Preskes Nur Boyol

32
LAPORAN KASUS STASE BOYOLALI SEORANG PEREMPUAN USIA TAHUN 19 TAHUN DENGAN FIBROADENOMA MAMMAE SINISTRA Oleh : Nur Dwi Fajarini (G99141030) Pembimbing : dr. Anang Ma’ruf, Sp.B, FinaCS

description

preskes

Transcript of Preskes Nur Boyol

Page 1: Preskes Nur Boyol

LAPORAN KASUS STASE BOYOLALI

SEORANG PEREMPUAN USIA TAHUN 19 TAHUN DENGAN

FIBROADENOMA MAMMAE SINISTRA

Oleh :

Nur Dwi Fajarini (G99141030)

Pembimbing :

dr. Anang Ma’ruf, Sp.B, FinaCS

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD PANDAN ARANG

BOYOLALI

2015

Page 2: Preskes Nur Boyol

STATUS PENDERITA

I. IDENTITAS

Nama : Ny.S

Umur : 19 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Sudah menikah

Agama : Islam

Pekerjaan : Karyawan

Alamat : Boyolali

No. Catatan Medis : 15497509

Tanggal Pemeriksaan : 7 September 2015

II. ANAMNESIS

Keluhan Utama

Benjolan di payudara kiri

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke poliklinik RSUD Pandan Arang dengan keluhan

adanya benjolan yang baru disadari sejak seminggu yang lalu pada

payudara kiri. Menurut pasien, benjolan berukuran sebesar kelereng dan

tidak bertambah besar hingga sekarang. Benjolan tunggal dengan

konsistensi kenyal, bisa digerakkan, warna kulit diatas benjolan sama

dengan kulit sekitar, dan tidak nyeri jika ditekan.

Pasien mengatakan tidak ada cairan atau darah yang keluar dari

puting susunya, puting tidak tertarik ke dalam, dan tidak ada borok pada

payudara. Selain itu, juga tidak didapatkan adanya benjolan di payudara

sebelah kanan dan di ketiak maupun di leher.

Pasien tidak mengeluh nafsu makan dan berat bedan yang

menurun. Sesak (-), nyeri pada tulang belakang (-),

Page 3: Preskes Nur Boyol

Riwayat Penyakit Dahulu

1. Riwayat DM/Hipertensi/Jantung/Asma : disangkal

2. Riwayat sakit serupa : disangkal

3. Riwayat tumor ditempat lain : disangkal

4. Riwayat konsumsi obat hormon : disangkal

Riwayat Reprodukai

1. Menarche : 14 tahun

2. Riwayat obstetric : P1A0

3. Siklus menstruasi : 28 hari

4. Riwayat KB : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

1. Riwayat DM/Hipertensi/Jantung/Asma : disangkal

2. Riwayat penyakit serupa : (+) pada ibu pasien

3. Riwayat tumor/keganasan : disangkal

Riwayat Kebiasaan

1. Riwayat makan : 3 kali sehari, nafsu makan baik

2. Riwayat merokok : (-)

3. Riwayat olahraga : jarang

Riwayat Sosial Ekonomi

1. Pasien bekerja sebagai karyawan took.

2. Pasien tidak memiliki asuransi (umum).

III. PEMERIKSAAN FISIK

Tanda-tanda Vital

Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda Vital

Page 4: Preskes Nur Boyol

o TD : 120/80 mmHg

o Nadi : 80 x/menit

o Respirasi : 20 x/menit

o Suhu : 36,5°C

Status Generalis

Kepala : Mesocephal

Mata : CA (-/-), SI (-/-)

Mulut : Tonsil TI – TI tenang, Faring hiperemis (-)

Leher : JVP tidak meningkat, KGB tidak teraba membesar, trakea

terletak ditengah.

Thorak : Bentuk dan Gerak simetris,

Cor

Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak

Palpasi : Iktus kordis tidak kuat angkat

Perkusi : Batas-batas jantung dalam batas normal

Auskultasi : BJ I – II intensitas normal, regular, bising (-)

Pulmo

Inspeksi : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis

Palpasi : Fremitus taktil pada hemithoraks kanan dan kiri

simetris

Perkusi : Sonor pada hemithoraks kanan dan kiri

Auskultasi : SDV (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)

Abdomen

Inspeksi : Dinding perut sejajar dinding dada

Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba

membesar, Ballotement -/-, nyeri ketok CVA -/-

Perkusi : Timpani diseluruh lapang abdomen

Auskultasi : BU (+) normal

Genitalia

Inspeksi : secret (-)

Palpasi : nyeri tekan (-)

Ekstremitas

Page 5: Preskes Nur Boyol

Atas : Edema (-/-), Sianosis (-/-), CRT <2”, akral hangat

Bawah : Edema (-/-), Sianosis (-/-), CRT <2”, akral hangat

Status Lokalis:

Regio Mammae Sinistra :

Inspeksi :

Tampak benjolan pada mammae sinistra, benjolan terlihat tunggal.

Retraksi putng (-), discharge (-), borok (-), perubahan warna kulit

(-),bengkak(-)

Palpasi :

Teraba adanya massa di mammae sinistra dengan ukuran 2x2x2 cm, teraba

kenyal, mobile, batas dengan jaringan sekitar jelas,nyeri tekan (-), nipple

discharge (-).

Kelenjar Getah Bening

KGB aksilaris : massa (-), nyeri tekan (-)

KGB supraklavikula : massa (-), nyeri tekan (-)

IV. ASSESSMENT I

Fibroadenoma Mammae Sinistra

V. PLAN I

1. MRS Bangsal Bedah

2. Cek lab DL, elektrolit, PT/APTT

3. Rontgen thorax

Page 6: Preskes Nur Boyol

4. USG mammae

5. Pro lumpectomy

II. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan

DARAH RUTIN

Hemoglobin 12.3 g/dL 14-18

Hematokrit 43,2 % 42-52

Leukosit 12.1 ribu/µl 4.8 – 10.8

Trombosit 277 ribu/µl 150 – 450

Eritrosit 5.21 juta/µl 4.7 – 6.1

Golongan Darah O

HEMOSTASIS

PT 15.6 Detik 12.0 – 16.0

APTT 31.3 Detik 25.0 – 42.0

INR 0.94

SEROLOGI HEPATITIS

HbsAg Nonreactive Nonreactive

KIMIA KLINIK

Creatinine 1.4 mg/dl 0.9-1.3

Ureum 38 mg/dl 10 - 50

ELEKTROLIT

Natrium Darah 133 mmol/l 132-145

Kalium Darah 4.1 mmol/l 3.3-5.1

Chlorida Darah 110 mmol/l 98-106

III. ASSESSMENT II

Fibroadenoma Mammae Sinistra

IV. PENATALAKSANAAN

Page 7: Preskes Nur Boyol

1. Infus RL 20 tpm

2. Diit TKTP 1700 kkal

3. Injeksi Ceftriaxon 1 g/12 jam

4. Pro Lumpectomy

V. PROGNOSIS

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad functionam : ad bonam

Quo ad sanationam : ad bonam

Page 8: Preskes Nur Boyol

FIBROADENOMA MAMMAE

I. PENDAHULUAN

Fibroadenoma merupakan tumor jinak pada payudara yang paling

umum ditemukan. Fibroadenoma terbentuk dari sel – sel epitel dan

jaringan ikat, dimana komponen epitelnya menunjukkan tanda – tanda

aberasi yang sama dengan komponen epitel normal. Etiologi penyakit ini

belum diketahui secara pasti. Namun diperkirakan berkaitan dengan

aktivitas estrogen. Fibroadenoma pertama kali terbentuk setelah aktivitas

ovarium dimulai dan terjadi terutama pada remaja muda.(1,2,3,4,5,6)

Fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita muda, terutama

dengan usia di bawah 30 tahun dan relatif jarang ditemukan pada payudara

wanita postmenopause. Tumor ini dapat tumbuh di seluruh bagian

payudara, namun tersering pada quadran atas lateral. Penyakit ini bersifat

asimptomatik atau hanya menunjukkan gejala ringan berupa benjolan pada

payudara yang dapat digerakkan, sehingga pada beberapa kasus, penyakit

ini terdeteksi secara tidak sengaja pada saat pemeriksaan fisik. Penanganan

fibroadenoma adalah melalui pembedahan pengangkatan tumor.

Fibroadenoma harus diekstirpasi karena tumor jinak ini akan terus

membesar.(2, 3, 5, 6)

II. INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI

Di Amerika Serikat, fibroadenoma merupakan lesi payudara yang

paling umum, yang terjadi pada wanita dengan usia di bawah 40 tahun.

Fibroadenoma dapat terjadi pada wanita segala usia, selama masa

reproduksi aktif dan mengecil setelah menopause. Fibroadenoma jarang

terjadi pada wanita postmenopause. Prevalensi fibroadenoma pada wanita

usia di atas 40 tahun kira-kira hanya 8 – 10 %. Sekitar 10 – 15 % kasus

fibroadenoma merupakan multipel. Pada wanita berkulit gelap,

fibroadenoma lebih sering terjadi di usia lebih muda dibandingkan wanita

berkulit putih.(4,6)

Page 9: Preskes Nur Boyol

Fibroadenoma merupakan hasil biopsi yang paling sering

ditemukan di Jamaica, yaitu sekitar 39,4% dari seluruh biopsi yang

dilakukan, yang diikuti oleh penyakit fibrokistik, sekitar 19, 3 %.(7)

III. ETIOLOGI

Penyebab pasti fibroadenoma tidak diketahui. Namun, terdapat

beberapa faktor yang dikaitkan dengan penyakit ini, antara lain

peningkatan mutlak aktivitas estrogen, yang diperkirakan berperan dalam

pembentukannya. Selain itu, diperkirakan terdapat prekursor embrional

yang dormant di kelenjar mammaria yang dapat memicu pembentukan

fibroadenoma yang akan berkembang mengikuti aktivitas ovarium.(2,3)

IV. ANATOMI

Payudara terdiri dari jaringan kelenjar, fibrosa, dan lemak. Jaringan

ikat memisahkan payudara dari otot – otot dinding dada, otot pektoralis

dan seratus anterior. Sedikit di bawah pusat payudara dewasa terdapat

puting (papila mamaria), tonjolan yang berpigmen dikelilingi oleh areola.

Puting mempunyai perforasi pada ujungnya dengan beberapa lubang kecil,

yaitu apertura duktus laktiferosa. Tuberkel – tuberkel Montgomery adalah

kelenjar sebasea pada permukaan areola.(8)

Jaringan kelenjar membentuk 12 hingga 25 lobus yang tersusun

radier di sekitar puting dan dipisahkan oleh jaringan lemak yang bervariasi

jumlahnya, yang mengelilingi jaringan ikat (stroma) di antara lobus –

lobus. Setiap lobus berbeda, sehingga penyakit yang menyerang satu lobus

tidak menyerang lobus lainnya. Drainase dari lobus menuju sinus

laktiferosa, yang kemudian berkumpul di duktus pengumpul dan bermuara

ke puting. Jaringan ikat di banyak tempat akan memadat membentuk pita

fibrosa yang tegak lurus terhadap substansi lemak, mengikat lapisan dalam

dari fasia subkutan payudara pada kulit. Pita ini, yaitu ligamentum Cooper

merupakan ligamentum suspensorium payudara.(8)

Page 10: Preskes Nur Boyol

Jika dilihat melalui potongan sagital, maka struktur payudara terdiri

atas beberapa lapisan, dari luar ke dalam, yaitu : kulit, jaringan lemak

subkutaneus, stroma (jaringan fibroglandular) yang di dalamnya terdapat

pula duktus laktiferus, fascia pektoralis, m. pektoralis mayor dan tulang

iga.(9)

Gambar 2. Anatomi Payudara. Potongan Sagital. (dikutip dari kepustakaan 9)

Gambar 3. Anatomi Payudara. Struktur Lobus Payudara. (dikutip dari

keustakaan 9)

Page 11: Preskes Nur Boyol

Vaskularisasi kelenjar mamae terutama berasal dari cabang arteri

aksilaris, ramus perforata intercostalis 1 – 4 dari arteri mammaria interna

dan ramus perforata arteri intercostalis 3 – 7. Cabang arteri aksilaris dari

medial ke lateral adalah arteri torakalis lateralis. Agak ke lateral dari arteri

torakalis lateralis terdapat arteri subskapularis. Vena dapat dibagi menjadi

2 kelompok, yakni superfisial dan profunda. Vena superfisial terletak di

subkutis, mudah tampak, bermuara ke vena mammaria interna atau vena

superfisial leher. Vena profunda berjalan seiring dengan arteri yang

senama, dan secara terpisah bermuara ke vena aksilaris, vena mammaria

interna dan vena azigos atau vena hemiazigos.(10)

Saluran limfe kelenjar mammae terutama berjalan mengikuti vena

kelenjar mammae, drainasenya terutama melalui : (10)

1. Bagian lateral dan sentral masuk ke kelenjar limfe fosa aksilaris

2. Bagian medial masuk ke kelenjar limfe memmaria interna.

3. Saluran limfe subkutis kelenjar mammae umumnya masuk ke pleksus

imfatik subareolar.

Kelenjar mammae dipersarafi oleh nervi intercostal ke 2 – 6 dan 3

– 4 rami dari pleksus servikalis. Sedangkan saraf yang berkaitan dengan

terapi bedah adalah : (10)

1. Nervus torakalis lateralis. Kira-kira di tepi medial m.pektoralis minor

melintasi anterior vena aksilaris, berjalan ke bawah, masuk ke

permukaan dalam m. pektoralis mayor.

2. Nervus torakalis medialis. Kira – kira 1 cm lateral dari nervus torakalis

lateralis, tidak melintasi vena aksilaris, berjalan ke bawah masuk ke m.

pektoralis minor dan m. pektoralis mayor.

3. Nervus torakalis longus dari pleksus servikalis. Menempel rapat pada

dinding toraks berjalan ke bawah, mempersarafi m. seratus anterior.

4. Nervus torakalis dorsalis dari pleksus brakhialis. Berjalan bersama

pembuluh darah subskapularis, mempersarafi m. subskapularis, m.

teres mayor.

Page 12: Preskes Nur Boyol

Gambar 4. Anatomi Payudara dan Aliran Limfe

V. FISIOLOGI

Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipegaruhi oleh

hormon. Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui

masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium, dan menopause.

Sejak pubertas, pengaruh estrogen dan progesteron yang diproduksi oleh

ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus

berkembang dan timbulnya asinus. (5)

Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid.

Sekitar hari ke – 8 haid, payudara jadi lebih besar dan beberapa hari

sebelum haid berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang – kadang

timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang

haid, payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik,

terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu, pemeriksaan

foto mamografi tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu

haid mulai, semuanya berkurang. (5)

Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada

kehamilan, payudara menjadi besar karena epitel duktus lobus dan duktus

alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru. (5)

Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi.

Air susu diproduksi oleh sel – sel alveolus, mengisi asinus, kemudian

dikeluarkan melalui duktus ke puting susu.(5)

Page 13: Preskes Nur Boyol

VI. PATOFISIOLOGI.

Fibroadenoma adalah tumor jinak yang menggambarkan suatu

proses hiperplasia dan proliferasi pada satu duktus terminal,

perkembangannya dihubungkan dengan suatu proses aberasi

perkembangan normal. Penyebab proliferasi duktus tidak diketahui,

diperkirakan sel stroma neoplastik mengeluarkan faktor pertumbuhan yang

memengaruhi sel epitel. Peningkatan mutlak aktivitas estrogen,

diperkirakan berperan dalam pembentukannya. Kira – kira 10%

fibroadenoma akan menghilang secara spontan tiap tahunnya dan

kebanyakan perkembangan fibroadenoma berhenti setelah mencapai

diameter 2 – 3 cm. Fibroadenoma hampir tidak pernah menjadi ganas.(2,4)

Fibroadenoma jarang ditemukan pada wanita yang telah mengalami

postmenopause dan dapat terbentuk gambaran kalsifikasi kasar.

Sebaliknya, fibroadenoma dapat berkembang dengan cepat selama proses

kehamilan, pada terapi pergantian hormon, dan pada orang – orang yang

mengalami penurunan kekebalan imunitas, bahkan pada beberapa kasus,

dapat menyebabkan keganasan. Pada pasien – pasien yang mengalami

penurunan kekebalan tubuh, perkembangan fibroadenoma berkaitan

dengan infeksi virus Epstein-Barr.(4)

Fibroadenoma terbagi atas Juvelline Fibroadenoma, yang terjadi

pada wanita remaja dan Myxoid Fibroadenoma yang terjadi pada pasien

dengan Carney complex. Carney complex merupakan suatu sindrom

neoplasma autosomal dominan yang terdiri atas lesi pada kulit dan

mukosa, myxomas dan kelainan endokrin.(4)

VII. DIAGNOSIS

VII.1. DIAGNOSIS KLINIK

VII.1.a. GAMBARAN KLINIK

Fibroadenoma pada sebagian besar penderita tidak menunjukkan

gejala dan terdeteksi setelah dilakukan pemeriksaan fisik.

Pertumbuhan fibroadenoma relatif lambat dan hanya menunjukkan

sedikit perubahan ukuran dan tekstur dalam beberapa bulan.

Page 14: Preskes Nur Boyol

Fibroadenoma memiliki gejala berupa benjolan dengan permukaan

yang licin dan merah. Biasanya fibroadenoma tidak nyeri, tetapi

kadang dirasakan nyeri bila ditekan.(3,5)

VII.1.b. PEMERIKSAAN FISIK.

Secara klinik, fibroadenoma biasanya bermanifestasi sebagai

massa soliter, diskret, dan mudah digerakkan, selama tidak

terbentuk jaringan fibroblast di sekitar jaringan payudara, dengan

diameter kira-kira 1 – 3 cm, tetapi ukurannya dapat bertambah

sehingga membentuk nodul dan lobus. Fibroadenoma dapat

ditemukan di seluruh bagian payudara, tetapi lokasi tersering adalah

pada quadran lateral atas payudara. Tidak terlihat perubahan kontur

payudara. Penarikan kulit dan axillary adenopathy yang signifikan

pun tidak ditemukan.(2,3,11)

VII.1.c. PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI

Secara makroskopis, semua tumor teraba padat dengan warna

cokelat – putih pada irisan, dengan bercak – bercak kuning – merah

muda yang mencerminkan daerah kelenjar.(2)

Secara histologis, tumor terdiri atas jaringan ikat dan kelenjar

dengan berbagai proporsi dan variasi. Tampak storma fibroblastik

longgar yang mengandung rongga mirip duktus berlapis sel epitel

dengan ukuran dan bentuk yang beragam. Rongga yang mirip duktus

atau kelenjar ini dilapisi oleh satu atau lebih lapisan sel yang reguler

dengan membran basal jelas dan utuh. Meskipun di sebagian lesi

duktus terbuka, bulat hingga oval dan cukup teratur (fibroadenoma

perikanalikularis), sebagian lainnya tertekan oleh proliferasi

ekstensif stroma sehingga pada potongan melintang rongga tersebut

tampak sebagi celah atau struktur ireguler mirip – bintang

(fibroadenoma intrakanalikularis).(2, 11)

VII.2. PEMERIKSAAN RADIOLOGIK

VII.2.a. MAMMOGRAFI

Page 15: Preskes Nur Boyol

Pada pemeriksaan mamografi, fibroadenoma

digambarkan sebagai massa berbentuk bulat atau oval dengan

batas yang halus dan berukuran sekitas 4 – 100 mm.

Fibrodenoma biasanya memiliki densitas yang sama dengan

jaringan kelenjar sekitarnya, tetapi, pada fibroadenoma yang

besar, dapat menunjukkan densitas yang lebih tinggi. Kadang-

kadang, tumor terdiri atas gambaran kalisifikasi yang kasar,

yang diduga sebagai infraksi atau involusi. Gambaran

kalsifikasi pada fibroadenoma biasanya di tepi atau di tengah

berbentuk bulat, oval atau berlobus – lobus. Pada wanita

postmenopause, komponen fibroglandular dari fibroadenoma

akan berkurang dan hanya meninggalkan gambaran kalsifikasi

dengan sedikit atau tanpa komponen jaringan ikat.(4,11,12)

VII.2.b. ULTRASONOGRAPHY (USG)

Dalam pemeriksaan USG, fibroadenoma terlihat rata,

berbatas tegas, berbentuk bulat, oval atau berupa nodul dan

lebarnya lebih besar dibandingkan dengan diameter

anteroposteriornya. Internal echogenicnya homogen dan

ditemukan gambaran dari isoechoic sampai hypoechoic.

Gambaran echogenic kapsul yang tipis, merupakan gambaran

khas dari fibroadenoma dan mengindikasikan lesi tersebut

jinak. Fibroadenoma tidak memiliki kapsul, gambaran kapsul

yang terlihat pada pemeriksaan USG merupakan pseudocapsule

yang disebabkan oleh penekanan dari jaringan di sekitarnya.(4,11)

Page 16: Preskes Nur Boyol

Gambar 12. Gambaran USG Fibroadenoma. Tampak massa hipoechoic yang rata, batas

tegas pada sebagian lobus merupakan khas dari fibroadenoma (dikutip dari kepustakaan 4)

VII.2.c. MAGNETIC RESONANCES IMAGING (MRI)

Dalam pemeriksaan MRI, fibroadenoma tampak

sebagi massa bulat atau oval yang rata dan dibandingkan

dengan menggunakan kontras gadolinium-based.

Fibroadenoma digambarkan sebagai lesi yang hypointense

atau isointense, jika dibandingkan dengan jaringan sekitarnya

dalam gambaran T1-weighted dan hypointense and

hyperintense dalam gambaran T2-weighted.(4)

Page 17: Preskes Nur Boyol

Gambar 13. Seorang wanita 47 tahun, dengan lesi 1cm yang terohat dari mamografi.

Dari pemeriksaan USG dan FNA, menujukkan gambaran fibroadenoma. Pemeriksaan

dengan MRI post-contras, memperlihatkan penyerapan yang cepat tanpa pembersihan,

yang merupakan ciri khas dari fibroadenoma. (dikutip dari kepustakaan 15)

VIII. DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding dari fibroadenoma, antara lain :

1. Cystosarcoma Phyllodes. Tumor ini jauh lebih jarang ditemukan

dan diperkirakan berasal dari stroma intralobulus. Tumor ini

berdiameter kecil, sekitar 3 – 4 cm, tetapi sebagian besar terus

tumbuh dan membesar sehingga menyebabkan payudara

membesar. Tumor ini terdapat pada semua usia, namun

kebanyakan ditemukan pada usia 45 tahun. Gambaran radiologis

(mammografi) dari tumor ini berupa massa berbentuk bulat dan

berbatas tegas.(2,5,13)

Gambar 14. Mamografi Cystosarcoma Phyllodes. Tampak massa berbatas tegas

tanpa kalsifikasi (dikutip dari kepustakaan 14)

Gambaran USG tumor ini, pada umumnya hipoechoic

dengan batas yang masih tegas, echo-internal dapat homogen atau

sedikit inhomogen serta adanya penyangatan akustik posterior

Page 18: Preskes Nur Boyol

lemah, hal ini mungkin disebabkan struktur kistik pada tumor

tersebut.(16)

Gambar 15. Gambaran USG Cystosarcoma Phylloides. Lesi hypoechoic tampak

besar , berlobulasi dengan echo-internal inhomogen, sering ampak struktur

anechoic yang menandakan adanya proses degeneresi kistik. (dikutip dari

kepustakaan 16)

2. Kista Payudara. Kista payudara dapat berasal dari adenosis, ketika

lamina duktus dan acini mengalami dilatasi dan dibatasi oleh

jaringan epitel. Gambaran mamografinya berupa massa bulat atau

oval yang berbatas tegas. Tepi kista ini dapat berbatasan dengan

jaringan fibroglandular, baik sebagian maupun seluruhnya.(11)

Gambar 15. Gambaran Mamografi Kista Payudara. Tampak massa bulat atau

oval dengan densitas yang lebih terang dibandingkan dengan parenkim

payudara. (dikutip dari kepustakaan 13)

Page 19: Preskes Nur Boyol

Gambaran USG pada kista adalah lesi dengan bentuk bulat

atau oval, mempunyai batas tegas dan teratur, an-echoic dan

adanya penyangatan akustik posterior.(16)

Gambar 16. Gambaran USG Kista Payudara. Tumor ini akan tampak sebagai

suatu lesi an-echoic dengan batas teratur serta tampak penyangatan akustik

posterior. (dikutip dari kepustakaan 16)

3. Papilloma. Merupakan lesi jinak yang berasal dari duktus

laktiferus dan 75% tumbuh di bawah areola mamma. Papilloma

memberikan gejala berupa sekresi cairan serous atau berdarah,

adanya tumor subareola kecil dengan diameter beberapa milimeter

atau retraksi puting payudara (jarang ditemukan). Biasanya,

ukuran lesi papilloma sangat kecil, hanya beberapa milimeter,

sehingga pada mamografi, terlihat gambaran sedikit

pengembungan atau normal dari duktus retro-areolar. .(2,5,11)

Page 20: Preskes Nur Boyol

Gambar 17. Mamografi Papilloma. Tampak gamabran heterogen dari payudara

dengan kalsifikasi yang menyebar tanpa gambaran massa (dikutip dari

kepustakaan 14)

Gambaran USG kelainan ini adalah suatu lesi intraduktal

dengan pelebaran duktus laktiferus.(16)

Gambar 18. Gambaran USG Papiloma. Tampak lesi iso-echoic dengan pelebaran

duktus laktiferus. (dikutip dari kepustakaan 14)

IX. PENATALAKSANAAN.

Operasi eksisi merupakan satu-satunya pengobatan untuk

fibroadenoma. Operasi dilakukan sejak dini, hal ini bertujuan untuk

memelihara fungsi payudara dan untuk menghindari bekas luka.

Page 21: Preskes Nur Boyol

Pemilihan tipe insisi dilakukan berdasarkan ukuran dan lokasi dari lesi

di payudara. terdapat 3 tipe insisi yang biasa digunakan, yaitu (3)

1. Radial Incision, yaitu dengan menggunakan sinar.

2. Circumareolar Incision

3. Curve/Semicircular Incision

Tipe insisi yang paling sering digunakan adalag tipe radial.

Tipe circumareolar, hanya meninggalkan sedikit bekas luka dan

deformitas, tetapi hanya memberikan pembukaan yang terbatas. Tipe

ini digunakan hanya untuk fibroadenoma yang tunggal dan kecil dan

lokasinya sekitar 2 cm di sekitar batas areola. Semicircular incision

biasanya digunakan untuk mengangkat tumor yang besar dan berada

di daerah lateral payudara.(3)

X. PROGNOSIS.

Prognosis dari penyakit ini baik, walaupun penderita mempunyai

resiko yang tinggi untuk menderita kanker payudara. bagian yang tidak

diangkat harus diperiksa secara teratur.(6)

DAFTAR PUSTAKA

Page 22: Preskes Nur Boyol

1. Kuijper Arno., Mommers Ellen C.M., Van der Wall Elsken., Van Diest Paul

J. Histopathology of Fibroadenoma of The Breast. Available from :

http://ajcp.ascpjournals.org/.

2. Crum Christoper P., Lester Susan C., Cotran Ramzi S. Sistem Genitalia

Perempuan dan Payudara. Dalam : Robbins, Stanley L., Kumar Vinay.,

Cotran Ramzi S. Robbins Buku Ajar Patologi. Volume 2. Edisi 7. Penerbit

Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2007. Hal. 793 – 794.

3. Farrow Joseph H. Fibroadenoma of The Breast. Available from :

http://caonline.amcancersoc.org/.

4. Roubidoux Marilyn A. Breast, Fibroadenoma. Available from :

http://emedicine.medscape.com/. Update on July 26, 2009.

5. Sjamsuhidajat, R., De Jong Wim. Dalam : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.

Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2005. Hal. 388 – 393.

6. Zieve David., Wechter Debra G. Fibroadenoma – Breast. Available from :

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/. Update on December 17, 2009.

7. Shirley S.E., Mitchell D.I.G., Soares D.P., James M., Escoffery C.T., Rhodrn

A.M., Wolff C., Choy L., Wilks R.J. Clinicopathologic Features of Breast

Disease in Jamaica : Findings of the Jamaican Breast Disease Study. 2000 –

2002. Available from : http://lib.bioinfo.pl/ .

8. Hillegas Kathleen Branson. Gangguan Sistem Reproduksi Perempuan. Dalam

: Anderson, Sylvia Price., Wilson Lorraine McCarty. Patofisiologi, Konsep

Klinis Proses – Proses Penyakit. Volume 2. Edisi 6. Penerbit Buku

Kedokteran EGC. Jakarta. 2006. Hal. 1301 – 1302.

9. Ryan Stephanie., McNicholas Michelle., Eustace Stephen. In : Anatomy for

Diagnostic Imaging. Saunders, Elsevier Health. Philadephia. 2004. Hal. 308

– 310.

10. Desen Wan. Dalam : Buku Ajar Onkologi Klinis. Edisi 2. Balai Penerbit

FKUI. Jakarta. 2008. Hal. 366 – 369.

11. Fleischer Arthur C., Cullinan Jeanne A. Ultrasonography in Obsetrics and

Gynaecology; Obsetric Radiology. In : Grainger Ronald G., Allison David.

Grainger & Allison’s Diagnostic Radiology : A Textbokk of Medical

Page 23: Preskes Nur Boyol

Imaging. Third Edition. Churchill Livingstone. New York. 1997, Hal. 2003 –

2011.

12. Gravelle I.H. Mammography. In : Sutton David. A Textbook of Radiology

and Imaging. Volume 2. Churchill Livingstone. Great Britain. London. 1993,

Hal. 1364 – 1366.

13. Eisenberg Ronald L. In : Clinical Imaging An Atlas of Differential Diagnosis.

Fifth Edition. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia. 2010. Hal. 1392

– 1395.

14. Muttarak Malai. Breast Imaging : A Comprehensive Atlas. Booknet

Company. Thailand. 2002. Hal. 33 – 177.

15. Kelcz Fred. Breast Imaging Using 3D-GRE. Available from :

http://www.gehealthcare.com/.

16. Makes Daniel. Atlas Ultrasonografi Payudara dan Mamografi. Balai Penerbit

FKUI. Jakarta. 1992. Hal 16 – 19.