 Keluarga
1 Mendiskusikan masalah yang dirasakan
keluarga dalam merawat pasien
2 Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala
waham, dan jenis waham yang dialami pasien
beserta proses terjadinya
No. Kemampuan Tanggal
3 Menjelaskan cara-cara merawat pasien waham
Nilai SP1 Keluarga
SP2 Keluarga
1 Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat
pasien waham
2 Melatih keluarga melakukan cara merawat
langsung pada pasien waham
Nilai SP2 Keluarga
SP3 Keluarga
1 Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas
di rumah termasuk minum obat (perencanaan
pulang)
2 Menjelaskan tindak lanjut pasien setelah pulang
Nilai SP3 Keluarga
Total nilai: SP Pasien + SP Keluarga
Rata-rata
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terus-menerus, tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan. (Budi Anna Keliat, 2006: 147). Hal ini disebabkan karena stres
berat dan berkepanjangan akibat kehilangan sesuatu yang dianggap sangat berharga bagi
pasien.
Hal pokok dalam merawat pasien dengan waham yaitu membina hubungan saling percaya
antara perawat dan pasien. Hal ini dimaksudkan agar pasien merasa aman dan nyaman saat
berkomunikasi dengan perawat. Tidak kalah pentingnya yaitu pemberian reward kepada
pasien setelah melakukan kemampuan positifnya. Pemberian reward ini dimaksudkan untuk
memacu pasien dalam melaksanakan aktivitasnya kembali dan membuat pasien merasa
dihargai oleh orang lain.
Saran
Dalam melaksanakan dokumentasi keperawatan pada pasien waham ini kita harus benar-
benar mampu dan menguasai kondisi pasien. oleh karena itu perawat harus bisa memotivasi
dirinya sendiri maupun pasien untuk sembuh. Yang harus diperhatikan juga yaitu berikan
reward sesuai dengan kemampuan pasien, jangan terlalu berlebihan karena hal itu akan
berefek negatif pada psikis pasien. Makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu saran
dan kritik yang membangun sangat diperlukan dalam pembuatan makalah selanjutnya
(revisi).
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, BA dan Akemat. 2006. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC
Stuart, Gail Wiscarzt. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. 2002. Jakarta: EGC.
Tomb, David A. Buku Saku Psikiatri Edisi 6. 2003. Jakarta: EGC.
NN. 29 Oktober 2007. Waham. http//www.Id.wikipedia.org/wiki/waham.