Proposal TA Geologi

download Proposal TA Geologi

of 17

description

Proposal Tugas Akhir

Transcript of Proposal TA Geologi

USULAN TUGAS AKHIR

USULAN TUGAS AKHIR

PEMETAAN BENCANA GEOLOGI BERUPA LONGSORKECAMATAN WATUKUMPUL DAN KANDANGSERANGKABUPATEN PEMALANG DAN SEKITARNYAJAWA TENGAH

OLEH :

1. Jekson R. Detaq

111.100.0252. Andre Patriot Tampubolon

111.100.0323. Ruby Anugerah P.

111.100.0694. Rian Baidillah

111.100.0845. Christo Julio R.

111.100.147PRIGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN

YOGYAKARTA

2014HALAMAN PENGESAHAN

PEMETAAN BENCANA GEOLOGI BERUPA LONGSORKECAMATAN WATUKUMPUL DAN KANDANGSERANG

KABUPATEN PEMALANG DAN SEKITARNYAJAWA TENGAHUsulan yang diajukan untuk skripsi sarjana pada Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jogjakarta.

Diajukan oleh :

1. Jekson R. Detaq

111.100.0252. Andre Patriot Tampubolon

111.100.0323. Ruby Anugerah P.

111.100.0694. Rian Baidillah

111.100.0845. Christo Julio R.

111.100.147Yogyakarta, Juli 2014Disetujui olehPembimbing IDr. C. Prasetyadi, M. ScNIP. Penanggung jawabIr. Sutarto NIP.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

DAFTAR ISI

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Maksud dan Tujuan

1.3 Lokasi, Luas dan Kesampaian Daerah Telitian

1.4 Identifikasi Permasalahan

1.5 Tahapan Penelitian

BAB 2. GEOLOGI

2.1 Geomorfologi Regional

2.2 Stratigrafi Regional

2.3 Struktur geologi dan Tektonika

BAB 3. PERMASALAHAN

3.1 Geomorfologi

3.2 Stratigrafi Regional

3.3 Struktur Regional

3.4 Potensi Geologi

BAB 4. PERENCANAAN WAKTU DAN BIAYA

4.1 Perencanaan Waktu

4.2 Perencanaan Anggaran

4.3 Pembagian Daerah Telitian

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRANBAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gerakan tanah atau sering disebut tanah longsor (landslide) merupakan salah satu bencana alam yang sering melanda daerah perbukitan khususnya disini adalah Kec.Watukumpul dan Kandagserang, Kab. Pemalang. Kerusakan yang ditimbulkan oleh gerakan tanah dapat mengakibatkan kerusakan secara langsung dan tidak langsung. Kerusakan langsung yang diakibatkan berupa rusaknya fasilitas umum, lahan pertanian dan korban manusia serta kerusakan infrastruktur. Kerusakan tidak langsung yang dapat diakibatkan, berupa lumpuhnya kegiatan pembangunan dan aktivitas ekonomi di daerah bencana dan sekitarnya.

Banyak faktor yang berperan penting mendukung terjadinya gerakan tanah di daerah penelitian. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi stabilitas lereng seperti Morfologi, meliputi tebing terjal atau tebing sungai yang terjal. Kemudian struktur geologi dan stratigrafi misalnya akibat daripada sesar, kekar, perlapisan batuan yang berbeda kelurusannya dan miring kearah sisi/bidang bebas. Untuk memperkecil bencana yang disebabkan oleh bahaya gerakan tanah, maka dilakukan penelitian di Kec.Watukumpul dan Kandagserang, Kab. Pemalang, Jawa Tengah.. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat meminimalkan kerugian yang diakibatkan oleh gerakan tanah dimasa yang akan datang. Penyelidikan di daerah yang sudah mengalami gerakan tanah dan daerah yang rawan akan gerakan tanah dilakukan untuk membantu mengurangi terjadinya kerugian yang diakibatkan oleh gerakan tanah. Untuk dapat mengatasi dan memperbaiki kondisi lahan yang rusak akibat gerakan tanah, diperlukan adanya suatu penelitian mengenai jenis gerakan tanah, geometri lereng, faktor keamanan dan pengaruh geologi terhadap hal tersebut.1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud penelitian ini adalah mengkaji gerakan tanah dengan penyelidikan geologi khususnya yang menyangkut masalah bahaya gerakan tanah yang disebabkan oleh proses alam maupun aktivitas manusia. Pelaksanaan penelitian ini merupakan syarat memenuhi kurikulum di Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta tahun ajaran 2013 / 2014 untuk mendapatkan gelar kesarjanaan program pendidikan Strata-1 (S1), dengan topik sesuai teori yang didapatkan dibangku perkuliahan serta aplikasinya pada lapangan kerja.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Menentukan jenis dari gerakan tanah kaitannya dengan kestabilan lereng yang ada di daerah penelitian..

2. Menentukan faktor faktor yang mempengaruhi kestabilan lereng yang ada di daerah penellitian.

3. Memberikan gambaran secara umum tentang bagaimana geometri lereng yang baik untuk pemukiman penduduk di sekitar lereng tersebut.1.3 Lokasi dan Kesampaian Daerah Telitian

Lokasi daerah telitian secara administratif termasuk dalam wilayah Kabupaten Pemalang Propinsi Jawa Tengah. Kapling daerah telitian ini berada di :1. 110 28 49 BT 110 23 50 BT dan 07 14 38 LS 07 11 57 LS

Daerah telitian terdapat pada lembar peta geologi Salatiga 1408-6 skala 1: 100 000 dan lembar peta geologi Magelang Semarang 1408-5, 1409-2 skala 1 : 100 000 Untuk mencapai daerah telitian dapat menggunakan kendaraan bermotor baik roda dua ataupun roda empat atau berjalan kaki dari pangkalan kerja (base camp).

1.4 Identifikasi Permasalahan

Permasalahan geologi yang mungkin dijumpai adalah :

Geomorfologi

Masalah yang timbul adalah :

a. Macam satuan geomorfik daerah telitian

b. Pola aliran

c. Tingkat stadia erosi daerah telitian

d. Tahapan geomorfiknya

Stratigrafi

Masalah yang timbul adalah :

a. Litologi yang terdapat pada setiap satuan

b. Formasi dari batuan

c. Ketebalan masing-masing formasi

Struktur geologi

Masalah yang timbul adalah :

a. Jenis struktur geologi yang berkembang

b. Mekanisme pembentukan struktur geologi1.5 Tahapan Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan dalam pemetaan geologi ini mencakup beberapa tahap, yaitu :

1. Tahap persiapan, meliputi :

Studi pustaka daerah telitian dan geologi regionalnya, untuk dapat mengetahui kondisi geologi daerah telitian berdasarkan informasi-informasi yang berupa literatur dan publikasi.

Studi analisa peta topografi terdahulu dan citra landsat (foto udara), guna interpretasi pendahuluan.

- Perijinan

Persiapan kelengkapan pemetaan di lapangan, meliputi :

Peta topografi skala 1 : 25.000

Kompas dan palu geologi

Lup pembesaran 10X dan 20X

Komparator butir

Larutan HCl 0,1 N

Buku catatan lapangan

Kamera dan film

Meteran

Alat tulis dan clip board

2. Tahap Pemetaan Geologi (Penelitian Lapangan)

Penelitian pendahuluan

Pemetaan geologi dan lintasan detil

Checking lapangan

3. Tahap Analisis Laboratorium

Beberapa analisa laboratorium yang dilakukan untuk menunjang hasil di penelitian lapangan antara lain :- Analisa Petrografi

Tujuannya untuk mengetahui nama batuan serta petrogenesa setiap sampel batuan yang didasarkan pada tekstur, struktur dan komposisi mineral secara mikroskopis.

Analisa Paleontologi

Bertujuan untuk mengetahui umur relatif serta menentukan lingkungan pengendapan berdasarkan kandungan fosil pada sample batuan yang mewakili satuan stratigrafi atau satuan formasi.

Analiasa struktur geologi

Pada tahap ini diawali dengan analisa pemerian unsure-unsur struktur yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi jenis, kedudukan atau orientasi sekaligus dimensi dari unsur struktur yang ada. Tujuan dari analisa struktur adalah untuk memahami dinamika tektonik daerah telitian. Dari hasil pengukuran-pengukuran kedudukan batuan dan beberapa indikasi struktur, dapat dianalisa untuk mengetahui adanya struktur-struktur geologi, baik struktur mayor maupun struktur minor sebagai hasil dari proses geologi yang bekerja serta hasil tektonik pada daerah telitian.

BAB 2

GEOLOGI

2.1 Geomorfologi Regional

Jawa Tengah bagian utara terdapat tempat pertemuan dua satuan fisiografi, yaitu satuan fisiografi Jawa Tengah Jawa Timur Utara dan Jawa Tengah Utara.

Lebih lengkap dari kedua satuanfisiografi tersebut seperti dikemukakan oleh Van Bemmelen (1949) bahwa satuan fisiografi Jawa Tengah Jawa Timur dapat dibedakan menjadi beberapa jalur fisiografi yang berturut-turut dari utara ke selatan adalah : dataran alluvial Jawa Utara, jalur antiklinorium Rembang Madura, jalur antiklinorium Serayu Utara Kendeng, jalur kubah dan perbukitan dalam depresi sentral serta jalur Pegunungan Selatan (lihat gambar 2.1).

Daerah telitian terletak pada pertemuan antara zona Serayu Utara bagian utara dan zona Kendeng bagian barat atau tepatnya di timur laut Gunung Ungaran.

Pegunungan Kendeng yang mempunyai panjang 250 km dengan lebar maksimum 40 km, membentang dari Gunung Ungaran ke timur melalui Mojokerto dan dapat diikuti hingga Selat Madura. Pegunungan Kendeng terdiri daerah yang datar hingga berbukit. Oleh Harsono (1982) ekspresi topografi Pegunungan Kendeng memperlihatkan morfologi dataran hingga perbukitan dan banyak dikontrol oleh struktur geologi, litologi dan proses geologi yang terjadi padanya. Antara 30% hingga 40% dari zona ini ditempati oleh satuan morfologi dataran yang umumnya ditempati oleh batuan alluvial, napal pasiran dan batuan vulkanik. Satuan morfologi perbukitan umumnya berstruktur lipatan dan ditempati oleh satuan batuan yang lebih resisten berupa satuan batupasir dari Formasi Kerek, batugamping yang massif dari Formasi Sonde anggota Klitik, satuan batupasir kerikilan dari Formasi Banyak, disamping batuan yang kurang resisten dari napal monoton Formasi Kalibeng. Bukit-bukit tersebut memanjang barat timur mempunyai lereng yang terjal dengan ketinggian rata-rata sekitar 350 meter, beserta lembah-lembah yang konsekuen, subsekuen atau seringkali insekuen, merupakan cirikhas dari satuan ini.

Pegunungan Serayu Utara mempunyai lebar maksimum 30 50 km. Penyebaran ke sebelah barat ditutupi oleh hasil kegiatan gunungapi Slamet (3.428m, dpl) dan ke sebelah timur ditutupi oleh hasil kegiatan gunungapi muda kompleks Dieng (2.565m, dpl)dan Gunung Ungaran (2.050m,dpl). Ekspresi topografi dan struktur geologi Pegunungan Serayu Utara tidak banyak berbeda dengan Pegunungan Kendeng. Satuan batuan sebagai penyusun dari Pegunungan Serayu Utara terwakili dari Formasi Lutut, Merawu, Penjatan, Banyak, Cipluk, Formasi Kapung, Kalibiuk, Damar, Kaligetas dan endapan aluvial sungai.

2.2 Stratigrafi Regional

Stratigrafi pada daerah telitian terletak pada zona Kendeng, menurut Van Bemmelen (1949) dari berumur tua hingga muda adalah Lutut Beds, Merawu Series, Penyatan Series, Banyak Beds, Cipluk Beds, Kapung limestone, Kalibiuk, Damar dan Notopuro. Di samping variasi stratigrafi yang dikemukakan tersebut, oleh Thanden dkk, P3G Bandung dalam peta lembar Magelang dan Semarang (1996) disebut adanya Formasi Kaligetas. Oleh Pringgoprawiro (1983) mengemukakan bahwa sedimen-sedimen klastik Mandala Kendeng pada umumnya terisi oleh endapan turbidit yang mengandung batuan piroklastik dengan selingan batunapal dan batu karbonat serta merupakan endapan laut dalam.

Hubungan dari variasi stratigrafi tersebut, dirangkum pada gambar 2.2.

2.2.1 Formasi Banyak

Penamaan mula-mula disebut Banyak Lagen oleh Van Bemmelen (1942) dan kemudian Banyak Formation oleh Marks (1957), selanjutnya de Genevraye dan Samuel (1972) merubahnya menjadi Banyak Facies berdasarkan penyebaran yang tidak menerus baik ruang dan waktu.

Lokasi tipe tidak jelas, tapi kemungkinan di daerah Kaloran. barat daya Ungaran.

Ciri litologi di daerah Kaloran, formasi ini terdiri dari perselingan antara batupasir tufa, breksi vulkanik dan napal tufaan yang kaya akan globigerina, sedangkan komposisi batuan vulkaniknya adalah andesita (Van Bemmelen,1949). Penelitian oleh Pringgoprawiro (1983) di daerah Juwangi menunjukkan bahwa Formasi Banyak terdiri dari tufa, batupasir tufa yang berbutir kasar, breksi tufa yang gampingan dan kadang-kadang berselingan dengan napal globigerina. Struktur sedimen berupa lapisan bersusun dan laminasi parallel sering tampak pada batupasir tufa, yang menunjukkan adanya arus turbidit.

Penyebaran dan ketebalan terbatas di daerah Ungaran dan di sayap Utara antiklinorium Kendeng sejauh Gundih, sedangkan di sayap selatan penyebarannya dapat diikuti mulai dari Sumbergaleh, Mantingan dan Trinil. Ketebalan dari formasi ini tidak seragam, mulai dari ketebalan 1600 meter pada sinklin Borangan (Van Bemmelen,1949) hingga 250 meter di Kali Garang dan 100 meter di daerah Kaloran (Marks,1957). Puncak ketebalan dari Formasi Banyak dicapai sekitar Ungaran, kemudian menipis ke arah timur dan akhirnya menghilang ke Kendeng Tengah (Pringgoprawiro,1983).

Umur Miosen Akhir telah diberikan oleh Van Bemmelen (1949) dan Pringgoprawiro (1983).

Lingkungan pengendapan Formasi Banyak merupakan suatu endapan turbidit yang diendapkan di lingkungan laut dalam dan terbuka, pada zona neritik luar, dengan kedal;aman antara 100 200 meter.

2.2.2 Formasi Cipluk

Penamaan Formasi Cipluk pertama kali dipergunakan oleh Van Bemmelen (1941) sebagai Cipluk Beds, sedangkan menurut de Genevraye dan Samuel, formasi ini dimasukkan dalam Formasi Kalibeng Bawah Anggota Cipluk.

Lokasi tipe ini di daerah Cipluk sebelah selatan Weleri, Kendal, Jawa Tengah.

Ciri litologi Formasi Cipluk terdiri dari napal, napal lempungan, batulempung dan perselingan dengan batupasir gampingan. Di daerah Ungaran lapisan ini mengandung kuarsa dan fragmen-fragmen hasil erosi lapisan Pra Tersier.

Hubungan stratigrafi dengan formasi yang lebih muda dan yang lebih tua adalah selaras.

Penyebaran meliputi daerah Pegunungan Serayu Utara, Kaloran dan antara Kali Bode dan Kali Tuntang. Ketebalan formasi ini tidak diketahui tetapi mencapai beberapa ratus meter (Van Bemmelen, 1949) dan menurut de Genevraye dan Samuel (1972) berkisar antara 500 m 1500 m.

Umur Miosen Akhir - Plistosen Awal (N18-N19), telah diberikan oleh Van Bemmelen (1949).

Lingkungan pengendapan pada zona yang tidak jauh dari pantai yaitu neritik luar dan merupakan endapan turbidit.

2.2.3 Formasi Kalibiuk

Penamaan pertama kali oleh Van Bemmelen (1941) dengan nama Kalibiuk Beds, sedangkan menurut Marks (1956) dan Samuel dan de Genevraye (1972) dinamakannya Formasi Kalibiuk.

Lokasi tipe ini djumpai tersingkap pada Sungai Kalibiuk yaitu merupakan anak sungai kecil pada Kali Glagah.

Ciri litologi Formasi Kalibiuk terdiri dari batulempung biru berfosil, napal pada bagian bawah dan bagian atas terdapat sisipan tipis batupasir, pada bagian tengah terdapat lensa-lensa batupasir hijau yang kaya fosil moluska.

Formasi Kalibiuk mempunyai hubungan yang selaras dengan yang lebih tua yaitu Formasi Cipluk dan tidak selaras terdapat formasi yang lebih muda serta menjari dengan Formasi Kapung.

Penyebaran Formasi Kalibiuk cukup luas yaitu sepanjang lingkaran utara Bobotsari Low, daerah Kali Glagah, Kali Pemali, Kali Cijurang dan sepanjang bagian utara Pegunungan Serayu Utara,, serta daerah Semarang bagian selatan.

Ketebalan Formasi Kalibiuk menurut de Genevraye dan Samuel (1972) antara 200 m 750 m. Menurut Van Bemmelen pada bagian utara Bobotsari Low ketebalan mencapai 175 m, sedangkan di sebelah timur laut Bentarkawung ketebalan mencapai 500 m, ketebalan berkurang dari timur ke barat. Ke arah barat 15 km menipis ketebalannya hanya mencapai 175 m (dekat Bobotsari Low) dan 410 (selatan Bobotsari Low).

Formasi Kalibiuk berumur Miosen Awal-Akhir (N19 N 20), dengan zona bathymetri laut dangkal dengan kondisi laut tenang. Diagnostik fosil terhadap 73 spesies Gastropoda dan Pelecypoda mempunyai umur Pliosen Bawah (Oostingh, 1935), fosil fauna mamalia dijumpai berumur Pliosen Atas bagian bawah atau bagian atas dari Pliosen Bawah.

2.2.4 Anggota Kapung Formasi Kalibiuk

Penamaan pertama kali oleh Van Bemmelen (1941) sebagai Kapung Limestone. Marks (1956) menyebut satuan batugamping ini sebagai Anggota Batugamping Kapung demikian juga Samuel dan Genevraye (1972), sedangkan Suyatno dkk (1977) menggunakan stratigrafi dari Pertamina (1976) menyebutnya sebagai Formasi Kapung.

Lokasi tipe ini disekitar Gunung Kapung, utara jembatan Kendeng, 4 km barat Kali Tuntang.

Ciri litologi terdiri dari batugamping ada yang massif dan ada yang platy strata serta sisipan napal, karakteristik lainnya adalah hadirnya komponen andesit. Pada timur laut di daerah Semarang Ungaran hadir kuarsa dan feldspar (Van Bemmelen, 1941).

Penyebarannya meliputi bagian utara Pegunungan Serayu Utara bagian selatan, daerah Semarang bagian selatan di bagaian barat Zona Kendeng. Ketebalan formasi ini antara 20 m 150 m.

Umur dari Formasi Kapung dengan dijumpainya Lepidocyclina (Trybliolepidina) yang sedikit, menunjukkan umur Miosen dan lapisan atas terdiri dari fauna moluska yang mempunyai umur Pliosen Bawah, karena itu batugamping Kapung mungkin berumur Miosen Akhir (N 19).

Hubungan stratigrafi satuan batugamping Formasi Kapung adalah selaras di atas Formasi Cipluk di daerah Semarang Ungaran (Van Bemmelen,1949). Lingkungan pengendapannya adalah neritik tengah.

2.2.5 Formasi Damar

Penamaan pertama kali disebut sebagai Damar Beds oleh Van Bemmelen (1949), kemudian oleh Marks (1956) menyebutnya sebagai Formasi Damar.

Lokasi tipe ini pada Kali Damar, selatan Weleri, Kendal, timur laut Jawa Tengah.

Ciri Litologi dan ketebalan :

1. Menurut Van Bemmelen (1949) :

a. Zona transisi dengan ciri litologi secara umum lempung hitam dengan lempung gampingan dan batupasir dengan banyak moluska. Bagian atas perselingan lempung semakin banyak pada batupasir tufan dan konglomerat.

b. Lapisan bawah Damar bagian dasar terdiri dari :

Beberapa lapisan konglomerat polemik dengan semen gampingan. Kemudian diikuti batugamping tufan dan semen gampingan. Dengan zona transisi dengan ketebalan mencapai 800 m.

c. Lapisan tengah Damar :

Breksi basal augit olivine yang tebal, bagian selatan diwakili oleh endapan lahar arah utara di Gunung Candi pada selatan Semarang berselingan dengan fluvial, batupasir tufan dengan struktur silang siur, konglomerat dan tufan lapili. Ketebalan mencapai 150 m.

d. Lapisan atas Damar :

Secara selaras di atas Damar tengah diikuti lempung tufan, batupasir dan konglomerat, perselingan dengan endapan lahar (lokal). Konglomerat berkomposisi basaltic dimana tufa bersifat andesitan. Ketebalan mencapai 100m.

2. Menurut Geologi Tata Lingkungan Bandung (FIDE, DPU Semarang 1987).

Bagian bawah cirri litologi terdiri atas batupasir dan batugamping yang berumur Pliosen.

Bagian tengah ciri litologi terdiri dari breksi basal yang berumur Pleistosen Bawah.

Bagian atas litologi terdiri dari konglomerat, lempung tufaan, andesit, batupasir dan konglomerat basal yang berumur Pleistosen Tengah.

Penyebaran Formasi Damar sepanjang lingkar utara Pegunungan Serayu Utara meliputi Gunung Candi, Semarang Selatan, di wilayah Bodri, Kali Garang dan Pengkor semua di daerah Jawa Tengah (Semarang).

Umur berdasarkan fosil Elephas namadicus menunjukkan umur Pleistosen Tengah sampai Atas.

Hubungan stratigrafi Formasi Damar dengan Formasi Kalibiuk yang ada di bawahnya adalah tiodak selaras.

2. 2. 6 Formasi Kaligetas Penamaan formasi ini awalnya bernama Formasi Notopuro oleh Van Bemmelen (1941) dan kemudian oleh Thanden dkk, P3G Bandung dalam peta lembar Magelang Semarang, 1996 disebut Formasi Kaligetas.

Ciri litologi terdiri dari breksi vulkanik, aliran lava, tufa, batupasir tufan dan konglomerat. Breksi berupa aliran laharik dengan sisipan tufa halus sampai kasar. Secara setempat di bagian bawahnya ditemukan batulempung yang mengandung moluska dan batupasir tufan, semakin ke atas semakin banyak terdapat sisipan atau lensa-lensa breksi vulkanik dengan fragmen krakal terdiri dari andesit. Batuan gunungapi yang melapuk berwarna coklat kemerahan sering dijumpai bongkah-bongkah besar.

Hubungan stratigrafi formasi tersebut dengan Formasi Damar adalah tidak selaras (Van Bemmelen, 1949).

Penyebaran disekitar Gunung Ungaran melebar ke Kendal pada pertemuan bagian barat antiklinorium Kendeng dengan Pegunungan Serayu Utara bagian barat dengan ketebalan lebih dari 240 m.

Umur Plistosen Atas berdasarkan dari fauna vertebrata dan terendapkan plingkungan darat.

2.2.7 Endapan Ungaran MudaPenamaan disebut Volcanic Deposite of Young Ungaran (Van Bemmelen, 1941). Ciri litologi adalah breksi andesit, tufa dan batupasir.

Hubungan stratigrafi antara formasi ini dengan Formasi Kaligetas adalah selaras. Penyebaran endapan vulkanik muda adalah percampuran antara hasil endapan gunungapi muda yaitu Gunung Ungaran muda, Merbabu muda dan Gunung Telomoyo, yang merupakan perkembangan dari Gunung Selopati. Umur endapan tersebut adalah Plistosen Atas sampai Holosen dan diendapkan pada lingkungan pengendapan darat.

USULAN TUGAS AKHIR

Judul : Pemetaan Geologi Daerah Kawengen dan sekitarnya

Kecamatan Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah

Penyusun : Adhe Syaiful Rahman Putra (111980079)

Pembimbing I : Ir. Andi Sungkowo, M.Si

Pembimbing II : DR. Ir. Sari Bahagiarti K., M.Si

Letak geografis : 110278 1103100 BT dan 7450 7852 LS

Letak peta : Lembar Jatingaleh 1408-544 (skala 1 : 25.000)

Lembar Ungaran 1408-542 (skala 1 : 25.000)

Lembar Mranggen 1408-633 (skala 1 : 25.000)

Lembar Wiru 1408-631 (skala 1 : 25.000)

Luas daerah : 6 km x 8 km = 48 km

Metode pendekatan : Pemetaan geologi dengan peta dasar 1 : 25.000, analisis

laboratorium (petrografi, paleontologi dan sedimentologi)

Tujuan : Mengungkpakan keadaan geologi, kolom stratigrafi dan

laporan

Besar anggaran : Rp 4.485.000,00

Pembiayaan : Biaya perseorangan

Waktu penelitian : Tujuh bulan