Preskes Ujian Rizky Amalia p g99122102

26
PRESENTASI KASUS UJIAN BEDAH PLASTIK SEORANG LAKI-LAKI USIA 12 TAHUN DENGAN FRAKTUR ZYGOMATICOMAXILLARY COMPLEX DEXTRA Periode : 8-13 September 2014 Oleh: Oleh: Rizky Amalia Puspitaningrum NIM. G99122102 Pembimbing: dr. Amru Sungkar.,SpB.,SpBP-RE

description

Ujisn

Transcript of Preskes Ujian Rizky Amalia p g99122102

Page 1: Preskes Ujian Rizky Amalia p g99122102

PRESENTASI KASUS UJIAN BEDAH PLASTIK

SEORANG LAKI-LAKI USIA 12 TAHUN DENGAN FRAKTUR ZYGOMATICOMAXILLARY COMPLEX DEXTRA

Periode : 8-13 September 2014

Oleh:

Oleh:Rizky Amalia Puspitaningrum

NIM. G99122102

Pembimbing:dr. Amru Sungkar.,SpB.,SpBP-RE

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAHFAKULTAS KEDOKTERAN UNS/ RSUD DR. MOEWARDI

SURAKARTA2014

Page 2: Preskes Ujian Rizky Amalia p g99122102

BAB I

STATUS PASIEN

A. ANAMNESIS

I. Identitas Pasien

Nama : An. FAP

Umur : 12 Tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Pelajar

Alamat : Sukoharjo

Tanggal Masuk : 8 September 2014

Tanggal Periksa : 10 September 2014

Status Pembayaran : BPJS

II. Keluhan Utama

Nyeri di daerah wajah setelah KLL

III. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan nyeri di daerah wajah setelah mengalami

kecelakaan lalulintas. Kurang lebih 4 jam sebelum masuk rumah sakit, pasien

mengalami kecelakaan lalu lintas. Pasien dibonceng sepeda motor tanpa

mengenakan helm, dengan posisi jatuh tidak diketahui. Menurut penolong,

motor pasien diserempet truk dari sebelah kanan. Setelah kejadian, pasien

mengalami luka dan perdarahan di daerah wajah. Pingsan (+), muntah (-)

kejang (-). Oleh penolong pasien dibawa ke RSUD Dr Moewardi.

IV. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat alergi obat : disangkal

Riwayat hipertensi : disangkal

Riwayat Diabetes Mellitus : disangkal

Page 3: Preskes Ujian Rizky Amalia p g99122102

Riwayat penyakit jantung : disangkal

Riwayat trauma sebelumnya : disangkal

Riwayat mondok sebelumnya : disangkal

V. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat alergi obat : disangkal

Riwayat hipertensi : disangkal

Riwayat Diabetes Mellitus : disangkal

Riwayat penyakit jantung : disangkal

B. PEMERIKSAAN FISIK

I. Primary Survey

a. Airway : bebas

b. Breathing : spontan, pernafasan 20 x/menit

c. Circulation : tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 88/menit, CRT<2 detik

d. Disability : GCS E4V5M6, reflek cahaya (+/+), pupil isokor

(2mm/2mm), lateralisasi (-/-)

e. Exposure : suhu 36,6ºC, Jejas (+) lihat status lokalis

II. Secondary Survey

a. Keadaan umum : composmentis, pasien tampak kesakitan, gizi kesan

baik.

b. Kepala : mesocephal, jejas (+) di region supraorbita dextra,

infraorbita dextra, dan zygomatica dextra.

c. Mata : konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil

isokor (2mm/2mm), reflek cahaya (+/+), hematom

periorbita (+/+), diplopia (-/-).

d. Telinga : sekret (-/-), darah (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-),

nyeri tragus (-/-).

e. Hidung : bloody rhinorrhea (-)

Page 4: Preskes Ujian Rizky Amalia p g99122102

f. Mulut : gusi berdarah (-), lidah kotor (-), jejas (-), maloklusi

(-),gigi goyang (-), gigi tanggal (-)

g. Leher : pembesaran tiroid (-), pembesaran limfonodi (-),

nyeri tekan (-), JVP tidak meningkat.

h. Thorak : bentuk normochest, ketertinggalan gerak (-).

i. Jantung

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak.

Palpasi : ictus cordis teraba, tidak kuat angkat.

Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar.

Auskultasi : bunyi jantung I-II intenstas normal, regular, bising

(-).

j. Pulmo

Inspeksi : pengembangan dada kanan tertinggal dari kiri.

Palpasi : fremitus raba kanan kurang dari kiri, nyeri tekan

(-/-).

Perkusi : sonor/sonor.

Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+) normal, suara tambahan

(-/-).

k. Abdomen

Inspeksi : distended (-)

Auskultasi : bising usus (+) normal

Perkusi : timpani

Palpasi : supel, nyeri tekan (-), defance muscular (-)

l. Genitourinaria : BAK normal, BAK darah (-), BAK nanah (-), nyeri

BAK (-).

m. Muskuloskletal : jejas (-), nyeri (-)

n. Ekstremitas

Akral dingin Oedema

- _

- _- _

- _

Page 5: Preskes Ujian Rizky Amalia p g99122102

III. Status Lokalis

a. Regio Supraorbita dextra

Inspeksi : oedem (+), tampak vulnus excoriatum ukuran 1,5x1 cm,

hematom (+)

Palpasi : nyeri tekan (+), krepitasi (-)

b. Regio Infraorbita dextra

Inspeksi : oedem (+), tampak vulnus excoriatum ukuran 1,5x1 cm,

hematom (+)

Palpasi : nyeritekan (+), krepitasi (-), hipoesthesi (-)

c. Regio Zygomatica dextra

Inspeksi : oedem (+/-), tampak vulnus excoriatum ukuran 6x3 cm

Palpasi : nyeritekan (+), krepitasi (+), hipoesthesi (-)

C. ASSESMENT 1

Page 6: Preskes Ujian Rizky Amalia p g99122102

Suspek fraktur ZMC (D)

D. PLANNING 1

1. Pemeriksaan darah rutin.

2. Foto rontgen kepala AP/Lateral.

3. Foto waters

4. CT Scan kepala

5. O2 3 lpm

6. Pasang infuse NaCl 0,9% 20tpm

7. Injeksi ketorolac 30mg/8 jam.

8. Injeksi ranitidine 50mg/8 jam.

9. Injeksi ceftriaxone 1 ampul/ 12 jam

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Hasil pemeriksaan laboratorium (Tanggal 8 September 2014)

Hb : 12,7

Hct : 36

AE : 4,48

AL : 23,9

AT : 404

GD : B

Na : 136

K : 3,2

Cl : 108

HbsAg : (-)

b. Hasil pemeriksaan CT-Scan kepala: terdapat gambaran fraktur pada os

zygomaticum kanan

Page 7: Preskes Ujian Rizky Amalia p g99122102

F. ASSESMENT II

1. Fraktur Zigomaticomaxillary complex dextra

2. Leukositosis

G. PLANNING II

1. Awasi KUVS

2. Resusitasi cairan dan awasi Balance Cairan

H. PROGNOSIS

a. Ad vitam : bonam

b. Ad sanam : bonam

c. Ad fungsionam : bonam

Page 8: Preskes Ujian Rizky Amalia p g99122102

BAB II

JAWABAN UJIAN

1. ANAMNESIS

Anamnesis dapat dilakukan langsung dengan pasien (autoanamnesis) jika pasien

dalam keadaan sadar dan dapat diajak berkomunikasi atau dengan orang yang

melihat langsung kejadian yang dialami pasien. Dari anamnesis dapat ditanyakan

kronologis kejadian trauma, arah dan kekuatan dari trauma terhadap pasien

maupun saksi mata. Sifat, daya, dan arah hantaman cedera harus dicari tahu dari

pasien dan saksi-saksi yang ada. Dalam anamnesis pasien-pasien yang mengalami

trauma maksilofasial antara lain, yang harus ditanyakan antara lain:

a. Apakah penyebab pasien mengalami trauma?

Kecelakaan lalu lintas.

Trauma tumpul.

Trauma benda keras.

Kecelakaan olahraga.

Perkelahian.

Terjatuh

b. Apabila terjatuh, bagaimana mekanisme injuri yang terjadi? Bagaimana posisi

pasien saat terjatuh ?

c. Apakah pasien dalam keadaan mabuk saat mengendarai kendaraan ? Apakah

pasien memakai pelindung kepala saat mengalami trauma tersebut ?

d. Dimana kejadiannya? Sudah berapa lama pasien mengalami kejadian tersebut?

e. Apakah setelah mengalami kecelakaan pasien tidak sadar? Jika tidak sadar,

berapa lama pasien mengalami penurunan kesadaran?

f. Apakah pasien muntah dan kejang setelah kejadian?

g. Pertolongan apa saja yang sudah diberikan kepada pasien?

Pasien dengan fraktur kompleks zygomatik dapat mengeluh nyeri, odem

periorbital, dan ekimosis. Mungkin ada paresthesia atau anesthesia diatas pipi,

hidung lateral, bibir atas, dan gigi anterior maksila yang dihasilkan dari cedera

zygomaticotemporal atau nervus infraorbital.Hal ini terjadi pada 18 hingga 83%

Page 9: Preskes Ujian Rizky Amalia p g99122102

dari seluruh pasien dengan trauma zygomatik. Ketika arcus bergeser kearah

medial, pasien mungkin mengeluh trismus. Epistaksis dan diplopia mungkin

dapat terjadi pada pasien dengan fraktur ZMC.

2. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan zigoma termasuk inspeksi dan palpasi. Inspeksi dilakukan dari

arah frontal, lateral, superior, dan inferior. Diperhatikan kesimetrisan dan

ketinggian pupil yang merupakan petunjuk adanya pergeseran pada dasar orbita

dan aspek lateral orbita, adanya ekimosis periorbita, ekimosis subkonjungtiva,

abnormal sensitivitas nervus, diplopia dan enoptalmus; yang merupakan gejala

yang khas efek pergeseran tulang zigoma terhadap jaringan lunak sekitarnya.

a. Inspeksi secara urut dari atas ke bawah:

Deformitas, memar, abrasi, laserasi, dan edema.

Luka tembus.

Daerah muka simetri atau tidak.

Adakah malar emminance.

Adanya maloklusi atau trismus, dan pertumbuhan gigi abnormal.

Ottorhea dan Rhinorrhea.

Telecanthus, Battle’s Sign, Racoon’s Sign, dan hematom periorbita.

Cedera kelopak mata.

Ecchymosis dan epitaksis.

Ekspresi wajah yang kesakitan atau cemas.

b. Palpasi untuk mengetahui kelainan pada tulang dan jaringan pada wajah.

Palpasi untuk kelainan tulang supraorbital dan tulang frontal.

Palpasi hidung untuk meraba adanya septum deviasi, pelebaran jembatan

hidung, meraba permukaan mukosa, dan krepitasi.

Palpasi zygoma sepanjang lengkung serta artikulasi dengan tulang frontal,

tulang temporal, dan tulang maksila.

Perkusi didaerah tragus untuk mengetahui adakah tragus pain.

Page 10: Preskes Ujian Rizky Amalia p g99122102

Periksa stabilitas wajah dengan menggenggam gigi dan palatum kemudian

mendorongnya maju mundur dan naik turun. Nilai apakah terdapat

floating maksila atau hanya maksila goyang.

Palpasi gigi untuk meraba adakah gigi yang goyang.

Palpasi rahang bawah untuk memeriksa nyeri dan bengkak.

Palpasi sepanjang supraorbital dan infraorbital untuk melihat adakah

hyperesthesia atau anesthesia.

3. DIAGNOSIS DAN DIFFERENSIAL DIAGNOSIS

Diagnosis pada pasien di atas adalah suspect fraktur ZMC (D). Diagnosis

banding terdiri dari semua patah tulang wajah, lecet jaringan lunak, memar, dan

lecet. Pemeriksa harus berhati-hati untuk tidak berhenti pada evaluasi hanya

karena satu patah tulang atau cedera dicatat. Beberapa studi telah menunjukkan

bahwa sebanyak 30% dari pasien memiliki dua atau lebih patah tulang atau

cedera

a. Fraktur nasoethmoidal

Jika dicurigai fraktur nasal dan bukti-bukti menunjukan keterlibatan

tulang ethmoidal, seperti rhinorea CSF atau pelebaran jembatan hidung

dengan telechantus, pemeriksaan rontgen biasa jarang digunakan. CT

scan koronal tulang wajah adalah pemeriksaan terbaik untuk menentukan

tingkat fraktur. Sebuah rekonstuksi 3-D dapat diperlukan dalam

membantu konsultan dalam operasi.

b. Fraktur Le Fort

Fraktur Le fort I : menunjukan pelebaran fraktur ke horizontal di

mandibula inferior, kadang –kadang termasuk fraktur dari dinding

lateral sinus, memanjang ke tulang palatine dan pterygoid.

Fraktur Le fort II : pemeriksaan radiologis menunjukan gangguan

dari pelek orbital inferior lateral saluran orbital dan patah tulang dari

dinding medial orbital dan tulang nasal. Fraktur memperluas

posterior kedalam piring pterygoid.

Page 11: Preskes Ujian Rizky Amalia p g99122102

Fraktur Le fort III : pemeriksaan radiologis menunjukan patah tulang

pada sutura zygomaticofrontal, zygoma, dinding medial orbita, dan

tulang hidung meluas ke posterior melalui orbita di sutura

pterygomaksilaris ke fossa sphenopalatina

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN PENILAIAN HASIL PEMERIKSAAN

PENUNJANG

a. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium adalah pemeriksaan laboratorium untuk

menganalisa jumlah sel darah (eritrosit, leukosit, trombosit, dan hemoglobin),

hematokrit, protrombin time, partial tromboplastin time, ion (natrium, klorida),

kreatinin, ureum, glukosa sewaktu, albumin, dan golongan darah.

Angka rujukan normal untuk hasil pemeriksaan di atas adalah:

Hb : 12-15 g/dL Natrium : 135-145 mEq/L

AE : 4,2-6,2. 103/µL Kalium : 3,1-4,3 mEq/L

AL : 4-11.103/µL Klorida : 95-105 mEq/L

AT : 150-350.103/µL Kreatinin : 0,5-1,5 mg/dL

Hct : 38-51% GDS : < 200 mg/dL

PT : 11-14 detik Albumin : 3-5,5 g/dL

APTT : 20-40 detik

b. Pemeriksaan Radiologi

Diagnosa fraktur zygomatik biasanya dibuat dengan pemeriksaan

riwayat dan fisik.Pemindaian CT pada tulang wajah, pada bidang aksial dan

koronal, adalah standar untuk seluruh pasien dengan dugaan (suspect) fraktur

zygomatik. Radiografi membantu untuk konfirmasi dan untuk dokumentasi

medikolegal dan untuk menentukan perluasan cedera tulang.

1. Tomografi Komputasi

CT adalah standar emas untuk evaluasi radiografi fraktur

zygomatik.Gambaran aksial dan koronal didapat untuk menentukan pola

fraktur, derajat pergeseran, dan serpihan dan untuk mengevaluasi

jaringan lunak orbital. Secara spesifik, pemindaian CT memberikan

visualisasi dan dasar-dasar dari tengkorak wajah tengah: dasar-dasar

Page 12: Preskes Ujian Rizky Amalia p g99122102

nasomaksilaris, zygomaticomaksilaris, infraorbital, zygomaticofrontal,

zygomaticosphenoid, dan zygomaticotemporal. Pandangan koronal

khususnya membantu dalam evaluasi fraktur dasar orbita (Gambar 4A).

Jendela jaringan lunak, pada dataran koronal, berguna untuk

mengevaluasi otot-otot ekstraokuler dan untuk mengevaluasi herniasi

jaringan orbita kedalam sinus maksilaris.

2. Radiograf Biasa

Pemindaian CT (CT scan) telah menggantikan film biasa untuk

diagnosa dan penanganan fraktur kompleks zygomatik.Meskipun

demikian, sebuah pengetahuan kerja fundamental pada teknik ini

diperlukan. Pada banyak ruang emergensi dan rumah sakit, pasien trauma

akan masih menjalani evaluasi radiografi film biasa. Kemampuan untuk

membaca dan interpretasi film-film ini menjadi diagnosa dan merawat

pasien-pasien ini adalah penting.

a. Water’s View

Radiograf tunggal terbaik untuk evaluasi fraktur kompleks

zygomatik adalah Water’s view.Ia adalah sebuah proyeksi

posteroanterior dengan kepala yang terposisi pada sudut 27° terhadap

vertikal dan dagu berada pada kaset (cassette). Hal ini

memproyeksikan piramida petrosa jauh dari sinus maksilaris,

memberikan visualisasi sinus-sinus, orbita lateral, dan lingkaran

infraorbita. Ketika hal ini dikombinasikan dengan sebuah Water’s

view yang terangkat, sebuah pandangan stereografi dari fraktur dapat

terlihat. Pada pasien yang tidak mampu mengira-ngira posisi wajah

kebawah, proyeksi Water’s view terbalik memberikan informasi yang

sama.

b. Caldwell’s View

Caldwell’s view adalah sebuah proyeksi posteroanterior dengan

wajah pada sudut 15o terhadap cassette. Penelitian ini membantu

dalam evaluasi rotasi (disekitar aksis horisontal).

c. Submentovertex View

Page 13: Preskes Ujian Rizky Amalia p g99122102

Submentovertex (jug-handle) view diarahkan dari daerah

submandibula ke vertex tengkorak. Ia membantu dalam evaluasi

arcus zygomatik dan proyeksi malar.

5. RENCANA PENATALAKSANAAN

Pada kegawatdaruratan trauma zygomaxillary complex dilakukan

penanganan pada airway, breathing, circulation, disability, dan exposure. Airway

dipertahankan dengan chin lift dan jaw trust, sebelum hal tersebut dilakukan

pasang cervical collar terlebih dahulu. Pastikan jalan nafas terbebas dari

hambatan. Tinjau kembali saluran nafas, jika intubasi dengan rute oral sulit

dilakukan maka lakukan cricotiroidektomi. Bila saluran nafas telah bebas lakukan

penilaian untuk breathing dilanjutkan dengan circulation jika breathing pasien

spontan.

Pada circulation lakukan pemeriksaan nadi. Setelah survey primer selesai

dan pasien terbebas dari kegawatdaruratan maka dilakukan survey sekunder.

Evaluasi semua fraktur yang terdapat di maksilofasial, pada epistaksis dapat

dilakukan tampon anterior. Rujuk pasien ke bedah plastik, bedah THT jika

terdapat fraktur di daerah THT, dan bedah saraf jika dicurigai terdapat perdarahan

intracranial, subdural, maupun epidural. Berikan analgetik yang memadai, opioid,

NSAID, dan anestesi local. Jika pasien memiliki luka terbuka segera berikan anti

tetanus serum.

Penanganan fraktur maxilla dan nassal bergantung pada tingkat pergeseran

dan resultan estetik dan defisit fungsional.Perawatan oleh karena itu merentang

dari observasi sederhana untuk penyembuhan bengkak, disfungsi otot

ekstraokuler, dan paresthesi untuk reduksi terbuka dan fiksasi internal fraktur

multipel.

6. EDUKASI, PENYULUHAN, DAN PENCEGAHAN SEKUNDER

Edukasi, penyuluhan, dan pencegahan sekunder yang dapat dilakukan

adalah dengan menyarankan agar menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan

fraktur zygomaxillary complex, yaitu :

Page 14: Preskes Ujian Rizky Amalia p g99122102

a. Menggunakan pengaman selama mengendarai kendaraan seperti helm dan

seat belt.

b. Tidak mengendarai kendaraan dalam keadaan mabuk atau menggunakan

telepon.

Penjelasan mengenai rencana operasi ataupun prosedur yang akan

dilakukan kepada pasien baik yang bersifat invasif maupun konservatif juga perlu

dilakukan. Selain itu selama perawatan pasien juga perlu diedukasi untuk tetap

menjaga kebersihan oral/ oral higiene dan untuk sementara mengonsumsi diet

lunak.

Page 15: Preskes Ujian Rizky Amalia p g99122102

DAFTAR PUSTAKA

1. Charles Stewart. 2008. Maxillofacial Trauma: Challenges In ED Diagnosis

and Managemanet. Emergency Medcine Practice, February 2008, Vol 10 No

2

2. David A. Cottrell, Sean P. Edwards, Jack E. Gotcher. 2012. Surgical

Correction of maxillofacial skeletal deformities. J Oral Maxillofac Surg.

70:e107-e136, 2012

3. Amir A Krausz, Abu el-Naaj, Barak M. 2009. Maxillofacial trauma patient:

coping with the difficult airway. World Journal of Emergency Surgery; 4:21

4. Richard A. Hopper,Shahram Salemy,Raymond W.2006.

Diagnosis of Midface Fractures with CT: What the Surgeon Needs to Know.

RadioGraphics 2006; 26:783–793

5. Adriane Kamulegeya, Francis Lakor, Kate Kabenge.2009. Oral Maxillofacial

fractures seen at a Ugandan tertiary hospital : A six month prospective study.

CLINICS 2009;64(9):843-8.

6. Kraft A, Aberrmann E, Stigler R, Zsifkovitz C, Pedross F, Kloss F, Gassner

R. 2012. Craniomaxillofacial trauma: Synopsis of 14,654 cases with 35,129

injuries in 15 years. Craniomaxillofacial Trauma and Reconstruction; 5(1)

7. Özgür AKDOĞAN,Adin SELÇUK,Demirhan GÜRBÜZ,Hüseyin DERE.

2008. Analysisi of Simple Nasal Bone Fracture and The Effect of it on

Olfactory Dysfunction. KBB-Forum 2008;7(2)

8. Rachelle L Love. 2010. Nasal fractures: patient satisfaction following closed

reduction. NZMJ 27 August 2010, Vol 123 No 1321; ISSN 1175 8716

Page 16: Preskes Ujian Rizky Amalia p g99122102

9. Jun Wook Lee, Young Joon Kim, Hoon Kim, Sang Hyun Nam, Bo Moon

Shin,Young Woong Choi. 2013. Nasal Carriage of 200 Patients with Nasal

Bone Fracture in Korea. Arch Plast Surg 2013;40:536-541

10. Brian Rubinstein, Bradley Strong. 2000. Management of Nasal Fractures.

Arch Fam Med; 9: 738-42

11. Suneel Kumar Punjabi, Habib-ur-Rehman, Zahid Ali, Shaheen Ahmed. 2011.

Causes and management of zygomatic bone fractures at Abbasi Shaheed

Hospital Karachi (Analysis of 82 Patients). JPMA 61:36; 2011

12. S Nezafati, R Javadrashid2, S Rad and S Akrami. 2010. Comparison of

ultrasonography with submentovertex films and computed tomography scan

in the diagnosis of zygomatic arch fractures. Dentomaxillofacial Radiology

(2010) 39, 11–16

13. Lakshmi N Gandi, Vivekanand S Kattimani, Amit V Gupta1, V Srinivas

Chakravarthi3 and Sridhar S Meka. 2012. Prospective blind comparative

clinical study of two point fixation of zygomatic complex fracture using wire

and mini plates. Head & Face Medicine 2012, 8:7

14. DAS U. M, VISWANATH D, SUBRAMANIAN V, AGARWAL M. 2007.

Management of dentoalveolar injuries in children: A case report. J Indian

Soc Pedod Prevent Dent.

15. Tapas Kumala Bala. 2007. Closed Reduction of Dento-alveolar Fracture

using titanium plates and screw : Dissertation. Rajiv Gandhi University of

Science, Karnataka, Bangalore. J Oral Maxillofac Surg 65:1439-1441, 2007

16. P O´ Ceallaigh, K Ekanaykaee, C J Beirne, D W Patton. 2006. Diagnosis and

management of common maxillofacial injuries in the emergency department.

Part 1: advanced trauma life support. Emerg Med J 2006;23:796–797

17. Marcos Janson, Guilherme Janson, Eduardo Sant’ana, Alexandre Nakamura,

Marcos Roberto de Freitas. 2008. Segmental Le Fort I Osteotomy for

Page 17: Preskes Ujian Rizky Amalia p g99122102

Treatment of a Class III Malocclusion with Temporomandibular Disorder. J

Appl Oral Sci. 2008;16(4):302-9

18. Koshy JC, Feldman, Chike-Obi CJ, Bullocks JM. 2010. Pearls of Mandibular

Trauma Management. Semin Plast Surg;24:357–374

19. Kazuhiko Yamamoto, Yumiko Matsusue, Satoshi Horita, Kazuhiro

Murakami, Tsutomu Sugiura, Tadaaki Kirita. 2014. Clinical Analysis of

Midfacial Fractures. Mater Sociomed. 2014 Feb; 26(1): 21-25

20. Nathalie Pham-Dang, Isabelle Barthélémy, Thierry Orliaguet, Alain Artola,

Jean-Michel Mondié, Radhouane Dallel. Etiology, distribution, treatment

modalities and complications of maxillofacial fractures. Journal section:

Oral Surgery doi:10.4317/medoral.19077

21. Engin D Arslan , Alper G Solakoglu, Erdal Komut, Cemil Kavalci, Fevzi

Yilmaz, Evvah Karakilic,Tamer Durdu1 and Muge Sonmez. 2014.

Assessment of maxillofacial trauma in emergency department. World

Journal of Emergency Surgery 2014, 9:13.

22. Amos MJ, Dalghous A, Alkhabuli J and Mizen KD.2006. Massive maxillary

radicular cyst presenting as facial fracture and abscess, a case report. Libyan

J Med, AOP: 070922

23. Chalya PL, Mchembe, Mabula JB, Kanumba ES, Gilyoma. 2011. Etiological

spectrum, injury characteristics and treatment outcome of maxillofacial

injuries in a Tanzanian teaching hospital. Journal of Trauma Management &

Outcomes; 5:7

24. Uwe E, Matthias S, Francois E, Klaus Louis G, Eberhard K, Richard L,

Michael R,et al. 2006. Open versus closed treatment of fractures of the

mandibular condylar process–a prospective randomized multi-centre study.

Journal of Cranio-Maxillofacial Surgery,doi:10.1016/j.jcms.2006.03.003

Page 18: Preskes Ujian Rizky Amalia p g99122102

25. Nicholas Z, Michael M, Constintine M, Demetrius P, Athena S. 2006.

Fractures of the mandibular condyle: A review of 466 cases. Literature

review, reflections on treatment and proposals. European Association for

Cranio-Maxillofacial Surgery doi:10.1016/j.jcms.2006.07.854

26. Mazen Almasri. 2013. Severity and causality of maxillofacial trauma in the

Southern region of Saudi Arabia. The Saudi Dental Journal (2013) 25, 107–

110

27. Kay uw, Matthias S, Matthias H. 2003. Analysis of complications in

fractures of the mandibular angle – a study withfinite element computation

and evaluation of data of 277 patients. Journal of Cranio-Maxillofacial

Surgery (2003) 31, 290–295

28. Sofie C. Kommers, Bart van den Bergh, Tymour Forouzanfar. 2013. Quality

of life after open versus closed treatment for mandibularcondyle fractures: A

review of literature Journal of Cranio-Maxillo-Facial Surgery.

29. Robert M. Laughlin, DMD,* Michael S. Block, DMD, Randall Wilk, DDS,

PhD, MD,‡ Randolph B. Malloy, DDS, PhD,and John N. Ken. 2013.

Resorbable Plates for the Fixation of Mandibular Fractures: A Prospective

Study

30. Philippe L, David R, Thierry D. Spontaneous Mandibular Fracture in a

Partially Edentulous Patient: Case Report. Journal of the Canadian Dental

Association August 2003, Vol. 69, No. 7