Status Psikiatri
-
Upload
fauzun-nadiya -
Category
Documents
-
view
67 -
download
1
Transcript of Status Psikiatri
STATUS PSIKIATRI
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. OD
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 13 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SLTP (sampai sekarang)
Pekerjaan : Pelajar
Bangsa/suku : Indonesia/Jawa
Alamat : Bambang Lipuro
Tanggal kontrol rumah sakit : 24 September 2012
2. ALLOANAMNESIS
Diperoleh dari 1 2
Nama Ny. S Tn. S
Umur 50 tahun 51 tahun
Jenis kelamin Perempuan Laki-laki
Alamat Bambang Lipuro Bambang Lipuro
Pekerjaan Buruh Tani Buruh Tani
Pendidikan SD SLTP
Hubungan Ibu Kandung Ayah Kandung
Lama Kenal Dari lahir sampai sekarang Dari lahir sampai sekarang
Sifat Perkenalan Dekat Dekat
Tempat Wawancara Rumah pasien Rumah pasien
a. Sebab Dibawa ke Rumah Sakit (Keluhan Utama)
Pasien datang ke rumah sakit dibawa oleh kedua orang tuanya, dikarenakan
Tidak mau bicara dan tidak mau sekolah.
1
b. Riwayat Perjalanan Penyakit (Riwayat Penyakit Sekarang)
Autoanamnesis
Awal mulanya pasien tampak ketakutan dan tidak mau berbicara sama sekali saat
diwawancara, akan tetapi selang beberapa saat, ketika disinggung mengenai teman-
teman sekolahnya, OS tiba-tiba menangis dan berbicara alasan mengapa OS tidak
mau bersekolah, yaitu karena OS merasa hampir semua teman-teman sekelasnya
memojokkan dia, dan tidak mau mengajaknya bermain.
Menurut penuturan OS, kejadian ini bermula pada saat dia tidak membawa buku
panduan pelajaran Bahasa Indonesia. Sehingga guru nya menyuruh OS keluar kelas
dan tidak boleh mengikuti jam pelajaran bahasa Indonesia. Kemudian teman-teman
sekelasnya menertawakannya. Sehingga OS merasa malu.
Dan keesokan harinya OS mengaku teman-temannya menjauhinya dan tidak
mengajaknya bermain atau jajan bareng di sekolah.
Sejak saat itu OS mulai menangis dan murung, hingga akhirnya tidak mau masuk
sekolah.
Ketika ditanya OS menyangkal adanya bisikan-bisikan atau melihat sesuatu yang
tidak dapat dilihat orang lain.
Alloanamnesis 1 & 2
Menurut penuturan narasumber (ibu OS), OS sudah mulai mengalami
perubahan tingkah laku sejak November 2011 ( OS kelas 6 SD). Tiba-tiba OS tidak
mau bicara selama 2 hari dan tidak mau masuk sekolah. OS sering menangis , sedih,
murung, sulit untuk memulai tidur, dan tidak mau bermain dengan teman-temannya.
OS juga tidak mau makan, dan tidak mau melakukan aktifitas sehari-hari, seperti
mandi dan merawat diri.
Kemudian OS dibawa orang tuanya ke poli kejiwaan, kemudian diketahui penyebab
semua itu adalah karena OS merasa teman-teman sekolahnya memusuhinya dan tidak
mau bermain dengannya. 3 hari setelah dari poli Jiwa, OS sudah mulai masuk sekolah
lagi dan beraktifitas seperti biasa (kembali normal). Kegiatan sekolah tidak terganggu
sampai akhirnya OS lulus SD.
2
Pada bulan Juli 2012, OS melanjutkan sekolah di tingkat SLTP. Awal
mulanya OS ingin masuk program bilingual, sebenarnya orang tua OS merasa agak
keberatan mengenai biaya, akan tetapi melihat keinginan OS yang kukuh, akhirnya
orang tua menyetujuinya. Beberapa hari di kelas bilingual, OS pernah bercerita pada
ibunya kalau dia merasa minder karena teman-temannya kebanyakan berasal dari
keluarga yang berada, dan tidak sedikit dari mereka yang menurut penilaian OS
adalah anak-anak yang pintar, sehingga OS merasa khawatir kalah bersaing dengan
teman-temannya dalam hal pelajaran. Hingga OS sempat tidak mau sekolah selama 1
hari. Sejak saat itu OS mulai nampak kurang ceria dan tidak bersemangat dalam
menjalani hari-harinya, terutama untuk bersekolah. OS juga sulit tidur, sulit
berkonsentrasi dalam belajar, nafsu makan berkurang dan cenderung menarik diri dari
lingkungan sekitar. Kemudian OS dibawa lagi ke poli jiwa, setelah itu keadaan OS
mulai membaik dan mau bersekolah lagi setelah pindah ke program kelas regular.
Pada tanggal 17 September 2012, OS datang ke Poli Jiwa lagi, dengan orang
tuanya dengan keluhan yang sama, yaitu OS tidak mau sekolah (5 hari sebelum priksa
atau mulai tanggal 13 september). Ibu OS menuturkan , selama “sakit”, OS tidak mau
makan, bahkan untuk mandi OS harus di angkat oleh bapaknya ke kamar mandi dan
dimandikan, (ADL) nya semua bergantung pada orang tuanya. Orang tua OS tidak
pernah mendengar OS berbicara sendiri, atau mendengar pengakuan OS mengenai
kemungkinan-kemungkinan adanya ide untuk mengakhiri hidup. OS tidak pernah
mengamuk atau marah-marah. Pada saat itu orang tua OS belum tau penyebab dari
kejadian ini, dikarenakan OS tidak mau berbicara. Pada saat tidak masuk sekolah,
guru dan teman-teman sekelas OS juga menjenguk ke rumah, akan tetapi OS seperti
ketakutan tidak mau menemui mereka, dan memilih bersembunyi di kamar.
Pada tanggal 24 September 2012, OS dibawa ke poli jiwa lagi untuk control,
karena masih belum mau sekolah. Dan menurut pengakuan ibu OS, OS tidak mau
meminum obat. OS juga masih ketakutan dan bingung, nafsu makan ↓ dan masih
cenderung tidak mau bicara. 3 hari setelah periksa ke poli kejiwaan, akhirnya OS
sudah mulai mau bersekolah lagi dan mengikuti kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler di
sekolah, walaupun untuk berangkat dan pulang sekolah OS di antar jemput oleh
3
bapaknya, yang mana sebelum sakit OS berangkat bersama salah satu teman
sekolahnya menggunakan sepeda onthel.
Anamnesis Sistem (Keluhan Fisik dan Dampak terhadap Fungsi Sosial dan
Kemandirian)
Sistem Saraf : nyeri kepala (-), demam (-), tremor (-)
Sistem Kardiovaskular : nyeri dada (-), edema kaki (-)
Sistem Respirasi : sesak nafas (-), batuk (-), pilek (-)
Sistem Digestiva : BAB normal, mual (-), muntah (-), diare (-), sulit
makan (+), Sakit perut (-)
Sistem Urogenital : BAK normal
Sistem Integumentum : warna biru pada kuku (-), gatal pada kulit (-), biru-
biru (-)
Sistem Muskuloskeletal : edema (-), nyeri sendi (-), bengkak sendi (-), nyeri
otot (-), kelemahan otot (-).
Secara organik, tidak terdapat kelainan apapun. Akan tetapi terdapat hambatan
yang mengganggu dalam fungsi sosial dan kemandirian yang disebabkan oleh gangguan
dari aspek kejiwaan. Secara social, OS menjadi menarik diri dari lingkungan sekitar
(tidak mau keluar rumah dan sekolah), bahkan selalu ketakutan ketika melihat orang
lain selain keluarganya. OS juga tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari, seperti
mandi, makan dan rawat diri, sehingga harus ada paksaan dan perintah dari kedua orang
tuanya.
Sebelum sakit, menurut narasumber alloanamnesis, OS tidak pernah
mengkonsumsi obat-obatan atau sejenis NAPZA, dan OS juga tidak pernah minum-
minuman keras ataupun merokok.
c. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit dan Riwayat Penyakit Dahulu
1. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit
- Faktor Organik
4
Panas, kejang, dan trauma fisik sebelum mengalami gangguan di sangkal oleh
OS.
- Faktor Psikososial (Stressor Psikososial)
Menurut ibu OS, OS adalah seorang pribadi yang sangat perfectionis, terutama
dalam hal pendidikan, OS merasa dia harus selalu menjadi yang terdepan. Dan
harus selalu sempurna dalam mengerjakan sesuatu. OS juga cenderung anak
yang pemalu tapi juga keras kepala.
- Faktor Predisposisi
Penyakit herediter disangkal oleh narasumber.
- Faktor Presipitasi
Dari penuturan narasumber alloanamnesis, narasumber merasa pasien mengalami
perubahan dimulai ketika awal memasuki sekolah baru di tingkat SLTP
( program bilingual ), kemudian merasa minder dengan teman-temannya dari
segi social ekonomi dan kemampuan dalam hal pelajaran.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat Penyakit Serupa Sebelumnya, yaitu November tahun 2011 dan Juli tahun
2012, dengan keluhan tidak mau bicara dan tidak mau sekolah.
- Riwayat Sakit Berat/Opname (-).
Grafik Perjalanan Penyakit
Gejala Klinis
Mental Health Line/Time
2010 2011 nov 2012 juli agust sept
Fungsi Peran
5
d. Riwayat Keluarga
Pola Asuh Keluarga
Dalam keluarga pasien, memiliki pola asuh yang lebh cenderung bersifat demokratif.
Hal ini didapat berdasarkan dari alloanamnesis bahwasannya pada saat OS
menginginkan sekolah pada program bilingual, walaupun orang tua sebenarnya agak
keberatan mengenai biaya, akan tetapi sebisa mungkin berusaha memenuhi keinginan
OS dan mendukungnya. Walaupun akhirnya OS meminta untuk mundur karena
merasa minder, dan orang tua OS pun tidak memaksa untuk tetap melanjutkan di
program bilingual.
Riwayat Penyakit Keluarga
Dari hasil alloanamnesis dengan ibu kandung pasien, beliau mengatakan keluarga
tidak ada yang memiliki kelainan serupa dengan pasien
6
Silsilah Keluarga
e. Riwayat Pribadi
Riwayat Kelahiran
Dari alloanamnesis pada ibu kandung pasien, pasien lahir secara SC a/i partus lama,
dengan BBL 3.200 kg, langsung menangis dan 7 hari di rawat di ruang perinatal oleh
karena asfiksia sedang, riwayat imunisasi lengkap.
Latar Belakang Perkembangan Mental
Menurut pengakuan ibu kandung pasien, perkembangan mental pasien sejak kecil
sama dengan teman-teman sebayanya yang berada di sekitar tempat tinggal mereka.
Perkembangan Awal
Tumbuh kembang seperti anak-anak pada umumnya.
Riwayat Pendidikan
SD : lulus dengan baik
7
70 68 65 75
57 55
50
47
51
59 57 48 44
23 13
SMP : saat ini
Sikap dan Kegiatan Moral Spiritual
Agama Islam
Solat 5 waktu masih belum penuh.
Kecenderungan ke arah fanatisme agama disangkal.
Hubungan Sosial
Menurut penjelasan dari ibu kandung pasien, sebelum sakit pasien memang
cenderung pemalu dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk beradaptasi
dengan lingkungan baru, setelah sakit OS lebih terlihat menarik diri dari lingkungan,
dan cenderung merasa takut dengan orang-orang yang baru dikenalnya.
Akan tetapi menurut pengakuan OS, OS memiliki beberapa teman dekat
perempuan dan sering berkunjung ke rumah OS atau mengerjakan tugas dan belajar
bersama.
Riwayat Perkawinan :
Pasien belum pernah menikah.
Riwayat Perkembangan Psikoseksual
Menurut alloanamnis ibu kandung pasien, OS baru saja mendapatkan menstruasi
pertamanya 3 bulan yang lalu. OS belum pernah mempunyai pacar, atau teman dekat
laki-laki yang berkunjung ke rumah ataupun yang mengajak OS pergi ke luar. Yang
dia tau OS lebih banyak berteman dengan perempuan. Akan tetapi OS sudah mulai
mempunyai ketertarikan terhadap lawan jenisnya, misalnya OS mulai menanggapi
SMS yang masuk dari lawan jenis yang sekedar mengajak kenalan lebih dekat.
Situasi Kehidupan Sekarang
OS sekarang tinggal serumah bersama ibu kandung dan ayah kandung. Sedangkan
kakak OS sudah bekerja di luar kota. Kondisi OS sudah cukup baik, dapat mengikuti
pelajaran dengan baik, dan berusaha mengejar pelajaran-pelajaran yang
ditinggalkannya selama dia tidak masuk sekolah. OS juga sudah mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler di sekolah. Untuk ADL juga sudah baik.
Status Sosial Ekonomi :
Keluarga OS adalah keluarga yang kurang mampu, dilihat dari pekerjaan orang tua
OS sebagai dua-duanya adalah buruh tani dengan penghasilan yang didapat adalah
8
pada saat panen yaitu ± 2-3 bulan sekali Rp 600.000,- sampai Rp 800.000,- .
walaupun sekarang tiap bulan mendapat tambahan dari kakak OS yang telah bekerja,
± Rp 300.000,- sampai Rp 500.000,- per bulan. Terlihat juga bangunan rumah pasca
gempa jogja tahun 2006 silam, yang belum jadi dan perabotan seadanya.
Riwayat Khusus
Pengalaman militer (-)
Urusan dengan polisi (-)
Tingkat Kepercayaan Alloanamnesis
Alloanamnesis 1 dan 2 : dapat dipercaya
Kesimpulan Alloanamnesis
Mulai bulan November tahun 2011, OS mulai mengalami perubahan sikap yaitu tidak
mau bicara, menangis, murung, tidak mau main sama teman, nafsu makan menurun dan
akhirnya tidak mau sekolah, kemudian dipriksakan ke poli jiwa, setelah itu membaik
seperti sedia kala. Akan tetapi OS mengalami gejala yang sama pada bulan juli 2012 dan
terakhir bulan September 2012, dimana OS mengalami gejala yang yang muncul lebih
berat dari sebelumnya, yaitu tidak mau sekolah selama 2 minggu, tidak mau bicara, sulit
tidur, ketakutan.
Keluarga pasien berasa dari keluarga social ekonomi menengah kebawah, walaupun
demikian keluarga sangat perhatian akan kesehatan dan keadaan OS.
3. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Present
i. Status Internus
Tanggal Pemeriksaan : 26 September 2012
Keadaan Umum : Compos Mentis (tidak tampak sakit jiwa).
Bentuk Badan : tidak ditemukan kelainan.
Berat Badan : tidak dilakukan pengukuran
Tinggi Badan : tidak dilakukan pengukuran
Tanda Vital
- Tekanan Darah : 110/70 mmHg.
- Nadi : 92 x/menit.
9
- Respirasi : 24 x/menit.
- Suhu : afebris
Kepala :
- Inspeksi wajah : tidak ditemukan adanya kelainan
- Mata : conjunctiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Leher :
- Inspeksi : leher tampak bersih dan tidak Nampak benjolan
JVP : tidak dilakukan pemeriksaan
Thorax
- Sistem Kardiovaskuler : S1 S2 reguler,
- Sistem Respirasi : wheezing (-), RBK (-), vesikuler (+)
Abdomen
Sistem Gastrointestinal : bising usus (+), NT (-)
Sistem Urogenital : tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas
- Sistem Muskuloskeletal : tidak ditemukan kelainan
Sistem Integumentum : tidak ditemukan kelainan
Kelainan Khusus: (-)
Kesan Status Internus : dalam batas normal,
meskipun ada beberapa pemeriksaan yang tidak
dilakukan karena tidak tersedianya tempat.
ii. Status Neurologis
Kepala dan Leher : Dalam batas normal
Tanda Meningeal : (-)
Nervi Kranialis : tidak dilakukan.
Kekuatan Motorik : dalam batas normal
Sensibilitas : dalam batas normal
Fungsi Saraf Vegetatif : dalam batas normal.
Refleks Fisiologis : tidak dilakukan
Refleks Patologis : Hoffman-Trommner (-)
10
Gerakan Abnormal : (-)
Gangguan Keseimbangan dan Koordinasi Gerakan: (-)
Kesan Status Neurologis : pemeriksaan yang dilakukan dalam batas normal.
B. Status Psikiatri
Tanggal Pemeriksaan : 26 September 2012
1. Kesan Umum
Seorang anak perempuan, sesuai umur, tampak depresi, murung dan ketakutan, rawat
diri berkurang.
2. Pembicaraan
Kuantitas :mutisme OS lebih memilih untuk diam dan sulit berbicara.
Kecepatan Produksi : mutisme
Kualitas : inkoheren (-) waktu bercerita pembicaraannya dapat di pahami
Irrelevant (-) walaupun sedikit, pembicaraannya nyambung, jawaban
sesuai dengan pertanyaan.
Flight of ideas (-)
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Hipoaktif (+), katatonia (-),
4. Mood dan Afek
Mood : disforik OS tampak sedih dan menangis saat bercerita
Afek : appropiate saat OS menceritakan bahwa dia dipojokkan teman-temannya,
OS menangis.
5. Berpikir
- Bentuk Pikir : sulit dinilai
- Isi pikir : sulit dinilai
- Progresi pikir : mutisme, asosiasi longgar (-), inkoheren (-), flight of
idea(-).
6. Persepsi
Halusinasi :
11
Halusinasi auditorik (-)
Halusinasi visual (-)
Halusinasi taktil (-) .
Ilusi (-)
7. Sensori dan Fungsi Intelektual
- Kesadaran Compos Mentis, GCS = E4V5M6
- Orientasi & Memori
Orientasi : Orang : baik OS dapat mengenal orang dengan baik
Waktu : baik OS dapat membedakan waktu pagi, siang, sore
dan malam
Tempat : baik OS mengetahui dimana sekarang ia berada.
Situasi : baik OS dapat membedakan suasana di rumah sakit
dan tempat lain.
Memori jangka pendek, jangka panjang dan segera : baik
- Konsentrasi & Perhatian Sukar ditarik sukar dicantum
- Pemikiran abstrak Tidak terdapat gangguan
- Informasi dan intelegensi Tidak terdapat gangguan
8. Insight derajad 2 (Agak sadar bahwa dirinya sakit & butuh bantuan, tapi saat yg
sama juga menyangkal)
9. Gejala dan Tanda Lain yang Didapatkan
Perasaan depresi
Hilang minat dan kesenangan
Konsentrasi dan perhatian berkurang
Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
Pesimis
Tidur terganggu
Nafsu makan terganggu
10. IQ
Tidak dilakukan tes.
12
C. RANGKUMAN DATA YANG DIDAPATKAN PADA PENDERITA
Seorang anak perempuan usia 13 tahun, tampak diam, tidak mau bicara, rawat diri
kurang, pasien seperti orang ketakutan. pendidikan saat ini SMP kelas 1. Beberapa kali
setiap ada masalah di sekolah, OS tidak mau sekolah.
Riwayat kehidupan pribadi, menurut orang tua nya pasien dikenal sebagai anak yang
pemalu, akan tetapi setiap kali mempunyai keinginan, harus segera terpenuhi. Selama
bersekolah di SD, nilai pasien selalu di atas rata-rata kelas dan sering diikutsertakan
dalam lomba-lomba mata pelajaran mewakili sekolahnya. Pasien dikenal sebagai pribadi
yang cenderung diam dan pemalu.
Hasil pemeriksaaan status psikiatri didapatkan: seorang anak perempuan, sesuai
umur, rawat diri kurang. Kesadaran kualitatif berubah. Pasien tampak takut, kurang
kooperatif selama wawancara jarang mau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan (Mutisme). Mood disforik, afek appropiatte, kesesuaian: sesuai. Bentuk pikiran
normal, isi pikiran sangat sulit untuk dinilai, akan tetapi sekilas dari pernyataan OS dan
hasil konfirmasi dari alloanamnesis OS merasa minder dan rendah diri terhadap teman-
teman sekelas OS yang berasal dari keluarga berada, arus assosisi baik. Tidak didapatkan
halusinasi pendengaran, sentuhan dan penglihatan. Kesadaran baik dan kognitif baik,
pengendalian impuls tidak terganggu, daya nilai sosial tidak terganggu dan uji daya nilai
baik, penilaian realita tidak terganggu. Tilikan derajat 2.
D. FORMULASI DIAGNOSTIK
Pada pasien ditemukan adanya pola perilaku atau psikologis yang secara klinis bermakna
dan khas berkaitan dengan suatu gejala yang menimbulkan penderitaan dan hendaya
dalam berbagai fungsi sosial dan pribadi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahawa
pasien menderita suatu gangguan jiwa.
Pada kasus ini pasien tidak menderita gangguan mental organik karena tidak ada faktor
predisposisi ke arah itu dan tidak pernah ada riwayat penggunaan NAPZA.
Berdasarkan riwayat psikiatri penderita, ditemukan adanya pola perilaku yang patologis
yaitu murung, sedih, sering menangis, tidak dapat tidur malam hari, nafsu makan
menurun, suka melamun sendiri dan tqmpak ketakutan melihat orang yang baru dikenal.
Pasien juga merasa tidak bersemangat dalam menjalani aktvitas sehari-hari seperti biasa
13
sampai tidak mau sekolah berhari-hari. Hal ini terjadi mulai November 2011, kemudian
berulang pada bulan juli 2012 dan September 2012.
Maka dari penemuan di atas, sesuai kriteria diagnosis berdasarkan PPDGJ III maka
masalah pasien dipikirkan F33.2 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat
Tanpa Gejala Psikotik.
Untuk saat ini jika dilihat dari riwayat pramorbid pasien sampai sekarang dapat
disimpulkan pasien tidak memiliki gangguan kepribadian, karena tidak memenuhi
kriteria atau ciri khas dari gangguan kepribadian dalam pedoman diagnostik menurut
PPDGJ III. Tidak ada penyakit fisik yang dialami pasien. Untuk penegakan diagnosis
aksis IV yaitu faktor psikososial ditemukan adanya masalah dengan teman-teman
sekolahnya.
Dalam hubungan dengan hendaya yang dialami oleh pasien, pasien menghadapi hendaya
yang sedang dalam fungsi psikologi dan sosial dan kemungkinan menetap. Maka dapat
disimpulkan skor GAF pasien adalah 40-31, yaitu beberapa disabilitas dalam hubungan
dengan realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi.
E. SINDROM-SINDROM
Sindrom depresi: tingkah laku hipoaktif, sulit tidur, tidak ada nafsu makan, mutisme, afek
disforik.
F. DIAGNOSIS BANDING
Depresi berat tanpa ciri psikotik
G. DIAGNOSIS MULTIAXIAL
Axis I : F33.2 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat Tanpa
Gejala Psikotik.
Axis II : Z 03.2 (tidak ada diagnosis)
Axis III : -
Axis IV : Masalah Psikososial
Axis V : Skor GAF pasien adalah 40-31, yaitu beberapa disabilitas dalam
hubungan dengan realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam
beberapa fungsi.
14
H. PENATALAKSANAAN
1. Farmakologi
- Amitriptilin 2 x 1/2 tab
2. Non farmakologi
a. Psikoterapi suportif
Memberikan dorongan, semangat dan motivasi agar pasien tidak merasa depresi
dalam menghadapi hidup ini.
b. Psikoterapi keluarga
Memberikan edukasi kepada keluarga pasien perihal kondisi pasien agar keluarga
pasien dapat membantu menciptakan suasana keluarga yang teraupetik.
c. Psikososial
Diharapkan pasien mampu kembali beradaptasi dengan lingkungan sosial
sekitarnya sehingga tidak membuat keluarga merasa tidak nyaman akan kehadiran
pasien. Pasien diupayakan untuk dapat lebih banyak beraktivitas dan berinteraksi
dengan lingkungan keluarga dan sekitar rumah.
15
I. PROGNOSIS
FA
KT
OR
PR
EM
OR
BID
Indikator Pada Pasien Prognosis
1. Faktor kepribadian
2. Faktor genetik
3. Pola asuh
4. Faktor organik
5. Dukungan keluarga
6. Sosioekonomi
7. Faktor pencetus
8. Status perkawinan
9. Kegiatan spiritual
pemalu
Tidak ada
Perhatian cukup
tidak ada
Ada
Menengah kebawah
Ada
BelumMenikah
Cukup
Kurang baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Kurang baik
Kurang baik
Baik
Cukup Baik
FA
KT
OR
MO
RB
ID
10. Onset usia
11. Perjalanan penyakit
12. Jenis penyakit
13. Respon terhadap
terapi
14. Riwayat disiplin
minum obat
15. Riwayat disiplin
kontrol
16. Riwayat peningkatan
gejala
17. Beraktivitas
Remaja awal
Kronik
Non Psikotik
Baik
Baik
Baik
Ada
Menurun
Kurang Baik
Jelek
Baik
Baik
Baik
Baik
Kurang Baik
Jelek
Kesimpulan prognosis: Dubia ad bonam
J. RENCANA FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya serta efektivitas obat,
dan kemungkinan munculnya efek samping dari terapi yang diberikan.
16
Pada saat dilakukan follow up pada tanggal1 Oktober 2012, perkembangan pasien sudah
sangat jauh lebih baik, OS sudah bersekolah mulai tanggal 29 September, walaupun
belum berani untuk berangkat sendiri, dan harus diantar jemput oleh ayah nya. OS juga
sudah mau mengikuti kegiatan ekstrakulikuler lagi. OS mengaku teman-temannya sudah
sangat baik terhadapnya, dan OS berusaha unuk tidak minder dan berusaha mengejar
pelajaran-pelajaran yang tertinggal.
Menurut penuturan ibu OS, OS sudah tidak sedih dan murung lagi, ADL (+), belajar
seperti biasa sudah mampu.
K. PEMBAHASAN
Pedoman Diagnostik PPDGJ-lll
1. Episode Depresif
Pada semua tiga variasi dari episode depresif khas yang tercantum di bawah ini:
ringan, sedang dan berat, individu biasanya menderita suasana perasaan (mood) yang
depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energy yang menuju
meningkatnya keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktivitas. Biasanya ada rasa
lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja. Gejala lazim lainnya adalah (Depkes RI,
1993):
a. Konsentrasi dan perhatian berkurang
b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
c. Gagasan tentang perasaan bersalah dan tidak berguna (bahkan pada episode tipe
ringan sekalipun)
d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
e. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
f. Tidur terganggu
g. Nafsu makan berkurang
Suasana perasaan (mood) yang menurun itu berubah sedikit dari hari ke hari,
dan sering kali tak terpengaruh oleh keadaan sekitarnya, namun dapat
memperlihatkan variasi diurnal yang khas seiring berlalunya waktu. Sebagaimana
pada episode manik, gambaran klinisnya juga menunjukkan variasi individual yang
mencolok, dan gambaran tak khas adalah lumrah, terutama di masa remaja. Pada
17
beberapa kasus, anxietas, kegelisahan dan agitasi motorik mungkin pada waktu-waktu
tertentu lebih menonjol daripada depresinya, dan perubahan suasana perasaan (mood)
mungkin juga terselubung oleh cirri tambahan seperti iritabilitas, minum alkohol
berlebih, perilaku histrionik, dan eksaserbasi gejala fobik atau obsesif yang sudah ada
sebelumnya, atau oleh preokupasi hipokondrik. Untuk episode depresif dari ketiga-
tiganya tingkat keparahan, biasanya diperlukan masa sekurang-kurangnya 2 minggu
untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika
gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat (Depkes RI, 1993).
Beberapa di antara gejala tersebut di atas mungkin mencolok dan
memperkembangkan cirri khas yang dipandang secara luas mempunyai makna klinis
khusus. Contoh paling khas dari gejala somatik ialah kehilangan minat atau
kesenangan pada kegiatan yang biasanya dapat dinikmati, tiadanya reaksi emosional
terhadap lingkungan atau peristiwa yang biasanya menyenangkan, bangun pagi lebih
awal 2 jam atau lebih daripada biasanya, depresi yang lebih parah pada pagi hari,
bukti objektif dari retardasi atau agitasi psikomotor yang nyata (disebutkan atau
dilaporkan oleh orang lain), kehilangan nafsu makan secara mencolok, penurunan
berat badan (sering ditentukan sebagai 5% atau lebih dari berat badan bulan terakhir),
kehilangan libido secara mencolok. Biasanya, sindrom somatik ini hanya dianggap
pada apabila sekitar empat dari gejala itu pasti dijumpai (Depkes RI, 1993).
F32.0 Episode depresif ringan
Suasana perasaan mood yang depresif, kehilangan minat dan kesenangan,
dan mudah menjadi lelah biasanya dipandang sebagai gejala depresi yang paling
khas; sekurang-kurangnya dua dari ini, ditambah sekurang-kurangnya dua gejala
lazim di atas harus ada untuk menegakkan diagnosis pasti. Tidak boleh ada gejala
yang berat di antaranya. Lamanya seluruh episode berlansung ialah sekurang-
kurangnya sekitar 2 minggu (Depkes RI, 1993).
Individu yang mengalami episode depresif ringan biasanya resah tentang
gejalanya dan agak sukar baginya untuk meneruskan pekerjaan biasa dan kegiatan
social, namun mungkin ia tidak akan berhenti berfungsi sama sekali (Depkes RI,
1993).
18
F32.1 Episode depresif sedang
Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala yang paling khas yang
ditentukan untuk episode depresif ringan, ditambah sekurang-kurangnya tiga (dan
sebaiknya empat) gejala lainnya. Beberapa gejala mungkin tampil amat menyolok,
namun ini tidak esensial apabila secara keseluruhan ada cukup banyak variasi
gejalanya. Lamanya seluruh episode berlangsung minimal sekitar 2 minggu (Depkes
RI, 1993).
Individu dengan episode depresif taraf; sedang biasanya menghadapi
kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah
tangga (Depkes RI, 1993).
F32.2 Episode depresif berat tanpa gejala psikotik
Pada episode depresif berat, penderita biasanya menunjukkan ketegangan
atau kegelisahan yang amat nyata, kecuali apabila retardasi merupakan ciri
terkemuka. Kehilangan harga diri dan perasaan dirinya tak berguna mungkin
mencolok, dan bunuh diri merupakan bahaya nyata terutama pada beberapa kasus
berat. Anggapan di sini ialah bahwa sindrom somatik hampir selalu ada pada episode
dpresif berat.
Semua tiga gejala khas yang ditentukan untuk episode depresif ringan dan
sedang harus ada, ditambah sekurang-kurangnya empat gejala lainnya, dan beberapa
diantaranya harus berintensitas berat. Namun, apabila gejala penting (misalnya
agitasi atau retardasi) menyolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu
utnuk melaporkan banyak gejalanya secara terinci. Dalam hal demikian, penentuan
menyeluruh dalam subkategori episode berat masih dapat dibenarkan. Episode
depresif biasanya seharusnya berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan tetapi
jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka mungkin dibenarkan untuk
menegakkan diagnosis dalam waktu kurang dari 2 minggu.
Selama episode depresif berat, sangat tidak mungkin penderita akan
mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali
pada taraf yang sangat terbatas.
19
Kategori ini hendaknya digunakan hanya untuk episode depresif berat
tunggal tanpa gejala psikotik; untuk episode selanjutnya, harus digunakan
subkategori dari gangguan depresif berulang.
F32.3 Episode depresif berat dengan gejala psikotik
Episode depresif berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2 terssebut di
atas, disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Wahamnya biasanya melibatkan
ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan pasien dapat
merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfaktorik biasanya
berupa suara yang menghina atau menuduh atau bau kotoran atau daging membusuk.
Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor. Jika diperlukan, waham
atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak serasi dengan suasana
perasaan (mood).
Diagnosis banding. Stupor depresif perlu dibedakan dari skizofrenia
katatonik, stupor disosiatif, dan bentuk stupor organik lainnya. Kategori ini
hendaknya hanya digunakan untuk episode depresif berat tunggal dengan gejala
psikotik; untuk episode selanjutnya harus digunakan subkategori gangguan depresif
berulang.
F33 Gangguan Depresif Berulang
Gangguan ini tersifat dengan episode berulang dari depresi sebagaimana
dijabarkan dalam episode depresif ringan, sedang, atau berat, tanpa riwayat adanya
episode tersendiri dari peninggian suasana perasaan dan hiperaktivitas yang
memenuhi kriteria mania dan hiperaktivitas ringan yang memenuhi kriteria
hipomania segera sesudah suatu episode depresif (kadang-kadang tampaknya
dicetuskan oleh tindakan pengobatan depresi). Usia dari onset, keparahan, lamanya
berlangsung, dan frekuensi episode dari depresi, semuany sangat bervariasi.
Umumnya episode pertama terjadi pada usia lebih tua dibanding dengangangguan
bipolar, dengan usia onset rata-rata lima puluhan. Episode masing-masing juga
lamanya antara 3 dan 12 bulan (rata-rata lamanya sekitar 6 bulan) akan tetapi
frekuensinya lebih jarang. Pemulihan keadaaan biasanya sempurna di antara episode,
20
namun sebagian kecil pasien mungkin mendapat depresi yang akhirnya menetap,
terutama pada usia lanjut (untuk keadaan ini, kategori ini harus tetap digunakan).
Episode masing-masing dalam berbagai tingkat keparahan, seringkali dicetuskan
oleh peristiwa kehidupan yang penuh sters; dalam berbagai budaya, baik episode
tersendiri maupun depresi menetap dua kali lebih banyak pada wanita daripada pria.
Bagaimanapun seringnya seseorang pasien gangguan depresif berulang
mengalami episode depresif sebagai penderitaan, tidak mustahil baginya akan
mengalami episode manik. Jika ternyata terjadi episode manik, maka diagnosisnya
harus diubahmenjadi gangguan afektif bipolar.
Gangguan ini tersifat dengan episode berulang dari :
– episode depresif ringan (F32.0),
– episode depresif sedang (F32.1),
– episode depresif berat (F32.2 dan F32.3).
Episode masing-masing rata-rata lamanya sekitar 6 bulan, akan tetapi
frekuensinya lebih jarang dibandingkan dengan gangguan afektif bipolar.
Tanpa riwayat adanya episode tersendiri dari peninggian afek dan hiperaktivitas
yang memenuhi kriteria mania (F30.1 dan F30.2).
Namun kategori ini tetap harus digunakan jika ternyata ada episode singkat dari
peninggian afek dan hiperaktivitas ringan yang memenuhi kriteria hipomania
(F30.0) segera sesudah suatu episode depresif (kadang-kadang tampaknya
dicetuskan oleh tindakan pengobatan depresi).
Pemulihan keadaan biasanya sempurna diantara episode namun sebagian kecil
pasien mungkin mendapat depresi yang akhirnya menetap, terutama pada usia
lanjut (untuk keadaan ini, kategori ini harus tetap digunakan).
Episode masing-masing, dalam berbagai tingkat keparahan, seringkali dicetuskan
oleh peristiwa kehidupan yang penuh stress dan trauma mental lain (adanya stress
tidak esensial untuk penegakan diagnosis).
F33.0 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Ringan
Untuk menegakkan diagnosis pasti:
(a) Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi dan episode
sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan (F32.0); dan
21
(b) Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama
minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif
yang bermakna.
Karakter kelima: F33.00 = Tanpa gejala somatik
F33.01 = Dengan gejala somatik
F33.1 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Sedang
Untuk menegakkan diagnosis pasti:
(a) Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi dan episode
sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan (F32.1); dan
(b) Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama
minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif
yang bermakna.
Karakter kelima: F33.10 = Tanpa gejala somatik
F33.11 = Dengan gejala somatik
F33.2 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat Tanpa Gejala
Psikotik
Untuk menegakkan diagnosis pasti:
(a) Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi dan episode
sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa gejala psikotik
(F32.2); dan
(b) Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama
minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang
bermakna.
F33.3 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat Dengan Gejala
Psikotik
Untuk menegakkan diagnosis pasti:
(a) Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi dan episode
sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan gejala psikotik
(F32.3); dan
22
(b) Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama
minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang
bermakna.
F33.4 Gangguan Depresif Berulang, Kini Dalam Remisi
Untuk menegakkan diagnosis pasti:
(a) Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus pernah dipenuhi masa
lampau, tetapi keadaan sekarang seharusnya tidak memenuhi kriteria untuk episode
depresif dengan derajat keparahan apa pun atau gangguan lain apa pun dalam F30-
F39; dan
(b) Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama
minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang
bermakna.
L. KESIMPULAN
Depresi merupkan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam
perasaan yang sedih, dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur, nafsu
makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan dan rasa putus asa dan tak berdaya, serta
gagasan bunuh diri. Dasar umum untuk gangguan depresi berat tidak diketahui, tetapi
diduga ada beberapa faktor yang berperan, yaitu faktor biologis, factor genetika dan
faktor psikososial. Untuk menegakkan diagnosa PPDGJ III mensyarati harus ada 3 gejala
utama gangguan depresi dan minimal 4 gejala lainnya dan beberapa di antaranya harus
berintensitas berat.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan, Sadock, Sinopsis Psikiatri, Jilid II, edisi Ketujuh, Binarupan Aksara, Jakarta,
1997, 685- 817.
2. Kaplan, Haroid I: Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat, Widya Medika, Jakarta, 1998, 227 –
32.
3. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Depkes RI. 1993. “Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III”. Cetakan Pertama. Jakarta : Depkes RI.
4. Buku ajar psikiatri. Fakultas Kedokteran Indonesia
5. Soewandi, 2002, Simtomatologi Dalam Psikiatri, Yogyakarta: FKUGM
6. Maramis, Wily & Maramis Albert. 2009.Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2.
surabaya: Airlangga University Press.
24