Refrat THT Boyol Hipertiroid

24
TUGAS THT ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN – KEPALA LEHER HIPERTIROID KARANGANYAR Oleh : Tara Ken Wita Kirana G99141097 Pembimbing :dr. Anton Christanto, M.Kes, Sp.THT-KL KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN – KEPALA LEHER

description

Laporan Hipertiroid

Transcript of Refrat THT Boyol Hipertiroid

TUGAS THT

ILMU PENYAKITTELINGA HIDUNG TENGGOROKAN KEPALA LEHERHIPERTIROID

KARANGANYAR

Oleh :Tara Ken Wita Kirana G99141097

Pembimbing :dr. Anton Christanto, M.Kes, Sp.THT-KL

KEPANITERAAN KLINIKILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN KEPALA LEHERFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARETRSUD PANDANARANG BOYOLALIBOYOLALI2014

1. Keluhan utama (simptom) di Poli THT:A. Keluhan utama pada telinga :1,21. Gangguan pendengaran atau pekak (tuli) Gangguan pendengaran merupakan suatu kondisi fisik yang ditandai dengan adanya penurunan kemampuan hingga hilangnya kemampuan seseorang dalam mendengarkan suara. Bila terdapat keluhan pada pendengaran, perlu ditanyakan apakah keluhan tersebut pada satu atau dua telinga, timbul tiba-tiba atau bertambah berat secara bertahap dan sudah beberapa lama diderita. Perlu juga ditanyakan adanya riwayat trauma, pemakaian obat ototoksik, pernah menderita penyakit virus sebelumnya, serta apakah gangguan pendengaran ini sudah diderita sejak bayi. Pada orang dewasa tua perlu ditanyakan apakah gangguan ini lebih terasa di tempat yang bising atau di tempat yang lebih tenang. Gangguan pada telinga luar dan telinga tengah dapat menyebabkan tuli konduktif, sedangkan gangguan telinga bagian dalam dapat menyebabkan tuli sensorineural. Pada tuli konduktif terdapat gangguan hantaran suara, sedangkan pada tuli sensorineural terdapat kelainan perseptif.2. Telinga berbunyi (tinitus)Tinitus merupakan bentuk gangguan pendengaran yang ditandai dengan adanya keluhan berupa sensasi suara tanpa adanya rangsangan dari luar, dapat berupa sinyal mekanoakustik maupun listrik. Keluhan suara yang di dengar sangat bervariasi, dapat berupa bunyi mendenging, menderu, mendesis, mengaum atau berbagai macam bunyi lainnya yang menyebabkan seseorang dengan keluhan ini merasa sulit dalam menangkap suara hingga dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Suara yang didengar dapat bersifat stabil atau berpulsasi. Keluhan tinitus dapat dirasakan unilateral dan bilateral. Tinitus dapat dibagi atas tinitus objektif dan tinitus subjektif. Dikatakan tinitus objektif jika suaranya juga dapat di dengar oleh pemeriksa dan dikatakan tinitus subjektif jika tinnitus hanya dapat didengar oleh penderita.3. Rasa pusing berputar (vertigo)Vertigo merupakan keluhan berupa rasa pusing berputar yang menyebabkan timbulnya gangguan keseimbangan sehingga menyebabkan adanya sensasi berupa rasa ingin jatuh. Vertigo biasanya juga disertai dengan keluhan mual, muntah, rasa penuh di telinga dan telinga berdenging yang kemungkinan terjadi karena terdapat kelainan pada labirin atau disebabkan oleh adanya kelainan neurologi berupa disartri dan gangguan penglihatan sentral. Perubahan posisi biasanya mempengaruhi kualitas dan kuantitas vertigo. Kadang-kadang keluhan vertigo akan timbul oleh karena kekakuan pergerakan pada otot-otot leher. 4. Nyeri di dalam telinga (otalgia)Otalgiaatausakit telinga adalah nyeri yang dirasakan pada telinga.Otalgia atau keluhan nyeri di dalam telinga ini dibagi menjadi otalgia primer dan otalgia sekunder. Otalgia primermerupakan nyeri telinga yang berasal di dalam telinga sedangkan otalgia sekunderadalah nyeri telinga yang berasal dari luar telinga. Otalgia tidak selalu terkait dengan penyakit telinga. Nyeri alih ke telinga (referred pain) dapat berasal dari rasa nyeri di gigi molar atas, sendi mulut, dasar mulut, tonsil atau tulang servikal yang kemudian menjalar ke telinga karena telinga dipersarafi oleh saraf sensoris yang berasal dari organ-organ tersebut.4. OtorrheaOtorrhea merupakan sekret yang keluar dari liang telinga. Sekret yang sedikit biasanya berasal dari dari infeksi telinga luar dan sekret yang banyak dan bersifat mukoid umumnya berasal dari telinga tengah. Bila berbau busuk menandakan adanya kolesteatom. Bila bercampur darah harus dicurigai adanya infeksi akut yang berat atau tumor. Bila cairan yang keluar seperti air jernih, harus waspada adanya cairan liquor cerebrospinal.

5. Telinga terasa penuhKeluhan berupa telinga terasa penuh sering dijumpai pada banyak kasus dan sering kali diikuti dengan adanya keluhan berupa penurunan pendengaran.6. Adanya benda asing di telinga

B. Keluhan utama pada hidung1,21. Sumbatan HidungSumbatan hidung dapat terjadi disebabkan oleh beberapa faktor. Sehingga diperlukan anamnesis yang teliti berkaitan dengan keluhan tersebut, seperti : apakah sumbatan terjadi terus menerus, pada satu atau dua lubang hidung, adakah riwayat kontak dengan debu, tepung sari, bulu binatang, adakah riwayat trauma hidung, pemakaian obat dekongestan dalam waktu lama, dan lain-lain.2. Sekret di hidungKeluhan adanya sekret di hidung cukup sering dijumpai. Sekret di hidung yang disebabkan karena infeksi hidung biasanya bilateral, jernih sampai purulen. Sekret yang jernih seperti air dan jumlahnya banyak khas untuk alergi hidung. Bila sekretnya kuning kehijauan biasanya berasal dari sinusitis hidung dan bila bercampur darah dari satu sisi, dapat disebabkan oleh adanya tumor hidung. Pada anak bila sekret yang terdapat hanya satu sisi dan berbau, kemungkinannya adalah terdapat benda asing di hidung. Sekret dari hidung yang turun ke tenggorokan disebut sebagai post nasal drip kemungkinan berasal dari sinus paranasal.3. BersinBila terdapat keluhan berupa bersin yang berulang-ulang merupakan keluhan pasien alergi hidung. Untuk itu perlu ditanyakan apakah bersin tersebut timbul akibat menghirup sesuatu yang diikuti dengan keluarnya sekret yang enccer dan rasa gatal di hidung, tenggorok, mata dan telinga dan perlu dilakukan tes alergi untuk mengakkan diagnosis ini secara pasti. 4. Rasa nyeri di daerah muka dan kepalaAdanya rasa nyeri di daerah muka dan kepala ada hubungannya dengan keluhan yang ada di hidung. Nyeri di daerah dahi, pangkal hidung, pipi dan tengah kepala merupakan tanda-tanda infeksi pada daerah sinus (sinusitis). Rasa nyeri atau rasa berat ini dapat timbul lebih parah ketika menundukan kepala dan dapat berlangsung dari beberapa jam sampai beberapa hari dan keluhan ini terjadi dalam waktu lama. Infeksi pada daerah sinus bisa didahului oleh adanya keluhan pada gigi berupa gigi yang berlubang.5. Perdarahan di hidungPerdarahan di hidung atau yang dikenal dengan istilah epitaksis, yang dapat berasal dari bagian anterior rongga hidung atau dari bagian posterior rongga hidung. Penyebab dari timbulnya perdarahan di hidung ini bervariasi, perlu ditanyakan dan diperiksa untuk mengetahui adanya trauma, penyakit kongenital berupa kelainan pembuluh darah, infeksi lokal seperti rinitis atau sinusitis, adanya tumor, penyakit kelainan darah6. Gangguan PenghiduGangguan penghidung dapat berupa hilangnya penciuman (anosmia), atau berkurangnya penciuman (hiposmia), yang disebabkan karena adanya kerusakan pada saraf penghidu ataupun karena sumbatan pada hidung. Perlu ditanyakan apakah sebelumnya ada riwayat infeksi hidung, infeksi sinus (sinusitis), trauma kepala dan keluhan ini sudah berapa lama.6. Adanya benda asing di hidung

C. Keluhan utama di tenggorokan1,21. Nyeri tenggorokKeluhan ini dapat hilang timbul atau menetap. Perlu ditanyakan apakah keluhan ini disertai dengan demam, batuk, serak dan tenggorok terasa kering.

2. OdinofagiNyeri menelan (odinofagi) merupakan rasa nyeri pada tenggorokan waktu menelan, dan terkadang rasa nyeri tersebut dapat dirasakan sampai telinga.3. Dahak di tenggorokanKeluhan yang sering timbul akibat adanya inflamasi di hidung dan faring. Dahak dapat berupa lendir saja, disertai pus, bercampur darah. Dahak dapat turun dan keluar bila dibatukkan atau terasa turun di tenggorokan.4. Sulit menelanSulit menelan (disfagia), keadaan dimana terjadi kesulitan untuk menelan. Gangguan menelan dapat terjadi pada setiap organ yang berperan dalam proses menelan. Secara fisiologi pada proses menelan, keadaan disfagia dapat terjadi pada fase oral, fase faringeal, dan esofagal.5. Rasa sumbatan di leher (sense of lump in the neck)Pada keluhan ini penting untuk mengetahui waktu terjadinya dan tempatnya. 6. Suara serak (disfonia)Disfonia merupakan istilah umum untuk setiap gangguan suara yang disebabkan kelainan pada organorgan fonasi, terutama laring, baik yang bersifat organik maupun fungsional.Gangguan suara dapat berupa suara parau (hoarseness), suara terdengar kasar (roughness) dengan nada lebih rendah dari biasanya, suara lemah (hipofonia), hilang suara (afonia), suara tegang dan susah keluar (spatik),suara terdiri dari beberapa nada (diplofonia), nyeri saat bersuara (odinofonia) atau ketidakmampuan mencapai nada atau intensitas tertentu. Disfonia bukan merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan gejala penyakit atau kelainan pada laring. Setiap keadaan yang menimbulkan gangguan dalam getaran, gangguan dalam ketegangan serta gangguan dalam pendekatan (aduksi) kedua pita suara kiri dan kanan akan menimbulkan disfoni.7. Sesak nafas Keluhan sesak nafas merupakan salah satu keluhan yang sering dijumpai, umunya keluhan sesak ini terjadi karena adanya sumbatan dari benda asing pada tenggorokan.

D. Keluhan pada kepala leher1,21. Pembesaran pada leherPembesaran pada leher dapat terjadi karena adanya suatu keganasan, keganasan yang terjadi bisa terjadi di laryng, faring, dan organ-organ lainnya. Keganasan tersebut dapat pula merupakan hasil metastase dari organ tertentu yang bermanifestasi ke leher. Keganasan dapat berupa keganasan yang bersifat jinak sampai dengan ganas.2. Nyeri kepalaNyeri kepala umumnya merupakan keluhan yang sangat sering ditemui dan banyak penyebab yang menyertainya.

2. Mekanisme patofisiologi hipertiroid/ pembesaran kelenjar tiroidHipertiroidisme adalah suatu keadaan klinik yang ditimbulkan oleh sekresi berlebihan dari hormon tiroid. Didapatkan pula peningkatan produksi triyodotironin (T3) sebagai hasil meningkatnya konversi tiroksin (T4) di jaringan perifer.4,6 Kelenjar tiroid mensekresikan dua hormon utama, tiroksin (T4) dan triyodotironin (T3), keduanya dapat meningkatkan metabolisme tubuh. Tidak hanya itu, terdapat juga hormon kalsitonin yang disekresi kelenjar ini. Hormon tersebut berfungsi dalam metabolisme kalsium. Keseluruhan sekresi hormon-hormon di atas diatur oleh sekresi hormon perangsang-tiroid (thyroid stimulating hormon, TSH) yang dihasilkan kelenjar hipofisis anterior.4,5,6Regulasi hormon tiroid adalah sebagai berikut hipotalamus sebagai master gland mensekresikan TRH (Tyrotropine Releasing Hormone) untuk mengatur sekresi TSH oleh hipofisis anterior. Kemudian tirotropin atau TSH (Thyroid Stimulating Hormone) dari hipofisis anterior meningkatkan sekresi tiroid dengan perantara cAMP. Mekanisme ini mempunyai efek umpan balik negatif, bila hormon tiroid yang disekresikan berlebih, sehingga menghambat sekresi TRH maupun TSH. Bila jumlah hormon tiroid tidak mencukupi, maka terjadi efek yang sebaliknya.5 Efek yang umum dari hormon tiroid adalah mengaktifkan transkripsi inti sejumlah besar gen. Oleh karena itu, di semua sel tubuh sejumlah besar enzim protein, protein struktural, protein transpor, dan zat lainnya akan disintesis. Hasil akhirnya adalah peningkatan menyeluruh aktivitas fungsional di seluruh tubuh. Hormon tiroid meningkatkan aktivitas metabolik selular dengan cara meningkatkan aktivitas dan jumlah sel mitokondria, serta meningkatkan transpor aktif ion-ion melalui membran sel. Hormon tiroid juga mempunyai efek yang umum juga spesifik terhadap pertumbuhan. Efek yang penting dari fungsi ini adalah meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan otak selama kehidupan janin dan beberapa tahun pertama kehidupan pascalahir. Efek hormon tiroid pada mekanisme tubuh yang spesifik meliputi peningkatan metabolisme karbohidrat dan lemak, peningkatan kebutuhan vitamin, meningkatkan laju metabolisme basal, dan menurunkan berat badan. Sedangkan efek pada sistem kardiovaskular meliputi peningkatan aliran darah dan curah jantung, peningkatan frekuensi denyut jantung, dan peningkatan kekuatan jantung. Efek lainnya antara lain peningkatan pernafasan, peningkatan motilitas saluran cerna, efek merangsang pada sistem saraf pusat (SSP), peningkatan fungsi otot, dan meningkatkan kecepatan sekresi sebagian besar kelenjar endokrin lain.4,5Penyakit dengan hipertiroid yang paling sering ditemui adalah penyakit grave yang merupakan suatu penyakit autonium yang ditandai oleh autoantibodi yang memiliki kerja mirip TSH pada kelenjar tiroid. Pada penyakit Graves, limfosit T mengalami perangsangan terhadap antigen yang berada didalam kelenjar tiroid yang selanjutnya akan merangsang limfosit B untuk mensintesis antibodi terhadap antigen tersebut. Antibodi yang disintesis akan bereaksi dengan reseptor TSH didalam membran sel tiroid sehingga akan merangsang pertumbuhan dan fungsi sel tiroid, dikenal dengan TSH-R antibody, tetapi tidak mengalami umpan balik negatif dari kadar hormon tiroid yang tinggi. Kadar TSH dan TRH rendah karena keduanya berespons terhadap peningkatan kadar hormon tiroid. Adanya antibodi didalam sirkulasi darah mempunyai korelasi yang erat dengan aktivitas dan kekambuhan penyakit. Mekanisme autoimunitas merupakan faktor penting dalam patogenesis terjadinya hipertiroidisme, oftalmopati, dan dermopati pada penyakit Graves. Sampai saat ini dikenal ada 3 otoantigen utama terhadap kelenjar tiroid yaitu tiroglobulin (Tg), thyroidal peroxidase (TPO) dan reseptor TSH (TSH-R). Disamping itu terdapat pula suatu protein dengan BM 64 kiloDalton pada permukaan membran sel tiroid dan sel-sel orbita yang diduga berperan dalam proses terjadinya perubahan kandungan orbita dan kelenjar tiroid penderita penyakit Graves. Sel-sel tiroid mempunyai kemampuan bereaksi dengan antigen diatas dan bila terangsang oleh pengaruh sitokin (seperti interferon gamma) akan mengekspresikan molekul-molekul permukaan sel kelas II (MHC kelas II, seperti DR4) untuk mempresentasikan antigen pada limfosit T. Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid mendapatkan sinyal untuk mensekresikan hormon hingga diluar batas, sehingga untuk memenuhi sinyal tersebut, sel-sel sekretoris kelenjar tiroid membesar.4,6Pada goiter nodular toksik, hipertiroid terjadi oleh karena peningkatan ukuran kelenjar tiroid akibat peningkatan kebutuhan akan hormon tiroid. Peningkatan kebutuhan akan hormon tiroid terjadi selama periode pertumbuhan atau kebutuhan metabolik yang tinggi misalnya pada pubertas atau kehamilan. Dalarn hal ini, peningkatan tiroid disebabkan oleh pengaktifan hipotalamus yang didorong oleh proses metabolisme tubuh sehingga disertai oleh peningkatan TRH dan TSH. Apabila kebutuhan akan hormon tiroid berkurang, ukuran kelenjar tiroid biasanya kembali ke normal. Kadang-kadang terjadi perubahan yang ireversibel dan kelenjar tidak dapat mengecil. Kelenjar yang membesar tersebut dapat, walaupun tidak selalu, tetap memproduksi HT dalm jumlah berlebihan. Apabila individu yang bersangkutan tetap mengalami hipertiroidisme, maka keadaan ini disebut gondok nodular toksik. Dapat terjadi adenoma, hipofisis sel-sel penghasil TSH atau penyakit hipotalamus, walaupun jarang. Goiter Nodular toksik paling sering ditemukan pada pasien lanjut usia sebagai komplikasi goiter nodular kronik.4,6

3. Tatalaksana pasien hipertiroid

Hipertiroid

Hipertiroid sedang atau ringan dengan pembesaran kelenjar tiroid; hipertiroid pada anak/ wanita hamil/ wanita menyusui; hipertiroid pada pasien dengan penyakit mata beratHipertiroid berat (ditandai dengan adanya elevasi T3 dan atau T4 ), goiter yang sangat besar (4x normal), serum T3: T4 > 20

Terapi definitif dengan radioiodine

Terapi awal dengan obat anti-tiroid

Gagal

Normalisasi fungsi tiroid dengan obat anti-tiroid sebelum terapi radioidine pada pasien lansia dan pasien dengan penyakit kardiovaskularNormalisasi fungsi tiroid dengan obat anti-tiroid sebelum dilakukannya terapi pada lansia dan pasien dengan penyakit kardiovaskular

Dimulai dengan methimazole 5-30 mg/ hari. Propylthiouracil lebih baik digunakan bagi wanita hamil

Monitoring fungsi tiroid setiap 4-6 minggu hingga level normal tiroid dalam darah didapatkan

Terapi Pembedahan

Hentikan terapi setelah 12-18 bulan

GagalMonitoring fungsi tiroid setiap 12 bulanSesi ke-2 pemberian obat anti-tiroid pada anak-anak dan lansiaTerapi definitif dengan radioiodine pada pasien dewasaRemisi Relaps Monitoring fungsi tiroid setiap 2 bulan dalam 6 bulan, selanjutnya monitoring dilakukan lebih jarang

4. Diagnosis banding hipertiroid 4,6

Penggolongan HipertiroidPenyakit

Hipertiroidisme PrimerPenyakit graves, Strauma multinodosa toksik, adenoma toksik, metastasis karsinoma tiroid fungsional, strauma ovarii, mutasi reseptor TSHObat : kelebihan iodium (fenomena Jod Basedow)

Tiroksikositosis tanpa hipertiroidismeTiroiditis subakut, tiroiditis silent, destruksi tiroid (karena amiodarone, radiasi, infark adenoma), asupan hormon tiroid berlebihan (tiroksikosis factitia)

Hipertiroidisme sekunderAdenoma hipofisis yang mensekresi TSH, syndrome resistensi hormone tiroid, tumor yang mensekresi HCG, tiroksikosis gestasional

5. Penatalaksanaan hipertiroidSasaran terapi hipertiroidisme adalah : (1) menghambat sintesis hormon tiroid, (2) menghambat sekresi hormon tiroid, (3) menekan konversi T4 menjadi T3 di perifer, dan (4) mengurangi massa kelenjar tiroid. Saat ini pilihan terapi: (1) obat antitiroid, (2) iodin radioaktif, (3) pembedahan.4,6Obat AntitiroidTujuan pemberian obat antitiroid adalah 3,6: (1) sebagai terapi yang berusaha memperpanjang remisi atau mendapatkan remisi yang menetap pada penderita muda dengan struma ringan sampai sedang dan tirotoksikosis, (2) sebagai obat untuk kontrol tirotoksikosis pada fase sebelum pengobatan atau sesudah pengobatan pada penderita yang mendapat yodium radioaktif, (3) sebagai persiapan untuk tiroidektomi, (4) untuk pengobatan penderita hamil dan lanjut umur, dan (5) penderita dengan krisis tiroid.Obat antitiroid yang sering digunakan untuk menangani penyakit Graves adalah golongan thionamide yang bekerja dengan menghambat oksidasi dan pengikatan iodida sehingga mengakibatkan defisiensi iodin intratiroid. Propylthiouracil (PTU) dapat menekan konversi T4 menjadi T3 pada jaringan perifer. Berikut obat golongan thionamide yang digunakan untuk terapi penyakit Graves 3,4,6:a. Methimazole Merupakan obat pilihan kecuali pada krisis tiroid dan pengobatan pada wanita hamil. Tidak menghambat konversi perifer dari T4 menjadi T3 Tidak memiliki efek segera. Waktu paruh lebih lama dibandingkan PTU, maka dari itu obat ini dapat diberikan dua kali sehari. Tidak berhubungan dengan hepatitis Memiliki hubungan yang lemah dengan aplasia kutis pada neonatal setelah terjadi paparan in utero. Dosis dewasa: dosis awal 10-15 mg per oral dua kali sehari kemudian dilakukan titrasi cepat sampai setengah dosis awal setelah tercapai keadaan eutiroid. Dosis anak-anak: dosis awal 15-20 mg/m2/hari per oral dibagi dalam dua kali pemberian per hari kemudian dilakukan titrasi sampai tercapai dosis efektif terendah untuk mempertahankan keadaan eutiroid. Kontraindikasi pada hipersensitivitas, neutropenia, penyakit hati, kehamilan, wanita menyusui, dan badai tiroid. Interaksi: mempunyai aktivitas anti vitamin K dan mungkin meningkatkan aktivitas obat antikoagulan oral. Monitor dengan melakukan pemeriksaan darah rutin, hitung jenis, dan tes fungsi hati. Juga perlu dilakukan tes fungsi tiroid agar dapat dilakukan penyesuaian dosis. Efek samping berupa terjadinya rash pada kulit, artritis, artralgia, kolestatik jaundice, neutropenia, dan agranulositosis.b. Propylthiouracil (PTU) Merupakan obat pilihan pada keadaan krisis tiroid karena dapat menghambat konversi perifer T4 menjadi T3, serta pada laktasi dan kehamilan karena tidak melewati plasenta. Tidak dihubungkan dengan aplasia kutis pada fetus. Dosis dewasa: dosis awal 100-150 mg per oral tiga kali sehari kemudian dilakukan titrasi sampai tercapai dosis efektif terendah untuk mempertahankan keadaan eutiroid. Dosis anak-anak: dosis awal 5-7 mg/kgBB/hari per oral dibagi menjadi tiga kali pemberian kemudian dilakukan titrasi sampai tercapai dosis efektif terendah untuk mempertahankan keadaan eutiroid. Kontraindikasi pada hipersensitivitas, neutropeni, dan penyakit hati Interaksi: mempunyai aktivitas antivitamin K sehingga dapat meningkatkan aktivitas antikoagulan oral. Monitor dengan melakukan pemeriksaan darah rutin, hitung jenis, dan tes fungsi hati. Juga perlu dilakukan tes fungsi tiroid agar dapat dilakukan penyesuaian dosis. Efek samping: terjadinya rash pada kulit, artritis, artralgia, hepatitis, neutropenia, dan agranulositosis.Untuk pemantauan pemberian obat pada penderita rawat jalan, perlu dilakukan pemeriksaan tes fungsi tiroid, tes fungsi hati, dan pemeriksaan darah lengkap dalam interval waktu tiap 6 minggu sampai 3 bulan. Juga perlu dicari apakah ada efek samping obat yang potensial dapat timbul dengan mencari riwayat penyakit sebelumnya. Perbaikan klinis tergantung pada jumlah hormon tiroid yang tersimpan dalam kelenjar dan kecepatan sekresi kelenjar. Perbaikan ini biasanya terjadi dalam 3 minggu dan eutiroidisme dapat tercapai dalam 6-8 minggu.Radioaktif IodinCara kerja obat ini adalah dengan mengonsentrasikan radioaktif iodin pada kelenjar tiroid sehingga menyebabkan kerusakan kelenjar tiroid tanpa membahayakan jaringan lain. Indikasi pengobatan dengan yodium radioaktif adalah: (1) penderita usia 35 tahun atau lebih, (2) hipertiroidisme yang kambuh sesudah dioperasi, (3) gagal mencapai remisi sesudah pemberian obat antitiroid, (4) tidak mampu atau tidak mau pengobatan antitiroid, (5) adenoma toksik dan goiter multinodular toksik. Pengobatan dengan yodium radioaktif ini dapat mengakibatkan terjadinya keadaan hipotiroidisme. Yang biasa digunakan adalah dengan dosis 5-12 mCi per oral. Dosis ini dapat mengendalikan tirotoksikosis dalam 3 bulan, namun kira-kira sepertiga dari penderita akan menjadi hipotiroid dalam tahun pertama. Efek samping lain yang mungkin timbul adalah eksaserbasi hipertiroidisme dan tiroiditis.Terapi Pembedahan Tindakan pembedahan dapat dipilih apabila: (1) gondok sangat besar dengan/atau tanpa tirotoksikosis yang berat; (2) menunjukkan gejala penekanan, terutama gondok retrosternal; (3) tidak berhasil dengan obat antitiroid; (4) penderita tidak kooperatif meminum obat antitiroid; (5) ada reaksi dengan obat antitiroid; (6) karena keadaan geografi dan sosial ekonomi tidak memungkinkan dipantau secara teratur oleh dokter; (7) gondok nodular toksik terutama pada penderita muda.Subtotal tiroidektomi apabila terdapat multinodular goiter atau ukuran kelenjar yang besar. Pada subtotal tiroidektomi, jika terlalu banyak jaringan tiroid yang ditinggalkan maka akan terjadi relaps. Biasanya ahli bedah meninggalkan 2-3 g jaringan tiroid pada leher kanan dan kiri. Penyebab lain terjadinya kekambuhan adalah iodine uptake dan aktivitas imunologi penderita. Tiroidektomi total dilakukan apabila terdapat progresifitas yang cepat dari oftalmopati.Sebelum operasi penderita disiapkan dengan pemberian obat antitiroid sampai tercapai keadaan eutiroid (kurang lebih selama 6 minggu). Biasanya penderita diberi cairan kalium iodida 100-200 mg/hari atau cairan lugol 10-15 tetes per hari selama 10 hari sebelum dioperasi untuk mengurangi vaskularisasi pada kelenjar tiroidPengobatan TambahanObat-obat lain yang biasa digunakan sebagai obat tambahan adalah: Penyekat beta-adrenergik. Dengan pemberian obat ini diharapkan gejala seperti palpitasi, tremor, berkeringat banyak, serta gelisah akan dapat berkurang. Obat ini juga dapat menurunkan kadar T3 dalam serum. Dosis yang dianjurkan sebesar 40-200 mg/hari yang dibagi atas 4 dosis. Yodium. Terutama digunakan untuk persiapan operasi, sesudah pengobatan dengan yodium radioaktif dan pada krisis tiroid. Dosisnya adalah 100-300 mg/hari. Ipodate. Bekerja dengan menurunkan konversi T4 menjadi T3 di perifer, mengurangi sintesis hormon tiroid dan mengurangi pengeluaran hormon dari tiroid.

DAFTAR PUSTAKA

1. Arif M., kuspuji T., Rakhmi S., Wahyu I.W., Wiwiwk S. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Edisi ketiga. Jakarta : Media Aesculapius.2. Efiaty A.S., Nurbaiti I., Jenny B., Ratna D.R. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tengggorok Kepala & Leher. Edisi keenam. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 3. Gunawan S.G., Setiabudy R., Nafrialdi. 2008. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta : Balai Penerbit UI. Hal 551-554.4. Prince S.A., Wilson L.M. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2. Edisi keenam. Jakarta: EGC5. Sherwood, Lauralee. 2001. Sistem endokrin. Dalam : Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 2. Jakarta : EGC.6. Sudoyo A., Setiyohandi B., Alwi I., Simadibrata M., Setiati S. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Kelenjar Tiroid, Hipotiroidisme dan Hipertiroidisme. Edisi keenam. Jilid III. Jakarta: EGC. Hal 1993. 9